Proposal Juniawan (17210028)
Proposal Juniawan (17210028)
(Skripsi)
Oleh:
Nama : Juniawan
NPM : 17210028
Pembimbing Utama : Indah Lia Puspita, SE., M.Si.
Pembimbing Pendamping : Muhammad Luthfi, SE., M.Si.
Halaman.
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL.................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................82
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu..............................................................................56
Tabel 3.1 Proses Pengambilan Sampel .................................................................65
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Kerangka Pikir....................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
Dunia usaha di era globalisasi ini sudah sangat maju dan ketat dalam
persaingan sehingga semua pihak yang terkait di dalam termasuk perusahaan
harus berkompetisi secara ketat untuk mempertahankan usahanya. Banyaknya
perusahaan dalam industri manufaktur, serta kondisi perekonomian saat ini
telah memicu suatu persaingan yang ketat antar perusahaan manufaktur.
Persaingan dalam industri manufaktur membuat setiap perusahaan semakin
meningkatkan kinerja perusahaan agar tujuannya dapat tetap tercapai. Industri
yang mendominasi perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) adalah Industri manufaktur. Perusahaan manufaktur
merupakan penopang utama perkembangan industri di sebuah negara, untuk
melihat perkembangan industri secara nasional di suatu negara dapat
digunakan perkembangan industri manufaktur yang ada di negara tersebut.
Perkembangan ini dapat dilihat baik dari aspek kinerja industri secara
keseluruhan maupun kualitas produk yang dihasilkannya.
Akan tetapi angka laba yang dihasilkan dalam laporan laba rugi
seringkali dipengaruhi oleh metode akuntansi yang digunakan, Kieso dan
Weygandt (2002), sehingga laba yang tinggi belum tentu mencerminkan kas
yang besar. Namun, sebagian besar pengguna laporan keuangan tidak
memperhatikan bagaimana laba tersebut dihasilkan, akan tetapi perhatian
3
yang memilih melakukan cara memanipulasi laba untuk mencapai tujuan yang
di inginkan, Basri, et.al. (2014).
Kualitas laba merupakan laba yang ada dalam laporan keuangan yang
mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya, Irawati
(2012). Evaluasi kualitas laba merupakan pekerjaan dalam analisis akuntansi,
Subramanyam dan Wild (2010). Rendahnya Earnings Response Coefficient
(ERC) menunjukkan bahwa laba kurang berkualitas untuk investor membuat
keputusan ekonomi. Jika suatu pengumuman mengandung informasi, maka
pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar.
Informasi laba dapat dikatakan berkualitas apabila reaksi pasar yang
ditunjukkan dari Earning Response Coefficient (ERC) juga tinggi. ERC
adalah reaksi atas laba yang diumumkan (published) oleh perusahaan. Reaksi
ini mencerminkan kualitas dari laba yang dilaporkan perusahaan, Afni dkk
(2014).
Fenomena yang bersifat bad news di Indonesia terjadi pada PT. Industri
Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk yang mengalami penurunan laba selama
periode semester I-2017 sebesar 6,8 persen menjadi Rp 1,2 triliun dari Rp
1,29 triliun pada periode yang sama tahun 2016. Beberapa penelitian yang
mengukur kualitas laba dengan menggunakan ERC antara lain Suaryana
(2005), Naimah dan Utama (2006), Jang dkk (2007), Arfan dan Antasari
(2008), Irawati (2012), Afni dkk (2014) dan Ardianti (2018).
5
Faktor lain yang mempengaruhi kualitas laba adalah dividend payout ratio
(DPR), deviden telah menjadi sesuatu yang penting dalam pendanaan melalui
ekuitas karena deviden merupakan kebijakan perusahaan yang menjadi salah
satu cara dalam mengelola laba perusahaan, Sirait (2012). Perusahaan
sanggup meyakinkan investor tentang kualitas laba perusahaan yang
dilaporkan dengan cara pembayaran dividen tunai. Dapat disimpulkan
perusahaan akan dapat menunjukkan memiliki laba yang berkualitas ketika
perusahaan tersebut mampu melakukan pembayaran dividen tunai yang mana
hal tersebut akan berpengaruh pada keyakinan investor pada laba di masa
yang akan datang. Teori keagenan membuat suatu model kontraktual antara
7
dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut agent
(pelaksana) dan pihak lain disebut principal (pemilik). Principal memiliki
prioritas tersendiri terhadap free cash flow perusahaan untuk dapat dibayar
dalam bentuk dividen. Sedangkan agent atau manajer perusahaan memiliki
prioritas untuk dapat memaksimalkan kepentingannya tersendiri serta
mengabaikan dividen sebagai keuntungan principal.
