Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Museum La Pawawoi yang beralamat di Jln. M.H. Thamrin No 9,
Watampone, Kabupaten Bone menempati bangumn bekas Istana La
Mappanyukki Raja Bone. Didirikan pada tanggal 5 Januari 1971 oleh Bupati
Bone, H. Suaib. Nama museum ini diambil dari nama seorang Raja Bone
yang telah diakui sebagai pahlawan nasional yaitu, La Pawawoi Karaeng
Sigeri. La Pawawoi yang lahir pada tahun 1835 merupakan pahlawan Perang
Bone melawan Belanda. Tanggal 14 Desember 1906 beliau datawan dan
diasingkan ke Bandung. Setelah beliau bertemu dengan Gubernur Jenderal
Belanda, beliau mengucapkan ikrar tantangan yang berbunyi “Biar tubuhku
menghadap/tertawan, hatiku pantang menyerah kepada kompeni” beliau
wafat pada 17 Agustus 1911.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana sejarah berdirinya Museum La Pawawoi

2. Apa sajakah isi dari Museum La Pawawoi

C. Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Museum La Pawawoi

2. Untuk mengetahui apa sajakah isi dari Museum La Pawawoi

1
BAB II

PEMBAHASAN

Museum La Pawawoi menempati bangunan bekas Istana Andi


Mappunyokki Raja Bone ke-32. Didirikan pada 5 Januari 1971 oleh Bupati Bone,
H. Suaib. Nama museum ini diambil dari nama seorang Raja Bone ke-31 yang
telah diakui sebagai pahlawan nasional, yaitu La Pawawoi Karaeng Sigeri. La
Pawawoi yang lahir pada 1835 merupakan pahlawan Perang Bone I, II, III, dan IV
melawan Belanda. Tanggal 14 Desember 1906 beliau ditawan dan diasingkan ke
Bandung. Setelah beliau bertemu dengan Gubernur Jenderal Belanda, beliau
mengucapkan ikrar tantangan yang berbunyi, “Biar tubuhku menghadap/
tertawan, hatiku pantang menyerah kepada kompeni”. Beliau wafat tanggal 17
Januari 1911.

Museum Lapawawoi terletak di Jl.M.H. Thamrin No.9,Watampone


Tempat ini menjadi tempat yang paling sering dikunjungi terlebih bagi mereka
yang ingin mengetahui lebih dalam tentang kejayaan Bone masa lampau.
Umumnya, kata P. Ipong, pengunjung yang datang ke museum ini, yaitu pelajar
baik di tingkat SD sampai SMA, dan mahasiswa. Menurutnya, saat ini generasi
muda sudah mulai tertarik mengunjungi, terutama anak sekolah dan mahasiswa.
Dia berharap, agar masyarakat paham sejarah budaya, tradisi dan pahlawannya,
dan ikut melestarikannya. Apalagi, Kabupaten Bone menjadi salah satu ikon
pariwisata Sulsel.
     Museum La Pawawoi Sore itu, Sabtu 6 Februari lalu,  tampak ramai.
Karena di kunjungi oleh siswa kelas X SMA NEGERI 1 PANCARIJANG.
Khusus di hari Jumat dan Hari Raya, museum ini tidak dibuka. Museum ini diberi
nama Museum La Pawawoi, karena La Pawawoi Karaeng Sigeri sendiri
merupakan Raja Bone  Ke 32 pada tahun 1895-1905, yang mendapatkan gelar

2
Pahlawan Nasional, dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP)
Kalibata, Jakarta.

     Istana Raja Bone ini pun dipugar oleh Proyek Pemugaran dan Pemeliharaan
Peninggalan Sejarah dan Purbakala, yang dikerjakan tahun 1679 sampai tahun
1981. dan diresmikan menjadi Museum La Pawawoi oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, Prof Dr Daud Yusuf, pada tahun 1982.

   Salah seorang pengelola Museum Lapawawoi, P. Ipong mengatakan, pada


museum ini, ada satu peninggalan dari Raja Bone ke II, La Ummasa Petta
Mulange Panre, yaitu lanreseng atau landasan untuk menempa besi, yang masih
tersimpan dan menjadi koleksi dari Museum La Pawawoi. Menurutnya, Raja
Bone kedua ini merupakan pandai besi karena dialah yang mula-mula
menciptakan dan mengajarkan alat-alat dari besi di Bone.

     Menurut P. Ipong, lanreseng itu merupakan alat yang digunakan untuk


membuat berbagai alat-alat dari  besi. Tak hanya itu, kata dia, koleksi lainnya
yaitu  bessi sikoi atau besi yang berupa cincin yang saling mengait satu sama
lainnya,  milik La Tenri Tatta Arung Palakka. Dan piagam penghargaan VOC
Belanda kepada Arung Palakka masih tersimpan di Museum La Pawawoi ini.
"Piagam itu  merupakan bentuk penghargaan VOC Belanda kepada La Tenri Tatta

3
Arung Palakka atas kerjasamanya saat itu, dan piagam itu bertuliskan tinta
emas,"jelasnya.

    Museum La Pawawoi memiliki koleksi kurang lebih 331 buah. Museum ini
memiliki lima ruangan, dan masing-masing ruangan itu, menyimpan berbagai
koleksi peninggalan kerajaan Bone. Di ruangan pertama atau bagian depan dari
Museum ini, menyimpan sejumlah koleksi seperti koleksi keramik, peralatan
makan para raja, alat tenun, peralatan bissu, peralatan nelayan, serta duplikat
bendera Kerajaan Bone .

