Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KELOMPOK TKPPM GANJIL 2020

KELOMPOK 1
KURIKULUM PENDIDIKAN TAHUN 1968

DOSEN PENGAMPU :
Dr. ATMA MURNI, M.Pd

ANGGOTA KELOMPOK :
1. Miska Elsi Aurelia (1805110789)
2. Endang Hariani (1805110587)
3. Aci Ayu Pratiwi (1805124365)
4. Rahmadina Anggaini (1605123434)

KELAS 5-A
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PMIPA
UNIVERSITAS RIAU

TA. 2020 / 2021


KURIKULUM PENDIDIKAN TAHUN 1968

A. Karakteristik
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum Rencana Pendidikan
1964. Kurikulum ini muncul pada masa Mashuri, S.H. menjabat sebagai menteri
Pendidikan dan Kebudayaan (1968-1973). Pada kurikulum 1968 dilakukannya
perubahan struktur kurikulum dari pendidikan pancawardhana menjadi pembinaan jiwa
Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kelahiran kurikulum 1968
bersifat politis, karena mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai
produk Orde Lama, dengan pertimbangan memiliki tujuan untuk membentuk manusia
Pancasila sejati. Dasar hukum kurikulum 1968 adalah TAP MPRS No.
XXVII/MPRS/1966 tentang agama, pendidikan, dan kebudayaan. Kurikulum 1968
merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanan Undang-Undang
Dasar 1945 secara murni dan konsekuen. Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan
ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan, dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan
keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan
dan keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
Adapun ciri-ciri atau karakteristik dari kurikulum 1968 adalah :
1. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan adalah Mashuri, SH (1968 – 1973).
2. Jumlah mata pelajaran SD 10 bidang studi, SMP 18 bidang studi (Bahasa Indonesia
dibedakan atas Bahasa Indonesia I dan II), SMA jurusan A-18 bidang studi, SMA
jurusan B-20 bidang studi, SMA jurusan C-19 bidang studi
3. Penjurusan di SMA dilakukan di kelas II dan disederhanakan menjadi dua jurusan,
yaitu Sastra Sosial Budaya dan Ilmu Pasti Pengetahuan Alam (PASPAL).

Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan


ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, dan sehat
jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan
keyakinan beragama. Dalam kurikulum ini tampak dilakukannya perubahan struktur
kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan
dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran:
kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum
1968 merupakan pembaharuan dari Kurikulum 1964, yaitu dilakukannya perubahan
struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan perwujudan
dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Bidang studi pada kurikum ini dikelompokkan pada tiga kelompok besar: pembinaan
pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah mata pelajarannya 9, yang
memuat hanya mata pelajaran pokok saja. Kurikulum 1968 merupakan kurikulum
bersifat sentralistik, dalam artian kurikulum merupakan kebijakan yang telah ditetapkan
oleh pemerintah sedangkan sekolah hanya sebagai pelaksana dari kebijakan yang telah
ditetapkan.

B. Sistem Evaluasi Pada Penerapan Kurikulum 1968


Tujuan evaluasi adalah baik untuk mengetahui hasil pembelajaran anak maupun
pengajaran yang dilakukan oleh seorang pendidik yang dilakukan secara teratur.
Evaluasi ini dilakukan untuk:
1. Melihat kesesuaian isi dengan kebutuhan anak dan masyarakat, dengan tujuan
umum.
2. Evaluasi juga dilakukan kepada anak didik untuk melihat kemajuan atau
perkembangan anak dalam hal perkembangan jasmani, intelektualnya,
emosionalnya dan sosialnya.
3. Kemampuan kepemimpinan kepala sekolah juga dievaluasi yang meliputi
kecakapan membina pekerjaan guru, kecakapan adaministratifnya, kecakapan teknis
pendidikan, hubungan dengan guru, masyarakat, murid, rasa tanggungjawab
terhadap sekolah yang dipimpinnya, bagaiamana mental dan kesehatannya.
4. Guru juga dievaluasi untuk memperoleh gambaran tentang hubungannya dengan
anak didiknya, dengan kepala sekolahnya, dengan sesama temannya, dengan orang
tua anak, masyarakat sekitar.
5. Perlengkapan/alat perlu dievaluasi terutama tentang cukup tidaknya alat yang
digunakan untuk kelancaran kegiatan yang dilakukan, keseuaian perlengkapan/alat
tersebut untuk anak, keseuaian alat dengan tujuan yang hendak dicapai, apakah ada
lalat yang harus diubah, dan kesesuaian alat dengan dana yang tersedia.
Kurikulum 1968 dilahirkan oleh pemerintah dengan harapan dapat melakukan
perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan karena kurikulum yang berlangsung
sebelumnya terkesan masih diwarnai oleh kepentingan-kepentingan tertentu yang
cenderung mengakomodir sistem-sistem yang belum sejalan dengan jiwa UUD 45.
Dalam penerapannya, kurikulum 1968 diserahkan pada masing-masing sekolah atau
guru, kurikulum 1968 secara nasional hanya memuat tujuan materi, metodik dan
evaluasi. Hal ini berarti kurikulum 1968 telah dikembangkan dalam nuansa otonomi.

