N Standar Luaran Keperawatan Indonesia Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Indonesia O (SLKI) (SIKI) (SDKI)
1 Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Nyeri
Definisi selama ... x ... jam diharapkan tingkat nyeri Observasi Pengalaman sensorik atau emosional menurun dengan kriteria hasil : a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, yang berkaitan dengan kerusakan SLKI : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri jaringan aktual atau fungsional, dengan Tingkat Nyeri b. Identifikasi skala nyeri onset mendadak atau lambat dan 1. Kemampuan menuntaskan aktivitas c. Identifikasi respon nyeri nonverbal berintensitas ringan hingga berat yang meningkat d. Identifikasi factor yang memperberat dan berlangsung kurang dari 3 bulan 2. Keluhan nyeri menurun memperingan nyeri Penyebab 3. Meringis menurun e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan a. Agen pencedra fisiologis (mis. 4. Sikap protektif menurun tentang nyeri Inflamasi iskemia, neoplasma) 5. Gelisah menurun f. Monitor efek samping penggunaan b. Agenpencedera kimiawi (mis. 6. Kesulitan tidur menurun analgetik Terbakar, bahan kimia iritan) 7. Menarik diri menurun Terapeutik c. Agen pencedera fisik (mis. 8. Berfokus pada diri sendiri menurun a. Berikan teknik non farmakologis untuk Abses, amputasi, prosedur 9. Diaforesis menurun mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, operasi, taruma, dll) 10. Perasaan depresi (tertekan) menurun hipnosis, akupresur, terapi musik, Gejala dan Tanda Mayor 11. Perasaan takut mengalami cedera biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, Subjektif berulang menurun teknik imajinasi terbimbing, tarik napas a. mengeluh nyeri 12. Anoreksia menurun dalam, kompres hangat/dingin, terapi Objektif 13. Perineum merasa tertekan menurun bermain) a. Tampak meringis 14. Uterus teraba membuat menurun b. Kontrol lingkungan yang memperberat b. Bersikap proaktif (mis. waspada, 15. Ketegangan otot menurun rasa nyeri (mis. suhu ruangan, posisi menghindari nyeri) 16. Pupil dilatasi menurun pencahayaan, kebisingan) c. Gelisah 17. Muntah menurun c. Fasilitasi istirahat tidur d. Frekuensi nadi meningkat 18. Mual menurun d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri e. Sulit tidur 19. Frekuensi nadi membaik dalam pemilihan strategi meredakan nyeri Gejala dan Tanda Minor 20. Pola napas membaik Edukasi Subjektif 21. Tekanan darah membaik a. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu - 22. Proses berpikir membaik nyeri Objektif 23. Fokus membaik b. Jelaskan strategi meredakan nyeri a. Tekanan darah meningkat 24. Fungsi berkemih membaik c. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri b. Pola nafas berubah 25. Perilaku membaik d. Anjurkan menggunakan analgetik secara c. Nafsu makan berubah 26. Nafsu makan membaik tepat d. Proses berpikir terganggu 27. Pola tidur membaik e. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk e. Menarik diri mengurangi rasa nyeri f. Berfokus pada diri sendiri Kolaborasi g. Diaforesisi a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu Kondisi Klinis Terkait a. Kondisi pembedahan Pemberian Analgesik b. Cedera traumatis Observasi c. Infeksi a. Identifikasi karakteristik nyeri d. Sindrom koroner akut (mis.pencetus, pereda, kulaitas, lokasi, e. Glaukoma intensitas, frekuensi, durasi) b. Identifiaksi riwayat alergi obat c. Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis.narkotika, non-narkotika, atau NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri Terapeutik a. Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia optimal, jika perlu b. Pertimbangkan penggunaan infus koninu, atau bolus opioid untuk mempertahankan kadar dalam erum c. Tetapkan target efektifitas analgesik untuk mengoptimalkan respons pasien d. Dokumentasikan respons terhadap efek analgesik dan efek yang tidak diinginkan Edukasi a. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat Kolaborasi a. Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi
2 Defisit nutrisi Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Nutrisi
Definisi selama ... x ... jam diharapkan status nutrisi Observasi Asupan nutrisi tidak cukup untuk membaik dengan kriteria hasil : a. Identifikasi status nutrisi memenuhi kebutuhan metabolisme SLKI : b. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan Penyebab Status Nutrisi c. Identifikasi makanan yang disukai a. Ketidakmampuan menelan 1. Porsi makanan yang dihabiskan d. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis makanan meningkat nutrien b. Ketidakmampuan mencerna 2. Kekuatan otot pengunyah meningkat e. Identifikasi perlunya penggunaan selang makanan 3. Kekuatan otot menelan meningkat nasogastrik c. Ketidakmampuan mengabsorbsi 4. Serum albumin meningkat f. Monitor asupan makanan nutrien 5. Verbalisasi keinginan untuk meningkat g. Monitor berat badan d. Peningkatan kebutuhan nutrisi meningkat h. Monitor hasil pemeriksaan laboratorium metabolisme 6. Pengetahuan tentang pilihan Terapeutik e. Faktor ekonomi (misal, finansial makanan/minuman yang sehat a. Lakukan oral hygiene sebelum makan, tidak mencukupi) meningkat jika perlu f. Faktor psikologis (misal, stres, 7. Pengetahuan tentang standar asupan b. Fasilitasi menentukan pedoman diet keengganan untuk makan) nutrisi yang tepat meningkat (mis.piramida makanan) Gejala dan Tanda Mayor 8. Penyiapan dan penyimpanan makanan/ c. Sajikan makanan secara menarik dan suhu Subjektif minuman yang aman meningkat yang sesuai - 9. Sikap terhadap makanan/minuman d. Berikan makanan tinggierat untuk Objektif sesuai dengan tujuan kesehatan mencegah konstipasi a. Berat badan menurun minimal meningkat e. Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi 10% di bawah rentang ideal 10. Perasaan cepat kenyang menurun protein Gejala dan Tanda Minor 11. Nyeri abdomen menurun f. Berikan suplemen makanan, jika perlu Subjektif 12. Sariawan menurun g. Hentikan pemberian makan melalui selang a. Cepta kenyang setelah makan 13. Rambut rontok menurun nasogastrik jika asupan oral dapat b. Kram/nyeri abdomen 14. Diare menurun ditoleransi c. Nafsu makan menurun 15. Berat badan membaik Edukasi Objektif 16. Indeks Massa Tubuh (IMT) membaik a. Anjurkan posisi duduk, jika mampu a. Bising usus hiperaktif 17. Frekuensi makan membaik b. Ajarkan diet yang diprogramkan b. Otot pengunyah lemah 18. Nafsu makan membaik Kolaborasi c. Otot menelan lemah 19. Bising usus membaik a. Kolaborasi pemberian medikasi sebelum d. Membran mukosa pucat 20. Tebal lipatan kulit triceps membaik makan (mis.pereda nyeri, antiemetik), jika e. Sariawan 21. Membran mukosa perlu f. Serum albumin turun 22. Frekuensi makan membaik b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk g. Rambut rontok berlebihan menentukan jumlah kalori dan jenis h. diare nutrien yang dibutuhkan, jika perlu Kondisi Klinis Terkait Promosi Berat Badan a. stroke Observasi b. parkinson a. Identifikasi kemungkinan penyebab BB c. mobius syndrome kurang d. cerebral palsy