Anda di halaman 1dari 15

ARTIKEL

“ETIKA BISNIS, AKUNTANSI, DAN SPIRITUALITAS”


Disusun untuk memenuhi Ujian Tengah Semester mata kuliah Teoofi

Dosen Pengampu:
Ahmad Fahruddin Alamsyah, SE., MM. Ak.

Disusun Oleh:

Nama : Nurul Mariatul Laily Octaviani

Kelas : Teosofi A

NIM : 18520121

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2020
ETIKA BISNIS, AKUNTANSI, DAN SPIRITUALITAS
ANALISIS KRITIS ATAS KASUS ETIKA
DALAM SUATU PRAKTIK AKUNTANSI/PROFESI AKUNTANSI

Nurul Mariatul Laily Octaviani


Prodi Akuntansi
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
nurulmariatul.lailyoctaviani@gmail.com

Abstrak

Etika sangat dibutuhkan dalam berbagai bidang, salah satunya di bidang akuntansi.
Etika berisi ketentuan mengenai apa yang baik dan yang tidak baik serta apakah suatu
kegiatan yang dilakukan oleh profesi itu dapat dikatakan bertanggung jawab atau tidak. Maka
dari itu, etika dalam profesi di bidang akuntansi ini sangatlah penting. Etika juga berlaku
pada profesi akuntan, sebagai profesi yang bertugas untuk menerapkan ilmu akuntansi dalam
konteks nyata. Pekerjaan akuntan secara umum meliputi pencatatan, pelaporan, hingga audit
keuangan pada sebuah lembaga atau organisasi. Dalam menjalankan tugas profesi, etika
profesi akuntan menjadi kode etik dan aturan yang harus dipatuhi oleh seorang
akuntan.Tujuan penerapan etika dalam profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung
jawabnya dengan standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi,
dengan orientasi kepada kepentingan publik. 
Kata kunci: Etika, Profesi, dan Akuntansi

