Bab I
Bab I
BAB I
PENDAHULUAN
I.2 Tujuan
Kunjungan Industri ke PT. Energi Agro Nusantara ini memiliki beberapa tujuan diantaranya
untuk:
a. Memenuhi beberapa tugas dari mata kuliah Proses Industri Kimia.
b. Mengetahui gambaran yang realistis dalam merancang pendirian sebuah pabrik etanol
yang terkemuka.
c. Mengetahui proses-proses, mesin-mesin, cara pengemasan, sistem majanemen, proses
pengolahan dan pembuatan etanol murni, dll dalam suatu pabrik Industri Etanol seperti
PT. Energi Agro Nusantara.
d. Menambah pengetahuan dan informasi tentang dunia kerja.
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
2. Tujuan Perusahaan
Memproduksi energi terbarukan sebagai pengganti energi dari bahan bakar fosil
yang semakin terbatas jumlahnya.
Mendukung program mandatory pemerintah di bidang energi terbarukan.
Memanfaatkan dan memberikan nilai tambah tetes tebu (molases) menjadi
bioethanol.
Menghasilkan diversifikasi produk ikutan ( CO 2, Biogas, Pupuk Organik Cair,
Yeast Mud) demi meningkatkan keuntungan perusahaan sehingga turut
memberikan kontribusi yang optimal pada semua pemangku kepentingan.
Bioetanol (C2H5OH) adalah cairan biokimia dari proses fermentasi gula dari sumber
karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme. Bioetanol merupakan bahan bakar dari
minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak premium. Untuk pengganti premium,
terdapat alternatif gasohol yang merupakan campuran antara bensin dan bioetanol. Adapun
manfaat pemakaian gasohol di Indonesia yaitu : memperbesar basis sumber daya bahan
bakar cair, mengurangi impor BBM, menguatkan security of supply bahan bakar,
meningkatkan kesempatan kerja, berpotensi mengurangi ketimpangan pendapatan antar
individu dan antar daerah, meningkatkan kemampuan nasional dalam teknologi pertanian
dan industri, mengurangi kecenderungan pemanasan global dan pencemaran udara (bahan
bakar ramah lingkungan) dan berpotensi mendorong ekspor komoditi baru.Untuk
pengembangan bioetanol diperlukan bahan baku diantaranya :
Nira bergula (sukrosa): nira tebu, nira nipah, nira sorgum manis, nira kelapa, nira aren,
nira siwalan, sari-buah mete
Bahan berpati : tepung-tepung sorgum biji, jagung, cantel, sagu, singkong/ gaplek, ubi
jalar, ganyong, garut, suweg, umbi dahlia.
Teknologi produksi bioethanol berikut ini diasumsikan menggunakan jagung sebagai
bahan baku, tetapi tidak menutup kemungkinan digunakannya biomassa yang lain, terutama
molase.
Glukosa dapat dibuat dari pati-patian, proses pembuatannya dapatdibedakan berdasarkan
zat pembantu yang dipergunakan, yaitu Hydrolisa asam dan Hydrolisa enzyme. Berdasarkan
kedua jenis hydrolisa tersebut, saat ini hydrolisa enzyme lebih banyak dikembangkan, sedangkan
hydrolisa asam (misalnya dengan asam sulfat) kurang dapat berkembang, sehingga proses
pembuatan glukosa dari pati-patian sekarang ini dipergunakan dengan hydrolisa enzyme. Dalam
proses konversi karbohidrat menjadi gula (glukosa) larut air dilakukan dengan penambahan air
dan enzyme; kemudian dilakukan proses peragian atau fermentasi gula menjadi ethanol dengan
menambahkan yeast atau ragi. Reaksi yang terjadi pada proses produksi ethanol/bio-ethanol
secara sederhana ditujukkan pada reaksi 1 dan 2.
Selain ethanol/bio-ethanol dapat diproduksi dari bahan baku tanaman yang mengandung
pati atau karbohydrat, juga dapat diproduksi dari bahan tanaman yang mengandung selulosa,
namun dengan adanya lignin mengakibatkan proses penggulaannya menjadi lebih sulit, sehingga
pembuatan ethanol/bio-ethanol dari selulosa tidak perlu direkomendasikan. Meskipun teknik
produksi ethanol/bioethanol merupakan teknik yang sudah lama diketahui, namun ethanol/bio-
ethanol untuk bahan bakar kendaraan memerlukan ethanol dengan karakteristik tertentu yang
memerlukan teknologi yang relatif baru di Indonesia antara lain mengenai neraca energi (energy
balance) dan efisiensi produksi, sehingga penelitian lebih lanjut mengenai teknologi proses
produksi ethanol masih perlu dilakukan. Secara singkat teknologi proses produksi ethanol/bio-
ethanol tersebut dapat
Secara umum, produksi bioethanol ini mencakup 3 (tiga) rangkaian proses, yaitu:
Bahan baku untuk produksi biethanol bisa didapatkan dari berbagai tanaman, baik yang secara
langsung menghasilkan gula sederhana semisal Tebu (sugarcane),gandum manis (sweet
sorghum) atau yang menghasilkan tepung seperti jagung(corn), singkong (cassava) dan
gandum (grain sorghum) disamping bahan lainnya. Persiapan bahan baku beragam bergantung
pada bahan bakunya, tetapi secara umum terbagi menjadi beberapa proses, yaitu:
Tepung dan material selulosa harus dihancurkan untuk memecahkan susunan tepungnya
agar bisa berinteraksi dengan air secara baik
Pemasakan, Tepung dikonversi menjadi gula melalui proses pemecahan menjadi gula
kompleks (liquefaction) dan sakarifikasi (Saccharification) dengan penambahan air,
enzyme serta panas (enzim hidrolisis). Pemilihan jenis enzim sangat bergantung terhadap
supplier untuk menentukan pengontrolan proses pemasakan.
