Anda di halaman 1dari 60

20

cairan pendingin dari radiator memuai dan untuk menjamin agar tetap

dapat mengirimkan kembali cairan pendingin ke radiator saat suhu dan

tekanan dalam radiator turun .

b). Pompa air (water pump), berfungsi mengirim atau mensirkulasikan

cairan pendingin melalui sistem pendingin dengan tekanan. Umumnya

yang banyak digunakan adalah jenis sentrifugal. Pompa air ini

ditempatkan di bagian depan blok silinder dan digerakkan oleh puli

poros engkol melalui tali kipas (V belt).

Gambar 2.2 Pompa air (water pump)

c). Thermostat, berfungsi menjaga/menyesuaikan temperatur kerja mesin

kemudian mempertahankan temperatur kerja tersebut pada saat mesin

bekerja. Pada umumnya efisiensi operasi mesin tertinggi, adalah bila

temperaturnya kira-kira pada 80o – 90oC (176 - 194oF). Thermostat

dipasang antara radiator dan sirkuit pendingin mesin. Jika cairan

pendingin masih dingin katup termostat tertutup, sirkulasi cairan

pendingin tidak melalui radiator tetapi langsung melalui pipa bypass.

Apabila temperatur cairan pendingin sudah meningkat pada temperatur


21

kerja mesin, katup thermostat terbuka dan sirkulasi cairan pendingin

melalui radiator.

Gambar 2.3 Thermostat

d). Kipas pendingin, berfungsi untuk membantu mendinginkan radiator

karena bila kendaraan tidak bergerak, udara luar tidak akan cukup

mendinginkan radiator. Kipas pendingin umunmya digerakkan oleh

poros engkol melalui tali kipas, namun ada juga kipas pendingin yang

digerakkan oleh motor listrik, kipas pendingin elektrik ini hanya

bekerja bila diperlukan, sehingga dapat menghemat tenaga mesin dan

mengurangi kebisingan bunyi kipas.

Gambar 2.4 Kipas Pendingin

Pemeriksaan sistem pendingin pada mesin dilakukan dengan

tujuan untuk memastikan komponen-komponen sistem pendingin

berfungsi secara baik, karena bila terjadi masalah maka akan


22

berdampak pada kerusakan mesin karena temperatur mesin menjadi

tidak terkontrol yang dapat menyebabkan mesin bekerja kurang

maksimal dimana temperatur kerja sulit tercapai atau terjadinya panas

berlebih (overheating) yang membuat mesin macet dan komponen

mesin rusak.

2). Pemeriksaaan Tali Kipas

Kipas pendingin umumnya digerakkan oleh tali kipas (belt),

selain itu tali kipas juga menggerakkan pompa air serta altenator.

Pompa air pada sistem pendingin selain berfungsi mensirkulasikan air

pendingin juga untuk memperoleh temperatur kerja mesin yang tepat.

Altenator berfungsi sebagai pembangkit arus, arus ini dimanfaatkan

mesin dan juga disimpan dalam baterai. Oleh sebab itu, tali kipas (drive

belt atau fan belt) ketika tune up perlu diperiksa kondisinya.

3). Pemeriksaan Saringan Udara (air filter)

Gambar 2.5 Saringan Udara Tipe Kertas

Udara luar yang dihisap sebagai elemen campuran untuk proses

pembakaran dalam silinder mesin, udara yang masuk biasanya

mengandung debu. Sehingga diperlukan saringan udara untuk

menyaring udara yang bercampur dengan debu. Sebab bila debu ikut

masuk ke dalam silinder mesin maka akan mempercepat keausan dan


23

mengotori oli pelumas, sehingga membuat masa penggunaan mesin

menjadi pendek. Saringan udara selain untuk menyaring udara yang

bercampur dengan debu, juga berfungsi untuk mengurangi kecepatan

udara yang masuk dan memperkecil suara desis udara. Saringan udara

harus diperiksa dan dibersihkan secara rutin sebab pada saringan udara,

debu yang tersaring akan menempel dan secara berangsur-angsur akan

menyumbat elemen penyaring udara yang akan mengurangi pasokan

udara pada mesin sehingga membuat tenaga mesin turun.

4). Pemeriksaan Saringan Bensin (fuel filter)

Gambar 2.6 Saringan Bensin (fuel filter)

Pada bahan bakar bensin adakalanya mengandung kotoran dan

apabila masuk ke dalam karburator maka dapat menyumbat saluran-

saluran pada komponen karburator sehingga menyebabkan masalah

pada mesin. Maka perlunya saringan bensin (fuel filter) untuk

menyaring kotoran tersebut, letak dari saringan bensin berada diantara

tangki dan pompa bahan bakar (fuel pump). Elemen dari saringan akan

menyaring kotoran pada bahan bakar berupa air, pasir atau benda asing

lainnya yan lebih berat dari bensin, kemudian mengendap pada bagian

bawah saringan bensin. Pemeriksaan saringan bensin dilakukan untuk

menghindari kotoran yang menumpuk yang akan menyebabkan


24

berkurangnya jumlah pengiriman bahan bakar ke karburator saat

dibutuhkan mesin pada kecepatan tinggi atau pada beban yang besar

dan beresiko terbawa masuk karburator bila elemen saringan sudah

terlalu kotor atau rusak.

5). Pemeriksaan Baterai

Gambar 2.7 Baterai

Baterai adalah alat elektrik kimia yang merupakan bagian dari

kelistrikan mesin. Kelistrikan mesin pada sistem kelistrikan mobil

digunakan untuk menghidupkan mesin dan menjaga agar mesin tetap

hidup. Baterai berfungsi untuk menyediakan pasokan arus listrik pada

sistem pengapian serta kepada komponen kelistrikan mobil seperti

motor starter,lampu-lampu dan sebagainya. Baterai menyimpan listrik

dalam bentuk energi kimia, konstruksi pada baterai mobil terdiri dari

elektrolit asam sulfat, elektroda positif dan negatif dalam bentuk plat,

dimana plat-plat terbuat dari timah atau berasal dari timah. Pemeriksaan

baterai dilakukan pada kondisi luar baterai dan berat jenis baterai ,

kekurangan elektrolit atau kondisi berat jenis elektrolit yang tidak

sesuai akan membuat proses penyimpanan listrik tidak optimal.


25

6). Pemeriksaan Minyak Pelumas (Oli Mesin)

Mesin terdiri dari bagian-bagian logam (metal parts) yang secara

berkelanjutan bergerak ketika mesin dinyalakan, beberapa diantaranya

ada yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain secara tetap.

Diantaranya adalah poros engkol, batang torak dan bagia-bagian

mekanisme katup. Ketika mesin mulai berputar maka akan terjadi

kontak pada bagian-bagian mesin yang menimbulkan gesekan, hal

tersebut akan menyebabkan hilangnya tenaga dan keausan pada bagian-

bagian mesin yang saling bergesakan.

Untuk mengurangi gesekan yang terjadi pada bagian-bagian

mesin, terdapat oli pelumas yang secara berkelanjutan melumasi

bagian-bagian mesin untuk mencegah keausan. Oli pelumas ini diatur

oleh sistem pelumasan pada mesin. Lapisan oli (oil film) akan terbentuk

diantara bidang yang saling bergesekan dan berfungsi untuk mencegah

kontak langsung. Sehingga ketika bidang/komponen bergerak lambat

lapisan oli, dan tidak bersinggungan langsung dengan bidang

/komponen lainnya, gesekan antara dua bagian yang bergerak tetap ada,

tetapi hanya kecil sekali.

Gambar 2.8 Sirkulasi Minyak Pelumas (Oli Mesin)


26

Sistem pelumasan pada mobil terdiri dari beberapa komponen,

antara lain :

a). Pompa oli (oil pump), berfungsi untuk menghisap oli dari bak oli (oil

pan) kemudian menekan dan menyalurkan ke bagian-bagian mesin yan

bergerak.

b). Sistem pengatur tekanan oli (oil pressure relief valve), berfungsi

mengatur tekanan oli yang disalurkan ke sistem pelumasan di dalam

rumah pompa untuk menjaga tkanan oli agar tetap konstan. Pada

tekanan minyak yang tinggi (rpm tinggi), katup akan membuka dan

kelebihan oli akan disalurkan ke bak oli melalui lubang by pass, yang

menyebabkan tekanan oli yang masuk ke sistem pelumasan dapat

dibatasi besarnya.

c). Saringan oli (oil filter), berfungsi menyaring kotoran berupa serbuk

logam, carbon, endapan lumpur atau lainnya yang bercampur dalam oli.

Saringan oli dipasang di luar mesin, agar mudah melakukan pertiannya.

Fungsi oli pelumas pada mesin (New Step 1, 1995:3.24) sebagai

berikut :

a). Oli membentuk lapisan (oil film) mencegah kontak langsung

permukaan logam dengan logam. Mengurangi gesekan dan mencegah

keausan serta panas.

b). Oli mendinginkan pada bagian-bagian mesin.

c). Berfungsi sebagai seal antara torak dengan lubang dinding silinder.

d). Mengeluarkan kotoran dari bagian-bagian mesin.


27

e). Mencegah karat pada bagian-bagian mesin.

Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang akurat, sebaiknya

pemeriksaan minyak pelumas mesin dilakukan saat kendaraan berada

di tempat yang datar. Dan mesin kendaraan sudah pada kondisi dingin

(mesin belum dihidupkan), bila mesin baru dimatikan dari posisi hidup,

maka tunda terlebih dahulu selama 4 sampai 5 menit. Jika pemeriksaan

minyak mesin segera dilakukan setelah mesin mati, minyak mesin

masih banyak yang tertinggal pada bagian-bagian mesin atau masih

dalam sirkulasi, sehingga banyaknya minyak dalam karter (oil pan)

menjadi tidak tepat.

