Lap Modul 1 Blok 13
Lap Modul 1 Blok 13
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario 1 di Blok 13
ini dengan baik.
Laporan tutorial ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Blok 13 yang
merupakan bagian dari sistem pembelajaran SCL di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Andalas Padang.
Saya mengucapkan terimakasih kepada Allah SWT yang telah memberikan
kemudahan dalam penyusunan laporan ini dan kepada pembimbing kami, drg.
Kosno Suprianto, Sp.Perio yang telah membimbing kami dalam proses tutorial
dan kepada teman-teman yang telah menyediakan waktu dan pikirannya untuk
menyelesaikan tugas tutorial ini dengan baik.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi proses pembelajaran selanjutnya dan
bagi yang membutuhkan.
Penyusun
Nadia Syesti
1
DAFTAR ISI
2
MODUL 1
PROSEDUR DIAGNOSTIK LESI RONGGA MULUT
Skenario 1
DOKTER... JANGAN KEBANYAKAN NANYA, SAKIT NIH
Parto usia 51 tahun ditemani anaknya datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut
dengan keluhan rasa sakit di mulut. Dokter harus melakukan anamnesis dengan
sabar karena Parto tampak enggan dan susah bicara, untunglah ada anaknya
sehingga data didapatkan baik secara auto maupun allo anamnesis. Parto
terkesan menjawab sekenanya ketika dokter bertanya “kapan dia mengalami
sariawan pertama kali, seberapa sering diaterkena sariawan, dan pada saat
kapan sariawan biasanya muncul”, dan banyak lagi pertanyaan lainnya.
Kemungkinan dia sudah lupa atau malas untuk mengingatnya. Dokter hrus
mempunyai teknik dan keterampilan serta kemampuan berinteraksi yang baik
dengan pasien sehingga didapatkan data seakurat mungkin. Dokter lalu
menjelaskan bahwa proses anamnesis sangat penting untuk dapat megakkan
diagnosis, karena banyak lesi di rongga mulut yang tampilan klinisnya hampir
sama. Anamnesis juga penting untuk mengetahui faktor penyebab, faktor
predisposisi/pemicu ataupun faktor resiko dari penyakit tersebut, sehingga
dapat ditentukan rencana perawatan yang tepat.
Selesai melakukan anamnesis, dokter lalu melakukan pemeriksaan, mulai dari
pemeriksaan keadaan umum, ekstra oral, intra oral, dan pemeriksaan lesi
dengan seksama. Dokter lalu menetapkan diagnosis kerja dan diagnosis
banding, serta rencana perawatan yang akan dilakukan. Selanjutnya dokter
memberikan informasi dan edukasi pada pasien, serta memberikan surat
rujukan untuk dilakukan pemeriksaan penunjang.
Bagaimana saudara menjelaskan langkah-langkah prosedur diagnostiklesi-lesi
rongga mulut dan bagaimana prinsip penatalaksanaannya? Apa saja informasi
dan edukasi yang harus dijelaskan pada pasien?
3
Uraian
I. Terminologi
Lesi suatu keadaan rusaknya jaringan baik secara struktural maupun fungsional yang
dapat diakibatkan oleh trauma,penyakit sistemik dan lain-lain serta dapat dilihat secara
klinis .
4
b. Selalu mencerminkan sikap yang baik kepada pasien
c. Mampu menenangkan suasana di ruang prakternya
d. Mampu menciptakan lingkungan yang nantinya dapat mendukung perawatan/tindakan
dokter gigi
e. Berbicara menggunakan informasi yang dapat dimengerti oleh pasien
f. Berbicara tidak cepat / terburu-buru
g. Saat berkomunikasi jangan ada benda yang menghalangi antara dokter gigi dan pasie
h. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bicara
4. Apa yang perlu dikuasai dokter gigi selain kemampuan berinteraksi yang baik?
a. Memiliki ilmu dan kompetensi yang memadai
b. Mampu melihat apa yang dibutuhkan pasien atau mengerti keadaan pasien
c. Mampu menginterpretasikan apa yang ada pada pasien
d. Mengetahui keadaan normal dan abnormal dari tubuh
e. Mampu membuat surat rujukan
5
Berisi ringkasan riwayat penyakit keluarga untuk mengetahui kemungkinan adanya
kelainan herediter.
