Anda di halaman 1dari 6

MENGENAL BENTUK TEMA DAN vARIASI PERIODE

MUSIK KLASIK (1750-1825


Oleh Rahmat pada Minggu, 25 Maret 2012 pukul 19.10
MENGENAL BENTUK TEMA DAN vARIASI
PERIODE MUSIK KLASIK (1750-1825)
Oleh: Tono Rachmad PH
(Dari artikel penulis dalam  Majalah Staccato no. 80/ Bulan Mei  Tahun 2009 yang direvisi dan
dilengkapi kembali pada saat ini)
 
Kata Pengantar: Artikel ini mengulas bentuk tema dan variasi sebagai salah-satu bentuk karya musik masa
Klasik, disamping bentuk lainnya seperti bentuk sonata dan bentuk rondo yang pernah popular masa itu.
Bahasannya masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, masukan  berupa penambahan informasi, koreksi, dan
kritik masih diperlukan guna menyempurnakan artikel ini.  Diharapkan pula untuk tidak melakukan
pembajakan terhadap artikel ini. Semoga bermanfaat bagi pembaca dalam memahami bentuk Tema dan
Variasi masa Klasik. Terima kasih…
 

1. Pendahuluan: Tentang Bentuk Tema dan Variasi.

Karya-karya berbentuk tema dan variasi di masa Klasik (antara 1759 - 1825) sangat banyak ditemukan. Bentuk
komposisi ini dapat ditemukan pada movement simfoni, konserto, sonata untuk piano maupun musik kamar
(kuartet atau kuintet). Beberapa composer masa Klasik, seperti Haydn, Mozart, Beethoven, maupun Schubert,
pernah membuat karya-karya berbentuk tema dan variasi ini. Salah-satunya  terdapat pada movement sonata
untuk piano ciptaan W.A. Mozart no. 16 dalam A mayor K.331. Bentuk tema dan variasi umumnya memiliki
strukttur sebagai berikut:

1. Bagian Tema: Bagian ini hadir di awal karya, sebagai bagian yang mengandung gagasan
atau ide dasar. Dalam beberapa karya W.A. Mozart, Bagian Tema ini memiliki tema A
sebagai tema utama dan tema B sebagai tema penyeimbang. Ke dua tema tersebut
dikemas dalam dua sub bagian. Keseluruhan dua sub bagian  ini berstruktur A-A’ (sub
bagian pertama) dan B-A’’ (sub bagian ke-dua). Setiap sub bagian sering kali mendapat
perulangan (A-A’-A-A’-B-A’’-B-A’’). Dimasa kini, struktur A-A-B-A ini menjadi struktur standar
musik pop pada umumnya.
2. Bagian Variasi: Bagian ini memiliki sejumlah bagian yang terangkai dalam bagian variasi 1,
variasi  2, variasi 3, dan seterusnya. Bagian variasi merupakan bagian yang mengolah atau
semacam gaya meng”improvisasi” bagian temanya.

     Setiap variasi juga mempunyai durasi yang relative. Adakalanya terdapat beberapa variasi yang tidak sama
durasinya seperti pada bagian tema. Hal ini terkait dengan kepentingan ide pengolahan karya, misalnya yang
terjadi pada variasi ke-lima dan ke-enam di Sonata untuk piano no 16, A mayor  karya W.A. Mozart).
Perubahan melodi, harmoni, iringan, tonalitas, tempo, warna, tekstur, atau dinamik pada bentuk tema dan
variasi ini juga bisa saja terjadi. Sebagai contoh misalnya, keberadaan kalimat/frase dalam melodi tema, dapat
hadir pada  level yang lebih rendah dibagian variasinya.  Pada variasi lain, ditemukan pula perubahan tonalitas
mayor menjadi tonalitas minor. Hal ini merupakan alternatif dari sejumlah kemungkinan pilihan lain yang
diinginkan komposernya untuk mengolah tema. Kemungkinan lain, variasi juga dapat dihadirkan dalam
perubahan macro beat menjadi micro  beat bersaman dengan variasi melodi, harmoni, atau irama. Setiap
variasi itu unik karena kahadiran rekayasa tema yang beragam.
     Antara bagian variasi yang satu  dengan bagian variasi lainnya  dapat saling berkait (bersambung), tetapi
dapat pula  tidak berkait oleh karena jeda saat pergantian bagian variasi-variasi tersebut. Hal ini dapat diamati
pada salah-satu movement Simfoni no. 94 (Surprise), dari F.J. Haydn, yang tidak memiliki jeda diantara
bagian tema dengan bagian variasinya maupun antar bagian variasi-variasinya bila dibandingkan dengan first
movement Sonata untuk piano no. 16/A mayor K.331 dari W.A. Mozart yang akan dijelaskan berikut ini.
 

