Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KASUS ORAL MEDICINE

Smoker’s Melanosis

A. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : Christian Damar Sagara Sitepu
Tempat/tanggal lahir : Palembang/ 20 Desember 1992
Suku : Batak Karo
Jenis kelamin : Laki-laki
Status perkawinan : Belum kawin
Agama : Protestan
Alamat : Jalan Kemunig No.40 rt.11 rw.04 kel. Kemang manis
kec. Ilir barat 2
Nomor telepon : 081366367466
Pendidikan terakhir : D3
Pekerjaan : Mahasiswa
No. Rek.Med : 959001

B. ANAMNESA
a. Keluhan Utama
Pasien datang dengan keluhan gusi rahang atas dan bawahnya tampak
kehitaman. Hal ini disadari pasien setelah diberitahu oleh temannya ±1 tahun
yang lalu. Pasien tidak merasa sakit dengan keadaan gusi tersebut, hanya
merasa kurang percaya diri saat tersenyum. Pasien ingin gusinya dirawat.
b. Keluhan Tambahan
Tidak ada
c. Riwayat Perawatan Gigi
Pasien pernah mebersihkan karang gigi ±1 tahun yang lalu
d. Kebiasaan Buruk
 Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak berusia 17 tahun
 Jenis rokok yang dikonsumsi pasien adalah rokok putih dengan filter
(sampoerna).
 Jumlah rokok yang dikonsumsi 16 batang per hari.
e. Riwayat Sosial
Pasien adalah seorang mahasiswa perguruan tinggi negeri yang tinggal
bersama keluarganya di Palembang.
f. Riwayat Penyakit Sistemik
Pasien tidak mempunyai penyakit sistemik

C. PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL


Wajah : Simetris
Bibir : Sehat.
Kelenjar Getah Bening submandibula :
Kanan : tidak teraba, tidak sakit
Kiri : tidak teraba, tidak sakit

D. PEMERIKSAAN INTRA ORAL


Debris : ada, regio a, c,
Plak : ada, regio a, b, c, d, e, f
Kalkulus : ada, regio a, c
Perdarahan Papila Interdental :-
Gingiva : Terdapat lesi pigmentasi berupa
makula berwarna coklat kehitaman,
tersebar tidak merata sepanjang gingiva
cekat bagian labial gigi 14-24 dan 34-
44, permukaan rata, berbatas tidak jelas,
ukuran bervariasi dan tidak sakit saat
palpasi
Saliva : Sehat
Mukosa : Sehat
Palatum : Sehat
Lidah : Sehat
Dasar mulut : Sehat
Hubungan rahang : Ortognati
Kelainan gigi geligi : Tidak ada kelainan
OHI-S : 0,6 (baik)
Pemeriksaan Gigi Geligi :
 Lesi D6 pada gigi 37

E. Diagnosa sementara
Diagnosis sementara : Smoker’s Melanosis
Diagnosa banding : Physiologic Pigmentation

F. Pemeriksaan penunjang
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang

G. Tinjauan Pustaka
Smoker’s melanosis merupakan melanosis rongga mulut yang terjadi akibat
pengendapan melanin dalam lapisan sel basal pada lapisan epitel mukosa mulut yang
disebabkan oleh rokok. Melanosis rongga mulut adalah suatu kelainan yang bersifat
reversibel, dapat hilang apabila kebiasaan merokok dihentikan. Smoker’s melanosis
dapat terjadi baik pada golongan etnis kulit hitam maupun kulit putih, dimana
Smoker’s melanosis biasanya terjadi pada Ras Kaukasian yang menunjukkan
prevalensi 31% pada gingiva cekat.1,2
Meningkatnya pigmentasi berhubungan langsung dengan kebiasaan merokok
(banyaknya jumlah rokok yang dihisap setiap hari, jenis rokok yang dihisap, lama
merokok dan cara seseorang menghisap rokok). Pigmentasi gingiva meningkat
sebanding dengan konsumsi tembakau.1,3
Gambaran klinis yang terlihat pada kasus smoker’s melanosis menunjukan bercak
coklat diffuse, berbentuk datar dan tidak teratur yang ukurannya beberapa sentimeter.
Biasanya dijumpai pada gingiva di bagian fasial anterior rahang atas dan bawah,
mukosa bukal, lateral lidah, palatum dan dasar mulut. Derajat pigmentasi berkisar
dari coklat muda sampai tua. Lesi ini tidak mempunyai gejala dan perubahan yang
terjadi tidak menunjukan keganasan. Pada perokok pipa menunjukkan pigmentasi
pada mukosa bukal. Pada beberapa orang menggunakan rokok seperti rokok putih
yang ditempatkan pada kavitas mulut, akan menunjukkan pigmentasi pada palatum
keras. Area pigmentasi secara signifikan meningkat pada tahun pertama merokok
dan berhubungan langsung dengan dengan jumlah rokok yang dihisap per hari,
lamanya merokok dan kebiasaan merokok.4,5,6
Mekanisme dari pigmentasi yang diinduksi oleh rokok belum sepenuhnya
jelas. Keadaan hiperpigmentasi ini dikaitkan kandungan kimia yang terkandung
dalam rokok yang dapat memicu produksi melanin. Paparan dari polycyclic amine
(contohnya nikotin dan benzpyrene) menunjukkan stimulasi produksi melanin oleh
melanosit yang juga dapat berikatan kuat dengan nikotin.7
Perawatan yang dilakukan untuk kasus smoker’s melanosis adalah
menginstruksikan pasien untuk berhenti merokok karena alasan kesehatan. Dengan
berhenti merokok biasanya menunjukan hilangnya hiperpigmentasi tersebut setelah
beberapa periode sampai beberapa tahun. Biopsy perlu dilakukan apabila pigmentasi
terjadi di lokasi yang tidak biasa, terdapat perubahan klinis yang tidak biasa seperti
peningkatan densitas melanin atau peningkatan permukaan.4,7
Secara klinis pigmentasi pada melanin tidak menganggu kesehatan, tetapi
keluhan gusi berwarna hitam atau coklat menganggu penampilan terutama jika
pewarnaan gusi terlihat ketika berbicara atau tersenyum. Perawatan hiperpigmentasi
gusi terdiri dari beberapa cara yaitu gingivectomy, gingivectomy dengan free
gingival autografting, electrosurgery, cryosurgery, dan teknik abrasi dengan bur
diamond.8