Faktor lain yang mempengaruhi kualitas laba yaitu alokasi pajak antar
periode, interperiod tax allocation atau alokasi pajak antar periode merupakan
alokasi pajak penghasilan antar periode tahun buku yang satu dengan periode-
periode tahun buku berikut atau sesudahnya. Alokasi pajak penghasilan antar
periode tahun buku ini diperlukan karena adanya perbedaan terhadap jumlah
laba kena pajak dan laba akuntansi. Biaya pajak penghasilan yang dilaporkan
dalam laporan laba/ rugi harus sama dengan jumlah pajak penghasilan
terhutang atau pajak yang harus di bayar untuk periode yang bersangkutan.
Menurut akuntansi akrual, penghasilan pajak tangguhan yang dilaporkan
dalam laporan laba-rugi tahun berjalan mencerminkan penghematan atas
pembayaran pajak yang masih diperoleh perusahaan pada tahun-tahun
mendatang atau penghematan atas pembayaran pajak yang telah diperoleh
perusahaan dari tahun-tahun terdahulu, Romasari (2013). Alokasi pajak antar
periode menerapkan hasil konsep akuntansi akrual, yang tercermin dalam
jumlah beban dan penghasilan pajak tangguhan yang dilaporkan bersamaan
dengan beban pajak saat ini dalam laporan laba rugi. Metode alokasi pajak
digunakan untuk mempertanggungjawabkan pengaruh pajak dan bagaimana
pengaruh-pengaruh tersebut harus di sajikan dalam laporan keuangan.
2. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang valid
untuk melakukan analisis terhadap perusahaan secara mendalam dan
menjadi patokan investor dalam pengambilan keputusan terhadap
perusahaan yang akan di investasikan, serta dapat digunakan dalam
pengambilan keputusan atas kegiatan investasinya saat ini maupun di
masa yang akan datang.
PERSISTENSI LABA
(x1)
PERTUMBUHAN LABA
(PROFIT GROWTH)
(x2)
INVESTMENT
OPPORTUNITY SET (IOS)
(x3)
DIVIDEND PAYOUT
RATIO (DPR)
(x4) KUALITAS LABA
(Y)
DEWAN DIREKSI
(x5)
DEWAN KOMISIARIS
(x6)
KOMITEAUDIT
(x7)
Dalam sistematika penulisan ini akan diuraikan secara garis besar isi dari
setiap bab. Skripsi ini dibagi menjadi 5 (lima) bab dan setiap bab nya terdiri
dari beberapa sub-bab.
BAB III METODE PENELITIAN, bab ini terdiri dari objek penelitian,
jenis data, populasi, sampel penelitian, teknik pengumpulan data, metode
analisis data, operasi variabel penelitian, dan definisi operasi variabel.
BAB V PENUTUP, bab ini merupakan bagian penutup dari tulisan ini.
Bab ini berisi rangkuman dari semua hasil pengolahan data dan
interpretasinya dalam menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan
sebelumnya. Selain itu, bab ini mencantumkan keterbatasan pada tulisan ini
dan saran untuk peneliti selanjutnya.
22
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
kualitas laba, Widjaja dan Maghviroh (2011). Tujuan dan manfaat dari
mekanisme teori agensi, antara lain:
Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa
perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain.
Laporan keuangan merupakan pokok atau hasil akhir dari suatu proses
akuntansi yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah
satu bahan dalam proses pengambilan keputusan dan juga dapat
menggambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan mencapai tujuannya.
Dari pernyataan tersebut dapat diungkapkan bahwa laporan keuangan
merupakan gambaran penuh keadaan perusahaan, Harahap (2002). Laporan
keuangan merupakan ringkasan dan transaksi-transaksi keuangan yang terjadi
selama satu tahun buku perusahaan yang bersangkutan, Baridwan (2004).
Menurut PSAK No.1 (2017) bahwa Laporan Keuangan adalah suatu
penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.
Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang memiliki:
1. Aset.
2. Liabilitas.
3. Ekuitas.
4. Penghasilan dan beban, termasuk keuntungan dan kerugian.
5. Kontribusi dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai
pemilik.
6. Arus kas.
1. Neraca
Neraca merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan perusahaan
pada tanggal tertentu.
2. Laporan Laba Rugi (income statements)
Ringkasan dari pendapatan dan beban untuk suatu periode waktu tertentu,
seperti satu bulan atau satu tahun.
