Anda di halaman 1dari 26

CRITICAL BOOK REPORT

BIMBINGAN KELOMPOK

Dosen pengampu :

NAMA :

NIM :

KELAS :

JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa , atas segala limpahan
rahmatnya, sehingga saya dapat menyelesaikan critical book report ini dalam bentuk maupun isinya
yang sangat sederhana. Semoga critical book ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Critical book ini disusun dalam rangka melaksanakan tugas dari dosen saya ibu Dra.
Ramulyani, M.Pd, Kons. selaku dosen pengampu materi “ Bimbingan Kelompok". Harapan saya
semoga critical book ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca,
sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi critical book ini sehingga dapat lebih baik
kedepannya. Saya minta maaf kepada pembaca karena critical book report saya ini masih sangat
kurang baik dan saya juga masih dalam proses belajar.

Atas perhatian Bapak/Ibu dosen pengampu, saya ucapkan terima kasih.

Medan,

Nim:

2
DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………..2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………3

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………i

A. Latar Belakang………………………………………………………….……….4
B. Tujuan…………………………………………………………………….……..4
C. Manfaat…………………………………………………………………….……4

BAB II RINGKASAN BUKU………………………………………………………….ii

A. Identitas Buku…………………………………………………………………...5
B. Ringkasan Buku………………………………………………………………....5

BAB III PEMBAHASAN…………………………………………………………........iii

A. Kelebihan…………………………………………………………………….….23
B. Kelemahan ………………………………………………………………………24

BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………..iv

A. Kesimpulan ………………………………………………………………….…..25
B. Saran ………………………………………………………………………….....25

3
BAB II

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bimbingan kelompok merupakan salah satu bentuk usaha pemberian bantuan kepada
orang-orang yang mengalami masalah. Suasana kelompok yaitu, antara hubungan dengan semua
orang yang terlibat dalam kelompok, dapat menjadi wahana dimana masing-masing anggota
kelompok tersebut secara perseorangan dapat memanfaatkan semua informasi, tanggapan
kepentingan dirinya yang bersangkutan dengan masalah tersebut. Ditinjau dari segi sejarah
perkembangannya, pelayanan bimbingan secara kelompok juga berakar dalam gerakan
bimbingan di Amerika Serikat yang dipelopori oleh Frank Pearsons pada awal abad ini, sama
seperti pelayanan bimbingan secara individual. Tidak lama sesudah Frank Pearsons
mencanangkan konsep-konsepnya tentang bimbingan jabatan, beberapa sekolah di jenjang
pendidikan menengah mulai mengelolah program kegiatan bimbingan kelompok dengan
memanfaatkan kelompok structural yang sudah berbentuk, yaitu unit/satuan.

B. Tujuan
1. Menambah wawasan pembaca mengenai bimbingan kelompok.
2. Untuk mengulas isi sebuah buku.
3. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku tersebut.
4. Melatih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang akan di berikan oleh
setiap bab dari sebuah buku.   

C. Manfaat
Manfaatnya mahasiswa dapat tanggap terhadap hal-hal penting yang ada didalam bab ini.
Untuk memahami tentang bimbingan kelompok. Dapat memahami dan mengetahui konsep dasar
yang ada dalam bimbingan kelompok. Menambah wawasan tentang konsep dasar bimbingan
kelompok, dan Melatih Kemampuan penulis dalam mengkritisi suatu buku.

4
BAB II
RINGKASAN BUKU
A. Identitas Buku
 Buku Utama

 Judul Buku : Teori Layanan Bimbingan Kelompok


 Nama Pengarang : Dra. Ramulyani M.Pd, Kons.
 Jumlah Halaman : 72 Halaman

 Buku Pembanding

 Judul Buku : Konsep Dasar Bimbingan Kelompok


 Nama Pengarang : Dra. Hj. Sitti Hartinah DS., MM.
 Penerbit : PT Refika Aditama
 Tahun Terbit : 2009
 Jumlah Halaman : 205 Halaman
 Ukuran : 25 x 16 cm
 ISBN : 979-1073-63-5-x
 Cetakan :2

Bab I: Pengertian Bimbingan


A. Pengertian Bimbingan
 Menurut Frank Person, dalam Jones, 1951

5
Bimbingan adalah sebagai bantuan yang diberikan kepada individu untuk dapat
memilih, mempersiapkan diri dan mengaku suatu jabatan serta mendapat kemajuan dalam
jabatan yang dipilihnya itu.
 Menurut Lefever dalam McDaniel 1959

Bimbingan adalah bagian dari proses pendidikan yang teratur dan sistematik guna
membantu pertumbuhan anak muda atas kekuatannya dalam menentukan dan mengarahkan
hidupnya sendiri yang pada akhirnya ia dapat memperoleh pengalaman yang dapat memberikan
sumbangan yang berartibagi masyarakat.

 Menurut Brewer

Bimbingan dilukiskan sebagai bantuan yang diberikan kepda anak muda untuk
mengerti, mengorganisasi, memperluas dan mengembangkan individualism serta aktivitas
kerjasama.

