Anda di halaman 1dari 9

Kelompok 3B 1

Triad of Concern

TRIAD OF CONCERN

KELOMPOK 3.B

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Sumatera Utara

Jalan Alumni No. 2 Kampus USU Medan 20155

PENDAHULUAN

Perawatan gigi anak secara dini sangat berguna bagi anak yang sedang mengalami tumbuh
kembang. Kerusakan gigi merupakan masalah yang paling umum terjadi pada anak. Perawatan di
bidang kesehatan gigi berhasil apabila adanya bimbingan orang tua terhadap anak dengan
memberi si anak motivasi dalam berperilaku sehat. Selain itu, diperlukan kerja sama antara
dokter gigi dengan orang tua dalam keberhasilan perawatan anak. Orang tua tidak boleh
beranggapan bahwa masalah penanganan kesehatan gigi dan mulut anak merupakan tanggung
jawab dokter gigi dan hanya berperan sebatas pengantar ke tempat praktik tanpa ingin terlibat
lebih jauh dalam edukasi kesehatan gigi anak. Perlunya peran serta orang tua dalam
membimbing, memberikan perhatian, mengingatkan, dan menyediakan fasilitas kepada anak
agar anak dapat memelihara kebersihan gigi dan mulut. Pengetahuan orang tua merupakan modal
penting dalam membentuk perilaku yang mendukung atau tidak mendukung perawatan gigi dan
mulut pada anak.

Perilaku merupakan suatu aktivitas manusia yang sangat mempengaruhi pola hidup yang
akan dijalaninya. Proses pembentukan perilaku yang diharapkan memerlukan waktu serta
kemampuan dari orang tua dalam mengajarkan pada anak. Rasa takut merupakan penyebab
Kelompok 3B 2
Triad of Concern

utama perilaku nonkooperatif anak terhadap perawatan gigi. Faktor penyebabnya bisa berasal
atau ditimbulkan dari anak itu sendiri, keluarga, atau dokter gigi.

Williams dkk. (1985) menunjukkan relevansi dari karakteristik ini dengan kedokteran gigi,
yaitu dengan membandingkan anak-anak yang dirujuk ke rumah sakit karena adanya riwayat
penolakan perawatan, dengan anak-anak yang secara umum dapat bekerja sama. Anak-anak yang
dirujuk terlihat cenderung menarik diri dari lingkungan sekitar, dan sulit beradaptasi. Ini
menunjukkan bahwa anak-anak seperti itu akan mendatangkan lebih banyak masalah pada
kunjungan ke praktik dokter gigi, meskipun tidak ada pengalaman negative, dan memerlukan
pengenalan yang lebih bertahap.1

Komunikasi merupakan kunci utama dalam keberhasilan dokter gigi dalam melakukan
perawatan gigi. Komunikasi yang baik akan menimbulkan respon yang baik dari pasien sehingga
mengakibatkan kelancaran dalam perawatan serta dalam kunjungan-kunjungan berikutnya.
Untuk dapat mencapai keberhasilan tersebut, dokter gigi hendaknya memahami konsep “Triad of
Concern”.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah mengetahui bagaimana hubungan antara dokter
gigi, orang tua dan pasien anak sebagai pendekatan tingkah laku pada anak.

A. Pengertian Triad of Concern


Triad of concern merupakan tiga komponen dalam penanggulangan tingkah laku anak. Tiga
komponen tersebut adalah anak, orang tua, dan dokter gigi. Triad of concern ini dibutuhkan
untuk menangani segala tindakan dan tingkah laku yang ditunjukkan anak saat sebelum, dalam
proses, dan setelah proses perawatan gigi anak.
Anak merupakan puncak dari triad of concern, sehingga segala perhatian orang tua dan
dokter gigi tertuju pada anak yang menjadi pasien. Oleh karena itu, orang tua dalam triad of
concern bertindak sebagai pihak yang memotivasi anak agar mau menjalani perawatan gigi.
Sedangkan dokter gigi bertindak sebagai pengarah agar ketiga komponen dapat bekerja sama
dalam proses perawatan gigi anak.
Triad of concern juga menyangkut segala cara berkomunikasi antara anak dengan orang tua,
anak dengan dokter gigi, dan antara dokter gigi dan orang tua. Selain itu dibutuhkan juga
informasi-informasi mengenai perkembangan dan pertumbuhan anak yang dapat membantu cara
berkomunikasi yang baik antara ketiga komponen triad of concern. Dengan berkomunikasi yang
Kelompok 3B 3
Triad of Concern

baik, perawatan gigi anak dapat terlaksana dengan baik. Tindakan dan tingkah laku anak yang
dapat mengganggu jalannya perawatan gigi juga dapat tertangani dengan baik dan tepat.
B. Komponen Triad of Concern
a) Anak

Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan
yang dimulai dari bayi hingga remaja. Sebagai pasien, anak adalah objek atau sasaran
utama perawatan. Kunjungan pertama anak ke dokter gigi dapat dilakukan di saat mereka
berumur 1 atau 2 tahun atau bisa juga diatas 2 tahun. Caranya adalah dengan memahami
perkembangan anak tersebut sesuai dengan usianya. Adapun perkembangan anak
berdasarkan usia, terbagi atas :

- Di bawah 2 tahun (Toddlerhood)


Anak yang baru belajar menggabung-gabungkan objek-objek dengan cara-cara baru
untuk menciptakan hal-hal yang menarik seperti menumpuk balok-balok. Meniru
orang tua dan anak-anak yang lebih dewasa. Perkembangan emosi anak usia ini relatif
mudah marah, mereka masih berpusat kepada orang tua khususnya ibu.
Pada usia ini, anak ingin memegang alat-alat yang ada di sekitarnya. Anak juga
senang terhadap suara yang lembut dan digendong dengan cara yang halus.

- Usia prasekolah (2-6 tahun)


Periode prasekolah dapat disamakan dengan stadium praoperasional, ditandai oleh
pemikiran ajaib, egosentris dan pemikiran yang didominasi oleh kesadaran. Pada usia
ini, anak-anak lebih aktif dan bermain dengan teman sebayanya.
Pada tahap ini, anak sering bingung antara penyebab dan akibat dan lebih fokus pada
persepsi daripada logika. Seorang anak mengira bahwa suntikan yang diberikan
kepada gusinya akan menimbulkan lubang.

- Usia sekolah (6-14 tahun)


Pada anak usia ini, mereka semakin mempraktekkan aturan-aturan yang didasarkan
pada fenomena yang dapat diamati, faktor pada banyak dimensi dan pandangan serta
menginterpretasi persepsinya berdasarkan teori-teori.
Kelompok 3B 4
Triad of Concern

Anak mulai mengerti tentang gunanya kunjungan ke dokter. Tapi ia masih terfokus
pada aspek konkret dari suatu situasi. Pada usia ini, kita beri kesempatan pada anak
tentang hal-hal yang ia pikirkan.

b) Orang Tua
Orang tua harus mampu memberikan pengertian juga kepercayaan kepada anaknya.
Tindakan orang tua yang tepat dan terarah akan sangat membantu berhasilnya suatu
perawatan gigi.3 Terkadang beberapa orang tua tidak menyadari bahwa mereka
mempunyai peranan dalam mewujudkan tingkah laku anak agar mau datang ke dokter
gigi. Orangtua dapat mencoba cara mengenalkan dokter gigi kepada anak, yaitu dengan
mengajak anak ikut serta saat ibu atau ayahnya memeriksakan gigi. Peran orang tua
sangatlah penting dalam suatu perawatan gigi anak. Dalam praktek terkadang orangtua
ragu-ragu atau cemas apabila anaknya hendak melakukan perawatan gigi.

c) Dokter Gigi

Dokter gigi merupakan petugas kesehatan yang bertugas untuk merawat pasien
(anak).3 Dokter gigi anak bekerja dengan tujuan pencegahan masalah-masalah kesehatan
gigi sebelum timbul suatu masalah dalam mulut dan melakukan perawatan apabila
terdapat kelainan pada rongga mulut. Dalam hal ini, ia bekerja sama dengan orang tua
anak untuk merawat kesehatan mulut anak. Dalam berkomunikasi dengan anak, seorang
dokter gigi harus memperhatikan kematangan kognitif anak, membuat situasi yang
kondusif dan berkomunikasi sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Salah satu
strategi melakukan wawancara medis dengan anak yaitu dengan metode :5

Trust : Membangun kepercayaan dan membangun hubungan dengan anak.


dengan bertanya sesuatu yang tidak ada kaitannya dengan sakitnya.
Elicit : Mengorek informasi dari orang tua dan anak tentang keluhan mereka dan
pengertian anak tentang alasan ia dibawa ke dokter.

