Hukum Mendel II
Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi atau pengelompokan gen secara bebas
(independent assortment genes). Hukum Mendel II menyatakan bahwa apabila dua individu
memiliki dua pasang sifat atau lebih maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas tidak
bergantung pada pasangan sifat yang lain. Hal ini menjelaskan bahwa gen yang menentukan,
misalnya bentuk dan warna biji, tidak saling mempengaruhi. Hukum ini berlaku untuk
persilangan dihibrid (dua sifat beda) atau lebih.
Dalam suatu persilangan perlu diketahui istilah-istilah yang digunakan. Istilah- istilah itu
diantaranya (Brown, T.A, 1993).
a. Persilangan Dihibrid
Persilangan dihibrid adalah persilangan organisme yang memiliki dua sidat beda.
Contoh persilangan (dihibrid) yang dilakukan Mendel adalah persilangan antara tanaman
kapri galur murni yang berbiji bulat dan berwarna kuning dengan tanaman kapri berbiji
keriput dan berwarna hijau. Biji bulat dominan terhadap biji keriput, sedangkan warna biji
kuning dominan terhadap biji hijau. Pada persilangan tersebut dihasilkan tanaman F 1 yang
semuanya berbiji bulat dan berwarna kuning.
d. Gen-Gen Komplementer
Gen-gen komplementer merupakan gen-gen yang saling berinteraksi atau bekerja sama
untuk memunculkan fenotip tertentu.
e. Polimeri
Polimeri merupakan peristiwa beberapa pasang gen yang bukan sealel memengaruhi sifat
tertentu.
F. Data Pengamatan
DATA KELOMPOK
Rasio genotipe
BBK
: BBKk : BBkk : BbKK : BbKk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk
K
3 : 2 : 3 : 6 : 11 : 7 : 3 : 3 : 2
Rasio Fenotipe
Bulat
Bulat Keriput Keriput
Kunin : : :
Hijau Kuning Hijau
g
22 : 10 : 6 : 2
BBKK : BBKk : BBkk : BbKK : BbKk : BbKk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk
7 : 13 : 4 : 3 : 5 : 7 : 2 : 5 : 2
Bulat Kuning ; Bulat Hijau : Keriput Kuning : Keriput Hijau
28 : 11 : 7 : 2
DATA KELAS
Analisis Chi-Square
a. Data kelompok
2 ǀƒ 0 ̶ ƒ h ǀ2
2
Fenotip Fh Fo |Fo-Fh| |Fo-Fh| x=
ƒh
Dominan - Dominan 27 28 1 1 0,037
Dominan - Resesif 9 11 2 4 0,44
Resesif - Domian 9 7 2 4 0,44
Resesif - Resesif 3 2 1 1 0,037
X2 hasil 0,954
Hipotesis
Db = n-1
Ketelitian 95%
= 4-1
X2 hitung = 0,954
=3
X2 tabel = 7,82
b. Data kelas
2 ǀƒ 0 ̶ ƒ h ǀ2
Fenotip Fh Fo |Fo-Fh| |Fo-Fh|2 x=
ƒh
Dominan - Dominan 162 160 2 4 0,024
Dominan - Resesif 54 56 2 4 0,024
Resesif - Domian 54 47 7 49 0,9
Resesif - Resesif 18 25 7 49 0,9
X2 hasil 1,85
Hipotesis
Ho = Tidak ada perbedaan antara praktik dan teori
Db = n-1
Ketelitian 95%
= 4-1
X2 hitung = 1,85
=3
X2 tabel = 7,82
Pada percobaan persilangan dihibrida ini bertujuan untuk membuktikan adanya prinsip
berpasangan secara bebas, membuktikan perbandingan fenotip F2 = 9 :3 : 3 : 1 berdasarkan
percobaan Mendel, dan dapat menggunakan uji Chi-square (khi kuadrat) dalam analisis genetika
Mendel. Dalam simulasi persilangan dihibrida, kami mencoba menyilangkan kacang kapri yang
melibatkan karakter tekstur dan warna biji. Tekstur biji bulat (B) diwakilkan oleh kancing warna
merah sedangkan tekstur biji keriput (b) diwakilkan oleh kancing warna putih. Dimana tekstur
biji bulat (B) lebih dominan dibandingkan dengan tekstur biji keriput (b). Dan sifat yang kedua
yaitu warna biji, dimana warna biji yang kuning diwakilkan oleh kancing yang berwarna kuning,
sedangkan warna biji yang hijau diwakilkan oleh kancing yang berwarna hijau. Dan warna yang
kuning (K) lebih dominan terhadap warna yang hijau (k).