3. Laporan Perubahan Ekuitas (statements of changes in equity)
Ringkasan perubahan dalam ekuitas pemilik yang terjadi selama periode
waktu tertentu, seperti satu bulan atau satu tahun.
4. Laporan Posisi Keuangan (statements of financial position)
Daftar aset, liabilitas, dan ekuitas pemilik pada waktu tertentu, biasanya
pada tanggal terakhir bulan atau tahun tertentu.
5. Laporan Arus Kas (statements of cash Flows)
Ringkasan dari penerimaan dan pembayaran kas untuk periode waktu
tertentu, seperti satu bulan atau satu tahun.
Kualitas laba adalah penilaian sejauh mana suatu laba dapat diperoleh
berulang-ulang, dapat dikendalikan, dan dapat menggambarkan profitabilitas
perusahaan secara nyata. Kualitas laba juga dapat didefinisikan sebagai laba
yang dapat bermanfaat dalam pengambilan keputusan yang mempunyai
30
Perusahaan dengan laba yang lebih persisten direspon oleh pasar secara
lebih positif dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki laba yang
kurang persisten, Petra, (2007); Zhao (2007); Oei, dkk. (2008); Khafid
(2013). Semakin tinggi persistensi laba suatu perusahaan akan semakin tinggi
pula respon investor untuk menginvestasikan dananya pada perusahaan
tersebut. Semakin tinggi respon investor yang tercermin dari tingginya ERC
mencerminkan laba yang semakin berkualitas. Semakin tinggi persistensi laba
maka semakin tinggi kualitas laba, Afni dkk (2014).
Perusahaan yang memiliki laba yang lebih stabil dan arus kas yang lebih
persisten dapat menguntungkan nilai perusahaan. Sedangkan perusahaan yang
memiliki kualitas laba yang rendah dan laba yang tidak stabil dapat dilihat
dari tingkat persistensi laba yang rendah, Shobriati dan Siregar (2016).
34
Pertumbuhan laba adalah suatu kenaikan laba atau penurunan laba per-
tahun yang dinyatakan dalam persentase, Irmayanti (2011). Pertumbuhan laba
adalah kemampuan suatu perusahaan mengubah pertumbuhan penjualan dan
operasionalnya menjadi kenaikan keuntungan atau laba, Awat (2009).
Pertumbuhan laba merupakan salah satu indikator untuk mengukur
keberhasilan kinerja suatu perusahaan. Menurut Collins dan Kothari (1989)
dalam Tiolemba dan Ekawati (2008), menyatakan bahwa pertumbuhan laba
berdampak pada laba masa depan dan begitu juga dengan koefisien responsi
laba. Jika suatu perusahaan mempunyai pertumbuhan laba yang tinggi maka
para investor akan memberikan responsi besar pada perusahaan karena
perusahaan tersebut dapat memberikan manfaat di masa depan.
2. Ukuran perusahaan
Semakin besar ukuran perusahaan, maka ketepatan pertumbuhan
laba yang diharapkan juga semakin tinggi.
3. Tingkat leverage
Perusahaan yang memiliki tingkat utang yang besar, maka pihak
manajemen akan condong melakukan tindakan memanipulasi laba
sehingga bisa mengurangi ketepatan pertumbuhan laba.
4. Perubahan laba di masa lalu
Semakin besar perubahan laba di masa lalu, semakin tidak pasti laba
yang diperoleh di masa mendatang.
5. Tingkat penjualan
Penjualan masa lalu yang tinggi akan memungkinkan terjadinya
peningkatan penjualan di masa yang akan datang sehingga pertumbuhan
laba pun akan semakin tinggi.
Set (IOS). IOS memberi petunjuk yang lebih luas dimana nilai perusahaan
tergantung pada pengeluaran perusahaan di masa yang akan datang. Jadi
prospek perusahaan dapat ditaksir dari Investment Opportunity Set (IOS),
yang didefinisikan sebagai kombinasi antara aktiva yang dimiliki (assets in
place) dan pilihan investasi di masa akan datang dengan Net Present Value
positif. Investor tidak hanya melihat nilai Investment Opportunity Set yang
tinggi dalam membuat keputusan investasinya menurut Wulansari (2013).
investasi, dan IOS berbasis varian, Kallapur dan Trombley (2001). Subekti
dan Kusuma (2001) mengurai set peluang investasi tersebut berupa: book
value of plant, property and equipment to assets ratio (PPE/BVA), market to
book of equity ratio (MVE/BVE), price to earning (P/E), market to book
assets ratio (MVA/BVA) dan capital addition to book of assets ratio
(CAP/BVA). Secara umum dapat dikatakan bahwa IOS menggambarkan
tentang luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan,
namun sangat tergantung pada pilihan expenditure perusahaan untuk
kepentingan di masa yang akan datang. Dengan demikian IOS bersifat tidak
dapat di observasi, sehingga perlu dipilih suatu proksi yang dapat
dihubungkan dengan variabel lain dalam perusahaan, misalnya variabel
pertumbuhan, variabel kebijakan dan lain-lain, Indrawan (2018).