1. Bentuk Tema dan Variasi Pada First Movement Sonata Untuk Piano No. XVI KV. 331 Karya
W.A. Mozart

Bentuk tema dan variasi dalam Sonata untuk piano no. 16 K. 331 (first  movement) dari W.A. Mozart
misalnya, memiliki bagian tema yang terdiri dari tema A dan tema B. Ke dua tema ini menurut hemat penulis,
mempunyai  hubungan substantif. Bila diperhatikan  , 8 (delapan) ruas birama pertama di awal tema A,
memiliki unsur intervalis 5 (lima) nada yang sama seperti pada  4 (empat) ruas birama di ruas ke-lima hingga
ruas ke-delapan di tema B. Hanya saja, unsur intervalis pada tema A memiliki pola pergerakan turun dari nada
pokok ke ters di nada atasnya  serta berhenti di nada ke-dua dari tonalitas tema. Sedangkan unsur intervalis di
tema B juga bergerak turun namun dengan pola pergerakan nada atas, ters turun ke nada pokoknya, dan
berhenti  pula di nada ke-dua dari tonalitas tema. Hubungan tema A dan B yang substantif ini oleh penulis
terkesan sebagai hubungan substansi tema A dan tema B yang berkontras. Substansi tema B tersebut juga
merupakan penurun ketegangan yang dibangun di 4 (empat) ruas birama awal tema B sebelumnya.
     Bagian tema dan  enam bagian variasi dalam first  movement karya ini lebih terkesan terpisah-pisah, dimana
setiap bagiannya, lebih mandiri (tidak berkait). Kemandirian itu, terkesan oleh karena penggunaan jeda saat
pergantian dari bagian tema  ke bagian variasinya, ataupun jeda saat pergantian antar bagian variasi-variasinya.
Selain jeda yang memberi kesan kemandirian bagian tema  atau kemandirian bagian variasi-variasinya itu, juga
disebabkan oleh dua aspek lainnya.
     Aspek pertama, oleh karena struktur di bagian temanya. Bagian tema ini dapat dibedakan dalam dua sub
bagian.  Pada karya Sonata untuk piano Mozart no. 16 K.331, bagian tema maupun bagian variasi-variasinya
memiliki rangkaian struktur A-A’-A-A’-B-A’’-B-A’’. Rangkaian struktur ini berakhir pada A’’. Pada akhir
tema A’’ ini, terdapat kalimat perpanjangan/augmentasi berbingkai kadens V-I yang memberi kesan bahwa
bagian tema secara keseluruhan telah berakhir/selesai. Setelah jeda sejenak, maka bagian tema ini dilanjutkan
ke bagian variasi pertama dengan struktur yang sama seperti bagian tema. Agar lebih mudah memahaminya,
dapat dilihat pada skrip musik Sonata untuk piano No. 16/KV.  331 (first  movement) dari W.A. Mozart di
buku kumpulan karya piano sonata dari W.A. Mozart oleh Epstein, 1918 : 242 – 249.
     Dalam persepsi subjektif penulis, kalimat augmantasi dengan kadens perfek diakhir tema A’’, memberi
kesan semacam pernyataan konklusi sekaligus coda-ending bagian tema. Mengingat 4 (empat) ruas menjelang
akhir tema A’’ diambil dari elemen yang terdapat pada  2 (dua) ruas birama pertama (ruas ke-1 dan sebagian
ruas ke-2) di awal tema A, serta 2 (dua) ruas birama (ruas ke-dua dan sebagian ruas ke-tiga) di awal tema B.
     Kehadiran kalimat augmentasi ini serta keberadaan jeda diantara bagian tema dengan bagian variasinya itu
