Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

“SIMULASI PERSILANGAN DIHIBRIDA”

A. Judul Kegiatan : Simulasi Persilangan Dihibrid Menggunakan Kancing Genetika


B. Tujuan Kegiatan :
1. Menunjukkan adanya prinsip berpasangan secara bebas
2. Membuktikan perbandingan fenotip F2 = 9 : 3 : 3 : 1
3. Dapat menggunakan uji Chi-Square (khi-kuadrat) dalam analisis genetika Mendel
C. Alat/ Bahan :
1. Kancing genetika meliputi warna warna berikut
a. Warna Merah-Kuning 24 buah
b. Warna Merah-Hijau 24 buah
c. Warna Putih-Kuning 24 buah
d. Warna Putih-Hijau 24 buah
2. Mangkok sama besar 2 buah
3. Penutup mata
4. Alat tulis
D. Prosedur Kerja : LKS
E. Kajian Teori :

Hukum Mendel II
Hukum Mendel II disebut juga hukum asortasi atau pengelompokan gen secara bebas
(independent assortment genes). Hukum Mendel II menyatakan bahwa apabila dua individu
memiliki dua pasang sifat atau lebih maka diturunkannya sepasang sifat secara bebas tidak
bergantung pada pasangan sifat yang lain. Hal ini menjelaskan bahwa gen yang menentukan,
misalnya bentuk dan warna biji, tidak saling mempengaruhi. Hukum ini berlaku untuk
persilangan dihibrid (dua sifat beda) atau lebih.

Dalam suatu persilangan perlu diketahui istilah-istilah yang digunakan. Istilah- istilah itu
diantaranya (Brown, T.A, 1993).

a. Parental (P): induk


b. Filial (F): keturunan
c. Keturunan pertama (F1): anak
d. Keturunan kedua (F2): cucu
e. Genotipe: sifat menurun yang tidak tampak dari luar, contoh: AA, Aa, aa, AABb
f. Fenotipe: sifat menurun yang tampak dari luar, contoh: besar, kecil, tinggi, pendek
g. Dominan: sifat gen yang memiliki ekspresi lebih kuat yang dapat menutupi/mengalahkan
sifat yang dibawa gen alelnya, disimbolkan dengan huruf kapital, contoh: AA, BB, MM
h. Resesif: sifat gen yang tidak muncul (tertutup) karena kalah oleh sifat pasangannya, akan
muncul apabila bersama-sama gen resesif lainnya, disimbolkan dengan huruf kecil,
contoh: aa, bb, mm
i. Homozigot: pasangan gen yang sifatnya sama, contoh: AA, aa, MM, bb
j. Heterozigot: pasangan gen yang tidak sama, contoh: Aa, Mm, Bb

a. Persilangan Dihibrid
Persilangan dihibrid adalah persilangan organisme yang memiliki dua sidat beda.
Contoh persilangan (dihibrid) yang dilakukan Mendel adalah persilangan antara tanaman
kapri galur murni yang berbiji bulat dan berwarna kuning dengan tanaman kapri berbiji
keriput dan berwarna hijau. Biji bulat dominan terhadap biji keriput, sedangkan warna biji
kuning dominan terhadap biji hijau. Pada persilangan tersebut dihasilkan tanaman F 1 yang
semuanya berbiji bulat dan berwarna kuning.

Mendel kemudian menyilangkan sesama tanaman F1 dan hasilnya adalah F2 yang


menunjukkan adanya empat kombinasi fenotipe. Kombinasi tersebut menunjukkan adanya
pengelompokan dua pasang gen secara bebas yang dikenal sebagai Hukum Mendel II.

b. Backcross atau Test Cross


Backcross adalah perkawinan antara F1 dan induk jantan atau betina. Sebagai contoh, jika
tikus jantan hitam (HH) disilangkan dengan tikus betina putih (hh), semua F 1-nya berwarna
hitam (Hh). Jika dilakukan perkawinan balik dengan induk jantan, akan dihasilkan tikus F 2
berwarna hitam semua. Hal itu membuktikan bahwa individu yang memiliki fenotipe sama
dapat memiliki genotipe berbeda.
Test cross atau uji silang adalah perkawinan antara F1 dan individu yang homozigotnya
resesif. Test cross digunakan untuk menguji kemurnian suatu galur. Sebagai contoh, jika
tikus hitam hasil perkawinan tikus hitam (HH) dan putih (hh) ditest cross, hasilnya adalah
tikus hitam dan tikus putih dengan perbandingan 1 : 1.

