System Kerja PLTU Bahan Bakar Batubara
System Kerja PLTU Bahan Bakar Batubara
TAGS
MECHANICAL
Seperti kita ketahui bahwa PLTU batu bara merupakan jenis pembangkit terbesar yang
dikembangkan oleh pemerintah Indonesia (PLN) untuk mengatasi kekurangan pasokan listrik
dan untuk mengurangi ketergantungan BBM pada PLTD (Diesel).
Ini tercermin pada program percepatan listrik nasional tahap pertama dan kedua, walaupun
porsinya dikurangi di tahap kedua.
Untuk itu, saya ingin menulis secara singkat sistem kerja PLTU batubara yang saya ketahui dan
berdasar pada referensi.
Secara umum prinsip kerja PLTU batubara dapat dilihat pada gambar di bawah, silahkan klik
gambar untuk memperjelas atau memperbesarnya.
PLTU+batubara.jpg
BACA JUGAMgid
Olymp Trade
Wartabisnis
Artrit
Keterangan gambar :
1. Cooling tower
4. Transformer 3-phase
8. Condenser
12. Deaerator
19. Pemanas
21. Preheater
23. Economizer
25. Precipitator
27. Cerobong
Baca juga :
1. Batubara dari luar dialirkan ke penampung batubara dengan conveyor (14) kemudian
dihancurkan dengan the pulverized fuel mill (16) sehingga menjadi tepung batubara.
2. Kemudian batubara halus tersebut dicampur dengan udara panas (24) oleh forced draught
fan (20) sehingga menjadi campuran udara panas dan bahan bakar (batu bara).
3. Dengan tekanan yang tinggi, campuran udara panas dan batu bara disemprotkan kedalam
Boiler sehingga akan terbakar dengan cepat seperti semburan api.
4. Kemudian air dialirkan keatas melalui pipa yang ada dinding Boiler, air tersebut akan dimasak
dan menjadi uap, dan uap tersebut dialirkan ke tabung boiler (17) untuk memisahkan uap dari
air yang terbawa.
5. Selanjutnya uap dialirkan ke superheater(19) untuk melipatgandakan suhu dan tekanan uap
hingga mencapai suhu 570°C dan tekanan sekitar 200 bar yang meyebabkan pipa ikut berpijar
merah.
6. Uap dengan tekanan dan suhu yang tinggi inilah yang menjadi sumber tenaga turbin tekanan
tinggi (11) yang merupakan turbin tingkat pertama dari 3 tingkatan.
7. Untuk mengatur turbin agar mencapai set point, kita dapat menyeting steam governor valve
(10) secara manual maupun otomatis.
8. Suhu dan tekanan uap yang keluar dari Turbin tekanan tinggi (11) akan sangat berkurang
drastis, untuk itu uap ini dialirkan kembali ke boiler re-heater (21) untuk meningkatkan suhu
dan tekanannya kembali.
9. Uap yang sudah dipanaskan kembali tersebut digunakan sebagai penggerak turbin tingkat
kedua atau disebut turbin tekanan sedang (9), dan keluarannya langsung digunakan untuk
menggerakkan turbin tingkat 3 atau turbin tekanan rendah (6).
10. Uap keluaran dari turbin tingkat 3 mempunyai suhu sedikit diatas titik didih, sehingga perlu
di alirkan ke condensor (8) agar menjadi air untuk dimasak ulang.
11. Air tersebut kemudian dialirkan melalui deaerator (12) oleh feed pump (7) untuk dimasak
ulang. awalnya dipanaskan di feed heater (13) yang panasnya bersumber dari high pressure
set, kemudian ke economiser (23) sebelum di kembalikan ke tabung boiler(17).
12. Sedangkan Air pendingin dari condensor akan di semprotkan kedalam cooling tower (1) ,
dan inilah yang meyebabkan timbulnya asap air pada cooling tower. kemudian air yang sudah
agak dingin dipompa balik ke condensor sebagai air pendingin ulang.
13. Ketiga turbin di gabung dengan shaft yang sama dengan generator 3 phase (5), Generator
ini kemudian membangkitkan listrik tegangan menengah ( 20-25 kV).
14. Dengan menggunakan transformer 3 phase (4) , tegangan dinaikkan menjadi tegangan
tinggi berkisar 250-500 kV yang kemudian dialirkan ke sistem transmisi 3 phase.
15. Sedangkan gas buang dari boiler di isap oleh kipas pengisap(26) agar melewati electrostatic
precipitator (25) untuk mengurangi polusi dan kemudian gas yg sudah disaring akan dibuang
melalui cerobong (27)
Semoga bermanfaat
Sumber : http://energi-terbarukan-indonesia.blogspot.com/2009/01/pltu-batubara.html
Apa Itu Pembangkit Listrik Tenaga Uap?
PLTU atau Pembangkit Listrik Tenaga Uap adalah sebuah pembangkit listrik yang
menggunakan tenaga uap atau energi uap untuk menghasilkan pasokan tenaga listrik.
Bentuk utama pemanfaatan energi ini sebenarnya hampir mirip dengan prinsip kerja dari
pembangkit listrik tenaga panas bumi dimana sebagai tenaga penggeraknya menggunakan
sebuah generator yang akan dihubungkan ke sebuah turbin pembangkit yang kemudian akan
di olah menjadi tenaga listrik.
Tenaga penggerak utama dalam proses pembentukan energi ini adalah sebuah energi kinetik
yang berasal dari uap panas dan juga kering. Untuk pembangkit listrik tenaga uap sendiri
sebenarnya mengguanakan bahan bakar yang berasal dari batu bara atau minyak bakar yang
berasal dari energi fosil.
Pada bagian minyak panas bumi ini hanya dimanfaatkan uap panasnya saja yang digunakan
yang digunakan untuk tenaga pembangkit listrik. Pemanfaatan energi semacam ini memang
lebih di dominasi selain energinya lebih kuat pemanfaatan bahan bakar minyak bumi juga
lebih banyak digunakan di berbagai negara termasuk juga yang ada di Indonesia.
2. Kedua, Uap hasil produksi boiler dengan tekanan dan temperatur tertentu diarahkan untuk
memutar turbin sehingga menghasilkan daya mekanik berupa putaran.
3. Ketiga, Generator yang dikopel langsung dengan turbin berputar menghasilkan energi
listrik sebagai hasil dari perputaran medan magnet dalam kumparan, sehinga ketika turbin
berputar dihasilkan energi dari terminal output generator.
4. Keempat, Uap bekas keluar turbin masuk ke kondensor untuk didinginkan dengan air
pendingin agar berubah kembali menjadi air yang disebut kondensat hasil kondensasi uap
kemudia digunakan lagi sebagai air pengisi boiler.
Baca juga:
Sejak abad ke 18, mesin uap reciprocating sudah digunakan untuk sumber tenaga mekanik,
dengan perbaikan penting yang dilakukan oleh James Watt. Pusat pembangkit listrik
komersil komersial petama di New York dan London. Pada tahun 1882, juga menggunakan
mesin uap reciprocating. Sebagai ukuran generator meningkat, akhirnya turbin mengambil
alih karena efisiensi yang lebih tinggi dan biaya konstruksi yang lebih rendah. Pada tahun
1920 setiap stasiun pusat yang lebih besar dari beberapa ribu kilowatt akan menggunakan
penggerak utama turbin.
Dapat dioperasikan dengan menggunakan berbagai jenis bahan bakar (padat, cair, dan gas).
Bisa dibangun dengan kapasitas yang bervariasi
Dapat dioperasikan dengan berbagai mode pembebanan
Kontinuitas operasinya tinggi
Usia pakai (life tine) relatif lama
Namun pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) juga memiliki beberapa kelemahan.
Kelemahan tersebut antara lain adalah:
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) merupakan pembangkit listrik tenaga thermal yang
mengkonversi energi kimia dalam bahan bakar menjadi energi listrik. PLTU banyak digunakan,
karena efisiensinya tinggi sehingga menghasilkan energi listrik yang ekonomis. Saat ini 60%
kebutuhan listrik dunia bergantung pada PLTU batubara. Secara sederhana uap yang dihasilkan
oleh pembakaran batubara memutar mesin turbin untuk menghasilkan listrik.
Batu bara yang dipakai secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu batu bara
berkualitas tinggi dan batu bara berkualitas rendah. Bila batu bara yang dipakai kualitasnya baik
maka akan sedikit sekali menghasilkan unsur berbahaya, sehingga tidak begitu mencemari
lingkungan. Sedang bila batu bara yang dipakai mutunya rendah maka akan banyak
menghasilkan unsur berbahaya seperti Sulfur, Nitrogen dan Sodium. Keunggulan pembangkit ini
adalah bahan bakarnya lebih murah harganya dari minyak dan cadangannya tersedia dalam
jumlah besar serta tersebar di seluruh Indonesia.