H. DIAGNOSA
Berdasarkan anamesa dan pemeriksaan klinis diagnosa dari pasien adalah
smoker’s melanosis.
I. RENCANA PERAWATAN

FASE 1 (ETIOTROPIK)
 Kontrol plak dan DHE (edukasi, motivasi,
instruksi)

FASE 2 (BEDAH)
Depigmentasi dengan teknik gingivo abrasi menggunakan
bur diamond pada regio B

FASE 3 (RESTORASI)
Pro Konservasi: Pulpektomi nonvital gigi 37

FASE 4 (KONTROL BERKALA)


 Kontrol depigmentasi gingiva regio B
 DHE (edukasi, motivasi, instruksi)

J. PEMBAHASAN
Berdasarkan anamnesa diketahui bahwa pasien telah merokok sejak berusia
17 tahun. Pada pemeriksaan klinis ditemukan lesi pigmentasi berupa makula
berwarna coklat kehitaman yang tersebar tidak merata di sepanjang gingiva cekat
gigi 14-24 pasien, permukaannya rata, berbatas tidak jelas, ukuran bervariasi, ketika
di palpasi tidak terasa sakit. Lesi pigmentasi juga ditemukan pada mukolasa palatum
dan mukosa bukal. Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan klinis tersebut maka
diagnosa pasien ini adalah smoker’s melanosis.
Perawatan yang dilakukan pada pasien ini adalah metode depigmentasi
dengan teknik gingivo abrasi menggunakan bur diamond berdiameter 2 mm.
Pengambilan epitel gusi jangan sampai mengenai periosteum tulang. Luka kemudian
ditutup dengan periodontal pack untuk mengurangi kemungkinan infeksi dan
mengontrol pendarahan paska operasi. Pasien diinstruksikan untuk menjaga dan
mempertahankan kebersihan mulutnya serta diberikan edukasi untuk menghentikan
kebiasaan merokok. Pemberian medikasi berupa antibiotik (Amoxicilin sediaan
tablet 500 mg dengan anjuran pemakaian yaitu 3 kali sehari 1 tablet) dan analgesik
(Asam mefenamat sediaan tablet 500 mg dengan anjuran pemakaian 3 kali sehari 1
tablet). Pasien diminta datang kembali untuk kontrol.
Pada kontrol pertama, dari hasil pemeriksaan, pasien tidak mengeluhkan
adanya rasa sakit dan nyeri. Pada pemeriksaan objektif, periodontal pack telah lepas,
bekas operasi sudah menutup, tidak ada tanda-tanda infeksi atau perdarahan, dan
tidak sakit saat dipalpasi. Pasien diinstruksikan untuk terus menjaga kebersihan
mulutnya dan diedukasi untuk menghentikan kebiasaan merokok.
Pada kontrol kedua, hasil dari pemeriksaan subjektif tidak ada keluhan rasa
sakit atau nyeri, sedangkan dari hasil pemeriksaan objektif warna gingiva sudah
sama dengan gingiva sekitarnya, tidak sakit saat palpasi dan pasien tetap
diinstruksikan untuk menjaga kebersihan mulut serta diedukasi untuk menghentikan
kebiasaan merokok.

Foto awal Kontrol


K. KESIMPULAN
Smoker’s melanosis adalah pigmentasi pada mukosa mulut yang disebabkan
karena merokok. Perawatan yang dilakukan untuk kasus smoker’s melanosis adalah
menginstruksikan pasien untuk berhenti merokok untuk alasan kesehatan. Pada kasus
ini keluhan gusi berwarna coklat kehitaman yang mengganggu penampilan
dihilangkan dengan teknik gingivo abrasi menggunakan diamond bur. Pasien
diinstruksikan untuk tetap menjaga kesehatan dan kebersihan mulutnya serta
menghentikan kebiasaan merokok.
DAFTAR PUSTAKA

1. Yerger VB, Malone RE. Melanin and nicotine: a review of the literature.
Nicotine and Tobacco Research 2006; 4(8): 487-498.
2. Nadeem M, Shafique R, Yaldram A, Lopez R. Intraoral distribution of oral
melanosis and cigarette smoking in a Pakistan population. Int J of Den Clin
2011; 3(1): 25-8.
3. Sitepoe M. Kekhususan rokok Indonesia. Jakarta: Grasindo, 2000: 12-30.
4. Pinborg JJ.2009. Atlas penyakit mukosa mulut. Tangerang: Binapura aksara
publishing; 214
5. Greenberg, martin s,dkk. 2003. Burket’s oral medicine diagnosis and
treatmnent, 11thed. Canada : BC Decker Inc
6. Langlais R.B, Miller C.S. 2000. Atlas berwarna kelainan rongga mulut yang
lazim. Jakarta: hiporates; 70
7. Neville, dkk. 2007. Oral and Maxillofacial Pathology Third Edition.
Saunders Elsevier.
8. Susanto Agus, 2010. Teknik Gingivo Abrasi Pada Penanganan Pasien
Hiperpigmentasi Gusi (Laporan Kasus). Bagian Periodonsia Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran

Anda mungkin juga menyukai