Abstract
Ethics is needed in various fields, one of which is in the field of accounting. Ethics provides
information about what is good and what is not good about the activities carried out by the
profession that can be agreed to be responsible or not. Therefore, ethics in the profession in
the field of accounting is important. Ethics also applies to the accountant profession, as a
profession required to apply accounting knowledge in real relationships. The work of
accountants, general, to financial audits of institutions or organizations. In carrying out
professional duties, the ethics of the accounting profession becomes the code of ethics and
rules that must be obeyed by an accountant. The purpose of applying ethics in the accounting
profession is responsible for the highest standards of professionalism, get the level of profit,
with whatever benefits are available to the public.
Keywords: Ethics, Profession, and Accounting
Pendahuluan
Seiring dengan meningkatnya perekonomian yang saat ini mengarah pada globalisasi,
maka kebutuhan akan laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan pun semakin
meningkat. Pengaruh globalisasi juga membawa dampak negatif pada jasa audit, pelaku
profesi auditor independen atau akuntan publik dituntut untuk menunjukan
profesionalismenya. Akuntan atau auditor harus dapat memberikan jasa kualitas terbaik
dengan bertanggung jawab dan menjaga kepercayaan masyarakat.
            Dalam menghadapi tantangan di masa mendatang, para professional diharuskan
memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam suatu profesi, selain itu untuk menjalankan
suatu profesi sangatlah penting adanya etika profesi. Di dalam kode etik terdapat muatan-
muatan etika, yang dalam bahasa yunani terdiri dari dua kata yaitu ethos yang berarti
kebiasaan atau adat, dan ethikos yang berarti perasaan batin atau kecenderungan batin yang
mendorong manusia dalam bertingkah laku. Etika profesi meliputi suatu standar dari sikap
para anggota profesi yang dirancang agar sedapat mungkin terlihat praktis dan realitis, namun
tetap idealistis. Setiap akuntan harus mematuhi etika profesi mereka agar tidak menyimpangi
aturan dalam menyelesaikan laporan keuangan kliennya.
            Dengan adanya kode etik profesi, akuntan diharapkan berperilaku secara benar dan
tidak melakukan perbuatan yang melanggar aturan. Meski begitu terkadang pelanggaran tetap
saja terjadi. Hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman dan pengetahuan dalam menerapkan
etika secara memadai. Oleh karena itu diperlukan adanya landasan pada standar moral dan
etika tertentu.
Di Indonesia, etika akuntan jadi isu yang sangat menarik. Tanpa etika, profesi akuntan
tidak akan ada karena fungsi akuntansi adalah penyedia informasi untuk proses pembuatan
keputusan bisnis oleh pelaku bisnis. Disamping itu, profesi akuntansi mendapat sorotan yang
cukup tajam dari masyarakat. Hal ini seiring dengan terjadinya pelanggaran yang dilakukan
oleh akuntan. Baik akuntan publik, akuntan intern perusahaan maupun akuntan pemerintah
(Media Akuntansi 2003), dalam Ekayani dan Adi Putra (2003)).
Perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan kode etik profesi akuntan ini seharusnya
tidak boleh dibiarkan terus menerus terjadi, karena akan merusak kepercayaan masyarakat
pada profesi akuntan itu. Menteri Keuangan dalam sambutannya pada Pembukaan Kongres
VII Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) di Bandung, menegaskan kepada para akuntan
Indonesia untuk mempertahankan etika profesi, akuntan yang tindakannya menyimpang dari
kode etik adalah akuntan yang tidak memliki komitmen untuk mendukung pencapaian tujuan
nasional (Khomsiyah dan Indriantoro, 1997).
Berbagai pelanggaran etika seharusnya tidak terjadi apabila setiap akuntan
mempunyai pengetahuan, pemahaman, dan kemauan untuk menerapkan nilai-nilai moral dan
etika secara memadai dalam pelaksanaan pekerjaannya seharusnya selalu mengedepankan
sikap dan tindakan yang mencerminkan profesionalitas, dimana hal itu dapat diintrodusir dalam
pedoman atau standar kerjanya. Selain itu, dalam melaksanakan pekerjaan profesionalnya,
akuntan harus sepenuhnya melandaskan pada standar moral dan etika tertetu (Ludigdo, 1999).
Penelitian mengenai etika profesi akuntan ini dilakukan karena profesi akuntan
aktivitasnya tidak terlepas dari aktivitas bisnis yang menuntut mereka untuk bekerja secara
profesional sehingga pemahaman dan penerapan etika profesi menjadi penting artinya. Penelitian
ini juga dilakukan terhadap calon akuntan (mahasiswa) karena mereka adalah calon akuntan yang
seharusnya dibekali terlebih dahulu pengetahuan mengenai etika profesi sehingga setelah lulus
nanti diharapkan bisa bekerja secara profesional berdasarkan etika profesi. Tujuan dari analisis ini
adalah melakukan pengujian secara empiris mengenai persepsi tentang etika profesi akuntan
dengan menekankan pada prinsip-prinsip etika akuntan. Manfaat yang diharapkan dalam analisis
ini adalah memberikan masukan dalam pembahasan kode etik akuntan guna penyempurnaan dan
pelaksanaan bagi seluruh akuntan Indonesia dan mmberikan tambahan pembahasan dan wawasan
baik bagi akuntan ekstern dan intern serta mahasiswa mengenai persepsi terhadap etika profesi
akuntan.

