Anda di halaman 1dari 11

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN CALL PAPER “PSIKOLOGI POSITIF MENUJU MENTAL WELLNESS”

Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang Bersama Asosiasi Psikologi Positif Indonesia (AP2I)
Malang, 17-18 Juni 2020
_________________________________________________________________________________________________ 117

PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA SETTING PROFESIONAL: BURNOUT DAN


JENIS PROFESI SEBAGAI PREDIKTOR PSYCHOLOGICAL WELL-BEING
Monika Windriya Satyajati
Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata, Semarang
monika@unika.ac.id
Lucia Trisni Widhianingtanti
Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata, Semarang
trisni@unika.ac.id
Bartolomeus Yofana Adiwena
Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata, Semarang
adiwena@unika.ac.id

ABSTRAK
Psychological Well-Being (PWB) mempunyai peranan penting dalam keberfungsian positif individu
di berbagai tempat, salah satunya dalam setting profesional. Dalam dunia kerja, PWB seringkali
ditemukan berkaitan dengan kondisi burnout pada karyawan. Namun demikian, temuan beberapa
penelitian sebelumnya mengenai dinamika hubungan burnout dan PWB masih belum konsisten,
salah satunya karena jenis pekerjaan subjek yang berbeda-beda di setiap penelitian. Penelitian ini
bertujuan untuk memprediksi PWB pada setting professional, dengan burnout dan jenis pekerjaan,
yaitu perawat dan polisi, sebagai prediktornya. Hasil analisis regresi menemukan bahwa burnout
dapat memprediksi 33% dari nilai PWB. Variabel jenis profesi menambah persentase prediksi
menjadi 52%. Hal ini menunjukkan bahwa burnout berperan dalam memprediksi PWB, namun
dalam meneliti PWB dan burnout dalam setting pekerjaan, perlulah mempertimbangkan jenis
profesi subjek.
Kata Kunci: burnout, psychological well-being, polisi, perawat

Setiap individu tentunya mempunyai Magyar-Moe (2004) menyebutkan bahwa


keinginan untuk menjalani berbagai tugasnya PWB menelaah mengenai keberfungsian
dalam kehidupan sehari-hari secara optimal. positif seseorang dari sudut pandang individu
Dalam ranah psikologi positif, Psychological sendiri. Oleh karena itu, PWB dapat dilihat
Well-Being (PWB) memegang peranan penting sebagai suatu konstrak atau kondisi dengan
dalam keberfungsian individu. Ruini (2017) spektrum yang luas mengenai keberfungsian
mengungkapkan bahwa PWB adalah suatu positif individu dalam berbagai waktu dan
bentuk kesejahteraan yang bersifat konteks dalam hidupnya.
eudaimonic. Hal ini berarti individu berupaya Dengan adanya perpaduan berbagai
untuk mengoptimalkan potensinya dalam komponen psikologis ini, maka individu yang
proses mewujudkan realisasi diri, bukan hanya mempunyai kondisi PWB yang baik dapat
dengan mencari kesenangan atau pemuasan memandang tekanan atau stressor sebagai
keinginan belaka. suatu sumber positif yang menyumbang pada
PWB sendiri terdiri dari beberapa pertumbuhan PWB dalam dirinya (Ruini,
dimensi. Ruini (2017) menyebutkan adanya 2017). Individu dengan kondisi PWB yang
dimensi autonomy, environmental mastery, optimal diasumsikan tidak mudah tertekan
personal growth, positive relation with others, pada berbagai setting kehidupannya,
purpose in life, dan self-acceptance yang termasuk pada setting kerja atau professional.
membentuk PWB pada individu. Keyes dan Tekanan yang terjadi di tempat kerja,
118 | Satyajati, Widhianingtanti, Adiwena – Psychological well-being _________________________________