1. Boiler
Boiler berfungsi untuk mengubah air (feed water) menjadi uap panas lanjut (superheated steam)
yang akan digunakan untuk memutar turbin.
2. Turbin uap
Turbin uap berfungsi untuk mengkonversi energi panas yang dikandung oleh uap menjadi energi
putar (energi mekanik). Poros turbin dikopel dengan poros generator sehingga ketika turbin
berputar generator juga ikut berputar.
3. Kondensor
Kondensor berfungsi untuk mengkondensasikan uap bekas dari turbin (uap yang telah digunakan
untuk memutar turbin).
4. Generator
Generator berfungsi untuk mengubah energi putar dari turbin menjadi energi listrik.
Peralatan Penunjang
Peralatan penunjang yang terdapat dalam suatu PLTU pada umumnya adalah :
Peralatan ini berfungsi untuk mengubah air laut (brine) menjadi air tawar (fresh water)
dikarenakan sifat air laut yang korosif, sehingga jika air laut tersebut dibiarkan langsung masuk
ke dalam unit utama, maka dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan PLTU.
Berfungsi menyaring garam-garam yang terkandung pada air laut, sehingga dapat dihasilkan air
tawar seperti pada desalination plant.
Berfungsi untuk menghilangkan kadar mineral (ion) yang terkandung dalam air tawar. Air
sebagai fluida kerja PLTU harus bebas dari mineral,yang dapat menyebabkan korosi pada
peralatan PLTU.
4. Hidrogen Plant (Unit Hidrogen)
Berfungsi untuk menghasilkan senyawa natrium hipoclorit (NaOCl) yang digunakan untuk
memabukkan/melemahkan mikro organisme laut pada area water intake.
Berfungsi untuk menghasilkan uap (steam) yang digunakan pada saat boiler utama start up
maupun sebagai uap bantu (auxiliary steam).
Merupakan unit yang melayani pengolahan batubara yaitu dari proses bongkar muat kapal (ship
unloading) di dermaga, penyaluran ke stock area sampai penyaluran ke bunker unit.
Merupakan unit yang melayani pengolahan abu baik itu abu jatuh (bottom ash) maupun abu
terbang (fly ash) dari Electrostatic Precipitator hopper dan SDCC (Submerged Drag Chain
Conveyor) pada unit utama sampai ke tempat penampungan abu (ash valley).
1. Batubara dihancurkan dan dihaluskan hingga menyerupai tepung, kemudian dicampur dengan
udara panas dan disemprot dengan tekanan tinggi sehingga akan terjadi pembakaran yang
maksimum ke dalam boiler.
2. Air dialirkan melalui pipa di dalam dinding boiler, dipanaskan menjadi uap hingga mencapai suhu
1000oF dengan tekanan 200 bar dan disalurkan ke turbin.
3. Tekanan uap yang besar akan mendorong poros turbin yang dihubungkan ke poros generator
dimana magnet berputar dalam kumparan sehingga menghasilkan listrik.
4. Uap yang keluar dari turbin dialirkan ke kondensor untuk dimasak ulang. Sedangkan air pendingin
akan disemprotkan ke dalam cooling tower, kemudian dipompa kembali ke kondensor sebagai
air pendingin ulang dan uap air dikembalikan ke boiler untuk mengulangi siklus.
Siklus kerja PLTU
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) Batubara
Kadek Fendy Sutrisna
27 April 2012
Dukung Fendy Sutrisna untuk tetap berbagi dalam artikel ketenagalistrikan Indonesia dengan klik link LIKE,
COMMENT & SHARE di halaman facebook ini -> Catatan Fendy Sutrisna
Secara kebetulan saya menemukan 2 artikel tentang PLTU berbahan bakar batubara yang
katanya dikarang oleh saya sendiri. Sebagai referensi saya mohon ijin untuk publis juga di blog
ini. Semoga dapat menambah wawasan rekan-rekan tentang PLTU Batubara. Selamat
menikmati!
PEMBANGKIT Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara adalah sebuah instalasi pembangkit tenaga
listrik menggunakan mesin turbin yang diputar oleh uap yang dihasilkan melalui pembakaran
batubara. PLTU batubara adalah sumber utama dari listrik dunia saat ini. Sekitar 60% listrik
dunia bergantung pada batubara karena biaya PLTU batubara.
Cara kerja PLTU batubara, mula-mula batubara dari luar dialirkan ke penampung batubara
dengan conveyor,kemudian dihancurkan menggunakan pulverized fuel coal . Tepung batubara
halus kemudian dicampur dengan udara panas oleh forced draught .Dengan tekanan yang
tinggi, campuran tersebut disemprotkan ke dalam boiler sehingga akan terbakar dengan cepat
seperti semburan api. Kemudian air dialirkan ke atas melalui pipa yang ada di dinding boiler.
Air dimasak menjadi uap kemudian uap dialirkan ke tabung boiler untuk memisahkan uap dari
air yang terbawa. Selanjutnya uap dialirkan ke superheater untuk melipatgandakan suhu dan
tekanan uap hingga mencapai suhu 570° C dan tekanan sekitar 200 bar yang meyebabkan pipa
akan ikut berpijar menjadi merah.Untuk mengatur turbin agar mencapai set point, dilakukan
dengan men-setting steam governor valve secara manual maupun otomatis. Uap keluaran dari
turbin mempunyai suhu sedikit di atas titik didih, sehingga perlu dialirkan ke condenser agar
menjadi air yang siap untuk dimasak ulang. Sedangkan air pendingin dari condenser akan di
semprotkan kedalam cooling tower sehingga menimbulkan asap air pada cooling tower. Air
yang sudah agak dingin dipompa balik ke condenser sebagai air pendingin ulang. Sedangkan
gas buang dari boiler diisap oleh kipas pengisap agar melewati electrostatic precipitator untuk
mengurangi polusi dan gas yang sudah disaring dibuang melalui cerobong.
PLTU Batubara terbesar se-Asia Tenggara berkapasitas 2 x 1000 megawatt rencananya
dibangun di Batang, Jawa Tengah dengan menggunakan teknologi terbaru dan pertama kali
diterapkan Indonesia, yakni teknologi USC (Ultra Super Critical) dengan menggunakan peralatan
penangkap sulfur (FGD) filter debu.
Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2286324-cara-kerja-pltu-batubara/#ixzz1wfoM55lS
TEKNOLOGI gasifikasi diklaim sebagai teknologi batubara yang bersih dan efisien.
Diperkirakan di awal abad ke-21, PLTU-batubara dengan teknologi gasifikasi akan
mengeluarkan 99 % lebih sedikit sulfur dioksida (SO2) dan abu terbang, serta 90 % kurang
nitrogen oksida (NOx) dari PLTU-batubara masa kini. PLTU-batubara gasifikasi juga
diperkirakan dapat menurunkan emisi karbon dioksida (CO2) dengan 35 – 40 %, menurunkan
buangan padat dengan 40 – 50 % dan menghasilkan penghematan biaya daya 10 – 20 %.
Karena memiliki cadangan batubara yang cukup besar, terutama yang berupa lignit, teknologi
gasifikasi di masa mendatang menjadi sangat penting bagi Indonesia .
Teknologi pencairan batubara masih banyak terganggu oleh biaya yang tinggi. Negara yang
paling maju dalam bidang ini adalah Afrika Selatan yang memiliki beberapa pabrik batubara cair
yakni “Sasol One” di Sasolburg, yang berproduksi sejak pertengahan 1950an, ‘Sasol Two’ di
kota Secunde yang berproduksi sejak tahun 1980, dan ‘Sasol Three’, berproduksi sejak tahun
1982.
Sayang, pembangkit listrik ini membuang energi dua kali lipat dari energi yang dihasilkan.
Setiap 1000 megawatt yang dihasilkan dari pembangkit listrik bertenaga batubara akan
mengemisikan 5,6 juta ton CO2 per tahun. CO2 merupakan salah satu penyebab utama global
warming atau efek rumah kaca.
Pakar energi Kadek Fendy Sutrisna menilai proses gasifikasi / batubara cair ‘belum’ bisa
mengurangi emisi gas karbondioksida dan ‘belum’ bisa meningkatkan efisiensi bahan bakar.
Walaupun PLTU dengan teknologi batubara bersih mampu mengurangi 90 % gas buangan dan
abu terbangnya pada saat beroperasi, namun polutan selama proses pembuatan batubara
cair /gas yang dihasilkan masih cukup tinggi.
Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/2286336-teknologi-gasifikasi-pltu-batubara/#ixzz1wfokTDlM
Menerima jasa Konsultasi Studi Kelayakan (Feasibility Study, FS) untuk proyek Pembangkit Listrik, konsultansi
meliputi pemilihan lokasi pembangunan pembangkit listrik, studi perhitungan daya dan energi listrik, studi
sistem kelistrikan, membuat estimasi biaya pembangunan pembangkit listrik mencakup analisis harga satuan
pekerjaan sipil, peralatan elektrikal-mekanik, peralatan jaringan transmisi-distribusi-instalasi rumah, pajak
serta biaya pengembangan; memperkirakan komponen biaya operasional (fixed & variable O&M Cost);
menghitung harga tarif yang tepat, analisa finansial, dan mematangkan segala langkah pembangunan dan
operasional proyek pembangunan pembangkit listrik.
WA/Line : 0813378-01378,
Email : ir.fendysutrisna@gmail.com
Begini Proses Pengolahan Batubara Menjadi Listrik di PLTU Air
Anyir
Redaksi | Rabu, 07 Agustus 2019 - 17:10:40 WIB | dibaca: 2190 pembaca
WARTABANGKA.COM, PANGKALPINANG- Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Air Anyir 2x30 MW di
Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka, menggunakan bahan bakar batubara sebagai sumber listrik. Proses
pengolahan batubara ini hingga bisa dinikmati listriknya oleh masyarakat memakan waktu yang cukup lama.
"Prosesnya lama sekali, pemanasannya yang lama, karena kita butuh 6-8 jam untuk pengolahan batubara hingga
menjadi uap, nah uapnya inilah yang kita gunakan sebagai sumber listrik," sebut General Manager PLN UIW Babel,
Abdul Mukhlis, Rabu (7/8).
Mukhlis menyebutkan, batubara yang berada di tempat Jeti penyimpanan PLTU air Anyir, ditampung di coal
stockyard setelah ditampung masukkan lewat dry cold shed, kemudian dimasukkan coal conveyor ke boiler.
Di area ini, air laut dipanaskan menggunakan batubara, sampai temperatur tinggi sehingga jadi uap, sebelumnya, air
laut dilakukan treatment untuk menghilangkan kadar garam dan mineral.
"Di boiler inilah batubara dipanaskan hingga menjadi uap, uapnya kita ambil kemudian masuk ke dalam turbin dan
disana semacam kipas berputar atau diproses," bebernya.
Kemudian, lanjut dia, dari turbin tersambung dengan generator, kemudian tersambung untuk memutar generator
dihasilkan energi listrik, menuju ke gardu induk.
"Di gardu induk, listrik ini diolah, jika tegangannya rendah maka dinaikkan, baru kemudian bisa kita pake untuk
nonton tv, ngecas hp dan lainnya," ulas Mukhlis.
Dalam setiap proses ini, petugas PLN selalu siaga dan standby melakukan pekerjaan, mulai dari pemantauan,
pemeliharaan dan pekerjaan lainnya. "Air laut sisa dari pemanasan, kita kembalikan lagi ke laut, begitu terus
prosesnya setiap hari," imbuhnya.
Untuk mensuplai listrik, PLN membutuhkan membutuhkan cukup banyak batubara, dimana dalam satu bulan
pengiriman bisa hingga tiga kali dengan kapasitas satu kali pengiriman sebanyak 7.500 ton batubara.
"Kita selalu stok batubara 25-30 hari kedepan dan listrik menggunakan batubara ini cukup murah, karena kita
(Indonesia-red) penghasil batubara," demikian Mukhlis.(*/TWO)
penulis: TWO
Share
Tweet
Share
Share
Share
0
TotalShares
Siklus Rankine
PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan, karena
efisiensinya tinggi sehingga menghasilkan energi listrik yang ekonomis. PLTU
merupakan mesin konversi energi yang mengubah energi kimia dalam bahan bakar
menjadi energi listrik.
Pertama, energi kimia dalam bahan bakar diubah menjadi energi panas dalam bentuk
uap bertekanan dan temperatur tinggi.
Kedua, energi panas (uap) diubah menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran.
Ketiga, energi mekanik diubah menjadi energi listrik.
Gb 1 Proses konversi energi pada PLTU
PLTU menggunakan fluida kerja air uap yang bersirkulasi secara tertutup. Siklus
tertutup artinya menggunakan fluida yang sama secara berulang-ulang. Urutan
sirkulasinya secara singkat adalah sebagai berikut :
Pertama air diisikan ke boiler hingga mengisi penuh seluruh luas permukaan pemindah
panas. Didalam boiler air ini dipanaskan dengan gas panas hasil pembakaran bahan
bakar dengan udara sehingga berubah menjadi uap.
Kedua, uap hasil produksi boiler dengan tekanan dan temperatur tertentu diarahkan
untuk memutar turbin sehingga menghasilkan daya mekanik berupa putaran.
Ketiga, generator yang dikopel langsung dengan turbin berputar menghasilkan energi
listrik sebagai hasil dari perputaran medan magnet dalam kumparan, sehingga ketika
turbin berputar dihasilkan energi listrik dari terminal output generator
Keempat, Uap bekas keluar turbin masuk ke kondensor untuk didinginkan dengan air
pendingin agar berubah kembali menjadi air yang disebut air kondensat. Air kondensat
hasil kondensasi uap kemudian digunakan lagi sebagai air pengisi boiler.
Demikian siklus ini berlangsung terus menerus dan berulang-ulang.
Siklus kerja PLTU yang merupakan siklus tertutup dapat digambarkan dengan diagram
T – s (Temperatur – entropi). Siklus ini adalah penerapan siklus rankine ideal. Adapun
urutan langkahnya adalah sebagai berikut :
1. a – b : Air dipompa dari tekanan P2 menjadi P1. Langkah ini adalah langkah kompresi
isentropis, dan proses ini terjadi pada pompa air pengisi.
2. b – c : Air bertekanan ini dinaikkan temperaturnya hingga mencapai titik didih. Terjadi
di LP heater, HP heater dan Economiser. .
3. c – d : Air berubah wujud menjadi uap jenuh. Langkah ini
disebut vapourising (penguapan) dengan proses isobar isothermis, terjadi di boiler yaitu
di wall tube (riser) dan steam drum.
4. d – e : Uap dipanaskan lebih lanjut hingga uap mencapai temperatur kerjanya menjadi
uap panas lanjut (superheated vapour). Langkah ini terjadi di superheater boiler dengan
proses isobar.
5. e – f : Uap melakukan kerja sehingga tekanan dan temperaturnya turun. Langkah ini
adalah langkah ekspansi isentropis, dan terjadi didalam turbin.
6. f – a : Pembuangan panas laten uap sehingga berubah menjadi air kondensat.
Langkah ini adalah isobar isothermis, dan terjadi didalam kondensor.
Bagian-Bagian PLTU
Bagian Utama
Boiler berfungsi untuk mengubah air (feed water) menjadi uap panas lanjut
(superheated steam) yang akan digunakan untuk memutar turbin.
Turbin uap
Turbin uap berfungsi untuk mengkonversi energi panas yang dikandung oleh uap
menjadi energi putar (energi mekanik). Poros turbin dikopel dengan poros generator
sehingga ketika turbin berputar generator juga ikut berputar.
Kondensor
Kondensor berfungsi untuk mengkondensasikan uap bekas dari turbin (uap yang telah
digunakan untuk memutar turbin).
Generator
Generator berfungsi untuk mengubah energi putar dari turbin menjadi energi listrik.
Peralatan Penunjang
Peralatan penunjang yang terdapat dalam suatu PLTU pada umumnya adalah :
Peralatan ini berfungsi untuk mengubah air laut (brine) menjadi air tawar (fresh water)
dengan metode penyulingan (kombinasi evaporasi dan kondensasi). Hal ini
dikarenakan sifat air laut yang korosif, sehingga jika air laut tersebut dibiarkan langsung
masuk ke dalam unit utama, maka dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan
PLTU.
Mempunyai fungsi yang sama seperti desalination plant namun metode yang digunakan
berbeda. Pada peralatan ini digunakan membran semi permeable yang dapat
menyaring garam-garam yang terkandung pada air laut, sehingga dapat dihasilkan air
tawar seperti pada desalination plant.
Pre Treatment pada unit yang menggunakan pendingin air tanah / sungai
Untuk PLTU yang menggunakan air tanah/air sungai, pre-treatment berfungsi untuk
menghilangkan endapan,kotoran dan mineral yang terkandung di dalam air tersebut.