Tinjauan Pustaka
Etika secara etimologi berasal dari bahasa Yunani “Ethos” yakni adat atau kebiasaan;
watak; kesusilaan; sikap; cara berpikir; akhlak. Untuk lebih jelasnya. Menurut James J.
Spillane SJ etika ialah mempertimbangkan atau memperhatikan tingkah laku manusia dalam
mengambi suatu keputusan yang berkaitan dengan moral. Etika lebih mengarah pada
penggunaan akal budi manusia dengan objektivitas untuk menentukan benar atau salahnya
serta tingkah laku seseorang kepada orang lain. Drs. H. Burhanudin Salam mengungkapkan
bahwa etika ialah suatu cabang ilmu filsafat yang berbicara tentang nilai -nilai dan norma
yang dapat menentukan perilaku manusia dalam kehidupannya.
Menurut Sumarni, 1998:21 etika bisnis terkait dengan masalah penilaian terhadap
kegiatan dan perilaku bisnis yang mengacu pada kebenaran atau kejujuran berusaha. Etika
Bisnis merupakan pengetahuan pedagang tentang tata  cara pengaturan dan pengelolaan
bisnis  yang memperhatikan norma dan moralitas melalui penciptaan barang dan jasa untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat dan memperoleh keuntungan melalui transaksi. Menurut
Muslih etika Bisnis dapat didefinisiskan sebagai pengetahuan tentang tata cara ideal
pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku
secara universal dan secara ekonomi atau sosial dan penerapan norma dan moralitas ini
menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis.
Garis besar kode etik dan perilaku profesional adalah:
a. Kontribusi untuk masyarakat dan kesejahteraan manusia.
Prinsip mengenai kualitas hidup semua orang menegaskan kewajiban untuk
melindungi hak asasi manusia termasuk ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan.
b. Hindari menyakiti orang lain.
“Harm” berarti konsekuensi cedera, seperti hilangnya informasi yang tidak
diinginkan, kehilangan harta benda, kerusakan harta benda, atau dampak lingkungan yang
tidak diinginkan.
c. Bersikap jujur dan dapat dipercaya
Kejujuran merupakan komponen penting dari kepercayaan. Tanpa kepercayaan suatu
organisasi tidak dapat berfungsi secara efektif.
d. Bersikap adil dan tidak mendiskriminasi nilai-nilai kesetaraan, toleransi, menghormati
orang lain, dan prinsip-prinsip keadilan yang sama dalam mengatur perintah.
e. Hak milik yang temasuk hak cipta dan hak paten.
Pelanggaran hak cipta, hak paten, rahasia dagang dan syarat-syarat perjanjian lisensi
dilarang oleh hukum di setiap keadaan.
f. Memberikan kredit yang pantas untuk properti intelektual.
Komputasi profesional diwajibkan untuk melindungi integritas dari kekayaan intelektual.
g. Menghormati privasi orang lain
Komputasi dan teknologi komunikasi memungkinkan pengumpulan dan pertukaran
informasi pribadi pada skala yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah
peradaban.
h. Kepercayaan
Prinsip kejujuran meluas ke masalah kerahasiaan informasi setiap kali salah satu telah
membuat janji eksplisit untuk menghormati kerahasiaan atau, secara implisit, saat
informasi pribadi tidak secara langsung berkaitan dengan pelaksanaan tugas seseorang.
Adapun Prinsip Etika Profesi Akuntan Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI):
1) Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya.
2) Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan
kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas
profesionalisme.
3) Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
4) Objektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan
dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya tkngan kehati-hatian, kompetensi
dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan
keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien
atau pemberi kerja memperoleh matifaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan
perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.
6) Kerahasiaan
Setiap anggota harus, menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi
tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum
untuk mengungkapkannya.
7) Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik dan
menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
8) Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
standar proesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati,
anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama
penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.
Menurut American Institute of Certified Public Accounting (AICPA) yang dikutip
oleh Harahap dalam bukunya yang berjudul Teori Akuntansi tahun 2005, akuntansi adalah
seni pencatatan, penggolongan, dan pengiktisaran dengan cara tertentu dan dengan ukuran
moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan termasuk
menafsirkan hasil-hasilnya. Menurut Accounting Princple Board (APB) Statement
mendefinisikan akuntansi sebagai suatu kegiatan jasa. Fungsinya adalah memberikan
informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang, mengenai suatu badan ekonomi yang
dimaksudkan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan ekonomi yang digunakan
dalam memilih keputusan terbaik di antara beberapa alternatif keputusan.
Menurut kamus Webster (1963) kata spirit berasal dari kata benda bahasa
latin "Spiritus” yang berarti nafas (breath) dan kata kerja “Spirare” yang berarti bernafas.
Melihat asal katanya, untuk hidup adalah untuk bernafas, dan memiliki nafas artinya
memiliki spirit. Menjadi spiritual berarti mempunyai ikatan yang lebih kepada hal yang
bersifat kerohanian atau kejiwaan dibandingkan hal yang bersifat fisik atau
material. Spiritualitas merupakan kebangkitan atau pencerahan diri dalam mencapai makna
hidup dan tujuan hidup. Spiritual merupakan bagian esensial dari keseluruhan kesehatan dan
kesejahteraan seseorang. (dalam Tamami, 2011:19).
Spiritualitas kehidupan adalah inti keberadaan dari kehidupan. Spiritualitas adalah
kesadaran tentang diri dan kesadaran individu tentang asal, tujuan, dan nasib. (Hasan,
2006:294). Pada penelitian-penelitian awal, baik spiritualitas maupun agama sering dilihat
sebagai dua istilah yang memiliki makna yang hampir sama. Apa yang dimaksud dengan
spiritualitas dan apa yang dimaksud dengan agama sering dianggap sama dan kadang
membingungkan. Namun kemudian, spiritualitas telah dianggap sebagai karakter
khusus (connotations) dari keyakinan seseorang yang lebih pribadi, tidak terlalu dogmatis,
lebih terbuka terhadap pemikiran-pemikiran baru dan beragam pengaruh, serta lebih
pluralistik dibandingkan dengan keyakinan yang dimaknai atau didasarkan pada agama-
agama formal. (Wikipedia). 