diasumsikan tidak akan menimbulkan peran dari burnout (Manzano- Garcia & Ayala,
gangguan keberfungsian jika PWB pada 2017). Selain itu, Dahlke dkk. (2018)
individu dalam kondisi optimal. menemukan bahwa kondisi manajemen waktu
Dalam praktiknya, terdapat banyak yang buruk di tempat kerja dapat
penggunaan istilah PWB yang bergantian memperburuk PWB dan Burnout pada pekerja.
dengan Subjective Well-Being (SWB). Bahkan, Freudenberger mendefinisikan burnout
secara umum, banyak yang mengira PWB dan merupakan representasi dari sindrom
SWB adalah dua hal yang sama. Akan tetapi, psychological stress yang menunjukkan respon
terdapat beberapa perbedaan terkait negatif sebagai hasil dari tekanan yang
konstrak, demografis, dan kepribadian. Selain berlebihan dari suatu pekerjaan (Cordes &
itu, Carr (2004) mengungkapkan bahwa Dougherty,1993). Burnout baru-baru ini
individu dengan PWB yang lebih tinggi dimasukkan dalam ICD-11 (International
dibanding SWB relatif lebih muda, Classification of Diseases) sebagai fenomena
berpendidikan, dan terbuka pada adanya pekerjaan, bukan sebagai kondisi medis. Pada
pengalaman. Deskripsi ini membawa PWB tanggal 29 Mei 2019 Organisasi Kesehatan
pada kondisi yang dapat dikaitkan dengan Dunia (WHO) menyebut burnout sebagai
tempat kerja, mengingat kaum dewasa yang "fenomena kelelahan bekerja". Meskipun
masih bekerja umumnya berusia lebih muda, demikian, istilah burnout tidak disebutkan
dan mempunyai pendidikan tertentu terkait dalam DSM-V dan masih belum ada kriteria
pekerjaannya. Keterbukaan terhadap diagnostik untuk mengidentifikasinya (Bakusic
pengalaman juga dapat dikaitkan dengan et al., 2017). Oleh karena itu, Organisasi
berbagai tantangan terhadap pekerjaan. Kesehatan Dunia akan memulai
Carr (2004) mengungkapkan bahwa PWB pengembangan pedoman berbasis bukti
mempunyai peran dalam kinerja individu, tentang kesejahteraan mental di tempat kerja.
dalam konteks individu dapat memanfaatkan Burnout adalah sindrom psikologis yang
hal-hal yang menyenangkan baginya untuk muncul sebagai respon yang berkepanjangan
mengatasi tantangan sulit dalam bekerja. Pada terhadap stressor interpersonal kronis di
setting professional, PWB ditemukan tempat kerja (Maslach dan Leiter, 2016).
mendukung afek positif dan pertumbuhan Burnout adalah sindrom, kelelahan emosional
pekerja dalam hal membuat goal- setting dan dan sinisme yang sering terjadi di antara
perencanaan (Trudel-Fitzgerald dkk., 2019). individu yang telah bekerja khususnya di
Kondisi PWB pada pekerja pun ditemukan bidang human service, (Maslach, 2001;
cenderung stabil dalam rentang waktu yang Abushaikha, dkk (2009); Lee, dkk (2003).
lama (Wright, 2007). Kondisi ini membuat Maslach (2016) menambahkan bahwa
peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam burnout adalah sindrom kelelahan emosional
mengenai PWB, terutama di setting tempat (EE), berkurangnya prestasi pribadi (PA), dan
kerja, terkait dengan profesi yang dijalani depersonalisasi (DP) yang dapat terjadi pada
seseorang. individu yang bekerja lebih banyak dengan
Menganalisis PWB di tempat kerja pekerjaan yang berhubungan dengan orang
memerlukan adanya penelusuruan lebih seperti pekerjaan kesehatan dan pendidikan.
mendalam juga mengenai kondisi burnout Menurut Bianchi (et al., 2015), ada tumpang
pada karyawan. Kondisi psikologis karyawan tindih antara burnout dan depresi, di antara
secara keseluruhan ditemukan dapat peneliti masih terjadi ketidaksepakatan terkait
berpengaruh pada PWB jika melalui adanya fenomena burnout dan depresi. Seperti yang
PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN CALL PAPER “PSIKOLOGI POSITIF MENUJU MENTAL WELLNESS”
Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang Bersama Asosiasi Psikologi Positif Indonesia (AP2I)
Malang, 17-18 Juni 2020
_________________________________________________________________________________________________ 119

diungkapkan oleh beberapa peneliti bahwa kemandirian dan tak mampu menyelesaikan
orang yang mengalami gejala burnout terlihat tugas dan mencapai tujuan yang seharusnya
memiliki gejala yang sama dengan para dicapai.
penderita depresi. Masih mengacu pada Meskipun beberapa penelitian telah
pendapat Bianchi bahwa burnout menganalisis mengenai hubungan antara
didefinisikan sebagai “sindrom burnout dengan PWB, namun hasil analisis
dikonseptualisasikan sebagai akibat dari stres hubungan dari kedua konstrak tersebut belum
kronis di tempat kerja yang belum berhasil menunjukkan hasil yang konsisten. Misalnya,
dikelola. Burnout merujuk secara khusus pada Advincula (2020) yang menemukan korelasi
fenomena dalam konteks pekerjaan dan tidak yang sangat rendah pada burnout dan PWB
boleh diterapkan untuk menggambarkan dengan mengukur subjek guru sekolah di
pengalaman di bidang kehidupan lain. Filipina. Di sisi lain, Manzano-Garcia dan Ayala
Maslach dan Jackson mengungkapkan (2017) menemukan hubungan antara dimensi
ada tiga dimensi dalam burnout, yakni: PWB dan aspek burnout di mana sinisme
a. Emotional Exhaustion (EE) menunjukkan korelasi yang sangat signifikan
EE merupakan keadaan penipisan dengan envioronmental mastery, life purpose,
emosional yang ditandai dengan kelelahan personal growth, dan self-acceptance pada
emosi saat menghadapi pekerjaannya dan subjek dengan profesi terapis anak dengan
aktivitas yang dijalani setiap harinya, sehingga autisme. Studi lain oleh Ríos Risquez dkk
merasa terkuras habis sumber-sumber (2018), dilakukan pada mahasiswa
emosional, dan muncul perasaan frustasi, keperawatan dan menemukan adanya korelasi
putus asa, sedih, tidak berdaya, tertekan, yang signifikan antara emotional exhaustion
apatis terhadap pekerjaan dan merasa dan cynicism dengan PWB secara keseluruhan.
terbelenggu oleh tugas-tugas dalam Perbedaan dinamika hubungan PWB yang
pekerjaan, dan merasa tidak mampu terjadi pada tiga penelitian yang berbeda
melakukan pekerjaanya secara optimal. membuat peneliti menyimpulkan bahwa
b. Depersonalization (DP)/Sinisme perbedaan profesi pekerjaan dapat
Sinisme dikonseptualisasikan sebagai memberikan pengaruh pada hubungan antara
Sebuah sikap negatif terhadap pekerjaan yang PWB dan burnout.
terbangun akibat dari hubungan personal Profesi pekerjaan tertentu ternyata
antar individu di lingkup pekerjaan. seringkali menjadi topik penelitian terkait
penggambaran ketegangan mental individu dengan burnout dan PWB di tempat kerja.
sebagai akibat dari kelelahan kerja, Profesi yang paling banyak diteliti adalah
mengakibatkan respons yang tidak profesi tenaga medis, terutama perawat
berperasaan dan impersonal terhadap orang (Puspita, 2018; Ríos Risquez, dkk, 2018; Sawitri
lain. Sinisme juga merupakan upaya individu & Siswati, 2019l Smith & Yang, 2017). Tekanan
untuk menempatkan jarak antara diri sendiri psikologis, juga kondisi PWB bahkan sejak
dan berbagai aspek pekerjaan. individu masih menjalani pendidikan
c. Personal Accomplishment (PA) keperawatan sudah terdampak (Smith & Yang,
PA didefinisikan sebagai suatu keadaan 2017). Hal ini mengingat banyaknya
yang melibatkan pandangan negatif terhadap kemungkinan tekanan yang akan dihadapi.
diri sendiri dan menilai diri tidak mampu Selama menjalani pendidikan keperawatan
mencapai keberhasilan dalam bidang pun, burnout yang dialami akan tetap stabil,
pekerjaan, sehingga pada akhirnya kehilangan namun, kemampuan siswa untuk dapat
120 | Satyajati, Widhianingtanti, Adiwena – Psychological well-being _________________________________

