Anda di halaman 1dari 14

INVESTIGASI TEKNIK AUDIT DAN TEKNIK PERPAJAKAN

MAKALAH AKUNTANSI FORENSIK DAN AUDIT INVESTIGASI

Disusun Oleh :

NABILLA RUSDI

02271711150

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KHAIRUN

TERNATE

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan


rahmat hidayah ridlo serta karunian-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat
diselesaikan. makalah yang berjudul: “Investigasi teknik audit dan teknik
peerpajakan” dimaksudkan untuk memenuhi Tugas mata kuliah Forensik dan
Audit Investigasi.
Disadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu saran dan kritik selalu diharapkan demi perbaikan lebih
lanjut.

Ternate, 15 Mei 2020

Penyusun

(Nabilla Rusdi)

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....……………………………………............................... i

DAFTAR ISI ……..…….....………………………………….............................. ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah.................................................................. 1
1.3 Tujuan Peneltian.................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Audit Investigasi ........................................... 2


2.2 Tujuan dari Audit Investigasi ................................................ . 2
2.3 Audit investigasi dengan teknik audit ................................... . 6
2.4 audit investigasi dengan teknik perpajakan…......................... 8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..................... ......................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... iv

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


peran seorang akuntan forensik yang dianggap memiliki keahlian di bidang
keuangan dan akuntansi digunakan untuk mengungkap setiap tindakan dan
menghitung jumlah kerugian negara akibat dari tindakan pencucian uang tersebut. Di
dalam setiap proses penyidikan dan investigasinya para akuntan forensik menerapkan
disiplin ilmu akuntansi forensik dan audit investigatif. Akuntansi forensik adalah
penerapan disiplin ilmu akuntansi dalam arti luas, termasuk auditing, pada masalah
hukum untuk penyelesaian hukum di dalam atau di luar pengadilan, di sektor publik
maupun privat.
Pada awalnya akuntansi forensik merupakan perpaduan yang sederhana antara
akuntansi dan hukum, tetapi pada kasus yang lebih rumit ada tambahan ilmu yang
terkandung dalam akuntansi forensik yaitu ilmu audit. Sedangkan audit investigatif
merupakan upaya pembuktian, umumnya pembuktian ini berakhir di pengadilan dan
ketentuan hukum acara yang berlaku dengan menerapkan beberapa teknik. Audit
investigatif dalam praktiknya memiliki beberapa jenis teknik.
Teknik audit investigatif itu diantaranya teknik audit, teknik perpajakan, follow the
money, computer forensic, dan teknik kunci. Teknik-teknik tersebut akan digunakan
selama proses investigasi dimulai dari pendeteksian kecurangan hingga perhitungan
jumlah kerugian yang dialami negara.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Audit Investigasi?
2. Apa tujuan dari audit investigasi?
3. Apa saja audit investigasi dengan teknik auditr?
4. Apa saja audit investigasi dengan teknik perpajakan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari audit investigasi
2. Untuk mengetahui tujuan dari audit investigasi
3. Untuk mengetahui audit investigasi dengan teknik audit
4. Untuk mengetahui audit investigasi dengan teknik perpajakan