9. Apa pentingnya dilakukan pemeriksaan intra oral dan pemeriksaan ekstra oral?
Agar kita tidak salah dalam menegakkan diagnosa, untuk mengetahui apa
penyakit yang diderita pasien karena banyak penyakit yang memiliki gejala
yang sama dan untuk menentukan rencana perawatan.
6
c. Hematologi
d. Serologi
e. Mikrobiologi
16. Apa saja informasi dan edukasi yang dapat diberikan kepada pasien?
a. Apa saja fakor pemicu penyakitnya
b. Upaya preventif untuk menurunkan penyakitnya
c. Prosedur pemeriksaan dan perawatan
d. Prognosis penyakit
e. Menjelaskan obat, waktu penyembuhan dan biaya
7
IV. Skema
Parto
51 tahun
Ke
RSG
Anamne
sis
Pemerik
saan
klinis
Diagnosis Diagnosis
bandi kerja
ng
Pemeriksa
an
penun
lesi
rongg
prognosis
evaluasi
Prinsip
penatalak
sanaan
8
V. Learning Objective
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang jenis – jenis lesi rongga mulut
9
serta tidak bermetastasis,
sedangkan tumor ganas
memilikit epi yang kurang
jelas.
Plak Daerah kulit atau mukosa yang
leukoplakia
datar, padat, menonjol, dan
diameternya lebih dari 1 cm.
Memiliki tepi landai dan
dapat ditemukan proliferasi
keratin di permukaannya.
Plak dapat menyebar jauh
kedalam dermis.
Bidur Peninggian kulit sementara
Hives,
disebabkan bocornya cairan dermatogr
kedalam dermis afisme
10
dari 1 cm yang bias didahului oleh
vesikel atau papula. Berwarna
putih atau kekuningan yang sering
dikaitkan dengan dengan pori
epidermal atau kelenjar keringat.
Pada rongga mulut pustule
Nampak pada puncak abses atau
parulis.
(Swartz, 1995 ;Langlaisdkk., 2013).
11
Nanah biasanya tidak terlihat karena
pengumpulan purulent terserbut begitu
dalam.
(Swartz, 1995 :langlais, 2013).
2. Lesisekunder
Lesi sekunder rmerupakan lesi yang terjadi akibat adanya perubahan pada
lesi primer yang berkembang selama riwayat penyakit kulit alami (Swartz,
1995).
12
Jaringanparut
Tanda atau cicatrix permanen yang tertinggal
setelah sebuah luka sembuh. Lesi ini
merupakan tanda adanya perbaikan luka dan
menunjukkan adanya gangguan integritas
epidermis dan dermis serta penyembuhan
epithelium melalui jalan pembentukan
jaringan fibrosa (kolagen). Warna dari lesi ini
biasanya lebih muda dibandingkan mukosa di
daerahs ekitarnya.
Atrofi Suatu keadaan dimana epidermis yang cenderung
melekuk kedalam dan berwarna kepuutihan.
Sklerosis Suatu pengerasan kulit yang difus atau terbatas.
13
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang etiologi dan patogenesis lesi rongga
mulut
1. Trauma
Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa trauma pada bagian dalam rongga
mulut dapat menyebabkan RAS. Dalam banyak kasus, trauma ini disebabkan masalah-
masalah yang sangat sederhana. Trauma merupakan salah satu faktor yang dapat
menyebabkan ulser teruatama pada pasien yang mempunyai kelainan tetapi kebanyakan
RAS mempunyai daya perlindungan yang rlatif dan mukosa mastikasi adalah salah satu
proteksi yang paling umum.
Faktor lain yang dapat menyebabkan trauma di dalam rongga mulut
meliputi :
- Pemakaian gigi tiruan
Rekuren apthous stomatitis disebabkan oleh pemasangan gigi palsu. Seringkali,
gigitiruan yang dipasang secara tidak tepat dapat mengiritasi dan melukai jaringan
yang ada di dalam rongga mulut. Masalah yang sama sering pula dialami oleh
porang-orang yang menggunakan gigitiruan kerangka logam. Logam dapat melukai
bagian dalam rongga mulut.