 Menurut Prayitno, 1983 dan 1987

Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu atau sekelompok


orang agar mereka itu dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri.

 Menurut Marti Kartz

Bimbingan sebagai intervensi professional terhadap pilihan yang dibuat individu


diantara pilihan bidang pendidikan dan pekerjaan yang tersedia untuknya.

Bab II: Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok


A. Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok

Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan yang terus menerus diberikan dari
seorang pembimbing yang telah dipersiapkan kepada individu yang membutuhkannya dalam
rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya secara optimal dengan menggunakan
berbagai macam media dan teknik bimbingan dalam susunan asuhan yang normative agar

6
tercapai kemandirian sehingga dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun bagi
lingkungannya.

 Menurut Achmad ( Winkel 2006:17) juga menyatakan bahwa “ Bimbingan


Kelompok merupakan bantuan yang dilaksanakan dalam situasi kelompok”.
Bimbingan kelompok dapat berupa pencapaian informasi ataupun aktivitas
kelompok membahas masalah-masalah pendidilan, pekerjaan, peribadi dan sosial.
 Menurut Mungin (2005: 38)
“Bimbingan diberikan kepada semua individu yang dilakukan atas dasar jadwal
regular untuk membahas masalah atau topik-topik umum secara luas dan mendalam
yang bermanfaat bagi anggota kelompok, dan bimbingan kelompok ini bersifat
instruksional dan ini akan tampak dalam cara konselor membimbing kelompok”.
 Menurut Wingkel (2006: 465) menyatakan bahwa “ bimbingan kelompok
merupakan salah satu pengalaman melalui pembentukan kelompok yang khas untuk
keperluan bimbingan”.

Bab III: Faktor yang Mendasari, Tujuan, Jenis, dan Azas Layanan Bimbingan Kelompok
A. Faktor yang Mendasari Penyelenggaraan Bimbingan Kelompok
Dalam penyelenggaraan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, dimana
faktor yang mendasari penyelenggaraan bimbingan kelompok adalah bahwa proses pembelajaran
dalam bentuk perubahan sikap dan perilaku termasuk dalam hal pemecahan masalah dapat terjadi
melalui bimbingan kelompok. Dalam suatu kelompok, anggotanya dapat memberi umpan balik
yang diperlukan untuk membantu mangatasi masalah anggota yang lain, dan anggota yang
lainnya saling memberi dan menerima. Perasaan dan hubungan antar anggota yang lain atau
dengan orang lain. Selain itu di dalam bimbingan kelompok, anggota dapat pulas belajar untuk
memecahkan masalah berdasarkan masukan dari anggota lain.
B. Tujuan Layanan Bimbingan Kelompok
Menurut Prayitno (1995) tujuan bimbingan kelompok secara khusus anatar lain
adalah “ melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat di hadapan teman-temannya, yang
pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk ruang lingkup yang lebih besar”.
Selain itu, tujuan bimbingan kelompok adalah:
 Melatih peserta didik dapat bersikap terbuka didalam kelompok.

7
 Melatih peserta didik untuk dapat membina keakraban bersama teman-teman dalam
kelompok khususnya, dengan teman-teman lain diluar kelompoknya.
 Melatih peserta didik untuk mengendalikan diri dalam kegiatan kelompok.
 Melatih peserta didik untuk memperoleh keterampilan sosial.
 Membantu peserta didik mengenali dan memahami dirinya dalam berhubungan dengan
orang lain.
C. Jenis-jenis dan Azas Layanan Bimbingan Kelompok
Menurut Sitti Hartinah (2009: 13) dalam rangka bimbingan kelompok, terdapat dua
jenis kelompok yang dapat dikembangkan, yaitu kelompok bebas dan kelompok tugas. Anggota-
anggota bebas memasuki kelompok tanpa persiapan tentunya dan kehidupan kelompok tersebut
memang sama sekali tidak disiapkan sebelumnya. Perkembangan yang akan timbul didalam
kelompok inilah yang nantinya akan menjadi isi dan mewarnai kehidupan kelompokitu. Sesuai
dengan namanya, kelompok tugas pada dasarnya diberi tugas untuk menyelesaikan suatu
pekerjaan, baik pekerjaan tersebut ditugaskan oleh pihak luar kelompok tersebut maupun tumbuh
didalam kelompok itu sendiri sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan kelompok sebelumnya. Dalam
hal ini, tampak kelompomtugas, yaitu jika kelompok tersebut mengikatkan diri untuk sesuatu
tugas yang ingin diselesaikan. Dalam kelompok tugas, perhatian diarahkan kepada satu titik
pusat, yaitu penyelesaian tugas.
Menurut Prayitno, azas-azas yang ada dalam layanan bimbingan kelompok
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Azas kerahasiaan; para anggota menyiapkan dan merahasiakan informasi apa yang
dibahas dalam kelompok, terutama hal-hal yang tidak layak diketahui orang lain.
2. Azas keterbukaan; para anggota bebas dan terbuka mengemukakan pendapat, ide, saran,
tentang apa saja yang disarankan dan dipikirkannya tanpa adanya rasa malu dan ragu-
ragu.
3. Azas kesukarelaan; semua anggota dapat menampilkan diri secara spontan tanpa malu
atau paksa oleh teman lain untuk pemimpin kelompok.
4. Azas kenormatifan; semua yang dibicarakan dalam kelompok tidak boleh bertentangan
dengan norma-norma dan kebiasaan yang berlaku.