3. Penyimpangan Semu Hukum Mendel


Dalam beberapa kasus, persilangan dengan sifat beda lebih dari satu kadang menghasilkan
keturunan dengan perbandingan yang berbeda dengan Hukum Mendel. Misalnya, dalam suatu
persilangan monohibrida (dominan-resesif), secara teori, akan didapatkan perbandingan 3 : 1,
sedangakan pada dihibrida didapatkan perbandingan, 9 : 3 : 3 : 1. Namun pada kasus tertentu,
hasilnya bisa lain, misal untuk monohibrida bukan 3 : 1 tapi 1 : 2 : 1. Dan pada dihibrida,
mungkin kombinasi yang mucul adalah, 9 : 6 : 1 atau 15 : 1. Munculnya perbandingan yang tidak
sesuai dengan hukum Mendel ini disebut ‘Penyimpangan Semu Hukum Mendel’, mengapa
disebut ‘Semu’, karena prinsip segregasi bebas tetap berlaku, hal ini disebabkan oleh gen-gen
yang membawa sifat memiliki ciri tertentu.

a. Atavisme (Interaksi Gen)


Atavisme adalah munculnya suatu sifat sebagai akibat adanya interaksi beberapa gen
b. Kriptomeri
Kriptomeri merupakan peristiwa tertutupnya ekspresi gen dominan apabila berdiri
sendiri.
c. Epistasi dan Hipostasis
Epistasi merupakan peristiwasuatu gen mengalahkan gen lain yang bukan alelnya. Gen
yang dikalahkan ekspresinya oleh gen lain yan bukan sealel disebut hipostasis..

d. Gen-Gen Komplementer
Gen-gen komplementer merupakan gen-gen yang saling berinteraksi atau bekerja sama
untuk memunculkan fenotip tertentu.

e. Polimeri
Polimeri merupakan peristiwa beberapa pasang gen yang bukan sealel memengaruhi sifat
tertentu.
F. Data Pengamatan

DATA KELOMPOK

No Kombinasi Genotipe Fenotipe Turus Jumlah


warna kancing
1. Merah Kuning BBKK Bulat 11111 11 7
Merah Kuning Kuning
2. Merah Kuning BBKk Bulat 11111 13
Merah Hijau Kuning 11111 111
3. Merah Hijau BBkk Bulat 1111 4
Merah Hijau Hijau
4. Merah Kuning BbKK Bulat 111 3
Putih Kuning Kuning
5. Merah Kuning BbKk Bulat 11111 5
Putih Hijau Kuning
6. Merah Hijau Bbkk Bulat 11111 11 7
Putih Hijau Hijau
7. Putih Kuning bbKK Keriput 11 2
Putih Kuning Kuning
8. Putih Kuning bbKk Keriput 11111 5
Putih Hijau Kuning
9. Putih Hijau bbkk Keriput 2 2
Putih Hijau Hijau
Jumlah Total 48
Catatan :
Genotipe dari persilangan diatas sebagai berikut.
1. B_K_ = Bulat Kuning
2. B_kk = Bulat Hijau
3. bbK_ = Keriput Kuning
4. bbkk = Keriput Hijau

 Rasio genotipe
BBK
: BBKk : BBkk : BbKK : BbKk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk
K
3 : 2 : 3 : 6 : 11 : 7 : 3 : 3 : 2

 Rasio Fenotipe
Bulat
Bulat Keriput Keriput
Kunin : : :
Hijau Kuning Hijau
g
22 : 10 : 6 : 2

BBKK : BBKk : BBkk : BbKK : BbKk : BbKk : Bbkk : bbKK : bbKk : bbkk
7 : 13 : 4 : 3 : 5 : 7 : 2 : 5 : 2
Bulat Kuning ; Bulat Hijau : Keriput Kuning : Keriput Hijau
28 : 11 : 7 : 2
DATA KELAS

No Perlakuan Dominan- Dominan- Resesif- Resesif- Perbandingan


Dominan Resesif Dominan Resesif frekuensi
(B_K_) (B_kk) (bb_K_) (bbkk)
1. 1 25 11 8 4 7,5 : 3,6 : 3,3 : 1,5
2. 2 28 11 7 2 8,6 : 2,5 : 3,6 : 1,1
3. 3 30 5 5 8 8,8 : 2,8 : 3,2 : 0,8
4. 4 23 10 12 3 9:3:3:1
5. 5 26 10 10 2 8,8 : 3 : 3 : 1,1
6. 6 28 9 5 6 10 : 2,1 : 2,3 : 1,5
Jumlah 160 56 47 25
G. Pembahasan

 Analisis Chi-Square

a. Data kelompok

2 ǀƒ 0 ̶ ƒ h ǀ2
2
Fenotip Fh Fo |Fo-Fh| |Fo-Fh| x=
ƒh
Dominan - Dominan 27 28 1 1 0,037
Dominan - Resesif 9 11 2 4 0,44
Resesif - Domian 9 7 2 4 0,44
Resesif - Resesif 3 2 1 1 0,037
X2 hasil 0,954