- Trauma sikat gigi
Beberapa pasien berpikir bahwa ulser terjadi karena trauma pada mukosa rongga mulut
yang disebabkan oleh cara penggunaan dari sikat gigi yang berlebihan dan cara
menyikat gigi yang salah dapat merusak gigi dan jaringan yang ada di dalam
rongga mulut.
- Trauma makanan
Banyak jenis makanan yang kita makan dapat menorah, menggores atau melukai
jaringan-jaringan yang ada di dalam rongga mulut dan menyebabkan terjadinya
RAS. Contohnya adalah keripik kentang, kue kering yang keras, apel dan setelah
mengunya permen keras.
14
- Prosedur Dental
Prosedur dental dapat mengiritasi jaringan lunak mulut yang tipis dan menyebabkan
RAS. Terdapat informasi bahwa hanya dengan injeksi novacaine dengan jarum
dapat menyebabkan timbulnya RAS beberapa hari setelah dilakukan penyuntikan.
- Menggigit bagian dalam mulut
Banyak orang menderita luka di daam mulutnya karena menggigit bibir dan jaringan
lunak yang ada di dalam rongga mulut secara tidak sengaja. Sering kali, hal ini
dapat menjadi sebuah kebiasaan yang tidak disadari atau dapat terjadi selama tidur
dan luka juga disebabkan oleh tergigitnya mukosa ketika makan dan tertusuk kawat
gigi sehingga dapat menimbulkan ulser yang mengakibatkan RAS. Luka gigit pada
bibir atau lidah akibat susunan gigi yang tidak teratur.
2. Infeksi
15
dibandingkan bukan penderita RAS (5% versus 10%, p=0,002). Dari penelitian tersebut
dapat disimpukan bahwa penderita RAS pada umumnya mempunyai kadar hormone
progesterone yang lebih rendah dari normal dan ada salah satu keluarganya yang menderita
RAS.11
7. Stres
Faktor stres dapat memicu terjadinya stomatitis sebab stres dapat mengganggu
proses kerja dari tubuh sehingga mengganggu proses metabolism tubuh dan menyebabkan
tubuh rentan terhadap serangan penyakit, tidak hanya kejadian stomatitis bahkan gangguan-
gangguan lainnya dapat dapat dipicu oleh stres.11
Biasanya pasien mengalami ulser pada saat stres dan beberapa fakta menunjukkan
hal tersebut. Namun, stres sulit untuk diukur dan beberapa penelitian belum dapat
menemukan hubungan antara sters dengan munculnya ulser. Faktor psikologis (seperti
emosi dan stres) juga merupakan faktor penyebab terjadinya stomatitis.
8. Infeksi HIV
Stomatitis dapat digunakan sebagai tanda adanya infeksi HIV, dimana
stomatitis memiliki frekuensi yang lebih tinggi pada keadaan defisiensi imun,
seperti yang telah dibahas sebelumnya. Namun infeksi akibat virus HIV
biasanya menunjukkan tanda klinis yang sangat jelas. Dimana jaringan sudah
parah.
Infeksi oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan infeksi
kronik, yang memiliki 2 pola pada anak, yaitu :
- Pola pertama adalah yang didapati pada bayi dan anak-anak akibat penularan
prenatal.
- Pola kedua adalah pada remaja melalui perilaku risiko tinggi seperti orang
dewasa.
9. Kebiasaan merokok
Kelainan stomatitis biasanya terjadi pada pasien yang merokok. Bahkan
dapat terjadi ketika kebiasaan merokok dihentikan.
Contoh patofisiologi dari lesi adalah terjadinya karsinoma sel skuamosa.
Karsinoma sel skuamosa (KSS) adalah suatu neoplasma invasif pada
jaringan epitel rongga mulut dengan berbagai tingkat diferensiasi yang muncul
pada tempat-tempat seperti jaringan mukosa mulut, alveolar, gingiva, dasar
mulut, lidah, palatum, tonsil dan orofaring. KSS cenderung untuk segera
bermetastase dan meluas. KSS muncul sebagai akibat dari berbagai kejadian
molekular yang menyebabkan kerusakan genetik yang mempengaruhi
kromosom dan gen, yang akhirnya menuju kepada perubahan DNA.