Pada umumnya merupakan boiler berbahan bakar minyak (fuel oil), yang berfungsi
untuk menghasilkan uap (steam) yang digunakan pada saat boiler utama start up
maupun sebagai uap bantu (auxiliary steam).
Merupakan unit yang melayani pengolahan batubara yaitu dari proses bongkar muat
kapal (ship unloading) di dermaga, penyaluran ke stock area sampai penyaluran ke
bunker unit.
Merupakan unit yang melayani pengolahan abu baik itu abu jatuh (bottom ash) maupun
abu terbang (fly ash) dari Electrostatic Precipitator hopper dan SDCC (Submerged Drag
Chain Conveyor) pada unit utama sampai ke tempat penampungan abu (ash valley)
Jika menurut anda bermanfaat Silahkan COPY atau SHARE artikel Fungsi dan Prinsip
kerja PLTU ini. Jangan lupa lampirkan sumbernya ya. Terimakasih
Bentuk utama dari pembangkit listrik jenis ini adalah Generator yang
dihubungkan ke turbin yang digerakkan oleh tenaga kinetik dari uap
panas/kering. Pembangkit listrik tenaga uap menggunakan berbagai
macam bahan bakar terutama batu bara dan minyak bakar serta MFO
untuk start up awal. Salah satu PLTU terbesar adalah PLTU Paiton,
Probolinggo, Jawa timur.
Udara di luar dihisap oleh FDF (Forced Draught Fan) (21) yang
kemudian dialirkan ke dalam pemanas udara (Air Heater) (22) dengan
memakai gas bekas sisa pembakaran bahan bakar di dalam Boiler
(13) sebelum dibuang ke udara luar melalui Cerobong/Stack (23).
Gambar PLTU :
Proggres Kerja PLTU :
PLTU 3 3 x 315
3 Lontar
Banten MW
Unit Pembangkitan Gresik Kabupaten Gresik, Jawa Timur 2.280 MW 5 PLTG, 1 PLTU dan 3 PLTGU
Unit Pembangkitan Muara Karang Pluit, Jakarta Utara 1.200 MW 5 PLTU dan 1 PLTGU
PLTU Tarahan Kecamatan Katibung, Lampung Selatan, Lampung 2 x 100 MW Unit III dan IV
PLTU PT Krakatau
Cilegon, Banten 400 MW 5 PLTU
Daya Listrik
PLTU batubara, bahan bakar yang digunakan adalah batubara uap yang
terdiri dari kelas sub bituminus dan bituminus. Lignit juga mulai mendapat
tempat sebagai bahan bakar pada PLTU belakangan ini, seiring dengan
perkembangan teknologi pembangkitan yang mampu mengakomodasi
batubara berkualitas rendah.
Agar dapat menghasilkan listrik secara optimal dan efisien, maka suatu
PLTU batubara didesain untuk menggunakan batubara dengan kadar air
(moisture) dan nilai kalor (heating value) tertentu. Jika digunakan batubara
dengan kadar air dan nilai kalor di bawah spesifikasi pembangkit, maka akan
berpengaruh pada performa dan emisi yang dihasilkan. Artinya kapasitas dan
efisiensi akan turun, sedangkan emisi CO2 dan SO2 naik.
Klasifikasi Batubara
Batubara diklasifikasikan menjadi empat kategori umum, berdasarkan
“ranking.” Mulai dari lignit, subbitumen, bitumen sampai antrasit,
mencerminkan kandungan jenis batubara tersebut terhadap jumlah panas dan
tekanan yang dihasilakan.
Antrasit
Bitumen
Subbitumen
Ciri dari batubara kelas rendah seperti lignit dan subbituminous adalah
kandungan air yang cukup tinggi dibandingkan dengan batubara kelas di
atasnya, yaitu 25 sampai 40 % pada batubara lignit , dan 15 sampai 30 %
pada sub-bituminous. Kadar air tinggi batubara yang dipakai sebagai bahan
bakar PLTU dapat mengakibatkan kesulitan fuel handling dan akan
berpengaruh pada laju aliran kalor, laju aliran massa dari emisi gas buang,
dan juga konsumsi air yang dibutuhkan untuk pendinginan evaporative.
Menurut data dari Indonesia Coal Industri Outlook 2011, jumlah sumberdaya
batubara indonesia adalah sebesar 104,94 milyar ton. Sedangkan TSK dan
Sojits Corporation pada Workshop Clean Coal Technology 2011
menyampaikan bahwa komposisi sumberdaya batubara tersebut terdiri dari
lignit 58,7 %, sub-bituminous 26,7 %, bituminous 14,3 %, dan antrasit sebesar
0,3 %.
Saat ini beberapa teknologi Pengering Batubara yang tersedia adalah sebagai
tabel berikut : (Bart Lucarelli, 2008)
Fluidized Bed Dryer Waste heat from power plant condenser Great River Energy (USA)
(~50 °C), aux load for fans & pumps
AMTECH (USA)
Sampai saat ini belum banyak terdapat alat pengering batubara pada PLTU di
Indonesia. Dari beberapa contoh yang dapat kami himpun, adalah sebagai
berikut :
PLTU Simpang Belimbing yang mulai beroperasi pada akhir tahun 2011
adalah PLTU milik Swasta dengan kapasitas 2 x 150 MW. PLTU tersebut
merupakan PLTU mulut tambang dengan bahan bakar batubara yang
ditambang pada lokasi sekitar PLTU. Namun karena nilai kalor batubara
tersebut tergolong rendah dan kadar air tinggi, maka pada PLTU tersebut
dibangun alat pengering batubara. Dengan adanya alat pengering batubara
tersebut maka nilai kalor batubara tersebut dapat ditingkatkan sehingga
sesuai dengan spesifikasi teknis boiler.
Alat yang beroperasi sejak bulan Juli 2012 tersebut merupakan jenis direct
contact, dimana sumber panas bersinggungan langsung dengan batubara
kalori rendah (Lignite, Sub Bituminus), sedangkan panas untuk pengeringan
memakai gas buang (flue gas) dari pembakaran batubara di furnace.
Kesimpulan
Namun jika batubara dengan nilai kalor dan kadar air yang sesuai desain
tidak dapat diperoleh, maka langkah berikut yang bisa dilakukan adalah
dengan teknologi pengering batubara. Teknologi tersebut akan
menguntungkan dibandingkan dengan membangun PLTU dengan desain
batubara dengan kalori lebih rendah. Karena PLTU dengan nilai kalori bahan
bakar batubara yang lebih tinggi, maka kapasitas dan efisiensi pembangkit
naik, harga pembangkit per MW lebih murah, serta biaya pemeliharaan akan
rendah.
Mengingat saat ini belum banyak terdapat Coal Drier pada PLTU, baik di
dunia maupun di Indonesia. Maka perlu dilakukan uji coba teknologi coal drier
pada berbagai pembangkit, khususnya pada PLTU yang diperkirakan sulit
mendapat batubara sesuai dengan desainnya. Teknologi dalam negri yang
sudah ada, termasuk dengan kapasitas kecil dapat diterapkan pada berbagai
PLTU skala kecil yang ada. Dengan demikian jika uji coba pada pembangkit
berkapasitas kecil berjalan dengan baik, maka langkah berikutnya dapat
dilakukan scale-up secara bertahap untuk PLTU dengan kapasitas yang lebih
besar.
Ketika suhu dan tekanan dari uap aktif meningkat melebihi titik jenuh air, sifat
dari uap akan berubah secara dramatis. Titik jenuh air berada pada 374 °C
dan 221.2 bar (218 atm), dan didefinisikan sebagai titik dimana komponen
gas tidak dapat dicairkan kembali melalu penambahan tekanan. Di atas titik
jenuhnya, air tidak mengalami fase perubahan menjadi uap air, namun
menjadi air supercritical. Air supercritical tidak berbentuk gas atau air, namun
berada pada dua fase tersebut. Air supercritical memiliki daya pelarut seperti
air, namun sifat perpindahannya seperti gas.
Fase fluida
Pembangkit Listrik Superkritikal
Kesimpulan
Pada dasarnya suatu PLTU haruslah beroperasi dengan bahan bakar
batubara yang sesuai dengan desain boilernya. Dengan demikian prioritas
utama yang harus dilaksanakan adalah mencari batubara yang sesuai
dengan spesifikasinya. Meskipun harga batubara tersebut lebih mahal
dibandingkan dengan harga batubara kalori rendah. Namun tetap akan lebih
menguntungkan, karena jika PLTU mempergunakan bahan bakar dengan
kalori rendah dan (atau) kadar air melebihi spesifikasinya maka akan
menimbulkan kerugian kapasitas dan efisiensi turun, emisi CO2 dan SO2
naik, biaya pemeliharaan akan meningkat, demikian juga time between failure
akan turun.