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Audit Investigatif
Pengertian investigasi dan pemeriksaan fraud digunakan silih berganti sebagai
sinonim. Idealnya ada kesamaan makna konsep-konsep auditing dan hukum, namun
dari segi filsafat auditing dan filsafat hukum, hal itu tidaklah mungkin. Suatu investigasi
hanya dimulai apabila ada dasar yang layak, yang dalam investigasi dikenal sebagai
predication. Istilah audit investigatif menegaskan bahwa yang dilaksanakan adalah
suatu audit. Audit umum atau audit keuangan (general audit atau independent audit)
bertujuan memberi pendapat auditor independen mengenai kewajaran penyajian
laporan keuangan Oleh karena itu, audit ini juga disebut opinion audit.
Audit investigatif lebih dalam dan tidak jarang melebar ke audit atas hal-hal yang
tidak disentuh atau tidak tersentuh oleh opinion audit. Audit investigatif diarahkan
kepada pembuktian ada atau tidak adanya fraud (termasuk korupsi) dan perbuatan
melawan hukum lainnya (seperti tindak pidana pencucian uang).
Meskipun tujuan opinion audit berbeda dari audit investigatif, teknik auditnya
sama. Hal yang berbeda hanyalah penerapan yang lebih intens dalam audit
investigatf. Penerapan teknik yang lebih mendalam, kadang-kadang melebar, dengan
fokus pada pengumpulan bukti hukum untuk menentukan apakah seseorang
melakukan atau tidak melakukan fraud.
2.2 Tujuan Audit Investigasif
Istilah audit investigasi dalam penggunaan sehari-hari, memberi kesan seolah-
olah hanya ada satu jenis. Jenis yang kita kenal umumnya adalah dalam konterks
tindak pidanna korupsi. Tujuan akhirnya adalah menjebloskan koruptor ke penjara dan
atau mendapatkan kembali sebagian atau seluruh hasil jarahannya.
Pemilihan di antara berbagai alternatif tujuan investigasi, tergantung dari
organisasi atau lembaganya serta mandat yang dipunyainya, jenis dan besarnya
kecurangan, dan budaya di lembaga tersebut. Tanggung jawab untuk menentukan
tujuan yang ingin dicapai dalam suatu investigasi terletak pada pimpinan.
Macam-macam alternatif mengenai tujuan investigasi yang diambil dari K. H.
Spencer Pickett dan Jeniffer Pickett, financial Crime Investigation and Control (2002).
1. Memberhentikan manajemen. Tujuan utamanya adalah sebagai teguran keras
bahwa manajemen tidak mampu mempertanggungjawabkan kewajiban fidusianya.

2
2. Memeriksa, mengumpulkan, dan menilai cukupnya dan relevannya bukti. Tujuan
ini akan menekankan bisa diterimanya bukti-bukti sebagai alat bukti untuk
meyakinkan hakim di pengadilan.
3. Melindungi reputasi dari karyawan yang tidak bersalah. Investigasi
mengungkapkan siapa yang bersalah. Mereka yang tidak bersalah terbebas dari
tuduhan.
4. Menemukan dan mengamankan dokumen yang relevan untuk investigasi. Tujuan
dari investigasi ini adalah menjaga keutuhan dokumen.
5. Menemukan aset yang digelapkan dan mengupayakan pemulihan dari kerugian
yang terjadi.Tujuan in imeliputi penelusuran rekening bank bank, pembekuan
rekening, izin-izin untuk proses penyitaan dan atau penjualan aset, dan penentuan
kerugian yang terjadi.
6. Memastikan bahwa semua orang, terutama mereka yang diduga menjadi pelaku
kejahatan, mengerti kerangka acuan dari investigasi tersebut; harapannya adalah
bahwa mereka bersedia bersikap koorperatif dalam investigasi itu.
7. Memastikan bahwa pelaku kejahatan tidak bisa lolos dari perbuatannya. Ada dua
versi dari pendekatan ini. Pertama, lakukan penuntutan tanpa pandang bulu,
berapa pun besar biayanya, siapa pun pelakunya (penjahat besar maupun kecil).
Kedua, kejar si penjahat untuk mengembalikan dana atay aset yang dicurinya, dan
kemudian minta dia mengundurkan diri atau diberhentikan.
8. Menyapu bersih semua karyawan pelaku kejahatan. Seperti pada butir di atas,
tujuan utamanya adalah menyingkirkan “buah busuk” agar “buah segar” tidak ikut
busuk. Pendekatannya adalah pendekatan disiplin perusahaan.
9. Memastikan bahwa perusahaan tidak lagi menjadi sasaran penjarahan.
Pendekatan ini menghentikan kerugian lebih lanjut dan menutup celah-celah
peluang (loopholes) terjadinya kejahatan.
10. Menentukan bagaimana invetigasi akan dilanjutkan. Dalam investigasi ini laporan
kemajuan memungkinkan evaluasi, apakah kita akan melanjutkannya. Kalau “iya”,
bagaimana lingkupnya.
11. Melaksanakan investigasi sesuai standar, sesuai dengan peraturan perusahaan,
sesuai dengan buku pedoman. Tujuan ini biasanya didasarkan atas pengalaman
buruk.
12. Menyediakan laporan kemajuan secara teratur untuk membantu pengambilan
keputusan mengenai investigasi di tahap berikutnya. Banyak investigasi bersifat
iterative, artinya suatu investigasi atas dugaan kejahatan menghasilkan temuan