bertahan dan menjaga PWB, justru meningkat Hal ini menekankan bahwa kondisi emosional
(Ríos Risquez, dkk, 2018). Hal ini menunjukkan polisi memang perlu menjadi perhatian
bahwa dalam perjalanan individu untuk karena terkait dengan PWB, terlepas dari
menjadi perawat, tekanan sudah mulai variabel gender.
dirasakan, namun adanya dinamika selama Juniarly dan Hadjam (2012) menemukan
pembelajaran akan mampu membantunya dan gejala-gejala stress pada polisi, dan gejala
mengolah tekanan tersebut untuk emosional menjadi gejala yang paling
mengoptimalkan PWB. dominan dibanding gejala perilaku, fisik, dan
Ketika telah menjalani pekerjaan sebagai intelektual. Hal ini senada dengan temuan dari
perawat, banyak tantangan kerja yang Wolter dkk (2019) terhadap polisi di Jerman, di
berpotensi menimbulkan adanya emotional mana emotional exhaustion yang dialami oleh
labor. Puspita (2018) mengemukakan bahwa polisi berpengaruh pada PWB. Emotional
emotional labor ini dapat memprediksi kondisi exhaustion merupakan suatu komponten dari
PWB pada perawat. Perawat yang merasakan burnout. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi-
emotional labor lebih tinggi akan mempunyai kondisi emosi negatif terkait emosi, seperti
PWB yang lebih rendah. Pada studi lain, burnout dapat memprediksi adanya kondisi
konstrak psikologi yang positif, seperti self- PWB pada polisi.
compassion ditemukan berkorelasi positif Menilik penjelasan di atas, peneliti ingin
dengan PWB pada perawat (Sawitri dan memfokuskan penelitian ini untuk
Siswati, 2019). Kedua studi tersebut memprediksi PWB sebagai suatu konstrak yang
menunjukkan perlunya pencarian lebih berperan penting pada berbagai aspek
mendalam mengenai konstrak-konstrak kehidupan manusia, khususnya di tempat
psikologis yang dapat membantu kerja. Burnout akan menjadi predictor utama
memprediksi PWB pada perawat. Salah dalam penelitian ini mengingat adanya
satunya adalah dengan mendalami mengenai berbagai dukungan penelitian yang
burnout, yang mencakup adanya beban mengkaitkan burnout dengan PWB. Di sisi lain,
emosional di dalamnya. jenis profesi, dalam studi ini yaitu perawat dan
Profesi lain yang terkait dengan adanya polisi, juga dijadikan sebagai prediktor, untuk
tekanan adalah profesi polisi. Beban kerja memahami apakah PWB mempunyai kondisi
sebagai polisi membuat polisi seringkali yang berbeda dilihat dari jenis pekerjaan
mengalami kondisi yang dapat memperburuk seseorang.
PWB. Maria, Wolter, Gusy, B., Kleiber, dan
Renneberg (2018) menemukan bahwa profesi METODE
polisi seringkali menghadapi berbagai stressor Partisipan
yang mengakibatkan depresi, burnout, bahkan
dapat berdampak pada status kesehatannya. Penelitian ini menggunakan desain
Anwar dan Fauziah (2019) juga menemukan korelasional dengan 90 respsonden yang
bahwa pada polisi wantia, konflik peran ganda berasal dari kota Semarang, Indonesia. Sampel
sebagai istri ataupun ibu dapat mempengaruhi penelitian dipilih dengan menggunakan teknik
PWB mereka. Namun, meski konflik ini hanya purposive sampling, yaitu peneliti memberi
terjadi pada perempuan, Hayes (2017) kuesioner penelitian pada responden bersedia
mengemukakan bahwa kondisi PWB polisi berpartisipasi (Sugiyono, 2012). Dalam
secara keseluruhan sama, tidak ada penelitian ini, responden adalah individu yang
perbedaan antara laki-laki dan perempuan. berprofesi sebagai polisi atau perawat.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN CALL PAPER “PSIKOLOGI POSITIF MENUJU MENTAL WELLNESS”
Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang Bersama Asosiasi Psikologi Positif Indonesia (AP2I)
Malang, 17-18 Juni 2020
_________________________________________________________________________________________________ 121