memberi kesan bagian yang mandiri dan tidak terkait dengan bagian-bagian variasinya. Demikian pula kesan
kemandirian yang terdapat pada setiap bagian variasinya. Kesan kemandirian bagian tema maupun bagian
variasinya punya hubungan yang kuat, karena masing-masing variasinya itu berbayang/berlatar  bagian tema.
     Sementara  aspek ke-dua yang  juga membangun kesan kemandirian pada first movement Sonata untuk
piano tersebut, adalah pada ke enam variasinya. Setiap variasi, mengolah tema dengan cara yang berbeda-beda
dan khas. Perbedaan-perbedaan yang khas  pada masing-masing variasi ini diolah secara material oleh Mozart.
Hal yang sama untuk bentuk tema dan variasi juga dilakukan Mozart, misalnya  pada karya untuk piano
‘Twinkle-Twinkle Little Star’.
     Variasi pertama, tema diolah dalam satuan ketukan yang lebih kecil (micro beat). Mozart mengolah satuan
not 1/8 yang terdapat pada bagian tema, menjadi satuan not 1/16. Pengolahan micro beat pada variasi pertama
ini, seolah-olah memberi kesan bahwa tema bergerak lebih cepat dibandingkan bagian tema. Skrip bagian
variasi pertama Sonata untuk piano No. XVI/KV.  331 (first movement) dari W.A. Mozart ini, dapat dilihat
dalam buku kumpulan karya-karya sonata untuk piano oleh Epstein, 1918 : 242-249.
Variasi ke-dua, materi karya diolah dalam kesan yang lebih ornamentik. Banyak dijumpai nada  pada melodi
atasnya ditambbahkan hiasan berupa kombinasi appogiatura, trill, stakato, dan arpejio. Sementara untuk nada-
nada yang lebih rendah, juga menggunakan ornamen-ornamen appogiatura. Memberi kesan dialogis yang
nyata antara jalur melodi diatasnya dengan jalur melodi dibawahnya. notasi bagian variasi ke-dua piano sonata
No. XVI/KV.  331 W.A. Mozart ini, dapat dilihat dalam kumpulan karya-karya sonata untuk piano oleh
Epstein, 1918 : 242-249.
Sedangkan variasi ke tiga, materi tema diolah dengan melakukan perubahan tonalitas. Tema yang bertonalitas
A mayor, diubah kedalam tonalitas A minor (pararell senama) untuk memberi kesan karya lebih cantabile.
Kesan ini, juga diperkuat dengan mengubah tempo dalam satuan not 1/8 menjadi M.M. 112 serta suasana yang
lebih legato. Skrip bagian variasi ke-tiga Sonata untuk piano No. XVI/KV.  331 (first  movement) dari W.A.
Mozart ini, dapat dilihat dalam buku kumpulan karya sonata untuk piano oleh Epstein, 1918 : 242 – 249.
Sementara pada variasi ke empat, tema diolah kedalam tekstur yang lebih homofon, sehingga melodi terkesan
lebih tebal. Kesan tebal ini terjadi karena hamper setiap nada-nada dalam melodi, ditambahkan nada-nada lain
dalam interval sekt atau ters. Kesan homofon terjadi oleh karena pergerakan not ganda ini senantiasa bergerak
searah. Skrip bagian variasi ke-empat, Sonata untuk piano No. xvi/kv. 331 (first movement) dari W.A. Mozart
ini, dapat dilihat dalam buku kumpulan karya-karya sonata untuk piano oleh Epstein,1918: 242-249.
 