b. Monitor adanya mual dan muntah e. cleft lip c. Monitor jumlah kalori yang dikonsumsi f. c;eft palate sehari-hari g. amyotropic lateral sclerosis d. Monitor berat badan h. kerusakan neuromuskular e. Monitor albumin, limfosit dan elektroit i. luka bakar serum j. kanker Terapeutik k. infeksi a. Berikan perawatan mulut sebelum l. AIDS pemberian makan, jika perlu m. Penyakit Crohn’s b. Sediakan makanan yang tepat sesuai n. Enterokolitis kondisi pasien (mis.makanan dengan o. Fibrosis kistik tekstur halus, makanan yang diblender, makanan cair yang diberikan melalui NGT atau gastrostomi, total parenteral nutrition sesuai indikasi) c. Hidangkan makanan secara menarik d. Berikan suplemen, jika perlu e. Berikan pujian pada pasien/keluarga untuk peningkatan yang dicapai Edukasi a. Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun tetap terjangkau b. Jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan 3 Konstipasi Setelah dilakukan asuhan keperawatan Manajemen Eliminasi Fekal Definisi selama ... x ... jam diharapkan eliminasi fekal Observasi Penurunan defekasi normal yang disertai membaik dengan kriteria hasil : a. Identifikasi masalah usus dan penggunaan pengeluaran feses kering dan banyak SLKI : obat pencahar Penyebab Eliminasi Fekal b. Identifikasi pengobatan yang berefek pada Fisiologis 1. Kontrol pengeluaran feses meningkat kondisi gastrointestinal a. Penurunan motilitas 2. Keluhan defekasi lama dan sulit c. Monitor buang air besar (mis.warna, gastrointestinal menurun frekuensi, konsistensi, volume) b. Ketidakadekuatan pertumbuhan 3. Mengejan saat defekasi menurun d. Monitor tanda dan gejala diare, konstipasi, gigi 4. Distensi abdomen menurun atau impaksi c. Ketidakcukupan diet 5. Teraba massa pada rektal menurun Terapeutik d. Ketidakcukupan asupan serat 6. Urgency menurun a. Berikan air hangat setelah makan e. Ketidakcukupan asupan cairan 7. Nyeri abdomen menurun b. Jadwalkan waktu defekasi bersama pasien f. Aganglionik (mis.penyakit 8. Kram abdomen menurun c. Sediakan makanan tinggi serat Hircsprung) 9. Konsistensi feses membaik Edukasi g. Kelemahan otot abdomen 10. Frekuensi defekasi membaik a. Jelaskan jenis makanan yang membantu Psikologis 11. Peristaltik usus membaik meningkatkan keteraturan peristaltik usus a. Konfusi b. Anjurkan mencatat warna, frekuensi, b. Depresi konsistensi, volume feses c. Gangguan emosional c. Anjurkan meningkatkan aktivitas fisik, Situasional sesuai toleransi a. Perubahan kebiasaan makan d. Anjurkan pengurangan asupan makanan (mis.jenis makanan, ajdwal yang eningkatkan pembentukan gas makan) e. Anjurkan mengkonsumsi makanan yang b. Ketidakadekuatan toileting mengandung tinggi serat c. Aktivitas fisik harian kurang dari f. Anjurkan meningkatkan asupan cairan, yang dianjurkan jika tidak ada kontraindikasi d. Penyalahgunaan laksatif Kolaborasi e. Efek agen farmakologis a. Kolaborasi pemberian obat supositoria f. Ketidakteraturan kebiasaan anal, jika perlu defekasi g. Kebiasaan menahan dorongan Manajemen Konstipasi defekasi Observasi h. Perubahan lingkungan a. Periksa tanda dan gejala konstipasi Gejala dan Tanda Mayor b. Periksa pergerakan usus, karakteristik Subjektif feses (konsistensi, bentuk, volume dan a. Defekasi kurang dari 2 kali warna) seminggu c. Identifikasi faktor risiko konstipasi b. Pengeluaran feses lama dan sulit (mis.obat-obatan, tirah baring dan diet Objektif rendah serat) a. Feses keras d. Monitor tanda dan gejala ruptur usus b. Peristaltik menurun dan/atau peritonitis Gejala