Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario 1 di Blok 13
ini dengan baik.
Laporan tutorial ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Blok 13 yang
merupakan bagian dari sistem pembelajaran SCL di Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Andalas Padang.
Saya mengucapkan terimakasih kepada Allah SWT yang telah memberikan
kemudahan dalam penyusunan laporan ini dan kepada pembimbing kami, drg.
Kosno Suprianto, Sp.Perio yang telah membimbing kami dalam proses tutorial
dan kepada teman-teman yang telah menyediakan waktu dan pikirannya untuk
menyelesaikan tugas tutorial ini dengan baik.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi proses pembelajaran selanjutnya dan
bagi yang membutuhkan.

Padang, 20 agustus 2017

Penyusun
Nadia Syesti

1
DAFTAR ISI

Kata pengantar ...............................................................................................................1


Daftar isi ........................................................................................................................2
Skenario 6 blok 13..........................................................................................................3
Terminologi....................................................................................................................4
Identifikasi masalah........................................................................................................4
Analisis masalah.............................................................................................................4
Skema..............................................................................................................................8
Learning objectives
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang jenis – jenis lesi rongga mulut...............9
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang etiologi dan patogenesis lesi rongga
mulut ......................................................................................................................15
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang anamnesis lesi rongga mulut.................18
4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pemeriksaan klinis lesi rongga mulut ..20
5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang lesi rongga
mulut.......................................................................................................................21
6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang diagnosis dan prognosis........................26
7. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang prinsip penatalaksanaan lesi
rongga mulut.................................................................................................................27
Daftar pustaka ..............................................................................................................29

2
MODUL 1
PROSEDUR DIAGNOSTIK LESI RONGGA MULUT

Skenario 1
DOKTER... JANGAN KEBANYAKAN NANYA, SAKIT NIH
Parto usia 51 tahun ditemani anaknya datang ke Rumah Sakit Gigi dan Mulut
dengan keluhan rasa sakit di mulut. Dokter harus melakukan anamnesis dengan
sabar karena Parto tampak enggan dan susah bicara, untunglah ada anaknya
sehingga data didapatkan baik secara auto maupun allo anamnesis. Parto
terkesan menjawab sekenanya ketika dokter bertanya “kapan dia mengalami
sariawan pertama kali, seberapa sering diaterkena sariawan, dan pada saat
kapan sariawan biasanya muncul”, dan banyak lagi pertanyaan lainnya.
Kemungkinan dia sudah lupa atau malas untuk mengingatnya. Dokter hrus
mempunyai teknik dan keterampilan serta kemampuan berinteraksi yang baik
dengan pasien sehingga didapatkan data seakurat mungkin. Dokter lalu
menjelaskan bahwa proses anamnesis sangat penting untuk dapat megakkan
diagnosis, karena banyak lesi di rongga mulut yang tampilan klinisnya hampir
sama. Anamnesis juga penting untuk mengetahui faktor penyebab, faktor
predisposisi/pemicu ataupun faktor resiko dari penyakit tersebut, sehingga
dapat ditentukan rencana perawatan yang tepat.
Selesai melakukan anamnesis, dokter lalu melakukan pemeriksaan, mulai dari
pemeriksaan keadaan umum, ekstra oral, intra oral, dan pemeriksaan lesi
dengan seksama. Dokter lalu menetapkan diagnosis kerja dan diagnosis
banding, serta rencana perawatan yang akan dilakukan. Selanjutnya dokter
memberikan informasi dan edukasi pada pasien, serta memberikan surat
rujukan untuk dilakukan pemeriksaan penunjang.
Bagaimana saudara menjelaskan langkah-langkah prosedur diagnostiklesi-lesi
rongga mulut dan bagaimana prinsip penatalaksanaannya? Apa saja informasi
dan edukasi yang harus dijelaskan pada pasien?

Langkah Seven Jumps


1. Mengklarifikasi terminology yang tidak diketahui dan mendefinisikan hal-hal yang
dapat menimbulkan kesalahan interpretasi
2. Menentukan masalah
3. Menganalisis masalah melalui brain storming dengan menggunakan prior knowledge
4. Membuat skema atau diagram dari komponen-komponen permasalahan dan mencari
korelasi dan interaksi antar masing-masing komponen untuk membuat solusi secara
terintegrasi
5. Memformulasikan tujuan pembelajaran
6. Mengumpulkan informasi di perpustakaan.internet dan lain-lain
7. Sintesa dan uji informasi yang diperoleh

3
Uraian
I. Terminologi
Lesi  suatu keadaan rusaknya jaringan baik secara struktural maupun fungsional yang
dapat diakibatkan oleh trauma,penyakit sistemik dan lain-lain serta dapat dilihat secara
klinis .

II. Identifikasi Masalah


1. Bagaimana prosedur diagnostik lesi rongga mulut?
2. Bagaimana tips dan trik dokter gigi dalam berkomunikas?
3. Bagaimana melakukan anamnesis yang baik?
4. Apa yang perlu dikuasai dokter gigi selain kemampuan berinteraksi yang baik?
5. Data anamnesis seperti apa yang dikatakan akurat?
6. Apa tujuan dokter gigi bertanya detail mengenai kasus pasien?
7. Bagaimana pemeriksaan klinis lesi rongga mulut?
8. Apa saja yang harus dilakukan dalam pemeriksaan vital sign?
9. Apa pentingnya dilakukan pemeriksaan intra oral dan pemeriksaan ekstra oral?
10.Apa saja jenis lesi rongga mulut?
11.Apa sajo faktor penyebab timbulnya lesi rongga mulut?
12.Apa saja pemeriksaan penunjang lesi rongga mulut?
13.Bagaimana prinsip penatalaksanaan lesi rongga mulut?
14.Apa tujuan dilakukan pemeriksaan penunjang?
15.Kenapa pasien perlu diberi informasi dan edukasi?
16.Apasaja informasi dan edukasi yang dapat diberikan kepada pasien?

III. Analisa Masalah


1. Bagaimana prosedur diagnostik lesi rongga mulut?
a. Anamnesis
Komponen-komponen anamnesis :
1) Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, alamat, etnik, pekerjaan dll.
Ini sangat penting karena ada beberapa penyakit yang cendrung terjadi pada usia,
jenis kelamin,pekerjaan atau etnik tertentu dan merupakan bagian data yang
harus menjadi pertimbangan dalam diagnosis penyakit dan rencana perawatan.
2) Keluhan utama (chief complaint)
3) Riwayat perjalanan penyakit sekarang (present illnes)
4) Riwayat medis (past medical history )
5) Riwayat dental (past dental history)
6) Riwayat keluarga (family history)
7) Sosial history (social history)
b. Pemeriksaan klinis : pemeriksaan umum, pemeriksaan intra oral dan pemeriksaan
ekstra oral.
c. Pemeriksaan penunjang

2. Bagaimana tips dan trik dokter gigi dalam berkomunikas?


a. Dokter gigi harus tahu bagaimana berkomunikasi dengan pasien dengan usia, pekerjaan
tertentu.

4
b. Selalu mencerminkan sikap yang baik kepada pasien
c. Mampu menenangkan suasana di ruang prakternya
d. Mampu menciptakan lingkungan yang nantinya dapat mendukung perawatan/tindakan
dokter gigi
e. Berbicara menggunakan informasi yang dapat dimengerti oleh pasien
f. Berbicara tidak cepat / terburu-buru
g. Saat berkomunikasi jangan ada benda yang menghalangi antara dokter gigi dan pasie
h. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bicara

3. Bagaimana melakukan anamnesis yang baik?


a. Berkomunikasi dengan baik
b. Menguasai ilmu
c. Mampu melihat apa yang dibutuhkan pasien atau mengerti keadaan pasien
d. Berkomunikasi dengan open dan close question
e. Mencatat hasil anamnesis
f. Menggunakan allo anamnesis jika bisa melakukan auto anamnesis

4. Apa yang perlu dikuasai dokter gigi selain kemampuan berinteraksi yang baik?
a. Memiliki ilmu dan kompetensi yang memadai
b. Mampu melihat apa yang dibutuhkan pasien atau mengerti keadaan pasien
c. Mampu menginterpretasikan apa yang ada pada pasien
d. Mengetahui keadaan normal dan abnormal dari tubuh
e. Mampu membuat surat rujukan