 
            Pada variasi ke-lima, tema diolah dengan cara mengaugmentasikan karya. Karya terasa menjadi lebih
panjang dari biasanya, karena setiap kalimat tema dikembangkan dengan menyisipkan nada-nada atau melodi
tambahan. Kesan augmantasi menjadi lebih nyata lagi karena diperkuat oleh tiga aspek lainnya. Hampir setiap
kalimat di dalam tema pada fariasi ke-lima ini,di kembangkan dalam gaya yang improvisatif. Untuk
memperkuat kesan augmentative,tempo Andante pada tema aslinya diubah menjadi lebih lambat (dalam
tempo Adagio). Disamping itu pula,kesan augmentatif diperkuat dengan mengubah tempo dari satuan ketukan
tema aslinya. Satuan ketukan yang semula   1/8 dalam m.m.120 diubah menjadi m.m.60. Skrip bagian variasi
ke-lima, Sonata untuk piano No. xvi/kv. 331 (first movement) dari W.A. Mozart ini, dapat dilihat dalam buku
kumpulan karya-karya sonata untuk piano oleh Epstein,1918:242-249.
            Sedangkan pada variasi terakhir yakni variasi ke-enam,Mozart mengolah tema menjadi lebih singkat.
Kesan ini terasa kontras dibandingkan kesan yang terdapat pada variasi ke-lima. Variasi ke-enam, Mozart
mengolahnya secara diminuasi. Untuk memperkuat pengolahan secara diminuasi,Mozart mengubah tempo
tema dari andante grazioso menjadi tempo allegro. Kesan diminuasi, juga di perkuat dengan cara mengubah
satuan not ¼ sebagai satuan ketukannya, menjadi M.M. 116,serta mengubah birama ¾ di bagian tema, menjadi
birama 4/4. Kesan tema menjadi lebih singkat dan padat. Skrip bagian variasi ke-enam Sonata untuk piano No.
xvi/kv. 331 (first movement) dari W.A. mozart ini, dapat dilihat dalam buku kumpulan karya sonata untuk
piano oleh Epstein,1918:242-249.
 
 
 
 
            Karya tema dan variasi dari Mozart diatas,secara keseluruhan mungkin terkesan sebagai gaya Mozart
yang ingin mengajak apresiatornya untuk sesekali ‘bermain-main’ secara matematis. Sebuah gaya komposisi
ala Mozart yang khas. Kita mungin akan tersenyum bila kita dapat memahami kenakalan Mozart pada karya
tersebut.
            Seperti telah disampaikan diatas, tema dan variasi,umumnya marupakan bentuk dengan tema sebagai
bagian awalnya. Temanya  bisa berasal dari gagasan komposernya sendiri,seperti halnya yang dibuat oleh
Mozart pada karya Sonata untuk piano kv. 331 (first movement) diatas. Tetapi tema karya bisa juga berasal
atau “pinjam” dari karya orang lain. Seperti yang di lakukan oleh Ludwig van Beethoven atau F.Joseph Haydn.
Karya yang berbentuk tema dan variasi dari Beethoven misalnya, meminjam sedikit bagian wals orang lain. Ia
meletakan bagian ini dalam karya berbentuk tema dengan 33 variasi yang brilian. Model tema dan variasi yang
umum, adalah tema dengan setidaknya 3-6 variasi.
 