7). Pemeriksaan Busi

Busi berfungsi untuk menyanpaikan energy dari koil yang

menghasilkan percikan antara elektroda ke dalam ruang pembakaran

mesin bensin dan untuk memulai pembakaran campuran udara dan

bahan bakar (saraswo, 2012;69).

Gambar 2.9 Busi

Arus tegangan tinggi dari distributor membangkitkan loncatan

bunga api listrik (high temperature spark) antara elektroda tengah dan
28

elektroda sisi busi untuk membakar campuran udara dengan bahan

bakar yang telah dipampatkan. Busi harus menjaga kemampuan

pengapian dalam periode yang cukup lama dalam menghadapi

pembakaran dan tekanan temperatur tinggi.

8). Pemeriksaan Kabel Tegangan Tinggi

Gambar 2.10 Pengukuran Kabel Tegangan Tinggi

Kabel tegangan tinggi atau kabel busi ini harus mampu

menyalurkan arus tegangan tinggi (high voltage current) yang

dibangkitkan dalam koil pengapian (ignition coil) ke busi-busi melalui

distributor. Karena arus yang dihasilkan memiliki tegangan yang tinggi

maka penghantar (core) dibungkus dengan karet isolator tebal, dengan

tujuan untuk mencegah kebocoran arus pada kabel tegangan tinggi

(kabel busi) tersebut. Isolator tersebut masih diberi pelindung dengan

bahan yang diberi nama sheath/ selubung. Bagian dalam kabel busi

disebut resistif (resistive wire) terbuat dari fiberglass yang dilapisi

dengan karbon dan karet sintetis yang digunakan sebagai inti (core)

untuk memberikan kekuatan dan mencegah timbulnya suara berisik

pengapian pada radio. Pemeriksaan pada kabel tegangan tinggi


29

dilakukan untuk memastikan kabel dalam kondisi baik secara fisik

maupun kemampuannya dalam menghantarkan arus listrik.

9). Pemeriksaan Distributor

Fungsi distributor adalah untuk membagi arus yang bertegangan

tinggi yang dibangkitkan oleh kumparan tegangan sukunder pada koil

pengapian ke busi-busi melalui kabel tegangan tinggi (kabel busi).

Distributor terdiri dari 4 bagian, yaitu :

Gambar 2.11 Komponen Distributor

a). Distributor itu sendiri: tutup distributor, rotor dan body distributor.

b). Platina, yaitu bagian yang berfungsi sebagai pemutus arus (terdiri dari

platina, nok/cam dan kapasitor). Bagian ini berfungsi memutuskan arus

primer pada koil untuk membangkitkan tegangan tinggi pada kumparan

koil sekunder.

c). Governor advancer, yaitu bagian yang berfungsi untuk memajukan saat

pengapian disesuaikan dengan pertambahan putaran mesin.

d). Vacuum advancer, yaitu bagian yang bekerja karena adanya

kevakuman pada intake manifold. Pada waktu throttle dibuka tiba-tiba


30

(akselerasi), dengan terjadinya kevakuman akan menarik diaphragm

yang berhubungan dengan dudukan platina (backing plate), sehingga

dapat mempercepat masa pengapian. Bila throttle membuka penuh,

maka penarikan diaphragma akan berkurang.

b. Pekerjaan saat mesin dihidupkan, meliputi pemeriksaan :

1). Pemeriksaan Dwell Angle

Gambar 2.12 Sudut Dwel (Dwell Angle)

Yang dimaksud dwell angle adalah besar sudut selama platina

menutup atau sudut yang dibentuk oleh platina saat mulai menutup

sampai mulai membuka. Dwell angle diperiksa dengan ketentuan bila

mesin berputar pada putaran rendah (idling). Sebelum memulai

pemeriksaan dwell angle terlebih dahulu mesin dihidupkan dan

dipanaskan (warming up),kemudian menyetelnya pada putaran idling.


31

2). Pemeriksaan Waktu Pengapian

Gambar 2.13 Pengukuran Waktu Pengapian

Pemeriksaan waktu pengapian atau saat terjadinya pengapian

adalah untuk mengetahui ketepatan saat terjadinya pengapian sudah

sesuai dengan standar atau belum. Untuk memeriksa saat terjadinya

pengapian biasanya digunakan timing light, bila belum sesuai maka

yang disetel adalah distributor, sehingga tanda pengapian cocok dengan

tanda yang terdapat puli poros engkol. Dalam keadaan ini pengukur

oktan (octane selector) harus disetel pada posisi standar (strip besar

pada posisi nol).

c. Pekerjaan setelah mesin dipanaskan, meliputi pemeriksaan :

1). Penyetelan Celah Katup

Gambar 2.14 Celah Katup


32

Prinsip kerja mesin 4 langkah (4 stroke) terdiri dari langkah hisap,

kompresi, usaha, dan buang. Bekerjanya katup membuka dan menutup

adalah hanya pada langkah hisap dan buang. Mekanisme katup

dirancang sedemikian rupa dimana sumbu nok (cam shaft) berputar satu

kali untuk menggerakkan katup hisap dan katup buang untuk setiap kali

poros engkol berputar dua putaran penuh. Bila poros engkol berputar

akan menggerakkan sumbu nok melalui sabuk (belt) atau rantai, nok

yang terdapat pada sumbu nok akan menekan pengangkat katup (valve

lifter) dan katup-katup akan membuka.

Celah katup (valve clearance) diperlukan untuk mencegah

kerusakan pada saat katup bekerja yang disebabkan pemuian pada

bagian-bagian mesin. Sebelum melakukan penyetelan celah katup,

terlebih dahulu rocker arm diperiksa dan batang katup apakah

pelumasannya dapat berjalan dengan baik. Mesin dihidupkan pada

putaran idling dan dibiarkan sampai temperatur air pendinginnya

mencapai 75 °C sampai 85 °C dan celah katup dapat diukur sesuai

ukuran yang telah ditetapkan.

Pemeriksaan dilakukan, karena saat mesin hidup komponen

mekanisme katup yang jumlahnya banyak bergerak bergesekan dan

mendapat gaya ke berbagai arah serta beban panas, maka semakin lama

komponen semakin aus pada sistem penekan katup dan pada daun katup

dan dudukannya serta pengikat kendor, sehingga celah katup menjadi


33

berubah besar, Keausan Celah menjadi besar. Karena keausan-keausan

tersebut tidak merata, celah katup berubah dan perlu distel.

2). Pemeriksaan Kompresi

Gambar 2.15 Pemeriksaan Kompresi

Sesudah mesin dipanaskan pada temperatur kerja mesin,

pengukuran tekanan kompresi dilakukan pada tiap silindernya dengan

menggunakan alat ukur kompresi (compression tester). Pekerjaan

mengukur tekanan kompresi harus dilakukan dua orang. Seorang duduk

di ruang kemudi untuk menekan pedal gas sepenuhnya agar katup

throttle terbuka lebar, sedangkan seorang lagi menekan alat ukur

tekanan kompresi ke lubang busi.

3). Pemeriksaan Kerja Karburator

Gambar 2.16 Pemeriksaan Kerja Karburator

Fungsi karburator adalah untuk mengatur campuran udara dan

bahan bakar menjadi bentuk yang mudah terbakar (kabut). Prinsip kerja
34

karburator pada dasarnya sama dengan prinsip pengecetan dengan

semprotan. Jika udara ditiup, maka udara akan mengalir cepat diatas

ujung saluran vertikal, akibatnya pada ujung saluran terjadi vakum,

maka terjadi perbedaan tekanan antara ujung saluran yang vakum dan

tekanan atmosfir yang menekan cairan, akibatnya cairan akan

terisap/bergerak keatas sendiri (pada saluran vertikal), dan akan ikut

terbawa dan bercampur dengan udara tiupan yang mengalir.

Karburator memiliki sistem-sistem agar dapat melayani kebutuhan

mesin dalam berbagai kondisi dan beban mesin. Sistem tersebut adalah

sistem pelampung, sistem start dingin, sistem idle dan perpindahan,

sistem utama, sistem pengaya, sistem percepatan dan sistem tambahan

seperti sistem idle-up. Sehingga pemeriksaan kerja karburator penting

untuk dilakukan.

4. Langkah Kerja Tune Up Mobil

Dalam melaksanakan pemeliharaan berkala mesin/tune up kendaraan

ringan, tidak harus mengikuti urutan pekerjaan seperti pada langkah kerja di

bawah ini, disesuaikan dengan kondisi mesin saat akan dilakukan

pemeliharaan, misalnya kendaraan yang baru datang di bengkel dengan

kondisi mesin yang panas, sebaiknya dilakukan pekerjaan yang

mensyaratkan mesin panas dahulu, tetapi tetap mengindahkan pesyaratan

yang lainnya. Namun untuk penyetelan idle (putaran mesin dan campuran)

harus dilakukan paling akhir setelah semua pekerjaan utama tune


35

up/pemeliharaan berkala diselesaikan dengan baik. Berikut ini langkah kerja

tune up (Pedoman Reparasi Mesin Seri K, 1981:2.2-2.25)

a. Mempersiapkan Peralatan Kerja

1). Tool set.

2). Buku manual.

3). Alat ukur, meliputi : tune up tester, multimeter, radiator tester, radiator

cup tester, spring scale, kunci momen (torque wrench), hydrometer,

feeler gauge dan mistar baja.