Hipotesis

Ho = Tidak ada perbedaan antara Teori dengan Praktik

HI = Ada perbedaan antara Teori dengan Praktik

Db = n-1
Ketelitian 95%
= 4-1
X2 hitung = 0,954
=3
X2 tabel = 7,82

X2hitung < X2 tabel maka Ho diterima

b. Data kelas

2 ǀƒ 0 ̶ ƒ h ǀ2
Fenotip Fh Fo |Fo-Fh| |Fo-Fh|2 x=
ƒh
Dominan - Dominan 162 160 2 4 0,024
Dominan - Resesif 54 56 2 4 0,024
Resesif - Domian 54 47 7 49 0,9
Resesif - Resesif 18 25 7 49 0,9
X2 hasil 1,85

Hipotesis
Ho = Tidak ada perbedaan antara praktik dan teori

HI = Ada perbedaan antara praktik dengan teori

Db = n-1
Ketelitian 95%
= 4-1
X2 hitung = 1,85
=3
X2 tabel = 7,82

X2hitung < X2 tabel maka Ho diterima

Pada percobaan persilangan dihibrida ini bertujuan untuk membuktikan adanya prinsip
berpasangan secara bebas, membuktikan perbandingan fenotip F2 = 9 :3 : 3 : 1 berdasarkan
percobaan Mendel, dan dapat menggunakan uji Chi-square (khi kuadrat) dalam analisis genetika
Mendel. Dalam simulasi persilangan dihibrida, kami mencoba menyilangkan kacang kapri yang
melibatkan karakter tekstur dan warna biji. Tekstur biji bulat (B) diwakilkan oleh kancing warna
merah sedangkan tekstur biji keriput (b) diwakilkan oleh kancing warna putih. Dimana tekstur
biji bulat (B) lebih dominan dibandingkan dengan tekstur biji keriput (b). Dan sifat yang kedua
yaitu warna biji, dimana warna biji yang kuning diwakilkan oleh kancing yang berwarna kuning,
sedangkan warna biji yang hijau diwakilkan oleh kancing yang berwarna hijau. Dan warna yang
kuning (K) lebih dominan terhadap warna yang hijau (k).

Terjadinya prinsip berpasangan secara bebas dapat dijelaskan bahwa bagian yang
diharapkan pada genotip F2 ditentukan menggunakan metode papan catur yang menunjukkan
fenotip F2 dalam perbandingan 9 : 3 : 3: 1, hampir tepat dengan penelitian Mendel. Dari bagian
tersebut, Mendel mengusulkan sebuah pembaruan kedua yang mana sekarang dikenal sebagai
Hukum Kedua Mendel atau Law of Independent Assortment, yang menyatakan bahwa pasangan
alel dari gen-gen di locus yang berbeda bersegregasi secara bebas dari alel yang lain sepanjang
penyusunan gamet (Phillips, 1989).

Persilangan dihibrid membahas dua sifat secara bersamaan, yang masing-masing


dispesifikasi oleh sepasang gen autosomal berbeda yang berpasangan secara bebas (dengan kata
lain, gen-gen pada kromosom-kromosom berbeda yang bukan kromosom seks). Tipe persilangan
ini menunjukkan hukum kedua Mendel, yaitu hukum perpasangan bebas. Dalam persilangan
dihibrid konvensional, dua induk galur murni dikawinkan untuk menghasilkan generasi F1 .
Hibrid F1 disilangkan untuk menghasilkan generasi F2 (Elrod and Stansfield, 2002).

Berdasarkan percobaan yang dilakukan, saya memperoleh data hasil percobaan yang
setelah diuji menggunakan uji Chi-Square, Dimana data dari yang dihasilkan oleh kelompok
saya yaitu X2 hitung < X2 tabel = 0,954 < 7,82 dan data hasil pengamatan kelas yang sudah
dihitung didapatkan hasil bahwa X2 hitung < X2 tabel yaitu 1,85 < 7,82. Dengan begitu Ho
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan antara praktik dengan teori
(hukum Independent Assorment). Dan berikut merupakan diagram percobaan hasil persilangan
dihibrid yang dilakukan, dimana B = bulat, b = keriput, K = kuning, k = hijau.
A. Kesimpulan
 Prinsip berpasangan secara bebas dalam dihibrida yang dinyatakan oleh Mendel, yaitu
saat proses pembentukan gamet setiap pasangan gen akan memisah, selanjutnya gen
yang telah memisah tersebut akan mengelompok dengan gen yang lain secara bebas.
 Hukum Mendel secara teori dapat dibuktikan melalui simulasi percobaan menggunakan
kancing genetika. Dalam percobaan tersebut diperoleh perbandingan ratio fenotip F2
yaitu 9:3:3:1 yang sesuai dengan perbandingan hukum Mendel II.
 Hasil data yang diperoleh dalam percobaan ini dihitung menggunakan uji Chi Square
dalam analisis genetika mendel dan hasil yang didapatkan yaitu dari 2 pengulangan.
Hasil percobaan data kelompok dan data satu kelas menyatakan bahwa Ho diterima
yang artinya tidak ada perbedaan hasil praktikum dengan teori.

