Anda di halaman 1dari 2

SPIRITUALITAS

ST KLARA ASISI
Klara dari Asisi lahir pada tanggal 16 Juli 1194, dan
meninggal 11 Agustus 1253 pada umur 59 tahun. St Klara
adalah seorang perempuan Kristen yang berasal dari
kota Asisi. Klara berasal dari keluarga bangsawan di kota
Asisi. Ia melarikan diri dari kemewahan rumahnya ketika
masih remaja demi hidup membaktikan diri
pada Tuhan dalam kemiskinan. Kemudian ia
menjadi biarawati dan mendirikan Biara Klaris yang
Papa. Klara dan biarawati lainnya ingin hidup seperti
kaum miskin sehingga mereka hidup dalam
kesederhanaan. Ketika ayahnya meninggal dan
mewariskan hartanya, Klara memberikan semuanya
kepada kaum miskin. Cara hidup dan keteladanan Klara
diikuti oleh adiknya, Agnes, yang juga kemudian juga menjadi seorang Santa.

Suatu hari, sepasukan musuh menyerang kota tempat biaranya berada. Para pasukan
musuh berupaya menyerang biara juga. Klara kemudian mengambil monstrans (alat untuk
memperlihatkan Sakramen Mahakudus) dan mengangkatnya. Sementara itu, para
biarawati lain memanjatkan doa. Ketika para pasukan musuh melihat mereka, tiba-tiba
mereka mundur sehingga biara dapat selamat.

Jalan kemiskinan sebagaimana ditunjukkan oleh St Fransiskus adalah daya tarik yang
kuat bagi Klara yang kemudian mengikuti dan mengembangkannya. Kemiskinan adalah
sikap hidup yang menggantungkan hidup sepenuhnya pada kehendak dan kasih Allah.
Spiritualitas yang dikembangkan St Klara berpusat pada:

1. Allah adalah segalanya. Menemukan dan melayani Allah adalah segalanya, yang
paling berarti, sehingga segala harta milik dan kemegahan dunia menjadi tidak berarti.
St Klara meninggalkan kelekatan pada dunia dan mengabdikan diri pada Allah karena
baginya Allah adalah segalanya. Kekayaan dunia menjadi tidak lagi punya makna
selain sebagai sarana untuk membantu mereka yang miskin dan menderita.
2. Segala ciptaan mengungkapkan cinta Allah. Allah yang tak kelihatan
senantiasa menyampaikan cintaNya pada manusia melalui berbagai ciptaan, sesama
dan lingkungan. Membalas cinta Allah karenanya diungkapkan melalui kesediaan
untuk melibatkan diri dan membantu dengan pemberian diri yang utuh pada ciptaan
yaitu sesama yang paling menderita dan menjaga alam ciptaan yang paling rentan
dirusak.
3. Berjuang untuk lepas bebas. Kemampuan kita untuk mencintai Allah dibatasi
oleh kelekatan kita pada kekayaan dan kemegahan dunia. Semakin besar kelekatan,
semakin sulit kita melayani Allah. Semakin mampu kita bersikap lepas bebas, semakin
mampu kita membalas cinta Allah. St Klara melepas hak-hak atas warisan keluarga
sebagai wujud lepas bebas dari keterikatan duniawi.
4. Penerimaan atas kehendak Allah. Godaan manusia adalah menuhankan diri,
dengan pengertian apa yang nyaman dan menguntungkan saya dianggap sebagai
keinginan allah. Manusia cenderung menolak segala hal yang menyulitkan dan
beresiko. St Klara memberi teladan untuk menerima kehendak Allah, apapun itu, dan
mengikutinya dengan setia, sepenuh hati dan cinta. Meski kehendak Allah tersebut
membawa resiko, ancaman, memaksa diri meninggalkan segala kenyamanan dunia.

Anda mungkin juga menyukai