Namun jika batubara dengan nilai kalor dan kadar air yang sesuai desain
tidak dapat diperoleh, maka langkah berikut yang bisa dilakukan adalah
dengan teknologi pengering batubara. Teknologi tersebut akan
menguntungkan dibandingkan dengan membangun PLTU dengan desain
batubara dengan kalori lebih rendah. Karena PLTU dengan nilai kalori bahan
bakar batubara yang lebih tinggi, maka kapasitas dan efisiensi pembangkit
naik, harga pembangkit per MW lebih murah, serta biaya pemeliharaan akan
rendah.
Mengingat saat ini belum banyak terdapat Coal Drier pada PLTU, baik di
dunia maupun di Indonesia. Maka perlu dilakukan uji coba teknologi coal drier
pada berbagai pembangkit, khususnya pada PLTU yang diperkirakan sulit
mendapat batubara sesuai dengan desainnya. Teknologi dalam negri yang
sudah ada, termasuk dengan kapasitas kecil dapat diterapkan pada berbagai
PLTU skala kecil yang ada. Dengan demikian jika uji coba pada pembangkit
berkapasitas kecil berjalan dengan baik, maka langkah berikutnya dapat
dilakukan scale-up secara bertahap untuk PLTU dengan kapasitas yang lebih
besar.
Oleh:
Pratama Doni fadhlillah dan Rayyan (Magatrika 2010)
Bagikan:
PROBOLINGGO – Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton unit 1 dan 2 masih menjadi
andalan untuk penyediaan listrik di Jawa dan Bali. Demi menghasilkan harga jual listrik terjangkau
PLTU Paiton menggunakan batu bara berkalori 4.500 Kcal.
Mustofa Abdillah, General Manager PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) UP Paiton 1 dan 2,
mengatakan sejak 1993, Paiton unit 1 dan 2 telah mengalami transformasi penggunaan jenis batu
bara.
Pada awalnya Paiton 1 dan 2 masih menggunakan batu bara dengan kalori 6.040 Kcal, tapi hanya
bertahan satu tahun. Kemudian turun bertahap menjadi 5.600 Kcal, 5.300, 5.200, 5.100 lalu terakhir
hingga 2017 menggunakan batu bara berkalori 5.000 Kcal.
“Awal 2018 sudah mulai menggunakan batu bara kalori 4.500 Kcal,” kata Mustofa ditemui di PLTU
Paiton unit 1 dan 2, Probolinggo, Jawa Timur, Selasa (8/1).
Data PJB, anak usaha PT PLN (Persero), menyebutkan efisiensi yang dihasilkan dari penggunaan
batu bara kalori 4.500 Kcal sejak 2018 sebesar Rp150 miliar.
Mustofa mengatakan, dengan menggunakan batu bara kalori 4.500 Kcal maka daya saing penjualan
tenaga listrik unit 1 dan 2 menjadi lebih tinggi. Harga batu bara tentu lebih murah dan dampaknya ke
harga jual listrik.
PLTU Paiton unit 1 dan 2 juga diminta untuk berproduksi dengan kapasitas tinggi. Hal itu membuat
harga jual listrik semakin bisa ditekan. Bahkan, pada 2018 secara rata-rata listrik yang dihasilkan
mencapai 82% dari total kapasitas listrik 2×400 megawatt (MW).
“Jadi mampu bersaing, kan sudah 25 tahun. Lebih efisien dan semakin murah. Semakin murah
karena diminta beroperasi tinggi jadi makin efisien,” ungkap dia.
PLTU Paiton Unit 1 dan 2 secara bertahap menurunkan kalori batu bara yang digunakan untuk menghasilkan harga
listrik yang lebih murah.(Foto/Dunia-Energi/Rio Indrawan)
PLTU Paiton berada di salah satu kawasan seluas 140 hektar dan mulai beroperasi sejak 1993.
PLTU Paiton Unit 1 dan 2 memberikan kontribusi pada sistem Jamali 500 kV sebesar 3,3%.
PLTU Paiton merupakan salah satu contoh PLTU dengan pengelolaan terbaik yang dibuktikan
dengan banyaknya menerima penghargaan. Pada 2018 lalu, PLTU Paiton dikukuhkan sebagai fast-
track power plant of the year pada ajang Asian Power Awards, untuk kategori Coal Power Project of
The Year.
Beberapa inovasi yang telah dilakukan pada 2018 diantaranya, efisiensi energi, penurunan emisi
dengan mengganti pola bukaan continuous blow down pada proses produksi tenaga listrik, efisiensi
air, pemanfaatan dan pengelolaan limbah B3 dan Non-B3 serta pengelolaan lingkungan.(RI)
Indonesia Power uji coba Co-Firing untuk kurangi
penggunaan batubara di PLTU
INDEKS BERITA
BERITA TERKAIT
Untuk mengantisipasi menipisnya supply atau ketersediaan batu bara, sehingga perlu
adanya langkah konkrit dalam mereduksi pemakaian bahan bakar tersebut.
Metode Co-firing ini sendiri telah umum dilakukan oleh sejumlah PLTU batubara di
Eropa dan Amerika.
Di Indonesia sendiri teknologi ini masih jarang ditemui, padahal potensi adanya bahan
bakar lain yang dapat digunakan sebagai bahan substitusi batubara cukup melimpah,
seperti sampah atau yang dikenal dengan konsep Waste to Energy (WTE).
“Untuk itu dengan bangga kami melakukan Ujicoba co-firing RDF dengan batubara
di PLTU Jeranjang. Saat ini persentase pellet RDF yang digunakan sampai dengan 5%
dari kebutuhan bahan bakar PLTU Jeranjang. Pelet RFD sebagai bahan substitusi
bahan bakar ini merupakan aksi nyata CSR Indonesia Power yang bekerjasama
dengan STT PLN melalui program TOSS (Tempat Olah Sampah Setempat) di
kabupaten Klungkung Bali, yaitu program mengelola sampah domestic menjadi pellet
RFD yang bisa menjadi campuran bahan bakar PLTU Batubara," ungkap Sripeni
Inten Cahyani Direktur Utama Indonesia Power dalam siaran pers, Rabu (27/2).
Uji coba dilakukan pada tanggal 19-20 Februari 2019 pada beban 25 MW dengan
tahapan hari pertama uji operasional dan hari kedua uji stabilitas selama 5 jam. Hasil
ujicoba menunjukan hasil yang positif dimana sebagian besar parameter operasi dalam
batas aman dan emisi gas buang yang didapat juga dalam batas normal, ini adalah
yang pertama di Indonesia.
Seperti yang kita ketahui sampah merupakan material yang jumlahnya cenderung
meningkat dari waktu ke waktu. Sampah domestik memiliki nilai kalor sekitar 1.000
kkal/kg, lebih rendah dibandingkan jerami padi (2.400 kkal/kg) atau sekam (3.000
kkal/kg).
Nilai kalori sampah dapat ditingkatkan dengan cara pemprosesan menjadi pellet RDF
dengan memanfaatkan bioactivator sehingga bau sampah akan hilang serta volume
sampah akan mengendap dan lapuk hingga 50%.
Bioproduk tersebut dapat meningkatkan kualitas thermal sampai dengan 3800 kcal/kg.
Untuk menjaga kualitas RDF dibutuhkan pengolahan pendahuluan (pre-treatment)
sebelum dimanfaatkan dalam sistem WTE, pengolahan pendahuluan dapat berupa
pengeringan secara alamiah maupun mekanik, pemanasan awal untuk menguapkan air
yang ikut terbawa bersama sampah, dan pemotongan untuk mempermudah
pembakaran. Pellet RDF juga mengandung lebih sedikit sulfur jika dibandingkan
dengan batubara. Oleh karena itu, co-firing batubara dan pelet berpotensi menurunkan
emisi CO2, NOx dan SOx.
Pellet RDF ini dapat diaplikasikan untuk gasifier dan substitusi bahan bakar pada
PLTU batubara tipe stoker maupun Circulating Fluidizing Bed (CFB). Komposisi
pellet RDF sendiri terbuat dari campuran sampah organik dan non organik (non PVC)
dengan perbandingan 95% : 5%.
PLTU Jeranjang merupakan PLTU tipe CFB yang akan dilakukan ujicoba penerapan
co-firing. Sebelum digunakan sebagai substitusi, pada pellet RFD ini dilakukan
analisa kualitas baik analisa proximate maupun analisa ultimate.