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif yakni metode riset yang
sifatnya memberikan penjelasan dengan menggunakan analisis. Pada pelaksanaannya, metode
ini bersifat subjektif dimana proses penelitian lebih tiperlihatkan dan cenderung lebih fokus
pada landasan teori. Agar hasil penelitian dapat digunakan untuk menafsirkan fenomena yang
ada maka perlu pendekatan dengan menggunakan teknik analisis yang dimana dalam hal ini
dilakukan pendekatan penalaran kritis. Berikutnya teknik analisis penelitian ini melibatkan
interpretasi dengan menggunakan pendekatan kualitatif (penalaran kritis).
Hasil dan Pembahasan

Dikutip dari Makalah “Analisis Pelanggaran Kode Etik Profesi Akuntan, Auditor,
Dan Petugas Pajak”, Estu Widyadhana Adiyatma, dkk, adapun kasus-kasus pelanggaran

etika sudah sering terjadi. Kondisi tersebut bisa disebabkan karena kurangnya pemahaman
atau unsur kesengajaan dari beberapa pihak yang memanfaatkan. Kasus-kasus pelanggaran
etika yang telah terjadi adalah sebagai berikut.
a. Kasus Pelanggaran Etikas Profesi di Bidang Pajak Serta Penyelesaiannya Kasus Pajak,
Direktur di Semarang Dihukum 7 Bulan Penjara (10, September 2016)
Semarang - Direktur sebuah perusahaan jasa transportasi, CV. Bumi Raya dihukum 7
bulan penjara dan denda Rp 11,74 miliar terkait tindak pidana perpajakan. Terdakwa
bernama Soetijono (64) itu menyampaikan surat pemberitahuan (SPT) masa pajak
pertambahan nilai (PPN) dengan isi yang tidak sesuai kenyataan.
Hukuman tersebut diketok majelis hakim yang diketuai hakim Moh. Zaenal Arifin di
Pengadilan Negeri Semarang, Rabu (9/11/2016). Hakim menilai Soetijono terbukti
menyampaikan SPT masa PPN masa pajak Januari-Desember 2007 dengan tidak
benar.Perbuatan curang ini dilakukan Soetijono dengan membuat faktur pajak yang tidak
berdasarkan transaksi ekonomi yang sebenarnya. Selain itu berdasarkan keterangan saksi
dari pihak-pihak perusahaan, tidak ada yang melakukan transaksi jual beli dengan CV
Bumi Raya dalam perkara itu.
Soetijono terbukti melakukan tindak pidana melanggar Pasal 39 ayat (1) huruf c jo
pasal 43 Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan yang telah diubah dengan UU RI Nomor 16 tahun 2000.Perbuatannya
merugikan negara sebesar Rp 5,8 miliar.
Komentar:
Dalam kasus tersebut prinsip etika profesi yang dilanggar adalah tanggung jawab
profesi. Kasus tersebut dijadikan pelajaran untuk dikemudian hari agar pemilik perusahaan
dan pemegang saham untuk lebih selektif dan menggunakan pertimbangan dalam memilih
pemimpin perusahaan atau direktur yang memiliki integritas yang tinggi serta memliki
komitmen yang teguh terhadap tanggung jawabnya, serta memahami betul kewajiban
perusahaan untuk melaporkan dan membayar kewajiban pajak yang terhutang sesuai
dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Selain itu, direktur harus memilih petugas
pajak yang ahli dalam bidang perpajakan agar tidak melakukan kecurangan dalam
pembuatan faktur pajak yang sesuai berdasarkan transaksi ekonomi yang sebenarnya
sehingga tidak melanggar prinsip etika profesi yaitu kepentingan public dan objektivitas.
b.  Kasus Pelanggaran Etikas Profesi di Bidang Auditor Serta Penyelesaiannya
Auditor Ditangkap KPK, BPK Buka Peluang Audit Ulang Kemendes
(27, Mei 2017)
Jakarta- Auditor BPK Ali Sadli (ALS) yang jadi tersangka kasus dugaan penerimaan
suap pemberian opini wajar tanpa pengecualian (WTP) di laporan keuangan Kementerian
Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (PDTT) tahun anggaran 2016
keluar dari gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Wakil Ketua Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) Bahrullah Akbar menyatakan ada kemungkinan pihaknya
mengaudit ulang untuk mengeluarkan pernyataan resmi terkait pengelolaan keuangan di
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes
PDTT).Hal itu disampaikan Bahrullah saat ditanyai awak media di Kompleks Parlemen,
Senayan, Jakarta.KPK menemukan dugaan korupsi dalam bentuk suap terkait pemberian
opini wajar tanpa pengecualian (WTP) oleh BPK RI terhadap Kemendes PDTT. Atas
kasus ini, KPK menetapkan Irjen Kemendes Sugito, pejabat Eselon III Kemendes Jarot