Pengawasan dari pihak kreditur atau pihak otoritas pasar modal ini akan
mengurangi kemungkinan pihak perusahaan untuk melaporkan laba yang di
rekayasa sehingga laba yang dihasilkan akan lebih berkualitas. Dengan
demikian, status pembayaran dividen tunai perusahaan berpengaruh positif
terhadap kualitas laba perusahaan, dimana perusahaan yang melakukan
pembayaran dividen tunai memiliki kualitas laba yang lebih baik
dibandingkan dengan perusahaan yang tidak melakukan pembayaran dividen
tunai. Menurut Hapsari dan Santoso (2015), ada empat tipe dividen yang
dibayarkan kepada pemegang saham antara lain sebagai berikut:
yang pada akhirnya akan memunculkan adanya potensi konflik antara kedua
pihak yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan,
Indrawati dan Yulianti (2010).
Prinsip dasar GCG yang disusun oleh OECD dalam Daniri (2005) terdiri
dari lima aspek yaitu:
45
Menurut Beasly et.al., dalam Adrian (2011), Dua hal yang menjadi
perhatian dalam konsep ini adalah:
1. Pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan
benar, akurat, dan tepat pada waktunya.
2. Kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure)
secara akurat, tepat pada waktunya, dan transparan mengenai semua
informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder.
semakin baik pula kualitas laba yang dihasilkan. Jumlah anggota komite
audit yang harus lebih dari satu orang ini dimaksudkan agar komite audit
dapat mengadakan pertemuan dan bertukar pendapat satu sama lain. Hal
ini dikarenakan masing-masing anggota komite audit memiliki
pengalaman tata kelola perusahaan dan pengetahuan keuangan yang
berbeda-beda, Oktadella (2011).
Berdasarkan PSAK No. 46, alokasi pajak antar periode diawali dengan
adanya keharusan bagi perusahaan untuk mengakui aktiva dan kewajiban
pajak tangguhan yang dilaporkan dalam neraca. Pengakuan aktiva dan
kewajiban pajak tangguhan yang harus dilaporkan dalam neraca. Pengakuan
aktiva dan kewajiban pajak tangguhan tersebut merupakan pengakuan tentang
konsekuensi pajak di masa mendatang atas efek akumulatif perbedaan
temporer pengakuan penghasilan dan beban untuk tujuan akuntansi dan
tujuan fiskal, Septyana (2011). Dalam penelitian ini melihat hubungan
perpajakan dengan metode alokasi pajak antar periode terhadap responsi
pihak pengguna informasi laporan keuangan, terutama pada akun pajak
tangguhan dari aset pajak tangguhan maupun kewajiban pajak tangguhannya.
Aset pajak tangguhkan diumpamakan kelebihan dalam membayar pajak,
sehingga menyebabkan penghematan pembayaran pajak perusahaan untuk
masa yang akan datang dan sebaliknya. Pengakuan aktiva dan kewajiban
pajak tangguhan dalam neraca menimbulkan beban (penghasilan) pajak
tangguhan pada laporan laba rugi.
kini dalam laporan laba rugi, Romasari (2013). Alokasi pajak antar periode
diukur dengan melihat besaran penghasilan dan beban pajak tangguhan yang
dilaporkan dalam laba rugi, kemudian membaginya dengan jumlah laba
akuntansi sebelum pajak, skala data yang digunakan dengan rasio, Rizky
(2009).