4). Perlengkapan servis yang lain adalah : kompresor, air gun dan kain lap

bersih.

b. Pemeriksaan Sistem Pendinginan

1). Pemeriksaan Tinggi Air Pendingin

Gambar 2.17 Pemeriksaan Tinggi Air Pendingin

Jika tinggi air kurang, isi hingga garis FULL pada tangki cadangan

(reservoir tank).

2). Pemeriksaan Air Pendingin

Gambar 2.18 Pemeriksaan Air Pendingin


36

Periksa air pendingin dari kemungkinan terdapat oli, karat atau kotoran.

3). Pemeriksaan Radiator

Gambar 2.19 Pemeriksaan Radiator

Periksa radiator dari kemungkinan terdapat :

a). Kerusakan atau berubahnya bentuk dari radiator atau slang.

b). Klem slang longgar.

c). Kerusakan atau berkaratnya kisi-kisi radiator.

d). Kebocoran pompa air, inti radiator (core) atau longgarnya penyumbat

penguras air.

4). Pemeriksaan Tutup Radiator

Gambar 2.20 Pemeriksaan Tutup Radiator

Gunakan alat radiator cup tester, periksa tegangan pegas dan

kedudukan katup vakum dari tutup radiator, dengan memberikan

tekanan 0,6 – 1,2 kg/cm2.


37

5). Pemeriksaan Sirkulasi Air Pendingin

Gambar 2.21 Pemeriksaan Sirkulasi Air Pendingin

Periksa sistem/sirkulasi air pendingin dilakukan saat mesin hidup.

c. Pemeriksaan Tali Kipas

Gambar 2.22 Pemeriksaan Tali Kipas Secara Visual

Periksa tali kipas secara visual dari kemungkinan :

1). Retak, berubah bentuk, terlalu kencang atau aus

2). Terkena oli atau gemuk

3). Posisi persinggungan yang tidak sempurna antara tali dan puli
38

Gambar 2.23 Pemeriksaan Kekencangan Tali Kipas

Periksa dan atur kekencangan tali kipas, dengan memberikan tekanan

10 kg. Tali harus menunjukkan kekencangan spesifikasi berikut :

1). Selain mesin 5K

a). Pompa Air – Alternator : 7-11mm

b). Engkol – Kompresor : 11-14mm

2). Mesin 5K

a). Pompa Air – Alternator : 7-11mm

b). Engkol – Kompresor : 12-16mm

d. Pemeriksaan Saringan Bensin (Fuel Filter)

1). Pemeriksaan rumah saringan dari kemungkinan retak atau berubah

bentuk.

2). Glass beserta elemennya dibersihkan dan dicuci dengan bensin.

3). Pemeriksaan gasget (packing), bila sudah retak atau putus, harus

diganti.
39

e. Pemeriksaan Saringan Udara (Air Filter)

Gambar 2.24 Penyemprotan Saringan Udara (Air Filter)

Periksa secara visual elemen saringan udara dari kemungkinan

kerusakan. Bersihkan elemen saringan udara dengan udara bertekanan,

penyemprotan elemen dilakukan dari dalam ke luar. Jika elemen koyak

atau terlalu kotor, ganti dengan yang baru.

f. Pemeriksaan Baterai

1). Pemeriksaan Baterai Secara Visual

Gambar 2.25 Pemeriksaan Baterai Secara Visual

Periksa baterai dari kemungkinan :

a). Penyangga baterai berkarat.

b). Hubungan terminal longgar.

c). Terminal berkarat atau rusak.

d). Baterai rusak atau bocor.

2). Pemeriksaan Tegangan dan Berat Jenis Elektrolit Baterai

a). Periksa tegangan baterai menggunakan voltmeter.


40

b). Periksa berat jenis elektrolit pada setiap sel menggunakan hydrometer,

spesifikasi berat jenis elektrolit secara normal adalah pada temperatur

suhu 20 °C. Bila pengukuran berat jenis pada temperatur lain harus di

konversikan menurut rumus berikut :

𝑆 (° ) = 𝑆 + 0.0007 𝑥 (𝑡 − 20)

S20 = Berat jenis pada 20℃.

St = Nilai pengukuran dari berat jenis.

t = Temperatur elektrolit saat pengukuran dilakukan.

Tindakan berikut harus dilakukan sesuai dengan hasil pengukuran berat

jenis.

Tabel 2.1 Pengukuran Berat Jenis Baterai dan Tindakan

Pengkuran Tindakan

Tambahkan air suling agar berat


1.300 ATAU LEBIH
jenis berkurang
1.290 – 1.220 TIDAK PERLU (OK)
Lakukan pengisian penuh, ukur
1.210 ATAU KURANG berat jenis. Jika masih di bawah
1.210, ganti baterai.
PERBEDAAN BERAT
JENIS ANTAR SEL TIDAK PELU (OK)
KURANG DARI 0.040
Lakukan pengisian penuh, ukur
PERBEDAAN BERAT berat jenis. Jika perbedaan berat
JENIS ANTAR SEL 0.040 jenis antar sel melebihi 0.030, setel
ATAU LEBIH berat jenis. Jika tidak bisa
dilakukan, ganti baterai.
(New Step 1, 1995:6.9)
41

c). Periksa volume elektrolit pada setiap sel, jika volume elektrolit tidak

berada pada ketinggian yang semestinya, isilah dengan air suling.

d). Pemeriksaan lubang penguapan pada tutup, kemudian disemprot

dengan udara bertekanan dari kompresor.

g. Pemeriksaan Oli Mesin

1). Periksa Tinggi Oli Mesin

Gambar 2.26 Pemeriksaan Tinggi Oli Mesin

Lihat batang pengukur (bersihkan terlebih dahulu ujung batang sebelum

mengukur tinggi oli mesin). Ketinggian oli harus berada antara tanda

Low dan Full. Jika lebih rendah periksa kemungkinan kebocoran

kemudian tambah oli hinggga tanda Full.

2). Periksa Kualitas Oli Mesin

Gambar 2.27 Pemeriksaan Kualitas Oli Mesin

Periksa oli dari kemungkunan sudah kotor, tercampur air, berubah

warna, atau terlalu encer.

h. Pemeriksaan Busi

1). Periksa Busi Secara Visual


42

Gambar 2.28 Pemeriksaan Busi Secara Visual

Periksa busi dari kemungkinan terdapat hal-hal berikut :

a). Retak atau kerusakan pada ulir dan isolator.

b). Keausan elektroda.

c). Gasker rusak.

d). Elektroda terbakar atau terdapat kotoran yang berlebihan. Bersihkan

elektroda jika terdapat kotoran.

2). Penyetelan Celah Busi

Gambar 2.29 Penyetelan Celah Busi

Pemeriksaan dan penyetelan celah busi yaitu antara 0,7 sampai 1,0 mm.

i. Pemeriksaan Kabel Tegangan Tinggi

Gambar 2.30 Pemeriksaan Tahanan Kabel Tegangan Tinggi


43

Pemeriksaan resistance/tahanan kabel dengan ohmmeter (kondisi baik

bila kurang dari 25 KΩ).

Gambar 2.31 Cara Melepas Kabel Busi

Catatan Penting : Saat menarik kabel busi, tariklah dengan memegang

bagian ujun kabelnya, jangan menarik pada bagian tengah kabel. Bila

kabel busi longgar waktu dipasang pada terminalnya, maka harus

diperbaiki dengan menggunakan tang jepit.

j. Pemeriksaan Distributor

1). Periksa Tutup Distributor

Gambar 2.32 Periksa Tutup Distributor

Periksa tutup distributor dan rotor dari kemungkinan :

a). Retak, cacat, berkarat, terbakar atau lubang kabel kotor.

b). Terminal elektroda terbakar.

c). Pegas bagian tengah lemah.


44

2). Periksa dan Setel Celah Platina

Gambar 2.33 Pemeriksaan dan Penyetelan Celah Platina

a). Periksa kondisi platina, jika terbakar parah atau berlubang-lubang,

platina harus diganti.

b). Setel celah platina dan pegas penahan, spesifikasi celah : 0,45 mm.

3). Periksa Kerja dari Governor Advencer

Gambar 2.34 Pemeriksaan Kerja Governor Advencer

a). Periksa dengan cara memutar rotor (kondisi baik bila rotor segera

kembali ke tempat semula), dan posisi rotor tidak terlalu longgar.

Gambar 2.35 Pemeriksaan Kerja Governor Advencer (Mesin Hidup)


45

b). Hidupkan mesin dan lepaskan selang vakum dari distributor. Lihat

tanda waktu, jika berubah-bah sesuai dengan putaran mesin, maka

kondisi baik.

4). Periksa kerja dari percepatan vakum (Vacuum Advencer)

Gambar 2.36 Pemeriksaan kerja Vacuum Advencer

Hubungkan selang vakum distributor, Vacuum advancer dalam kondisi

baik bila oktan selektor berubah-ubah sesuai dengan pembukaan dan

penutupan katup trotel.

k. Pemeriksaan Dwell Angle

Gambar 2.37 Pemeriksaan Dwell Angle

Periksa sudut dwell menggunakan dwell tester. Spesifikasi sudut Dwell

52⁰ ± 6⁰.

l. Pemeriksaan Waktu Pengapian

Gambar 2.38 Penyetelan Posisi Oktan Selektor


46

1). Jika posisi oktan selektor tidak sesuai tanda, rubah hingga sesuai

dengan penanda.

2). Lepaskan selang vakum dari sub-diagpragma distributor dan sumbat

ujung selangnya.

Gambar 2.39 Pemeriksaan Waktu Pengapian

3). Dengan mesin berputar idling, gunakan timing light untuk memeriksa

saat pengapian. Saat pengapian : 5⁰ ± 2⁰ sebelum TMA, idling maksimal

900 rpm.