Budi Prabowo, sebagai pihak pemberi suap ke pejabat BPK.
Keduanya disangkakan Pasal 5 ayat 1 huruf a atau Pasal 5 ayat 1 huruf b atau pasal 13
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagai mana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Juncto
Pasal 64 KUHP Juncto Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP.Sementara pihak yang diduga
penerima suap yakni pejabat Eselon I BPK Rachmadi Saptogiri dan Auditor BPK Ali
Sadli dijerat Pasal 12 huruf a atau b atau Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun
1999 sebagai mana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Juncto Pasal 64 KUHP Juncto Pasal 55 ayat 1 ke
1 KUHP.
Komentar:
Dalam konteks kasus tersebut, dapat dinyatakan bahwa tindakan kedua belah pihak
sama- sama tidak etis. Tidak etis seorang auditor menerima sejumlah uang sebagaimana
terjadi pada kasus tersebut , dengan tujuan untuk mendapatkan status penilaian Wajar
Tanpa Syarat (WTS). Dari sudut pandang etika profesi baik auditor dari BPK dan pihak
dari Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes
PDTT) tampak tidak bertanggung jawab. Auditor BPK tidak memiliki integritas yang
baik karena seseorang auditor seharusnya memiliki jiwa independensi yang teguh. Dari
pihak Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi
(Kemendes PDTT) pun sudah melakukan hal yang sangat memalukan telah melakukan
penyuapan agar lolos mendapatkan status penilaian WTS.
Dalam kasus ini kembali lagi kepada tanggung jawab moral seorang auditor
diseluruh Indonesia harus sadar mempunyai kemampuan teknis bahwa betapa berat
memgang amanah dari rakyat untuk meyakinkan bahwa uang rakyat yang dikelola
berbagai pihak telah digunakan sebagaimana mestinya secara benar, akuntabel, dan
transparan, maka semakin lengkap usaha untuk memberantas korupsi di negeri ini.
c. Kasus Pelanggaran Etikas Profesi di Bidang Auditor Serta Penyelesaiannya Pulang
dari Rumah Sakit, Akuntan Publik ini Ditahan Kejaksaan Tinggi Jawa Timur
(10, Mei 2016)
Surabaya - Kejaksaan Tinggi (Kejati) Jawa Timur kembali menahan tersangka dugaan
korupsi proyek pengadaan dan distribusi logistik Pemilihan Legislatif (Pileg) dan
Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 di Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jatim, Selasa
(10/5/2016).Penahanan Ahmad Sumaryono selaku akuntan publik adalah yang paling
terakhir dari 5 tersangka yang lebih dulu ditahan penyidik Pidsus Kejati.Tersangka
Sumaryono memenuhi panggilan penyidik setelah dinyatakan sehat setelah dirawat di
sebuah rumah sakit di Yogyakarta.Ia datang sekitar pukul 09.00 WIB dan ditahan
penyidik sekitar pukul 15.00 WIB di Rutan Kelas I Medaeng.
Teman Sumaryono yang ditahan lebih dulu adalah Achmad Suhari, Bendahara KPU
Jatim; Anton Yuliono, PNS KPU Jatim; Nanang Subandi, rekanan swasta; dan Fahrudi,
pegawai BUMN yang berperan sebagai perantara. 
Kasus ini diungkap kejaksaan sejak Januari lalu. Ditengarai para tersangka melakukan
kegiatan pengadaan dan distribusi fiktif pada Pemilu 2014 lalu untuk mencairkan
anggaran negara. Uang itu diduga dipakai kepentingan pribadi. Diperkirakan, negara
dirugikan Rp12 miliar karena perbuatan tersangka.Modus yang dilakukan oknum KPU
yakni melaporkan adanya kegiatan cetak untuk keperluan pemilihan, seperti Formulir C
dan D, sekaligus distribusinya.
Kegiatan itu untuk mencairkan anggaran. Ternyata kegiatan yang dilakukan itu tidak
ada atau fiktif. Oknum KPU Jatim lantas mentransfer uang ke lima perusahaan yang
digandeng untuk mencetak DPT. Namun uang tersebut dikembalikan lagi ke oknum
KPU itu.Dari hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), pengadaan fiktif logistik
Pemilu ini telah merugikan negara sebesar Rp 7 miliar.Dari audit BPK membuat oknum
pejabat KPU Jatim kelabakan.
Mereka harus mengembalikan kerugian negara itu ke kas negara, ternyata yang
dikembalikan/disetorkan baru Rp 600 juta.Kejari Surabaya yang memeriksa saat itu
langsung menetapkan lima tersangka pejabat penandaTangan surat perintah membayar
(PPSPM) di KPU Jatim.
Komentar:
Terjadinya kasus akuntan ini dikarenakan adanya kecurangan dari pihak akuntan