3
baru yang melahirkan dugaan tambahan atau suatu dugaan baru. Investigasi
pertama diikuti dengan investigasi berikutnya, dan seterusnya, secara iterative
memperluas pemahaman investigator mengnai berapa dalamnya masalah yang
dihadapi. Konsultasi, diskusi, dan prestasi dari temuan-temuan secara berkala
(mingguan, misalnya), merupakan ciri khas dari pendekatan ini.
13. Memastikan pelakunya tidak melarikan diri atau menghilang sebelum tindak lanjut
yang tepat dapat diambil. Ini biasanya merupakan tujuan investigasi dalam hal
pelaku tertangkap tangan, seperti dalam kasus pencurian di supermarket.
14. Mengumpulkan cukup bukti yang dapat diterima pengadilan, dengan sumber daya
dan terhentinya kegiatan perusahaan seminimal mungkin. Pendekatan ini
berupaya mencari pemecahan yang optimal dalam kasus yang terjadi.
15. Memperoleh gambaran yang wajar tentang kecurangan yang terjadi dan membuat
keputusan yang tepat mengenai tindakan yang harus diambil. Hasil investigasi
sering kali ditindaklanjuti secara emosional. Dengan memperoleh gambaran yang
layak (fair) maka pimpinan secara sadar membuat keputusan tentang siapa yang
melakukan investigasi (harus seorang profesional) dan bagaiman tindak lanjutnya.
16. Mendalami tuduhan (baik oleh orang dalam atau luar perusahaan, baik lisan
maupun tertulis, baik dengan nama terang atau dalam bentuk surat kaleng) untuk
menanggapinya secara tepat. Fokusnya adalah pada konteks tuduhan itu dan
apakah tuduhan itu akan dianggap serius.
17. Memastikan bahwa hubungan dan suasana kerja tetap baik. Hal ini sangat penting
ketika moral kerja merupakan kunci keberhasilan dalam perusahaan atau tim kerja.
18. Melindungi nama baik perusahaan atau lembaga. Tujuan dari investigasi ini
tentunya bukan untuk melindungi lembaga yang sebagian besar memang sudah
korup. Kalau tujuan ini ditetapkan dalam kondisi semacam ini, maka yang terjadi
adalah persekongkolan jahat atau kolusi. Tujuan investigasi di atas sangat tepat
apabila kejahatan dilakukan oleh segelintir orang, padahal reputasi perusahaan
secara keseluruahan terancam.
19. Mengikuti seluruh kewajiban hukum dam mematuhi semua ketentuan mengenai
due diligence dan klaim kepada pihak ketiga (misalnya klaim asuransi).
20. Melaksanakan investigasi dalam koridor kode etik. Dengan menetapkan tujuan
investigasi ini, perusahaan ingin memastikan bahwa investigator senantiasa
mengikuti kode etik yang sudah ditetapkan.