8
Bab IV:Kelompok dan Kelompok dalam Kegiatan Bimbingan Kelompok
A. Kelompok dalam Kegiatan Bimbingan Kelompok
Menurut Prayitno (1995:24) dalam pelaksanaan bimbingan melalui pendekatan
kelompok dapat dikembangkan yaitu “kelompok bebas dan kelompok tugas”. Kelompok bebas
memberikan kesempatan kepada seluruh anggota kelompok untuk menentukan arah dan isi
kegiatan kelompok tersebut. Sedangkan kelompok tugas , arah dan isi kegiatan kelompok
ditetapkan terlebih dahulu. Selanjutnya menurut Winkel (2006:568) bahwa: dalam merencanakan
dan mengolah program kegiatan bimbingan secara kelompok, tenaga bimbingan dapat berpegang
pada tiga model atau bentuk dasar, yaitu model A, B, atau C.
Dalam model A ( group guidance model), tenaga bimbingan berhadapan dengan
kelompok besar. Dalam model B ( group process model), tenaga bimbingan mengelola kelompok
kecil yang lebih ingin menghayati kebersamaan dalam kelompok sebagai satuan yang bergerak
secara efesien dan efektif. Dalam model C (group guidance model) tenaga bersama dalam
susasan wawancara konseling.
B. Komponen Layanan Bimbingan Kelompok
Dalam layanan bimbingan kelompok berpern dua pihak yaitu pimpinan kelompok dan
peserta atau anggota kelompok:
1. Pimpinan kelompok
Peranan dari pemimpin kelompok (Prayitno, 1995:35) adalah:
 Pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan, pengarahan ataupun campur tangan
langsung terhadap kelompok.
 Pemimpin kelompok memusatkan perhatian pada suasana perasaan yang berkembang
pada kelompok itu.
 Apabila dalam kelompok itu tampaknya kurang menjurus kearah yang dimaksudkan
maka pemimpin kelompok perlu memberikan arahan yang dimaksudkan.
 Pemimpin kelompok juga perlu memberikan masukan ataupun tanggapan tentang
berbagai hal yang terjadi didalam kelompok.
 Pemimpin kelompok diharapkan mampu mengatur kegiatan yang berlangsung dalam
kelompok.
2. Anggota kelompok

9
Selanjutnya peranan anggota kelompok dalam kegiatan kelompok yaitu nimbingan
kelompok (Prayitno, 1995:35) adalah:
 Membantu terbinaya suasana keakraban dengan hubungan antar kelompok.
 Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan kelompok.
 Berusaha agar kegiatan yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan bersama.
 Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan baik.
 Menyadari pentingnya kegiatan kelompok.

Bab V: Teknik-teknik & Tahap-tahap Layanan Bimbingan Kelompok


A. Teknik-Teknik Layanan Bimbingan Kelompok
Ada beberapa teknik yang yang dapat digunakan dalam bimbingan kelompok, seperti
yang disebutkan oleh Tohirin (2007:290), yaitu sebagai berikut:
 Home room
Program ini dilakukan d sekolah dan madrasah (di dalam kelas) diluar jam
pelajaran untuk membicarakan beberapa hal yang dianggap perlu. Program ini
dilakukan dengan menciptakan suatu kondisi sekolah atau kelas seperti rumah
sehingga tercipta suatu kondisi yang bebas dan menyenangkan.
 Fiel trip (karya wisata)
Cara ini bisa dilakukan dengan mengunjungi tempat-tempat atau objek-obejek
yang menarik yang berkaitan deng pelajaran teretntu, misalnya pabrik kota
belawan, dan lain sebagainya.
 Diskusi kelompok
Diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana siswa memperoleh kesempatan
untuk memecahkan masalah secara bersama-sama.
 Kegiatan kelompok
Kegiatan kelompok merupakan kegiatan bersama meruapakn teknik bimbingan
yang baik, karena dengan melakukan kegiatan bersama mendorong anak salaing
membantu sehingga relasi positif dapat berkembang dengan baik.
 Organisasi murid

