Anda di halaman 1dari 100

System Kerja PLTU Bahan Bakar Batubara

Nursyahid MS Penulis Nursyahid MS Diterbitkan 17:04

TAGS

ENERGI DAN TAMBANG

MECHANICAL

Seperti kita ketahui bahwa PLTU batu bara merupakan jenis pembangkit terbesar yang
dikembangkan oleh pemerintah Indonesia (PLN) untuk mengatasi kekurangan pasokan listrik
dan untuk mengurangi ketergantungan BBM pada PLTD (Diesel).

Ini tercermin pada program percepatan listrik nasional tahap pertama dan kedua, walaupun
porsinya dikurangi di tahap kedua.

PLTU Rembang Jawa Tengah

Batubara Storage di PLTU Rembang

Untuk itu, saya ingin menulis secara singkat sistem kerja PLTU batubara yang saya ketahui dan
berdasar pada referensi.

Prinsip Kerja PLTU Batubara

Secara umum prinsip kerja PLTU batubara dapat dilihat pada gambar di bawah, silahkan klik
gambar untuk memperjelas atau memperbesarnya.

PLTU+batubara.jpg

BACA JUGAMgid

Hasilkan Rp10.400.000 tiap 60 detik dari komputer Anda


Olymp Trade

Anda bisa menghasilkan Rp32 juta sehari menggunakan metode ini

Olymp Trade

Cara teruji untuk hasilkan uang online di 2018

Wartabisnis

Rasa sakit di persendian anda akan hilang selamanya

Artrit

Keterangan gambar :

1. Cooling tower

2. Cooling water pump

3. Transimission line 3 phase

4. Transformer 3-phase

5. Generator Listrik 3-phase

6. Low pressure turbine

7. Boiler feed pump

8. Condenser

9. Intermediate pressure turbine

10. Steam governor valve

11. High pressure turbine

12. Deaerator

13. Feed heater

14. Conveyor batubara


15. Penampung batubara

16. Pemecah batubara

17. Tabung Boiler

18. Penampung abu batubara

19. Pemanas

20. Forced draught fan

21. Preheater

22. combustion air intake

23. Economizer

24. Air preheater

25. Precipitator

26. Induced air fan

27. Cerobong

Baca juga :

Proyek PLTGU Berkapasitas 800 MW Akan Segera Dibangun Di Gresik

Proyek Smelter Freeport Di Gresik.Apa Kabar?

Prinsip kerja PLTU batubara secara singkat adalah sebagai berikut :

1. Batubara dari luar dialirkan ke penampung batubara dengan conveyor (14) kemudian
dihancurkan dengan the pulverized fuel mill (16) sehingga menjadi tepung batubara.

2. Kemudian batubara halus tersebut dicampur dengan udara panas (24) oleh forced draught
fan (20) sehingga menjadi campuran udara panas dan bahan bakar (batu bara).
3. Dengan tekanan yang tinggi, campuran udara panas dan batu bara disemprotkan kedalam
Boiler sehingga akan terbakar dengan cepat seperti semburan api.

4. Kemudian air dialirkan keatas melalui pipa yang ada dinding Boiler, air tersebut akan dimasak
dan menjadi uap, dan uap tersebut dialirkan ke tabung boiler (17) untuk memisahkan uap dari
air yang terbawa.

5. Selanjutnya uap dialirkan ke superheater(19) untuk melipatgandakan suhu dan tekanan uap
hingga mencapai suhu 570°C dan tekanan sekitar 200 bar yang meyebabkan pipa ikut berpijar
merah.

6. Uap dengan tekanan dan suhu yang tinggi inilah yang menjadi sumber tenaga turbin tekanan
tinggi (11) yang merupakan turbin tingkat pertama dari 3 tingkatan.

7. Untuk mengatur turbin agar mencapai set point, kita dapat menyeting steam governor valve
(10) secara manual maupun otomatis.

8. Suhu dan tekanan uap yang keluar dari Turbin tekanan tinggi (11) akan sangat berkurang
drastis, untuk itu uap ini dialirkan kembali ke boiler re-heater (21) untuk meningkatkan suhu
dan tekanannya kembali.

9. Uap yang sudah dipanaskan kembali tersebut digunakan sebagai penggerak turbin tingkat
kedua atau disebut turbin tekanan sedang (9), dan keluarannya langsung digunakan untuk
menggerakkan turbin tingkat 3 atau turbin tekanan rendah (6).

10. Uap keluaran dari turbin tingkat 3 mempunyai suhu sedikit diatas titik didih, sehingga perlu
di alirkan ke condensor (8) agar menjadi air untuk dimasak ulang.
11. Air tersebut kemudian dialirkan melalui deaerator (12) oleh feed pump (7) untuk dimasak
ulang. awalnya dipanaskan di feed heater (13) yang panasnya bersumber dari high pressure
set, kemudian ke economiser (23) sebelum di kembalikan ke tabung boiler(17).

12. Sedangkan Air pendingin dari condensor akan di semprotkan kedalam cooling tower (1) ,
dan inilah yang meyebabkan timbulnya asap air pada cooling tower. kemudian air yang sudah
agak dingin dipompa balik ke condensor sebagai air pendingin ulang.

13. Ketiga turbin di gabung dengan shaft yang sama dengan generator 3 phase (5), Generator
ini kemudian membangkitkan listrik tegangan menengah ( 20-25 kV).

14. Dengan menggunakan transformer 3 phase (4) , tegangan dinaikkan menjadi tegangan
tinggi berkisar 250-500 kV yang kemudian dialirkan ke sistem transmisi 3 phase.

15. Sedangkan gas buang dari boiler di isap oleh kipas pengisap(26) agar melewati electrostatic
precipitator (25) untuk mengurangi polusi dan kemudian gas yg sudah disaring akan dibuang
melalui cerobong (27)

Begitulah uraian singkat prinsip kerja PLTU batubara.

Semoga bermanfaat

Sumber : http://energi-terbarukan-indonesia.blogspot.com/2009/01/pltu-batubara.html
Apa Itu Pembangkit Listrik Tenaga Uap?

PLTU atau Pembangkit Listrik Tenaga Uap adalah sebuah pembangkit listrik yang
menggunakan tenaga uap atau energi uap untuk menghasilkan pasokan tenaga listrik.

Bentuk utama pemanfaatan energi ini sebenarnya hampir mirip dengan prinsip kerja dari
pembangkit listrik tenaga panas bumi dimana sebagai tenaga penggeraknya menggunakan
sebuah generator yang akan dihubungkan ke sebuah turbin pembangkit yang kemudian akan
di olah menjadi tenaga listrik.

Tenaga penggerak utama dalam proses pembentukan energi ini adalah sebuah energi kinetik
yang berasal dari uap panas dan juga kering. Untuk pembangkit listrik tenaga uap sendiri
sebenarnya mengguanakan bahan bakar yang berasal dari batu bara atau minyak bakar yang
berasal dari energi fosil.

2 Penghasil Pembangkit Listrik Tenaga Uap!


 

1. Pembangkit Listrik Tenaga Uap Bahan Bakar Batu


Bara.
Pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar batu bara ini merupakan bahan bakar batu bara
yang terdiri dari bituminus dan sub bituminus. Selain dua komponen pembentuk uap batu
bara tersebut, saat ini beberapa perusahaan besar pembangkit listrik tenaga uap juga mulai
juga mulai menggunakan lignit sebagai energi pembangkit tenaganya.

2. Pembangkit Listrik Tenaga Uap Bahan Bakar Minyak


Panas Bumi.
Pada pembangkit jenis ini juga menggunakan sebuah generator yang akan dihubungkan
dengan turbin pembangkit yang mana manfaatkan tenaga minyak bumi yang memiliki panas
berkekuatan besar.

Pada bagian minyak panas bumi ini hanya dimanfaatkan uap panasnya saja yang digunakan
yang digunakan untuk tenaga pembangkit listrik. Pemanfaatan energi semacam ini memang
lebih di dominasi selain energinya lebih kuat pemanfaatan bahan bakar minyak bumi juga
lebih banyak digunakan di berbagai negara termasuk juga yang ada di Indonesia.

Cara Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Uap


1. Pertama, air diisikan ke boiler hingga mengisi penuh seluruh luas permukaan pemindah
panas. Didalam boiler air ini dipanaskan dengan gas panas hasil pembakaran bahan bakar
dengan udara sehingga berubah menjadi.

2. Kedua, Uap hasil produksi boiler dengan tekanan dan temperatur tertentu diarahkan untuk
memutar turbin sehingga menghasilkan daya mekanik berupa putaran.

3. Ketiga, Generator yang dikopel langsung dengan turbin berputar menghasilkan energi
listrik sebagai hasil dari perputaran medan magnet dalam kumparan, sehinga ketika turbin
berputar dihasilkan energi dari terminal output generator.

4. Keempat, Uap bekas keluar turbin masuk ke kondensor untuk didinginkan dengan air
pendingin agar berubah kembali menjadi air yang disebut kondensat hasil kondensasi uap
kemudia digunakan lagi sebagai air pengisi boiler.

Baca juga:

 Cara Kerja PLTA


 Cara Kerja PLTS
Sejarah Pembangkit Listrik Tenaga Uap

Sejak abad ke 18, mesin uap reciprocating sudah digunakan untuk sumber tenaga mekanik,
dengan perbaikan penting yang dilakukan oleh James Watt. Pusat pembangkit listrik
komersil komersial petama di New York dan London. Pada tahun 1882, juga menggunakan
mesin uap reciprocating. Sebagai ukuran generator meningkat, akhirnya turbin mengambil
alih karena efisiensi yang lebih tinggi dan biaya konstruksi yang lebih rendah. Pada tahun
1920 setiap stasiun pusat yang lebih besar dari beberapa ribu kilowatt akan menggunakan
penggerak utama turbin.

Keunggulan dan Kelemahan Pembangkit Listrik


Tenaga Uap
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) memiliki beberapa keunggulan dibandingkan
dengan jenis pembangkit listrik lainnya. Keunggulan tersebut adalah:

 Dapat dioperasikan dengan menggunakan berbagai jenis bahan bakar (padat, cair, dan gas).
 Bisa dibangun dengan kapasitas yang bervariasi
 Dapat dioperasikan dengan berbagai mode pembebanan
 Kontinuitas operasinya tinggi
 Usia pakai (life tine) relatif lama

Namun pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) juga memiliki beberapa kelemahan.
Kelemahan tersebut antara lain adalah:

 Sangat tergantung pada tersedianya pasokan bahan bakar


 Tidak dapat dioperasikan (start) tanpa pasokan listrik dari luar
 Memerlukan tersedianya air pendingin yang sangat banyak dan kontinu; dan
 Investasi awalnya mahal
PLTU BATUBARA (COAL POWER PLANT) K2512059
PLTU BATUBARA (COAL POWER PLANT)

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) merupakan pembangkit listrik tenaga thermal yang
mengkonversi energi kimia dalam bahan bakar menjadi energi listrik. PLTU banyak digunakan,
karena efisiensinya tinggi sehingga menghasilkan energi listrik yang ekonomis. Saat ini 60%
kebutuhan listrik dunia bergantung pada PLTU batubara. Secara sederhana uap yang dihasilkan
oleh pembakaran batubara memutar mesin turbin untuk menghasilkan listrik.

Batu bara yang dipakai secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu batu bara
berkualitas tinggi dan batu bara berkualitas rendah. Bila batu bara yang dipakai kualitasnya baik
maka akan sedikit sekali menghasilkan unsur berbahaya, sehingga tidak begitu mencemari
lingkungan. Sedang bila batu bara yang dipakai mutunya rendah maka akan banyak
menghasilkan unsur berbahaya seperti Sulfur, Nitrogen dan Sodium. Keunggulan pembangkit ini
adalah bahan bakarnya lebih murah harganya dari minyak dan cadangannya tersedia dalam
jumlah besar serta tersebar di seluruh Indonesia.

Proses konversi energi pada PLTU berlangsung melalui 3 tahapan, yaitu :


1. Energi kimia dalam bahan bakar diubah menjadi energi panas dalam bentuk uap
bertekanan dan temperatur tinggi.
2. Energi panas (uap) diubah menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran.
3. Energi mekanik diubah menjadi energi listrik.
Bagian Utama

Bagian utama yang terdapat pada suatu PLTU yaitu :

1. Boiler

Boiler berfungsi untuk mengubah air (feed water) menjadi uap panas lanjut (superheated steam)
yang akan digunakan untuk memutar turbin.

2. Turbin uap

Turbin uap berfungsi untuk mengkonversi energi panas yang dikandung oleh uap menjadi energi
putar (energi mekanik). Poros turbin dikopel dengan poros generator sehingga ketika turbin
berputar generator juga ikut berputar.

3. Kondensor

Kondensor berfungsi untuk mengkondensasikan uap bekas dari turbin (uap yang telah digunakan
untuk memutar turbin).

4. Generator

Generator berfungsi untuk mengubah energi putar dari turbin menjadi energi listrik.
Peralatan Penunjang
Peralatan penunjang yang terdapat dalam suatu PLTU pada umumnya adalah :

1. Desalination Plant (Unit Desal)

Peralatan ini berfungsi untuk mengubah air laut (brine) menjadi air tawar (fresh water)
dikarenakan sifat air laut yang korosif, sehingga jika air laut tersebut dibiarkan langsung masuk
ke dalam unit utama, maka dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan PLTU.

2. Reverse Osmosis (RO)

Berfungsi menyaring garam-garam yang terkandung pada air laut, sehingga dapat dihasilkan air
tawar seperti pada desalination plant.

3. Demineralizer Plant (Unit Demin)

Berfungsi untuk menghilangkan kadar mineral (ion) yang terkandung dalam air tawar. Air
sebagai fluida kerja PLTU harus bebas dari mineral,yang dapat menyebabkan korosi pada
peralatan PLTU.
4. Hidrogen Plant (Unit Hidrogen)

Digunakan hydrogen (H2) sebagai pendingin Generator.

5. Chlorination Plant (Unit Chlorin)

Berfungsi untuk menghasilkan senyawa natrium hipoclorit (NaOCl) yang digunakan untuk
memabukkan/melemahkan mikro organisme laut pada area water intake.