C. Kelebihan Kurikulum Tahun 1968


Adapun kelebihan kurikulum pendidikan tahun 1968 sebagai berikut :
 Pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan,
serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
 Kurikulum 1968 dibuat untuk menjadi pedoman penyelenggaraan pendidikan
secara nasional, namun penerapan nya di daerah (sekolah) diberi kebebasan
menurut situasi dan kondisi daerah sekolah yang bersangkutan.
 Kurikulum 1968 telah dikembangkan dalam nuansa otonomi dimana semua
komponen kurikulum dilaksanakan oleh sekolah,
 Sistem pembelajaran diruang kelas diserahkan kepada masing – masing guru, yang
penting tujuan pendidikan tercapai.
 Kurikulum ini berupaya mendorong pengembangan kreativitas dan persaingan
kompetitif diantara daerah, sekolah, dan guru untuk mengembangkan kurikulum.
 Memudahkan guru dalam organisasi dan implementasi kurikulum karena sudah ada
aturan pelaksanaan, materi maupun langkah-langkah yang ditempuh guru dalam
melaksanakannnya.
 Memudahkan guru melakukan proses evaluasi karena kurikulumnya berbasis
subject matter dan lebih menekankan segi kognitif.

D. Kekurangan Kurikulum Tahun 1968


Adapun kekurangan kurikulum pendidikan tahun 1968 sebagai berikut :
 Hanya memuat mata pelajaran pokok saja.
 Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan permasalahan
faktual di lapangan.
 Walaupun sudah ada pembelajaran keterampilan, namun pada prakteknya
kurikulum ini masih kurang memperhatikan pembelajaran praktek.
 Kurikulum ini, tidak mengadopsi kebutuhan masyarakat, sehingga pembelajaran di
sekolah tidak dapat memenuhi kebutuhan riil.
 Peserta didik tidak mempunyai kebebasan berekspresi maupun berkreasi karena
theacer centered.
 Dikarenakan desain model pengembangannya terpusat (administrative model),
maka akan membunuh kreativitas guru dalam pembelajaran karena guru hanyalah
pelaksana terhadap ketetapan dalam kurikulum tanpa tahu pengembangan
kurikulumnya.
 Pemahaman siswa terhadap mata pelajaran akan terpisah-pisah karena setiap mata
pelajaran berdiri sendiri-sendiri.
 Karena penekanan proses pembelajarannya pada segi tujuan kognitif maka segi
tujuan afektif dan psikomotornya kurang dapat dicapai secara optimal.
 Dikarenakan proses pembelajaran lebih dioptimalkan dengan penggunaan stimulus
dan respon, maka secara teoritis tidak akan mampu mengakomodir perbedaan
kondisi dan kemampuan peserta didik.

E. Lingkup Materi Kurikulum Tahun 1968


Kurikulum 1968 ditandai dengan pendekatan pengorganisasian materi pelajaran
dengan pengelompokkan suatu pelajaran yang berbeda dilakukan secara korelasional
(correlated subject curriculum), materi pelajaran pada tingkat dasar memiliki korelasi
dengan kurikulum sekolah lanjutan. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tidak
mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa
saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan. Secara umum pada
kurikulum 1968, Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat. Muatan materi masing-
masing mata pelajaran masih bersifat teoritis dan belum terikat erat dengan keadaan
nyata dalam kehidupan sehari-hari. Bidang studi pada kurikulum ini dikelompokkan
pada tiga kelompok besar, yakni:
1. Pembinaan Jiwa Pancasila
a. Pendidikan agama.
b. Pendidikan kewarganegaraan.
c. Bahasa Indonesia.
d. Pendidikan olahraga.
e. Bahasa daerah
2. Pengembangan pengetahuan dasar
a. Berhitung.
b. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
c. Pendidikan kesenian.
d. Pendidikan kesejahteraan keluarga.
3. Pembinaan kecakapan khusus
a. Pendidikan kejuruan.