10
Organisasi murid adalah kegiatan orientasi siswa misalnya OSIS sangat
membantu proses pembentukan anak, baik secara pribadi maupun sebagai anggota
masyarakat.
 Sosiodrama
Sosiodrama adalah suatu cara dalam bimbingan yang memberikan kesempatan
kepada murid-murid untuk mendramatisasikan sikap, tingkah laku atau
penghayatan seseorang seperti yang dilakukan dalam hubungan sosial sehari-hari
dimasyarakat.
 Psikodrama
Psikodrama adala upaya memecahkan masalah melalui dram. Bedanya adalah
masalah yang di dramakannya.
 Pengajaran remedial
Pengajaran remedial adalah suatu bentuk pelajaran yang diberikan kepada seorang
atau beberapa orang siswa untuk membantu kesulitan belajar yang dihadapinya/
B. Tahap-tahap Layanan Bimbingan Kelompok
Menurut Achmad (Winkel 2006:17), penyelenggaraan bimbingan kelompok
memerlukan persiapan dan praktik pelaksanaan kegiatan yang memadai, denga urutan kegiatan:
 Langkah atau tahap awal diselenggarakan dalam rangka pembentukan kelompok sampai
dengan mengumpulkan para peserta yang siap melakukan kegiatan kelompok.
 Perencanaan kegiatan bimbingan kelompok meliputi:
1) Materi layanan
2) Tujuan yang ingin dicapai
3) Sasaran kegiatan
4) Bahan atau sumber untu BKP
5) Rencana penelitian
6) Waktu dan tempat
 Pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan
 Evaluasi kegiatan bimbingan kelompok
 Analisis dan tindak lanjut yaitu hasil penilaian kegiatan bimbingan kelompok perlu
dianalisis untuk mengetahui lebih lanjut seluk beluk kemajuan para peserta dan seluk
beluk penyelenggaraan BKP.

11
Sedangkan menurut Praytino (2004:18-19) ada empat tahap penyelenggaraan dalam
pelaksanaan layanan bimbingan kelompok, yaitu:

 Tahap pembentukan
 Tahap peralihan
 Tahap kegiatan
 Tahap pengakhiran

Bab VI: BKP Teknik Simulasi

A. Pengertian Simulasi

Dapat disimpulkan bahwa teknik simulasi merupakan salah satu jenis pelaksanaan
bimbingan kelompok yang bertujuan agar individu dapat mengarahkan tindakannya sebagai
manusia yang menginter prestasikan perilakunya dalam suatu sistem kontrol yang dapat
memperbaiki tindakannya dengan adanya penerimaan umpan balik.

B. TujuanTeknikSimulasi
Menurut Hasibuan dan Moejiono tujuan teknik simulasi adalah:
 Melatih keterampilan tertentu bersifat professional maupun bagi kehidupan sehari-
hari.
 Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip.
 Melatih memecahkan masalah.
C. Tahap Pelaksanaan Simulasi
Richard Kindsvatter menyatakan bahwa tahap-tahap dalam teknik simulasi yang telah
dikembangkan oleh Bruce Joyce dibagi atas empat bagian sebagai berikut:
 Orientasi
Tahap dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
1) Menjelaskan aturan simulasi.
2) Pandangan terhadap permasalahan yang akan disimulasikan.
3) Penjelasan tujuan yang ingin dicapai.
 Penyiapan peserta

12
Bagian-bagian dari tahap ini adalah sebagai berikut:
1) Menyusun skenario.
2) Menetapkan prosedur.
3) Mengorganisasikan peserta
 Pelaksanaan simulasi
Tahap pelaksanaan simulasi adalah bagian utama dari metode ini. Pada tahap ini
semua komponen berinteraksi untuk memperoleh pengalaman yang disimulasikan
selanjutnya hal itu dipahami sebagai bagian dari pelajaran.
 Diskusi hasil-hasil simulasi
Bagian dari fase diskusi yaitu:
1) Refleksi terhadap pelaksanaan simulasi.
2) Menghubungkan simulasi dengan dunia nyata.

Bab VII: BKP Teknik Role Playing


A. Pengertian Role Playing

Role playing meupakan sebuah permainan yang memainkan peran tokoh-tokoh


khayalan dan berkolaborasi untuk merajut sebuah cerita bersama. Para pemain memilih aksi
tokoh-tokoh mereka berdasarkan karakteristik tersebut dan keberhasilan aksi mereka tergantung
dari sistem peraturan pemain yang telah di tetapkan dan di tentukan.

B. Teknik Role Playing


Moreno (dalam Rafael 2012:39) berpendapat bahwa salah satu faktor yang penting
yang menentukan dalam role playing yang akan menghasilkan perubahan prilaku adalah
mengurangi hambatan-hambatan. Hambatan-hambatan yang bisa muncul adalah prasaan yang
takut dikritik, takut dihukum, atau di tertawakan. Hambatan-hambatan ini harus dihilangkan agar
perubahan dapat terjadi. Di dalam role playing, hambatan-hambatan tersebut dihilangkan
sehingga individu dapat mengadakan eksplorasi prilaku. Sebagai hasilnya, maka akan timbul
perasaan-perasaan baru dan perasaan-perasaan lama yang di hayati dalam konteks yang baru.
C. Tujuan dan manfaat penggunaan Role Playing
a. Tujuan

13
Tujuan dari penggunaan metode role playing bagi siswa adalah untuk memotivasi
siswa, untuk menarik minat dan perhatian siswa, memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengekploitasi situasi dimana mereka mengalami emosi, prbedaan pendapat dan permasalahan
dalam lingkungan kehidupan sosial siswa/anak, menarik siswa untuk bertanya, mengembangkan
kemampuan komunikasi siswa dan melatih siswa untuk aktif di kehidupan nyata.
Role playing dapat membantu kelompok kelas untuk mendapatkan Konsep
Hamzah (dalam istarani 2011:71) mengungkapkan bahwa proses bermain peran ini dapat
memberikan contoh kehidupan prilaku manusia yang berguna sebagai sarana bagi siswa untuk :
1) Menggali perasaannya.
2) Memperoleh inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh terhadap sikap, nilai dan
persepdsinya.
3) Mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah.
4) Mendalami mata pelajaran dengan berbagai cara.