Untuk memastikan seberapa besar risiko slagging akibat penggunaan pelet RDF,
dilakukan pengujian Ash Fusion Temperature (AFT) yang menunjukan nilai indeks
slagging untuk pelet RDF pada kondisi reduksi sebesar 1395 oC dan pada kondisi
oksidasi 1344 oC, sehingga potensi slagging cenderung rendah. Selain itu ukuran
pellet juga harus disesuaikan dengan berat jenis batubara yang masuk ke boiler,
sehingga pelet dapat terbakar habis dan tidak carry over ke tube boiler.
DONASI, DAPAT VOUCER GRATIS!
Dukungan Anda akan menambah semangat kami untuk menyajikan artikel-artikel yang
berkualitas dan bermanfaat.
Sebagai ungkapan terimakasih atas perhatian Anda, tersedia voucer gratis senilai donasi
yang bisa digunakan berbelanja di KONTAN Store.
DUKUNG KONTAN
INDEKS BERITA
Tag
PT Indonesia Power
VIDEO PILIHAN
#PEMBANGKIT LISTRIK
Sumber Energi Sukses Makmur (SESM) bangun PLTS 10,5 MW di Kebun Sawit Sumsel
Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) campurkan batubara dengan energi terbarukan di lima PLTU
Tunggu regulasi baru, investor wait and see kembangkan listrik panas bumi
TERBARU
Indeks »
TERPOPULER
1
Setelah perebutan Dirjen Minerba, kini persaingan jabatan Dirjen
Migas tak kalah seru
2
Lion Air terbang lagi mulai 1 Juni, perhatikan syarat dan ketentuannya
3
Andalkan enam kilang Pertamina, Kementerian ESDM: 2026
Indonesia tak perlu impor BBM
4
Ini dokumen yang wajib dipenuhi selama pembatasan penerbangan di
Angkasa Pura II
5
Efek Covid-19, pengembang Pondok Indah (MKPI) memberikan
diskon kepada para penyewa
6
Garuda Indonesia batalkan penerbangan Abu Dhabi - Jakarta, ini
alasannya
7
Djatmiko Wardoyo, Direktur Marketing dan Komunikasi Erajaya
Swasembada tutup usia
8
Mountrash luncurkan MounTPS bagi warga komplek perumahan dan
apartemen
9
Impor migas April 2020 turun 67% menjadi US$ 644,71 juta
KONTAN SITE
Analisis
English
Executive
Fokus
Industri
Insight
Internasional
Investasi
Kesehatan
Keuangan
Kolom
Lifestyle
Nasional
Peluang Usaha
Personal Finance
Regional
Yang Ter...
Market
Reksadana
Unitlink
Bunga Deposito
Ekonomi Makro
Risk Profile
Simulasi Trading
Financial Diagnosis
K-Widgets
RSS
Kontan Academy
Kontan BeRI
Kilas Kementerian
HUBUNGI KAMI
Redaksi : Gedung KONTAN, Jalan Kebayoran Lama No. 1119 Jakarta 12210.
021 5357636/5328134
moderator[at]kontan.co.id
Epaper[at]kontan.co.id
Iklan : Gedung KOMPAS GRAMEDIA Unit 2 Lt 2 Jl. Palmerah selatan 22-28 Jakarta Selatan 10740.
[X]
Prinsip Kerja dan Komponen Utama PLTU
Januari 24, 2018
Siklus fluida kerja PLTU merupakan siklus tertutup, yaitu menggunakan fluida yang sama secara
berulang-ulang. Pertama air diisikan ke boiler hingga mengisi seluruh luas permukaan pemindah panas.
Didalam boiler air ini dipanaskan dengan gas panas hasil pembakaran bahan bakar dengan udara sehingga
berubah menjadi uap. Uap hasil produksi boiler dengan tekanan dan temperatur tertentu diarahkan untuk
melakukan kerja di turbin sehingga menghasilkan daya mekanik berupa putaran. Uap bekas keluar turbin
masuk ke kondensor untuk didinginkan dengan air pendingin agar berubah menjadi air. Air kondensat ini
kemudian digunakan lagi sebagai air pengisi boiler. Demikian siklus ini berlangsung terus menerus dan
berulang-ulang. Gambar 1 menunjukkan diagram siklus tertutup fluida kerja PLTU.
Gambar 1. Siklus fluida kerja (air uap) PLTU
Putaran turbin digunakan untuk memutar generator yang dikopel langsung dengan turbin sehingga ketika
turbin berputar dihasilkan energi listrik dari terminal output generator.
Sekalipun siklus fluida kerjanya merupakan siklus tertutup, namun jumlah air dalam siklus akan
mengalami pengurangan. Pengurangan air ini disebabkan oleh kebocoran baik yang disengaja maupun
yang tidak disengaja. Untuk mengganti air yang hilang, maka perlu ditambahkan air kedalam siklus.
Kriteria air penambah (make up water) ini harus sama dengan air yang ada dalam siklus.
- Turbin uap
- Kondensor
- Generator
Boiler
Boiler adalah suatu perangkat mesin yang berfungsi untuk merubah air menjadi uap. Proses perubahan air
menjadi uap dilakukan dengan memanaskan air yang berada didalam pipa-pipa dengan panas hasil
pembakaran bahan bakar. Proses pembakaran dilakukan secara kontinyu didalam ruang bakar dengan
mengalirkan bahan bakar dan udara dari luar. Uap yang dihasilkan adalah uap superheat dengan tekanan
dan temperatur yang tinggi. Jumlah produksi uap tergantung pada luas permukaan pemindah panas, laju
aliran, dan panas pembakaran yang diberikan. Boiler yang konstruksinya terdiri dari pipa-pipa berisi air
disebut dengan water tube boiler (boiler pipa air).
Gambar 2. Boiler
Turbin Uap
Turbin uap berfungsi untuk merubah energi panas yang terkandung dalam uap menjadi gerakan memutar
(putaran). Uap dengan tekanan dan temperatur tinggi diarahkan untuk mendorong sudu-sudu turbin yang
dipasang pada poros sehingga poros turbin berputar. Akibat melakukan kerja di turbin tekanan dan
temperatur uap keluar turbin turun hingga hingga menjadi uap basah. Uap ini kemudian dialirkan ke
kondensor, sedangkan tenaga putar yang dihasilkan digunakan untuk memutar generator. Saat ini hampir
semua mesin turbin uap adalah dari jenis turbine condensing atau uap keluar turbin (exhaust steam)
dialirkan ke kondensor.
Gambar 3. Turbin Uap
Kondensor
Kondensor adalah peralatan untuk merubah uap menjadi air. Proses perubahannya dilakukan dengan cara
mengalirkan uap kedalam suatu ruangan yang berisi pipa-pipa (tubes). Uap mengalir diluar pipa-pipa
sedangkan air sebagai pendingin mengalir didalam pipa-pipa. Kondensor seperti ini disebut surface
(tubes) condenser. Sebagai pendingin digunakan air sungai atau air laut.
Laju perpindahan panas tergantung pada aliran air pendingin, kebersihan pipa-pipa dan perbedaan
temperatur antara uap dan air pendingin. Proses perubahan uap menjadi air terjadi pada tekanan dan
temperatur jenuh, dalam hal ini kondensor berada pada kondisi vakum. Karena temperatur air pendingin
sama dengan temperatur udara luar, maka temperatur air kondensat nya maksimum mendekati temperatur
udara luar. Apabila laju perpindahan panas terganggu, maka akan berpengaruh terhadap tekanan dan
temperatur.
Gambar 4. Kondensor
Generator
Tujuan utama dari kegiatan proses di PLTU adalah energi listrik. Energi listrik dihasilkan dari peralatan
pembangkit listrik yang disebut generator. Generator berfungsi mengubah energi mekanik berupa putaran
menjadi energi listrik dengan menerapkan prinsip induksi magnet. Generator terdiri dari bagian yang
diam disebut stator dan bagian berputar disebut rotor. Stator terdiri dari casing yang berisi kumparan dan
rotor yang merupakan medan magnet listrik terdiri dari inti yang berisi kumparan.
Gambar 5. Generator
Siklus Rankine
Siklus Rankine adalah siklus daya uap yang digunakan untuk menghitung atau memodelkan proses
kerja mesin uap / turbin uap. Siklus ini bekerja dengan fluida kerja air. Semua PLTU (pembangkit
listrik tenaga uap) bekerja berdasarkan prinsip kerja siklus Rankine. Siklus Rankine pertama kali
dimodelkan oleh: William John Macquorn Rankine, seorang ilmuan Scotlandia dari Universitas
Glasglow. Untuk mempelajari siklus Rankine, terlebih dahulu kita harus memahami tentang T-s
diagram untuk air. Berikut ini adalah T-s diagram untuk air.