5. Data anamnesis seperti apa yang dikatakan akurat?


Data yang memenuhi semua informasi yang berhubungan dengan keluhan
pasien serta data lain yang dibutuhkan. Data anamnesis terdiri dari :
a. Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, alamat, etnik, pekerjaan dll.
Ini sangat penting karena ada beberapa penyakit yang cendrung terjadi pada
usia, jenis kelamin,pekerjaan atau etnik tertentu dan merupakan bagian data
yang harus menjadi pertimbangan dalam diagnosis penyakit dan rencana
perawatan.
b. Keluhan utama (chief complaint)
Keluhan dan alasan pasien datang ke dokter gigi
c. Riwayat perjalanan penyakit sekarang (present illnes)
Informasi yang berhubungan dengan keluhan utama pasien mulai dari awal sampai
pasien datang ke dokter gigi.
d. Riwayat medis (past medical history )
Untuk mengetahui apakah ada riwayat penyakit sistemik yang pernah atau sedang
diderita pasien dan untuk mengetahui ada tidaknya kontraindikasi bagi prosedur perawatan
atau tindakan yang nantinya akan dilakukan.
e. Riwayat dental (past dental history)
Berisi riwayat penyakit gigi dan mulut yang pernah diderita dan perawatan yang pernah
dilakukan.
f. Riwayat keluarga (family history)

5
Berisi ringkasan riwayat penyakit keluarga untuk mengetahui kemungkinan adanya
kelainan herediter.

g. Sosial history (social history)


Berisi tentang riwayat kehidupan sosial ekonomi dan gaya hidup pasien yang nanti akan
berpengaruh pada keluhan pasien maupun rencana perawatan nantinya.

6. Apa tujuan dokter gigi bertanya detail mengenai kasus pasien?


a. Agar diagnosis yang didapatkan benar, jelas dan tepat karena ada beberapa lsi di rongga
mulut memiliki gejala yang sama.
b. Untuk mengetahui ada tidaknya keterlibatan penyakit sistemik
c. Untuk mengetahui rencana perawatan

7. Bagaimana pemeriksaan klinis lesi rongga mulut?


a. Mengamati penampilan dan pemeriksaan kesehatan umum pasien
Bagaimana keadaan umum pasien : lemah, pucat, susah bicara dan lain-lain,
pemeriksaan TB, BB dan vital sign.
b. Pemeriksaan intra oral : pemeriksaan mukosa rongga mulut dan gigi
c. Pemeriksaan ekstra oral : wajah, leher, mata, tmj, bibir, kelenjar limfa dan lain-lain.

8. Apa saja yang harus dilakukan dalam pemeriksaan vital sign?


Temperatur, denyut nadi, tekanan darah, frekuensi pernafasan.

9. Apa pentingnya dilakukan pemeriksaan intra oral dan pemeriksaan ekstra oral?
Agar kita tidak salah dalam menegakkan diagnosa, untuk mengetahui apa
penyakit yang diderita pasien karena banyak penyakit yang memiliki gejala
yang sama dan untuk menentukan rencana perawatan.

10. Apa saja jenis lesi rongga mulut?


Lesi rongga mulut terdiri atas 2:
a. Lesi primer ( lesi yang pertama kali muncul)
Terdiri dari makula, plak, papula, vesikula, nodula.
b. Lesi sekunder (lesi yang muncul setelah lesi sekunder)
Terdiri dari erosi, ulserasi.
Berdasarkan warnanya lesi terbagi atas :
Lesi merah, lesi putih, dan lasi berpigmen.

11. Apa sajo faktor penyebab timbulnya lesi rongga mulut?


a. Faktor eksternal : infeksi virus, infeksi bakteri, kebiasaan buruk seperti merokok.
b. Faktor internal : prosedur dental, permukaan gigi yang kasar.
c. Faktor lainnya : penyakit sistemik, terapi radiasi, trauma

12. Apa saja pemeriksaan penunjang lesi rongga mulut?


a. Laboratorim : biopsi
b. Radiografi

6
c. Hematologi
d. Serologi
e. Mikrobiologi

13. Bagaimana prinsip penatalaksanaan lesi rongga mulut?


a. Prinsip farmakologi : obat
b. Prinsip non farmakologi : non obat, tetapi lebih memberi support pada pasien.
c. Prinsip bedah
d. Prinsip non bedah (Prinsip farmakologi, Prinsip non farmakologi )

14. Apa tujuan dilakukan pemeriksaan penunjang?


Untuk mendapatkan diagnosa definitif.

15. Kenapa pasien perlu diberi informasi dan edukasi?


a. Karena itu merupakan hak pasien dan kewajiban pasien
b. Agar pasien tahu apa penyakit yang dideritanya
c. Edukasi agar tidak melakukan kebiasaan buruk yang dapat memperparah penyakitnya

16. Apa saja informasi dan edukasi yang dapat diberikan kepada pasien?
a. Apa saja fakor pemicu penyakitnya
b. Upaya preventif untuk menurunkan penyakitnya
c. Prosedur pemeriksaan dan perawatan
d. Prognosis penyakit
e. Menjelaskan obat, waktu penyembuhan dan biaya

7
IV. Skema

Parto
51 tahun

Ke
RSG

Anamne
sis

Pemerik
saan
klinis

Diagnosis Diagnosis
bandi kerja
ng

Pemeriksa
an
penun
lesi
rongg

prognosis

evaluasi

Prinsip
penatalak
sanaan

8
V. Learning Objective
1. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang jenis – jenis lesi rongga mulut

Lesi rongga mulut terbagi atas 2 :


1. Lesi Primer
Lesi primer muncul dari kulit normal yang mengalami perubahan anatomic dalam
epidermis, dermis, atau jaringan subkutan (Swartz, 1995). Lesi primer merupakan lesi yang
pertama kali muncul.
a. Lesi Primer yang teraba, timbul, dan berup amassa padat.

No. Lesi Deskripsi Contoh Gambar

Papula Lesi atau struktur yang padat, chen planus


kecil, superfisial, menonjol,
dan diameternya kurang dari
1 cm. memiliki berbagai
warna, dapat bertangkai, dan
mempunyai basis yang kuat.

Nodula Benjolan atau massa jaringan Iritasi fibrosa


yang padat dan menonjol
dengan diameter kurang dari
1 cm. Nodula biasa
simtomatik atau
menimbulkan rasa sakit dan
seringkali tumbuh dengan
lambat.
Tumor Massa jaringan padat dengan Lipoma
diameter lebih dari 1 cm dan
memiliki dimensi kedalaman.
Dapat berwarna apa saja dan
muncul pada jaringan lunak
dan keras baik intraoral
ataupun ekstraoral. Tumor
terbagi menjadi tumor jinak
dan ganas, dimana tumor
jinak tumbuh lebih
lambatdan kurang agresif
dibandingkan tumor ganas.
Tumor jinak berupa les
ibulat, menonjol, dan
memiliki tepi yang jelas,

9
serta tidak bermetastasis,
sedangkan tumor ganas
memilikit epi yang kurang
jelas.
Plak Daerah kulit atau mukosa yang
leukoplakia
datar, padat, menonjol, dan
diameternya lebih dari 1 cm.
Memiliki tepi landai dan
dapat ditemukan proliferasi
keratin di permukaannya.
Plak dapat menyebar jauh
kedalam dermis.
Bidur Peninggian kulit sementara
Hives,
disebabkan bocornya cairan dermatogr
kedalam dermis afisme

(Swartz, 1995 ;Langlaisdkk., 2013).

b. Lesi primer yang teraba, meninggi, danmassaterisicairan

No. Lesi Deskripsi Contoh Gambar


Vesikel Suatu penonjolan kecil yang berisi
Herpes
cairan pada epidermis (kulit atau simpleks
mukosa) yang diameternya kurang dan varisela
dari 1 cm. Cairan dalam vesikel
dapat berupa limfe, serum, darah,
dan agen penginfeksi. Vesikel ini
disebabkan peradangan akibat
infeksi virus.