D. Langkah-langkah penggunaan role playing.


Hamzah B. Uno (dalam istarani 2011:71) menyatakan bahwa prosedur role playing terdiri
atas sembilan langkah yaitu:
1. Langkah pertama pemanasan
2. Langkah kedua memilih pemain
3. Langkah ketiga menata panggung
4. Langkah keempat guru menunjukan beberapa siswa sebagai pengamat
5. Langkah kelima permainan peran dimulai
6. Langkah keenam guru bersama siswa mendiskusikan permainan tadi dan melakukan
evaluasi terhadap peran-peran yang dilakukan.
7. Langkah ketujuh permainan peran ulang
8. Langkah kedelapan pembahasan diskusi dan evaluasi lebih di arahkan pad realitas
9. Langkah kesembilan siswa di ajak untuk berbagi pengalaman tentang tema permainan
peran yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan.

E. Keunggulan dan kelemahan Role playing


a. Keunggulan

14
1) Untuk mengajar peserta didik supaya iya bisa menempatkan dirinya dengan orang
lain
2) Guru dapat melihat kenyataan yang sebenarnya dari kemampuan peserta didik
3) Role playing dan permainan peranan menimbulkan diskusi yang hidup
4) Peserta didik akan mengerti sosial psikologis
5) Model role playing dapat menarik minat peserta didik
6) Melatih peserta didik untuk berinisiatif dan berkreasi
b. Kelemahan
1) Sukar untuk memilih anak-anak yang betul-betul berwatak untuk memecahkan
masalah tersebut
2) Perbedaan adat istiadat kebiasaan dan kehidupan-kehidupan dalam suatu masyarakat
akan mempersulit pelaksanaannya
3) Anak-anak yang tidak yang mendapat giliran akan menjadi pasif
4) Kalau model ini dipakainya untuk tujuan yang tidak layak
5) Kalau guru kurang bijaksana tujuan yang dicapai tidak memuaskan.

F. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan Role playing


Menurut ramayunis (dalam istarani 2011:80) menyatakan ada 6 hal yang perlu di
perhatikan dalam menerapkan teknik role playing dalam proses belajar mengajar adalah sebagai
berikut.
1) Masalah yang dijadikan tema cerita hendaknya dialami oleh sebagian siswa.
2) Menentukan peran hendaknya cara suka rela dan motivasi dari guru..
3) Jangan terlalu banyak “disutradarai” biarkan peserta didik mengembangkan
kreatifitas dan spontanitas .
4) Diskusi di arahkan kepada penyelesaian akhir (tujuan) bukan kepada baik atau
tidaknya seseorang peseeta didik berperan.
5) Kesimpulan diskusi dapat diresumekan oleh guru.
6) Role playing bukanlah sandiwara atau drama biasa melainkan merupakan peranan.
Situasi sosial yang ekspresif dan hanya dimainkan satu babak saja.

Bab VIII: BKP Teknik Diskusi Kelompok

15
A. Pengertian diskusi kelompok
Menurut sadjana (2001:99) diskusi kelompok adalah pembicaraan melalui tatap muka
yang direncanakan dua orang peserta didik atau lebih tentang pokok atau topik bahasan tertentu,
dan dipimpin oleh seseorang pemimpin diskusi.
Tujuan yang ingin dicapai dalam diskusi kelompok menurut sukardi (2008:221) adalah :
 Dapat memperoleh informasi yang berharga dari teman diskusi dan bimbingan
diskusi.
 Dapat membangjitkan motivasi dan semangat peserta diskusi atau siswa untuk
melakukan sesuatu tugas.
 Mengembangkan kemampuan siswa berfikir kritis, maupun melakukan analisis dan
sintesis atas data atau informasi yang diterimanya.
 Mengembangkan keterampilan dan keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat
secara jelas dan terarah.
 Membiasakan bekerjasama diantara siswa.
B. Bentuk-bentuk diskusi kelompok
Menurut prayitno (1995:24) ada dua bentuk kelompok yang dapat dikembangkan dalam
pelaksanaan layanan bimbingan kelompok teknik diskusi, yaitu:
 Kelompok bebas
Dalam kegiatan topik ini tergantung pada keputusan di dalam kelompok, jadi tidak
ada sama sekali yang menguasai bahan sama sekali.
 Kelompok tugas
Topik yang akan dibahas telah ditentukan dan peserta diharapkan berpartisivasi
sepenuhnya dalam pembahasan yang akan dibicarakan.
C. Komponen-komponen diskusi kelompok
 Peran pemimpin kelompok
1) Menyusun rencana diskusi baik fisik maupun nonfisik, seperti waktu, tempat,
biaya, acara, jumlah anggota, penetapan tujuan, dan alat-alat bantu yang
dipergunakan.
2) Mengemukakan tujuan diskusi termasuk penyampaian topik, tata tertip, dan
proses yang harus diikuti.