(sumber : NBS/NRC Steam Tables/1 by Lester Haar, John S. Gallagher, and George S. Kell )
T-s diagram adalah diagram yang menggambarkan hubungan antara temperatur (T) dengan entropi
(s) fluida pada kondisi tekanan, entalpi, fase dan massa jenis tertentu. Jadi pada diagram T-s
terdapat besaran-besaran tekanan, massa jenis, temperatur, entropi, entalpi dan fase fluida.
Sumbu vertikal T-s diagram menyatakan skala temperatur dan sumbu horizontal menyatakan
entropi. Terdapat 2 sistem satuan untuk T-s diagram yaitu sistem satuan internasional seperti
pada gambar 1 dan sistem satuan Inggris. Menggunakan diagram ini perlu diperhatikan sistem
satuan yang digunakan. Selain itu masing-masing jenis fluida mempunyai diagram T-s nya sendiri-
sendiri dan berbeda satu dengan lainnya. Misalnya T-s diagram untuk air tidak akan sama dengan
T-s diagram untuk freon R12 dan tidak akan sama dengan T-s diagram untuk amoniak.
Selain diagram T-s juga dikenal Mollier diagram atau h-s diagram. Berikut ini adalah h-s diagram
untuk air.
Gambar 2 h-s diagram untuk air
(sumber : NBS/NRC Steam Tables/1 by Lester Haar, John S. Gallagher, and George S. Kell )
Diagram h-s menggambarkan hubungan antara energi total (entalpi (h)) dengan entropi (s). Sama
seperti diagram T-s, untuk setiap fluida memiliki diagram h-s nya sendiri-sendiri. Kedua diagram
ini dapat digunakan untuk menghitung kinerja pembangkit listrik tenaga uap dengan menggunakan
siklus Rankine.
Pada T-s diagram terdapat garis lengkung berbentuk kubah yang disebut kubah uap. Puncak kubah
uap ini terdapat sebuah titik yang disebut titik kritis. Bila fluida dipanaskan pada tekanan kritis
yaitu tekanan pada titik kritis ini, maka pada saat temperatur fluida mencapai temperatur
kritisnya, semua molekul fluida akan berubah secara cepat dari fase cair menjadi fase gas (uap)
tanpa ada proses penyerapan panas laten (panas penguapan) oleh sebab itu titik ini disebut titik
kristis fluida. Untuk air, titik kritis berapa pada tekanan 218 atm (22,064 MPa) dan temperatur
374 oC. Jadi bila air dipanaskan pada tekanan 22,064 Mpa atau 218 atm, maka ketika temperatur
air mencapai 374 oC, secara cepat air akan berubah langsung dari fase cair menjadi fase gas tanpa
melalui proses penyerapan energi untuk proses penguapan.
Dari titik kristis ke arah kanan mengikuti garis kubah uap disebut garis uap jenuh. Bila fluida
berada pada kondisi tekanan dan temperatur yang sesuai dengan garis ini, maka fluida tersebut
berada pada kondisi 100% uap jenuh. Dari titik kristis ke arah kiri mengikuti garis kubah uap,
disebut garis cair jenuh. Pada garis ini fluida memiliki fase cair 100%.
Di dalam kubah uap adalah daerah panas laten yaitu panas penguapan atau panas pengembunan.
Pada daerah ini fluida berada dalam kondisi 2 fase yaitu fase cair dan fase gas bercampur menjadi
satu. Kadar uap dapat ditentukan dari garis kadar uap.
Daerah di atas kubah uap di sebelah kanan adalah daerah uap panas lanjut ( superheated steam ).
Sedangkan daerah di sebelah kiri di luar kubah uap disebut daerah dingin lanjut. Untuk uap jenuh,
sifat-sifat termodinamika uap dapat ditentukan hanya dengan mengunakan temperatur atau
tekanannya saja, tetapi untuk menentukan sifat-sifat termodinamika uap pada kondisi panas
lanjut dan dingin lanjut harus diketahui tekanan dan temperatur uap.
Bila kita memanaskan air dari kondisi cair misalnya pada tekanan konstan 1 atm dan mulai dari
temperatur 18 oC hingga temperatur 230 oC, maka pada diagram T-s dapat digambar sebagai
berikut.
Gambar 4 proses pemanasan air dari 18 oC hingga 230 oC pada tekanan 1 atm (101,325 kPa)
Proses pemanasan air dapat digambarkan pada diagram T-s seperti pada gambar 4 di atas. Pada
tekanan 1 atm , air dengan temperatur awal 18 oC memiliki entropi 0,28 kJ/kg.K, bila dipanaskan
maka temperatur air akan naik mengikuti garis tekanan konstan hingga mencapai titik temperatur
didih yaitu untuk tekanan 1 atm titik didih air adalah 99,98 oC. atau entropi air bertambah dari
0,28 kJ/kg.K menjadi 1,3 kJ/kg.K. Entalpi air bertambah dari 82 kJ/kg menjadi 418 kJ/kg. ini
adalah energi total (entalpi) yang dibutuhkan untuk memanaskan air dari kondisi cair pada
temperatur 18oC menjadi air siap mendidih (berubah fase) pada temperatur 99,98 oC. Pada
diagram T-s proses mengikuti garis A-B.
Bila panas terus diberikan, temperatur air tidak akan naik tetapi terjadi perubahan fase air dari
fase cair menjadi fase gas. Perubahan fase ini mengikuti garis B-C. Pada proses ini terjadi
penyerapan kalor (energi) yang digunakan untuk mengubah fase zat, pada kondisi temperatur
konstan. Energi yang diserap ini tidak dapat di ukur dengan mengunakan termometer karena
temperatur fluida tidak berubah. Oleh sebab itu, proses ini disebut proses penyerapan panas laten
(non sensibel heat). Pada proses ini entropi air bertambah dari 1,3 kJ/kg.K menjadi 7,6 kJ/kg.K.
Proses terus berlanjut hingga titik C yaitu titik yang tepat berada pada garis uap jenuh. Pada titik
C semua molekul air telah berubah menjadi fase gas. Antara titik B dan titik C adalah kondisi 2
fase yaitu campuran gas dan cair. Kadar uap dalam campuran ini disebut faktor kebasahan atau
sering disingkat dengan huruf X. besar faktor kebasahan dapat dihitung dengan mengunakan rumus
:
Keterangan :
misalkan pada proses pemanasan air di atas, kita hendak mengetahui berapa kadar uap pada saat
entropi air = 4 kJ/kg.K, maka kadar uap dapat dihitung :
Artinya pada saat entropi fluida mencapai 4 kJ/kg.K kadar uap dalam campuran adalah 44,6 %.
Pada titik C air berada dalam kondisi uap jenuh atau 100 % uap. Bila energi (panas) terus diberikan
maka uap jenuh akan berubah menjadi uap panas lanjut. Pada proses pemanasan uap panas
lanjut, tekanan dan temperatur fluida akan naik. Tetapi bila proses pemanasan ini dilakukan pada
tekanan konstan maka akan mengikuti garis C-D.
Proses yang telah kita bahas ini adalah proses sederhana yang berlangsung pada saat kita
memanaskan air. Proses ini hampir sama dengan proses yang terjadi di dalam boiler pada unit
pembangkit uap di PLTU.
Skema siklus Rankine ideal sederhana dapat dilihat pada gambar 5 berikut ini.
Skema pada gambar 5 dapat digambarkan garis kerjanya pada diagram T-s seperti pada gambar 6
berikut ini.
Ga
mbar 6 diagram T-s untuk siklus Rankine ideal sederhana
Keterangan gambar 6 :
Proses 1 – 2 adalah proses pada tekanan konstan yang berlangsung pada boiler. Pada proses ini
kalor masuk ke dalam sistem (Qin).
Proses 2 – 3 adalah proses ekspansi isentropis (adiabatis reversibel) yang berlangsung di dalam
turbin uap. Pada proses ini terjadi kerja keluar sistem (Wout)
Proses 3 – 4 adalah proses pada tekanan konstan yang berlangsung di dalam kondensor. Pada
proses ini kalor keluar dari sistem (pembuang kalor) (Q out).
Proses 4 – 1 adalah proses penekanan secara isentropis oleh pompa. Pada proses ini kerja masuk
ke dalam sistem (Win).
Pada siklus Rankine ideal sederhana. Air dipompa oleh pompa pengisi boiler ke dalam boiler.
Pompa yang bertugas untuk memompakan air ke dalam boiler disebut feed water pump. Pompa ini
harus dapat menekan air ke boiler dengan tekanan yang cukup tinggi (sesuai dengan tekanan kerja
siklus). Secara ideal pompa bekerja menurut proses isentropis (adiabatis reversibel) dan secara
aktual pompa bekerja menurut proses adiabatis irreversibel.