Fermentasi
Pada tahap ini, tepung telah sampai pada titik telah berubah menjadi gula sederhana (glukosa dan
sebagian fruktosa) dimana proses selanjutnya melibatkan penambahan enzim yang diletakkan
pada ragi (yeast) agar dapat bekerja pada suhu optimum. Proses fermentasi ini akan
menghasilkan etanol dan CO2. Bubur kemudian dialirkan kedalam tangki fermentasi dan
didinginkan pada suhu optimum kisaran 27-32 0C, dan membutuhkan ketelitian agar tidak
terkontaminasi oleh mikroba lainnya. Karena itu keseluruhan rangkaian proses dari liquefaction,
sakarifikasi dan fermentasi haruslah dilakukan pada kondisi bebas kontaminan.
Jenis Ragi
Selanjutnya ragi akan menghasilkan ethanol sampai kandungan etanol dalam tangki mencapai 8-
12 % (biasa disebut dengan cairan beer), dan selanjutnya ragi tersebut akan menjadi tidak aktif,
karena kelebihan etanol akan berakibat racun bagi ragi.
Dan tahap selanjutnya yang dilakukan adalah destilasi, namun sebelum destilasi perlu dilakukan
pemisahan padatan-cairan, untuk menghindari terjadinya clogging selama proses distilasi.
Untuk ragi, biasanya digunakan jenis Zymomonas mobilis dan Saccharomyces
cerevisiae (disebut juga ragi roti). Penggunaan kedua jenis tersebut bisa sendiri-sendiri atau
dicampur. Beberapa website menganjurkan pencampuran keduanya untuk menutupi kelemahan
masing-masing jenis ragi.
(+) proses peragian cepat (13-20 jam) (+) Etanol yang dihasilkan banyak (65.5 g/l cell
density)
(-) etanol yang dihasilkan sedikit (30 g/l cell
density) (-) Proses peragian lama (50-33 jam)
Untuk mempercepat proses peragian, bisa diberikan beberapa enzim tambahan seperti alpha dan
beta amylase. kedua enzim ini digunakan untuk memecah karbohidrat menjadi gula sederhana
(alpha amylase menghasilkan maltose, beta amylase menghasilkan sucrose). enzim-enzim ini
ditambahkan pada proses peragian untuk menghasilkan larutan dangan kadar etanol yang
tinggi. Larutan ragi yang sudah selesai digunakan dapat dicampurkan pada larutan bahan yang
baru sebagai larutan biang, dengan kadar 50% larutan biang + 50% larutan ragi yang baru.
3. Pemurnian / Distilasi
Distilasi dilakukan untuk memisahkan etanol dari beer (sebagian besar adalah air dan etanol).
Titik didih etanol murni adalah 78 0C sedangkan air adalah 100 0C (Kondisi standar). Dengan
memanaskan larutan pada suhu rentang 78 – 100 0C akan mengakibatkan sebagian besar etanol
menguap, dan melalui unit kondensasi akan bisa dihasilkan etanol dengan konsentrasi 95 %
volume.
2. Netral dengan kadar alkohol 96-99,5 %, umumnya digunakan untuk minuman keras atau
bahan baku farmasi.
1. Sebagai pelarut dan reagensia dalam laboratorium dan industri. Sebagai bahan
bakar. Etanol mempunyai nilai kalor (Q) sebesar 12.800 Btu/lb. Sedangkan jika dicampur
dengan gasoline dimana prosentase 10% etanol dan 90% gasoline akan menghasilkan
produk dengan nama dagang Gasohol yang dihasilkan nilai kalor (Q) sebesar 112.000
Btu/gallon.
Tetes Tebu
Tetes Tebu (molases) adalah hasil samping proses pembuatan gula tebu (Saccharum
officinarum). Tetes tebu berwujud cairan kental yang diperoleh dari tahap pemisahan kristal
gula. Tetes tebu tidak dapat dibentuk gula dengan kadar tinggi (50-60 %), asam amino, dan
mineral. Tingginya kandungan gula dalam tetes berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan
baku bioetanol.
Pada umunya tetes tebu di indonesia di ekspor dalam bentuk cane molases. Ekspor cane
molasses berkontribuasi sekitar 78,4 % dari total ekspor produk tebu.
Air 17-25 20
Sukrosa 30-40 35
Fruktosa 5-12 9
Abu 7-15 4
Pigmen – 0,4
Vitamin – –
Ketersediaan tetes tebu sebagai bahan baku bioetanol di Indonesia cukup banyak.Hal ini
berkorelasi dengan luas areal perkebunan tebu yang semakin meningkat. Diperkirakan untuk
setiap ton tebu akan menghasilkan sekitar 2,7 % tetes tebu.
pH : 5,3
Viscositas : 4,323 cp
BAB IV
PENUTUP
IV. Kesimpulan
LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN BIOETANOL :