6. Auxiliary Boiler (Boiler Bantu)

Berfungsi untuk menghasilkan uap (steam) yang digunakan pada saat boiler utama start up
maupun sebagai uap bantu (auxiliary steam).

7. Coal Handling (Unit Pelayanan Batubara)

Merupakan unit yang melayani pengolahan batubara yaitu dari proses bongkar muat kapal (ship
unloading) di dermaga, penyaluran ke stock area sampai penyaluran ke bunker unit.

8. Ash Handling (Unit Pelayanan Abu)

Merupakan unit yang melayani pengolahan abu baik itu abu jatuh (bottom ash) maupun abu
terbang (fly ash) dari Electrostatic Precipitator hopper dan SDCC (Submerged Drag Chain
Conveyor) pada unit utama sampai ke tempat penampungan abu (ash valley).

Proses Kerja PLTU Batubara


Proses kerja PLTU batubara

Proses kerja PLTU batubara secara sederhana:

1. Batubara dihancurkan dan dihaluskan hingga menyerupai tepung, kemudian dicampur dengan
udara panas dan disemprot dengan tekanan tinggi sehingga akan terjadi pembakaran yang
maksimum ke dalam boiler.

2. Air dialirkan melalui pipa di dalam dinding boiler, dipanaskan menjadi uap hingga mencapai suhu
1000oF dengan tekanan 200 bar dan disalurkan ke turbin.
3. Tekanan uap yang besar akan mendorong poros turbin yang dihubungkan ke poros generator
dimana magnet berputar dalam kumparan sehingga menghasilkan listrik.
4. Uap yang keluar dari turbin dialirkan ke kondensor untuk dimasak ulang. Sedangkan air pendingin
akan disemprotkan ke dalam cooling tower, kemudian dipompa kembali ke kondensor sebagai
air pendingin ulang dan uap air dikembalikan ke boiler untuk mengulangi siklus.
Siklus kerja PLTU
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP (PLTU) Batubara
Kadek Fendy Sutrisna
27 April 2012
Dukung Fendy Sutrisna untuk tetap berbagi dalam artikel ketenagalistrikan Indonesia dengan klik link LIKE,
COMMENT & SHARE di halaman facebook ini -> Catatan Fendy Sutrisna
Secara kebetulan saya menemukan 2 artikel tentang PLTU berbahan bakar batubara yang
katanya dikarang oleh saya sendiri. Sebagai referensi saya mohon ijin untuk publis juga di blog
ini. Semoga dapat menambah wawasan rekan-rekan tentang PLTU Batubara. Selamat
menikmati!

 
PEMBANGKIT Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara adalah sebuah instalasi pembangkit tenaga
listrik menggunakan mesin turbin yang diputar oleh uap yang dihasilkan melalui pembakaran
batubara. PLTU batubara adalah sumber utama dari listrik dunia saat ini. Sekitar 60% listrik
dunia bergantung pada batubara karena biaya PLTU batubara.
Cara kerja PLTU batubara, mula-mula batubara dari luar dialirkan ke penampung batubara
dengan conveyor,kemudian dihancurkan menggunakan pulverized fuel coal . Tepung batubara
halus kemudian dicampur dengan udara panas oleh forced draught .Dengan tekanan yang
tinggi, campuran tersebut disemprotkan ke dalam boiler sehingga akan terbakar dengan cepat
seperti semburan api. Kemudian air dialirkan ke atas melalui pipa yang ada di dinding boiler.
Air dimasak menjadi uap kemudian uap dialirkan ke tabung boiler untuk memisahkan uap dari
air yang terbawa. Selanjutnya uap dialirkan ke superheater untuk melipatgandakan suhu dan
tekanan uap hingga mencapai suhu 570° C dan tekanan sekitar 200 bar yang meyebabkan pipa
akan ikut berpijar menjadi merah.Untuk mengatur turbin agar mencapai set point, dilakukan
dengan men-setting steam governor valve secara manual maupun otomatis. Uap keluaran dari
turbin mempunyai suhu sedikit di atas titik didih, sehingga perlu dialirkan ke condenser agar
menjadi air yang siap untuk dimasak ulang. Sedangkan air pendingin dari condenser akan di
semprotkan kedalam cooling tower sehingga menimbulkan asap air pada cooling tower. Air
yang sudah agak dingin dipompa balik ke condenser sebagai air pendingin ulang. Sedangkan
gas buang dari boiler diisap oleh kipas pengisap agar melewati electrostatic precipitator untuk
mengurangi polusi dan gas yang sudah disaring dibuang melalui cerobong.
PLTU Batubara terbesar se-Asia Tenggara berkapasitas 2 x 1000 megawatt rencananya
dibangun di Batang, Jawa Tengah dengan menggunakan teknologi terbaru dan pertama kali
diterapkan Indonesia, yakni teknologi USC (Ultra Super Critical) dengan menggunakan peralatan
penangkap sulfur (FGD) filter debu.

Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2286324-cara-kerja-pltu-batubara/#ixzz1wfoM55lS
TEKNOLOGI gasifikasi diklaim sebagai teknologi batubara yang bersih dan efisien.
Diperkirakan di awal abad ke-21, PLTU-batubara dengan teknologi gasifikasi akan
mengeluarkan 99 % lebih sedikit sulfur dioksida (SO2) dan abu terbang, serta 90 % kurang
nitrogen oksida (NOx) dari PLTU-batubara masa kini. PLTU-batubara gasifikasi juga
diperkirakan dapat menurunkan emisi karbon dioksida (CO2) dengan 35 – 40 %, menurunkan
buangan padat dengan 40 – 50 % dan menghasilkan penghematan biaya daya 10 – 20 %.
Karena memiliki cadangan batubara yang cukup besar, terutama yang berupa lignit, teknologi
gasifikasi di masa mendatang menjadi sangat penting bagi Indonesia .

Teknologi pencairan batubara masih banyak terganggu oleh biaya yang tinggi. Negara yang
paling maju dalam bidang ini adalah Afrika Selatan yang memiliki beberapa pabrik batubara cair
yakni “Sasol One” di Sasolburg, yang berproduksi sejak pertengahan 1950an, ‘Sasol Two’ di
kota Secunde yang berproduksi sejak tahun 1980, dan ‘Sasol Three’, berproduksi sejak tahun
1982.

Sayang, pembangkit listrik ini membuang energi dua kali lipat dari energi yang dihasilkan.
Setiap 1000 megawatt yang dihasilkan dari pembangkit listrik bertenaga batubara akan
mengemisikan 5,6 juta ton CO2 per tahun. CO2 merupakan salah satu penyebab utama global
warming atau efek rumah kaca.

Pakar energi Kadek Fendy Sutrisna menilai proses gasifikasi / batubara cair ‘belum’ bisa
mengurangi emisi gas karbondioksida dan ‘belum’ bisa meningkatkan efisiensi bahan bakar.
Walaupun PLTU dengan teknologi batubara bersih mampu mengurangi 90 % gas buangan dan
abu terbangnya pada saat beroperasi, namun polutan selama proses pembuatan batubara
cair /gas yang dihasilkan masih cukup tinggi.

Sumber: http://id.shvoong.com/exact-sciences/2286336-teknologi-gasifikasi-pltu-batubara/#ixzz1wfokTDlM
Menerima jasa Konsultasi Studi Kelayakan (Feasibility Study, FS) untuk proyek Pembangkit Listrik, konsultansi
meliputi pemilihan lokasi pembangunan pembangkit listrik, studi perhitungan daya dan energi listrik, studi
sistem kelistrikan, membuat estimasi biaya pembangunan pembangkit listrik mencakup analisis harga satuan
pekerjaan sipil, peralatan elektrikal-mekanik, peralatan jaringan transmisi-distribusi-instalasi rumah, pajak
serta biaya pengembangan; memperkirakan komponen biaya operasional (fixed & variable O&M Cost);
menghitung harga tarif yang tepat, analisa finansial, dan mematangkan segala langkah pembangunan dan
operasional proyek pembangunan pembangkit listrik.
WA/Line : 0813378-01378,
Email : ir.fendysutrisna@gmail.com
Begini Proses Pengolahan Batubara Menjadi Listrik di PLTU Air
Anyir 
Redaksi | Rabu, 07 Agustus 2019 - 17:10:40 WIB | dibaca: 2190 pembaca

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Air Anyir. WARTABANGKA.COM/TWO

WARTABANGKA.COM, PANGKALPINANG- Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Air Anyir  2x30 MW di
Kecamatan Merawang, Kabupaten Bangka, menggunakan bahan bakar batubara sebagai sumber listrik. Proses
pengolahan batubara ini hingga bisa dinikmati listriknya oleh masyarakat memakan waktu yang cukup lama.

"Prosesnya lama sekali, pemanasannya yang lama, karena kita butuh 6-8 jam untuk pengolahan batubara hingga
menjadi uap, nah uapnya inilah yang kita gunakan sebagai sumber listrik," sebut General Manager PLN UIW Babel,
Abdul Mukhlis, Rabu (7/8). 

Mukhlis menyebutkan, batubara yang berada di tempat Jeti penyimpanan PLTU air Anyir, ditampung di coal
stockyard setelah ditampung masukkan lewat dry cold shed, kemudian dimasukkan coal conveyor ke boiler.

Di area ini, air laut dipanaskan menggunakan batubara, sampai temperatur tinggi sehingga jadi uap, sebelumnya, air
laut dilakukan treatment untuk menghilangkan kadar garam dan mineral.

"Di boiler inilah batubara dipanaskan hingga menjadi uap, uapnya kita ambil kemudian masuk ke dalam turbin dan
disana semacam kipas berputar atau diproses," bebernya.
Kemudian, lanjut dia, dari turbin tersambung dengan generator, kemudian tersambung untuk memutar generator
dihasilkan energi listrik, menuju ke gardu induk. 

"Di gardu induk, listrik ini diolah, jika tegangannya rendah maka dinaikkan, baru kemudian bisa kita pake untuk
nonton tv, ngecas hp dan lainnya," ulas Mukhlis.

Dalam setiap proses ini, petugas PLN selalu siaga dan standby melakukan pekerjaan, mulai dari pemantauan,
pemeliharaan dan pekerjaan lainnya. "Air laut sisa dari pemanasan, kita kembalikan lagi ke laut, begitu terus
prosesnya setiap hari," imbuhnya.

Untuk mensuplai listrik, PLN membutuhkan membutuhkan cukup banyak batubara, dimana dalam satu bulan
pengiriman bisa hingga tiga kali dengan kapasitas satu kali pengiriman sebanyak 7.500 ton batubara.

"Kita selalu stok batubara 25-30 hari kedepan dan listrik menggunakan batubara ini cukup murah, karena kita
(Indonesia-red) penghasil batubara," demikian Mukhlis.(*/TWO)

penulis: TWO

Sumber Berita: http://wartabangka.com/berita--.html #ixzz6O5Pswzx3


Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial No Derivatives
Fungsi dan Prinsip kerja PLTU
By alief rakhman|April 8th, 2013

 View Larger Image

 Share

 Tweet

 Share

 Share
 

 Share


TotalShares

 Siklus Rankine

PLTU adalah jenis pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan, karena
efisiensinya tinggi sehingga menghasilkan energi listrik yang ekonomis.  PLTU
merupakan mesin konversi energi yang mengubah energi kimia dalam bahan bakar
menjadi energi listrik.

Proses konversi energi pada PLTU berlangsung melalui 3 tahapan, yaitu :

 Pertama, energi kimia dalam bahan bakar diubah menjadi energi panas dalam bentuk
uap bertekanan dan temperatur tinggi.
 Kedua, energi panas (uap) diubah menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran.
 Ketiga, energi mekanik diubah menjadi energi listrik.
Gb 1 Proses konversi energi pada PLTU

PLTU menggunakan fluida kerja air uap yang bersirkulasi secara tertutup. Siklus
tertutup artinya menggunakan fluida yang sama secara berulang-ulang. Urutan
sirkulasinya secara singkat adalah sebagai berikut :

 Pertama air diisikan ke boiler hingga mengisi penuh seluruh luas permukaan pemindah
panas. Didalam boiler air ini dipanaskan dengan gas panas hasil pembakaran bahan
bakar dengan udara sehingga berubah menjadi uap.
 Kedua, uap hasil produksi boiler dengan tekanan dan temperatur tertentu diarahkan
untuk memutar turbin sehingga menghasilkan daya mekanik berupa putaran.
 Ketiga, generator yang dikopel langsung dengan turbin berputar menghasilkan energi
listrik  sebagai hasil dari perputaran medan magnet dalam kumparan, sehingga ketika
turbin berputar dihasilkan energi listrik dari terminal output generator
 Keempat, Uap bekas keluar turbin masuk ke kondensor untuk didinginkan dengan air
pendingin agar berubah kembali menjadi air yang disebut air kondensat. Air kondensat
hasil kondensasi uap kemudian digunakan lagi sebagai air pengisi boiler.
 Demikian siklus ini berlangsung terus menerus dan berulang-ulang.

Gb 2 Siklus fluida kerja sederhana pada PLTU

 
Siklus kerja PLTU yang merupakan siklus tertutup dapat digambarkan dengan diagram
T – s (Temperatur – entropi). Siklus ini adalah penerapan siklus rankine ideal. Adapun
urutan langkahnya adalah sebagai berikut :

Gb 3 Diagram T – s Siklus PLTU (Siklus Rankine)

1. a – b   : Air dipompa dari tekanan P2 menjadi P1. Langkah ini adalah langkah kompresi
isentropis, dan proses ini terjadi pada pompa air pengisi.
2. b – c   : Air bertekanan ini dinaikkan temperaturnya hingga mencapai titik didih. Terjadi
di LP heater, HP heater dan Economiser. .
3. c – d   : Air berubah wujud menjadi uap jenuh. Langkah ini
disebut vapourising (penguapan) dengan proses isobar isothermis, terjadi di boiler yaitu
di wall tube (riser) dan steam drum.
4. d – e   : Uap dipanaskan lebih lanjut hingga uap mencapai temperatur kerjanya menjadi
uap panas lanjut (superheated vapour). Langkah ini terjadi di superheater boiler dengan
proses isobar.
5. e – f    : Uap melakukan kerja sehingga tekanan dan temperaturnya turun. Langkah ini
adalah langkah ekspansi isentropis, dan terjadi didalam turbin.
6. f – a    : Pembuangan panas laten uap sehingga berubah menjadi air kondensat.
Langkah ini adalah isobar isothermis, dan terjadi didalam kondensor.