publik dan lemahnya pengendalian internal dari pihak Pemerintah. Terdeteksinya
kecurangan tersebut dapat dilihat pada laporan adanya kegiatan cetak untuk keperluan
pemilihan, seperti Formulir C dan D, sekaligus distribusinya.Kegiatan itu untuk
mencairkan anggaran. Ternyata kegiatan yang dilakukan itu tidak ada atau fiktif.Untuk
jenis kasus seperti ini dapat dihindari dengan cara pengendalian internal yang lebih ketat
serta apabila kasus seperti inisudah terlanjur terjadi maka sebaiknya berikan sanksi yang
membuat jera atas penyalahgunaan tersebut. Menetapkan lima tersangka pejabat
penandaTangan surat perintah membayar (PPSPM) di KPU Jatim.
d. Kasus Pelanggaran Etika Profesi Akuntansi Pada KASUS ENRON dan KAP Arthur
Andersen
Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara Inter North (Penyalur gas
alam melalui pipa) dengan Houston Natural Gas. Bisnis Enron bergerak dalam bidang
industri energy, kemudian melakukan diversi fikakasi usaha antara lain, meliputi future
transaction, tranding comodity non energy dan kegiatan bisnis keuangan.
Kasus Enron dan KAP Arthur Andersen terungkap saat Enron mendaftarkan
kebangkrutannya ke pengadilan pada tanggal 2 Desember 2001. Saat itu, terungkap
terdapat utang perusahaan yang tidak dilaporkan, yang menyebabkan nilai investasi dan
laba yang ditahan berkurang dalam jumlah yang sama. Sebelum kebangkrutan Enron
terungkap, KAP Andersen memperahankan Enron sebagai klien perusahaan dengan
memanipulasi laporan keuangan dan penghancuran dokumen atas kebangkrutan Enron.
Dimana sebelumnya Enron menyatakan bahwa periode pelaporan keuangan yang
bersangkutan tersebut, prusahaan mendapatkan laba bersih sebesar $393 juta, padahal
pda periode tersebut perusahaan mengalami kerugian sebsar $644 juta yang disebabkan
oleh transaksi yang dilakukan oleh perusahan-perusahaan yang didirikan oleh Enron.
Komentar:
Enron dan KAP (Kantor Akuntan Publik) Arthur Andersen sudah melanggar kode
etik yang seharusnya menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya dan bukan untuk
dilanggar. Yang menyebabkan kebangkrutan dan keterpurukan pada perusahaan Enron
adalah auditor, Arthur Andersen yang merupakan kantor akuntan Enron. Keduanya telah
bekerja sama dalam memanipulasi laporan keuangan sehingga merugikan berbagai pihak
baik pihak eksternal seperti para pemegang saham dan pihak internal yang berasal dari
dalam perusahaan enron. Enron telah melanggar etika dalam bisnis dengan melakukan
manipulasi-manipulasi guna menarik investor. Sedangkan Arthur Andersen yang
bertindak sebagai auditor pun telah melanggar etika profesinya sebagai seorang akuntan.
Prinsip Etika Profesi Ikatan Akuntansi Indonesia yang dilanggar oleh Enron dan KAP
Arthur Andersen, sebagai berikut:
a) Prinsip Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional dan yang menjadi dasar kepercayaan publik. KAP Andersen dianggap
menlanggar prinsip integritas dikarenakan tidak dapat memelihara dan meningkatkan
kepentinganpublik sebagai KAP yang termasuk kategori The Big Five seperti yang
terungkap pada kasus Enron bahwa KAP Andersen telah memanipulasi laporan
keuangan dan penghancuran dokumenatas kebangkrutan Enron.
b) Prinsip Perilaku Profesional
KAP Andersen dikatakan tidak bererilaku profesional serta konsisten dengan
reputassi profesi dalam mengaudit laporan keuangan dengan melakukanpenyamaran
data, karena kerugian perusahaan sebesar $644juta yang disebabkan hutang
perusahaan yang tidak dilaporkan.
c) Prinsip Standar Teknis
KAP Andersen juga melanggar prinsip standar teknis karena tidak melanksanakan
juga profesionlanya sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang
relevan.
Dalam kurun waktu tahun terakhir, cukup banyak tragedi pelanggaran etika akuntansi
dalam bidang bisnis. Hal itu disebabkan adanya kelalaian, kecurangan, atau kesalahan yang
dilakukan oleh seorang akuntan. Terjadinya pelanggaran tersebut karena adanya pengabaian
etika dalam profesi akuntansi. Dimana pengabaian etika adalah dilaksanakannya suatu
aktivitas oleh para pengambil keputusan yang dianggap benar, akan tetapi memberikan
dampak merugikan atau dianggap salah oleh pihak lain. 