Di dalam boiler, air yang bertekanan tinggi dipanaskan hingga menjadi uap panas lanjut, prosesnya
adalah sebagai berikut:
Uap panas lanjut yang bertekanan tinggi diekspansikan di nosel dan kemudian digunakan untuk
memutar roda Curtis. Roda Curtis adalah turbin uap jenis turbin implus. Pada roda Curtis terjadi
penurunan tekanan yang signifikan.
Turbin tingkat menengah menggunakan turbin jenis reaksi dan tersusun atas beberapa tingkat
turbin.
Pada tingkat akhir ini uap terus diekspansikan hingga tekanan sangat rendah (biasanya dibawah
tekanan atmosfir ) dengan bantuan kondensor.
Putaran poros yang dihasilkan dari proses ekspansi uap panas lanjut di dalam turbin digunakan
untuk memutar beban. Beban dapat berupa generator listrik seperti di PLTU atau propeler (baling-
baling) untuk menggerak kapal.
Uap tekanan rendah dari turbin uap mengalir ke kondensor. Di dalam kondensor, uap didinginkan
dengan media pendingin air hingga berubah fase menjadi air. Kemudian air ditampung di dalam
tangki dan dipisahkan dari gas-gas yang tersisa dan siap untuk dipompa ke dalam boiler oleh
pompa pengisi boiler. Proses ini terus berlanjut dan berulang membentuk sebuah siklus yang
disebut siklus Rankine.
Pada siklus Rankine ideal. Ke 4 alat dianggap bekerja pada kondisi Steady flow. Sehingga
persamaan energi untuk kondisi steady flow dapat ditulis :
Dimana :
Untuk menghitung kinerja siklus Rankine, diperlukan tabel sifat-sifat air dan uap air. Berikut ini
tabel sifat-sifat air dan uap air.
Sebuah siklus Rankine sederhana ideal bekerja pada temperatur 400 oC dan tekanan 80 bar.
Tekanan kondensor 0,1 bar. Aliran massa uap yang masuk ke turbin 100 kg/s. Hitunglah kerja
turbin, kerja pompa, kalor masuk, kalor keluar dan efisiensi siklus. daya yang dihasilkan turbin
dan daya netto siklus.
Jawab
Pertama-tama gambarkan skema siklus Rankine sederhana dan lengkapi dengan data-data yang
ada di dalam soal
Gambar 7
data dari soal
Ditanya : kerja turbin (Wt); Kerja pompa (Wp), kalor masuk (Qin), kalor keluar (Qout), efisiensi
termodinamika (ηth), daya turbin (Pt) dan daya netto siklus (Pnett).
Entropi uap keluar turbin sama dengan entropi uap masul turbin (proses ideal atau isentropis)
sehingga s1 = s2 = 6,3658 kJ/kg.K
Dari tabel uap jenuh, pada tekanan 0,1 bar (10 kPa) didapat :
Artinya
kadar uap yang keluar dari turbin menuju kondensor adalah 76,22 % atau fluida yang keluar dari
turbin 76,22 % uap dan 23.78 % cair. Bagian yang cair ini tidak perlu lagi diembunkan, tetapi 76,22
% uap ini yang harus dibuang kalornya supaya fasenya berubah menjadi cair. Maka energi total
yang terkandung di dalam 76,22% uap dapat dihitung :
Maka kerja
turbin dapat dihitung yaitu :
Kal
or yang dibuang oleh kondensor :
ν = volume jenis air pada tekanan 0,1 bar = 0,00101 m3/kg
p4 = tekanan air keluar pompa = tekanan boiler (proses ideal tidak ada rugi-rugi tekanan) maka p 4 =
p1 = 400 bar = 40 Mpa.
p3 = tekanan air masuk pompa = tekanan air keluar kondensor, untuk proses ideal tidak ada rugi-
rugi tekanan sehingga p3 = 0,1 bar = 10 kPa
Kal
or yang masuk ke sistem (qin) dapat dihitung :
h1 = entalpi uap panas lanjut keluar dari boiler = 3139,4 kJ/kg
h4 = entalpi air keluar pompa yang besarnya = entalpi air masuk pompa + kerja pompa, maka h 4 =
191,81 + 40,3899 = 232,1999 kJ/kg
Daya yang dihasilkan Boiler : PB = 2900,2 kJ/kg x 100 kg/s = 290.020 kW = 290,02 MW
Efisiensi termodinamika siklus adalah :
Dari hasil perhitungan dapat dilihat hanya 37,37 % dari daya yang diberikan ke dalam boiler yang
dapat diubah menjadi energi mekanis, sisanya hilang atau dibuang ke alam melalui kondensor dan
ada sebagian kecil yang digunakan untuk mengerakan pompa.
Fungsi Boiler Serta Komponen Utamanya
Wednesday, January 21, 2015 Boiler, Peralatan Produksi
Fungsi boiler serta komponen utamanya seharusnya patut untuk kita ketahui, terlebih bagi yang
sedang bekerja pada pabrik-pabrik yang menggunakan alat ini. Pada dasarnya, peralatan industri
memang tidak ada habisnya untuk dibahas, setelah pada artikel sebelumnya kita telah diulas
mengenai berbagai macam alat industri seperti pompa, evaporator, desalter, kondensor dan
sebagainya. Pada artikel ini akan dibahas mengenai boiler karena alat ini merupakan salah satu alat
yang umum digunakan pada kilang minyak maupun di pabrik-pabrik lainnya. Tentu saja Anda
sekalian pernah mendengar nama alat ini, tetapi mungkin belum mengerti apa yang dimaksud
dengan boiler, fungsi boiler dan komponen-komponen utamanya. Untuk memahami hal tersebut,
silahkan baca ulasannya di bawah.
Perpindahan panas secara radiasi, dimana akan terjadi pancaran panas dari api atau gas yang akan
menempel pada dinding tube sehingga panas tersebut akan diserap oleh fluida yang mengalir di dalamnya.
Perpindahan panas secara konduksi, panas mengalir melalui hantaran dari sisi pipa yang menerima
panas kedalam sisi pipa yang memberi panas pada air.
Perpindahan panas secara konveksi. panas yang terjadi dengan singgungan molekul-molekul air
sehingga panas akan menyebar kesetiap aliran air.
Di dalam furnace, ruang bakar terbagi atas dua bagian yaitu ruang pertama dan ruang kedua. Pada
ruang pertama, di dalamnya akan tejadi pemanasan langsung dari sumber panas yang diterima oleh
tube (pipa), sedangkan pada ruang kedua yang terdapat pada bagian atas, panas yang diterima
berasal dari udara panas hasil pembakaran dari ruang pertama. Jadi, fungsi dari ruang pemanas
kedua ini yakni untuk menyerap panas yang terbuang dari ruang pemanasan pertama, agar energi
panas yang terbuang secara cuma-cuma tidak terlalu besar, dan untuk mengontrol panas fluida
yang telah dipanaskan pada ruang pertama agar tidak mengalami penurunan panas secara
berlebihan.
2. Steam Drum
Steam drum berfungsi sebagai tempat penampungan air panas serta tempat terbentuknya uap.
Drum ini menampung uap jenuh (saturated steam) beserta air dengan perbandingan antara 50% air
dan 50% uap. untuk menghindari agar air tidak terbawa oleh uap, maka dipasangi sekat-sekat, air
yang memiliki suhu rendah akan turun ke bawah dan air yang bersuhu tinggi akan naik ke atas dan
kemudian menguap.
3. Superheater
Merupakan tempat pengeringan steam, dikarenakan uap yang berasal dari steam drum masih
dalam keadaan basah sehingga belum dapat digunakan. Proses pemanasan lanjutan menggunakan
superheater pipe yang dipanaskan dengan suhu 260°C sampai 350°C. Dengan suhu tersebut, uap
akan menjadi kering dan dapat digunakan untuk menggerakkan turbin maupun untuk keperluan
peralatan lain.
4. Air Heater
Komponen ini merupakan alat yang berfungsi untuk memanaskan udara yang digunakan untuk
menghembus/meniup bahan bakar agar dapat terbakar sempurna. Udara yang akan dihembuskan,
sebelum melewati air heater memiliki suhu yang sama dengan suhu udara normal (suhu luar) yaitu
38°C. Namun, setelah melalui air heater, suhunya udara tersebut akan meningkat menjadi 230°C
sehingga sudah dapat digunakan untuk menghilangkan kandungan air yang terkandung didalamnya
karena uap air dapat menganggu proses pembakaran.