Bagian-Bagian PLTU

Bagian Utama

Bagian utama yang terdapat pada suatu PLTU yaitu :


Boiler

Boiler berfungsi untuk mengubah air (feed water) menjadi uap panas lanjut
(superheated steam) yang akan digunakan untuk memutar turbin.

Turbin uap

Turbin uap berfungsi untuk mengkonversi energi panas yang dikandung oleh uap
menjadi energi putar (energi mekanik). Poros turbin dikopel dengan poros generator
sehingga ketika turbin berputar generator juga ikut berputar.

Kondensor

Kondensor berfungsi untuk mengkondensasikan uap bekas dari turbin (uap yang telah
digunakan untuk memutar turbin).

Generator

Generator berfungsi untuk mengubah energi putar dari turbin menjadi energi listrik.

Peralatan Penunjang

Peralatan penunjang yang terdapat dalam suatu PLTU pada umumnya adalah :

Desalination Plant (Unit Desal)

Peralatan ini berfungsi untuk mengubah air laut (brine) menjadi air tawar (fresh water)
dengan metode penyulingan (kombinasi evaporasi dan kondensasi). Hal ini
dikarenakan sifat air laut yang korosif, sehingga jika air laut tersebut dibiarkan langsung
masuk ke dalam unit utama, maka dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan
PLTU.

Reverse Osmosis (RO)

Mempunyai fungsi yang sama seperti desalination plant namun metode yang digunakan
berbeda. Pada peralatan ini digunakan membran semi permeable yang dapat
menyaring garam-garam yang terkandung pada air laut, sehingga dapat dihasilkan air
tawar seperti pada desalination plant.

Pre Treatment pada unit yang menggunakan pendingin air tanah / sungai

Untuk PLTU yang menggunakan air tanah/air sungai, pre-treatment berfungsi untuk
menghilangkan endapan,kotoran dan mineral yang terkandung di dalam air tersebut.

Demineralizer Plant (Unit Demin)


Berfungsi untuk menghilangkan kadar mineral (ion) yang terkandung dalam air tawar.
Air sebagai fluida kerja PLTU harus bebas dari mineral, karena jika air masih
mengandung mineral berarti konduktivitasnya masih tinggi sehingga dapat
menyebabkan terjadinya GGL induksi pada saat air tersebut melewati jalur perpipaan di
dalam PLTU. Hal ini dapat menimbulkan korosi pada peralatan PLTU.

Hidrogen Plant (Unit Hidrogen)

Pada PLTU digunakan hydrogen (H2) sebagai pendingin Generator.

Chlorination Plant (Unit Chlorin)

Berfungsi untuk menghasilkan senyawa natrium hipoclorit (NaOCl) yang digunakan


untuk memabukkan/melemahkan mikro organisme laut pada area water intake. Hal ini
dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pengerakkan (scaling) pada pipa-pipa
kondensor maupun unit desal akibat perkembangbiakan mikro organisme laut tersebut.

Auxiliary Boiler (Boiler Bantu)

Pada umumnya merupakan boiler berbahan bakar minyak (fuel oil), yang berfungsi
untuk menghasilkan uap (steam) yang digunakan pada saat boiler utama start up
maupun sebagai uap bantu (auxiliary steam).

Coal Handling (Unit Pelayanan Batubara)

Merupakan unit yang melayani pengolahan batubara yaitu dari proses bongkar muat
kapal (ship unloading) di dermaga, penyaluran ke stock area sampai penyaluran ke
bunker unit.

Ash Handling (Unit Pelayanan Abu)

Merupakan unit yang melayani pengolahan abu baik itu abu jatuh (bottom ash) maupun
abu terbang (fly ash) dari Electrostatic Precipitator hopper dan SDCC (Submerged Drag
Chain Conveyor) pada unit utama sampai ke tempat penampungan abu (ash valley)

Tiap-tiap komponen utama dan peralatan penunjang dilengkapi dengan sistem-sistem


dan alat bantu yang mendukung kerja komponen tersebut. Gangguan atau malfunction
dari salah satu bagian komponen utama akan dapat menyebabkan terganggunya
seluruh sistem PLTU.

Jika menurut anda bermanfaat Silahkan COPY atau SHARE artikel Fungsi dan Prinsip
kerja PLTU ini. Jangan lupa lampirkan sumbernya ya. Terimakasih

Baca juga artikel berkaitan berikut ini


1. Siklus kerja PLTU
2. Prinsip kerja boiler
3. Prinsip kerja kondensor

PLTU ( PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP )


Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) adalah pembangkit yang
mengandalkan energi kinetik dari uap untuk menghasilkan energi
listrik.

Bentuk utama dari pembangkit listrik jenis ini adalah Generator yang
dihubungkan ke turbin yang digerakkan oleh tenaga kinetik dari uap
panas/kering. Pembangkit listrik tenaga uap menggunakan berbagai
macam bahan bakar terutama batu bara dan minyak bakar serta MFO
untuk start up awal. Salah satu PLTU terbesar adalah PLTU Paiton,
Probolinggo, Jawa timur.

Proses konversi energi pada PLTU berlangsung melalui 3 tahapan,


yaitu :

 Pertama, energi kimia dalam bahan bakar diubah menjadi energi


panas dalam bentuk uap bertekanan dan temperatur tinggi.
 Kedua, energi panas (uap) diubah menjadi energi mekanik
dalam bentuk putaran.
 Ketiga, energi mekanik diubah menjadi energi listrik.

PLTU menggunakan fluida kerja air uap yang bersirkulasi secara


tertutup. Siklus tertutup artinya menggunakan fluida yang sama
secara berulang-ulang. Urutan sirkulasinya secara singkat adalah
sebagai berikut :

 Pertama air diisikan ke boiler

hingga mengisi penuh seluruh luas permukaan pemindah panas.


Didalam boiler air ini dipanaskan dengan gas panas hasil pembakaran
bahan bakar dengan udara sehingga berubah menjadi uap.
 Kedua, uap hasil produksi boiler dengan

tekanan dan temperatur tertentu diarahkan untuk memutar turbin


sehingga menghasilkan daya mekanik berupa putaran.

 Ketiga, generator yang dikopel langsung

dengan turbin berputar menghasilkan energi listrik  sebagai hasil dari


perputaran medan magnet dalam kumparan, sehingga ketika turbin
berputar dihasilkan energi listrik dari terminal output generator

 Keempat, Uap bekas keluar turbin masuk ke kondensor

untuk didinginkan dengan air pendingin agar berubah kembali menjadi


air yang disebut air kondensat. Air kondensat hasil kondensasi uap
kemudian digunakan lagi sebagai air pengisi boiler.

 Demikian siklus ini berlangsung terus menerus dan berulang-


ulang

CARA KERJA PLTU :


cara kerja :

Sebuah pembangkit listrik jika dilihat dari bahan baku untuk


memproduksinya, maka Pembangkit Listrik Tenaga Uap bisa
dikatakan pembangkit yang berbahan baku Air. Kenapa tidak UAP?
Uap disini hanya sebagai tenaga pemutar turbin, sementara untuk
menghasilkan uap dalam jumlah tertentu diperlukan air. Menariknya
didalam PLTU terdapat proses yang terus menerus berlangsung dan
berulang-ulang. Prosesnya antara air menjadi uap kemudian uap
kembali menjadi air dan seterusnya. Proses inilah yang dimaksud
dengan Siklus PLTU.

Air yang digunakan dalam siklus PLTU ini disebut Air


Demin (Demineralized), yakni air yang mempunyai kadar conductivity
(kemampuan untuk menghantarkan listrik) sebesar 0.2 us (mikro
siemen). Sebagai perbandingan air mineral yang kita minum sehari-
hari mempunyai kadar conductivity sekitar 100 – 200 us. Untuk
mendapatkan air demin ini, setiap unit PLTU biasanya dilengkapi
dengan Desalination Plant dan Demineralization Plant yang berfungsi
untuk memproduksi air demin ini.

Secara sederhana bagaimana siklus PLTU itu bisa dilihat ketika


proses memasak air. Mula-mula air ditampung dalam tempat
memasak dan kemudian diberi panas dari sumbu api yang menyala
dibawahnya. Akibat pembakaran menimbulkan air terus mengalami
kenaikan suhu sampai pada batas titik didihnya. Karena pembakaran
terus berlanjut maka air yang dimasak melampaui titik didihnya
sampai timbul uap panas. Uap ini lah yang digunakan untuk memutar
turbin dan generator yang nantinya akan menghasilkan energi listrik.
cara kerja :

Air laut yang jumlahnya melimpah ruah dipompa oleh CWP


(Circulating Water Pump) (1) yang sebagian besar dipakai untuk
media pendingin di Condenser (6) dan sebagian lagi dijadikan air
tawar di Desalination Evaporator (2). Setelah air menjadi tawar,
kemudian dipompa oleh Distillate Pump (3) untuk kemudian
dimasukkan ke dalam Make Up Water Tank (4) yang kemudian
dipompa lagi masuk ke sistem pemurnian air (Demineralizer) dan
selanjutnya dimasukkan ke dalam Demin Water Tank (5). Dari sini air
dipompa lagi untuk dimasukkan ke dalam Condenser bersatu dengan
air kondensat sebagai air benam ban. Air kondensat yang kondisinya
sudah dalam keadaan murni dipompa lagi dengan menggunakan
pompa kondensat, kemudian dimasukkan ke dalam 2 buah pemanas
Low Pressure Heater (7) dan kemudian diteruskan ke Deaerator (8)
untuk mengeluarkan atau membebaskan unsur O2 yang terkandung
dalam air tadi. Selanjutnya air tersebut dipompa lagi dengan bantuan
Boiler Feed Pump (9) dipanaskan lagi ke dalam 2 buah High Pressure
Heater (10) untuk diteruskan ke dalam boiler yang terlebih dahulu
dipanaskan lagi dengan Economizer (11) baru kemudian masuk ke
dalam Steam Drum (12). Proses pemanasan di ruang bakar
menghasilkan uap jenuh dalam steam drum, dipanaskan lagi oleh
Superheater (14) untuk kemudian dialirkan dan memutar Turbin Uap
(15). Uap bekas yang keluar turbin diembunkan dalam condenser
dengan bantuan pendinginan air laut kemudian air kondensat
ditampung di hot well.

Bahan bakar berupa residu/MFO dialirkan dari kapal/tongkang (16) ke


dalam Pumping House (17) untuk dimasukkan ke dalam Fuel Oil Tank
(18). Dari sini dipompa lagi dengan fuel oil pump selanjutnya masuk
ke dalam Fuel Oil Heater (19) untuk dikabutkan di dalam Burner (20)
sebagai alat proses pembakaran bahan bakar dalam Boiler.

Udara di luar dihisap oleh FDF (Forced Draught Fan) (21) yang
kemudian dialirkan ke dalam pemanas udara (Air Heater) (22) dengan
memakai gas bekas sisa pembakaran bahan bakar di dalam Boiler
(13) sebelum dibuang ke udara luar melalui Cerobong/Stack (23).

Perputaran Generator (24) akan menghasilkan energi listrik yang oleh


penguat/exciter tegangan mencapai 11,5 kV, kemudian oleh Trafo
Utama/Main Transformater (25) tegangan dinaikkan menjadi 150 kV.
Energi listrik itu lalu dibagi melalui Switch Yard (26) untuk kemudian
dikirim ke Gardu Induk melalui Transmisi Tegangan Tinggi (27).
Kemudian, tenaga listrik itu dialirkan lagi pada para konsumen.

Gambar PLTU :
Proggres Kerja PLTU :

Program PLTU 10.000 MW Tahap I

Untuk mempercepat ketersediaan listrik PLN membuat program untuk


membuat 35 PLTU dengan total tenaga 10.000 MW. Ketiga puluh lima
PLTU tersebut tersebar di jawa dan luar jawa. Untuk Jawa dibangun
10 buah PLTU, rinciannya sebagai berikut :[1]

No Pembangkit Tempat Kapasitas Keterangan

PLTU Batubara seharga US $ 428,794,037 yg menghemat


PLTU 1 1 x 625
1 Suralaya BBM /tahun Rp.4,3 Triliun & menyerap tenaga kerja masa
Banten MW
konstruksi 2.500 orang[2]
PLTU Batubara seharga US $ 492,940,279 yg menghemat
PLTU 2 2 x 300
2 Labuhan BBM /tahun Rp.4,15 Triliun & menyerap tenaga kerja masa
Banten MW
konstruksi 1.700 orang

PLTU 3 3 x 315
3 Lontar
Banten MW

PLTU 1 Jawa 3 x 330


4 Indramayu
Barat MW

Terletak di desa Citarik, kecamatan Palabuhan ratu, Proyek ini


PLTU 2 Jawa Pelabuhan 3 x 350 dikerjakan oleh konsorsium Shanghai Electric Corp Ltd dan
5
Barat Ratu MW Maxima Infrastruktur. Nilai kontraknya US$ 566,984 juta dan Rp
2,205 triliun [1]

PLTU Batubara seharga US $ 558.005.559 yg menghemat


PLTU 1 Jawa 2 x 315
6 Rembang BBM /tahun Rp.4,15 Triliun & menyerap tenaga kerja masa
Tengah MW
konstruksi 1.700 orang

PLTU 2 Jawa 1 x 600


7 Cilacap
Tengah MW

PLTU Batubara seharga USD.379.469.024,- (incl. VAT) + Rp.