Bulla Lepuhan berukuran lebih dari 1 Dermatitis


cm
yang di dalamnya berisi cairan. akiba
Permukaannya halus dan tracun,
berbentuk kubah. Mudah pecah pemphigus
meskipun terkena trauma yang bulosa.
sangat ringan
Pustula Tonjolan bundar yang berisi nanahAkne
(eksudat purulen) yang tersusun
atas campuran sel radang dan
cairan yang berasal dari infeksi.
Lesi ini memiliki diameter kurang

10
dari 1 cm yang bias didahului oleh
vesikel atau papula. Berwarna
putih atau kekuningan yang sering
dikaitkan dengan dengan pori
epidermal atau kelenjar keringat.
Pada rongga mulut pustule
Nampak pada puncak abses atau
parulis.
(Swartz, 1995 ;Langlaisdkk., 2013).

c. Lesi primer khusus

No. Lesi Deskripsi Contoh Gambar


Mata ikanDaerah pembengkakan
Jaringana yang menonjol (edema) yang
terlokalisir. Papula atau plak yang
memiliki permukaan halus ini berasal
dari ekstravasasi akut serum kedalam
dermis superfisial. Mata ikan biasanya
berwarna merah pucat, gatal, dan
berdurasi pendek
Liang Suatu lesi linear yang khas berupa Skabies
terowongan berada di bawah epidermis
yang dihasilkan parasit.

Kista Suatu kantung yang di dalamnya berisi


cairan atau materi semi padat. Lesi ini
dilapisi oleh kantong tertutup (kapsul)
epitelium yang terletak pada dermis,
jaringan subkutaneus, atau tulang.
Diameter kista bervariasi dari beberapa
millimeter sampai sentimeter. Kista
yang berisi cairan bening tampak
berwarna merah muda hingga biru,
sedangkan yang berisi keratin sering
berwarna kuning atau putih seperti
krim.
Abses Lesi berupa pengumpulan materi purulent
setempat pada dermis atau subkutis.

11
Nanah biasanya tidak terlihat karena
pengumpulan purulent terserbut begitu
dalam.
(Swartz, 1995 :langlais, 2013).

2. Lesisekunder

Lesi sekunder rmerupakan lesi yang terjadi akibat adanya perubahan pada
lesi primer yang berkembang selama riwayat penyakit kulit alami (Swartz,
1995).

No. Lesi Deskripsi Gambar


Erosi Lesi jaringan lunak yang terkelupas kulit atau
mukosa (epiteliumnya aus atau rusak).
Biasanya erosi lembab dan sedikit cekung
dan sering kali berasal dari suatu vesikel
yang pecah, kerusakan epitel, atau trauma. Di
daerah yang tererosi, epitelium di atas sel
basal hilang. Penyembuhan jarang
mengakibatkan jaringan parut karena lapisan
basal dari epithelium tetap utuh.

Ulser Lesi yang berbentuk seperti kawah pada kulit


atau mukosa oral. Sedangkan ulcer adalah
istilah untuk luka pada jaringan kutaneus atau
mukosa yang terbuka, yang menunjukkan
desintegrasi jaringan secara perlahan-lahan
disertai nekrosis. Tepi lesi ini seringkali bulat
ataupun tidak teratur. Ulser meluas lebih
dalam dibandingkan erosi, dari lapisan basal
epithelium hingga dermis. Dapat terbentuk
jaringan parut setelah ulser sembuh. Lesi ini
dapat terbentuk karena trauma, stomatitis
aptosa, infeksi virus seperti herpes simpleks,
kanker, dan penyakit granulomatosis.Ulser
menimbulkan rasa sakit sehingga
memerlukan terapi oba ttopikal atau sistemik
untuk pentalaksanaan yang efektif
Fisura Suatu celah dalam kulit yang melalui kutis atau
mukosa pada lidah, bibir, dan jaringan
perioral yang perbaikannya melalui fibrosis.
Disebabkan kekeringan atau radang
menahun.

12
Jaringanparut
Tanda atau cicatrix permanen yang tertinggal
setelah sebuah luka sembuh. Lesi ini
merupakan tanda adanya perbaikan luka dan
menunjukkan adanya gangguan integritas
epidermis dan dermis serta penyembuhan
epithelium melalui jalan pembentukan
jaringan fibrosa (kolagen). Warna dari lesi ini
biasanya lebih muda dibandingkan mukosa di
daerahs ekitarnya.
Atrofi Suatu keadaan dimana epidermis yang cenderung
melekuk kedalam dan berwarna kepuutihan.
Sklerosis Suatu pengerasan kulit yang difus atau terbatas.

Berdasarkan perubahan morfologinya:


1. Lesi putih
Lesi putih merupakan suatu istilah yang menunjukkan perubahan
mukosa dengan ciri khas adanya papila opak, pucat (putih), tanpa adanya
tanda-tanda pembesaran, eritema, atau ulserasi.
Penyebab terjadinya suatu lesi putih adalah penebalan lapisan epitel,
adanya material superfisial, adanya pemadatan struktur jaringan ikat di bawah
epitel, atau kombinasi ketiganya.
2. Lesi merah
Lesi merah merupakan suatu istilah yang menunjukkan perubahan mukosa
dengan ciri khas adanya warna merah yang disebabkan oleh peningkatan
vaskularisasi, atrofi ephitelium atau penurunan jumlah sel-sel epitelium.
3. Lesi pigmentasi
Mukosa mulut dapat mengalami diskolorasi dalam bentuk
pseudomembran dengan peningkatan keratinisasi atau peningkatan
vaskularisasi. Pigmentasi dapat terbatas pada tempat tertentu saja, difus,
atau pada beberapa tempat. Dapat disebabkan pigmen yang bersifat
endogen maupun eksogen. Berdasarkan warnanya, pigmentasi terbagi
menjadi:
a. Lesi vaskular biru/ungu, contoh hemangioma, varises, angiosarkoma,
sarkoma Kaposi, teleangiektasis.
b. Lesi melanotik coklat, contoh epulis, nevus biru, melanoma maligna,
melanosis karena obat, pigmentasi fisiologis, pigmentasi cafe au lait, dll.
c. Lesi coklat yang berhubungan dengan hem, contoh ekimosis, petekie,
hemokromatosis.
d. Pigmentasi abu-abu/hitam, contoh tatto amalgam, lidah berambut, menelan
metal seperti merkuri, bismut.

13
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang etiologi dan patogenesis lesi rongga
mulut

Faktor Penyebab Terjadinya Lesi


1. Faktor General antara lain :
- Hormonal maupun penyakit sistemik
- Stres
2. Faktor Lokal antara lain :
- Overhang tambalan atau karies, protesa (gigi tiruan)
- Luka pada bibir akibat tergigit/benturan
- Defisiensi (kekurangan) vitamin B12 dan zat besi
Infeksi virus dan bkteri juga diduga sebagai pencetus timbulnya
stomatitis ini. Ada pula yang mengatakan bahwa stomatitis merupakan reakasi
imunologik abnormal pada rongga mulut. Sedangkan yang cukup sering terjadi
pada kita, terutama warga kota yang sibuk, adalah stres. Faktor psikologis ini
(stres) telah diselidiki berhubungan dengan timbulnya stomatitis.
Selain itu, faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya
stomatitis(lesi) adalah sebagai berikut :

1. Trauma
Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa trauma pada bagian dalam rongga
mulut dapat menyebabkan RAS. Dalam banyak kasus, trauma ini disebabkan masalah-
masalah yang sangat sederhana. Trauma merupakan salah satu faktor yang dapat
menyebabkan ulser teruatama pada pasien yang mempunyai kelainan tetapi kebanyakan
RAS mempunyai daya perlindungan yang rlatif dan mukosa mastikasi adalah salah satu
proteksi yang paling umum.
Faktor lain yang dapat menyebabkan trauma di dalam rongga mulut
meliputi :
- Pemakaian gigi tiruan
Rekuren apthous stomatitis disebabkan oleh pemasangan gigi palsu. Seringkali,
gigitiruan yang dipasang secara tidak tepat dapat mengiritasi dan melukai jaringan
yang ada di dalam rongga mulut. Masalah yang sama sering pula dialami oleh
porang-orang yang menggunakan gigitiruan kerangka logam. Logam dapat melukai
bagian dalam rongga mulut.
- Trauma sikat gigi
Beberapa pasien berpikir bahwa ulser terjadi karena trauma pada mukosa rongga mulut
yang disebabkan oleh cara penggunaan dari sikat gigi yang berlebihan dan cara
menyikat gigi yang salah dapat merusak gigi dan jaringan yang ada di dalam
rongga mulut.
- Trauma makanan
Banyak jenis makanan yang kita makan dapat menorah, menggores atau melukai
jaringan-jaringan yang ada di dalam rongga mulut dan menyebabkan terjadinya
RAS. Contohnya adalah keripik kentang, kue kering yang keras, apel dan setelah
mengunya permen keras.