Akumulasi perubahan-perubahan tersebut memicu terjadinya disregulasi sel
pada batas dimana terjadinya pertumbuhan otonom dan perkembangan yang
invasif. Proses neoplastik mula-mula bermanifestasi secara intraepitel dekat
membran dasar sebagai suatu hal yang fokal, kemudian terjadi pertumbuhan
klonal keratinosit sel yang berubah secara berlebihan, menggantikan epitelium
normal. Setelah beberapa waktu atau beberapa tahun, terjadi invasi membran
dasar jaringan epitel menandakan awal kanker invasif.
Premalignansi oral merupakan ciri lesi yang dapat beresiko untuk
berubah menjadi pertumbuhan sel yang tidak terkontrol dan bertransformasi
16
menjadi kanker diikuti dengan kekacauan fungsi normal jaringan. Proses
patologis premalignansi mempengaruhi epitel skuamosa berlapis yang
melindungi rongga mulut. Gambaran utama yang terlihat mendahului
perjalanan keganasan adalah displasia epitel yaitu yang secara histologis
menggambarkan kombinasi gangguan pematangan dan gangguan proliferasi
sel. Derajat displasia epitel dan karsinoma yakni displasia ringan, displasia
menengah, displasia berat (karsinoma in situ) dan karsinoma
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang anamnesis lesi rongga mulut
17
banding yang berhubungan dengan keluhan utama tersebut. Pemikiran ini akan membantu
dalam mengarahkan pertanyaan-pertanyaan dalam anamnesis selanjutnya. Pertanyaan
diarahkan untuk makin menguatkan diagnosis yang dipikirkan atau menyingkirkan
kemungkinan-kemungkinan diagnosis banding.
18
Berisi ringkasan riwayat penyakit keluarga untuk mengetahui
kemungkinan adanya kelainan herediter.
7.Sosial history (social history)
Berisi tentang riwayat kehidupan sosial ekonomi dan gaya hidup pasien yang
nanti akan berpengaruh pada keluhan pasien maupun rencana perawatan
nantinya.
19
Pemeriksaan kelenjar limfe pada pasien dilakukan pada kelenjar limfe submandibula
kanan dan kiri. Caranya adalah pasien duduk di kursi dental dengan kepala menempel di
kursi yang posisinya agak merebah. Dokter berada di belakang pasien. Dengan
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah kedua tangan, tekan lembut menyusuri belakang
telinga kesubmandibula sampai arah dagu.
1. Biopsi
Biopsi adalah pengambilan atau pengangkatan sebagian atau seluruh jaringan untuk
pemeriksaan patologis mikroskopis.
Biopsi harus representative baik secara klinis maupun mikroskopis misalnya memilih
daerah tumor yang tidak ada nekrosis dan tidak terdapat infeksi sekunder. Interpretesi
biopsi untuk diagnosis suatu neoplasma dapat dilakukan berdasarkan :
Pemeriksaan makroskopis
Merupakan pemeriksaan dengan mata biasa untuk menilai/ memperkirakan suatu
jaringan tumor bersifat ganas atau jinak. misalnya bentuk, ukuran, warna
,permukaan, Batas jelas/tidak ,permukaan rata / berbenjol – benjol,tepi
meninggi / tidak, mudah berdarah /tidak, bersimpai / tidak, rapuh tidaknya
tumor, Seperti dibawah ini :
Bentuk plaque : melanoma, basalioma
Bentuk nodus : padat, kistik
Bentuk erosi,ulkus
Pemeriksaan mikroskopis
Suatu pertumbuhan neoplastik khususnya keganasan dini tidak dapat didiagnosis
berdasarkan pengamatan klinis semata, karena tidak ada kriteria pasti untuk
menentukan jinak dan ganasnya.Suatu lesi secara klinis selain tidak adanya
gejala karakteristik, seringkali baru terdeteksi pada stadium lanjut setelah
20
timbul gejala klinis yang mengganggu penderita.Untuk mengatasi hal ini perlu
dilakukan pemeriksaan laboratorium penunjang.Pemeriksaan Mikroskopis
merupakan cara yang sangat penting untuk menegakkan suatu neoplasma.