1.353.549.019.000,- (incl. VAT) proyek ini dikerjakan oleh
PLTU 1 Jawa 2 x 315 konsorsium Dongfang Electric Corp Ltd dan PT Dalle Energy.
8 Pacitan
Timur MW pengerjaan O&M Oleh PT. PJB yang sampai saat ini baru sampai
tahapan Performance test untuk unit 2 dan akan memasuki
tahapan COD untuk unit 1 pada bulan juli 2013
PLTU Batubara seharga US $ 466.257.004 yg menghemat
PLTU 2 Jawa 1 x 660
9 Paiton BBM /tahun Rp.4,4 Triliun & menyerap tenaga kerja masa
Timur MW
konstruksi 1.700 orang

PLTU 3 Jawa Tj. Awar– 2 x 350


10 Selengkapnya Lihat di [3]
Timur Awar Tuban MW

PLTU Tanjung 4 x 661


11 Jepara Selengkapnya lihat di[4][5]
Jati B MW

Untuk di luar pulau jawa dan bali dibangun 25 PLTU, rinciannya


sebagai berikut :

No Pembangkit Tempat Kapasitas Keterangan

1 PLTU NAD Meulaboh 2 x 100 MW

2 PLTU 2 Sumatera Utara Pangkalan Susu 2 x 200 MW

3 PLTU Sumatra Barat Teluk Sirih 2 x 100 MW

4 PLTU 3 Bangka Belitung Belitung 2 x 25 MW

5 PLTU 4 Bangka Belitung Belitung 2 x 15 MW

6 PLTU 1 Riau Bengkalis 2 x 10 MW


7 PLTU 2 Riau Selat Panjang 2 x 7 MW

8 PLTU Kepulauan Riau Tanjung Balai Karimun 2 x 7 MW

9 PLTU Lampung Tarahan Baru 2 x 100 MW

10 PLTU 1 Kalimantan Barat Kalimantan Barat 2 x 50 MW

11 PLTU 2 Kalimantan Barat Bengkayang 2 x 25 MW

12 PLTU 1 Kalimantan Tengah Pulang Pisau 2 x 60 MW PLTU Pulang Pisau

13 PLTU Kalimantan Selatan Asam-Asam 2 x 65 MW PLTU Asam-asam unit III dan IV

14 PLTU 2 Sulawesi Utara Amurang 2 x 25 MW

15 PLTU Sulawesi Tenggara Kendari 2 x 10 MW

16 PLTU Sulawesi Selatan Barru 2 x 50 MW

17 PLTU Gorontalo Gorontalo 2 x 25 MW

18 PLTU Maluku Maluku 2 x 15 MW


19 PLTU Maluku Utara Tidore 2 x 7 MW

20 PLTU 1 NTB Bima 2 x 15 MW

21 PLTU 2 NTB Lombok 2 x 25 MW

22 PLTU 1 NTT Ende 2 x 7 MW

23 PLTU 2 NTT Kupang 2 x 15 MW

24 PLTU 1 Papua Papua 2 x 7 MW

25 PLTU 2 Papua Jayapura 2 x 10 MW

DAFTAR PLTU DI INDONESIA :

PLTU Kecamatan Tenggarong Seberang, Tenggarong, Kabupaten 2 x 25 & 1 x PLTU total 3 unit


Embalut Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur 60 MW 110 MW

Unit Pembangkitan Paiton Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur 800 MW 2 PLTU

PLTU Lati Kabupaten Berau, Kalimantan Timur 2 x 7 MW 1 PLTU

Unit Pembangkitan Gresik Kabupaten Gresik, Jawa Timur 2.280 MW 5 PLTG, 1 PLTU dan 3 PLTGU

Unit Pembangkitan Muara Karang Pluit, Jakarta Utara 1.200 MW 5 PLTU dan 1 PLTGU
PLTU Tarahan Kecamatan Katibung, Lampung Selatan, Lampung 2 x 100 MW Unit III dan IV

Desa Asam-asam, Kecamatan Jorong, Kabupaten Unit I,II,III dan IX, 4


PLTU Asam-Asam 4 x 65 MW
Tanah Laut, Kalimantan Selatan unit 260 MW

PLTU PT Krakatau
Cilegon, Banten 400 MW 5 PLTU
Daya Listrik

PLTU Priok Jakarta Utara, DKI Jakarta 1384 MW PLTU, PLTGU

PLTU Punggur Kepulauan Riau, Batam 2X55 MW PLTU, PLTGU

PLTU Paiton Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa


1230 MW 2 PLTU
Swasta I Timur

PLTU Paiton Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa


1300 MW 2 PLTU
Swasta II Timur

4 x 400 MW;3 x PLTU total 7 unit


PLTU Suralaya Kecamatan Pulo Merak, Kota Cilegon, Banten
600 MW 3.400 MW

PLTU Lau Renun Sumatera Utara 2 x 41 MW PLTA total 2 unit 82 MW


Teknologi PLTU Berbahan Bakar Batu Bara Berkalori Rendah dan
Teknologi Pembangkit Listrik Supercritical serta Perbandingannya
dengan PLTU Konvensional
Posted on February 13, 2014

Pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) adalah pembangkit yang mengandalkan


energi kinetik    dari uap untuk menghasilkan energi listrik.Bentuk utama dari
pembangkit listrik jenis ini adalah Generator yang dihubungkan ke turbinyang
digerakkan oleh tenaga kinetik dari uap panas/kering. Pembangkit listrik
tenaga uapmenggunakan berbagai macam bahan bakar terutama batu bara
dan minyak bakar serta MFO untuk start up awal.

PLTU batubara, bahan bakar yang digunakan adalah batubara uap yang
terdiri dari kelas sub bituminus dan bituminus. Lignit juga mulai mendapat
tempat sebagai bahan bakar pada PLTU belakangan ini, seiring dengan
perkembangan teknologi pembangkitan yang mampu mengakomodasi
batubara berkualitas rendah.

Cara kerja PLTU batubara, mula-mula batubara dari luar dialirkan ke


penampung batubara dengan conveyor,kemudian dihancurkan menggunakan
pulverized fuel coal. Tepung batubara halus kemudian dicampur dengan
udara panas oleh forced draught .Dengan tekanan yang tinggi, campuran
tersebut disemprotkan ke dalam boiler sehingga akan terbakar dengan cepat
seperti semburan api. Kemudian air dialirkan ke atas melalui pipa yang ada di
dinding boiler. Air dimasak menjadi uap kemudian uap dialirkan ke tabung
boiler untuk memisahkan uap dari air yang terbawa. Selanjutnya uap dialirkan
ke superheater untuk melipatgandakan suhu dan tekanan uap hingga
mencapai suhu 570° C dan tekanan sekitar 200 bar yang meyebabkan pipa
akan ikut berpijar menjadi merah.Untuk mengatur turbin agar mencapai set
point, dilakukan dengan men-setting steam governor valve secara manual
maupun otomatis. Uap keluaran dari turbin mempunyai suhu sedikit di atas
titik didih, sehingga perlu dialirkan ke condenser agar menjadi air yang siap
untuk dimasak ulang. Sedangkan air pendingin dari condenser akan di
semprotkan kedalam cooling tower sehingga menimbulkan asap air pada
cooling tower. Air yang sudah agak dingin dipompa balik ke condenser
sebagai air pendingin ulang. Sedangkan gas buang dari boiler diisap oleh
kipas pengisap agar melewati electrostatic precipitator untuk mengurangi
polusi dan gas yang sudah disaring dibuang melalui cerobong.

Skematik kerja PLTU Batubara

 Agar dapat menghasilkan listrik secara optimal dan efisien, maka suatu
PLTU batubara didesain untuk menggunakan batubara dengan kadar air
(moisture) dan nilai kalor (heating value) tertentu. Jika digunakan batubara
dengan kadar air dan nilai kalor di bawah spesifikasi pembangkit, maka akan
berpengaruh pada performa dan emisi yang dihasilkan. Artinya kapasitas dan
efisiensi akan turun, sedangkan emisi CO2 dan SO2 naik.

 Klasifikasi Batubara
Batubara diklasifikasikan menjadi empat kategori umum, berdasarkan
“ranking.” Mulai dari lignit, subbitumen, bitumen sampai antrasit,
mencerminkan kandungan jenis batubara tersebut terhadap jumlah panas dan
tekanan yang dihasilakan.

Kandungan karbon batubara merupakan penentu utama dari panas yang


dihasilkan, tetapi faktor lain juga mempengaruhi jumlah energi yang
terkandung per bobotnya. (Jumlah energi dalam batubara dinyatakan dalam
British thermal unit per pon. BTU adalah jumlah panas yang dibutuhkan untuk
menaikkan suhu satu pon air sebesar satu derajat Fahrenheit).

Antrasit

Antrasit adalah batubara dengan kadar karbon tertinggi, antara 86 sampai 98


persen, dan nilai panas yang dihasilakan hampir 15.000 BTU per pon. Paling
sering digunakan pada alat pemanas rumah.

Bitumen

Bitumen digunakan terutama untuk menghasilkan listrik dan membuat kokas


di industri baja. Pasar batubara yang tumbuh paling cepat untuk jenis ini,
meskipun masih kecil, adalah yang memasok energi untuk proses industri.
Bitumen memiliki kandungan karbon mulai 45 sampai 86 persen dan nilai
panas 10.500 sampai 15.500 BTU per pon.

Subbitumen

Peringkat dibawah bitumen adalah subbitumen, batubara dengan kandungan


karbon 35-45 persen dan nilai panas antara 8.300 hingga 13.000 BTU per
pon. Meskipun nilai panasnya lebih rendah, batubara ini umumnya memiliki
kandungan belerang yang lebih rendah daripada jenis lainnya, yang
membuatnya disukai untuk dipakai karena hasil pembakarannya yang lebih
bersih.

Lignit (Batu bara muda)


Lignit merupakan batubara geologis muda yang memiliki kandungan karbon
terendah, 25-35 persen, dan nilai panas berkisar antara 4.000 dan 8.300 BTU
per pon. Kadang-kadang disebut brown coal, jenis ini umumnya digunakan
untuk pembangkit tenaga listrik.

Ciri dari batubara kelas rendah seperti lignit dan subbituminous adalah
kandungan air yang cukup tinggi dibandingkan dengan batubara kelas di
atasnya, yaitu  25 sampai 40 % pada batubara lignit , dan  15 sampai 30 %
pada sub-bituminous. Kadar air tinggi batubara yang dipakai sebagai bahan
bakar PLTU dapat mengakibatkan kesulitan fuel handling dan akan
berpengaruh pada laju aliran kalor, laju aliran massa dari emisi gas buang,
dan juga konsumsi air yang dibutuhkan untuk pendinginan evaporative.

Secara spesifik pemakaian batubara lignit dengan kelembaban 25 sd 40 %


akan menyebabkan rendahnya heating value, Heat rate naik, stack flue gas
dan stack loss meningkat, listrik pemakaian sendiri naik, effisiensi pembangkit
turun, berkurangnya kapasitas mill, serta naiknya biaya pemeliharaan.

Dengan adanya permasalahan tersebut di atasa, maka diperlukan upaya


untuk menaikkan nilai kalor bahan bakar batubara sehingga sesuai dengan
spesifikasi yang diperlukan untuk memasok pembangkit. Salah satu upaya
yang dapat dilaksanakan adalah dengan melakukan proses pengeringan
batubara (coal drying) untuk mengurangi kandungan air agar nilai kalornya
naik.

Menurut data dari Indonesia Coal Industri Outlook 2011, jumlah sumberdaya
batubara indonesia adalah sebesar 104,94 milyar ton. Sedangkan TSK dan
Sojits Corporation pada Workshop Clean Coal Technology 2011
menyampaikan bahwa komposisi sumberdaya batubara tersebut terdiri dari
lignit 58,7 %, sub-bituminous 26,7 %, bituminous 14,3 %, dan antrasit sebesar
0,3 %.

Sedangkan menurut Bart Lucarelli pada  Cleaner Coal Workshop 19-21


August 2008 Ha Long City, Viet Nam , saat ini banyak perusahaan batubara
Indonesia yang mengatakan bahwa  batubara  sub -bituminous mereka telah
habis terjual. Dengan demikian akan banyak PLTU yang tidak dapat
beroperasi secara optimal karena tidak tersedia batubara dengan nilai kalor
dan kadar air sesuai dengan spesifikasi tersebut.
Namun mengingat banyaknya kerugian jika PLTU beroperasi dengan
batubara yang nilai kalornya dibawah nilai kalor desain, maka alternatif yang
cukup menarik adalah dengan teknologi  pengering batubara. Dengan
demikian maka nilai kalor batubara dapat dinaikkan sampai nilai kalor desain
boiler PLTU.

Teknologi Pengering Batubara

Secara internasional, meskipun penelitian telah sejak lama dilaksanakan,


namun aplikasi pengering tersebut pada PLTU juga belum banyak dilakukan.
Hal tersebut disebabkan pada masa yang lalu belum terjadi kelangkaan pada
batubara kalori tinggi. Baru pada tahun-tahun terakhir dengan semakin
banyaknya pembangkit dengan bahan bakar batubara, maka cadangan
batubara kalori tinggi berkurang. Hal tersebutlah yang mendorong
pengembangan teknologi pengering batubara untuk memanfaatkan batubara
kalori rendah.

Saat ini beberapa teknologi Pengering Batubara yang tersedia adalah sebagai
tabel berikut : (Bart Lucarelli, 2008)

Teknologi Sumber Energi Primer Company

Fluidized Bed Dryer Waste heat from power plant condenser Great River Energy (USA)
(~50 °C), aux load for fans & pumps

Lehigh University (USA)Fluidized Bed DryerLow temperature steam from


power plant turbine; aux. load for fans & pumpsRWE (WTA Process)

Alsthom PowerBinderlessBriquetterHeat from burning coal in furnace -flash


dryerWhite Energy (Australia)PyrolysisSystemBoth heat and power from
power plantEvergreen Energy (USA)UBC ProcessPower & Kerosene as
Binder for briquettesKobe SteelMicrowave DryerPower –lots of it!
CoalTek(USA)

AMTECH (USA)

Menurut Tim dari Lehigh University yang bersama-sama perusahaan Great


River Energy mengembangkan Coal Drier dengan teknologi Fluidized Bed
Drier di PLTU berkapasitas 550 MW di Coal Creek USA, pengeringan
batubara tersebut menyebabkan peningkatan efisiensi boiler sebesar 3 %,
menurunkan Net Unit Heat Rate 3,3 %,  menurunkan SO2 dan CO2 3,3 %,
serta mengurangi jumlah make-up water cooling tower sebesar 2 x 105 galon
per hari.