4). Hubungkan kembali selang vakumnya pada distributor. Kemudian

periksa saat pengapian. Saat pengapian : 12⁰ ± 3⁰ sebelum TMA, idling

maksimal 900 rpm.

m. Penyetelan Celah Katup

Gambar 2.40 Penyetelan Posisi Silinder

1). Panaskan terlebih mesin terlebih dahulu dan kemudian dimatikan.

2). Setel posisi silinder no 1 pada TMA (Titik Mati Atas) / kompresi.
47

3). Kencangkan kembali baut-baut kepala silinder dan rocker arm. Momen

pengencangan : Baut kepala silinder : 5,4 – 6,6 kgf-m ; Baut rocker arm

: 1,8- 2,4 kgf-m.

Gambar 2.41 Penyetelan Celah Katup

4). Ukurlah celah katup antara batang katup dengan dengan rocker arm,

setel celah katup sesuai dengan panah pada gambar di atas. Spesifikasi

celah katup : Hisap : 0,20 mm ; Buang : 0,30 mm.

5). Putar poros engkol (crankshaft) 360⁰. Kemudian setel katup-katup lain

sesuai panah.

n. Pengukuran Kompresi

1). Panaskan mesin, kemudian matikan mesin.

2). Lepaskan semua busi.

3). Lepaskan kabel tegangan tinggi dari koil pengapian agar aliran

sekunder terputus.

Gambar 2.42 Pengukuran Kompresi

4). Masukkan alat pengukuran kompresi ke dalam lubang busi.


48

5). Buka katup trotel sepenuhnya dan baca tekanan kompresi sementara

mesin diputar dengan motor starter.

Gambar 2.43 Posisi Pengukuran Kompresi

6). Usahakan agar pengukuran dilakukan dalam waktu yang singkat.

Spesifikasi putaran : 250 rpm ; tekanan kompresi : 12,6 kg/cm2, limit :

9,5 kg/cm2. Perbedaan tekanan antar masing-masing silinder 1,0

kg/cm2.

o. Pemeriksaan Kerja Karburator

1). Katup Trotel

Gambar 2.44 Posisi Pemeriksaan Katup Trotel

Katup harus membuka penuh ketika pedal gas ditekan penuh.

2). Pompa Akselerasi

Gambar 2.45 Posisi Pemeriksaan Pompa Akselerasi

Bensin harus tersembur ke luar dari jet ketika katup trotel terbuka.
49

3). Cuk

Gambar 2.46 Pompa Akselerasi Cuk

Katup cuk harus tertutup penuh apabila tombol cuk ditarik penuh.

Begitu juga sebaliknya, katup cuk harus terbuka penuh ketika tombol

cuk dikembalikan.

p. Penyetelan Karburator

1). Penyetelan karburator dan kondisi pengukuran harus dengan cara

sebagai berikut :

a). Saringan udara dilepas

b). Mesin pada suhu kerja normal

c). Cuk karburator terbuka penuh

d). Semua perlengkapan tambahan pada kendaraan dimatikan

e). Semua saluran vakum dihubungkan

f). Transmisi pada posisi “N” (Netral)

g). Waktu pengapian tepat

h). Tachometer terpasang

2). Penyetelan putaran dan campuran idle

a). Hidupkan mesin


50

b). Setel hingga putaran maksimum dengan memutar sekrup penyetel

putaran gas atau speed adjusting screw (ISAS).

Gambar 2.47 Penyetelan Sekrup Penyetel Putaran Gas

c). Setel putaran campuran idle dengan memutar sekrup penyetel putaran

idle. Spesifikasi putaran campuran idle : 800 rpm.

Gambar 2.48 Penyetelan Sekrup Penyetel Putaran Idle

d). Lakukan langkah (2) dan (3) hingga didapat putaran maksimal yang

paling optimal, tidak tergantung pada berapa banyak memutar sekrup

penyetel campuran idle. Spesifikasi putaran idle : 750 rpm.

5. Pelaksanaan Kompetensi Tune Up Mobil

Dalam kegiatan perawatan berkala mesin mobil pada kompetensi tune

up mobil memiliki perbedaan pada kondisi nyata mesin kendaraan yang

digunakan untuk perjalanan sehari-hari dengan engine stand yang

digunakan untuk praktik bengkel di sekolah, hal tersebut dikarenakan pada

kendaraan ringan (mobil) yang digunakan untuk perjalan sehari-hari akan

menerima goncangan, debu maupun beban yang bervariasi, perubahan

kecepatan, jalan yang naik dan turun maupun jalan yang tidak rata, oleh
51

karena itu setiap periodik jarak tempuh pada kendaraan perlu dilakukan

servis yang berfungsi :

a. Membersihkan mesin dari debu karena debu sering mengganggu

kompenen gerak mekanis.

b. Pelumas pasta sering kering akibat terserang debu, sehingga perlu

supply pelumas pasta secara manual.

c. Pengontrolan kualitas dan kuantitas bahan penunjang operasional

seperti air pendingin maupun pelumas cair.

d. Pengontrolan baut pengikat yang memungkinkan terjadi pergeseran

akibat goncangan.

e. Pengontrolan kualitas mekanisme yang memerlukan penyetelan.

f. Usai servis, maka dilakukan uji kerja oleh teknisi untuk dirasakan unjuk

kerja dan fungsi kerja komponen penunjang (rem, grid, accelery).

(Ngubaidi Achmad, 2018:1-2)

6. Indikator Kompetensi Tune Up Mobil

Indikator adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi

untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi

acuan penilaian mata pelajaran (Mulyasa, 2007:139). Dalam Panduan

Pengembangan Indikator (2010) disebutkan bahwa indikator merupakan

penanda pencapaian Kompetensi Dasar (KD) yang ditandai oleh perubahan

perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan

ketrampilan (Kemdiknas, 2010:3). Dalam pelaksanaan tune up kendaraan

khususnya untuk mesin konvensional, agar mampu melaksanakan servis


52

berkala atau tune up secara baik dan benar terdapat indikator-indikator yang

harus dicapai oleh peserta didik (Bintoro, 2013:3), antara lain peserta didik

mampu :

a. Menjelaskan pengertian, tujuan dan persyaratan pemeliharaan berkala

atau tune up kendaraan ringan.

b. Menyiapkan, menggunakan dan merawat tempat kerja dan peralatan

perawatan berkala sesuai dengan prosedur yang benar.

c. Melaksanakan pemeliharaan berkala/tune up kendaraan ringan.

d. Melaksanakan pemeliharaan berkala/tune up sistem pelumasan dan

pendinginan mesin kendaraan ringan.

e. Melaksanakan pemeliharaan berkala/tune up sistem pengapian mesin

kendaraan ringan.

f. Melaksanakan pemeliharaan berkala/tune up sistem bahan bakar bensin

mesin kendaraan ringan.

B. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Segala sesuatu yang kita lakukan tentunya mempunyai tujuan dan

latar belakang yang mendorong kita untuk melakukan kegiatan tersebut.

Begitu juga dalam proses belajar, dimana latar belakang, tujuan dan

keinginan yang dimiliki oleh peserta didik dan mampu mendorongnya

selalu mengikuti kegiatan pembelajaran inilah yang sering kita kenal dengan

motivasi belajar.
53

Motivasi adalah kondisi internal dan eksternal yang mempengaruhi

bangkitnya arah serta tetap berlangsungnya suatu kegiatan / tingkah laku

(Martin dan Briggs dalam Wena, 2016:32). Menurut Mc Donald, motivasi

adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan

timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan (Mc Donald dalam

Erwin Widiasworo, 2016:15).

Sedangkan belajar adalah sebuah proses perubahan tingkah laku yang

meliputi perubahan kecenderungan manusia, seperti sikap minat atau nilai

dan perubahan kemampuannya, yakni peningkatan kemampuan untuk

melakukan berbagai jenis performance (kinerja). Perubahan tingkah laku

tersebut harus dapat bertahan selama jangka waktu tertentu (Gagne dalam

Erwin Widiasworo, 2016:18). Menurut Slameto (2003) Belajar ialah suatu

proses usaha yang dilakukan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamanya sendiri

dalam interaksinya dengan lingkunganya (Slameto, 2003:2).

Menurut Clayton Alderter dalam H. Nashar (2004) Motivasi belajar

adalah kecenderungan siswa dalam melakukan kegiatan belajar yang

didorong oleh hasrat untuk mencapai prestasi hasil belajar sebaik mungkin.

Motivasi belajar juga merupakan dorongan internal dan eksternal yang

menyebabkan seseorang (individu) untuk bertindak atau berbuat mencapai

tujuan, sehingga perubahan tingkah laku pada diri siswa diharapkan terjadi

(Clayton Alderter dalam H. Nashar, 2004:42). Menurut Abraham Maslow,

motivasi belajar adalah kebutuhan untuk mengembangkan kemampuan diri


54

secara optimum, sehingga mampu berbuat yang lebih baik, berprestasi dan

kreatif (Abraham Maslow dalam H. Nashar, 2004:42).

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

motivasi belajar adalah kondisi psikologis yang mendorong siswa untuk

belajar dengan senang dan belajar secara sungguh-sungguh untuk menjadi

lebih baik, berprestasi dan kreatif, dimana motivasi tersebut dapat berupa

motivasi intrinsik/internal yaitu motivasi yang berasal dari diri peserta didik

maupun motivasi ekstrinsik/eksternal yang merupakan motivasi yang

datang dari luar (guru, orangtua, lingkungan dan lainnya)

2. Pentingnya Motivasi Belajar

Dalam proses belajar dan pembelajaran terdapat berbagai komponen

khususnya pengajar dan peserta didik, akan dapat bekerja maksimal apabila

terdapat suatu dorongan untuk melakukan hal tersebut, yaitu motivasi.