14
- Prosedur Dental
Prosedur dental dapat mengiritasi jaringan lunak mulut yang tipis dan menyebabkan
RAS. Terdapat informasi bahwa hanya dengan injeksi novacaine dengan jarum
dapat menyebabkan timbulnya RAS beberapa hari setelah dilakukan penyuntikan.
- Menggigit bagian dalam mulut
Banyak orang menderita luka di daam mulutnya karena menggigit bibir dan jaringan
lunak yang ada di dalam rongga mulut secara tidak sengaja. Sering kali, hal ini
dapat menjadi sebuah kebiasaan yang tidak disadari atau dapat terjadi selama tidur
dan luka juga disebabkan oleh tergigitnya mukosa ketika makan dan tertusuk kawat
gigi sehingga dapat menimbulkan ulser yang mengakibatkan RAS. Luka gigit pada
bibir atau lidah akibat susunan gigi yang tidak teratur.
2. Infeksi

Tidak terdapat fakta yang menunjukkan bahwa stomatitis secara langsung


disebabkan oleh mikroba karena hanya sebagian kecil yang disebabkan oleh infeksi silang
dari Streptococci. Biasanya, untuk mencegah infeksi rongga mulut dapat digunakan
providone-iodine (obat kumur).Namun pada dasarnya, providone-iodine merupakan iodine
kompleks yang berfungsi sebagai antiseptic. Povidone-iodine mapu membunuh
mikroorganisme seperti jamur, bakteri, virus, protozoa, dan spora bakteri. Tak heran agen
ini berguna untuk terapi infeksi yang berkaitan dengan makhluk-makhluk renik tesebut.
Selain sebagai obat kumur (mouthwash) yang digunakan setelah gosok gigi, povidone-
iodine gargle memang digunakan untuk mengatasi infeksi-infeksi mulut dan tenggorokan,
seperti gingivitis (inflamasi di gusi) dan tukak mulut (sariawan).
3. Abnormalitas Imunologi
Abnormalitas imonologi kemungkinan juga dapat menybabkan ulser. Sirkulasi
antibody diduga berhubungan dengan keadaan mukosa dari rongga mulut. Dimana
antibody tersebut bergantung pada mekanisme sitoksik atau proses penetralisir racun yang
masuk ke dalam tubuh. Sehingga jika system immunologi mengalami abnormalitas, maka
dengan mudah bakteri ataupun virus menginfeksi jaringan lunak disekitar mulut.
4. Penyakit Gastrointestinal
Walaupun diketahui bahwa ulser dapat menyebabakn penderitan sukar mencerna
makanan, namun hal tersebut jarang dihubungkan dengan penyakit gastrointestinal. Tetapi
lebih sering dihubungkan dengan defisiensi vitamin B12. Akan tetapi, ditemukan bahwa
5% psien dengan penyakit tersebut disebabkan oleh penyakit gastrointestinal.
5. Defisiensi Hematologi
Pasien dengan RAS yang disebabkan oleh defisiensi vitamin B12, folat atau besi
mencapai 20%. Seperti frekuensi defisiensi pada pasien awalnya akan menjadi lebih buruk
pada pertengahan usia. Banyak pasien yang defisiensinya tersembunyi, hemoglobin dengan
batasan normal dan cirri utama adalah mikrositosis atau makrositosis pada sel darah merah.
Defisiensi hematologi juga dapat disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 atau folat.
6. Faktor Hormonal
Pada umumnya penyakit stomatitis banyak menyerang wanita, khususnya terjadi
pada fase stres dengan sirkulasi menstruasi. Dalam sebuah penlitian, ditemukan kadar
hormone progesterone yang lebih rendah dari normal pada penderita RAS. Sementara kadar
hormone Estradiol, LH, Prolaktin, FSH pada kedua group adalah normal. Pada wawancara
didapat adanya riwayat anggota keluarga yang mengalami RAS pada kelompok penderita

15
dibandingkan bukan penderita RAS (5% versus 10%, p=0,002). Dari penelitian tersebut
dapat disimpukan bahwa penderita RAS pada umumnya mempunyai kadar hormone
progesterone yang lebih rendah dari normal dan ada salah satu keluarganya yang menderita
RAS.11
7. Stres
Faktor stres dapat memicu terjadinya stomatitis sebab stres dapat mengganggu
proses kerja dari tubuh sehingga mengganggu proses metabolism tubuh dan menyebabkan
tubuh rentan terhadap serangan penyakit, tidak hanya kejadian stomatitis bahkan gangguan-
gangguan lainnya dapat dapat dipicu oleh stres.11
Biasanya pasien mengalami ulser pada saat stres dan beberapa fakta menunjukkan
hal tersebut. Namun, stres sulit untuk diukur dan beberapa penelitian belum dapat
menemukan hubungan antara sters dengan munculnya ulser. Faktor psikologis (seperti
emosi dan stres) juga merupakan faktor penyebab terjadinya stomatitis.
8. Infeksi HIV
Stomatitis dapat digunakan sebagai tanda adanya infeksi HIV, dimana
stomatitis memiliki frekuensi yang lebih tinggi pada keadaan defisiensi imun,
seperti yang telah dibahas sebelumnya. Namun infeksi akibat virus HIV
biasanya menunjukkan tanda klinis yang sangat jelas. Dimana jaringan sudah
parah.
Infeksi oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) merupakan infeksi
kronik, yang memiliki 2 pola pada anak, yaitu :
- Pola pertama adalah yang didapati pada bayi dan anak-anak akibat penularan
prenatal.
- Pola kedua adalah pada remaja melalui perilaku risiko tinggi seperti orang
dewasa.
9. Kebiasaan merokok
Kelainan stomatitis biasanya terjadi pada pasien yang merokok. Bahkan
dapat terjadi ketika kebiasaan merokok dihentikan.
Contoh patofisiologi dari lesi adalah terjadinya karsinoma sel skuamosa.
Karsinoma sel skuamosa (KSS) adalah suatu neoplasma invasif pada
jaringan epitel rongga mulut dengan berbagai tingkat diferensiasi yang muncul
pada tempat-tempat seperti jaringan mukosa mulut, alveolar, gingiva, dasar
mulut, lidah, palatum, tonsil dan orofaring. KSS cenderung untuk segera
bermetastase dan meluas. KSS muncul sebagai akibat dari berbagai kejadian
molekular yang menyebabkan kerusakan genetik yang mempengaruhi
kromosom dan gen, yang akhirnya menuju kepada perubahan DNA.
Akumulasi perubahan-perubahan tersebut memicu terjadinya disregulasi sel
pada batas dimana terjadinya pertumbuhan otonom dan perkembangan yang
invasif. Proses neoplastik mula-mula bermanifestasi secara intraepitel dekat
membran dasar sebagai suatu hal yang fokal, kemudian terjadi pertumbuhan
klonal keratinosit sel yang berubah secara berlebihan, menggantikan epitelium
normal. Setelah beberapa waktu atau beberapa tahun, terjadi invasi membran
dasar jaringan epitel menandakan awal kanker invasif.
Premalignansi oral merupakan ciri lesi yang dapat beresiko untuk
berubah menjadi pertumbuhan sel yang tidak terkontrol dan bertransformasi

16
menjadi kanker diikuti dengan kekacauan fungsi normal jaringan. Proses
patologis premalignansi mempengaruhi epitel skuamosa berlapis yang
melindungi rongga mulut. Gambaran utama yang terlihat mendahului
perjalanan keganasan adalah displasia epitel yaitu yang secara histologis
menggambarkan kombinasi gangguan pematangan dan gangguan proliferasi
sel. Derajat displasia epitel dan karsinoma yakni displasia ringan, displasia
menengah, displasia berat (karsinoma in situ) dan karsinoma
3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang anamnesis lesi rongga mulut

Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu


percakapan antara seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau
dengan orang lain yang mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan
data pasien beserta permasalahan medisnya.
Dibedakan 2 anamnesis yaitu :
1.Auto anamnesis yang berasal dari penderita sendiri
2.Allo anamnesis yang berasal dari orang lain seperti keluarga, polisi, penduduk
lain. Dikerjakan pada keadaan sebagai berikut: Pasien dengan penurunan atau
perubahan kesadaran, pasien bayi, anak-anak atau orang sangat tua dan untuk
konfirmasi auto anamnesis
Komponen komponen anamnesis :
1. Identitaspasien
 Nama pasien, Sebaiknya nama lengkap bukan nama panggilan atau alias.
 Jenis kelamin, Sebagai kelengkapan harus juga ditulis datanya
 Umur, Terutama penting pada pasien anak-anak karena kadang-kadang digunakan
untuk menentukan dosis obat. Juga dapat digunakan untuk
memperkirakankemungkinan penyakit yang diderita, beberapa penyakit khas
untukumurtertentu
 Alamat, Apabila pasien sering berpindah-pindah tempat maka tanyakan bukan hanya
alamat sekarang saja tetapi juga alamat pada waktu pasien merasa sakit untuk
pertama kalinya. Data ini kadang diperlukan untuk mengetahui terjadinya wabah,
penyakit endemis atau untuk data epidemiologi penyakit.
 Pekerjaan, Bila seorang dokter mencurigai terdapatnya hubungan antara penyakit
pasien dengan pekerjaannya, maka tanyakan bukan hanya pekerjaan sekarang tetapi
juga pekerjaan-pekerjaansebelumnya.
 Perkawinan, Kadang berguna untuk mengetahui latar belakang psikologi pasien
 Agama,Keterangan ini berguna untuk mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh
(pantangan) seorang pasien menurut agamanya.
 Suku bangsa, Berhubungan dengan kebiasaan tertentu atau penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan ras/suku bangsa tertetu.
2. Keluhan utama (chief complaint /CC)
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan atau yang paling berat sehingga
mendorong pasien datang berobat atau mencari pertolongan medis. Tidak jarang pasien
datang dengan beberapa keluhan sekaligus, sehingga seorang dokter harus jeli dan cermat
untuk menentukan keluhan mana yang merupakan keluhan utamanya. Pada tahap ini
sebaiknya seorang dokter sudah mulai memikirkan beberapa kemungkinan diagnosis

17
banding yang berhubungan dengan keluhan utama tersebut. Pemikiran ini akan membantu
dalam mengarahkan pertanyaan-pertanyaan dalam anamnesis selanjutnya. Pertanyaan
diarahkan untuk makin menguatkan diagnosis yang dipikirkan atau menyingkirkan
kemungkinan-kemungkinan diagnosis banding.

3.Riwayat perjalanan penyakit sekarang (present illness)


Merupakan tahapan yang penting karena melalui kegiatan ini akan
diperoleh gambaran secara kronologis mengenai mulai pertama keluhan
dirasakan dan hal-hal yang terkait termasuk lokasi, durasi, hubungannya
dengan fungsi fisiologis maupun pengobatan yang pernah dialami. Untuk
mendapat gambaran lebih nyata mengenai keluhan tersebut perlu diberikan
penjelasan lebih rind meliputi dimensi:
Lokasi : tempat keluhan tersebut dirasakan dan penjalarannya
Kualitas : bagaiman jenis atau sifat keluhan
Kuantitas : seberapa hebatnya keluhan tersebut
Onset : sejak kapan keluhan pertama kali dirasakan
Durasi : lama dan perkembangan keluhan
Hubungan keluhan dengan aktifitas fisiologis: aktifitas yang memperberat atau
meringankan keluhan. Fenomena lain: gejala atau tanda lain yang muncul
bersamaan atau menyertai keluhan tersebut Sikap penderita terhadap keluhan:
apakah penderita sebelumnya pernah me ngalami kejadian seperti yang
dirasakan sekarang, dan upaya yang telah dilakukan untuk mengatasinya.
Respon terhadap pengobatan: bagaimana respon terhadap pengobatan Dari
berbagai unsur anamnesis diatas kiranya akan diperoleh gambaran lebih nyata
mengenai masalah panderita.
4. riwayat medis (past medical history /PMH)
Mengacu pada konsep perawatan yang holistik maka dalam melaksanakan tugas profe-
sinya sebagai dokter gigi dituntut untuk membuka wawasan lebih luas balk dalam ilmu
pengetahuan maupun kerjasama dengan profesi kesehatan yang lain. Dokter gigi mem-
punyai tanggung jawab terhadap kesehatan pasien, sehingga pemahaman riwayat medik
sebelum perawatan dental mutlak diperlukan. Tidak ada pemikiran bahwa dalam hal
penyakit sistemik praktek dokter gigi harus mempunyai kecakapan yang sama dengan
dokter umum, tetapi dokter gigi harus lebih cakap dalam mengenali masalah medik yang
mempunyai relevansi kuat dengan diagnosis dan terapi oral.Beberapa riwayat kesehatan
dasar yang perlu diperhatikan dalam anamnesis:
- Riwayat inap di rumah sakit; ( operasi, trauma dan penyakit serius ).
- Tanda-gejala penyakit yang masih dirasakan sekarang
- Obat-obatan yang sedang di minum atau digunakan
- Waktu dan hasil pemeriksaan kesehatan yang terakhir dilakukan dan lain-lain
5. Riwayat dental (past dental history)
Berisi riwayat penyakit gigi dan mulut yang pernah diderita dan
perawatan yang pernah dilakukan.
6. Riwayat keluarga (family history)

18
Berisi ringkasan riwayat penyakit keluarga untuk mengetahui
kemungkinan adanya kelainan herediter.
7.Sosial history (social history)
Berisi tentang riwayat kehidupan sosial ekonomi dan gaya hidup pasien yang
nanti akan berpengaruh pada keluhan pasien maupun rencana perawatan
nantinya.

4. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pemeriksaan klinis lesi rongga mulut

1. Observasi penampilan dan kesehatan umum pasien


a. Keadaan umum pasien : lemah , pucat, susah bicara, perawakan, sikap tubuh dan lain-
lain.
b. Tinggi dan berat badan
c. Vital sign : suhu tubuh, denyut nadi, tekanan darah dan frekuensi pernafasan

2. Pemeriksaan ekstra oral


Pemeriksaan ekstra oral dilakukan untuk melihat kelainan diluar rongga mulut.
Pada pemeriksaan ekstra oral, yang perlu diperhatikan adalah bentuk wajah, bibir,
sendi TMJ, Postur tubuh, mata, ekspresi, dan kelenjar limfe.Pemeriksaan
bentuk wajah terdiri atas 3 pemeriksaan, yaitu tipe wajah, kesimetrisan wajah,
dan profil wajah. Tipe wajah ada 3, yaitu sempit, normal, dan lebar.
Kesimetrisan wajah ada 2, yaitu simetris bilateral dan asimetris. Dikatakan
simetris bilateral apabila wajah terbagi 2sama lebar dan anatomisnya sama jika
ditarik garis median dari garis rambut ke titik glabela,subnasion, dan menton.
Profil wajah terbagi menjadi wajah datar, cembung, dan cekung.
Untuk menentukan profil wajah, tarik garis dari titik glabela, subnasion, dan
pogonion dan dilihat dariarah sagital.
Pemeriksaan bibir bertujuan untuk melihat tonus bibir dan katup bibir. Tonus bibir
atau kekuatan otot bibir terbagi atas 3, yaitu normal, hipotonus, dan hipertonus. Katup bibir
untuk melihat apakah bibir dapat terkatup (competent/positive) atau tidak dapat terkatup
(incompetent/negative). Cara pemeriksaannya adalah dengan mempalpasi otot bibir pada
keadaan otot orbicularis oris dalam keadaan relaksasi.Pemeriksaan TMJ dilakukan untuk
melihat apakah pasien memiliki masalah pada sendi rahang. Masalah yang umum terjadi
adalah adanya clicking dan rasa sakit/nyeri pada sendi rahang. Selain itu juga, masalah lain
adalah adanya krepitasi dan ankilosis.
Mata diperiksa untuk melihat pupil apakah sama besar (isokor) atau tidak sama
besar (anisokor), melihat sclera apakah ikterik atau tidak ikterik, dan melihat konjungtiva
apakah pucat(anemis) atau tidak.
Saat pasien datang berobat, kita sebagai dokter gigi harus dapat melihat ekspresi
pasien apakah pasien tersebut tenang, tampak sakit sedang, atau tampak sakit berat.
Ekspresi pasien dapat membantu kita menilai kondisi psikologis pasien dan dapat
membantu kita berkomunikasi efektif dengan pasien serta memilih perawatan yang sesuai
sehingga dapat meringankan rasasakit pasien.

19
Pemeriksaan kelenjar limfe pada pasien dilakukan pada kelenjar limfe submandibula
kanan dan kiri. Caranya adalah pasien duduk di kursi dental dengan kepala menempel di
kursi yang posisinya agak merebah. Dokter berada di belakang pasien. Dengan
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah kedua tangan, tekan lembut menyusuri belakang
telinga kesubmandibula sampai arah dagu.