Sistem pengeringan batubara yang menggunakan kombinasi energy panas


boiler dan condenser cooling water sebagai sumber panas

Alat Pengering batubara di Indonesia

Sampai saat ini belum banyak terdapat alat pengering batubara pada PLTU di
Indonesia. Dari beberapa contoh yang dapat kami himpun, adalah sebagai
berikut :

PLTU Simpang Belimbing di Muara Enim, Sumatra Selatan

PLTU Simpang Belimbing yang mulai beroperasi pada akhir tahun 2011
adalah PLTU milik Swasta dengan kapasitas 2 x 150 MW.  PLTU tersebut
merupakan PLTU mulut tambang dengan bahan bakar batubara yang
ditambang pada lokasi sekitar PLTU. Namun karena nilai kalor batubara
tersebut tergolong rendah dan kadar air tinggi, maka pada PLTU tersebut
dibangun alat pengering batubara. Dengan adanya alat pengering batubara
tersebut maka nilai kalor batubara tersebut dapat ditingkatkan sehingga
sesuai dengan spesifikasi teknis boiler.
 

PLTU Simpang Belimbing

PLTU Ombilin, Sawah lunto

Alat pengering batubara di PLTU Ombilin dimiliki oleh perusahaan swasta


yang memasok batubara untuk PLTU. Perusahaan tersebut memiliki kuasa
tambang batubara dengan nilai kalor sebesar (+ 3900 kkal/kg  yang tidak
memenuhi spesifikasi batubara untuk PLTU Ombilin. Agar batubara tersebut
dapat memenuhi syarat untuk PLTU Ombilin, maka perusahaan tersebut
membeli alat pengering batubara dari China, yang dapat menaikkan nilai kalor
batubara menjadi 5.400 kcal/ kg.  Dengan metoda upgrading tersebut, maka
perusahaan tersebut dapat memasok batubara sebanyak 20.000 Ton/Bulan
atau seperempat dari kebutuhan PLTU.

Alat yang beroperasi sejak bulan Juli 2012 tersebut merupakan jenis direct
contact, dimana sumber panas bersinggungan langsung dengan batubara
kalori rendah (Lignite, Sub Bituminus), sedangkan panas untuk pengeringan
memakai gas buang (flue gas) dari pembakaran batubara di furnace.
 

Pengering batubara PLTU Ombilin

Kesimpulan

Pada dasarnya suatu PLTU haruslah beroperasi dengan bahan bakar


batubara yang sesuai dengan desain boilernya. Dengan demikian prioritas
utama yang harus dilaksanakan adalah mencari batubara yang sesuai
dengan spesifikasinya. Meskipun harga batubara tersebut lebih mahal
dibandingkan dengan harga batubara kalori rendah. Namun tetap akan lebih
menguntungkan, karena jika PLTU mempergunakan bahan bakar dengan
kalori rendah dan (atau) kadar air melebihi spesifikasinya maka akan
menimbulkan kerugian kapasitas dan efisiensi turun, emisi CO2 dan SO2
naik, biaya pemeliharaan akan meningkat, demikian juga time between failure
akan turun.

Namun jika batubara dengan nilai kalor dan kadar air yang sesuai desain
tidak dapat diperoleh, maka langkah berikut yang bisa dilakukan adalah
dengan teknologi pengering batubara. Teknologi tersebut akan
menguntungkan dibandingkan dengan membangun PLTU dengan desain
batubara dengan kalori lebih rendah. Karena PLTU dengan nilai kalori bahan
bakar batubara yang lebih tinggi, maka kapasitas dan efisiensi pembangkit
naik, harga pembangkit per MW lebih murah, serta biaya pemeliharaan akan
rendah.

Mengingat saat ini belum banyak terdapat Coal Drier pada PLTU, baik di
dunia maupun di Indonesia. Maka perlu dilakukan uji coba teknologi coal drier
pada berbagai pembangkit, khususnya pada PLTU yang diperkirakan sulit
mendapat batubara sesuai dengan desainnya. Teknologi dalam negri yang
sudah ada, termasuk dengan kapasitas kecil dapat diterapkan pada berbagai
PLTU skala kecil yang ada. Dengan demikian jika uji coba pada pembangkit
berkapasitas kecil berjalan dengan baik, maka langkah berikutnya dapat
dilakukan scale-up secara bertahap untuk PLTU dengan kapasitas yang lebih
besar.

Teknologi Pembangkit Listrik Supercritical


 Kondisi superkritikal adalah kondisi pada suhu dan tekanan di atas titik
kritikal termodinamika. Zat ini memiliki kemampuan unik untuk berdifusi
melalui benda padat seperti gas, dan melarutkan benda seperti cairan. Dan
dia juga dapat merubah kepadatannya bila mengubah sedikit suhu dan
tekanannya. Sifat seperti ini membuatnya cocok sebagai pengganti pelarut
organik dalam proses yang disebut Ekstraksi fluid superkritikal. Karbon
dioksida dan air adalah fluida yang paling umum digunakan.

Ketika suhu dan tekanan dari uap aktif meningkat melebihi titik jenuh air, sifat
dari uap akan berubah secara dramatis. Titik jenuh air berada pada 374 °C
dan 221.2 bar (218 atm), dan  didefinisikan sebagai titik dimana komponen
gas tidak dapat dicairkan kembali melalu penambahan tekanan. Di atas titik
jenuhnya, air tidak mengalami fase perubahan menjadi uap air, namun
menjadi air supercritical. Air supercritical tidak berbentuk gas atau air, namun
berada pada dua fase tersebut. Air supercritical memiliki daya pelarut seperti
air, namun sifat perpindahannya seperti gas.

Fase fluida
Pembangkit Listrik Superkritikal

Teknologi super-critical adalah teknologi baru yang memungkinkan emisi


karbon dioksida dari pembangkit menjadi lebih rendah. Teknologi ini dianggap
salah satu cara yang paling praktis baik untuk mengurangi emisi maupun
menggunakan batubara dengan lebih efisien. Fasilitas pembakar batubara
yang beroperasi pada suhu yang lebih tinggi dapat meningkatkan efisiensi
hingga 20% untuk Super-critical steam plants dan sebanyak 45% untuk Ultra
Super-critical steam plants. Nilai ini menunjukkan peningkatan dari nilai kWh
yang diproduksi per satu pon batubara yang dibakar dengan emisi yang lebih
baik. Dengan penggunaan batubara yag lebih efisien, tingkat emisi dapat
diturunkan dengan menggunakan teknologi kontrol emisi berikut:

 Emisi NOx atau nitrogen oksida dapat diturunkan dengan menggunakan


kombinasi low NOx burner dan catalytic reduction technology
 Emsisi SOx dan NO2 dapat dikurangi dengan penangkapan partikel
sulfur yaitu wet limestone-gypsum flue gas desuphurization. Emisi yang
dihasilkan yaitu gypsum dapat digunakan untuk produk-produk rumah
tangga.
 Emisi partikel lain dapat dikurangi dengan menggunakan electrostatic
precipitator.

Skema kerja pembangkit listrik superkritikal

Kesimpulan
Pada dasarnya suatu PLTU haruslah beroperasi dengan bahan bakar
batubara yang sesuai dengan desain boilernya. Dengan demikian prioritas
utama yang harus dilaksanakan adalah mencari batubara yang sesuai
dengan spesifikasinya. Meskipun harga batubara tersebut lebih mahal
dibandingkan dengan harga batubara kalori rendah. Namun tetap akan lebih
menguntungkan, karena jika PLTU mempergunakan bahan bakar dengan
kalori rendah dan (atau) kadar air melebihi spesifikasinya maka akan
menimbulkan kerugian kapasitas dan efisiensi turun, emisi CO2 dan SO2
naik, biaya pemeliharaan akan meningkat, demikian juga time between failure
akan turun.

Namun jika batubara dengan nilai kalor dan kadar air yang sesuai desain
tidak dapat diperoleh, maka langkah berikut yang bisa dilakukan adalah
dengan teknologi pengering batubara. Teknologi tersebut akan
menguntungkan dibandingkan dengan membangun PLTU dengan desain
batubara dengan kalori lebih rendah. Karena PLTU dengan nilai kalori bahan
bakar batubara yang lebih tinggi, maka kapasitas dan efisiensi pembangkit
naik, harga pembangkit per MW lebih murah, serta biaya pemeliharaan akan
rendah.

Mengingat saat ini belum banyak terdapat Coal Drier pada PLTU, baik di
dunia maupun di Indonesia. Maka perlu dilakukan uji coba teknologi coal drier
pada berbagai pembangkit, khususnya pada PLTU yang diperkirakan sulit
mendapat batubara sesuai dengan desainnya. Teknologi dalam negri yang
sudah ada, termasuk dengan kapasitas kecil dapat diterapkan pada berbagai
PLTU skala kecil yang ada. Dengan demikian jika uji coba pada pembangkit
berkapasitas kecil berjalan dengan baik, maka langkah berikutnya dapat
dilakukan scale-up secara bertahap untuk PLTU dengan kapasitas yang lebih
besar.

Sebagai perbandingan, pembangkit konvensional batubara bisa


menghasilkan energi yang cukup dari sepotong batubara berukuran bola golf
untuk menerangi bohlam lampu 100 watt selama 75 menit. Pembangkit listrik
teknologi baru akan menyalakan bohlam selama 90 menit dengan ukuran
batubara yang sama; dan untuk teknologi yang lebih maju, teknologi efisiensi
tinggi akan menjaga bola lampu tetap menyala untuk 140 menit atau lebih.
Sebuah contoh yang sangat baik bagi teknologi ini dapat ditemukan di Unit 3
Genesee Generating Station (sekitar 70 km sebelah barat daya dari
Edmonton, Alberta). Genesee unit 3 menggunakan turbin supercriticalsteam
yang 18% lebih efisien dibandingkan pembangkit listrik batubara
konvensional, yang berarti mereka menghasilkan listrik lebih tetapi
menggunakan lebih sedikit batubara. Selain itu, dengan menambahkan
pembakar rendah NOx, scrubber dan filter untuk secara signifikan
mengurangi emisi, G3 adalah leader menuju pembangkit batubara bersih
generasi berikutnya.

Oleh:
Pratama Doni fadhlillah dan Rayyan (Magatrika 2010)

Divisi Tenaga Magatrika


Kejar Efisiensi, PLTU Paiton Gunakan
Batu Bara Kalori 4.500 Sejak 2018
Redaktur | Selasa, 8/01/2019 15:04:06 | 1941 Tampilan

Bagikan:

 Klik untuk membagikan di Facebook(Membuka di jendela yang baru)


 Klik untuk berbagi pada Twitter(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di Linkedln(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk berbagi di WhatsApp(Membuka di jendela yang baru)
 Klik untuk mengirim ini lewat surel kepada seorang teman(Membuka di jendela yang baru)

PROBOLINGGO – Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Paiton unit 1 dan 2 masih menjadi
andalan untuk penyediaan listrik di Jawa dan Bali. Demi menghasilkan harga jual listrik terjangkau
PLTU Paiton menggunakan batu bara berkalori 4.500 Kcal.

Mustofa Abdillah, General Manager PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) UP Paiton 1 dan 2,
mengatakan sejak 1993, Paiton unit 1 dan 2 telah mengalami transformasi penggunaan jenis batu
bara.

Pada awalnya Paiton 1 dan 2  masih menggunakan batu bara dengan kalori 6.040 Kcal, tapi hanya
bertahan satu tahun. Kemudian turun bertahap menjadi 5.600 Kcal, 5.300, 5.200, 5.100 lalu terakhir
hingga 2017 menggunakan batu bara berkalori 5.000 Kcal.

“Awal 2018 sudah mulai menggunakan batu bara kalori  4.500 Kcal,” kata Mustofa ditemui di PLTU
Paiton unit 1 dan 2, Probolinggo, Jawa Timur, Selasa (8/1).

Data PJB, anak usaha PT PLN (Persero), menyebutkan efisiensi yang dihasilkan dari penggunaan
batu bara kalori 4.500 Kcal sejak 2018 sebesar Rp150 miliar.
Mustofa mengatakan, dengan menggunakan batu bara kalori 4.500 Kcal maka daya saing penjualan
tenaga listrik unit 1 dan 2 menjadi lebih tinggi. Harga batu bara tentu lebih murah dan dampaknya ke
harga jual listrik.

PLTU Paiton unit 1 dan 2 juga diminta untuk berproduksi dengan kapasitas tinggi. Hal itu membuat
harga jual listrik semakin bisa ditekan. Bahkan, pada 2018 secara rata-rata listrik yang dihasilkan
mencapai 82% dari total kapasitas listrik 2×400 megawatt (MW).

“Jadi mampu bersaing, kan sudah 25 tahun. Lebih efisien dan semakin murah. Semakin murah
karena diminta beroperasi tinggi jadi makin efisien,” ungkap dia.

PLTU Paiton Unit 1 dan 2 secara bertahap menurunkan kalori batu bara yang digunakan untuk menghasilkan harga
listrik yang lebih murah.(Foto/Dunia-Energi/Rio Indrawan)
PLTU Paiton berada di salah satu kawasan seluas 140 hektar dan mulai beroperasi sejak 1993.
PLTU Paiton Unit 1 dan 2 memberikan kontribusi pada sistem Jamali 500 kV sebesar 3,3%.

PLTU Paiton merupakan salah satu contoh PLTU dengan pengelolaan terbaik yang dibuktikan
dengan banyaknya menerima penghargaan. Pada 2018 lalu, PLTU Paiton dikukuhkan sebagai fast-
track power plant of the year pada ajang Asian Power Awards, untuk kategori Coal Power Project of
The Year.