4
21. Menentukan siapa pelaku dan mengumpulkan bukti mengenai niatnya. Prakarsa
ini bermaksud untuk menyeret si pelaku ke pengadilan pidana. Dengan demikian,
seluruh daya dikerahkan disertai publisitas penuh, yang sangat sejalan dengan
kebijakan “tanpa ampun” (zero-tolerance policy).
22. Mengumpulkan bukti yang cukup untuk menindak pelaku dalam perbuatan yang
tidak terpuji. Ini serupa dengan tujuan dalam butir 21 diatas, dengan perbedaan
bawa butir ini diproses melalui ketentuan administratif atau perdata.
23. Mengidentifikasi praktik manajemen yang tidak dapat dipertanggungjawabkan atau
perilaku yang melalaikan tanggung jawab. Investigasi dilakukan dalam dua tahap.
Tahap pertama diarahkan kepada pelaku. Sedangkan tahap kedua, kepada
atasannya.
24. Mempertahankan kerahasiaa dan memastikan bahwa perusahaan atau lembaga
ini tidak terperangkap dalam ancaman tuntutan pencemaran nama baik. Tujuan
investigasi ini harus jelas dan ditegaskan sebelum investigasi dilakukan.
25. Mengidentifikasi saksi yang melihat atau mengetahui terjadinya kecurangan dan
memastikan bahwa mereka memberikan bukti yang mendukung tuduhan dakwaan
terhadap si pelaku. Tujuan ini berkaitan deng petunjuk bahwa si pelaku
mengidentifikasi orang-orang yang secara potensial bisa menjadi saksi.
26. Memberikan rekomendasi mengenai bagaimana mengelola risiko terjadinya yang
akan mencegah atau mengurangi terjadinya kecurangan. Dalam jangka panjang,
manejemen risiko yang baik akan mencegah atau mengurangi terjadinya
kecurangan.

Tujuan audit investigatif adalah mengumpulkan bukti-bukti yang dapat diterima


oleh ketentuan perundang-undangan yang berlaku atau mengumpulkan bukti hukum
dan barang bukti sesuai dengan acara hukum pembuktian yang berlaku.

Audit investigatif lebih dalam dan lebih luas dari audit atas laporan keuangan,
karena bukti hukum dan barang bukti yang dikumpulkan akuntan forensik, akan diuji
dalam persidangan (pengadilan atau di luar pengadilan). Pengujian inilah yang akan
menentukan apakah bukti dan barang bukti ini dapat menjadi alat bukti yang dapat
memberikan keyakinan kepada majelis hakim (di dalam pengadilan) atau arbitrators
(di luar pengadilan).

5
2.3 Audit Investigatif dengan Teknik Audit
Teknik audit adalah cara-cara yang dipakai dalam mengaudit kewajaran
penyajian laporan keuangan. Hasil daripenerapan teknik audit adalah bukti audit. Ada
tujuh teknik dengan jenis bukti auditnya, yakni:
1. Memeriksa fisik (physical examination);
Memeriksa fisik atau physical exaination lazimnya diartikan sebagai
penghitungan uang tunai (baik dalam mata uang rupiah atau mata uang asing).
Keras berharga, persediaan barang, dan barang berwujud (tangible assets)
lainnya.
Mengamati sering diartikan sebagai pemanfaatan indera kita untuk
mengetahui sesuatu.
Dalam kedua teknik ini investigator menggunakan inderanya, untuk
mengetahui atau memahami sesuatu.

2. Meminta konfirmasi (confirmation);


Meminta informasi baik lisan maupun tertulis kepada auditee, merupakan
prosedur yang biasa dilakukan auditor.
Seperti dalam audit, juga dalam audit investigatif, permintaan informasi harus
dibarengi, diperkuat, atau dikolaborasi dengan informasi dari sumber lain atau
diperkuat (substantiate) dengan cara lain. Permintaan informasi sangat penting,
dan juga merupakan prosedur yang normal dalam suatu audit investigatif.
Meminta konfirmasi adalah meminta pihak lain (dari yang diaudit investigatif)
untuk menegaskan kebenaran atau ketidakbeneran suatu informasi. Dalam
audit, teknik ini umumnya diterapkan untuk mendapat kepastian mengenai saldo
utang-piutang. Akan tetapi sebenarnya ia dapat diterapkan untuk berbagai
informasi, keuangan maupun nonkeuangan.
Dalam audit investigatif kita harus memperhatikan apakah pihak ketiga
mempunyai kepentingan dalam audit investigatif.