1. C.    Bentuk Tema Dan Variasi Dari F. Joseph Haydn Dalam Simfoni Surprise.

            Contoh lain tentang tema yang mengambil/meminjam dari tema lain, dapat kita temukan, pada Simfoni
No. 94 (surprise) dalam G mayor (movement ke-dua/Andante),ciptaan F. Joseph Hyden. Simfoni movement
ke-dua ini,adalah contoh tema dan variasi yang mengutip dan memodifikasi lagu rakyat inggris. Mendengarkan
tema dari second movement simfoni ini,mengingatkan kita pada lagu rakyat anak-anak Inggris, yakni Twinkle-
Twinkle Little Star. Setidaknya, tema utama karya Simfoni dari Haydn tersebut menggunakan 14 not yang
sama terdapat dalam tema A lagu Twinkle-Twinkle Little Star. Empat belas not pertamanya, relative juga
sama-sama menggunakan pergerakan interval naik-turun-turun. Ke empat belas notnya pun menggunakan
nilai not yang sama. Terdapat pula 6 not ganda yang ditempatkan pada posisi yang sama, serta penggunaan
aksen-aksen pada posisi yang sama pula.
            Simfoni ini di awali dengan penggalan melodi, yang beraksen (stakato)dan dalam volume yang lembut.
Pada bagian selanjutnya,kita dikejutkan sesaat oleh tekanan sebuah akor yang kuat, keras, dan tiba-tiba.
Apakah karena tekanan kuat keras, dan tiba-tiba pada sebuah akor tersebut, maka karya simfoni ini kemudian
disebut sebagai Simfoni Surprise? Mirip seperti yang dilakukan oleh Tchaikovsky pada karya Overture
1812 yang juga menggunakan penggalan lagu rakyat Rusia.
     Ada empat variasi yang dibuat oleh Haydn sang composer dalam menciptakan Simfoni  Surprise, dimana
tema ini berubah-ubah dari sisi warna nada,dinamika,irama,dan melodi. Seringkali melodi aslinya diiringi
dengan melodi lain yang baru, sebagai kontra melodi. Selanjutnya kombinasi dari dua melodi  yang kontras
ini ,menghasilkan tekstur polifoni yang menarik.
            Dalam bagian variasinya,tema di hadirkan melalui tonalitas minor yang berkombinasi dengan tonalitas
mayor. Variasi terakhir,diikuti oleh bagian penutup, dimana accompaniment disatu sisi terasa gagah,tetapi juga
disisi lain memberikan suatu kesan warna yang gelap. Temanya sendiri diciptakan dalam dua kalimat yang
memiliki tiga  sub tema (a-b-a-c). Masing-masing kalimat tersebut, membentuk tema utuh, karena disusun dari
sebuah kalimat terbuka (a-b) yang dilanjutkan dengan sebuah kalimat tertutup (a-c). Karya ini juga menjadi
conto yang baik untuk bentuk tema dan variasi yang terkait/bersambungan),sehingga kita tidak hanya
mendapatkan bentuk tema dan variasi nya sebagai bagian-bagiannya  yang terpisah/mandiri.
            Kita juga dapat menjumpai tema dan variasi sejenis, dalam Piano Kuintet The Trout  karya Franz
Schubert.
 