21
Biopsi Jarum
Yaitu pengambilan sampel jaringan atau cairan dengan cara disedot lewat
jarum. Biasanya cara ini dilakukan dengan bius lokal (hanya area sekitar
jarum). Bisa dilakukan secara langsung atau dibantu dengan radiologi seperti
CT scan atau USG sebagai panduan untuk membuat jarum mencapai massa
atau lokasi yang diinginkan.
Biopsi jarum dibagi atas FNAB (fine needle aspiration biopsy)/BAJAH (Biopsi
Aspirasi Jarum halus), dan Core biopsy. Bila biopsi jarum menggunakan jarum
berukuran besar maka disebut core biopsi, sedangkan bila menggunakan jarum
kecil atau halus maka disebut fine needle aspiration biopsi. Biopsy aspirasi
jarum halus merupakan metode lain untuk 'diagnosis jaringan' - yaitu, sebuah
cara sampling sel dalam benjolan mencurigakan atau massa. . Biopsi aspirasi
jarum halus sedikit lebih cepat dan kurang invasif dari biopsi inti. Biopsi jarum
halus aspirasi tidak memerlukan anestesi lokal banyak. Seperti dengan biopsi
inti, USG atau mammographik mungkin diperlukan untuk menemukan
benjolan atau area yang akan dijadikan sampel jika tidak dapat dengan mudah
dirasakan.Pada hampir semua tumor dapat dilakukan biopsi aspirasi, baik yang
letaknya superfisial palpable ataupun tumor yang terletak di dalam rongga
tubuh unpalpable dengan indikasi :
1) Preoperatif biopsi aspirasi pada tumor sangkaan maligna operable. Tujuannya
adalah untuk diagnosis dan menentukan pola tindakan bedah selanjutnya.
2) Maligna inoperable. Biopsi aspirasi merupakan diagnosis konfirmatif.
3) Diagnosis konfirmatif tumor "rekuren" dan metastasis.
4) Membedakan tumor kistik,solid dan peradangan.
5) Mengambil spesimen untuk kultur dan penelitian
Penggunaan biopsi aspirasi dalam diagnosis tumor mempunyai dampak yang
menguntungkan baik ditinjau dari segi menejemen tumor, pelayanan onkologik rumah sakit
maupun bagi pasien.Namun harus disadari bahwa jangkauan sitologi biopsi aspirasi sangat
22
terbatas yang dapat terjadi pada keadaan dimana luasnya invasi tumor tidak dapat
ditentukan, subtipe kanker tidak selalu dapat diidentifikasi, dan dapat terjadi negatif palsu.
Diagnosis sitologik dengan menggunakan FNAB mempunyai nilai klinik antara lain
1. Sitologi positif / Positif Maligna : Merupakan petunjuk untuk melakukan
tindakan lebih lanjut antara lain survei metastasis, menentukan stadium,
memilih alat diagnostik lain bila diperlukan dan mendiskusikan pola
pengobatan.
2. Sitologi negatif atau kelainan jinak : Belum dapat menyingkirkan adanya kanker;
perlu dipikirkan kemungkinan negative palsu. Negatif palsu dapat terjadi
karena kesalahan teknis, sehingga sejumlah sel tumor tidak terdapat pada
sediaan. Bila terdapat perbedaan sitologi dan data klinik, alternative tindakan
terbaik adalah biopsi bedah; akan tetapi, pada kasus sitologi negatif dengan
spesifikasi kelainan dan cocok dengan gambaran klinik, maka pola pengobatan
dapat ditentukan.
3. Sitologi suspek / mencurigakan maligna : Mungkin memerlukan pemeriksaan
lain sebelum pengobatan antara lain pemeriksaan potongan bekuataupun
sitologi imprint atau kerokan durante operasionam.
4. Inkonklusif (tidak dapat diinterpretasikan) : Dapat terjadi karena kesalahan
teknik atau karena situasi tumor, misalnya mudah berdarah, reaksi jaringan ikat
banyak atau tumor terlalu kecil, sehingga sulit memperoleh sel tumor. Dalam
praktek, sitologi inkonklusif meningkatkan negatif palsu.