Saran
Pada saat penghitungan perbandingan dibutuhkan ketelitian yang tinggi agar datayang peroleh dapat
dibuktikan kebenarannya.

Pertanyaan no 1

Pembahasan
Persilangan induk pertama antara ercis batang tinggi bunga merah dengan ercis batang pendek bunga
putih adalah sebagai berikut:

Parental 1: tinggi merah  x  pendek putih

Genotip: TTMM  x  ttmm

Gamet: TM  x  tm

Filial 1: tinggi merah (TtMm)

Parental 2: tinggi merah  x  tinggi merah

Genotip: TtMm  x  TtMm

Gamet: TM, Tm, tM, tm  x  TM, Tm, tM, tm

Filial 2:

1 TTMM: tinggi merah

2 TTMm: tinggi merah


2 TtMM: tinggi merah

4 TtMm: tinggi merah

1 TTmm: tinggi putih

2 Ttmm: tinggi putih

1 ttMM: pendek merah

2 ttMm: pendek merah

1 ttmm: pendek putih

Kesimpulan
Dari persilangan ercis batang tinggi bunga merah dengan ercis batang pendek bunga putih didapat
perbandingan genotip F2 sebagai berikut:

1 TTMM : 2 TTMm : 2 TtMM : 4 TtMm : 1 TTmm : 2 Ttmm : 1 ttMM : 2 ttMm : 1 ttmm

Adapun perbandingan fenotip F2 adalah:

Tinggi Merah : Tinggi Putih : Pendek Merah : Pendek Putih = 9 : 3 : 3 : 1

Pertanyaan no 2

Yang seriing muncul adalah pasangan gen BK (Bulat Kuning)

Pertanyaan no 3

  Faktor yang menyebabkan penyimpangan pada Hukum Mendel tersebut disebabkan karena adanya
interaksi antar gen. Penyimpangan semu hukum Mendel merupakan bentuk persilangan yang
menghasilkan rasio individu yang berbeda dengan dasar rasio menurut hukum Mendel, meskipun
prinsip-prinsip penyilangan masih mengikuti aturan hukum Mendel. Perbedaan hasil rasio tersebut
terjadi karena adanya beberapa gen yang saling mempengaruhi dalam menghasilkan fenotip (sifat yang
tampak). 

Penyimpangan tersebut terjadi karena adanya beberapa gen yang saling


memengaruhi dalam menghasilkan fenotip. 
B. Daftar Pustaka

Anil Kumar, Subbugan Ganesh, Mendelian Segregation in an Interspecific Hybrid


Population of Tetraploid X Diploid Coffea Species-Part 1, American Journal of
Bioscience and Bioengineering. Vol. 1, No. 5, 2013, pp. 55-61.
Chen, J., Griffey, C. A., Saghai, M. A. M., Stromberg, E. L., Biyashev, R. M., Zhao,
W., Chappell,
M. R., Pridgen, T. H., Dong Y. and Zeng, Z., (2006), Validation of two major
quantitative trait loci for fusarium head blight resistance in Chinese wheat line
W14, Plant Breeding, 125, 99-101.
Elrod, Susan L. & Stansfield WD. 2002. Schaum’s Outline : Teori dan Soal-Soal
Genetika Edisi Keempat. Jakarta : Erlangga.
Houle, D., (1992), Comparing Evolvability and Variability of Quantitative Traits,
Genetics Society of America, 130 , 195-204.
Phillips, W.D and T.J. Clinton. 1989. A-level Biology. Oxford : Oxford University
Press.
Sanyal, D. C., & Biswas, A. (2014). A mathematical model on genetic dihybrid and
multihybrid. TWMS Journal of Applied and Engineering Mathematics, 4(2), 259.
Sisunanadar, 2011. Penuntun Praktikum Genetika. Purwokerto : Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
Srinivasan C. S., A. Kumar, V. S. Amaravenmathy and A. Santaram, “Robusta-like
Coffee Plants with Arabica-like Cup Quality- Myth or Possibility,”ASIC,20th
International Conference on Coffee Science, Bangalore, October 2004, pp.787-
799
Suryo, 1994 . Gnetika Stratal. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Yatim wildan, 2003 . Genetika edisi ke 5. Bandung : Tarsito.

Anda mungkin juga menyukai