2.10 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
7 Reza Pengaruh Alokasi Alokasi pajak berpengaruh negatif Alokasi Pajak Antar Periode, Kualitas Laba
Ardianti Pajak Antar Periode, terhadap kualitas laba. Persistensi Laba,
(2018) Persistensi Laba, Persistensi laba, Profitabilitas, dan Profitabilitas, dan Likuiditas
Profitabilitas, dan Likuiditas berpengaruh positif
Likuiditas Terhadap terhadap kualitas laba
Kualitas Laba (Studi
Empiris Pada
Perusahaan
Manufaktur yang
Terdaftar di BEI
Tahun 2012-2016)
8 Redy Pengaruh Struktur struktur modal berpengaruh positif dan struktur modal, Likuiditas, Kualitas Laba
Arisonda Modal, Likuiditas, tidak signifikan terhadap kualitas laba, pertumbuhan laba, ukuran
59
11 Antadar Pengaruh Profitabilitas, leverage dan firm size Profitabilitas, Growth, Kualitas Laba
Nonitehe Profitabilitas, Growth, berpengaruh negatif terhadap kualitas Leverage, firm size,
60
12 Ni Wayan Pengaruh Pertumbuhan Pertumbuhan laba memiliki pengaruh Pertumbuhan Laba, Kualitas Laba
Juni Ayu Laba dan Mekanisme positif pada kualitas laba. Komisaris Komisaris independen,
Puspitawati Good Corporate independen memiliki pengaruh positif Komite audit, Kepemilikan
(2019) Governance Terhadap pada kualitas laba. Komite audit manajerial, dan Kepemilikan
Kualitas Laba memiliki pengaruh positif pada institusional
kualitas laba. Kepemilikan manajerial
tidak memiliki pengaruh pada kualitas
laba. Kepemilikan institusional tidak
memiliki pengaruh pada kualitas laba
13 Fathussalmi Pengaruh Investment Investment opportunity set, Investment Opportunity Set, Kualitas Laba
(2019) Opportunity Set dan kepemilikan manajerial, dewan kepemilikan manajerial,
Corporate Governance direksi, dewan komisaris independen, dewan direksi, dewan
Terhadap Kualitas dan komite audit tidak memiliki komisaris independen, dan
Laba (Studi Empiris pengaruh terhadap kualitas laba komite audit
pada Perusahaan
Manufaktur yang
Listing Di BEI Tahun
2011-2015)
61
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3 Populasi
hasil penelitian dan kelompok subjek ini harus memiliki karakteristik bersama
yang membedakannya dari kelompok subjek yang lain, Wiyono (2011).
Menurut Sugiyono (2007), bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai kualitas dan karakter tertentu
yang diterapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI tahun 2017-2019. Perusahaan yang memenuhi kriteria
akan dijadikan sampel terdapat 169 perusahaan sebagai populasi dalam
penelitian ini.
3.4 Sampel
Menurut Supangat (2007), sampel adalah bagian dari populasi untuk dijadikan
sebagai bahan penelitian dengan harapan sampel yang diambil dari populasi tersebut
dapat mewakili (representative) terhadap populasinya. Sampel merupakan bagian
populasi yang terwakili dan akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang
dimiliki oleh populasi yang terwakili, Wiyono (2011). Menurut Sugiyono (2007)
bahwa sampel adalah Bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
purposive sampling yaitu penentuan sampel atas dasar karakteristik dan kriteria
tertentu. Sampel dipilih secara purposive sampling guna memperoleh representasi
dari populasi yang ada agar sesuai dengan tujuan penelitian, Sugiyono (2010).
Adapun kriteria untuk pengambilan sampel dalam penelitian ini antara lain:
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2017
– 2019
2. Perusahaan manufaktur yang tidak mempublikasikan laporan keuangan
secara lengkap dari tahun 2017 – 2019
3. Perusahaan manufaktur yang tidak menggunakan mata uang Rupiah dalam
laporan keuangannya.
4. Perusahaan manufaktur yang tidak memiliki kelengkapan data terkait baik
data yang diperlukan untuk mengidentifikasi kualitas laba dan data yang
berkaitan dengan Pertumbuhan Laba (Profit Growth), Investment
Opportunity Set (Ios), Dividend Payout Ratio (Dpr), Mekanisme Corporate
Governance (Cg), Dan Alokasi Pajak Antar Periode yang digunakan dalam
penelitian.
63
Tabel 3.1
Proses Pengambilan Sampel
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu
laporan keuangan (annual report) perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Metode pengumpulan data tersebut adalah penelitian lapangan yaitu
seluruh data sekunder dalam penelitian ini bersumber dari website resmi Bursa Efek
Indonesia (BEI) www.idx.co.id dan laporan keuangan (annual report) perusahaan
64
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu regresi logistik
biner (binary logistic regression) dengan program Statistical Package for
Social Sciences (SPSS) versi 25. Regresi logistik (logistic regression)
mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau lebih serta
menunjukkan arah hubungan antara dua variabel dependen dengan variabel
independen, Masruroh (2016). Menurut Ghozali (2016) metode regresi
logistik sebenarnya mirip dengan analisis diskriminan. Analisis ini ingin
menguji apakah terjadinya variabel terikat (dependen) dapat diprediksi
dengan variabel bebasnya (independen).