3. Pemeriksaan intra oral


Pemeriksaan intra oral dilakukan untuk melihat kelainan di dalam rongga mulut.
Pemeriksaan inimeliputi pemeriksaan :
a.Tahapan geligi
sulung, campuran (awal / akhir), dan permanen
b.Jaringan lunak, odem, pembengkakan, hiperemi,benjolan, fistula / gumboil,
ulkus, gingivitis, stomatitis
c.Anomali gigi, bentuk, fusi, germinasi
d. Oral hygiene, baik, sedang, buruk
f. Lidah, apakah ukurannya normal atau besar (makroglossia)
g. Frenulum, tinggi, sedang, rendah. Cara pemeriksaannya adalah dengan menarik
bibir dan melihat dimanakah jaringan yang menjadi pucat.
h. Tonsil, Cara pemeriksaanya adalah dengan menginstruksikan pasien untuk
membuka mulut lebar dan mengucapkan “aaa…” kemudian lihat daerah
yang bergetar 
i. Palatum, normal, tinggi, dangkal

5. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang lesi rongga


mulut

1. Biopsi
Biopsi adalah pengambilan atau pengangkatan sebagian atau seluruh jaringan untuk
pemeriksaan patologis mikroskopis.
Biopsi harus representative baik secara klinis maupun mikroskopis misalnya memilih
daerah tumor yang tidak ada nekrosis dan tidak terdapat infeksi sekunder. Interpretesi
biopsi untuk diagnosis suatu neoplasma dapat dilakukan berdasarkan :
 Pemeriksaan makroskopis
Merupakan pemeriksaan dengan mata biasa untuk menilai/ memperkirakan suatu
jaringan tumor bersifat ganas atau jinak. misalnya bentuk, ukuran, warna
,permukaan, Batas jelas/tidak ,permukaan rata / berbenjol – benjol,tepi
meninggi / tidak, mudah berdarah /tidak, bersimpai / tidak, rapuh tidaknya
tumor, Seperti dibawah ini :
Bentuk plaque : melanoma, basalioma
Bentuk nodus : padat, kistik
Bentuk erosi,ulkus
 Pemeriksaan mikroskopis
Suatu pertumbuhan neoplastik khususnya keganasan dini tidak dapat didiagnosis
berdasarkan pengamatan klinis semata, karena tidak ada kriteria pasti untuk
menentukan jinak dan ganasnya.Suatu lesi secara klinis selain tidak adanya
gejala karakteristik, seringkali baru terdeteksi pada stadium lanjut setelah

20
timbul gejala klinis yang mengganggu penderita.Untuk mengatasi hal ini perlu
dilakukan pemeriksaan laboratorium penunjang.Pemeriksaan Mikroskopis
merupakan cara yang sangat penting untuk menegakkan suatu neoplasma.

Jenis- Jenis Biopsi

Biopsi tertutup : Tanpa membuka kulit,Bisa dikerjakan oleh disiplin non-bedah


Biopsi terbuka : Dengan membuka kulit/mukosa, Biasanya dikerjakan oleh
disiplin bedah, dan Akan mendapatkan spesimen yang lebih representative
Biopsi Tertutup : Bahan sedikit/kurang representative, Dapat ditingkatkan dengan
biopsi terbuka, Contoh : FNAB, Core Biopsy, Cairan cyste-sputum-darah-
ascites, dan Endoscopy.
Biopsi terbuka : Biasanya dikerjakan oleh disiplin bedah, Dengan membuka
kulit/mukosa, Pemeriksaan yang dikerjakan : histo-patologi, dan Macamnya :
Biopsi insisi, Biopsi eksisi
Biopsi Insisional
Yaitu pengambilan sampel jaringan melalui pemotongan dengan pisau bedah.
Dengan pisau bedah, kulit disayat hingga menemukan massa dan diambil sedikit untuk
diperiksa.Teknik suatu biopsi insisional antara lain :
 Tentukan daerah yang akan dibiopsi.
 Rancang garis eksisi dengan memperhatikan segi kosmetik.
 Buat insisi bentuk elips dengan skalpel nomor 15.
 Angkat tepi kulit normal dengan pengait atau pinset bergerigi halus.
 Teruskan insisi sampai diperoleh contoh jaringan. Sebaiknya contoh jaringan ini
jangan sampai tersentuh.
 Tutup dengan jahitan sederhana memakai benang yang tidak dapat diserap.
Biopsi Eksisional
Yaitu pengambilan seluruh massa yang dicurigai disertai jaringan sehat di sekitarnya.
Metode ini dilakukan di bawah bius umum atau lokal tergantung lokasi massa dan biasanya
dilakukan bila massa tumor kecil dan belum ada metastase . Tehnik biopsi eksisional,
adalah sebagai berikut :
 Rancang garis eksisi,
 Sebaiknya panjang elips empat kali lebarnya.
 Lebar maksimum ditentukan oleh elastisitas, mobilitas, serta banyaknya kulit
yang tersedia di kedua tepi sayatan.
 Banyaknya jaringan sehat yang ikut dibuang tergantung pada sifat lesi, yaitu:
 Lesi jinak, seluruh tebal kulit diangkat berikut kulit sehat di tepi lesi dengan
sedikit lemak mungkin perlu dibuang agar luka mudah dijahit.
 Karsinoma sel basal, angkat seluruh tumor beserta paling kurang 0.5 s/d 1 cm
kulit sehat.
 Karsinoma sel skuamosa, angkat seluruh tumor beserta paling kurang 1 s/d 2 cm
kulit sehat.
 Insisi dengan skalpel nomor 15 hingga menyayat seluruh tebal kulit.
 Inspeksi luka dan atasi perdarahan.
 Tutup dengan jahitan sederhana menggunakan benang yang tidak dapat diserap.

21

Biopsi Jarum
Yaitu pengambilan sampel jaringan atau cairan dengan cara disedot lewat
jarum. Biasanya cara ini dilakukan dengan bius lokal (hanya area sekitar
jarum). Bisa dilakukan secara langsung atau dibantu dengan radiologi seperti
CT scan atau USG sebagai panduan untuk membuat jarum mencapai massa
atau lokasi yang diinginkan.
Biopsi jarum dibagi atas FNAB (fine needle aspiration biopsy)/BAJAH (Biopsi
Aspirasi Jarum halus), dan Core biopsy. Bila biopsi jarum menggunakan jarum
berukuran besar maka disebut core biopsi, sedangkan bila menggunakan jarum
kecil atau halus maka disebut fine needle aspiration biopsi. Biopsy aspirasi
jarum halus merupakan metode lain untuk 'diagnosis jaringan' - yaitu, sebuah
cara sampling sel dalam benjolan mencurigakan atau massa. . Biopsi aspirasi
jarum halus sedikit lebih cepat dan kurang invasif dari biopsi inti. Biopsi jarum
halus aspirasi tidak memerlukan anestesi lokal banyak. Seperti dengan biopsi
inti, USG atau mammographik mungkin diperlukan untuk menemukan
benjolan atau area yang akan dijadikan sampel jika tidak dapat dengan mudah
dirasakan.Pada hampir semua tumor dapat dilakukan biopsi aspirasi, baik yang
letaknya superfisial palpable ataupun tumor yang terletak di dalam rongga
tubuh unpalpable dengan indikasi :
1) Preoperatif biopsi aspirasi pada tumor sangkaan maligna operable. Tujuannya
adalah untuk diagnosis dan menentukan pola tindakan bedah selanjutnya.
2) Maligna inoperable. Biopsi aspirasi merupakan diagnosis konfirmatif.
3) Diagnosis konfirmatif tumor "rekuren" dan metastasis.
4) Membedakan tumor kistik,solid dan peradangan.
5) Mengambil spesimen untuk kultur dan penelitian
Penggunaan biopsi aspirasi dalam diagnosis tumor mempunyai dampak yang
menguntungkan baik ditinjau dari segi menejemen tumor, pelayanan onkologik rumah sakit
maupun bagi pasien.Namun harus disadari bahwa jangkauan sitologi biopsi aspirasi sangat