Responden penelitian didominasi oleh wanita Tabel 2: Blue-Print Skala PWB


Item
(n=64; 71%). Apabila ditinjau dari pekerjaan, Aspek-Aspek Favourable Unfavourable
Total
responden didominasi oleh perawat (n=50; 55%) Autonomy 2 3 5
dengan masa kerja 5 sampai 10 tahun (n=34; Self-acceptance 2 3 5
Purpose in life 2 3 5
38%). Data demografis partisipan secara lebih Personal relation 2 3 5
rinci dapat dilijat di tabel 1. with others
Personal growth 2 3 5
Tabel 1: Data Demografis Responden (N=90) Environmental 1 3 4
Variabel Demografis Kategori Jumlah mastery
Jumlah 12 18 29
Jenis kelamin Pria 26
Wanita 64
Profesi Perawat 40 Burnout
Polisi 46 Alat pengukuran yang cukup terkemuka
Status Pernikahan Menikah 46
untuk burnout adalah Maslach Burnout
Lajang 44
Renang Usia <30 tahun 56 Inventory (MBI; Maslach dan Jackson, 1986;
31-40 tahun 25 Maslach dkk., 1996). MBI dikembangkan
41-50 tahun 6 untuk mengukur kejenuhan sebagai jenis
>50 tahun 3 tertentu dari reaksi stres kerja di kalangan
Masa Kerja <5 tahun 33
profesional layanan manusia. Skala Ini terdiri
5-10 tahun 34
11-20 tahun 18 dari tiga dimensi yang mengukur kelelahan
emosional, depersonalisasi/sinisme dan
Alat Ukur
kurangnya pencapaian pribadi. Sembilan item
Psychological Well-Being dari skala kelelahan emosional mengukur
Psychological well-being diukur penipisan sumber daya emosional, yang
menggunakan Psychological Well-being Scale berbeda dari kelelahan fisik atau kelelahan
yang diadaptasi oleh peneliti dari skala asli mental (Enzmann, 1994), sehingga perasaan
berbahasa Inggris yang dikonstruksi oleh Ryff menjadi terlalu emosional dan kelelahan
dan Singer (1996). Psychological Well-being
akibat pekerjaan seseorang. Skala ini
Scale terdiri dari enam dimensi, yaitu
menekankan sifat yang menuntut secara
autonomy, environmental mastery, personal
emosional dari pekerjaan layanan publik
growth, positive relation with others, purpose
in life, dan self acceptance. Peneliti (Human service) seperti ‘‘Bekerja dengan
menerjemahkan item ke dalam bahasa orang sepanjang hari benar-benar menjadi
Indonesia dan melakukan uji validitas. Pada beban bagi saya”.
akhirnya, alat ukur yang digunakan dalam Dimensi kedua yaitu depersonalisasi,
penelitian ini terdiri dari 29 item pernyataan terdiri dari lima item untuk mengukur
yang menggunakan skala 1 (sangat tidak perkembangan sikap negatif seperti sinis,
sesuai) hingga 6 (sangat sesuai). Contoh item empati rendah dan sikap impersonal terhadap
Psychological Well-being Scale adalah: penerima layanan seseorang. Gap yang
“Tuntutan kehidupan sehari-hari sering berlebihan antara performa kerja ditampilkan
membuat saya tertekan.” dan “Saya yakin seperti hal tersebut dengan standar layanan
mampu mencapai sesuatu yang saya inginkan dalam pekerjaan yang harus dilakukan akan
dengan potensi yang saya miliki.” Rincian dapat merusak kualitas layanan organisasi
mengenai aitem pada setiap aspek tertera
(Bakker et al., 2000), karena perhatian empatik
pada Tabel 2.
merupakan atribut penting dari pekerjaan
122 | Satyajati, Widhianingtanti, Adiwena – Psychological well-being _________________________________