(nol) sampai 1 (satu). Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox
dan Snell’s R Square pada regresi berganda, Ghozali (2016). Nilai yang
kecil atau mendekati nol menunjukkan bahwa kemampuan variabel-
variabel independen dalam menjelaskan variasi dari variabel dependen
sangat terbatas, sedangkan nilai yang mendekati satu menunjukkan bahwa
variabel independen dapat menjelaskan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen, Ghozali (2011) dalam
Masruroh (2016).
d. Matriks Klasifikasi
a. Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka, hipotesis alternatif
ditolak.
b. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka, hipotesis alternatif
diterima.
π (x) = exp (β0 + β1PSL + β2PRG + β3IOS + β4DPR + β5DDR + β6DKM + β7KAU +
β8APAP)
1 + exp (β0 + β1PSL + β2PRG + β3IOS + β4DPR + β5DDR + β6DKM + β7KAU
+ β8APAP)
Keterangan:
KLB = Kualitas Laba
β1 = Koefisien Regresi
PSL = Persistensi Laba
β2 = Koefisien Regresi
PRG = Pertumbuhan Laba (Profit Growth)
β3 = Koefisien Regresi
IOS = Investment Opportunity Set (Ios)
68
β4 = Koefisien Regresi
DPR = Dividend Payout Ratio
β5 = Koefisien Regresi
DDR = Dewan Direksi
β6 = Koefisien Regresi
DKM = Dewan Komisaris
β7 = Koefisien Regresi
KAU = Komite Audit
β8 = Koefisien Regresi
APAP = Alokasi Pajak Antar Periode
€ = Standar error
CAR it = ARit
Keterangan:
CAR it : Akumulasi abnormal return perusahaan i.
AR it : Abnormal Return perusahaan i pada periode t.
AR it =Rit −Rmt
Keterangan:
AR it : Abnormal Return perusahaan i pada periode t
Rit : Return perusahaan pada periode t
Rmt : Return pasar pada periode t
Untuk mencari abnormal return, harus mencari terlebih dahulu
return saham harian dan pasar harian, yaitu, Basri, et. al. (2014):
a. Return saham harian dihitung dengan rumus:
(Pit −Pit−1 )
Rit =
Pit−1
Keterangan:
Rit : Return saham perusahaan i pada tahun t
Pit : Harga penutupan saham i pada tahun t
Pit−1 : Harga penutupan saham i pada tahun t-1
70
b. Return saham harian dihitung dengan rumus yaitu, Basri, et. al.
(2014):
( IHSG t −ISHG t −1)
Rmt =
IHSG t −1
Keterangan:
Rmt : Return pasar harian
IHSG t : Indeks Harga Saham Gabungan pada tahun t
IHSG t−1 : Indeks Harga Saham Gabungan pada tahunt t−1
CAR it =α 0 +α 1 UE it +ε it
Keterangan:
CAR it : abnormal return kumulatif perusahaan i
α0 : konstanta
α1 : ERC
UE it : Laba Kejutan pada perusahaan
ε it : komponen eror dalam model atas perusahaan i periode t
Eit =β θ+ β 1 Eit−1 +ε it
Keterangan:
Keterangan:
yang menjadi hak para pemegang saham. Laba tersebut bisa di bagi
sebagai dividen atau ditahan untuk di investasikan kembali. Dividen
mengandung informasi mengenai prospek arus kas perusahaan di
masa depan. Menurut Suhartono (2002), pengumuman dividen
merupakan informasi penting karena berhubungan dengan tujuan
investor dalam melakukan investasi, yaitu untuk mendapatkan
capital gains dan dividen.
DPS
DPR=
EPS
Keterangan:
DDR=∑ DDR
Keterangan:
DKM=∑ DKM
Keterangan:
KAU =∑ KAU
Keterangan:
BPT it PPT it
ALPA 1it = ALPA 2it =
LSPit LSPit
Keterangan:
79
Afni, Sri Mala dkk. 2014. “Pengaruh Persistensi Laba, Alokasi Pajak Antar
Periode, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Laba, dan Profitabilitas
Terhadap Kualitas Laba”. Jurnal JOM FEKON Vol. 1, No. 2.
Agustina, Christin dan Susi Dwi Mulyani. 2017. “Pengaruh Remunerasi Dewan
Direksi, Leverage Dan Efektivitas Komite Audit Terhadap Kualitas Laba
Dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Moderasi”. Universitas
Trisakti, Jurnal Akuntansi Trisakti Volume. 4 Nomor. 2 September 2017 :
227-244 ISSN: 2339-0832.