Kegiatan pembelajaran sudah seharusnya dilakukan dengan berpusat pada

peserta didik. Motivasi harus ada pada diri peserta didik agar mereka

mampu mengikuti kegiatan pebelajaran dan berhasil mencapai kompetensi

tertentu.

Menurut Erwin Widiasworo (2016) Motivasi mempunyai nilai dalam

menentukan keberhasilan, demokratisasi pendidikan, membina kreativitas

dan imajinasi guru, pembinaan disiplin kelas, dan menentukan efektivitas

belajar (Erwin Widiasworo, 2016:20). Menurut Made Wena (2016)

menyatakan bahwa, jika motivasi belajar siswa rendah, strategi apapun yang

digunakan dalam pembelajaran, tidak akan mampu meningkatakan hasil


55

belajar siswa (Made Wena, 2016:13). Oleh karena itu, motivasi merupakan

prinsip yang harus dikembangkan supaya kegiatan belajar dapat terjadi

secara efektif.

3. Fungsi Motivasi Belajar

Proses belajar akan berhasil salah satunya apabila peserta didik

memiliki motivasi yang tinggi dalam belajar. Menurut Sardiman (2000:83)

Fungsi motivasi belajar adalah keseluruhan kemampuan dalam

menggerakan diri seseorang yang mengakibatkan adanya kegiatan belajar

dan memberikan arah pada kegiatan tersebut. Terdapat tiga fungsi motivasi

belajar yakni sebagai berikut :

a. Mendorong manusia untuk berbuat

Sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam

hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan

dikerjakan.

b. Menentukan arah perbuatan

Yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi

dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai

dengan rumusan tujuannya.

c. Menyeleksi perbuatan

Yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang

serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan yang tidak

bermanfaat dengan tujuan tersebut.


56

Oemar Hamalik (2003:161) juga mengemukakan tiga fungsi motivasi,

yaitu :

a. Mendorong timbulnya kelakuan atau sesuatu perbuatan

Tanpa motivasi maka tidak akan timbul suatu perbuatan seperti belajar.

b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah

Artinya menggerakkan perbuatan ke arah pencapaian tujuan yang

diinginkan.

c. Motivasi berfungsi penggerak

Motivasi ini berfungsi sebagai mesin, besar kecilnya motivasi akan

menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan atau perbuatan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi motivasi

adalah pendorong, pengarah dan penggerak tingkah laku. Sehingga

seseorang memiliki keinginan untuk melakukan suatu perbuatan tertentu

untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

4. Indikator Motivasi Belajar

Sardiman A.M (2011: 83) mengemukakan ciri-ciri motivasi yang ada

pada siswa di antaranya adalah:

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus dalam waktu

yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa) tidak memerlukan

dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas

dengan prestasi yang telah dicapainya).

c. Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah.


57

d. Lebih senang bekerja mandiri.

e. Cepat bosan pada tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,

berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang efektif).

f. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu).

g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini itu.

h. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Menurut Martin Handoko (1992:59) untuk mengetahui kekuatan

motivasi belajar siswa dapat dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut:

a. Kuatnya kemauan untuk berbuat.

b. Jumlah waktu yang disediakan untuk belajar.

c. Kerelaan meninggalkan kewajiban/tugas yang lain.

d. Ketekunan dalam mengerjakan tugas.

Hamzah B. Uno (2011: 23) menyebutkan indikator motivasi belajar

yang berbeda, dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Adanya hasrat dan keinginan berhasil.

b. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.

c. Adanya harapan atau cita-cita masa depan.

d. Adanya penghargaan dalam belajar.

e. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

f. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan

seorang siswa dapat belajar dengan baik.

Apabila peserta didik sudah memiliki ciri-ciri seperti uraian di atas

artinya peserta didik telah memiliki motivasi belajar tinggi yang akan sangat
58

membantu peserta didik dalam proses pembelajaran yang lebih baik dan

efektif. Kegiatan belajar akan berhasil dengan baik apabila peserta didik

tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan

hambatan secara mandiri, siswa belajar dengan baik tidak akan terjebak

pada sesuatu rutinitas dalam arti selalu mencari sesuatu yang menambah

pengetahuan dan pemahamannya.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar peserta

didik. Faktor-faktor tersebut dapat berupa faktor yang berasal dari dalam

diri peserta didik itu sendiri yang disebut dengan faktor intrinsik. Faktor lain

yang dapat mempengaruhi motivasi belajar dapat berasal lingkungan (luar)

peserta didik, disebut dengan faktor ekstrinsik.

Menurut Hamzah B. Uno (2011) motivasi belajar dapat timbul karena

faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik yang mempengaruhi

motivasi belajar berupa hasrat dan keinginan berhasil, dorongan kebutuhan

belajar, serta harapan akan cita-cita. Faktor ekstrinsik yang mempengaruhi

motivasi belajar meliputi adanya penghargaan, lingkungan belajar yang

kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik (Hamzah B. Uno, 2011: 23).

Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Erwin Widiasworo (2016)

motivasi belajar dapat dipengaruhi oleh faktor intrinsik yang merupakan

faktor dari dalam diri peserta didik itu sendiri dimana faktor ini memiliki

peran paling besar dalam menentukan motivasi belajar. Faktor intrinsik

berupa sifat, kebiasaan dan kecerdasan, kondisi fisik serta psikologis.


59

Sedangkan faktor lain yang juga penting dalam motivasi belajar adalah

faktor ekstrinsik berupa lingkungan belajar, sarana prasarana, guru dan

orangtua (Erwin Widiasworo, 2016:29).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan untuk meraih motivasi

belajar yang tinggi bagi siswa, harus diperhatikan faktor yang

mempengaruhinya baik intrinsik maupun ekstrinsik. Peserta didik harus

menyadari dengan sengaja untuk melakukan kegiatan dan kebutuhan belajar

untuk meraih tujuan (cita-cita). Faktor ekstrinsik harus disertai penghargaan

(pujian), diperlukan lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar

yang menarik. Dalam hal ini peran guru dan orang tua diperlukan untuk

menciptakan suasana yang kondusif serta membantu anaknya dalam belajar.

6. Strategi Motivasi Belajar

Menurut Erwin Widiasworo (2016) menyatakan bahwa, strategi yang

dapat dilakukan guna membangkitkan motivasi belajar peserta didik adalah

dengan mengenali dan memahami karakter peserta didik, dalam hal ini

mencakup kecerdasan, gaya belajar, dan pontensi yang dimiliki oleh peserta

didik. Ketiga hal tersebut merupakan karakter yang dapat mempengaruhi

motivasi belajar peserta didik (Erwin Widiasworo, 2016:42).

Menurut Catharina Tri Anni (2006: 186-187) strategi motivasi belajar

adalah salah satu tolak ukur menentukan keberhasilan dalam pembelajaran.

Ada beberapa strategi motivasi belajar antara lain sebagai berikut :

a. Membangkitkan minat belajar


60

Pengaitan pembelajaran dengan minat siswa adalah sangat penting dan

karena itu tunjukkanlah bahwa pengetahuan yang dipelajari itu sangat

bermanfaat bagi mereka. Cara lain yang dapat dilakukan adalah

memberikan pilihan kepada siswa tentang materi pembelajaran yang

akan dipelajari dan cara-cara mempelajarinya.

b. Mendorong rasa ingin tahu

Guru yang terampil akan mampu menggunakan cara untuk

membangkitkan dan memelihara rasa ingin tahu siswa dalam kegiatan

pembelajaran. Metode pembelajaran studi kasus, diskoceri, inkuiri,

diskusi, curah pendapat, dan sejenisnya merupakan beberapa metode

yang dapat digunakan untuk membangkitkan hasrat ingin tahu siswa.

c. Menggunakan variasi metode penyajian yang menarik

Motivasi untuk belajar sesuatu dapat ditingkatkan melalui penggunaan

materi pembelajaran yang menarik dan juga penggunaan variasi metode

penyajian.

d. Membantu siswa dalam merumuskan tujuan belajar

Prinsip yang mendasar dari motivasi adalah anak akan belajar keras

untuk mencapai tujuan apabila itu dirumuskan atau tetapkan oleh diriya

sendiri dan bukan dirumuskan atau ditetapkan oleh orang lain.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan strategi yang dapat

dilakukan guna membangkitkan dan meningkatkan motivasi belajar

peserta didik adalah adanya perumusan tujuan belajar agar peserta didik

belajar keras untuk mencapai tujuan apabila itu dirumuskan atau tetapkan
61

oleh diriya sendiri. Peran guru adalah dengan mengenali kemampuan

kecerdasan, gaya belajar, dan pontensi dari peserta didik, karena ketiga

hal tersebut merupakan karakter yang dapat mempengaruhi motivasi

belajar peserta didik. Selain itu memberikan dorongan rasa ingin tahu

peserta didik dengan memberikan variasi motode pembelajaran yang

menarik akan meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

C. Praktik Kerja Industri

1. Pengertian Praktik Kerja Industri

Menurut Made Wena (1997) mengatakan bahwa pemanfaatan dua

lingkungan belajar disekolah dan diluar sekolah dalam proses pendidikan

itulah yang disebut dengan program Praktik Kerja Industri (Made Wena,

1997:30). Sedangkan menurut Supriadi (2002) menyatakan bahwa Praktek

Kerja Industri adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan keahlian

kejuruan, yang memadukan secara sistemik dan sinkron program

pendidikan di sekolah dan program belajar melalui program bekerja

langsung pada bidang pekerjaan yang relevan, terarah untuk mencapai

penguasaan kemampuan keahlian tertentu (Supriadi, 2002:242).

