Rahmalia Ayu Pratiwi, Tugas Aritmia
Rahmalia Ayu Pratiwi, Tugas Aritmia
NIM : PO.71.20.4.17.024
Mata Kuliah : Keperawatan Kritis
Semester/TK : 7/4
SVT meliputi semua aritmia yang disebabkan oleh aktivitas listrik yang berasal dari atas
bifurkasio berkas His. Namun istilah SVT lebih sering di gunakan untuk menjelaskan irama
re-enteri secara spesifik dan biasanya tidak mencangkup fibrilasi/fluter atrial , takikardia
atrial multifo!al atau sinus takikardia (Ganz Li dalam Kedokteran Kegawat Daruratan, 2005).
Istilah SVT diberikan bagi takiaritmia yang asal pembentukan impulsnya tidak mudah
dikenali.
Atrial Flutter
Atrial flutter dapat disebabkan karena adanya perlukaan pada jantung akibat penyakit
jantung atau prosedur operasi jantung. Namun atrial flutter dapat pula terjadi pada
pasien tanpa gangguan jantung. Kondisi ini disebut sebagai Lone Atrial Flutter .
Pada atrial flutter impuls listrik tidak dimulai dari nodus SA melainkan dari atrium
kanan dan melibatkan sirkuit besar yang meliputi daerah dekat katup trikuspid. Hal
ini akan menyebabkan atrium berdenyut cepat dan memacu ventrikel untuk
berdenyut cepat pula. Atrial flutter pada umumnya terjadi pada penderita penyakit
jantung, seperti penyakit jantung kongestif, penyakit katup rematik, penyakit jantung
kongenital atau kondisi medis lainnya, seperti emfisema paru dan hipertensi. Resiko
terjadinya atrial flutter akan meningkat padapasien post operasi jantung akibat
terbentuknya perlukaan pada bagian atrium.
4. Ventrikel Fibrilasi
Ventrikel fibrilasi merupakan jenis aritmia yang paling berbahaya .Jantung tidak lagi
berdenyut melainkan hanya bergetar sehingga jantung tidak dapat memompa darah
dengan efektif. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya henti jantung (cardiac arrest).
Gejala yang timbul berupa tanggapan pasien berkurang, pasien sudah tidak bernafas atau
hanya gasping, henti jantung yang muncul secara tiba-tiba (Sudden Cardiac Arrest).
5. Ventrikel Takikardi
Ventrikel takikardi adalah ventrikel ekstrasistol yang timbul ≥ 4x berturut-turut.
Merupakan salah satu aritmia lethal (berbahaya) karena mudah berkembang menjadi
ventrikel fibrilasi dan dapat menyebabkan henti jantung (cardiac arrest). Ventrikel
takikardi disebabkan oleh keadaan yang mengganggu sistem konduksi jantung, seperti
kekurangan pasokan O2 akibat gangguan pada pembuluh darah koroner,
kardiomiopati,sarcoidosis, gagal jantung, dan keracunan digitalis.Diagnosis ditegakkan
jika ditemukan denyut jantung 150-210x/menit dan ditemukan gejala berupa sakit
kepala, kepala terasa ringan, kehilangan kesadaran, dan henti jantung yang muncul
secara tiba-tiba dan tidak pernah terjadi sebelumnya.21,22 Pemeriksaan EKG
menunjukkan adanya kompleks QRS lebar yang timbul berturut-turut dan terus menerus
dengan kecepatan >150x/menit.
1. SVT
a. Pada keadaan akut
- Manuver valsava
- Adenosin i.v. (obat pilihan utama): ATP 10mg– 20mg
- Verapamil i.v.: 2,5–5 mg perlahan; q 3x (bila tidak ada gagal jantung)
- Diltiazemiv: 0,25-0,35 mg/kg (bila tidak ada gagal jantung)
- Digitalis i.v.: 0,5mg f. Metoprolol iv: 5-15 mg; propranolol 1-2 mg iv, q 4mnt
- Kardioversi listrik bila hemo dinamik tidak stabil
b. Terapi definitif:
- AVNRT: ablasi radio frekuensi slow path way dari nodus AV
- AVRT: ablasi radio frekuensi jalur aksesori
c. Edukasi:
- mengenali tanda dan gejala secara mandiri.
- Ajarkan cara menghitung nadi yang cepat, mengukur tekanan darah, mengelah
berdebar, rasa melayang seperti akan pingsan, keringat dingin, lemas
- Edukasi tindakan awal yang harus dilakukan ketika timbul tanda dan gejala,
seperti: istirahat, bila keluhan tidak hilang harus segera ke pelayanan
kesehatan terdekat
- Edukasi tindakan lanjut / terapi definitif : Radio Frekuensi Ablasi
- Edukasi eassurance: meyakinkan pasien kondisinya tidak berbahaya
2. PEA
- Intervensi : Segera lakukan RJP sebanyak 5 siklus. RJP (30 kompresi dada: 2
ventilasi) dilakukan jika pada pasien belum terpasang advanced airway (ETT).
Jika pada pasien telah terpasang advanced airway, berikan ventilasi 8-10
kali/menit sambil dilakukan kompresi dada 100 kali/menit.
4. VF
- RJP (30 kompresi dada : 2 ventilasi) dilakukan jika pada pasien belum dipasang
advance airway (ETT). Jika pada pasien telah terpasang advance airway, berikan
venyilasi 8-10 kali/menit sambil terus melakukan kompresi dada 100 kali/menit.