16
3) Memilih, mengontrol, menilai diskusi, sehingga tepat menurut acara ditentukan
dan tidak menyimpan dari tujuan.
4) Mengatasi situasi-situasi sulit/krisis minsalnya pertentangan pendapat atau
pembicaraan yang dikuasai oleh seseorang.
5) Membuat rangkuman-rangkuman hasil diskusi, didalamnya mencakup semua
pendapat dan keputusan yang telah disetujui bersama, termasuk rencana diskusi
berikutnya.
 Peran anggota kelompok
1) Membantu terbinanya suasana dalam hubungan antar anggota kelompok.
2) Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan
kelompok.
3) Berusaha agar apa yang dilakukannya itu terbantu tercapainya tujuan bersama.
4) Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya dengan
baik.
5) Benar-benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam seluruh kegiatan
kelompok.
D. Pengelolaan diskusi kelompok
 Persiapan
Selain mempersiapkan topik, waktu, dan tempat diskusi, ada dua hal yang perlu
diperhatikan yaitu besar kelompok (jumlah anggota) dan pengaturan tempat duduk
 Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan diskusi kelompok sering terjadi situasi kritis yang memerlukan
bantuan pembimbing.
 Tindak lanjut
Banyak sekali keputusan atau hasil diskusi yang berakhir dilaci meja atau map, tanpa
ada tindak lanjut, tanpa realisasi, kebiasaan ini tanpa dihindari. Pembimbing perlu
melatih dan membiasakan siswa untuk mengambil keputusan yang sederhana tetapi
dapat direalisasikan, dari pada membuat yang hebat tetapi kosong dan tidak
terealisasikan.
E. Ciri-ciri kelompok yang efektif
Efektif (keberhasilan) diskusi kelompok dapat dilihat dari segi hasil dan proses diskusi:

17
 Dari segi hasilnya, diskusi yang efektif adalah:
1) Masalah yang didiskusikan dapat terpecahkan.
2) Ada keputusan yang dapat direalisasikan, semakin banyak keputusan yang
direalisasikan makin efektiflah diskusi itu.
3) Waktu diskusi tidak diperpanjang.
4) Semua peserta diskusi menerima dan menghormati keputusan.
5) Semua peserta diskusi meneriam dan menghormati keputusan diskusi, meskipun
diluar tempat dan waktu diskusi.
 Dari segi prosesnya, diskusi yang efektif adalah:
1) Semua peserta mengambil bagian secara aktif baik memimpin maupun
anggota diskusi.
2) Semua peserta berusaha ikut menyumbangkan pikirannya dan
pengalamannya.

Bab IX: BKP Teknik PKC-KO


A. BKP teknik PKC-KO

Menurut prayitno (2012:4) pembelajaran karakter cerdas format kelompok


merupakan metode nonklasikal yang dapat dilaksanakan dalam maupun di luar satuan
pendidikan. Metode ini dimaksudkan untuk membantu pengembangan pribadi yang sadar akan
nilai-nilai karakter cerdas dan memperhatikannya serta menciptakan lingkungan kehidupan
secara kental diwarnai oleh nilai-nilai karakter cerdas termasuk pengalaman nilai luhur
Pancasiladi dalamnya.

Format PKC-KO dikembangkan dan diselenggarakan atas pertimbangan sebagai berikut:

1. Penanaman nilai dan moral berkehidupan dan berbangsa.


2. Metode pembudayaan.
3. Aspek teknik operasional.
B. Ciri-ciri dan Tujuan PKC-KO

Kegiatan PKC-KO ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Aktif, dinamis, bebas, terbuka, meluas, dan mendalam, serta sukarela.

18
2) Spontanitas, perasaan positif, katarsis dan meningkatnya pengetahuan dan
keterampilan sosial.
C. Sarana PKC-KO

Untuk dapat berlangsung kegiatan PKC-KO diperlukan 5 sarana pokok,yaitu :

1. Peserta
2. Fasilitator
3. Butir-butir nilai karakter cerdas
4. Topik bahasan
5. Kegiatan pembahasan topik
D. Kelengkapan PKC-KO

Prayitno (2012:15) mengatakan bahwa adanya suatu pelengkap dalam kegiatan PKC-
KO, namun ini tidak bersifat wajib. Kelengkapan tersebut adalah:

1. Sumber bahasan,
2. Kartu kegiatan,
3. Permainan kelompok sumber bahasan yakni dapat berupa bahan cetak seperti koran,
majalah, buku, dan bahan-bahan tertulis lainnya, lalu sumber lain yang berupaberita,
rekaman audio dan video, slide dan film, kejadian tertentu dan ceramah.
E. Tahapan Kegiatan PKC-KO
Kegiatan PKC-KO terdiri dari 5 tahapan. Kelima tahapan tersebut dapat dilihat dalam
bentuk dibawah ini.
 Tahap I (pengawalan)
Tema: pengenalan, pemasukan dan pelibatan diri dalam kelompok.
 Tahp II (peralihan)
Tema: pengalihan kegiatan
 Tahap III (pembahasan topik)
Tema: pembahasan secara tuntas topic-topik bahasan.
 Tahap IV (penyimpulan)
 Tahap V (penutupan)