3. Memeriksa dokumen (documentation);


Tak ada audit investigatif tanpa pemeriksaan dokumen. Hanya saja, dengan
kemajuan teknologi, definisi dokumen menjadi lebih luas, termasuk informasi
yang diolah, disimpan, dan dipindahkan secara elektronis (digital).

4. Review analitikal (analytic review atau analytical review);


Stringer dan Stewart menulis, Analytical review sebagai suatu bentuk
penalaran deduktif. Tekanannya adalah pada penalarna, proses berpikirnya.
Penalaran yang membawa seorang auditor atau investigator pada gambaran
mengenai wajar, layak, atau pantasnya suatu data individual disimpulkan dari
gambaran yang diperoleh secara global, menyeluruh atau agregat.
5. Meminta informasi lisan atau tertulis dari auditee (inquaries of the auditee);
6. Menghitung kembali (reperformance);
Menghitung kembali atau reperform tidak lain dari mengecek kebenaran
perhitungan (kali, bagi, tambah, kurang, dan lain-lain). Ini prosedur yang sangat
lazim dalam audit. Biasanya tugas ini diberikan kepada seorang yang baru mulai
bekerja sebagai auditor; seorang junior auditor di kantor akuntan.
Dalam audit investigatif, perhitungan yang dihadapi umumnya sangat
kompleks, didasarkan atas kontrak atau perjanjian yang rumit, mungkin sudah
terjadi perubahan dan renergoisasi berkali-kali dengan pejabat (atau kabinet)
yang berbeda. Perhitungan ini dilakukan atau disupervisi oleh investigator yang
berpengalaman.
Dalam audit atas laporan keuangan, tujuanya adalah memberikan pendapat
(independent auditors’ opinion) mengenai kewajaran laporan keuangan sesuai
dengan standar akuntansi keuangan. Hasil audit ini ditunjukkan oleh bentuk
opini, seperti unqualified opinion, qualified opinion, disclaimer of opinion, atau
adverse opinion.

7. Mengamati (observation).
Kunci keberhasilan dari semua teknik audit investigatif adalah sebagai berikut.
a. Mengerti dengan baik persoalan yang akan dipecahkan, apa yang akan
diaudit investigatif.
b. Kuasai dengan baik teknik-teknik audit investigatif.
c. Cermat dalam menerapkan teknik yang dipilih.
d. Cermat dalam menarik kesimpulan dari hasil penerapan teknik yang kita
pilih.

7
2.4 Audit Investigatif dengan Teknik Perpajakan
Dua teknik audit investigatif adalah net worth method dan expenditure method.
Keduanya menggunakan logika pembukuan atau akuntansi yang sederhana.
1. Net Worth Method
Net worth amethod diterapkan oleh kantor pajak Amerika Serikat (IRS). Net
worth method untuk audit investigatif pajak ingin membuktikan adanya PKP yang
belum dilaporkan oleh Wajib Pajak. Untuk organized crime yang ingin dibuktikan
adalah terdapatnya penghasilan yang tidak sah, melawan hukum, atau illegal
income.
a. Net Worth Method untuk Perpajakan
Di Amerika Serikat di mana net worth method diterima sebagai cara
pembuktian tidak langsung, dasar penggunaannya adalah kewajiban Wajib
Pajak untuk melaporkan semua penghasilannya (sebagaimana didefinisikan
oleh undang-undangnya) dalam tax returns mereka. Ketentuan serupa juga
berlaku di Indonesia di mana Wajib Pajak diwajibkan penghasilannya secara
lengkap dan benar dalam SPT (Surat Pemberitahuan Tahunan, dalam hal ini
SPT PPh).
Pemeriksa pajak menetapkan net worth atau kekayaan bersih pada awal
tahun. Ini diperoleh dari pengurangan seluruh aset seseorang dengan seluruh
kewajibannya. Jadi di awal tahun tertentu, sebutlah Tahun 1, net worth =
assets – liabilities. Hal yang sama dilakukan untuk menentukan net worth
Tahun 2.
Selanjutnya, net worth Tahun 1 dibandingkan dengan net worth Tahun 2.
Perbandingan ini akan menghasilkan kenaikan net worth (net worth increase)
yang seharusnya sama dengan PKP untuk Tahun 2. Oleh karena itu,
kenaikan net worth ini dibandingkan dengan penghasilan yang dilaporkan
dalam SPT PPh Tahun 2.
b. Net Worth untuk Organized Crime
Dengan rumus yang hampir sama, kita dapat menentukan illegal income.
Seperti disebutkan tadi, di Amerika Serikat metode ini digunakan dalam
memerangi organized crime. Di Indonesia pendekatan ini dapat digunakan
untuk memerangi korupsi. Ketentuan perundangannya sudah ada, yakni
laporan mengenai kekayaan pejabat.