Praktik Kerja Industri adalah suatu bentuk penyelenggaranaan

pendidikan keahlian profesional yang memadukan secara sistematis dan

sinkron program pendidikan di sekolah dan penguasaaan keahlian yang

diperoleh melalui kegiatan belajar langsung didunia kerja terarah untuk

mencapai tingkat keahlian tertentu (Depdikbud dalam Indro, 2004:1)


62

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa praktik kerja

industri bertujuan untuk penyelenggaraan pendidikan kejuruan yang

memadukan program pendidikan di dalam sekolah dan program pelatihan

di dunia kerja (luar sekolah) yang terarah untuk mencapai tujuan pendidikan

kejuruan.

Praktik Kerja Industri merupakan salah satu bentuk usaha pemerintah

untuk mencapai tujuan pendidikan SMK, dimana tujuan dari pendidikan

SMK adalah guna mempersiapkan siswa agar siap memasuki dunia kerja.

Dipertegas dalam UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 pasal (15) bahwa SMK

sebagai bentuk satuan pendidikan kejuruan merupakan pendidikan

menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam

bidang tertentu. Peserta didik perlu melaksanakan Praktik Kerja Industri di

dunia usaha atau industri dalam kurun waktu 4-6 bulan (Dekdiknas, 2003)

2. Tujuan Praktik Kerja Industri

Oemar Hamalik (2005) mengemukakan bahwa praktik kerja industri

bertujuan untuk mengembangkan kemampuan profesional aspek

keterampilan manajemen sesuai dengan tujuan program pelatihan yang

hendak dicapai. Adanya kegiatan praktik kerja industri diharapkan dapat

meningkatkan kemampuan siswa agar memiliki kesiapan memasuki dunia

kerja (Oemar Hamalik, 2005:92).

Praktik kerja industri dilaksanakan untuk melatih keterampilan

peserta didik dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki sesuai dengan


63

program kehalian yang ditempuh. Tujuan Praktik Industri menurut

Wardiman Djojonegoro (1998:79) adalah :

a. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian profesional yaitu

tenaga kerja yang memiliki tingkat pengetahuan, ketrampilan dan etos

kerja yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja.

b. Meningkatkan dan memperkokoh keterkaitan dan kesepakatan (link and

match) antara lembaga pendidikan dan pelatihan kejuruan.

c. Meningkatkan efisiensi penyelenggaraan dan pelatihan kerja yang

berkualitas profesional dengan memanfaatkan sumber daya pelatihan

yang ada di dunia kerja.

d. Memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja

sebagai bagian dari proses pendidikan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Praktik Kerja

Industri bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang memiliki pengetahuan,

keterampilan dan etos kerja yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja, serta

untuk meningkatkan disiplin kerja, dan memberi penghargaan terhadap

pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan.

3. Manfaat Praktik Kerja Industri

Peserta didik yang mengikuti kegiatan praktek kerja industri

(prakerin) akan memperoleh banyak pengalaman dan pengetahuan yang

belum tentu didapatkan dalam proses pembelajaran di sekolah. Peserta didik

akan diberikan kesempatan untuk bekerja langsung di lapangan sesuai

dengan kompetensi keahlian yang dimiliki.


64

Menurut Oemar Hamalik (2005) praktik kerja industri sebagai bagian

integral dalam program pelatihan manajemen perlu bahkan harus

dilaksanakan, karena mengandung beberapa manfaat atau kedayagunaan

tertentu (Oemar Hamalik, 2005:92). Sejalan dengan pendapat tersebut

Anwar (2004:50-51) mengemukakan beberapa manfaat yang dapat

diperoleh dari praktik kerja industri, antara lain :

a. Bagi Siswa

1) Hasil belajar akan lebih bermakna, karena setelah tamat akan memiliki

keahlian profesional sebagai bekal mencari kerja dan mengembangkan

diri secara berkelanjutan.

2) Waktu yang diperlukan untuk mencapai keahlian profesional lebih

singkat karena telah dilatih pada saat sekolah.

3) Keahlian profesional yang diperoleh dapat mengangkat harga diri dan

kepercayaan diri peserta didik yang selanjutnya dapat mendorong mereka

untuk meningkatkan keahlian profesionalnya pada tingkat yang lebih

tinggi.

b. Bagi Sekolah

1) Terjaminnya pencapaian tujuan pendidikan untuk memberi kahlian

profesional bagi peserta didik.

2) Tanggungan biaya pendidikan menjadi ringan.

3) Terdapat kesesuaian antara program pendidikan dengan kebutuhan

lapangan kerja.

4) Memberi keputusan bagi penyelenggara pendidikan.


65

c. Bagi dunia usaha/dunia industri

1) Dapat mengetahui secara tepat kualitas peserta didik yang belajar dan

bekerja di perusahaan.

2) Pada batas-batas tertentu selama masa pendidikan peserta didik tenaga

kerja yang dapat memberi keuntungan.

3) Dapat memberi tugas kepada peserta didik untuk mencarai ilmu

pengetahuan, teknologi dan seni yang relevan.

4) Memberi kepuasan bagi dunia usaha/dunia industri (DU/DI) karena ikut

serta menentukan hari depan bangsa.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa praktik

kerja indutri membeikan manfaat bagi pihak-pihak yang terkait dengan

pelaksanaan program tersebut, baik bagi siswa, sekolah dan industri sama-

sama mendapatkan nilai positif dari kegiatan prakerin.

4. Kewajibannya Siswa dalam Praktik Kerja Industri

Made Wena (1996) mengemukakan bahwa kewajiban peserta didik di

tempat Prakerin:

a. Melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang telah disepakati.

b. Mematuhi setiap intruksi di tempat kerja.

c. Menjaga nama baik (almamater), dunia usaha dan dunia industri.

d. Melakukan observasi dan penelitian yang mempunyai tujuan positif.

e. Bertanya kepada pihak yang berkompeten apabila kurang paham.

Adapun menurut Dikmenjur (2008) kewajiban peserta didik dalam

pelaksanaan Prakerin sebagai berikut :


66

a. Mematuhi semua peraturan yang ada pada perusahaan.

b. Mengerjakan tugas yang diberikan dengan tepat waktu.

c. Menjaga nama baik dunia usaha dan industri.

d. Melaksanakan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)

e. Aktif dalam bertanya ketika mengalami kesulitan.

Berdasarkan penjelasan di atas, Praktik Kerja Industri merupakan hal

yang penting dan harus menjadi salah satu prioritas bagi setiap

penyelenggaraan pendidik SMK, sebagai upaya untuk mengembangkan dan

menciptakan lulusan yang unggul dan memiliki kompetensi untuk terjun

dalam dunia kerja. Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Industri, peserta didik

diwajibkan untuk mengikuti proses dan aturan yang ditetapkan oleh

lembaga, dunia industri, maupun dunia usaha.

5. Tahapan-tahapan Praktik Kerja Industri

Menurut Made Wena (1996:228) mengungkapkan bahwa pada

dasarnya tahapan pelaksanakan Praktik Kerja Industri sebagai berikut :

a. Perencanaan Praktik Kerja Industri

Dalam perencanaannya, Praktik Kerja Industri ini melibatkan beberapa

pihak sekolah, peserta didik, orang tua peserta didik dan institusi

pasangan (dunia usaha atau dunia industri). Perencaan Prakerin meliputi:

(a) tujuan Praktik Kerja Industri, (b) metode Praktik Kerja Industri, (c)

pendataan peserta didik Praktik Kerja Industri, (d) sosialisasi Praktik

Kerja Industri kepada orang tua dan guru, (e) materi Praktik Kerja

Industri.
67

b. Pengorganisasian Praktik Kerja Industri

Pengorganisasian Praktik Kerja Industri adalah salah satu upaya

mengoptimalkan sumber daya yang ada di sekolah dan industri pasangan

(dunia usaha atau dunia industri). Pengorganisasian Praktik Kerja

Industri meliputi : (a) tenaga pengajar atau pembimbing dari pihak

sekolah, (b) tenaga instruktur dari pihak-pihak dunia usaha atau dunia

industri, (c) penempatan.

c. Penyenggelaraan Praktik Kerja Industri

Penyenggelaraan Praktik Kerja Industri meliputi : (a) model

penyenggelaraan Praktik Kerja Industri, (b) model Praktik Kerja Industri,

(c) standar profesi.

d. Pengawasan Praktik Kerja Industri

Pelaksanaan Praktik Kerja Industri tidak terlepas dari pengwasan

pelaksanaan Prakerin itu sendiri, karena untuk menjamin mutu Praktik

Kerja Industri diperlukannya pelaksanaan pengawasan. Hal-hal yang

harus diperhatikan dalam pengawasan ini meliputi : (a) kontrol

pelaksanaan kerja, (b) bimbingan monitoring dari pihak sekolah, (c)

penilaian hasil belajar, (d) sertifikasi, (e) evaluasi.

Tahapan Praktik Kerja Industri diatas harus dilaksanakan oleh pihak

sekolah dalam penyelenggaraan Prakerin agar kegiatan ini dapat berjalan

dengan baik sesuai dengan tujuan serta manfaatnya.

6. Indikator Praktik Kerja Industri


68

Pelaksanaan praktik kerja industri seluruh peserta didik akan dinilai

dan diamati oleh pembimbing praktik kerja industri baik itu guru

pembimbing maupun instruktur lapangan. Menurut Skinner dalam Anam

(2016:29) untuk melakukan penilaian baik atau tidaknya peserta didik

dalam melaksanakan kegiatan prakerin dapat dilihat dari indikator-indikator

berikut :

a. Pemahaman arti prakerin oleh siswa.

b. Pelaksanaan prakerin oleh siswa.

c. Pengalaman prakerin siswa.

d. Pengetahuan prakerin siswa.

e. Prestasi siswa.