19
Bab X: BKP Teknik Problem Solving
A. Pelaksanaan BKP teknik Problem Solving
Berikut ini akan diuraikan beberapa tahapan dalam bimbingan kelompok menurut
Siti hartinah (2009:132) secara ringkas yaitu:
1. Tahap pembentukan

Kegiatan awal dari sebuah kelompok dapat dimulai dengan pengumpulan para
anggota kelompok dalam rangka kegiatan kelompok yang direncanakan, meliputi
tahap pengenalan, pelibatandiri dan pemasukan diri dalam kelompok.

2. Tahap peralihan

Adapun kegiatan yang akan dilakukan pada tahap peralihan ini yaitu:

a. Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya.


b. Menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan
pada tahap selanjutnya.
c. Membahas suasana yang terjadi.
d. Meningkatkan keikutsertaan anggota.
3. Tahap kegiatan
Anggota kelompok perlu didorong dan dirangsang untuk ikut serta dalam
pembahasan secara penuh. Kegiatan yang dilakukan pada tahap kegiatan ini adalah:
a. Pemimpin kelompok mengemukakan masalah atau topik.
b. Tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok tentang hal-hal yang belum
jelas menyangkut masalah atau topik yang akan dikemukakan memimpin
kelompok.
c. Anggota membahas masalah topic secara mendalam dan tuntas.
d. Kegiatan Selingan.
4. Tahap pengakhiran

Kegiatan suatu kelompok tidak berlangsung terus-menerus tanpa berhenti. Setelah


kegiatan kelompok memuncak pada tahap ketiga, kegiatan kelompok kemudian
menurun dan selanjutnya kelompok akan mengakhiri kegiatan pada saat yang
dianggap tepat. Dalam tahap ini pemimpin kelompok melakukan kegiatan antara lain:

20
a. Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri.
b. Pemimpin dan anggota kelompok mengungkapkan kesan dan hasil-hasil kegiatan.
c. Membahas kegiatan lanjutan.
d. Mengungkapkan pesan dan harapan.

Bab XI: BKP Teknik Modelling


A. Pengertian Teknik Modelling
Perry dan Furukawa (Abimanyu, 1996: 256) mendefinisikan modeling sebagai
“proses belajar melalui observasi dimana tingkah laku dari seorang individu atau kelompok,
sebagai model, berperan sebagai rangsangan bagi pikiran-pikiran, sikap-sikap atau tingkah laku
sebagai bagian dari individu yang lain yang mengobservasi model yang disampaikan”. Strategi
belajar modeling berangkat dari teori belajar sosial, yang disebut belajar melalui observasi atau
menurut Arends disebut juga dengan teori pemodelan tingkah laku (Kardi dan Noor (200:11).
B. Jenis-jenis Teknik Modelling
Cormier dan Cormier (Abimanyu, 1996:256) mengemukakan “Ada enam macam
jenis modeling sebagai berikut:
a. Modeling langsung
Modeling langsung adalah prosedur yang digunakan untuk mengajarkan tingkah laku
yang dikehendaki atau yang hendaknya dimiliki oleh klien melalui contoh langsung dari
konselor sendiri, guru, atau teman sebanyanya.
b. Modeling simbolis
Dalam modeling simbolis, modelnya disajikan melalui material tertulis rekaman audio
atau video, film atau slide.
c. Modeling diri sendiri
Dalam prosedur diri sendiri sebagai model berarti menggunakan klien sebagai model.
d. Modeling partisipan
Modeling partisipan terdiri dari demonstrasi model, latihan terpimpin, dan pengalaman-
pengalaman yang sukses.
e. Modeling tertutup/tersembunyi

21
Modeling tersembunyi adalah suatu prosedur yang dikembangkan oleh Cautela 1071
(soli Abimanyu, 1996: 258) dimana “Klien membayangkan suatu model melakukan
tingkah laku melalui instruksi-intruksi”.
f. Modeling kognitif
Modeling kognitif bertujuan memodifikasi pikiran, sikap dan kenyakinan.

Bab XII: Evaluasi dalam BKP


A. Evaluasi dalam Bimbingan Kelompok
Menurut Luddin (2012:78) untuk mengetahui keberhasilan kegiatan BKP,
pemimpin kelompok (guru pembimbing) dapat melakukan tiga tahapan penilaian, yaitu:
 Penilaian segera (laiseg), dengan memperhatikan bagaimana partisipasi dan komitmen
masing-masing anggota kelompok dalam proses menjalani kegiatannya.
 Penilaian jangka pendek (laijapen), dengan memperhatikan adanya berbagai perubahan
tingkah laku dari masing-masing anggota kelompok setelah satu atau dua minggu
mendatang.
 Penilaian jangka panjang (laijapang), dengan memperhatikan adanya perubahan sikap
dan tingkah laku atau kemampuan lainnya pada akhir semester.