Beberapa inovasi yang telah dilakukan pada 2018 diantaranya, efisiensi energi, penurunan emisi
dengan mengganti pola bukaan continuous blow down pada proses produksi tenaga listrik, efisiensi
air, pemanfaatan dan pengelolaan limbah B3 dan Non-B3 serta pengelolaan lingkungan.(RI)
Indonesia Power uji coba Co-Firing untuk kurangi
penggunaan batubara di PLTU

Rabu, 27 Februari 2019 / 16:49 WIB

 INDEKS BERITA
BERITA TERKAIT

 Ini alasan terkait belum ditahannya Samin Tan terkait


suap terminasi kontrak PKP2B
 Mengklaim bukan pelaku utama, Eni Saragih: Saya
cuma dapat tugas dari pimpinan partai

Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. PT Indonesia Power bersama PT PLN (Persero)


PUSLITBANG dan PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Barat
lakukan uji coba co-firing Refused Derived Fuel (RDF) dengan batubara di PLTU
Jeranjang.

Metode ini adalah alternatif untuk mengurangi pemakaian batubara dengan


menerapkan metode co-firing, dengan cara mensubstitusi sebagian batubara dengan
bahan bakar renewable pada ratio tertentu dengan tetap memperhatikan kualitas bahan
bakar sesuai kebutuhan.
BACA JUGA

Presiden Jokowi resmikan pembangkit listrik tenaga
uap di Cilacap
 

Ada tambahan 660 MW dari PLTU Cilacap, PLN bisa
layani 682.000 pelanggan baru
 

PLTU Cilacap beroperasi, Menteri BUMN Rini ingin
PLN terus ekspansi pembangkit
 

PLTU Cilacap Ekspansi 1x660 MW senilai US$ 899
juta diresmikan Jokowi
Saat ini PLTU Batubara masih mendominasi bauran energi nasional, berdasarkan data
kementrian ESDM, total kapasitas terpasang pembangkit tenaga listrik nasional adalah
60,78 GW tahun 2017 dengan persentase terbesar adalah PLTU berbahan bakar
batubara yaitu sebesar 58.3%.

Untuk mengantisipasi menipisnya supply atau ketersediaan batu bara, sehingga perlu
adanya langkah konkrit dalam mereduksi pemakaian bahan bakar tersebut.
Metode Co-firing ini sendiri telah umum dilakukan oleh sejumlah PLTU batubara di
Eropa dan Amerika.

Di Indonesia sendiri teknologi ini masih jarang ditemui, padahal potensi adanya bahan
bakar lain yang dapat digunakan sebagai bahan substitusi batubara cukup melimpah,
seperti sampah atau yang dikenal dengan konsep Waste to Energy (WTE).

“Untuk itu dengan bangga kami melakukan Ujicoba co-firing RDF  dengan batubara
di PLTU Jeranjang. Saat ini persentase pellet RDF yang digunakan sampai dengan 5%
dari kebutuhan bahan bakar PLTU Jeranjang. Pelet RFD sebagai bahan substitusi
bahan bakar ini merupakan aksi nyata CSR Indonesia Power yang bekerjasama
dengan STT PLN melalui program TOSS (Tempat Olah Sampah Setempat) di
kabupaten Klungkung Bali, yaitu program mengelola sampah domestic menjadi pellet
RFD yang bisa menjadi campuran bahan bakar PLTU Batubara," ungkap Sripeni
Inten Cahyani Direktur Utama Indonesia Power dalam siaran pers, Rabu (27/2).

Uji coba dilakukan pada tanggal 19-20 Februari 2019 pada beban 25 MW dengan
tahapan hari pertama uji operasional dan hari kedua uji stabilitas selama 5 jam. Hasil
ujicoba menunjukan hasil yang positif dimana sebagian besar parameter operasi dalam
batas aman dan emisi gas buang yang didapat juga dalam batas normal, ini adalah
yang pertama di Indonesia.

Seperti yang kita ketahui sampah merupakan material yang jumlahnya cenderung
meningkat dari waktu ke waktu. Sampah domestik memiliki nilai kalor sekitar 1.000
kkal/kg, lebih rendah dibandingkan jerami padi (2.400 kkal/kg) atau sekam (3.000
kkal/kg).

Nilai kalori sampah dapat ditingkatkan dengan cara pemprosesan menjadi pellet RDF
dengan memanfaatkan bioactivator sehingga bau sampah akan hilang serta volume
sampah akan mengendap dan lapuk hingga 50%.

Bioproduk tersebut dapat meningkatkan kualitas thermal sampai dengan 3800 kcal/kg.
Untuk menjaga kualitas RDF dibutuhkan pengolahan pendahuluan (pre-treatment)
sebelum dimanfaatkan dalam sistem WTE, pengolahan pendahuluan dapat berupa
pengeringan secara alamiah maupun mekanik, pemanasan awal untuk menguapkan air
yang ikut terbawa bersama sampah, dan pemotongan untuk mempermudah
pembakaran. Pellet RDF juga mengandung lebih sedikit sulfur jika dibandingkan
dengan batubara. Oleh karena itu, co-firing batubara dan pelet berpotensi menurunkan
emisi CO2, NOx dan SOx.

Pellet RDF ini dapat diaplikasikan untuk gasifier dan substitusi bahan bakar pada
PLTU batubara tipe stoker maupun Circulating Fluidizing Bed (CFB). Komposisi
pellet RDF sendiri terbuat dari campuran sampah organik dan non organik (non PVC)
dengan perbandingan 95% : 5%.

PLTU Jeranjang merupakan PLTU tipe CFB yang akan dilakukan ujicoba penerapan
co-firing. Sebelum digunakan sebagai substitusi, pada pellet RFD ini dilakukan
analisa kualitas baik analisa proximate maupun analisa ultimate.

Untuk memastikan seberapa besar risiko slagging akibat penggunaan pelet RDF,
dilakukan pengujian Ash Fusion Temperature (AFT) yang menunjukan nilai indeks
slagging untuk pelet RDF pada kondisi reduksi sebesar 1395 oC dan pada kondisi
oksidasi 1344 oC, sehingga potensi slagging cenderung rendah. Selain itu ukuran
pellet juga harus disesuaikan dengan berat jenis batubara yang masuk ke boiler,
sehingga pelet dapat terbakar habis dan tidak carry over ke tube boiler.
DONASI, DAPAT VOUCER GRATIS!

Dukungan Anda akan menambah semangat kami untuk menyajikan artikel-artikel yang
berkualitas dan bermanfaat.

Sebagai ungkapan terimakasih atas perhatian Anda, tersedia voucer gratis senilai donasi
yang bisa digunakan berbelanja di KONTAN Store.

DUKUNG KONTAN

 INDEKS BERITA

Tag 
 PT Indonesia Power
VIDEO PILIHAN
#PEMBANGKIT LISTRIK

PLTGU Jawa 2 manfaatkan teknologi ramah lingkungan


 

Sumber Energi Sukses Makmur (SESM) bangun PLTS 10,5 MW di Kebun Sawit Sumsel
 

Pertamina: Gasifikasi 52 pembangkit akan dilakukan dalam empat tahap


 


Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) campurkan batubara dengan energi terbarukan di lima PLTU
 

Tunggu regulasi baru, investor wait and see kembangkan listrik panas bumi
TERBARU

Indeks »

INDUSTRI | 7 Menit lalu

Praktisi: Tren KPR syariah kian diminati generasi


milenial

KESEHATAN | 8 Menit lalu

WHO: Perokok tembakau dan sisha berisiko


tinggi terkena Covid-19

INVESTASI | 19 Menit lalu

WIKA dan WSKT andalkan kas internal untuk


bayar utang jatuh tempo tahun ini

INVESTASI | 24 Menit lalu

Jelang siang, harga emas makin menguat ke


level US$ 1.739 per ons troi

INTERNASIONAL | 28 Menit lalu

Washington memperpanjang jam malam! Militer


dikerahkan di kota-kota besar AS

REGIONAL | 42 Menit lalu

Penumpang MRT diminta tidak mengobrol dan


telepon di dalam kereta, ini alasannya

INSIGHT | 43 Menit lalu

Realisasi Buyback Itama Ranoraya Tbk (IRRA)


Sudah Mencapai 5,06%

INTERNASIONAL | 45 Menit lalu


Ini sumber ketegangan baru antara China dan
negara tetangga di Laut China Selatan

INVESTASI | 46 Menit lalu

Wijaya Karya (WIKA) dan Waskita (WSKT)


prediksi pendapatan turun di kuartal I-2020

INDUSTRI | 1 Jam 2 Menit lalu

Ignasius Jonan gelar open house virtual dengan


pejabat ESDM dan PT KAI
LOADMORE

TERPOPULER

 1
Setelah perebutan Dirjen Minerba, kini persaingan jabatan Dirjen
Migas tak kalah seru

 2
Lion Air terbang lagi mulai 1 Juni, perhatikan syarat dan ketentuannya

 3
Andalkan enam kilang Pertamina, Kementerian ESDM: 2026
Indonesia tak perlu impor BBM

 4
Ini dokumen yang wajib dipenuhi selama pembatasan penerbangan di
Angkasa Pura II

 5
Efek Covid-19, pengembang Pondok Indah (MKPI) memberikan
diskon kepada para penyewa

 6
Garuda Indonesia batalkan penerbangan Abu Dhabi - Jakarta, ini
alasannya

 7
Djatmiko Wardoyo, Direktur Marketing dan Komunikasi Erajaya
Swasembada tutup usia

 8
Mountrash luncurkan MounTPS bagi warga komplek perumahan dan
apartemen

 9
Impor migas April 2020 turun 67% menjadi US$ 644,71 juta

  
KONTAN SITE

 Analisis
 English
 Executive
 Fokus
 Industri
 Insight
 Internasional
 Investasi
 Kesehatan
 Keuangan

 Kolom
 Lifestyle
 Nasional
 Peluang Usaha
 Personal Finance
 Regional
 Yang Ter...

 
 Market
 Reksadana
 Unitlink
 Bunga Deposito
 Ekonomi Makro

 Risk Profile
 Simulasi Trading
 Financial Diagnosis
 K-Widgets
 RSS

 Kontan Academy
 Kontan BeRI
 Kilas Kementerian

HUBUNGI KAMI
Redaksi : Gedung KONTAN, Jalan Kebayoran Lama No. 1119 Jakarta 12210.

  021 5357636/5328134

  moderator[at]kontan.co.id
  Epaper[at]kontan.co.id

Iklan : Gedung KOMPAS GRAMEDIA Unit 2 Lt 2 Jl. Palmerah selatan 22-28 Jakarta Selatan 10740.

  021 53679909/5483008 ext 7304,7306

Sitemap | Profile | Term of Use | Pedoman Pemberitaan Media Siber | Privacy Policy

2020 © Kontan.co.id All rights reserved

[X]
Prinsip Kerja dan Komponen Utama PLTU
Januari 24, 2018

Ilustrasi Lay-out PLTU

Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

Siklus fluida kerja PLTU merupakan siklus tertutup, yaitu menggunakan fluida yang sama secara
berulang-ulang. Pertama air diisikan ke boiler hingga mengisi seluruh luas permukaan pemindah panas.
Didalam boiler air ini dipanaskan dengan gas panas hasil pembakaran bahan bakar dengan udara sehingga
berubah menjadi uap. Uap hasil produksi boiler dengan tekanan dan temperatur tertentu diarahkan untuk
melakukan kerja di turbin sehingga menghasilkan daya mekanik berupa putaran. Uap bekas keluar turbin
masuk ke kondensor untuk didinginkan dengan air pendingin agar berubah menjadi air. Air kondensat ini
kemudian digunakan lagi sebagai air pengisi boiler. Demikian siklus ini berlangsung terus menerus dan
berulang-ulang. Gambar 1 menunjukkan diagram siklus tertutup fluida kerja PLTU.
Gambar 1. Siklus fluida kerja (air uap) PLTU

Putaran turbin digunakan untuk memutar generator yang dikopel langsung dengan turbin sehingga ketika
turbin berputar dihasilkan energi listrik dari terminal output generator.

Sekalipun siklus fluida kerjanya merupakan siklus tertutup, namun jumlah air dalam  siklus akan
mengalami pengurangan. Pengurangan air ini disebabkan oleh kebocoran baik yang disengaja maupun
yang tidak disengaja. Untuk mengganti air yang hilang, maka perlu ditambahkan air kedalam siklus.
Kriteria air penambah (make up water) ini harus sama dengan air yang ada dalam siklus.

Komponen Utama PLTU


PLTU merupakan mesin pembangkit termal yang terdiri dari komponen utama dan komponen bantu
(sistem penunjang) serta sistem-sistem lainnya. Komponen utama terdiri dari empat komponen, yaitu:
- Boiler (ketel uap)

- Turbin uap

- Kondensor

- Generator

Boiler

Boiler adalah suatu perangkat mesin yang berfungsi untuk merubah air menjadi uap. Proses perubahan air
menjadi uap dilakukan dengan memanaskan air yang berada didalam pipa-pipa dengan panas hasil
pembakaran bahan bakar. Proses pembakaran dilakukan secara kontinyu didalam ruang bakar dengan
mengalirkan bahan bakar dan udara dari luar. Uap yang dihasilkan adalah uap superheat dengan tekanan
dan temperatur yang tinggi. Jumlah produksi uap tergantung pada luas permukaan pemindah panas, laju
aliran, dan panas pembakaran yang diberikan. Boiler yang konstruksinya terdiri dari pipa-pipa berisi air
disebut dengan water tube boiler (boiler pipa air).
Gambar 2. Boiler

Turbin Uap

Turbin uap berfungsi untuk merubah energi panas yang terkandung dalam uap menjadi gerakan memutar
(putaran). Uap dengan tekanan dan temperatur tinggi diarahkan untuk mendorong sudu-sudu turbin yang
dipasang pada poros sehingga poros turbin berputar. Akibat melakukan kerja di turbin tekanan dan
temperatur uap keluar turbin turun hingga hingga menjadi uap basah. Uap ini kemudian dialirkan ke
kondensor, sedangkan tenaga putar yang dihasilkan digunakan untuk memutar generator. Saat ini hampir
semua mesin turbin uap adalah dari jenis turbine condensing atau uap keluar turbin (exhaust steam)
dialirkan ke kondensor.
Gambar 3. Turbin Uap

Kondensor

Kondensor adalah peralatan untuk merubah uap menjadi air. Proses perubahannya dilakukan dengan cara
mengalirkan uap kedalam suatu ruangan yang berisi pipa-pipa (tubes). Uap mengalir diluar pipa-pipa
sedangkan air sebagai pendingin mengalir didalam pipa-pipa. Kondensor seperti ini disebut surface
(tubes) condenser. Sebagai pendingin digunakan air sungai atau air laut.