dan Tanda Minor Terapeutik Subjektif a. Anjurkan diet tinggi serat a. Mengejan saat defekasi b. Lakukan massage abdomen, jika perlu Objektif c. Lakukan evakuasi feses secara manua, a. Distensi abdomen jika perlu b. Kelemahan umum d. Berikan enema atau irigasi, jika perlu c. Teraba massa pada rektal Edukasi Kondisi Klinis Terkait a. Jelaskan etiologi masalah dan alasan a. Lesi/cedera pada medula spinalis tindakan b. Spina bifida b. Anjurkan peningkatan asupan cairan, jika c. Stroke tidak ada kontraindikasi d. Sklerosis multipel c. Latih buang air besar secara teratur e. Penyakit parkinson d. Ajarkan cara mengatasi f. Demensia konstipasi/impaksi g. Hiperparatiroidisme Kolaborasi h. Hipoparatiroidisme a. Konsultasi dengan tim medis tentang i. Ketidakseimbangan elektrolit penurunan/peningkatan frekuensi suara j. Hemoroid usus k. Obesitas b. Kolaborasi penggunaan obat pencahar, l. Pasca operasi obstruksi bowel jika perlu m. Kehamilan n. Pembesaran prostat o. Abses rektal p. Fisura anorektal q. Striktura anorektal r. Prolaps rektal s. Ulkus rektal t. Rektokel u. Tumor v. Penyakit Hircsprung w. Impaksi feses Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Indonesia 4. Bersihan Jalan Napas Tidak SLKI : SIKI Efektif Respirasi Latihan batuk efektif Penyebab : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Observasi Fisiologis selama …. X…. jam, maka bersihan o Identifikasi kemampuan batuk o Spasme jalan napas jalan nafas meningkat dengan kriteria o Monitor adanya retensi spuntum o Hipersekresi jalan napas hasil : o Monitor tanda dan gejala infeksi o Disfungsi neuromuskuler o Batuk efektif meningkat o Monitor input dan output cairan (mis. o Benda asing dalam jalan napas o Produksi spuntum menurun Jumlah dan karakteristik) o Adanya jalan napas buatan o Mengi menurun 2. Terapeutik o Sekresi yang tertahan o Wheezing menurun o Atur posisi semi fowler o Hyperplasia dnding jalan napas o Meconium (pada neonates) o Buang secret pada tempat spuntum o Proses infeksi menurun 3. Edukasi o Respon alergi o Frekusni nafas membaik o Jelaskan tujuan dan prosedur batuk o Efek agen farmakologi (misal. o Pola nafas membaik efektif Anastesi) 4. Kolaborasi Situasional o Kolaborasi pemberian mukolitik atau o Merokok aktif ekspektoran, jika perlu o Merokok pasif o Terpajan polutan Manajemen jalan nafas 1. Observasi o Monitor pola nafas (frekuensi, Gejala dan tanda : a. Mayor kedalaman, usaha nafas) Subjektif o Monitor bunyi nafas tambahan (mis. Tidak tersedia Gurgling,mengi,wheezing,ronkhi) Obyektif 2. Terapeutik o Batuk tidak efektif o Posisikan semi fowler o Tidak mampu batuk o Berikan minuman hangat o Sputum berlebih o Berikan oksigen o Mengi, wheezing dan/atau ronkhi 3. Edukasi kering o Anjurkan asupan cairan 200 ml/hari, o Meconium di jalan napas (pada jika tidak kontraindikasi neonatus) o Ajarkan teknik batuk efektif b. Minor 4. Kolaborasi Subyektif o Kolaborasi pemberian bronkodilator, o Dispnea ekspektoran, mukolitik, jika perlu o Sulit bicara o Ortopnea Pemantauan respirasi Obyektif 1. Observasi o Batuk tidak efektif o Monitor frekuensi, irama, kedalaman, o Tidak mampu batuk dan upaya nafas o Bunyi napas menurun o Monitor pola nafas (seperti bradipnea, o Frekuensi napas berubah takipnea, hiperventilasi, kussmaul, o Pola napas berubah cheyne-stokes, ataksisk) o Monitor saturasi oksigen Kondisi klinis terkait o Auskultasi bunyi nafas o Gullian barre syndrome o Palpasi kesimetrisan ekspansi paru o Sclerosis multiple o Monitor nilai AGD o Myasthenia gravis o Monitor hasil x-ray thoraks o Prosedur diagnostic (mis. 1. Terapeutik Bronkoskopi, o Atur interval pemantauan respirasi transesophageal sesuai kondisi pasien echocardiography [TEE]) o Dokumentasikan hasil o Depresi system saraf pusat pemantauandukasi o Cedera kepala o Jelaskan tujuan dan prosedur o Stroke pemantauan o Kuadriplegia o Informasikan hasil pemantauan, jika o Sindrom aspirasi meconium perlu o Infeksi saluran napas