Pada kurikulum 1968, penjurusan di Sekolah Menengah Atas (SMA) dilakukan


di kelas II dan disederhanakan menjadi dua jurusan, yakni Sastra Sosial Budaya dan
Ilmu Pasti Pengetahuan Alam. Kegiatan pembelajaran matematika pada masa ini
didominasi pada kegiatan menghafal fakta, algoritma dan penggunaan rumus-rumus
dalam menyelesaikan soal-soal yang disajikan. Sehingga peserta didik cenderung
menirukan apa yang dicontohkan guru di kelas, kemudian mengerjakan soal-soal
latihan sebagai penguatan terhadap apa yang telah diajarkan guru di kelas.

F. Pelaksanaan Pembelajaran Pada Kurikulum 1968

Pada kurikulum 1968 ini, proses dan aktifitas pembelajaran dititikberatkan pada
program Pancawardhana sebagaimana pada kurikulum tahun 1964. Pancawardhana
berarti kurikulum yang bertujuan untuk 5 hal pokok, yaitu pengembangan kecerdasan,
moral, keprigelan, emosional, dan jasmani. Sehingga dalam konsep ini kurikulum harus
mampu mengembangkan daya cipta (bagaimana berfikir cerdas), rasa (bagaimana
mengolah dan menggunakan rasa terdalam manusia), karsa (bagaimana memupuk
keinginan dan motifasi), karya (bagiaman berbuat dalam bentuk nyata), dan moral
(bagaimana berperilaku baik). (Soekisno, 2010). Kurikulum pada tahun 1968 ini
merupakan kurikulum pada masa awal-awal orde baru sehingga kelima unsur dalam
Pancawardhana tersebut harus menjadikan manusia indonesia yang pancasilais yang
berdasar kepada kelima sila pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat
Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan dan Keadilan Sosial Bagi seluruh
Rakyat Indonesia, dan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, setiap mata pelajaran
dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu: kelompok kecakapan khusus,
kelompok pembinaan pengetahuan dasar dan kelompok pembinaan pancasila. (Hendra,
2010).

Pendekatan yang digunakan menggunakan pendekatan subject matter atau


berpusat pada ilmu pengetahuan. Implikasi dari pendekatan ini adalah bahwa proses
pembelajaran lebih berorientasi pada penguasaan materi pembelajaran sehingga peran
siswa dalam proses pembelajaran sangatlah pasif. Kurikulum 1968 ditandai dengan
pendekatan pengorganisasian materi pelajaran dengan pengelompokan suatu pelajaran
yang berbeda, yang dilakukan secara korelasional (correlated subject curriculum),
yaitu mata pelajaran yang satu dikorelasikan dengan mata pelajaran yang lain,
walaupun batas demarkasi antar mata pelajaran masih terlihat jelas. Muatan materi
masing-masing mata pelajaran masih bersifat teoritis dan belum terikat erat dengan
keadaan nyata dalam lingkungan sekitar. pengorganisasian mata pelajaran secara
korelasional itu berangsur-angsur mengarah kepada pendekatan pelajaran yang sudah
terpisah-pisah berdasarkan disiplin ilmu pada sekolah-sekolah yang lebih tinggi.
Metode pembelajaran sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pendidikan dan
psikologi pada akhir tahun 1960-an. Salah satunya adalah teori psikologi unsur.
(Hamalik, 2008: 45). Contoh penerapan metode pembelajaran ini adalah metode eja
ketika pembelajaran membaca. Begitu juga pa pada mata pelajaran lain, “anak belajar
melalui unsur-unsurnya dulu.

Untuk memberi nilai pada hasil belajar siswa, kurikulum 1968 menggunakan
tiga prinsip. Pertama, prinsip keselurutan, obyek penilaian pendidikan yang utama
adalah anak sebagai keseluruhan bukan hanya dari sisi kecerdasan dan ingatan saja.
Kedua, prinsip kontinuitas artinya penilaian tidak boleh dilakukan sacara insidental,
karena pendidikan adalah proses yang berkelanjutan, penilaian pun harus dilakukan
secara. Berkelanjutan/kontinu. Ketiga, prinsip obyektivitas artinya penilaian harus
dilakukan seobyektif mungkin dan dinyatakan berdasarkan keadaan sebenamya.
Penilaian dalam Kurikulum 1968 dilakukan dalam ulangan harian, ujian semester, dan
ujian sekolah. Ulangan harian dan ujian semester dilakukan oleh guru dan dijadikan
sebagai dasar untuk pemberian nilai dalam rapor dan kenaikan kelas, sedangkan ujian
sekolah dikoordinasikan dalam rayon (tingkat kabupaten atau provinsi) untuk
menentukan kelulusan. Bentuk soal yang digunakan adalah esai (uraian). Penentuan
kenaikan kelas dan kelulusan dilakukan oleh sekolah. Mulai tahun 1969 secara
berangsur-angsur mata pelajaran untuk Ujian sekolah semakin bertambah.
G. Teori belajar