8
2. Expenditure Method
Expenditure method adalah derivasi dari net worth method. Namun,
perlakuan terhadap aset dan kewajibannya berbeda. Expenditure method
dimaksudkan untuk menetukan unreported taxable income. Expenditure method
lebih cocok untuk para Wajib Pajak yang tidak mengumpulkan harta benda, tetapi
mempunyai pengeluaran-pengeluaran besar (mewah).
Rumus untuk menghitung illegal income dengan menggunakan expenditure
method lebih sederhana daripada perhitungan unreported taxable income, yakni:
illegal income = expenditure dikurangi penghasilan dari legal sources.
Expenditure method harusnya digunakan untuk kasus perpajakan apabila
kondisi-kondisi berikut sangat kuat atau dominan.
1. Wajib Pajak tidak menyelenggarakan pembukuan atau catatan.
2. Pembukuan dan catatan Wajib Pajak tidak tersedia, misalnya karena
terbakar.
3. Wajib Pajak menyelenggarakan pembukuan tetapi tidak memadai.
4. Wajib Pajak menyembunyikan pembukuannya.
5. Wajib Pajak tidak mempunyai aset yang terlihat atau dapat diidentifikasi.

Expenditure method harusnya digunakan untuk kasus organized crime


apabila kondisi-kondisi berikut sangat kuat atau dominan.
1. Tersangka kelihatannya tidak membeli aset seperti tanah, rumah, saham,
perhiasan, mobil atau kapal mewah, dan seterusnya.
2. Tersangka mempunyai gaya hidup mewah dan agaknya di luar
kemampuannya.
3. Tersangka diduga mengepalai jaringan kejahatan, atau semua saksi yang
memberatkan dia adalah para panjahat yang sudah dijatuhi hukuman.
4. Illegal income harus ditentukan menghitung denda, menghitung keuangan
negara, dan pungutan negara lainnya.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Istilah audit investigasi dalam penggunaan sehari-hari, memberi kesan seolah-


olah hanya ada satu jenis. Jenis yang kita kenal umumnya adalah dalam konterks
tindak pidanna korupsi. Tujuan akhirnya adalah menjebloskan koruptor ke penjara dan
atau mendapatkan kembali sebagian atau seluruh hasil jarahannya.
Teknik audit adalah cara-cara yang dipakai dalam mengaudit kewajaran penyajian
laporan keuangan. Hasil dari penerapan teknik audit adalah bukti audit. Terdapat tujuh
teknik audit, selain teknik investigasi audit adapun teknik investigasi perpajakan,
Terdapat Dua teknik audit investigatif perpajakan ialah net worth method dan
expenditure method.

10
DAFTAR PUSTAKA

Http://dconsultingbusinessconsultant.com-audit-investigasi-dengan-perpajakan

http://wikipedia-audit-investigasi-dan-teknik-perpajakan

iv

Anda mungkin juga menyukai