5. Hipertermia SLKI : SIKI
Penyebab Termoregulasi Regulasi Temperatur o Dehidrasi Setelah dilakukan intervensi selama Observasi o Terpapar lingkungan panas ….x…… jam, maka hipertermia Monitor suhu tubuh anak sampai stabil o Proses penyakit (mis. Infeksi dan menurun dengan keriteria hasil (36,5C – 37,5C) kanker) Monito suhu tubuh anak tiap dua jam, jika o Ketidaksesuaian pakaian dengan o Menggigil menurun perlu suhu lingkungan o Tidak tampak kulit yang memerah Monitor tekanan darah, frekuensi o Peningkatan laju metabolissme o Tidak ada kejang pernapasan dan nadi o Respon trauma o Tidak tampak Akrosianosis Monitor warna dan suhu kulit o Konsumsi oksigen menurun Monitor dan catat tanda dan gejala o Aktivitas berlebih o Penggunaan incubator o Piloereksi menurun hipotermia dan hipertermia o Idak tampak pucat Terapeutik Gejala dan tanda o Tidak terdapat takikardia Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika a. Mayor o Tidak tampak takipnea perlu Subyektif o Tidak terdapat bradikardia Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang Tidak tersedia o Tidak ada hipoksia adekuat Obyektif Sesuaikan suhu lingkungan dengan o Suhu tubuh membaik o Suhu tubuh diatas nilai normal kebutuhan pasien o Suhu kulit membaik b. Minor Edukasi o Kadar glukosa membaik Subyektif Jelaskan cara pencegahan hipotermia Tidak tersedia karena terpapar udara dingin Obyektif Kolaborasi o Kulit merah Kolaborasi pemberian antipiretik, jika o Kejang perlu. o Takardi o Tachipnea Pemantauan Cairan Observasi o Kulit terasa hangat Monitor Nadi, RR dan TD Monitor berat badan Kondisi Klinis Terkait Monitor elastisitas atau turgor kulit o Proses infeksi Monitor jumlah, warna dan berat jenis o Hipertiroid urine o Stroke Monior intake dan output cairan o Dehidrasi Identifikasi faktor risiko o Trauma ketidakseimbangan cairan o Prematuritas Terapeutik Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien Dokumentasikan hasil pemantuan Edukasi Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan Informasikan hasil pemantauan, jika perlu. 6. Pola nafas tidak efektif SIKI SIKI Penyebab Respirasi : Manajemen jalan nafas Depresi pusat pernapasan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi Hambatan upaya napas keperawatan ...x... jam, maka pola nafas Monitor pola nafas (frekuensi, Deformitas dinding dada tidak efektif menigkat dengan kriteria kedalaman, usaha nafas) Deformitas tulang dada hasil : Monitor bunyi nafas tambahan Gangguan neuromuscular Penggunaan otot bantu nafas (mis. Gurgling, mengi, Gangguan neurologis menurun wheezing, ronkhi) Penurunan energy Dispnea menurun 2. Terapeutik Obesitas Pemanjangan fase ekspirasi Posisikan semi fowler Posisi tubuh yang menghambat menurun Berikan minuman hangat ekspansi paru Frekuensi nafas membaik Berikan oksigen Sindrom hipoventilasi Kedalaman nafas membaik 3. Edukasi Kerusakan inervasi diafragma Anjurkan asupan cairan 200 ml/hari, jika tidak kontraindikasi Cedera pada medulla spinalis Ajarkan teknik batuk efektif Efek agen farmakologis 4. Kolaborasi Kecemasan Gejala dan