Secara umum pada kurikulum 1968, pendidikan diarahkan pada kegiatan


mempertinggi kecerdasan, keterampilan, dan mengembangkan fisik yang sehat serta
kuat. Hanya saja pada kurikulum ini memuat mata pelajaran pokok saja. Muatan materi
pelajaran bersifat teoritis dan belum terikat erat dengan keadaan nyata dalam
lingkungan sekitar. Kurikulum 1968 merupakan kurikulum bersifat sentralistik, dalam
artian kurikulum merupakan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
sedangkan sekolah hanya sebagai pelaksana dari kebijakanyang telah ditetapkan.
Pendekatan yang digunakan menggunakan pendekatan subject matter atau berpusat
pada ilmu pengetahuan. Implikasi dari pendekatan ini adalah bahwa proses
pembelajaran lebih berorientasi pada penguasaan materi pembelajaran sehingga peran
siswa dalam proses pembelajaran sangatlah pasif.

Menurut Skinner (dalam Ruseffendi, 1988, h.171), untuk menguatkan


pemahaman siswa tentang apa yang baru dipelajari, maka setelah terjadinya proses
stimulus-respon yang antara lain berupa tanya-jawab dalam proses pengajaran, harus
dilanjutkan dengan memberikan penguatan antara lain berupa latihan soal-soal. Dengan
demikian teori belajar yang dominan digunakan dalam implementasi kurikulum
matematika 1968 adalah teori belajar dari Skinner. Menurutnya, suatu respon
sesungguhnya juga menghasilkan sejumlah konsekuensi yang nantinya akan
mempengaruhi tingkah laku manusia (untuk memahami tingkah laku siswa secara
tuntas menurut Skinner perlu memahami hubungan antara satu stimulus dengan
stimulus lainnya, memahami respon itu sendiri dan berbagai konsekuensi yang
dikaitkan oleh respon tersebut (lihat Bell-Gredler, 1986)). Teori Skinner dikenal dengan
“operant conditioning”, dengan enam konsepnya yaitu :

1. Penguatan positif dan negatif.


2. Shapping, proses pembentukan tingkah laku yang makin mendekati tingkah
laku yang diharapkan.
3. Pendekatan suksesif, proses pembentukan tingkah laku yang menggunakan
penguatan pada saat yang tepat, hingga respon pun sesuai dengan yang
diisyaratkan.
4. Extinction, proses penghentian kegiatan sebagai akibat dari ditiadakannya
penguatan.
5. Chaining of response, respon dan stimulus yang berangkaian satu sama lain.
6. Jadwal penguatan, variasi pembuatan penguatan: rasio tetap dan bervariasi,
interval tetap dan bervariasi.

DAFTAR PUSTAKA

 http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ELEKTRO/19731122
2001122-SISCKA_ELVYANTI/sejarah_kurikulum2.pdf
 https://media.neliti.com/media/publications/226468-sejarah-kurikulum-di-
indonesia-studi-ana-bac69203.pdf
 https://www.academia.edu/4089455/Sejarah_Kurikulum
 Muhammad Nurhalim. 2011. Sebuah Tinjauan Desain dan Pendekatan. Jurnal
Analisis Perkembangan Kurikulum Indonesia. 16 (3) : 340 – 341.
(file:///C:/Users/Toshiba/Downloads/1597-Article%20Text-3040-1-10-
20180528.pdf)
 Ahmad,dkk. 1998. Pengembangan Kurikulum. Bandung : Pustaka Setia.
 Abdullah. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Yogyakarta :
ArRuzz.
 https://jejak-risa.blogspot.com/2012/04/menguraikan-perbandingan-kurikulum-
di_02.html
 Depdiknas. 2010. Sejarah Perkembangan Kurikulum SMP. Jakarta : Depdiknas
 https://www.tintapendidikanindonesia.com/2017/05/kurikulum-1968.html
 http://yolawredha2796.blogspot.com/2016/03/kurikulum-pendidikan-tahun-1968.html
 https://etykurniyati.wordpress.com/2013/07/15/analisis-sejarah-kurikulum-di-
indonesia/
 http://ahmadabas01.blogspot.com/2014/02/kurikulum-1968.html
 https://www.academia.edu/12274720/Gambaran_dan_Ciri_ciri_Kurikulum_Pendidikan_
di_Indonesia_dalam_Perkembangan_Sejarah

Anda mungkin juga menyukai