- RJP terus dilakukan selama resusitasi, kecuali pada waktu analisis irama jantung,
defibrilasi, dan penilaian sirkulasi. Setelah 5 siklus RJP, cek irama jantung pasien
sesuai monitor (shockable atau tidak shockable), selanjutnya tatalaksana sesuai
temuan.
5. VT
Intervensi :
a. Tatalaksanaan umum ; koreksi elektrolit, terutama magnesium dan kalium
b. Terapi obat :
- VT berkas cabang
Akut dengan adenosine IV : ATP 10 mg – 20 mg, dilanjutkan dengan beta
bloker dan amiodaron
- VTI diopatik dari outflow tract
Akut dengan adenosine IV : ATP 10 mg- 20 mg, dilanjutkan dengan beta
bloker dan amidodaron
- VTI diopatik dari LV
Akut dengan adenosine IV ; Verapamil, dilanjutkan dengan beta bloker dan
amiodaron
- VTI iskemik
Akut dengan overdrive pacing atau kardioversi, dilanjutkan dengan beta
bloker dan amiodoren
- Torsade de pointes
Akut dengan adenosien IV : ATP 10 mg- 20 mg, dilanjutkan dengan
betabloker dan amiodaron
c. Terapi definitif :
- VT berkas cabang : ablasi radio frekuensi diberkas cabang
- VTI diopatik dari outflaw tract : ablasi radio frekuensi menggunakan
pemetaan 3D untuk menilai aktivasi dini sebagai fokus takikardi
- VTI diopatik dari LV : ablasi radio frekuensi mengunakan pemetaan 3D untuk
menilai diastinic potentialdan presystolic purkinje potential
- VT iskemi : ablasi radio frekuensi menggunakan pemetaan 3 D untuk
substrate mapping dan pemasangan ICD
d. Edukasi :
- Edukasi mengali tanda dan gejala secara mandiri
- Edukasi tindakan awal yang harus dilakukan ketika timbul tanda dan gejala
seperti : istirahat, bila keluhan tidak hilang harus segera ke pelayanan
kesehatan terdekat
- Edukasi tindakan lanjut/terapi definitif : radio frekuensi ablasi
6. R on T
Intervensi :
a. Asimtomatik
- Observasi
- Pada penderita dengan jantung yang normal, hanya perlu reassurance dan
tidak perlu obatobatan.
- Pada penderita dengan penyakit jantung koroner, perlu dilakukan
disingkirkan kemungkinan iskemia, dan dinilai risiko terjadinya VT.
b. Simtomatik:
- Farmakologis dengan beta bloker, nondihydropiridin calcium channel
blocker, amiodaron; atau kombinasi
- Koreksi elektrolit, terutama magnesium dan kalium
- Terapi definitif: ablasi radio frekuensi (konvensional atau 3-dimensi)
c. Edukasi
- Edukasi mengenali tanda dan gejala secara mandiri. Ajarkan cara
menghitung nadi, mengukur tekanan darah, mengelah berdebar, rasa
melayang seperti akan pingsan, keringat dingin,lemas
- Edukasi tindakan awal yang harus dilakukan ketika timbul tanda dan
gejala, seperti: istirahat, bila keluhan tidak hilang harus segera ke
pelayanan kesehatan terdekat
- Edukasi tindakan lanjut / terapi definitif: Radio Frekuensi Ablasi 4.
Edukasi reassurance: meyakinkan pasien kondisinya tidak berbahaya.
CARDIAC ARREST
HQ CPR:
KEGAWATAN TACHYCARDIA
HR >150 x/mnt
VENTRICULAR TACHYCARDIA
ATRIAL FLUTTER
ATRIAL FIBRILASI
VENTRIKULAR FIBRILASI
Wide Regular : VT with pulse, SVT with Abberant (tx: Syncronize Cardioversi 100 joule)
Wide Irregular: VF (tx: Defib 360 Joule)
HR <60 x/mnt
ROSC / PCAC Algorithm
Teknis Pertolongan :
1. Jika ada pasien datang, kondisi sadar, maka salam perkenalan, tanyakan keluhan &
spesifikasinya, lalu jika ada keluhan dengan kasus Cardiac, jangan lupa Inform consent;
DAN jika pasien tidak sadar, maka salah satu petugas Inform Consent pada Keluarga /
Pengantar, langsung masuk ke teknis penanganan langkah no. 2
2. Initial Assessment kegawatan (ABCD), Cek TTV, termasuk Heart rate, jika HR <60
(Bradi) ; kalau HR >150 (taki)
3. Tugaskan anggota tim untuk membantu (sesuai kondisi) : 1. Leader; 2. Kompresi siapa ? ;
3. Oksigenasi siapa ? ; 4. Defib. Siapa ? ; 5. Medikasi siapa ? ; 6. Recorder siapa ? (jika
kurang bisa merangkap tugas)
4. Lalu sampaikan: minta tolong mas/mbak (yg bertugas 1. kompresi) memasangkan lead
ekg nya..minta tolong mas/mbak (yg bertugas 2. Oksigenasi) bantu berikan oksigenasi
masker..minta tolong mas/mbak (yg bertugas 3. Medikasi) untuk pasang IV line (jika
pasien sadar, dan mengalami Kegawatan Takikardia, maka jangan lupa berikan Sedasi
(Midazolam 1 mg) terlebih dahulu sebelum di Syncronize Cardioversi
5. Observasi & Monitoring EKG, Nadi, dan kondisi Px. — Ikuti alur algoritmanya
SUMBER LITERATUR
http://dokterpost.com/kegawatdaruratan-ventrikel-fibrilasi-diagnosis-dan-tatalaksana/
https://khoirulamin2012.blogspot.com/2020/04/gangguan-irama-jantung.html