Tindakan core biopsi adalah prosedur di mana jarum melewati kulit
untuk mengambil sampel jaringan dari suatu massa atau benjolan. Jaringan
tersebut kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk setiap kelainan. Core
Biopsi dapat dilakukan ketika sebuah benjolan mencurigakan ditemukan,
misalnya benjolan payudara atau pembesaran kelenjar getah bening, atau jika
suatu kelainan terdeteksi pada tes pencitraan seperti x-
ray , USG atau mamografi .Core biopsi merupakan prosedur lebih invasif
daripada biopsi aspirasi jarum halus , karena menggunakan bius lokal. Namun,
lebih cepat dan kurang invasif daripada biopsi bedah.
Dalam beberapa kasus, hasil biopsi inti akan mencegah tindakan
operasi.Sedangkan untuk tehnik suatu tindakan Core Biopsi dijelaskan sebagai berikut
dimana lebih awal dilakukan tindakan dengan menggunakan anestesi lokal di mana jarum
dimasukkan. Sebuah sayatan kecil (dipotong) dibuat dalam kulit di atas benjolan, dan
jarum dimasukkan melalui insisi. Ketika ujung jarum berada di daerah yang akan diperiksa,
jarum cekung yang didesain khusus digunakan untuk mengumpulkan sampel sel-sel yang
hadir. Ini ditampilkan dalam diagram di bawah ini. Jarum kemudian ditarik, dan sampel
yang diekstraksi.Hal ini dapat diulang sampai 5 kali, sampai sebuah sampel yang cukup
telah dikumpulkan.
Selain biopsi dengan jarum seperti diatas terdapat juga suatu tindakan biopsi
menggunakan jarum dengan bantuan endoskopi. Pada prinsipnya sama yaitu pengambilan
sampel jaringan dengan aspirasi jarum, hanya saja metode ini menggunakan endoskopi
sebagai panduannya. Cara ini baik untuk tumor dalam saluran tubuh seperti saluran
pernafasan, pencernaan dan kandungan. Endoskopi dengan kamera masuk ke dalam saluran
menuju lokasi kanker, lalu dengan jarum diambil sedikit jaringan sebagai sampel.
23
Efek Samping dan indikasi / kontraindikasi Biopsi
Infeksi akan terjadi bila tidak memperhatikan teknik aseptik antisepsis,
Perdarahan, bisa terjadi pada lesi neoplasma karena adanya hipervaskularisasi.
Indikasi suatu tindakan Biopsi adalah sebagai berikut :
- Lesi yang menetap lebih dari 2 minggu tanpa diketahui penyebabnya
- Ulserasi yang menetap tidak menunjukkan tanda tanda kesembuhan sampai 3
minggu
- Setiap penonjolan yang dicurigai sebagai suatu neoplasma
- Lesi tulang yang tidak diidentifikasi setelah pemeriksaan klinis dan radiologis
- Lesi hiperkeratotik yang menetap
Kontra Indikasi Biopsi antara lain :
- Infeksi pada lokasi yang akan dibiopsi (relative
- Gangguan faal hemostasis berat (relatif)
- Biopsi diluar daerah yang direncanakan akan dieksisi saat operasi
2. Pembedahan
Indikasi pembedahan antara lain:
1. Tumor yang telah melibatkan tulang
2. Efek samping pembedahan diharapkan lebih kecil daripada radiasi
3. Tumor yang kurang sensitif terhadap radiasi
4. Tumor rekuren pada daerah yang sebelumnya telah menerima terapi radiasi.
5. Pada kasus paliatif untuk mengurangi ukuran tumor
3. Radioterapi
KSS biasanya radiosensitif, dan mempunyai lesi awal dengan tingkat kesembuhan
yang tinggi. Pada umumnya, tumor yang lebih berdiferensiasi maka mempunyai kecepatan
daya respon yang lebih kecil terhadap radioterapi. Tumor eksofitik dan yang teroksigenasi
dengan baik lebih radiosensitif, sedangkan tumor besar yang invasif dengan fraksi
pertumbuhan yang kecil memunyai respon yang lebih sedikit. KSS yang dibatasi oleh
mukosa mempunyai daya sembuh lebih tinggi dengan radioterapi, akan tetapi penyebaran
tumor sampai ke tulang mengurangi kemungkinan penyembuhan dengan radioterapi.