Agenda: Membuat agenda pada awal kunjungan untuk meyakinkan orang tua
bahwa keluhannya ditanggapi.
Kelompok 3B 5
Triad of Concern

Control: Membuat anak merasa diperhatikan selama kunjungan (misalnya memberi


tahu makanan yang boleh dan tidak boleh dimakan selama anak sakit) .
Membantu mengurangi rasa khawatir dan meningkatkan kerja sama.

Health plan : Membuat rencana kesehatan bersama anak dan orang tuanya, dengan
memerhatikan kebutuhan anak dan keterbatasannya.

Explain: Menjelaskan rencana tersebut kepada anak dengan menggunakan bahasa


yang mudah dimengerti oleh anak.

Rehearse : Anak diminta mengulang rencana yang telah dibuatnya untuk mengetahui
pengertian anak. Tekankan mengenai tugas anak terkait dengan
perawatannya. Cari barangkali ada masalah dalam melaksanakan rencana
tersebut.

C. Komunikasi antar unsur-unsur Triad of Concern


1. Komunikasi dokter gigi dengan anak
Komunikasi dengan anak merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan
dengan anak, melalui komunikasi pula dokter gigi mudah mengambil berbagai data yang
terdapat pada diri anak yang selanjutnya digunakan dalam penentuan masalah keperawatan
atau tindakan keperawatan. Dalam berkomunikasi dokter gigi juga perlu menunjukkan sikap
terbuka dan rileks saat berbicara pada anak. Beberapa cara yang dapat digunakan dalam
berkomunikasi dengan anak, antara lain:2
1. Melalui orang lain atau pihak ketiga
2. Bercerita
3. Menfasilitasi
4. Biblioterapi
5. Meminta untuk menyebutkan keinginan
6. Pilihan pro dan kontra
7. Menulis
8. Menggambar
9. Bermain
Kelompok 3B 6
Triad of Concern

Adapun cara berkomunikasi dengan anak menurut usia, yaitu:


- Di bawah 2 tahun (Toddlerhood)
Pada usia ini, sebaiknya dokter gigi memberikan alat bermain saat wawancara
maupun pemeriksaan karena anak pastinya akan senang seperti membebaskannya
memegang alat-alat yang ada pada ruang praktek. Pada usia ini, anak sangat
bergantung dengan orang tuanya. Untuk itu, sebaiknya dokter gigi mengarahkan agar
orang tuanya memangku anaknya selama masa pemeriksaan dan perlakukanlah anak
dengan suara yang lembut dan perlakuan yang halus.
- Usia prasekolah (2-6 tahun)
Untuk menciptakan kepercayaan pada anak pada usia ini, anak dapat dilibatkan
langsung dalam proses wawancara dengan menggunakan kata-kata yang sederhana.
Berilah penjelasan terlebih dahulu kepada anak mengenai perawatan apa yang akan
dilakukan. Tunjukkanlah pada mereka alat-alat yang akan digunakan dalam
perawatan gigi. Di samping itu, bantuan orang tua juga dibutuhkan agar orang tua
memiliki kepercayaan terhadap dokter gigi. Jangan lupa libatkan juga si anak dalam
setiap diskusi.
- Usia sekolah (6-14 tahun)
Pada usia ini, dokter gigi memberi kesempatan kepada anak untuk bertanya tentang
hal-hal yang dipikirkannya. Untuk menciptakan kepercayaan anak, tanyakan tentang
kegiatannya dan berikanlah komentar yang positif. Tanyakan pada anak hal-hal yang
sederhana dan konkret. Bila anak memberi respon yang positif, teruskanlah. Namun
jika anak malu dan tidak mau menjawab, lanjutkan pertanyaan pada orang tua.
Setelah melakukan perawatan, buatlah agenda bersama orang tua dan anak. Beri
tanggung jawab pada anak terhadap tugas yang kita berikan. Misal “Kamu jangan
makan yang manis-manis ya”. Yakinkan bahwa ia mengerti dengan apa yang kita
katakan. Jelaskan juga perawatan lanjutan yang akan dijalani.