Beberapa contoh pengabaian etika itu akuntansi antara lain, praktik kecurangan dalam
pembuatan laporan keuangan, penyuapan, mark up, tindakan kolusi, ingkar janji, window
dressing,dan lain sebagainya. Agar mencegah terjadinya hal tersebut maka hal yang perlu
dilakukan adalah transparansi yakni mewujudkan etika dalam berbisnis perlu pembicaraan
yang transparan antara semua pihak, baik pengusaha, pemerintah, masyarakat agar jangan
hanya satu pihak saja yang menjalankan etika sementara pihak lain berpijak kepada apa yang
mereka inginkan. Jika pelanggaran telah dilakukan, maka cara mengatasinya adalah
pemberian sanksi yang tegas terhadap pelanggar, memberikan teguran tertulis, usulan
pemberhentian, dan tidak diberi penugasan elama jangka waktu tertentu.
Oleh karena itu, pada hakikatnya, etika dalam profesi apapun terutama profesi
akuntansi sangat diperlukan. Disebabkan karena etika merupakan suatu ilmu yang membahas
perbuatan baik dan buruk manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia. Dalam
etika profesi juga terdapat suatu kesadaran yang kuat untuk mengindahkan etika profesi pada
saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukan.
Etika dalam sebuah profesi mensyaratkan bahwa seseorang harus mempunyai keahlian sesuai
dengan profesi. Jika seseorang belum ahli, ia harus ikut pelatihan intensif sebelum memasuki
sebuah profesi. Etika dalam profesi memerlukan pelatihan yang meliputi komponen spiritual,
teknologi, intelektual, dan emosional yang signifikan. Karena keempat komponen ini
merupakan karakteristik profesional yang bertugas utama memberikan nasehat dan bantuan
menyangkut bidang keahliannya yang rata-rata tidak diketahui atau dipahami orang awam.
Etika dapat dihubungkan dengan profesi karena orang yang profesional bukan hanya
intelektual dan teknologinya saja yang bagus, namun dia juga bisa diandalkan semangat dan
kontrol emosinya sehingga setiap berbuat dia akan mempunyai suatu pandangan yang baik. 
Selain etika, spiritualitas diperlukan untuk profesi akuntansi. Dengan demikian patut
diyakini bahwa mengembangkan akuntansi perlu memasukkan aspek nilai untuk menciptakan
wajah akuntansi yang sarat dengan nilai (value laden). Akuntansi yang bernilai diharapkan
mampu menjadikan praktik akuntansi yang mendorong perilaku manusia lebih beragama,
bernilai spiritualitas dan beretika dalam kehidupan sosial dan lingkungannya. Profesi akuntan
dengan variasi pekerjaannya (termasuk akuntan intern, staf akuntansi dan bidang lain
sepanjang masih berhubungan dengan kegiatan akuntansi) mengalami tekanan baik fisik
maupun mental yang tidak ringan dalam dunia kerjanya. Dengan pekerjaan yang monoton,
berulang-ulang dan cenderung membosankan serta atribut lainnya mendorong rasa frustasi
dan kegelisahan dalam bekerja (Krishnakumar dan Neck, 2002). Hal ini juga dapat
berdampak pada perilaku negatif seorang akuntan yang mempengaruhi nama baik profesi di
mata masyarakat atau publik. Salah satu asumsi yang dijadikan sebagai penyebab dari
perilaku negatif seorang akuntan adalah hilangnya atau berkurangnya nilai-nilai spiritualitas
keagamaan dalam dirinya. Hilangnya nilai-nilai spiritualitas keagamaan ini mengakibatkan
seorang akuntan tidak dapat lagi membedakan mana perbuatan yang baik dan buruk, serta
beretika atau melanggar etika (Sulistiyo, 2004). Oleh karena itu menjadi penting membahas
konsep spiritualitas keagamaan dalam dunia akuntan. 
Banyak penelitian yang menyarankan untuk mengimplementasikan nilai-nilai
spiritualitas ke dalam profesi atau dunia kerja yang digelutinya. Ada beberapa manfaat yang
dapat dipetik meliputi kreatifitas, kejujuran dan kepercayaan, pemenuhan pribadi (personal
fulfillment), dan komitmen yang kesemuanya akan mendorong peningkatan kinerja
organisasi. Dengan spiritualitas akan mendorong lahirnya sebuah kesadaran, melalui
kesadaran ini maka akan muncullah intuisi, selanjutnya intuisi ini akan melahirkan sebuah
kreatifitas (Freshman 1999). Demikian pula dengan semakin kaya nilai-nilai spiritual yang
dimiliki karyawan akan mendorong munculnya kepuasan dan kebahagiaan sehingga
karyawan akan jauh lebih kreatif (Turner 1999). 