22
terbatas yang dapat terjadi pada keadaan dimana luasnya invasi tumor tidak dapat
ditentukan, subtipe kanker tidak selalu dapat diidentifikasi, dan dapat terjadi negatif palsu.
Diagnosis sitologik dengan menggunakan FNAB mempunyai nilai klinik antara lain
1. Sitologi positif / Positif Maligna : Merupakan petunjuk untuk melakukan
tindakan lebih lanjut antara lain survei metastasis, menentukan stadium,
memilih alat diagnostik lain bila diperlukan dan mendiskusikan pola
pengobatan.
2. Sitologi negatif atau kelainan jinak : Belum dapat menyingkirkan adanya kanker;
perlu dipikirkan kemungkinan negative palsu. Negatif palsu dapat terjadi
karena kesalahan teknis, sehingga sejumlah sel tumor tidak terdapat pada
sediaan. Bila terdapat perbedaan sitologi dan data klinik, alternative tindakan
terbaik adalah biopsi bedah; akan tetapi, pada kasus sitologi negatif dengan
spesifikasi kelainan dan cocok dengan gambaran klinik, maka pola pengobatan
dapat ditentukan.
3. Sitologi suspek / mencurigakan maligna : Mungkin memerlukan pemeriksaan
lain sebelum pengobatan antara lain pemeriksaan potongan bekuataupun
sitologi imprint atau kerokan durante operasionam.
4. Inkonklusif (tidak dapat diinterpretasikan) : Dapat terjadi karena kesalahan
teknik atau karena situasi tumor, misalnya mudah berdarah, reaksi jaringan ikat
banyak atau tumor terlalu kecil, sehingga sulit memperoleh sel tumor. Dalam
praktek, sitologi inkonklusif meningkatkan negatif palsu.
Tindakan core biopsi adalah prosedur di mana jarum melewati kulit
untuk mengambil sampel jaringan dari suatu massa atau benjolan. Jaringan
tersebut kemudian diperiksa dibawah mikroskop untuk setiap kelainan. Core
Biopsi dapat dilakukan ketika sebuah benjolan mencurigakan ditemukan,
misalnya benjolan payudara atau pembesaran kelenjar getah bening, atau jika
suatu kelainan terdeteksi pada tes pencitraan seperti x-
ray , USG atau mamografi .Core biopsi merupakan prosedur lebih invasif
daripada biopsi aspirasi jarum halus , karena menggunakan bius lokal. Namun,
lebih cepat dan kurang invasif daripada biopsi bedah. 
Dalam beberapa kasus, hasil biopsi inti akan mencegah tindakan
operasi.Sedangkan untuk tehnik suatu tindakan Core Biopsi dijelaskan sebagai berikut
dimana lebih awal dilakukan tindakan dengan menggunakan anestesi lokal di mana jarum
dimasukkan. Sebuah sayatan kecil (dipotong) dibuat dalam kulit di atas benjolan, dan
jarum dimasukkan melalui insisi. Ketika ujung jarum berada di daerah yang akan diperiksa,
jarum cekung yang didesain khusus digunakan untuk mengumpulkan sampel sel-sel yang
hadir. Ini ditampilkan dalam diagram di bawah ini. Jarum kemudian ditarik, dan sampel
yang diekstraksi.Hal ini dapat diulang sampai 5 kali, sampai sebuah sampel yang cukup
telah dikumpulkan.
Selain biopsi dengan jarum seperti diatas terdapat juga suatu tindakan biopsi
menggunakan jarum dengan bantuan endoskopi. Pada prinsipnya sama yaitu pengambilan
sampel jaringan dengan aspirasi jarum, hanya saja metode ini menggunakan endoskopi
sebagai panduannya. Cara ini baik untuk tumor dalam saluran tubuh seperti saluran
pernafasan, pencernaan dan kandungan. Endoskopi dengan kamera masuk ke dalam saluran
menuju lokasi kanker, lalu dengan jarum diambil sedikit jaringan sebagai sampel. 

23
Efek Samping dan indikasi / kontraindikasi Biopsi
Infeksi akan terjadi bila tidak memperhatikan teknik aseptik antisepsis,
Perdarahan, bisa terjadi pada lesi neoplasma karena adanya hipervaskularisasi.
Indikasi suatu tindakan Biopsi adalah sebagai berikut :
- Lesi yang menetap lebih dari 2 minggu tanpa diketahui penyebabnya
- Ulserasi yang menetap tidak menunjukkan tanda tanda kesembuhan sampai 3
minggu
- Setiap penonjolan yang dicurigai sebagai suatu neoplasma
- Lesi tulang yang tidak diidentifikasi setelah pemeriksaan klinis dan radiologis
- Lesi hiperkeratotik yang menetap
Kontra Indikasi Biopsi antara lain :
- Infeksi pada lokasi yang akan dibiopsi (relative
- Gangguan faal hemostasis berat (relatif)
- Biopsi diluar daerah yang direncanakan akan dieksisi saat operasi

2. Pembedahan
Indikasi pembedahan antara lain:
1. Tumor yang telah melibatkan tulang
2. Efek samping pembedahan diharapkan lebih kecil daripada radiasi
3. Tumor yang kurang sensitif terhadap radiasi
4. Tumor rekuren pada daerah yang sebelumnya telah menerima terapi radiasi.
5. Pada kasus paliatif untuk mengurangi ukuran tumor

3. Radioterapi
KSS biasanya radiosensitif, dan mempunyai lesi awal dengan tingkat kesembuhan
yang tinggi. Pada umumnya, tumor yang lebih berdiferensiasi maka mempunyai kecepatan
daya respon yang lebih kecil terhadap radioterapi. Tumor eksofitik dan yang teroksigenasi
dengan baik lebih radiosensitif, sedangkan tumor besar yang invasif dengan fraksi
pertumbuhan yang kecil memunyai respon yang lebih sedikit. KSS yang dibatasi oleh
mukosa mempunyai daya sembuh lebih tinggi dengan radioterapi, akan tetapi penyebaran
tumor sampai ke tulang mengurangi kemungkinan penyembuhan dengan radioterapi.
Metastase servikal yang kecil dapat dikendalikan hanya dengan radioterapi saja, walaupun
keterlibatan servikal nodus yang lebih lanjut lebih baik diatasi dengan terapi kombinasi.
Untuk mendapatkan efek terapetik, radioterapi diberikan dengan pembagian harian.
Hiperfraksionasi radiasi (biasanya dosis dua kali sehari) digunakan secara luas
untuk mengurangi komplikasi kronik yang timbul walaupun komplikasi akut
lebih parah. Efek biologis radioterapi tergantung pada jumlah dosis yang
diberikan perhari, total waktu perawatan, dan dosis total.
Radioterapi mempunyai keuntungan dalam perawatan karsinoma in situ karena
mencegah pembuangan jaringan, dan dapat digunakan sebagai pilihan perawatan pada
tumor T1 dan T2. Radiasi dapat diberikan pada lesi yang terlokalisasi dengan
menggunakan teknik implant (brakiterapi) atau pada regio kepala dan leher dengan
menggunakan eksternal beam radiation. Terapi external beam dapat memberikan cara
tertentu untuk melindungi jaringan normal yang berbatasan dengan tumor yang tidak
terlibat. Inovasi pada radioterapi meliputi IMRT, menggunakan pancaran radiasi dengan
berbagai intensitas, yang memberikan kemampuan untuk menyesuaikan dengan dosis yang

24
diresepkan terhadap bentuk dan jaringan target dalam tiga dimensi, mengurangi dosis untuk
jaringan normal sekitarnya. IMRT idealnya cocok untuk malignansi pada kepala dan leher
yang dekat dengan struktur yang penting seperti batang otak, chiasm optik, dan kelenjar
ludah.
4. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan sebagai terapi awal sebelum dilakukan terapi lokal, bersama
dengan radioterapi (CCRT), dan kemoterapi pembantu setelah perawatan lokal. Tujuan
kemoterapi yakni untuk mengurangi tumor awal dan memberikan perawatan dini pada
mikrometastaste. Efek toksik kemoterapi meliputi mukositis, nausea, muntah, dan
penekanan sumsum tulang. Obat-obatan utama kemoterapi itu sendiri maupun untuk terapi
kombinasi yaitu antara lain methotrexate, bleomycin, Tasol dan turunannya, turunan
platinum (cisplatin dan carboplatin), dan 5-fluorouracil. Protokol kemoterapi dan
radioterapi yang dilakukan bersamaan, saat ini telah menjadi standard sebagai perawatan
pada stadium tiga dan empat dengan prognosis yang buruk apabila dirawat dengan
pembedahan

6. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang diagnosis dan prognosis

Diagnosis
Diagnosis adalah penetapan jenis penyakit tertentu berdasarkan analisis hasil
anamnesa dan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh dokter. Penetapan ini penting untuk
menemukan pengobatan atau tindakan yang akan dilakukan.
Diagnosis ditinjau dari segi prosesnya, yaitu :
1. Diagnosis awal atau diagnosis kerja, yaitu penetapan diagnosis awal yang belum
diikuti dengan pemeriksan yang lebih mendalam.
2. Diagnosis banding (deferensial diagnosis) adalah menentukan diagnosis suatu
penyakit dengan cara membandingkan dua atau lebih penyakit yang mempunyai beberapa
tanda dan gejala yang sama. Pada dasarnya kegiatan demikian telah dimulai sejak
permulaan anamnesis dan akan dilaksanakan terus setama melakukan pemeriksaan fisik.
Bahkan diagnosis diferensial demikian akan memberikan arch untuk dilakukannya tes atau
pemeriksaan khusus.
Secara konseptual dan prosedural diagnosis diferensial dilakukan melalui beberapa
tahapan sebagai berikut:
Tahap 1: Klasifikasi abnormalitas
Tahap 2: Menentukan ciri-ciri klinis sekunder
Tahap 3: Membuat daftar berbagai kondisi penyebab manifestasi primer.
Tahap 4: Mengesampingkan beberapa kondisi yang tidak mungkin sebagai
penyebab
Tahap 5: Menyusun beberapa kemungkinan penyebab
Tahap 6: Menentukan diagnosis kerja / diagnosis difinitif 3.
3. Diagnosis akhir, yaitu diagnosis yang menjadi sebab mengapa pasien dirawat dan
didasarkan pada hasil-hasil pemeriksaan yang mendalam.

Diagnosis ditinjau dari segi keadaan penyakitnya, yaitu :


1. Diagnosis utama, yaitu penyakit utama yang diderita pasien setelah dilakukan
pemeriksaan mendalam.

25
2. Diagnosis komplikasi, yaitu penyakit komplikasi karena berasal dari penyakit utamanya.
3. Diagnosis Co-Morbid, yaitu diagnosis kedua, ketiga dan seterusnya merupakan penyakit
penyerta diagnosis utama yang bukan berasal dari penyakit utaman ya atau sudah ada
sebelum penyakit utama ditemukan

Prognosis
Prognosis yaitu ramalan medis dan hasil pemeriksaan dan diagnosis berdasarkan teori-teori
atau hasil penelitian pada peyakit yang bersangkutan. Prognosis adalah yang digunakan
dalam menyampaikan suatu tindakan untuk memprediksi perjalanan penyakit yang
didasarkan pada informasi diagnosis yang tersedia. istilah medis ini yang menunjukkan
prediksi dokter tentang bagaimana pasien akan berkembang, dan apakah ada kemungkinan
pemulihan.
Tujuan dari prognosis adalah untuk mengkomunikasikan prediksi
dari kondisi pasien di masa datang, dengan penyakit yang telah dideritanya.
Fungsi dari prognosis ini adalah menentukan rencana terapi
selanjutnya, sabagai bahan pertimbangan perawatan dan rehabilitasi
Kategori prognosis :
1. Ad vitam (hidup)
2. Ad functionam (fungsi)
3. Ad sanationam (sembuh)

Golongan-golongan prognosis :
1. Sanam (sembuh)
2. Bonam (baik)
3. Malam (buruk/jelek)
4. Dubia (tidak tentu/ragu-ragu)
1. Dubia ad sanam/bonam (tidak tentu/ragu-ragu, cenderung sembuh/baik)
2. Dubia ad malam (tidak tentu/ragu-ragu, cenderung buruk/jelek)

7. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang prinsip penatalaksanaan lesi rongga


mulut

a. Prinsip farmakologi : obat


b. Prinsip non farmakologi : non obat, tetapi lebih memberi support pada pasien.
c. Prinsip bedah
d. Prinsip non bedah (Prinsip farmakologi, Prinsip non farmakologi )

Pengobatan sariawan
Terapi pada sariawan merupakan terapi simptomatik, tidak ada pengobatan yang
efektif terhadap sariawan. Penatalaksanaan Recurrent Aphthous Stomatitis
ditujukan untuk mengurangi rasa sakit, atau mencegah timbulnya lesi baru.
Lini pertama (stomatitis ringan):
 Antibakteri mouthwash, contoh: klorheksidin 0,2% qds
Lini kedua (stomatitis ringan-sedang)

26
 Antibakteri mouthwash atau anestesi local mouthwash, contoh: benzydamine
0,15%, lignocain 1% gel dioleskan pada area yang sakit
 Berkumur dengan suspense sukralfat 1g/5ml, jangan ditelan
Lini Ketiga (stomatitis sedang-berat)
 Sama dengan terapi pada lini kedua
 Analgetik oral, penggunaan secara subcutan, dan intravena dapat diberikan jika
diperlukan
 Jika terdiagnosis adanya infeksi, berikan antibiotic pada infeksi bakteri, antivirus
pada infeksi virus, dan antifungi pada infeksi jamur
 Pertimbangkan periksa ke dokter, atau ahli kesehatan gigi dan mulut untuk
mendapatkan nasihat
Terapi non farmakologis
Konsumsi buah yang mengandung vitamin c, vitamin B12 1000 mcg,
banyak minum, hindari makan makanan yang panas dan diikuti dengan minum
minuman dingin, OR yang rutin dapat membantu meningkatkan daya tahan
tubuh, sehingga menurunkan resiko terjadinya sariawan yang disebabkan
penurunan system imun.

Jenis jenis pengobatan/terapi :


1. Terapi kausal : terapi dengan menghilangkan penyebab.
2. Terapi simtomatis : terapi dengan menghilangkan gejala
3. Terapi substitusi : pengobatan dengan cara menggantikan zat-zat yang seharusnya
dibuat oleh organtubuh yang sakit.

Indikasi pembedahan antara lain:


1. Tumor yang telah melibatkan tulang
2. Efek samping pembedahan diharapkan lebih kecil daripada radiasi
3. Tumor yang kurang sensitif terhadap radiasi
4. Tumor rekuren pada daerah yang sebelumnya telah menerima terapi radiasi.
5. Pada kasus paliatif untuk mengurangi ukuran tumor

27
DAFTAR PUSTAKA

1. Daniel ,Breast cancer, http: // www. Cancer .org / cancer ,2008


2. Devita, Principles and Practical Onkology Review, Lippincott William & Wilkins ,
2009
3. Dikken, clare., Wildman, K, 2011, Guidelines for the prevention and treatment
of stomatitis and mucotitis in adult, NHS Sussex cancer network.
4. Emanuel Rubin, Essential of Pathology, Lippincot William & Wikins , 2006
5. Eversole LR, 2002, Clinical outline of oral pathology: diagnosis and treatment.
3rd ed, BC Decker Inc, Hamilton Ontario, 64-66.
6. Femiano, Felice., Lanza, Alessandro., Buonaiuto, Curzio.,et all, 2007,
Guidelines for diagnosis and management of Aphthous Stomatitis, Pediatr
Infect Dis J 2007;26: 728 –732
7. Greenberg MS, Glick M, 2003, Burket’s oral medicine diagnosis and treatment
ed 10¬th, BC Decker Inc, Philedelpia, 63-4.
8. http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/50020/1967a12009b66f29597d676e7
c9549c8
9. http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/50021/22239c79ec43dc81f3a01886&pre
v=search
10. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/25052/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
11. Janti Sudiono, Pemeriksaan Patologi Untuk Diagnosis Neoplasma,EGC,2008
12. Langlais RP, Miller CS, Nield-Gehrig JS.Color Atlas of Common Oral
Disease.4thed. lippincott William & Wilkins; 2009.
13. Marwati E, Chahya R, 2004, Penatalaksanaan penderita stomatitis aftosa
rekuren, Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi; 2004 19(55) : 29
14. Neville Woolf , Pathology Basic and Sistemic , Saunders ,2004
15. New FIGO Staging, www.medscape.com/viewarticle, 2009

28
16. Suyatno, Emir Pasaribu,Diagnostik dan terapi Bedah Onkologi,Sagung Seto
2009
17. Underwood, Patologi Umum dan Sistematik,EGC, 2004

29

Anda mungkin juga menyukai