Laju perpindahan panas tergantung pada aliran air pendingin, kebersihan pipa-pipa dan perbedaan
temperatur antara uap dan air pendingin. Proses perubahan uap menjadi air terjadi pada tekanan dan
temperatur jenuh, dalam hal ini kondensor berada pada kondisi vakum. Karena temperatur air pendingin
sama dengan temperatur udara luar, maka temperatur air kondensat nya maksimum mendekati temperatur
udara luar. Apabila laju perpindahan panas terganggu, maka akan berpengaruh terhadap tekanan dan
temperatur.
Gambar 4. Kondensor

Generator

Tujuan utama dari kegiatan proses di PLTU adalah energi listrik. Energi listrik dihasilkan dari peralatan
pembangkit listrik yang disebut generator. Generator berfungsi mengubah energi mekanik berupa putaran
menjadi energi listrik dengan menerapkan prinsip induksi magnet. Generator terdiri dari bagian yang
diam disebut stator dan bagian berputar disebut rotor. Stator terdiri dari casing yang berisi kumparan dan
rotor yang merupakan medan magnet listrik terdiri dari inti yang berisi kumparan.
Gambar 5. Generator
Siklus Rankine
Siklus Rankine adalah siklus daya uap yang digunakan untuk menghitung atau memodelkan proses
kerja mesin uap / turbin uap. Siklus ini bekerja dengan fluida kerja air. Semua PLTU (pembangkit
listrik tenaga uap) bekerja berdasarkan prinsip kerja siklus Rankine. Siklus Rankine pertama kali
dimodelkan oleh: William John Macquorn Rankine, seorang ilmuan Scotlandia dari Universitas
Glasglow. Untuk mempelajari siklus Rankine, terlebih dahulu kita harus memahami tentang T-s
diagram untuk air. Berikut ini adalah T-s diagram untuk air.

Gambar 1 diagram T-s untuk air

(sumber : NBS/NRC Steam Tables/1 by Lester Haar, John S. Gallagher, and George S. Kell )

T-s diagram adalah diagram yang menggambarkan hubungan antara temperatur (T) dengan entropi
(s) fluida pada kondisi tekanan, entalpi, fase dan massa jenis tertentu. Jadi pada diagram T-s
terdapat besaran-besaran tekanan, massa jenis, temperatur, entropi, entalpi dan fase fluida.

Sumbu vertikal T-s diagram menyatakan skala temperatur dan sumbu horizontal menyatakan
entropi. Terdapat 2 sistem satuan untuk T-s diagram yaitu sistem satuan internasional seperti
pada gambar 1 dan sistem satuan Inggris. Menggunakan diagram ini perlu diperhatikan sistem
satuan yang digunakan. Selain itu masing-masing jenis fluida mempunyai diagram T-s nya sendiri-
sendiri dan berbeda satu dengan lainnya. Misalnya T-s diagram untuk air tidak akan sama dengan
T-s diagram untuk freon R12 dan tidak akan sama dengan T-s diagram untuk amoniak.

Selain diagram T-s juga dikenal Mollier diagram atau h-s diagram. Berikut ini adalah h-s diagram
untuk air.
Gambar 2 h-s diagram untuk air

(sumber : NBS/NRC Steam Tables/1 by Lester Haar, John S. Gallagher, and George S. Kell )
Diagram h-s menggambarkan hubungan antara energi total (entalpi (h)) dengan entropi (s). Sama
seperti diagram T-s, untuk setiap fluida memiliki diagram h-s nya sendiri-sendiri. Kedua diagram
ini dapat digunakan untuk menghitung kinerja pembangkit listrik tenaga uap dengan menggunakan
siklus Rankine.

Bagian-bagian T-s diagram dapat dilihat pada gambar 3 berikut ini.

Gambar 3 bagian-bagian T-s diargam

Pada T-s diagram terdapat garis lengkung berbentuk kubah yang disebut kubah uap. Puncak kubah
uap ini terdapat sebuah titik yang disebut titik kritis. Bila fluida dipanaskan pada tekanan kritis
yaitu tekanan pada titik kritis ini, maka pada saat temperatur fluida mencapai temperatur
kritisnya, semua molekul fluida akan berubah secara cepat dari fase cair menjadi fase gas (uap)
tanpa ada proses penyerapan panas laten (panas penguapan) oleh sebab itu titik ini disebut titik
kristis fluida. Untuk air, titik kritis berapa pada tekanan 218 atm (22,064 MPa) dan temperatur
374 oC. Jadi bila air dipanaskan pada tekanan 22,064 Mpa atau 218 atm, maka ketika temperatur
air mencapai 374 oC, secara cepat air akan berubah langsung dari fase cair menjadi fase gas tanpa
melalui proses penyerapan energi untuk proses penguapan.

Dari titik kristis ke arah kanan mengikuti garis kubah uap disebut garis uap jenuh. Bila fluida
berada pada kondisi tekanan dan temperatur yang sesuai dengan garis ini, maka fluida tersebut
berada pada kondisi 100% uap jenuh. Dari titik kristis ke arah kiri mengikuti garis kubah uap,
disebut garis cair jenuh. Pada garis ini fluida memiliki fase cair 100%.
Di dalam kubah uap adalah daerah panas laten yaitu panas penguapan atau panas pengembunan.
Pada daerah ini fluida berada dalam kondisi 2 fase yaitu fase cair dan fase gas bercampur menjadi
satu. Kadar uap dapat ditentukan dari garis kadar uap.

Daerah di atas kubah uap di sebelah kanan adalah daerah uap panas lanjut ( superheated steam ).
Sedangkan daerah di sebelah kiri di luar kubah uap disebut daerah dingin lanjut. Untuk uap jenuh,
sifat-sifat termodinamika uap dapat ditentukan hanya dengan mengunakan temperatur atau
tekanannya saja, tetapi untuk menentukan sifat-sifat termodinamika uap pada kondisi panas
lanjut dan dingin lanjut harus diketahui tekanan dan temperatur uap.
Bila kita memanaskan air dari kondisi cair misalnya pada tekanan konstan 1 atm dan  mulai dari
temperatur 18 oC hingga temperatur 230 oC, maka pada diagram T-s dapat digambar sebagai
berikut.

Gambar 4 proses pemanasan air dari 18 oC hingga 230 oC pada tekanan 1 atm (101,325 kPa)
Proses pemanasan air dapat digambarkan pada diagram T-s seperti pada gambar 4 di atas. Pada
tekanan 1 atm , air dengan temperatur awal 18 oC memiliki entropi 0,28 kJ/kg.K, bila dipanaskan
maka temperatur air akan naik mengikuti garis tekanan konstan hingga mencapai titik temperatur
didih yaitu untuk tekanan 1 atm titik didih air adalah 99,98 oC. atau entropi air bertambah dari
0,28 kJ/kg.K menjadi 1,3 kJ/kg.K. Entalpi air bertambah dari 82 kJ/kg menjadi 418 kJ/kg. ini
adalah energi total (entalpi) yang dibutuhkan untuk memanaskan air dari kondisi cair pada
temperatur 18oC menjadi air siap mendidih (berubah fase) pada temperatur 99,98 oC. Pada
diagram T-s proses mengikuti garis A-B.
Bila panas terus diberikan, temperatur air tidak akan naik tetapi terjadi perubahan fase air dari
fase cair menjadi fase gas. Perubahan fase ini mengikuti garis B-C. Pada proses ini terjadi
penyerapan kalor (energi) yang digunakan untuk mengubah fase zat, pada kondisi temperatur
konstan. Energi yang diserap ini tidak dapat di ukur dengan mengunakan termometer karena
temperatur fluida tidak berubah. Oleh sebab itu, proses ini disebut proses penyerapan panas laten
(non sensibel heat). Pada proses ini entropi air bertambah dari 1,3 kJ/kg.K menjadi 7,6 kJ/kg.K.
Proses terus berlanjut hingga titik C yaitu titik yang tepat berada pada garis uap jenuh. Pada titik
C semua molekul air telah berubah menjadi fase gas. Antara titik B dan titik C adalah kondisi 2
fase yaitu  campuran gas dan cair. Kadar uap dalam campuran ini disebut faktor kebasahan atau
sering disingkat dengan huruf X. besar faktor kebasahan dapat dihitung dengan mengunakan rumus
:

Keterangan :

X : faktor kebasahan (%) menyatakan persentase uap

hg(t) : entalpi uap pada temperatur fluida tertentu (kJ/kg)


hf : entalpi cair (kJ/kg)
hfg : entalpi perubahan dari cair ke gas (kJ/kg)
sg(t) : entropi uap pada temperatur fluida tertentu (kJ/kg.K)
sf : entropi cair (kJ/kg.K)
sfg : entropi perubahan dari cair ke gas (kJ/kg.K)

misalkan pada proses pemanasan air di atas, kita hendak mengetahui berapa kadar uap pada saat
entropi air = 4 kJ/kg.K, maka kadar uap dapat dihitung :

Artinya pada saat entropi fluida mencapai 4 kJ/kg.K kadar uap dalam campuran adalah 44,6 %.

Angka ini dapat dengan mudah ditentukan melalui T-s diagram.

Pada titik C air berada dalam kondisi uap jenuh atau 100 % uap. Bila energi (panas) terus diberikan
maka uap jenuh akan berubah menjadi uap panas lanjut. Pada proses pemanasan uap panas
lanjut, tekanan dan temperatur fluida akan naik. Tetapi bila proses pemanasan ini dilakukan pada
tekanan konstan maka akan mengikuti garis C-D.

Proses yang telah kita bahas ini adalah proses sederhana yang berlangsung pada saat kita
memanaskan air. Proses ini hampir sama dengan proses yang terjadi di dalam boiler pada unit
pembangkit uap di PLTU.

Siklus Rankine Ideal Sederhana

Siklus Rankine ideal sederhana terdiri dari :

1. Boiler sebagai alat pembangkit uap


2. Turbin uap sebagai alat mengubah uap menjadi kerja
3. Kondensor sebagai alat pengembun uap
4. Pompa boiler sebagai alat memompa air ke boiler

Skema siklus Rankine ideal sederhana dapat dilihat pada gambar 5 berikut ini.

Gambar 5 skema siklus Rankine ideal sederhana

Skema pada gambar 5 dapat digambarkan garis kerjanya pada diagram T-s seperti pada gambar 6
berikut ini.
Ga
mbar 6 diagram T-s untuk siklus Rankine ideal sederhana

Keterangan gambar 6 :

Proses 1 – 2 adalah proses pada tekanan konstan yang berlangsung pada boiler. Pada proses ini
kalor masuk ke dalam sistem (Qin).
Proses 2 – 3 adalah proses ekspansi isentropis (adiabatis reversibel) yang berlangsung di dalam
turbin uap. Pada proses ini terjadi kerja keluar sistem (Wout)
Proses 3 – 4 adalah proses pada tekanan konstan yang berlangsung di dalam kondensor. Pada
proses ini kalor keluar dari sistem (pembuang kalor) (Q out).
Proses 4 – 1 adalah proses penekanan secara isentropis oleh pompa. Pada proses ini kerja masuk
ke dalam sistem (Win).
Pada siklus Rankine ideal sederhana. Air dipompa oleh pompa pengisi boiler ke dalam boiler.
Pompa yang bertugas untuk memompakan air ke dalam boiler disebut feed water pump. Pompa ini
harus dapat menekan air ke boiler dengan tekanan yang cukup tinggi (sesuai dengan tekanan kerja
siklus). Secara ideal pompa bekerja menurut proses isentropis (adiabatis reversibel) dan secara
aktual pompa bekerja menurut proses adiabatis irreversibel.

Di dalam boiler, air yang bertekanan tinggi dipanaskan hingga menjadi uap panas lanjut, prosesnya
adalah sebagai berikut:

1. Ekonomiser, air pertama-tama masuk ke ekonomiser. Ekonomier berfungsi sebagai pemanas


awal. Sesuai namanya alat ini berfungsi untuk meningkatkan efisiensi boiler dengan cara
menggunakan panas sisa gas buang untuk memanaskan awal air yang masuk ke boiler.
2. Evaporator, dari ekonomiser, air masuk ke drum penampung air di evaporator. Di dalam
evaporator air dipanaskan melalui pipa-pipa evaporasi hingga berubah menjadi uap. Uap air yang
keluar dari evaporator adalah uap jenuh.
3. Superheater, selanjutnya uap jenuh dari evaporator masuk ke superheater. Superheater adalah
alat penukar kalor yang dirancang khusus untuk memanaskan uap jenuh menjadi uap panas
lanjut dengan menggunakan gas panas hasil pembakaran. Uap panas lanjut yang keluar dari
superheater siap digunakan untuk memutar turbin uap.
Uap panas lanjut dari boiler kemudian dialirkan ke turbin uap melalui pipa – pipa uap. Di dalam
turbin uap , uap panas lanjut diekspansikan dan digunakan untuk memutar rotor turbin uap. Proses
ekspansi di dalam turbin uap berlangsung melalui beberapa tahap yaitu :

1. Proses ekspansi awal di dalam turbin tekanan tinggi (roda Curtis)

Uap panas lanjut yang bertekanan tinggi diekspansikan di nosel dan kemudian digunakan untuk
memutar roda Curtis. Roda Curtis adalah turbin uap jenis turbin implus. Pada roda Curtis terjadi
penurunan tekanan yang signifikan.

2. Proses ekspansi pada turbin tingkat menengah.

Turbin tingkat menengah menggunakan turbin jenis reaksi dan tersusun atas beberapa tingkat
turbin.

3. Proses ekspansi tingkat akhir.

Pada tingkat akhir ini uap terus diekspansikan hingga tekanan sangat rendah (biasanya dibawah
tekanan atmosfir ) dengan bantuan kondensor.