Penutup

Sebagai seorang profesi akuntan seharusnya mematuhi Standar Profesi Akuntansi


yang berlaku. Ketika memang dia harus melakukan jasa audit, maka audit yang dilakukan
pun harus sesuai dengan Standar Auditing (SA) dalam SPAP.
Dari kasus-kasus diatas juga dapat disimpulkan bahwa terjadi pelanggaran terhadap
salah satu prinsip standar teknis. Dimana dalam standar teknis setiap anggota harus
melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan standar professional yang
relevan, sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-hati.
Anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerimaan jasa
selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Standar teknis
dan standar profesional yang harus ditaati oleh anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), International Federation Of Accountants, badan pengatur,
dan peraturan perundang-undangan yang relevan.
Diharapkan dengan adanya beberapa kasus yang telah dijelaskan di atas, bisa
dijadikan pembelajaran bagi semua, terutama saya bahwa etika dan spiritualitas sangat
diperlukan untuk diimplementasikan di kehidupan sehari-hari. Dikarenakan pada hakikatnya
orang yang profesional bukan hanya terletak pada intelektual dan teknologinya saja yang
bagus, namun dia juga bisa diandalkan semangat dan kontrol emosinya sehingga setiap
berbuat dia akan mempunyai suatu pandangan yang baik. 

Daftar Pustaka

Abdullah, Syukry dan Abdul Halim. 2002. Pengintegrasian Etika dalam Pendidikan dan
Riset Akuntansi. Kompak, STIE YO.

Sukrisno, Agoes. 1996. Penegakkan Kode Etik Akuntan Indonesia. Makalah dalam Konvensi
Nasional Akuntansi III. IAI.
Oktafiani. Analisis Pelanggaran Kode Etik Profesi Akuntan, Auditor, dan Petugas Pajak.
http://itsblogku.blogspot.com/2017/12/analisis-pelanggaran-kode-etik-profesi.html.
Diakses pada Kamis, 28 Desember 2017
Irene Aulia Hermanto. 2015. Makalah Etika Profesi Akuntansi Studi Kasus  “Perusahaan
Enron”. http://ireneaulia.blogspot.com/2014/11/makalah-etika-profesi-akuntansi.html.
Risma Ferda Fathir. Pelanggaran Etika Profesi Akuntansi pada kasus Enron dan Kap Arthur
Andersen. http://rismaferda.blogspot.com/2015/11/pelanggaran-etika-profesi-
akuntansi.html. Diakses pada Jumat, 13 November 2015.

Maxmanroe. Metode Penelitian: Pengertian, Macam-Macam, dan Contoh Metode Penelitian.


https://www.maxmanroe.com/vid/umum/metode-penelitian.html.

Yongija. Pentingnya Etika Dalam Profesi Bidang Akuntansi.


http://yongija.blogspot.com/2012/10/pentingnya-etika-dalam-profesi-bidang.html.
Diakses pada Selasa, 23 Oktober 2012.

Anda mungkin juga menyukai