1. Bentuk Tema Dan Variasi Dalam Karya Piano Kuintet, D. 667 The Trout Dari F. Schubert

     Karya ini merupakan contoh yang menarik pula,untuk tema dan variasi yang terkait. Karya ini memiliki
tema dengan enam variasi yang diolah secara material pula. Karya dibuka dengan menghadirkan tema utama
dalam dua tema yang diulangi (A-B-A-B).
     Variasi pertama, tema disajikan melalui pengolahan warna dan sekaligus pengolahan secara ornamentik.
Pengolahan warna di lakukan dengan pergantian alat musik yang berperan di melodi utama. Pergantian dari
biola ke alat musik piano ini,sekaligus mengolah melodi utama dengan hiasan-hiasan nada(ornamen).
            Variasi ke-dua,tema diolah secara tekstural dengan menampilkan tiga jalur melodi. Melodi utama
diletakkan pada jalur tengah dan dimainkan oleh biola dan biola alto. Sementara jalur melodi atas memainkan
nada yang lebih tinggi dan dikembangkan berdasarkan melodi utamanya, serta diolah dalam satuan ketukan
yang lebih kecil (micro beat). Sedangkan permainan piano,berada di jalur tiga dan bertindak sebagai pemberi
respon terhadap melodi utama(kesan dialogis). Bagian variasi ini terkesan seperti tekstur yang polifonik.
            Pada variasi ke tiga , konsep tekstural yang terdapat pada variasi ke-dua sebelumnya, masih
dipertahankan. Bedanya bila jalur atas pada variasi ke-dua di perankan oleh biola, maka pada variasi ke-tiga
ini, jalur atas di gantikan posisinya oleh permainan piano yang legato serta bergerak dalam satuan ketukan
yang mikro.
            Sementara  jalur  tengah berperan sebagai jalur melodi utama. Jalur ini dibawakan  oleh permainan
cello. Bergerak dalam wilayah satu oktaf lebih rendah dari jalur melodi aslinya. Melodinya dimainkan secara
stakato  oleh cello. Pada jalur ke -tiga, dibawakan secara staccato oleh biola dan juga bertindak sebagai
pemberi pulsa/ketukan dasar. Variasi ini terkesan mengolah konsep ekspresi kontras (legato versus stakato).
            Variasi ke-empat, adalah Variasi tema dalam perubahan dinamika yang kontras. Diawali oleh dinamika
keras dalam satu kalimat, yang kemudian direspon oleh dinamika lembut pada phrase berikutnya. Bagian
variasi ke-empat ini , diakhiri dalam suatu suasana yang lebih minor.
Variasi ke-lima, tampaknya Schubert ingin mengolah tema dalam perubahan tonalitas . Tema asli yang
memiliki tonalitas mayor ,diubah dalam tonalitas minor  dengan diantarkan terlebih dahulu oleh bagian akhir
dari variasi ke-empat. Suasana minor menjadi lebih kuat lagi , oleh karena dukungan tempo yang lebih  lambat
dibandingkan dengan tempo tema aslinya. Cara pengolahan dengan pengubahan tonalitas mayor ke minor ini,
mengingatkan kita pada variasi ke-tiga dari karya Sonata untuk piano kv. 331 (first  movement) dari W.A.
Mozart yang telah dibahas di atas.
            Variasi terakhir yakni variasi ke-enam, Schubert ingin mengakhiri karya berbentuk tema dan variasi ini
melalui pengolahan materi tema secara diminuasi . Variasi ke-enam ini lebih singkat,karena Schubert
mengubah metris yang panjang menjadi lebih singkat, sehingga kesan aksentuasi  tampak lebih jelas. Kesan
diminuasi ini ,juga di perkuat oleh karna perubahan tempo yang lebih cepat dari tempo bagian tema aslinya.
 
Catatan tambahan:
     Bentuk Tema dan variasi hingga Abad 20 masih digunakan untuk komposisi-komposisi baru. Tercatat juga
dalam sejarah bahwa bentuk Tema dan variasi ini digunakan pula dalam beberapa komposisi Jazz New Orleans
yang berkembang sekitar Tahun 1920-an di Amerika Serikat. Hanya dalam genre Jazz tersebut, tema
adakalanya muncul dua kali, yakni pada awal dan akhir karya. Sementara bagian variasi-variasinya diformat
dalam bingkai chorus-chorus yang membingkai permainan improvisasi instrument tunggal ataupun kolektif.
Setiap chorus membingkai permainan vocal, piano, banjo, perkusi, kontra bas, ataupun salah-satu dari
instrument front line (trumpet/kornet, clarinet/saksofon, ataupun trombone), juga group band-nya.   Sehingga
kesan variasi ini lebih terkesan permainan ritmik, level dan warna yang improvisatif.
 
Bio Data:
Penulis adalah dosen pendidikan musik. Lahir di Surabaya, 49 tahun lalu. Pernah aktif sebagai nara sumber
pada beberapa program siaran apresiasi musik, antara lain: di Radio GMR FM Bandung untuk siaran musik
etnik, Radio Mustika FM Bandung untuk siaran World  Music dan Classic Cafe, Radio Chevy FM Bandung
untuk siaran musik klasik,, dan beberapa radio swasta lainnya di Bandung. Saat ini penulis masih aktif menjadi
nara sumber pada program siaran apresiasi musik klasik di Radio Walagri 93.3 FM Bandung milik Yayasan
Boromeus. Penulis juga aktif  sebagai pemateri pada berbagai seminar nasional dan internasional dibidang
pendidikan musik, serta  telah menghasilkan beberapa penelitian dibidang pendidikan musik khususnya
tentang pendidikan musik berbasis inklusi. Disamping itu pula, Penulis telah menulis beberapa artikel sejarah
dan apresiasi musik Barat untuk umum dan mahasiswa, serta berbagai artikel musik untuk majalah pendidikan
musik, bulletin, dan jurnal seni musik.

Anda mungkin juga menyukai