Putaran poros yang dihasilkan dari proses ekspansi uap panas lanjut di dalam turbin digunakan
untuk memutar beban. Beban dapat berupa generator listrik seperti di PLTU atau propeler (baling-
baling) untuk menggerak kapal.

Uap tekanan rendah dari turbin uap mengalir ke kondensor. Di dalam kondensor, uap didinginkan
dengan media pendingin air hingga berubah fase menjadi air. Kemudian air ditampung di dalam
tangki dan dipisahkan dari gas-gas yang tersisa dan siap untuk dipompa ke dalam boiler oleh
pompa pengisi boiler. Proses ini terus berlanjut dan berulang membentuk sebuah siklus yang
disebut siklus Rankine.

Pada siklus Rankine ideal. Ke 4 alat dianggap bekerja pada kondisi Steady flow. Sehingga
persamaan energi untuk kondisi steady flow dapat ditulis :

Beberapa proses yang berlangsung pada masing-masing alat adalah :


Kerja pompa :

Dimana ν adalah volume spesifik yang besarnya

Kalor masuk ke boiler :

Kerja yang dihasilkan turbin uap :

Kalor yang dibuang oleh kondensor :

Efisiensi thermal siklus Rankine ideal sederhana dapat dihitung :

Dimana  :
Untuk menghitung kinerja siklus Rankine, diperlukan tabel sifat-sifat air dan uap air. Berikut ini
tabel sifat-sifat air dan uap air.

Untuk uap jenuh variabel tetap temperatur air :


Untuk uap jenuh dengan variabel tetap tekanan
Un
tuk uap panas lanjut
da
ta lengkap tentang sifat-sifat termodinamika untuk beberapa fluida dapat didownload pada link
berikut ini : http://www.4shared.com/web/preview/doc/FKLvf9Fqba.
atau http://www.2shared.com/document/oNTrxxp1/appdxs1_2.html
Contoh soal

Sebuah siklus Rankine sederhana ideal bekerja pada temperatur 400 oC dan tekanan 80 bar.
Tekanan kondensor 0,1 bar. Aliran massa uap yang masuk ke turbin 100 kg/s. Hitunglah kerja
turbin, kerja pompa, kalor masuk, kalor keluar dan efisiensi siklus. daya yang dihasilkan turbin
dan daya netto siklus.

Jawab
Pertama-tama gambarkan skema siklus Rankine sederhana dan lengkapi dengan data-data yang
ada di dalam soal

Gambar  7
data dari soal

Ditanya : kerja turbin (Wt); Kerja pompa (Wp), kalor masuk (Qin), kalor keluar (Qout), efisiensi
termodinamika (ηth), daya turbin (Pt) dan daya netto siklus (Pnett).

Dari tabel sifat-sifat uap panas lanjut  di dapat :

Entalpi uap masuk ke turbin : h1 = 3139,4 kJ/kg

Entropi uap masuk ke turbin : s1 = 6,3658 kJ/kg.K

Entropi uap keluar turbin sama dengan entropi uap masul turbin (proses ideal atau isentropis)
sehingga s1  = s2  = 6,3658 kJ/kg.K

Dari tabel uap jenuh, pada tekanan 0,1 bar (10 kPa) didapat :

Entalpi fase uap (hg2) = 2583,9 kJ/kg

Entalpi fase cair (hf2) = 191,81 kJ/kg

Entalpi perubahan fase (hfg2) = 2392,1 kj/kg

Entropi fase uap (sg1) = 8,1488 kJ/kg.K

Entropi fase cair (sf2) = 0,6492 kJ/kg.K


Entropi perubahan fase (sfg2) = 7,4996 kJ/kg.K

Fraksi (kadar) uap (X) dapat dihitung :

Artinya
kadar uap yang keluar dari turbin menuju kondensor adalah 76,22 % atau fluida yang keluar dari
turbin 76,22 % uap dan 23.78 % cair. Bagian yang cair ini tidak perlu lagi diembunkan, tetapi 76,22
% uap ini yang harus dibuang kalornya supaya fasenya berubah menjadi cair. Maka energi total
yang terkandung di dalam 76,22% uap dapat dihitung :

Maka kerja
turbin dapat dihitung yaitu :

Daya turbin adalah :

Kal
or yang dibuang oleh kondensor :

h2 adalah entalpi uap yang masuk ke kondensor = 2015,07 kJ/kg

h3 adalah entalpi air yang keluar dari kondensor = 191,81 kJ/kg

maka kalor yang dibuang oleh kondensor adalah :

Daya kondensor yang dibutuhkan untuk


membuang kalor tersebut adalah :
Kerja pompa dapat dihitung
dengan rumus :

ν = volume jenis air pada tekanan 0,1 bar = 0,00101 m3/kg

p4 = tekanan air keluar pompa = tekanan boiler (proses ideal tidak ada rugi-rugi tekanan) maka p 4 =
p1 = 400 bar = 40 Mpa.

p3 = tekanan air masuk pompa = tekanan air keluar kondensor, untuk proses ideal tidak ada rugi-
rugi tekanan sehingga p3 = 0,1 bar = 10 kPa

maka kerja pompa :

Bila aliran massa air yang


dipompa 100 kg/s maka daya yang diperlukan oleh pompa adalah:

Daya netto siklus :

Kal
or yang masuk ke sistem (qin) dapat dihitung :

h1 = entalpi uap panas lanjut keluar dari boiler = 3139,4 kJ/kg

h4 = entalpi air keluar pompa yang besarnya = entalpi air masuk pompa + kerja pompa, maka h 4 =
191,81 + 40,3899 = 232,1999 kJ/kg

maka kalor yang masuk ke sistem adalah :

Daya yang dihasilkan Boiler : PB = 2900,2 kJ/kg x 100 kg/s = 290.020 kW = 290,02 MW
Efisiensi termodinamika siklus adalah :

Dari hasil perhitungan dapat dilihat hanya 37,37 % dari daya yang diberikan ke dalam boiler yang
dapat diubah menjadi energi mekanis, sisanya hilang atau dibuang ke alam melalui kondensor dan
ada sebagian kecil yang digunakan untuk mengerakan pompa.
Fungsi Boiler Serta Komponen Utamanya
 Wednesday, January 21, 2015  Boiler, Peralatan Produksi

Fungsi boiler serta komponen utamanya seharusnya patut untuk kita ketahui, terlebih bagi yang
sedang bekerja pada pabrik-pabrik yang menggunakan alat ini. Pada dasarnya, peralatan industri
memang tidak ada habisnya untuk dibahas, setelah pada artikel sebelumnya kita telah diulas
mengenai berbagai macam alat industri seperti  pompa, evaporator, desalter, kondensor dan
sebagainya. Pada artikel ini akan dibahas mengenai boiler karena alat ini merupakan salah satu alat
yang umum digunakan pada kilang minyak maupun di pabrik-pabrik lainnya. Tentu saja Anda
sekalian pernah mendengar nama alat ini, tetapi mungkin belum mengerti apa yang dimaksud
dengan boiler, fungsi boiler dan komponen-komponen utamanya. Untuk memahami hal tersebut,
silahkan baca ulasannya di bawah.

Pabrik yang menggunakan boiler (sumber: www.geograph.org.uk)

Fungsi Boiler dan Komponen Utamanya


Pada dasarnya boiler adalah alat yang berfungsi untuk memanaskan air dengan menggunakan
panas dari hasil pembakaran bahan bakar, panas hasil pembakaran selanjutnya panas hasil
pembakaran dialirkan ke air sehingga menghasilkan steam (uap air yang memiliki temperatur tinggi).
Dari pengertian tersebut berarti kita dapat menyimpulkan bahwa boiler berfungsi untuk
memproduksi steam (uap) yang dapat digunakan untuk proses/kebutuhan selanjutnya. Seperti yang
kita ketahui bahwa steam dapat digunakan untuk menjaga suhu dalam kolom destilasi minyak
bumi dan proses evaporasi pada evaporator. Umumnya bakar yang digunakan untuk memanaskan
boiler yaitu batu bara, gas, dan bahan bakar minyak.
Bagian-Bagian Pada Boiler dan Fungsinya
Sama seperti pompa, kompresor dan peralatan pabrik lainnya yang tersusun dari berbagai
komponen sehingga alat tersebut dapat beroperasi dan menjalankan perannya. Boiler juga tersusun
dari berbagai macam komponen dengan fungsinya masing-masing. Di bawah ini adalah fungsi dari
masing-masing komponen pada boiler, yaitu:

1. Tungku Pengapian (Furnace)


Bagian ini merupakan tempat terjadinya pembakaran bahan bakar yang akan menjadi sumber
panas, proses penerimaan panas oleh media air dilakukan melalui pipa yang telah dialiri air, pipa
tersebut menempel pada dinding tungku pembakaran. Proses perpindahan panas pada furnace
terjadi dengan tiga cara:

 Perpindahan panas secara radiasi, dimana akan terjadi pancaran panas dari api atau gas yang akan
menempel pada dinding tube sehingga panas tersebut akan diserap oleh fluida yang mengalir di dalamnya.
 Perpindahan panas secara konduksi, panas mengalir melalui hantaran dari sisi pipa yang menerima
panas kedalam sisi pipa yang memberi panas pada air.
 Perpindahan panas secara konveksi. panas yang terjadi dengan singgungan molekul-molekul air
sehingga panas akan menyebar kesetiap aliran air.

Di dalam furnace, ruang bakar terbagi atas dua bagian yaitu ruang pertama dan ruang kedua. Pada
ruang pertama, di dalamnya akan tejadi pemanasan langsung dari sumber panas yang diterima oleh
tube (pipa), sedangkan pada ruang kedua yang terdapat pada bagian atas, panas yang diterima
berasal dari udara panas hasil pembakaran dari ruang pertama. Jadi, fungsi dari ruang pemanas
kedua ini yakni untuk menyerap panas yang terbuang dari ruang pemanasan pertama, agar energi
panas yang terbuang secara cuma-cuma tidak terlalu besar, dan untuk mengontrol panas fluida
yang telah dipanaskan pada ruang pertama agar tidak mengalami penurunan panas secara
berlebihan.
2. Steam Drum
Steam drum berfungsi sebagai tempat penampungan air panas serta tempat terbentuknya uap.
Drum ini menampung uap jenuh (saturated steam) beserta air dengan perbandingan antara 50% air
dan 50% uap. untuk menghindari agar air tidak terbawa oleh uap, maka dipasangi sekat-sekat, air
yang memiliki suhu rendah akan turun ke bawah dan air yang bersuhu tinggi akan naik ke atas dan
kemudian menguap.
3. Superheater
Merupakan tempat pengeringan steam, dikarenakan uap yang berasal dari steam drum masih
dalam keadaan basah sehingga belum dapat digunakan. Proses pemanasan lanjutan menggunakan
superheater pipe yang dipanaskan dengan suhu 260°C sampai 350°C. Dengan suhu tersebut, uap
akan menjadi kering dan dapat digunakan untuk menggerakkan turbin maupun untuk keperluan
peralatan lain.

4. Air Heater
Komponen ini merupakan alat yang berfungsi untuk memanaskan udara yang digunakan untuk
menghembus/meniup bahan bakar agar dapat terbakar sempurna. Udara yang akan dihembuskan,
sebelum melewati air heater memiliki suhu yang sama dengan suhu udara normal (suhu luar) yaitu
38°C. Namun, setelah melalui air heater, suhunya udara tersebut akan meningkat menjadi 230°C
sehingga sudah dapat digunakan untuk menghilangkan kandungan air yang terkandung didalamnya
karena uap air dapat menganggu proses pembakaran.

5. Dust Collector (Pengumpul Abu)


Bagian ini berfungsi untuk menangkap atau mengumpulkan abu yang berada pada aliran
pembakaran hingga debu yang terikut dalam gas buang. Keuntungan menggunakan alat ini adalah
gas hasil pembakaran yang dibuang ke udara bebas dari kandungan debu. Alasannya tidak lain
karena debu dapat mencemari udara di lingkungan sekitar, serta bertujuan untuk mengurangi
kemungkinan  terjadinya kerusakan pada alat akibat adanya gesekan abu maupun pasir.

6. Pengatur Pembuangan Gas Bekas


Asap dari ruang pembakaran dihisap oleh blower IDF (Induced Draft Fan) melalui dust collector
selanjutnya akan dibuang melalui cerobong asap. Damper pengatur gas asap diatur terlebih dahulu
sesuai kebutuhan sebelum IDF dinyalakan, karena semakin besar damper dibuka maka akan
semakin besar isapan yang akan terjadi dari dalam tungku.
7. Safety Valve (Katup pengaman)
Alat ini berfungsi untuk membuang uap apabila tekanan uap telah melebihi batas yang telah
ditentukan. Katup ini terdiri dari dua jenis, yaitu katup pengaman uap basah dan katup pengaman
uap kering. Safety valve ini dapat diatur sesuai dengan aspek maksimum yang telah ditentukan.
Pada uap basah biasanya diatur pada tekanan 21 kg per cm kuadrat, sedangkan untuk katup
pengaman uap kering diatur pada tekanan 20,5 kg per cm kuadrat.

8. Gelas Penduga (Sight Glass)


Gelas penduga dipasang pada drum bagian atas yang berfungsi untuk mengetahui ketinggian air di
dalam drum. Tujuannya adalah untuk memudahkan pengontrolan ketinggian air dalam ketel selama
boiler sedang beroperasi. Gelas penduga ini harus dicuci secara berkala untuk menghindari
terjadinya penyumbatan yang membuat level air tidak dapat dibaca.

9. Pembuangan Air Ketel


Komponen boiler ini berfungsi untuk membuang air dalam drum bagian atas. Pembuangan air
dilakukan bila terdapat zat-zat yang tidak dapat terlarut, contoh sederhananya ialah munculnya busa
yang dapat menganggu pengamatan terhadap gelas penduga. Untuk mengeluarkan air dari dalam
drum, digunakan blowdown valve yang terpasang pada drum atas, katup ini bekerja bila jumlah busa
sudah melewati batas yang telah ditentukan.

Anda mungkin juga menyukai