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan Praktik Kerja

Industri

Pelaksanaan praktik kerja industri tidak terlepas dari faktor-faktor

yang menentukan keberhasilan pelaksanaan praktik tersebut. Faktor-faktor

yang mempengaruhi keberhasilan praktik kerja industri terdiri dari berbagai

aspek, antara lain :

a. Ketrampilan Kerja

Menurut Oemar Hamalik (2005:50) ketrampilan adalah serangkaian

tindakan mengamati, mengungkapkan kembali, merencanakan, dan

melakukan baik yang bersifat reproduktif maupun produktif. Aspek

keterampilan disusun berdasarkan kategori :


69

1). Keterampilan pengetahuan, yakni pembuatan keputusan, pemecahan

masalah dan berfikir logis.

2). Keterampilan psikomotorik adalah keterampilan melakukan tindakan

secara fisik.

3). Keterampilan reaktif adalah sikap kebiasaan dan mawas diri.

4). Keterampilan interaktif adalah bertindak dalam interaksi dengan orang

lain yang mengandung unsur jasmaniyah dan kegiatan berfikir.

Pelaksanaan praktik kerja industri membutuhkan penguasaan materi

dan keterampilan yang harus dimiliki peserta didik. Dalam hal ini guru

pembimbing dan instruktur bertugas untuk mengawasi dan mengevaluasi

kinerja peserta didik selama praktik. Kegiatan evaluasi bertujuan untuk

mengetahui sejauh mana peserta didik mencapai kompetensi yang

diharapkan. Penilaian hasil pelatihan menurut Oemar Hamalik (2005:50)

terdiri dari beberapa aspek, yaitu:

1). Penilaian aspek pengetahuan

Aspek pengetahuan mendapat perhatian utama dalam perumusan tujuan

pelatihan dan karena itu mendapat prioritas dalam penilaian. Penilaian

terhadap aspek pengetahuan bertujuan untuk untuk mengetahui

penguasaan para peserta didik tentang pengenalan fakta-fakta dan

konsep-konsep tingkat pemahaman para peserta mengenai konsep-

konsep dan teori.

2). Penilaian aspek ketrampilan


70

Penilaian dilaksanakan pada akhir pelatihan yang bertujuan untuk

mengetahui pengembangan keterampilan yang meliputi: aspek

keterampilan kognitif, misalnya masalah yang familier untuk

dipecahkan dan aspek keterampilan psikomotor, menggunakan

tindakan terhadap pelaksanaan tugas yang nyata atau yang

disimulasikan, berdasarkan kriteria, ketepatan, kecepatan, kualitas

penerapan secara objektif, contoh: mengetik, mejalankan mesin, dsb.

3). Penilaian aspek sikap

Penilaian aspek sikap mengandung nilai-nilai, sikap perilaku dan

perasaan dasar perilaku secara keseluruhan. Aspek sikap disusun

berdasarkan kategori: penerimaan, peka terhadap gejala dan rangsangan

serta menerima dan menyelesaikan gejala dan rangsangan tersebut dan

Sambutan, aktif mengikuti, menyadari, dan melaksanakan sendiri suatu

gejala tertentu.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dalam

pelaksanaan praktik kerja industri, keterampilan memiliki peran yang sangat

penting. Keterampilan dalam mengerjakan atau menyelesaikan pekerjaan

yang diberikan akan berpengaruh pada keberlangsungan dan keberhasilan

praktik kerja industri. Keterampilan kerja hendaknya dimiliki oleh semua

peserta didik dalam pelaksanaan prakerin. Keterampilan yang baik akan

menghasilkan kinerja yang baik dan akan berpengaruh pada produktivitas

kerja.

b. Pembimbingan Praktik Kerja Industri


71

Kegiatan pembimbingan dalam praktik kerja industri memiliki peran

yang penting, mengingat peserta didik belum memiliki kemampuan yang

sepadan dengan para tenaga profesional. Bimbingan akan membantu peserta

didik saat mengalami kesulitan dalam melaksanakan praktik, serta untuk

memperoleh keterampilan dan pengetahuan baru bagi perserta didik.

Menurut Oemar Hamalik (2005:97) ada empat bentuk pembimbingan

yang dapat digunakan dalam program prakerin yaitu :

1). Bimbingan perorangan bertujuan membantu peserta didik yang

mengalami kesulitan tertentu dalam praktik supaya dia mampu

mengatasi kesulitannya sendiri dan mencapai tingkat keberhasilan.

2). Bimbingan kelompok bertujuan membantu suatu kelompok yang

mengalami jenis kesulitan yang sama, yang terdiri dari beberapa peserta

didik.

3). Pengajaran remedial adalah suatu proses pemebelajaran dan pelatihan

yang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dan kelambanan

mengenai aspek keterampilan tertentu yang ada pada diri peserta.

4). Supervisi klinis adalah suatu bentuk bimbingan oleh supervisor

terhadap peserta praktik yang bertujuan untuk mengobati atau

memperbaiki keterampilan tertentu.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembimbingan

praktik kerja industri dilakukan oleh guru pembimbing dan instruktur di

lokasi prakerin. Bentuk bimbingan tersebut adalah dengan cara memberikan

bimbingan secara sistematis kepada peserta didik, memberikan motivasi


72

atau dorongan agar bisa menyelesaikan tugas dengan baik serta

menumbuhkan sikap etos kerja yang baik dalam menyelesaikan tugas yang

diberikan.

c. Fasilitas dan Sarana yang Digunakan dalam Praktik Kerja

Industri

Menurut Suharsimi Arikunto (1997:6) Fasilitas adalah segala

sesuatu yang dapat memudahkan dan melancarkan pelaksanaan suatu usaha.

Dalam hal ini, kegiatan praktik kerja industri juga dipengaruhi oleh fasilitas

di tempat kerja. Dibutuhkan fasilitas kerja yang memadai agar tujuan yang

ingin diharapkan bisa tercapai.

Fasilitas merupakan salah satu komponen yang penting dalam

pelatihan, keberadaan fasilitas akan menunjang proses pelatihan. Menurut

Oemar Hamalik (2005:67) penggunaan fasilitas dalam proses praktik

merupakan kebutuhan dan sekaligus keharusan berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan berikut:

1). Banyak konsep-konsep dalam pelatihan yang memerlukan kesamaan

presepsi bagi para peserta. Bila berbeda kesan maka akan menimbulkan

salah tafsir dan mengakibatkan salah dalam menyelesaikan pekerjaan.

2). Dalam bidang studi yang disampaikan terdapat proses kerja yang sangat

lambat sehingga dengan bantuan media pembelajaran dapat

diselesaikan dengan cepat.

3). Ada hal-hal atau kejadian yang proses kerjanya sangat cepat sehingga

sulit diamati, misalnya pemberian keputusan, sehingga dengan bantuan


73

pelatihan seperti film stripe, atau slide maka akan lebih mudah

dipelajari.

4). Banyak hal-hal yang abstrak ternyata sulit diamati dengan

penginderaan, misalnya proses berfikir memecahkan masalah dan

ternyata lebih mudah dipelajari dengan bantuan bagan arus atau media

lainya.

Media dan sarana dalam proses pelatihan akan membantu

menyelesaikan tugas yang diberikan. Berbagai jenis media atau sarana yang

dipilih dan digunakan dalam pelatihan, menurut Oemar Hamalik (2005:68)

antara lain :

1). Benda asli (sebenarnya), seperti makhluk hidup, benda asli yang bukan

makhluk hidup.

2). Model atau benda-benda bentuk tiruan dari benda aslinya, seperti model

paket, model globe, model boneka, dan model kerja.

3). Media bagan untuk menyajikan dragmatik suatu lambang visual seperti

bagan organisasi, tabulator, petunjuk, arus, petunjuk, dan bagan waktu.

4). Media grafik yang menyajikan data bilangan kuantitatif, seperti grafik

batang, grafik garis/kurva dan grafik lingkaran.

5). Media gambar, seperti poster, karikatur, media dua dimensi.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa fasilitas sarana

dan prasarana dalam pelaksanaan prakerin memiliki peran yang penting.

Fasilitas dan sarana yang ada seperti peralatan yang lengkap, ruangan yang

nyaman dan standar keselamatan kerja akan membantu mempermudah


74

proses kegiatan yang ada di tempat kerja. Keberadaannya sangat menunjang

pelaksanaan praktik kerja industri, jika dibarengi dengan penggunaan yang

sesuai maka dapat meningkatkan produktivitas kerja.

D. Penelitian yang Relevan

1. Arief Norma Sari (2016) “Pengaruh Pengalaman Praktik Kerja Industri dan

Motivasi Memasuki Dunia Kerja Terhadap Kesiapan Kerja Siswa Kelas XII

SMK Negeri 2 Jember Tahun Ajaran 2012/2013” Teknik analisis data

menggunakan regresi berganda dengan uji signifikan menggunakan uji t dan

uji F, hasil penelitian dari 82 siswa sebagai responden adalah hasil dari uji t

pada variabel Pengalaman Praktik Kerja Industri terhadap Kesiapan Kerja

Siswa diperoleh nilai thitung > ttabel sebesar 5,910 > 1,98 artinya variabel

pengalaman praktik kerja industri (X1) memiliki pengaruh signifikan secara

parsial terhadap variabel kesiapan kerja siswa (Y). Sedangkan pada variabel

Motivasi Memasuki Dunia Kerja terhadap Kesiapan Kerja Siswa diperoleh

nilai thitung > ttabel sebesar 6,849 > 1,98 artinya variabel motivasi memasuki

dunia kerja (X2) memiliki pengaruh signifikan secara parsial terhadap

variabel kesiapan kerja siswa (Y). Pada uji F diperoleh perbandingan 𝐹hitung

lebih besar dari 𝐹tabel sebesar 54,747 > 3,103. Hal ini menunjukkan bahwa

pengalaman praktik kerja industri dan motivasi memasuki dunia kerja

terhadap kesiapan kerja siswa secara bersama-sama berpengaruh signifikan

dan positif terhadap kesiapan kerja siswa.