tanda mayor Kolaborasi pemberian Subjektif bronkodilator, ekspektoran, Dyspnea mukolitik, jika perlu Objektif Penggunaan otot bantu Pemantauan respirasi pernafasan 1. Observasi Fase ekspirasi memanjang Monitor frekuensi, irama, kedalaman, Pola nafas abnormal dan upaya nafas Gejala dan tanda minor Monitor pola nafas (seperti bradipnea, Sujektif takipnea, hiperventilasi, kussmaul, Ortopnea cheyne-stokes, ataksisk) Objektif Monitor saturasi oksigen Pernafasan pursed lips Auskultasi bunyi nafas Pernapasan cuping hidung Palpasi kesimetrisan ekspansi paru Diameter thoraks anterior Monitor nilai AGD posterior meningkat Monitor hasil x-ray thoraks Ventilasi semenit menurun 2. Terapeutik Kapasitas vital menurun Atur interval pemantauan respirasi Tekanan ekspirasi menurun sesuai kondisi pasien Tekanan inspirasi menurun Dokumentasikan hasil pemantauan Ekskursi dada berubah 3. Edukasi Jelaskan tujuan dan prosedur Kondisi klinis terkait pemantauan Depresi system saraf pusat Informasikan hasil pemantauan, jika Cedera kepala perlu Trauma thoraks Gullian bare syndrome Multiple sclerosis Myasthenia gravis Stroke Kuadriplegia Intoksikasi alcohol 7. Intoleransi aktivitas berhubungan SLKI SIKI dengan ketidakseimbangan antara a. Toleransi Aktivitas Manajemen Energi suplay dengan kebutuhan oksigen Setelah .. x 24 jam diharapkan toleransi Observasi aktivitas meningkat dengan - Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang Kriteria Hasil mengakibatkan kelelahan - Kemudahan melakukan aktivitas - Monitor kelelahan fisik dan emosional sehari-hari meningkat Terapeutik - Keluhan lelah menurun - Sediakan lingkungan nyaman dan rendah - Dispneu saat aktivitas menurun stimulus (mis, cahaya, suara, kunjungan) - Dispneu setelah aktivitas menurun - Fasilitas duduk disisi tempat tidur, jika tidak - Perasaan lemah menurun dapat berpindah atau berjalan - Saturasi Oksigen membaik Edukasi - Frekuensi nafas membaik - Anjurkan tirah baring - Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap - Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang Kolaborasi Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan 8. Gangguan eliminasi urin SLKI SIKI Kriteria hasil: Manajemen Eliminasi Urin Eliminasi Urine - identifikasi faktor yang menimbulkan - Sensasi berkemih meningkat terjadinya retensi urin - distensi kandung kemih menurun - monitor eliminasi urin (frekuensi, - urin menetes (dribbling) konsistensi, aroma, volume dan warna) menurun - ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran - nokturia menurun kemih - disuria menurun - kolaborasi pemberian obat, (supositoria uretra jika perlu) Kateterisasi Urin - periksa kondisi pasien (distensi kandung kemih, reflex berkemih) - siapkan peralatan yang dibutuhkan - siapkan pasien, berikan posisi : dorsal rekumben (wanita), supine (laki-laki) - pasang sarung tangan - bersihkan daerah perineal dengan cairan NaCl - lakukan insersi kateter urine dengan prinsip aseptic - sambungkan kateter urine dengan urobag - isi balon dengan NaCl sesuai petunjuk pabrik - pastikan kantung urine ditempatkan lebih rendah dari kandung kemih - berikan label waktu pemasangan Edukasi - jelasskan tujuan dan prosedur pemassangan kateter urine - anjurkan menarik napas saat insersi sselang kateter Perawatan Kateter Urine - Monitor kepatenan kateter urine - Monitor tanda dan gejala obstruksi aliran urinen - Monitor kebocoran kateter, selang dan kantung urine - Monitor input dan output cairan - Lepaskan kateter urine sesuai kebutuhan