dibidang layanan publik (Leiter & Schaufeli, pekerjaan seseorang dengan orang-orang
1996). secara negatif. Rasa kemanjuran yang lebih
Dimensi yang ketiga adalah pencapaian rendah ini telah dikaitkan dengan perasaan
pribadi yang terdiri dari delapan item, kekurangan dan harga diri yang buruk.
mengukur kecenderungan untuk menilai Subskala ini tidak tergantung pada subskala
perasaan kompetensi dan keberhasilan dalam lainnya, dan komponen-komponennya tidak
dimuat secara negatif. Prestasi pribadi kelompok polisi dan perawat, dan analisis
tidak dapat dianggap sebagai lawan dari regresi untuk menguji hubungan antara
kelelahan emosional atau depersonalisasi dan burnout dan psychological wellbeing. Seluruh
memang, korelasi antara subskala prestasi analisis dilakukan menggunakan program
pribadi dan subskala lainnya rendah (Maslach statistik JASP untuk Mac OS.
dan Leiter, 2016). Item-item MBI ditulis dalam
bentuk pernyataan tentang perasaan atau HASIL
sikap pribadi direspon dalam bentuk frekuensi Korelasi Antara Dimensi dan Variabel
responden dalam merasakan perasaan-
perasaan tersebut pada skala Likert 7 poin, Penelitian ini menggunakan desain
(mulai dari 0, "tidak pernah" hingga 6, "setiap korelasional yang mengukur hubungan antara
hari") (Maslach dkk, 1996). burnout dan PWB. Seperti yang diperkirakan
peneliti, hasil penelitian menunjukkan bahwa
Tabel 3: Blue-Print Skala Burnout burnout berhubungan secara signifikan
Item Total dengan PWB (r=0,38; p<0,01). Analisis
Aspek-Aspek Favourable Unfavourable terhadap tiap dimensi penyusunan kedua
Exhaustion 9 - 9
variabel pun menunjukkan hasil yang cukup
Cynicism 5 - 5
Personal - 8 8 konsisten. Meskipun tidak berkorelasi
Accomplishment signifikan dengan dimensi professional
Total 14 8 22 accomplishment (r=0,01; p=ns), PWB terbukti
berhubungan dengan dimensi exhaustion
Prosedur dan Metode Analisis Data (r=0,41; p <0,01), dan cynicism (r=0,41; p
Pengambilan data dilakukan <0,01) dari variabel burnout. Di sisi lain,
menggunakan kuesioner secara luring (paper burnout juga berkorelasi dengan dimensi self-
and pencil). Peneliti memberitahu responden acceptance (r=0,32; p <0,01), purpose in life
bahwa penelitian ini bertujuan untuk (r=0,57; p <0,01), dan environmental mastery
menyelidiki kebahagiaan responden di tempat (r=0,28; p <0,01). Korelasi antar dimensi, nilai
kerjanya. Peneliti menggunakan analisis t-test rata-rata dan standar deviasi selengkapnya
untuk menguji perbedaan mean antara dapat dilihat di tabel 4.
PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN CALL PAPER “PSIKOLOGI POSITIF MENUJU MENTAL WELLNESS”
Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang Bersama Asosiasi Psikologi Positif Indonesia (AP2I)
Malang, 17-18 Juni 2020
_________________________________________________________________________________________________ 123

Tabel 4. Rata-rata, Standard Deviations, and Korelasi Antara Dimensi dan Variabel
Variabel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1. Exhaustion -
2. Cynicism 0,692* -
3. Professional
0,014 0,091 -
Accomplisment
4. Burnout -0,837* 0,790* 0,505* -
5. Autonomy -0,283 -0,193 0,228 a -0,128 -
a
6. Self Acceptance -0,187* -0,293* -0,233 -0,319* 0,329* -
7. Purpose in life -0,446* -0,664* -0,167 -0,566* 0,258 a 0,588* -
8. Relation with
-0,256 a -0,156 0,096 -0,160 0,474* 0,505* 0,441* -
others
a a
9. Personal growth -0,271 -0,247 0,087 -0,204 0,521* 0,601* 0,451* 0,711* -
10. Environmental
-0,364* -0,196 0,001 -0,283* 0,569* 0,361* 0,458* 0,600* 0,512* -
mastery
11. Psyhological
-0,410* -0,408* 0,005 -0,379* 0,700* 0,730* 0,727* 0,811* 0,817* 0,766* -
wellbeing
Mean 17,8 4,6 16,6 39,0 19,1 22,1 25,3 21,7 20,8 16,8 125,8
SD 9,8 5,4 7,7 16,3 3,9 2,9 4,3 3,4 2,9 3,1 15,6
Catatan: *) Korelasi signifikan
Perbandingan Burnout dengan <0,01; a)Profesi
padap Kedua korelasi signifikan dengan p <daripada
tinggi 0,05. kelompok perawat. Perbedaan
mean PWB kedua.
Peneliti menguji perbedaan mean
Kelompok pun terbukti berbeda secara
burnout antara kedua kelompok yang
statistik. Dengan demikian, dapat disimpulkan
berprofesi sebagai polisi dengan kelompok
bahwa terdapat perbedaan mean PWB antara
perawat menggunakan analisis t-test. Seperti
kelompok polisi dengan kelompok perawat.
dapat dilihat pada tabel 5, kelompok dengan
profesi polisi ternyata memiliki mean burnout Memprediksi Psychological Well-Being
yang lebih tinggi daripada kelompok perawat. Analisis regresi hirarkis dilakukan untuk
Namun demikian, perbedaan mean burnout menguji apakah burnout dan jenis pekerjaan
pada kedua kelompok tidak terkonfirmasi dapat memprediksi PWB seseorang. Pada
secara statistik. Dengan demikian, dapat tahap 1, peneliti memasukkan level burnout
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan sebagai variabel prediktor, PWB sebagai
mean burnout antara kelompok polisi dengan outcome, serta variabel demografis sebagai
kelompok perawat. kovariabel yang dikontrol. Hasilnya
menunjukkan bahwa level burnout
Tabel 5. Perbedaan Mean Burnout dan PWB pada Dua Kelompok
secara signifikan memprediksi PWB
Polisi Perawat Cohen’s
t(88) p
M SD M SD d seseorang. Nilai R2 sebesar 0.334,
Burnout 42.625 13.852 36.160 17.714 1.891 0.062 0.401
berarti level burnout memprediksi
Psychological
134.50 18.135 118.820 8.158 5.467 < .001 1.160
wellbeing sektar 33% dari varian PWB.
Melihat adanya perbedaan
Perbandingan PWB pada Kedua Profesi mean PWB antara kedua jenis profesi, peneliti
tertarik untuk menguji peran perbedaan profesi
Peneliti juga menggunakan analisis t-test
dalam memprediksi PWB. Untuk itu, peneliti
untuk menguji perbedaan mean PWB antara
membuat dummy variable atas profesi dan
kedua kelompok polisi dan perawat. Seperti
mengukurnya sebagai prediktor PWB bersama
dapat dilihat pada tabel 5, kelompok dengan
dengan burnout dan beberapa variabel
profesi polisi memiliki mean PWB yang lebih
demografis dalam analisis tahap 2. Hasilnya
menunjukkan bahwa level burnout tetap
124 | Satyajati, Widhianingtanti, Adiwena – Psychological well-being _________________________________