    Ruangan kedua atau bagian tengah museum ini, menyimpan pelaminan,


peralatan makan Ade Pitu atau Tujuh dewan adat kerajaan, pakaian adat, dan
beberapa koleksi keramik lainnya. Di ruangan ini, berjejer sejumlah peralatan
makan yang sengaja ditata secara rapi. Demikian halnya dengan pelaminan di
ruangan ini .

Sementara itu, di ruangan ketiga menyimpan silsilah Raja Bone, dari Raja
Bone pertama, yaitu Manurunge Ri Matajang hingga Raja Ke 34, A
Mappanyukki. "A Mappanyukki sendiri menjabat Raja Bone, yang kedua kalinya
yaitu ke 32 dan 34,"kata dia. Selain itu, di ruangan ini juga menyimpan duplikat
rambut Arung Palakka, duplikat mahkota dan pedang, serta photo Raja Bone dan
keturunannya. "Photo penangkapan Raja Bone La Pawawoi Karaeng Segeri, dan
saat diasingkan di Bandung pun ada di ruangan ini,"kata P. Ipong, sembari
menunjukkan photo yang dijelaskannya .

4
     

  

 Sedangkan, di ruangan keempat, tersimpan duplikat payung emas Kerajaan


Bone, dan perisai kerajaan, kaleo malebu. Dan stempel Kerajaan Bone saat
dipimpin Raja Bone ke 30, Fatimah Banri petta Matinroe Ri Bolampare. Stempel
itu sendiri, digunakan dalam urusan administrasi kerajaan saat itu. Di ruangan
kelima, tersimpan  piagam penghargaan VOC Belanda ke Arung Palakka, dan
bessi sikoi milik Arung Palakka, serta sejumlah photo Raja Bone dan
keturunannya .

     Pengelola museum ini, P. Ipong mengatakan, pengunjung yang datang tak


hanya berasal dari Kabupaten Bone saja. Akan tetapi, sejumlah Kabupaten yang
ada di Sulsel. Tak hanya itu, kata dia, pengunjung dari provinsi lain di Indonesia
juga kerap mengunjungi museum ini. Bahkan, ada pengunjung yang berasal dari
luar negeri, seperti Malaysia, Singapore, Belanda, hingga Prancis. "Umumnya
pengunjung yang berasal dari Malaysia dan Singapore itu, masih mempunyai
keturunan Bugis ,"kata dia .
   
Dia mengatakan, masih ada masyarakat yang segan datang ke museum ini.
Pasalnya, kata P. Ipong, karena mereka menganggap museum ini masih istana raja
atau saoraja, dan menilainya tidak sembarangan orang untuk memasukinya.

5
Padahal, kata dia, pengelola menyambut baik kedatangan pengunjung ke museum
ini, baik untuk menanyakan benda peninggalan Kerajaan Bone hingga silsilah
Raja-raja Bone itu sendiri. .

  

Di museum ini terdapat berbagai koleksi benda peninggalan Kerajaan Bone


yang masih terawat dengan baik. Benda-benda tersebut merupakan bukti
kebesaran Kerajaan Bone pada masa lalu.

6
Adapun benda-benda yang dipamerkan di museum Lapawawoi antara lain :

1. Silsilah Keluarga

7
2. Perahu Pinisi, Lambo,

8
3. Peralatan Makan untuk Raja

4. Peralatan Perkawinan

9
5. Peralatan Tenun

10
6.
Peralatan
Perang

11
7. Peralatan Makan Sirih

12
8. Pakaian Adat

13
9. Peralatan Nelayan

10. Peralatan Musik Tradisional

14
11. Duplikat Mahkota Arung Palakka

12. Koleksi Mata Uang Kuno

15
13. Koleksi Keramik

16
14. Koleksi Foto-foto Kerajaan

17
18
19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Museum La Pawawoi menempati bangunan bekas Istana Andi


Mappunyokki Raja Bone ke-32. Didirikan pada 5 Januari 1971 oleh Bupati
Bone, H. Suaib. Nama museum ini diambil dari nama seorang Raja Bone ke-
31 yang telah diakui sebagai pahlawan nasional, yaitu La Pawawoi Karaeng
Sigeri.

Adapun benda-benda yang dipamerkan di museum Lapawawoi antara lain:

1. Peralatan Perkawinan
2. Peralatan Makan untuk Raja
3. Perahu
4. Silsilah Keluarga
5. Peralatan Tenun
6. Peralatan Perang
7. Peralatan Makan Sirih
8. Pakaian Adat
9. Peralatan Nelayan
10. Peralatan Musik Tradisional.
11. Duplikat Mahkota Arung Palakka
12. Koleksi Mata Uang Kuno
13. Koleksi Keramik
14. Koleksi Foto-foto Kerajaan

B. Saran
Di museum ini terdapat berbagai koleksi benda peninggalan Kerajaan
Bone yang masih terawat dengan baik. Walaupun demikian museum ini

20
masih kurang pengunjung. Sebaiknya museum tersebut lebih di percantik atau
dihiasi dari dalam maupun luar agar museum tersebut menarik pengunjung.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ipong. P. 2016. Museum La Pawawoi. Watampone

22

Anda mungkin juga menyukai