Metastase servikal yang kecil dapat dikendalikan hanya dengan radioterapi saja, walaupun
keterlibatan servikal nodus yang lebih lanjut lebih baik diatasi dengan terapi kombinasi.
Untuk mendapatkan efek terapetik, radioterapi diberikan dengan pembagian harian.
Hiperfraksionasi radiasi (biasanya dosis dua kali sehari) digunakan secara luas
untuk mengurangi komplikasi kronik yang timbul walaupun komplikasi akut
lebih parah. Efek biologis radioterapi tergantung pada jumlah dosis yang
diberikan perhari, total waktu perawatan, dan dosis total.
Radioterapi mempunyai keuntungan dalam perawatan karsinoma in situ karena
mencegah pembuangan jaringan, dan dapat digunakan sebagai pilihan perawatan pada
tumor T1 dan T2. Radiasi dapat diberikan pada lesi yang terlokalisasi dengan
menggunakan teknik implant (brakiterapi) atau pada regio kepala dan leher dengan
menggunakan eksternal beam radiation. Terapi external beam dapat memberikan cara
tertentu untuk melindungi jaringan normal yang berbatasan dengan tumor yang tidak
terlibat. Inovasi pada radioterapi meliputi IMRT, menggunakan pancaran radiasi dengan
berbagai intensitas, yang memberikan kemampuan untuk menyesuaikan dengan dosis yang
24
diresepkan terhadap bentuk dan jaringan target dalam tiga dimensi, mengurangi dosis untuk
jaringan normal sekitarnya. IMRT idealnya cocok untuk malignansi pada kepala dan leher
yang dekat dengan struktur yang penting seperti batang otak, chiasm optik, dan kelenjar
ludah.
4. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan sebagai terapi awal sebelum dilakukan terapi lokal, bersama
dengan radioterapi (CCRT), dan kemoterapi pembantu setelah perawatan lokal. Tujuan
kemoterapi yakni untuk mengurangi tumor awal dan memberikan perawatan dini pada
mikrometastaste. Efek toksik kemoterapi meliputi mukositis, nausea, muntah, dan
penekanan sumsum tulang. Obat-obatan utama kemoterapi itu sendiri maupun untuk terapi
kombinasi yaitu antara lain methotrexate, bleomycin, Tasol dan turunannya, turunan
platinum (cisplatin dan carboplatin), dan 5-fluorouracil. Protokol kemoterapi dan
radioterapi yang dilakukan bersamaan, saat ini telah menjadi standard sebagai perawatan
pada stadium tiga dan empat dengan prognosis yang buruk apabila dirawat dengan
pembedahan
Diagnosis
Diagnosis adalah penetapan jenis penyakit tertentu berdasarkan analisis hasil
anamnesa dan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh dokter. Penetapan ini penting untuk
menemukan pengobatan atau tindakan yang akan dilakukan.
Diagnosis ditinjau dari segi prosesnya, yaitu :
1. Diagnosis awal atau diagnosis kerja, yaitu penetapan diagnosis awal yang belum
diikuti dengan pemeriksan yang lebih mendalam.
2. Diagnosis banding (deferensial diagnosis) adalah menentukan diagnosis suatu
penyakit dengan cara membandingkan dua atau lebih penyakit yang mempunyai beberapa
tanda dan gejala yang sama. Pada dasarnya kegiatan demikian telah dimulai sejak
permulaan anamnesis dan akan dilaksanakan terus setama melakukan pemeriksaan fisik.
Bahkan diagnosis diferensial demikian akan memberikan arch untuk dilakukannya tes atau
pemeriksaan khusus.
Secara konseptual dan prosedural diagnosis diferensial dilakukan melalui beberapa
tahapan sebagai berikut:
Tahap 1: Klasifikasi abnormalitas
Tahap 2: Menentukan ciri-ciri klinis sekunder
Tahap 3: Membuat daftar berbagai kondisi penyebab manifestasi primer.