Ahmad, A.W. dan Y. Septriani. 2008. “Konflik Keagenan : Tinjauan Teoritis Dan
Cara Menguranginya”. Jurnal akuntansi & manajemen.
Aiisah, Nurul dan Pamudji Sugeng. 2012. “Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi
Keuangan Peusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan
Perusahaan, Ukuran Perusahaan terhadap Kecenderungan Penerimaan Opini
Audit Going Concern”. Universitas Diponegoro, Semarang.
Ardianti, Reza. 2018. “Pengaruh Alokasi Pajak Antar Periode, Persistensi Laba,
Profitabilitas, Dan Likuiditas Terhadap Kualitas Laba (Studi Empiris Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2016)”. Jurnal
Akuntansi 6(1):88-105.
Basri, Yessi Mutia, Vince Ratnawati, dan Sri Mala Afni 2014. “Pengaruh
Persistensi Laba, Alokasi Pajak Antar Periode, Ukuran Perusahaan,
Pertumbuhan Laba Dan Profitabilitas Terhadap Kualitas Laba (Studi
Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI 2010-2012)”.
Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Riau 1(2).
Collins, Daniel W, Kothari, S.P. 1989. “An Analysis of Intertemporal and Cross-
Sectional Determinants of Earnings Response Coefficient”. Journal of
Accounting and Economics, 11(2-3), pp: 143-181.
Dewi, Welia Riyanti. 2017. “Pengaruh Leverage, Growth, dan Mekanisme Good
Corporate Governance Terhadap Kualitas Laba. Universitas Mahasarawati
Denpasar.
Dira, Kadek Prawisanti dan Astika, Ida Bagus Putra. 2014. “Pengaruh Struktur
Modal, Likuiditas, Pertumbuhan Laba, dan Ukuran Perusahaan Pada
Kualitas Laba”. E-Jurnal Akuntansi. Bali : Universitas Udayana 7.1: 64-78
ISSN: 2302-8556.
Effendi, Muh. Arief. 2009. “The Power of Good Corporate Governance: Teori
dan Implementasi”. Jakarta: Salemba Empat.
Gea, Marinus. 2014. “Peran GCG Dan Struktur Kepemilikan Dalam Mendeteksi
Manajemen Laba Melalui Discreationary Revenue”. Jurnal TEKUN.
Yogyakarta : Universitas Mercu Buana Yogyakarta. Vol.V No.02.
Harahap, Sofyan Syafri. 2002. “Akuntansi Aktiva Tetap”. Jakarta : Penerbit Bumi
Aksara.
Hariati, I dan Y.W. Rihaningtyas. 2015. “Pengaruh Tata kelola Perusahaan dan
Kinerja Lingkungan Terhadap Nilai Perusahaan”. Simposium Nasional
Akuntansi 18. Medan.
Irawati, Dian Eka. 2012. “Pengaruh Struktur Modal, Pertumbuhan Laba, Ukuran
Perusahaan Dan Likuiditas Terhadap Kualitas Laba”. Universitas Negri
Semarang : Accounting Analysis Journal.
Jensen, Michael C., dan Wiliam H.M. 1976. “Theory of the Firm: Managerial
Behavior, Agency Costs and Ownership Stucture”. Journal of Financial
Economics Vol. 3, No.4, pp. 305-360.
Jumingan, S.E., MM., M.Si. 2006. “Analisis Laporan Keuangan”. Jakarta: Bumi
Aksara.
Kallapur, Sanjay dan Trombley, Mark A. 2001. “The Investment Opportunity Set:
Determinants, Consequences and Measurement”. Managerial Finance. Vol
27, No 3, pp 3-15.
Kelly, M., 2003. “Four Ideas for Reforming Corporate Governance Post-Enron.
Business Ethics”. Corporate Social Responsibility Report.
Linna dan Isnawati. 2008. “Pengaruh Rasio Kinerja Bank Terhadap Pertumbuhan
Laba Pada Bank Umum Swasta Nasional”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia
Vol. II No.1 :5.
Mahari, Ardhyayuda Patria dan Purwanto, Agus. 2016. “Pengaruh Dividen dan
Status Pembayaran Dividen Tunai Terhadap Kualitas Laba Perusahaan
(Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada tahun 2010-2014)”. Semarang : Universitas Diponegoro.