signifikan memprediksi PWB dan pada saat dan burnout menunjukkan korelasi yang kuat,
yang sama perbedaan profesi juga jika dilihat dari hubungan antara dimensi dan
memprediksi PWB secara signifikan. Hal ini aspeknya. Aspek burnout yang paling banyak
mengindikasikan bahwa berkorelasi dengan dimensi PWB adalah
perbedaan profesi secara signifikan sinisme, yang berkorelasi dengan
menyebabkan perbedaan pula pada PWB. Nilai environmental mastery, life purpose, personal
R2 juga meningkat dalam model ini menjadi growth, dan self-acceptance. Karakter ini
0.521, yang berarti level burnout dan berbeda dengan penelitian ini di mana sinisme
perbedaan profesi memprediksi sekitar 52% berkorelasi hanya dengan skor PWB secara
keseluruhan.
dari varian PWB. Perubahan nilai R2 yang positif
Dinamika korelasi pada penelitian ini
antara tahap 1 dan 2 (∆R2=0,187) yang positif ternyata ditemukan mirip dengan dinamika
mengindikasikan bahwa varians PWB lebih yang terjadi pada temuan Ríos Risquez dkk
banyak terprediksi saat menggunakan analisis (2018), yang menemukan bahwa korelasi yang
tahap atau model 2, yaitu dengan memasukkan kuat muncul hanya pada emotional exhaustion,
variabel perbedaan profesi. Hasil analisis dan cynisime. Masing-masing berkorelasi
regresi selengkapnya dapat dilihat di tabel 4. signifikan dengan skor PWB keseluruhan. Hasil
temuan ini serupa dengan temuan pada
PEMBAHASAN
penelitian ini. Penelitian Ríos Risquez dkk
Penelitian ini membuktikan adanya
(2018) memang mengambil sampel pada
keterkaitan yang signifikan antara PWB dengan
mahasiswa keperawatan. Hal ini menjelaskan
burnout, di mana burnout, bersama dengan
dinamika yang serupa pada subjek penelitian ini
variabel jenis profesi, mampu memprediksi
di mana sebagian adalah perawat. Meskipun
PWB. Sebagai suatu variabel yang penting
terdapat profesi polisi juga dalam penelitian ini,
sebagai indikator keberfungsian individu,
namun mean burnout yang dimiliki subjek polisi
dinamika antara PWB dengan prediktor-
dalam kelompok ini ternyata tidak berbeda
prediktornya tentu sangat perlu untuk ditelaah.
dengan kelompok perawat.
Advincula (2020) menyatakan bahwa
Sifat sinis atau pesimis pada individu
burnout dapat berkaitan dengan PWB hanya
ditemukan berkaitan dengan PWB. Hal ini
jika terdapat pengaruh dari variabel moderator
senada dengan beberapa penelitian yang
self-awareness. Jika self-awareness tidak
menyebutkan bahwa optimisme (yang
dilibatkan, maka korelasi signifikan antara
merupakan lawan dari pesimisme) ditemukan
burnout dan PWB tergolong lemah (r=0,195;
berkorelasi negatif dengan PWB (Juniarly &
p<0.05). Hasil ini didapatkan dari penelitian
Hadjam, 2012, Ruini, 2017). Hal yang perlu
terhadap 34 guru di Filipina. Peneliti berasumsi
diperhatikan adalah bahwa setiap individu
bahwa variabel profesi membuat kondisi
berupaya untuk menemukan makna dari setiap
korelasi burnout dan PWB dapat berbeda
pekerjaan yang dilakukan. Namun optimisme
dengan apa yang didapatkan di penelitian ini.
yang diperlukan adalah adanya kemampuan
Tingkat stress pada guru, diasumsikan lebih
untuk menimbulkan makna pada apa pun ya ia
rendah dibanding perawat maupun polisi.
kerjakan. Individu dengan karakter seperti ini
Penelitian lain yang dilakukan oleh
mempunyai PWB yang lebih tinggi dibanding
Manzano- Garcia dan Ayala (2017) menemukan
individu yang pesimis dan terus menerus
adanya kaitan antara PWB dan burnout ada
berada di tahap pencarian makna dari apa yang
profesi terapis spesialis anak berkebutuhan
ia lakukan (Ruini, 2017).
khusus, yaitu autism. Pada penelitian ini, PWB
PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN CALL PAPER “PSIKOLOGI POSITIF MENUJU MENTAL WELLNESS”
Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang Bersama Asosiasi Psikologi Positif Indonesia (AP2I)
Malang, 17-18 Juni 2020
_________________________________________________________________________________________________ 125