Tahap 4: Mengesampingkan beberapa kondisi yang tidak mungkin sebagai
penyebab
Tahap 5: Menyusun beberapa kemungkinan penyebab
Tahap 6: Menentukan diagnosis kerja / diagnosis difinitif 3.
3. Diagnosis akhir, yaitu diagnosis yang menjadi sebab mengapa pasien dirawat dan
didasarkan pada hasil-hasil pemeriksaan yang mendalam.
25
2. Diagnosis komplikasi, yaitu penyakit komplikasi karena berasal dari penyakit utamanya.
3. Diagnosis Co-Morbid, yaitu diagnosis kedua, ketiga dan seterusnya merupakan penyakit
penyerta diagnosis utama yang bukan berasal dari penyakit utaman ya atau sudah ada
sebelum penyakit utama ditemukan
Prognosis
Prognosis yaitu ramalan medis dan hasil pemeriksaan dan diagnosis berdasarkan teori-teori
atau hasil penelitian pada peyakit yang bersangkutan. Prognosis adalah yang digunakan
dalam menyampaikan suatu tindakan untuk memprediksi perjalanan penyakit yang
didasarkan pada informasi diagnosis yang tersedia. istilah medis ini yang menunjukkan
prediksi dokter tentang bagaimana pasien akan berkembang, dan apakah ada kemungkinan
pemulihan.
Tujuan dari prognosis adalah untuk mengkomunikasikan prediksi
dari kondisi pasien di masa datang, dengan penyakit yang telah dideritanya.
Fungsi dari prognosis ini adalah menentukan rencana terapi
selanjutnya, sabagai bahan pertimbangan perawatan dan rehabilitasi
Kategori prognosis :
1. Ad vitam (hidup)
2. Ad functionam (fungsi)
3. Ad sanationam (sembuh)
Golongan-golongan prognosis :
1. Sanam (sembuh)
2. Bonam (baik)
3. Malam (buruk/jelek)
4. Dubia (tidak tentu/ragu-ragu)
1. Dubia ad sanam/bonam (tidak tentu/ragu-ragu, cenderung sembuh/baik)
2. Dubia ad malam (tidak tentu/ragu-ragu, cenderung buruk/jelek)
Pengobatan sariawan
Terapi pada sariawan merupakan terapi simptomatik, tidak ada pengobatan yang
efektif terhadap sariawan. Penatalaksanaan Recurrent Aphthous Stomatitis
ditujukan untuk mengurangi rasa sakit, atau mencegah timbulnya lesi baru.
Lini pertama (stomatitis ringan):
Antibakteri mouthwash, contoh: klorheksidin 0,2% qds
Lini kedua (stomatitis ringan-sedang)
26
Antibakteri mouthwash atau anestesi local mouthwash, contoh: benzydamine
0,15%, lignocain 1% gel dioleskan pada area yang sakit
Berkumur dengan suspense sukralfat 1g/5ml, jangan ditelan
Lini Ketiga (stomatitis sedang-berat)
Sama dengan terapi pada lini kedua
Analgetik oral, penggunaan secara subcutan, dan intravena dapat diberikan jika
diperlukan
Jika terdiagnosis adanya infeksi, berikan antibiotic pada infeksi bakteri, antivirus
pada infeksi virus, dan antifungi pada infeksi jamur
Pertimbangkan periksa ke dokter, atau ahli kesehatan gigi dan mulut untuk
mendapatkan nasihat
Terapi non farmakologis
Konsumsi buah yang mengandung vitamin c, vitamin B12 1000 mcg,
banyak minum, hindari makan makanan yang panas dan diikuti dengan minum
minuman dingin, OR yang rutin dapat membantu meningkatkan daya tahan
tubuh, sehingga menurunkan resiko terjadinya sariawan yang disebabkan
penurunan system imun.
27
DAFTAR PUSTAKA
28
16. Suyatno, Emir Pasaribu,Diagnostik dan terapi Bedah Onkologi,Sagung Seto
2009
17. Underwood, Patologi Umum dan Sistematik,EGC, 2004
29