2. Komunikasi dokter gigi dengan orang tua anak


Komunikasi dengan orang tua adalah salah satu hal yang penting dalam perawatan
anak, mengingat pemberian asuhan keperawatan pada anak selalu melibatkan peran orang
tua yang memiliki peranan penting dalam mempertahankan komunikasi dengan anak.
Kelompok 3B 7
Triad of Concern

Untuk mendapatkan informasi tentang anak sering kita mengobservasi secara langsung
atau berkomunikasi dengan orang tua. Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan
dalam komunikasi dengan orang tua, yaitu :2
a. Anjurkan Orang Tua untuk Berbicara
Sebagai seorang dokter gigi, kita tidak hanya berperan sebagai pemberi informasi
tetapi juga bagaimana merespons atau mengajak agar orang tua yang kita ajak
komunikasi mampu untuk memberikan suatu pesan atau informasi yang dimiliki.

b. Arahkan ke focus
Arahkan pokok pembicaraan kita ke focus sambil memberi kesempatan pada
orang tua untuk mengekspresikan perasaannya secara bebas sehingga tujuan
komunikasi dapat mencapai sasaran.

c. Mendengarkan
Kemampuan mendengarkan dapat ditunjukkan dengan ekspresi yang sungguh-
sungguh saat berkomunikasi dengan tujuan untuk mengerti klien. Selain itu kita juga
akan mendapatkan seluruh informasi yang didapatkan sehingga tidak ada yang hilang
atau tertinggal informasi yang akan disampaian.

d. Diam
Diam adalah cara yang dapat digunakan dalam komunikasi dengan diam sebentar
dapat memberi kesempatan kepada seseorang yang kita ajak komunikasi untuk
memberikan kebebasan dalam mengekspresikan perasaannya dan memberikan
kesempatan berpikir terhadap sesuatu yang hendak disampaikan.

e. Empati
Cara ini dilakukan dengan mencoba merasakan apa yang dirasakan oleh orang tua
anak, dengan demikian orang tua anak akan merasa aman dan diperhatikan. Cara
komunikasi ini juga sangat terkait dengan sikap saat komunikasi.
Kelompok 3B 8
Triad of Concern

f. Meyakinkan kembali
Merupakan cara yang dapat diberikan agar proses dan hasil komunikasi dapat
diterima pada klien hal ini adalah orang tua.

g. Merumuskan kembali
Dengan merumuskan kembali beberapa permasalahan dan cara pemecahan
bersama akan memberikan dampak dalam mengurangi kecemasan atau kekhawatiran.

h. Memberi petunjuk kemungkinan apa yang terjadi.


Melalui cara komunikasi berupa petunjuk kemungkinan masalah apa yang terjadi
kita dapat mengantisipasi tentang kemungkinan hal yang terjadi sehingga orang tua
tahu dan siap bila masalah itu muncul.

i. Menghindari hambatan dalam komunikasi


Menghindari hambatan dalam komunikasi seperti melakukan komunikasi secara
asertif dengan orang tua merupakan salah satu cara efektif dalam komunikasi, karena
hambatan selama komunikasi akan memberikan dampak tidak berjalannya suatu
proses komunikasi seperti terlalu banyak memberi saran, cepat mengambil keputusan,
mengubah pokok pembicaraan, membatasi pertanyaan atau terlalu banyak
memberikan pertanyaan tertutup dan menyela pembicaraan sebelum pembicaraan
selesai.

D. Pembahasan

E. Referensi
1. Kent G.G., A.S. Blinkhorn. Pengolahan Tingkah Laku Pasien pada Praktik Dokter Gigi
Edisi 2. Jakarta: EGC, 2005 : 84
2. Hidayat, Azis Alimul. Pengantar Ilmu Keperawatan Edisi 1. Jakarta: Salemba
Medika,2005: 7, 75-79
3. Paradipta Aditya. 10 Februari 2011. http://paradipta.blogspot.com/2011/02/tiga-
komponen-yang-harus.html (28 November 2013)
Kelompok 3B 9
Triad of Concern

4. Specialist Dental Group.


http://www.specialistdentalgroup.com/id/pelayanan/kedokteran_gigi_anak.php (28
November 2013)
5. Sukardi E, Soetjiningsih, Kandera W, dkk, ed. Modul Komunikasi Pasien-Dokter: Suatu
Pendekatan Holistik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2007: 97-100.
6.

Anda mungkin juga menyukai