2. Taufik Romadon (2014) “Pengaruh Praktik Kerja Industri dan Motivasi

Kerja Terhadap Hasil Uji Kompetensi Siswa SMK N 1 Sedayu”. Metode


75

yang digunakan dalam penelitian ini adalah ex post facto, hasil penelitian

dari 63 siswa sebagai responden adalah Praktik Kerja Industri memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap Hasil Uji Kompetensi yang

ditunjukkan dengan nilai 𝑟hitung =0,348 dan nilai 𝑡hitung lebih besar dari 𝑡tabel

sebesar 2,897 > 1,6702, koefisien determinasi = 0,121 yang artinya sebesar

12,1% variabel ini mempengaruhi Hasil Uji Kompetensi, Motivasi Kerja

memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Hasil Uji Kompetensi

yang ditunjukkan dengan nilai 𝑟hitung = 0,442 dan nilai 𝑡hitung lebih besar dari

𝑡tabel sebesar 3,850 > 1,6702, koefisien determinasi = 0,195 yang artinya

sebesar 19,5% variabel ini mempengaruhi Hasil Uji Kompetensi, Praktik

Kerja Industri dan Motivasi Kerja secara bersama-sama memiliki pengaruh

positif dan signifikan terhadap Hasil Uji Kompetensi yang ditunjukkan

dengan nilai 𝑅hitung=0,495, dan nilai 𝐹hitung lebih besar dari 𝐹tabel sebesar

9,758 > 3,15, koefisien determinasi = 0,245 yang artinya sebesar 24,5%

kedua variabel ini secara bersama-sama mempengaruhi Hasil Uji

Kompetensi.

3. Rahmi Yati (2013) “Pengaruh Motivasi Memasuki Dunia Kerja dan

Pengalaman Praktik Kerja Industri Terhadap Kompetensi Kerja Peserta

Didik Kelas XII SMK Muhammadiyah I Padang Tahun Pelajaran

2012/2013”. Teknik analisis data menggunakan regresi berganda dengan uji

signifikan menggunakan uji t dan uji F, hasil penelitian dari 60 siswa sebagai

responden adalah hasil perhitungan dari uji t pada variabel Motivasi

Memasuki Dunia Kerja terhadap Kompetensi Siswa diperoleh nilai prob


76

0,005 < 0,05 artinya variabel motivasi memasuki dunia kerja (X1)

mempengaruhi secara signifikan terhadap variabel kompetensi kerja (Y)

secara parsial. Sedangkan pada variabel Pengalaman Praktik Kerja Industri

terhadap Kompetensi Siswa diperoleh nilai prob 0,005 < 0,05 artinya

variabel pengalaman praktik kerja industri (X2) mempengaruhi secara

signifikan terhadap variabel kompetensi kerja (Y) secara parsial. Pada uji F

diperoleh perbandingan 𝐹hitung lebih besar dari 𝐹tabel sebesar 10,93 > 3,18

(pada taraf signifikan 5%). Hal ini menunjukkan bahwa motivasi memasuki

dunia kerja dan pengalaman praktik kerja industri secara bersama-sama

berpengaruh signifikan dan positif terhadap kompetensi kerja siswa.

E. Kerangka Pikir

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan sekolah yang bertujuan

untuk menghasilkan lulusan yang siap terjun ke dunia kerja sesuai dengan

kompetensi yang dimiliki. Salah satu usaha pemerintah adalah menerapkan

kebijakan link and match yang diterapkan melalui Pendidikan Sistem Ganda

(PSG). Dalam rangka menerapkan pendidikan sistem ganda, sekolah

Menengah Kejuruan (SMK) melaksanakan praktik kerja industri. Praktik kerja

industri merupakan praktik keahlian produktif yang harus ditempuh peserta

didik di dunia usaha atau dunia industri. Kegiatan ini dilakukan agar peserta

didik memperoleh pengalaman, pengetahuan, dan keterampilan. Sehingga

kompetensi peserta didik dapat meningkat, salah satunya kompetensi tune up

mobil yang merupakan salah satu modal utama dalam perawatan kendaraan

bermotor, sehingga sangat penting bagi peserta didik untuk menguasainya.


77

Tentunya hal tersebut juga dapat menjadi bekal peserta didik saat lulus dan

terjun di dunia kerja. Dalam pelaksanaan prakerin, keberhasilan kegiatan ini

dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari peserta didik dalam hal ini

pemahaman, pengetahuan, pelaksanaan, pengalaman, serta prestasi peserta

didik dalam pelaksanaan prakerin, selain itu sekolah, dan dunia industri atau

dunia usaha berperan dalam keberlangsungan dan hasil dari kegiatan prakerin.

Pengaruh motivasi belajar dalam diri peserta didik menjadi hal penting

dalam proses pembelajaran bagi peserta didik itu sendiri baik dalam lingkup

sekolah maupun luar sekolah seperti dalam pelaksanaan prakerin. Kuatnya

motivasi belajar dapat dilihat dari kuatnya kemauan, jumlah waktu yang

diluangkan untuk belajar dan kereleaan meninggalkan kewajiban atau tugas

dalam rangka mengarahkan serta menggerakkan individu pada suatu tingkah

laku sehingga tujuan yang dikehendaki tercapai. Faktor guru, lingkungan,

sarana dan prasarana juga besar pengaruhnya terhadap keberhasilan peserta

didik dalam belajar, sebagai contoh keterkaitan antara tinggi rendahnya hasil

belajar, semangat dan perhatian peserta didik terhadap proses pembelajaran

yang berlangsung dapat timbul manakala hubungan guru dan peserta didik baik

dan menyenangkan. Sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan

lancar, menarik dan penuh antusias dari kedua belah pihak (guru dan murid).

Selain itu lingkungan, bangunan sekolah, suasana sekitar dan lain sebagainya

juga akan berpengaruh pada hasrat atau motivasi belajar peserta didik. Motivasi

belajar peserta didik yang tinggi akan mampu meningkatakan hasil belajar

siswa, salah satunya dalam pembelajaran kompetensi tune up mobil.


78

Salah satu poin dalam kompetensi Teknik Kendaraan Ringan (TKR)

adalah membekali peserta didik dengan pengetahuan dan ketrampilan

memelihara/servis berkala kendaraan bermotor (Tune Up). Komptensi Tune

Up kendaraan ringan (mobil) merupakan salah satu modal utama dalam

perawatan kendaraan bermotor, sehingga sangat penting bagi peserta didik

untuk menguasainya. Pengetian dari tune up yaitu mengondisikan mesin

kembali normal setelah digunakan keperluan sehari-hari, Tune up itu sendiri

bukan perbaikan tetapi lebih pada perawatan secara berkala, perawatan itu

antara lain pemeriksaan, pengetesan, penyetelan dan pengantian komponen-

komponen yang perlu diganti. Untuk dapat menguasai kompetensi tune up,

terdapat beberapa indikator yang harus dipelajari dan dilaksanakan peserta

didik, diantaranya pemahaman mengenai pemeliharaan berkala atau tune up

kendaraan ringan, penggunaan peralatan dan tempat yang sesuai prosedur,

mampu melaksanakan tune up kendaraan ringan sesuai dengan prosedur yang

benar, antara lain pemeliharaan berkala pada sistem pelumasan, sistem

pendinginan, sistem pengapian, dan sistem bahan bakar mesin kendaraan

ringan. Baik tidaknya kompetensi tune up mobil peserta didik dipengaruhi oleh

berbagai faktor diantaranya adalah hasil praktik kerja industri dan motivasi

belajar peserta didik.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan tersebut, maka kerangka pikir

dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :


79

Praktek Kerja Industri Motivasi Belajar (X2)


(PRAKERIN) (X1)
1. Kuatnya kemauan untuk berbuat
1. Pengetahuan Prakerin dan belajar.
2. Pemahaman Prakerin
3. Pelaksanaan Prakerin 2. Jumlah waktu yang disediakan
4. Pengalaman Prakerin untuk belajar.
5. Prestasi Siswa
3. Kerelaan meninggalkan kewajiban
/tugas yang lain.
4. Ketekunan dalam mengerjakan
tugas.

Guru Lingkungan Sarana Prasarana

Proses Belajar Mengajar

Kompetensi Tune Up Mobil (Y)


a. Menjelaskan pengertian, tujuan dan persyaratan pemeliharaan
berkala atau tune up kendaraan ringan.
b. Menyiapkan, menggunakan dan merawat tempat kerja dan
peralatan perawatan berkala sesuai dengan prosedur yang benar.
c. Melaksanakan pemeliharaan berkala/tune up kendaraan ringan.
d. Melaksanakan pemeliharaan berkala/tune up sistem pelumasan dan
pendinginan mesin kendaraan ringan.
e. Melaksanakan pemeliharaan berkala/tune up sistem pengapian
mesin kendaraan ringan.
f. Melaksanakan pemeliharaan berkala/tune up sistem bahan bakar
bensin mesin kendaraan ringan.
Gambar 2.49 Skema Kerangka Pikir

Anda mungkin juga menyukai