Menurunkan burnout dan pada perawat gawat darurat di RS


mengoptimalkan PWB adalah hal yang penting Pantiwilasa Citarum. Psikodimensia
dilakukan terutama untuk profesi polisi. Anwar 14(1), 11 - 23
Bakker, A. B., Demerouti, E., Sanz-Vergel, A. I.
dan Fauziah (2019) menyatakan bahwa PWB
(2014). Burnout and Work Engagement:
optimal pada polisi akan membuatnya semakin The JD–R Approach. Annual Review of
dapat mengatai konflik peran ganda. Organizational Psychology
Mengatasi permasalahan PWB pada polisi, and Organizational Behavior, 1, 389–411.
diperlukan berbagai macam upaya. Adenkule doi:10.1146/annurev-orgpsych-031413-
(2017) menyoroti pentingnya manajemen 091235
pengaturan waktu kerja dan promosi, serta Carr, A. (2004). Positive Psychology: The
Science of Happiness and Human
pelatihan yang perlu secara rutin diberikan
Strengths. New York: Bruner-Routledge
untuk membantu para petugas polisi Cho, E. & Jean, S. (2019). The role of empathy
mengoptimalkan PWB. Dari dalam negeri, and psychological need satisfaction in
penelitian yang dilakukan Juniarly dan Hadjam pharmacy students’ burnout and well-
(2012) menekankan koping religious yang being. BMC Medical Education, 19(43).
terbukti berkorelasi dengan pengelolaan stress DOI: 10.1186/512909-019-1477-2
pada polisi. Dalam semua upaya meningkatkan Dahlke, A. R., Johnson, J. K., Greenberg, C. C.,
Love, R., Kreutzer, L., Hewitt, D. B., . . .
PWB, peran mengatasi burnout, terutama pada
Bilimoria, K. Y. (2018). Gender Differences
aspek emotional exhaustion perlulah menjadi in Utilization of Duty-hour Regulations,
perhatian. Aspects of Burnout, and Psychological
Well-being Among General Surgery
DAFTAR RUJUKAN Residents in the United States. Annals of
Surgery, 268(2), 204-211.
Abushaikha L, Saca-Hazboun H. (2009). Job doi:10.1097/sla.0000000000002700
satisfaction and burnout among Enzmann, D., Schaufeli, W., Girault, N. (1995).
Palestinian nurses. Eastern The validity of the Maslach Burnout
Mediterranean Health Journal; 15(1): Inventory in three national samples. In:
190–197. Bennett, L., Miller, D., Ross,
Adekunle, O.S. (2017). Impact of emotional M. (Eds.), Health workers and AIDS:
intelligence, dispositional optimism and Research, intervention and current issues
emotional exhaustion on the in burnout and response, 131–150.
Psychological Well-Being of police Harwood Academic Publishers.
officers in Ibadan, Oyo State, Nigeria. Hayes, J. (2017). Police and Psychological Well-
International Journal of Innovation and Being: Assessing Police Office Well-Being
Applied Studies, 19, 717-723. Using Flourishing Scale. Dissertation.
Advincula, R.P. (2020). Burnout and Berkeley: The Wright Institute.
psychological well-being of private school Iwanicki, EF, Schwab, RL. (1981). A cross
teachers: Role of self-awareness as validation study of the Maslach Burnout
mediator. DOI: 10.35542/ost.01/enmpt Inventory. Educational and Psychological
Retrieved from edarxiv.org/enpmt Measurement, 41, 1167–1174.
Anwar, D.P. & Fauziah, N. (2019). Hubungan Juniarly, A., & Hadjam, M.N.R. (2012). Peran
antara kesejahteraan psikologis dengan koping religious dan kesejahteraan
konflik peran ganda pada wanita yang subjektif terhadap stress pada anggota
bekerja sebagai polisi di Polrestabes Bintara Polri di Polres Kebumen. Psikologi,
Semarang. Jurnal Empati, 8(1), 105-110. 17(9), 5-16
Asih, F., dan Trisni,L.(2015)Hubungan antara Keyes, C.L.M, & Magyar-Moe, J.L. (2004). The
Kepribadian hardiness dengan burnout measurement and utility of adult
126 | Satyajati, Widhianingtanti, Adiwena – Psychological well-being _________________________________