Terjadinya prinsip berpasangan secara bebas dapat dijelaskan bahwa bagian yang
diharapkan pada genotip F2 ditentukan menggunakan metode papan catur yang menunjukkan
fenotip F2 dalam perbandingan 9 : 3 : 3: 1, hampir tepat dengan penelitian Mendel. Dari bagian
tersebut, Mendel mengusulkan sebuah pembaruan kedua yang mana sekarang dikenal sebagai
Hukum Kedua Mendel atau Law of Independent Assortment, yang menyatakan bahwa pasangan
alel dari gen-gen di locus yang berbeda bersegregasi secara bebas dari alel yang lain sepanjang
penyusunan gamet (Phillips, 1989).
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, saya memperoleh data hasil percobaan yang
setelah diuji menggunakan uji Chi-Square, Dimana data dari yang dihasilkan oleh kelompok
saya yaitu X2 hitung < X2 tabel = 0,954 < 7,82 dan data hasil pengamatan kelas yang sudah
dihitung didapatkan hasil bahwa X2 hitung < X2 tabel yaitu 1,85 < 7,82. Dengan begitu Ho
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara praktik dengan teori
(hukum Independent Assorment). Dan berikut merupakan diagram percobaan hasil persilangan
dihibrid yang dilakukan, dimana B = bulat, b = keriput, K = kuning, k = hijau.
A. Kesimpulan
Prinsip berpasangan secara bebas dalam dihibrida yang dinyatakan oleh Mendel, yaitu
saat proses pembentukan gamet setiap pasangan gen akan memisah, selanjutnya gen
yang telah memisah tersebut akan mengelompok dengan gen yang lain secara bebas.
Hukum Mendel secara teori dapat dibuktikan melalui simulasi percobaan menggunakan
kancing genetika. Dalam percobaan tersebut diperoleh perbandingan ratio fenotip F2
yaitu 9:3:3:1 yang sesuai dengan perbandingan hukum Mendel II.
Hasil data yang diperoleh dalam percobaan ini dihitung menggunakan uji Chi Square
dalam analisis genetika mendel dan hasil yang didapatkan yaitu dari 2 pengulangan.
Hasil percobaan data kelompok dan data satu kelas menyatakan bahwa Ho diterima
yang artinya tidak ada perbedaan hasil praktikum dengan teori.
Saran
Pada saat penghitungan perbandingan dibutuhkan ketelitian yang tinggi agar datayang peroleh dapat
dibuktikan kebenarannya.
Pertanyaan no 1
Pembahasan
Persilangan induk pertama antara ercis batang tinggi bunga merah dengan ercis batang pendek bunga
putih adalah sebagai berikut:
Gamet: TM x tm
Filial 2:
Kesimpulan
Dari persilangan ercis batang tinggi bunga merah dengan ercis batang pendek bunga putih didapat
perbandingan genotip F2 sebagai berikut:
Pertanyaan no 2
Pertanyaan no 3
Faktor yang menyebabkan penyimpangan pada Hukum Mendel tersebut disebabkan karena adanya
interaksi antar gen. Penyimpangan semu hukum Mendel merupakan bentuk persilangan yang
menghasilkan rasio individu yang berbeda dengan dasar rasio menurut hukum Mendel, meskipun
prinsip-prinsip penyilangan masih mengikuti aturan hukum Mendel. Perbedaan hasil rasio tersebut
terjadi karena adanya beberapa gen yang saling mempengaruhi dalam menghasilkan fenotip (sifat yang
tampak).