Monks, Robert A.G, dan Minow, N. 2003. “Corporate Governance”. 3rd Edition,
Blackwell Publishing.
Nurhanifah, Yoga Anisa dan Jaya, Tresno Eka. 2014. “Pengaruh Alokasi Pajak
antar Periode, Investment Opportunity Set dan Likuiditas terhadap Kualitas
Laba”. Jurnal Ilmiah Wahana Akuntansi. Jakarta : Universitas Negeri
Jakarta.Vol 9, No 2, pp 109133.
Oktarya, Eka, Lili Syafitri, dan Trisnadi Wijaya. 2014. “Pengaruh Pertumbuhan
Laba, Investment Opportunity Set, Leverage dan Ukuran Perusahaan
terhadap Kualitas Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEI”. Palembang: STIE Multi Data Palembang.
88
Penman, S.H. 2001. “On Comparing Cash Flow and Accrual Accounting Models
For Use in Equity Valuation”. Singapore: Mc Graw Hill international.
Riahi, Ahmed dan Belkaoui. 2012. “Teori Akuntansi”. Jakarta : Penerbit Salemba
Empat.
Rizky Indra Pradita. 2009. “Pengaruh Alokasi Pajak Antar Periode, Persistensi
Laba, Struktur Modal dan Ukuran Perusahaan Terhadap Koefisien Respon
Laba”. Jakarta : STIE Perbananas.
Sari, Fifit Yofita. 2018. “Pengaruh Keahlian Komite Audit, Dan Jumlah
Komisaris Independen Terhadap Kualitas Laba Dengan Manajemen Laba
Sebagai Variabel Intervening Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar
di BEI”. STIE YKPN : Yogyakarta.
Septyana, Festy Vita. 2011. “Pengaruh Alokasi Pajak Antar Periode Berdasarkan
PSAK No 46 Terhadap Koefisien Respon Laba”. Universitas Diponegoro :
Semarang.
Sirait, Febriela. 2013. “Dividend payment and earnings quality : evidence from
Indonesia”. International Journal of Accounting and Information
Management. Depok: Universitas Indonesia. Vol.22 No.2.
Suaryana, Agung. 2007. “Pengaruh komite audit terhadap kualitas laba”. Jurnal
Ilmiah Akuntansi dan Bisnis 2(1).
Subekti, Imam dan Kusuma, Indra Wijaya. 2001. “Asosiasi antara Set
Kesempatan Investasi dengan Kebijakan Pendanaan dan Dividen
Perusahaan serta Implikasinya pada Perubahan Saham”. Simposium
Nasional Akuntansi III, pp.820-850.
Suranta, E., & Midiastuty, P.P (2003). “Analisis Struktur Kepemilikan Manajerial,
Nilai Perusahaan dan Investasi dengan Model Persamaan Simultan Linier”.
Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.
Sutopo, B. 2009. “Manajemen Laba dan Manfaat Kualitas Laba dalam Keputusan
Investasi”. Solo : Universitas Negeri Solo.
Syarif, Firman dan Daniel Anka Utama Pasaribu. 2015. “Pengaruh tingkat
konvergensi IFRS dan perlindungan bagi investor terhadap kualitas laba
pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa efek negara: Indonesia,
Malaysia, Singapura, dan India”. Simposium Nasional Akuntansi XVIII:1-
22.
Teoh, Siew Hong. dan TJ Wong. 1993. “Perceived Auditor Quality and The
Earnings Response Coefficient”. The Accounting Review, 88, 2, pp. 346
366.
Utama, G.P. 2013. “Dividen Tunai dan Kualitas Laba (Studi Empiris Pada
Perusahaan Manufaktur Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003-
2012)”. Yogyakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
Utami, Tri dan Kusuma, Indra Wijaya. 2017. “Detirminan Kualitas Laba pada Isu
Pengadopsian Internasional Financial Reporting Standard: Data dari Asia”.
Jurnal Akuntansi dan Investasi, Vol. 18, No. 1.
Wah, Lai Kam. 2002. “Investment Opportunity Set and Audit Quality”. Journal of
accounting and economics.
Widjaja, F.P dan Maghviroh, R.E. 2011. “Analisis Perbedaan Kualitas Laba dan
Nilai Perusahaan Sebelum dan Sesudah Adanya Komite Pada Bank-Bank
Go Public di Indonesia”. the indonesian accouning review, 1(2): 117-134.
Zarkasyi, Moh. dan Wahyudin. 2008. “Good corporate governance pada badan
usaha manufaktur, perbankan, dan jasa keuangan lainnya”. Bandung :
Penerbit Alfabeta.