subjective well-being. Dalam S.J. Lopez, & Maslach, C, Leiter, M.P. (1997). The Truth
C.R. Snyder. Positive Psychological about Burnout: How organizations cause
Assessment: A Handbook of Models and personal stress and what to do about it.
Measures, pp. 411-425. Washington DC: San Francisco, CA: Jossey-Bass.
American Psychological Association. Maslach, C., Leiter, M.P. (2008). Early
Lee HF, Chien TW, Yen M. (2013). Examining predictors of job burnout and
factor structure of Maslach burnout engagement. Journal of Applied
inventory among nurses in Taiwan. Psychology, 93, 498-512.
Journal of Nursing Management; 21: 648– http://dx.doi.org/10.1037/0021-
656. 9010.93.3.498
Leiter, M.P., Maslach, C. (2016). Latent Maslach, C., Leiter, M.P., Schaufeli, W.B.
burnout profiles : A new approach to (2009). Measuring burnout. In:
understanding the burnout experience, 3, Cartwright S, Cooper CL (Eds.) The Oxford
89-100 handbook of organizational well-being.
Leiter, M.P., Schaufeli, W. B. (1996). Oxford, United Kingdom: Oxford
Consistency of the burnout construct University Press. Pp. 86- 108.
across occupations. Anxiety, Stress & Maslach, C., Schaufeli, W.B. (1993). Historical
Coping, 9, 229–243. and conceptual development of
doi:10.1080/10615809608249404 burnout. In: Schaufeli, W.B., Maslach, C.,
Manzano-García, G., & Ayala, J. (2017). Marek, T. (Eds.), Professional burnout:
Relationship between Psychological Recent developments in theory and
Capital and Psychological Well-Being of research. Philadelphia, PA: Taylor &
Direct Support Staff of Specialist Autism Francis
Services. The Mediator Role of Burnout. Maslach, C., Schaufeli, W.B. (2000). Job
Frontiers in Psychology, 8. burnout. Annual Review of Psychology, 52,
doi:10.3389/fpsyg.2017.02277 397-422
Maria, A. S., Wolter, C., Gusy, B., Kleiber, D., & Maslach, C., Schaufeli, W.B., Leiter, M.P.
Renneberg, B. (2018). The Impact of (2001). Job Burnout. Annual Review of
Health-Oriented Leadership on Police Psychology, 52, 397-422
Officers’ Physical Health, Burnout, Puspita, D.W. (2018). Hubungan antara
Depression and Well-Being [Abstract]. emotional labor dengan psychological
Policing: A Journal of Policy and Practice, well-being pada perawat RSJD. Amino
13(2), 186-200. Gondohutomo Semarang. Jurnal Empati,
doi:10.1093/police/pay067 7(3), 27-32.
Maslach, C. (2003a). Burnout: The Cost of Ríos Risquez, M. I., García Izquierdo, M.,
Caring. Los Altos: Malor Book. Sabuco Tebar, E. D., Carrillo Garcia, C.,
Maslach, C. (2003b). Job burnout: New & Solano Ruiz, C. (2018). Connections
directions in research and intervention. between academic burnout, resilience,
Current Directions in Psychologica and psychological well being in nursing
Science, 12, 189-192. students: A longitudinal study. Journal of
Maslach, C., Jackson, S.E. (1986). Maslach Advanced Nursing, 74(12), 2777-2784.
burnout inventory manual (2nd ed.). Palo doi:10.1111/jan.13794
Alto, CA: Consulting Psychologists Press. Ruini, C. (2017). Positive Psychology in the
Maslach, C., Jackson, S. E., Leiter, M. P., Clinical Domains: Research and Practice.
Schaufeli, W. B., & Schwab, R. L. (1986). Cham: Springer International Publishing.
Maslach burnout inventory (Vol. 21, pp. Ryff, C.D., & Singer, B. (1996). Psychological
3463-3464). Palo Alto, CA: Consulting well-being: Meaning, measurement, and
psychologists press. implications for psychotherapy research.
Maslach, C., Jackson, S.E., Leiter, M.P. (1996). Psychotera Psychosom, 65, 14-23.
Maslach Burnout Inventory Manual (3rd Sawitri, D., & Siswati. (2019). Hubungan
edition). Menlo Park, CA: Mind Garden. antara self-compassion dengan
PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN CALL PAPER “PSIKOLOGI POSITIF MENUJU MENTAL WELLNESS”
Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang Bersama Asosiasi Psikologi Positif Indonesia (AP2I)
Malang, 17-18 Juni 2020
_________________________________________________________________________________________________ 127

Psychological Well- Being pada Perawat BMC Public Health, 19(1).


Instalasi Rawat Inap RSUD Jombang. doi:10.1186/s12889- 019-8029-x
Jurnal Empati, 8(2), 112-117. Wolter, C., Maria, A. S., Wörfel, F., Gusy, B.,
Smith, G.D., & Yang, F. (2017). Stress, Lesener, T., Kleiber, D., & Renneberg, B.
resilience and psychological well-being in (2018). Job Demands, Job Resources, and
Chinese undergraduate nursing students. Well-being in Police Officers—a
Nurse Education Today, 49, 90-95. Resource- Oriented Approach. Journal of
Sugiyono. (2012). Memahami Penelitian Police and Criminal Psychology, 34(1), 45-
Kualitatif. BandungL Alfabeta. 54. doi:10.1007/s11896-018-9265-1
Trudel-Fitzgerald, C., Millstein, R. A., Hippel, C. Wright, A. (2007) A look at two
V., Howe, C. J., Tomasso, L. P., Wagner, methodological challenges for scholars
G. R., & Vanderweele, T. J. (2019). interested in Positive Organizational
Psychological well-being as part of the Behaviors. Dalam D. Nelson, & C.L.
public health debate? Insight into Cooper. Positive Organizational Behavior,
dimensions, interventions, and policy. pp 177-190. London: SAGE

Anda mungkin juga menyukai