22
BAB III

PEMBAHASAN

A. Kelebihan
1. Buku Pembanding
 Buku ini sangat bagus untuk digunakan dalam sebuah referensi buku lain.
 Buku ini membahas setiap isi bab dengan lengkap dan jelas.
 Buku ini juga dilengkapi teori dan pendapat para ahli.
 Buku ini menggunakan bahasa indonesia yang baku dan bahasa inggris yang baku
juga hanya saja penggunaan kata/kalimat masih belum jelas dan baik. Seperti
pada kata satu dengan yang lain sangat berdekatan sehingga menggangu
konsentrasi membaca.
 Buku ini menggunakan tabel yang mendukung setiap penjelasan.
 Buku ini juga sangat baik untuk dipelajari/dibaca semua orang. Karena menurut
saya buku ini banyak mengandung ajaran yang mungkin bisa menambah
pengetahuan wawasan kita.
 Buku ini juga dilengkapi dengan games-games yang mungkin dapat dilakukan
oleh semua orang.
2. Buku Utama
 Buku ini membahas setiap isi bab dengan jelas dan mudah dimengerti oleh
pembaca. Karena buku ini merupakan ringkasan dari buku yang lebih jelas
penjelasan materinya.
 Tulisan pada buku ini juga sangat jelas dan membuat setiap pembaca dapat
membaca isi buku.
 Buku ini menggunakan lembar kerja pada setiap akhir bab. Lembar kerja ini dapat
melatih pembaca dalam mengingat pengetahuan baru yang sudah dibacanya.

23
 Buku ini terdapat kata-kata bijak yang terdapat dibelakang halaman akhir buku
ini. Saya sebagai pembaca menjadi termotivasi lagi untuk menjalani dan
menggapai mimpi saya.

B. Kelemahan
1. Buku Pembanding
 Buku ini tidak dilengkapi oleh gambar sehingga para pembaca akan kesulitan
dalam mencerna isi buku.
 Buku ini menggunakan penulisan yang tidak jelas. Sehingga bagi pembaca akan
kesulitan dalam proses membaca.
 Penulisan dalam buku sangat menggunakan spasi yang rapat tanpa renggang huruf
yang satu dengan huruf yang lain (rapat).
 Buku ini juga menggunakan pengulangan kata terus-menerus.
 Buku ini juga menggunakan kalimat/kata yang salah seperti segera menjadi
segegera.
2. Buku Utama
 Buku ini tidak memiliki ISSN
 Buku ini juga tidak menjelaskan identitas buku dengan jelas, sehingga membuat
pembaca bingung dalam pengkritikkan buku ini.
 Buku ini bagus, hanya saja buku ini kurang lengkap dengan gambar, tabel/grafik,
yang dapat mendukung setiap penjelasan isi buku.
 Buku ini juga hanya membahas teori-teori para ahli saja.

24
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulannya adalah Bimbingan kelompok merupakan salah satu bentuk usaha


pemberian bantuan kepada orang-orang yang mengalami masalah. Suasana kelompok yaitu,
antara hubungan dengan semua orang yang terlibat dalam kelompok, dapat menjadi wahana
dimana masing-masing anggota kelompok tersebut secara perseorangan dapat memanfaatkan
semua informasi, tanggapan kepentingan dirinya yang bersangkutan dengan masalah tersebut.
Bimbingan kelompok merupakan bentuk bimbingan dengan dinamika kelompok.

Dinamika kelompok atau group dynamics diartikan dengan berbagai cara, antara lain: studi
tentang kekuatan-kekuatan sosial dalam suatu kelompok yang memperlancar atau menghambat
proses kerjasama dalam kelompok; segala metode, sarana, dan teknik yang dapat diterapkan jika
sejumlah orang berkerjasama dengan kelompok, dan pemberian umpan balik (feedback), serta
prosedur menangani organisasi dan pengelolaan suatu kelompok. Dinamika kelompok
mengarahkan anggota kelompok untuk melakukan hubungan interpersonal satu sama lain.
Jalinan hubungan interpersonal tersebut merupakan wahana bagi para anggota untuk saling
berbagi pengetahuan, pengalaman, atau bahkan perasaan satu sama lain sehingga memungkinkan
terjadinya proses belajar di dalam kelompok yang kohesif. Bimbingan kelompok terdiri dari dua
komponen yaitu pimpinan kelompok dan anggota kelompok.

B. Saran
Sarannya adalah sebaiknya guru bimbingan konseling terus aktif dalam pelaksanaan
bimbingan kelompok di sekolah. Dengan bimbingan kelompok di sekolah akan membuat peserta
didik mudah mendapatkan informasi dan layanan secara merata. Bimbingan kelompok merupaka
kegiatan yang menggunakan dinamika kelompok, dimana dalam bimbingan kelompok akan

25
memudahkan peserta didik berkembang dan mudah dalam berinteraksi sosial. Selain itu, dengan
layanan bimbingan kelompok peserta didik juga dapat mememcahkan masalah dengan cepat.
Jadi pemrintah dan sekolah harus bekerja sama dalam pengembangan layanan bimbingan dan
konseling di sekolah.

26

Anda mungkin juga menyukai