PDF Bab 4 Pengolahan Data 1d DD
PDF Bab 4 Pengolahan Data 1d DD
Oleh:
Virgian Rahmanda
(1215051054)
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2014
Judul Percobaan : Pengolahan Data 1D
NPM : 1215051054
Fakultas : Teknik
Kelompok : 2 (Dua)
Mengetahui,
Asisten,
Achmadi Hasan N
NPM. 1115051002
1115051002
i
PENGOLAHAN DATA 1D
Oleh
Virgian Rahmanda
ABSTRAK
ii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR
LEMBAR PENGESAHAN
PENGESAHAN ..........................................
................................................................
......................................
................ i
ABSTRAK
ABSTRAK .......................................
.............................................................
.............................................
.............................................
........................ ii
DAFTAR
DAFTAR ISI .................................
.......................................................
............................................
.............................................
...........................
.... iii
DAFTAR
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR ..........................................
................................................................
............................................
...........................
..... v
DAFTAR
DAFTAR TABEL
TABEL ..........................................
................................................................
............................................
.............................
....... vii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................
Belakang........................................................................ 1
..............................
B. Tujuan Percobaan....................
Percobaan...........................................
................................................ 2
.........................
A. Daerah Pengamtan...................
Pengamtan...........................................
.............................................
..................... 3
B. Peta dan posisi daerah pengamatan.....................................
pengamatan..................................... 5
C. Geomorfologi, litologi, fisiografi dan stratigrafi.................
strati grafi................. 7
A. Data Praktikum.........................................
Praktikum...............................................................
................................
..........20
B. Pembahasan.........................................
Pembahasan...............................................................
......................................
................33
iii
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 2.1 Lokasi survey geolistrik tahanan jenis pada peta geologi ................. 5
v
Gambar 5.19 Data line 9 IPI2Win ....................................................................... 56
Gambar 5.20 Data line 9 Resty............................................................................ 57
Gambar 5.21 Data line 10 IPI2Win ..................................................................... 58
Gambar 5.22 Data line 10 Resty.......................................................................... 58
Gambar 5.23 Data line 11 IPI2Win ..................................................................... 60
Gambar 5.24 Data line 11 Resty.......................................................................... 61
Gambar 5.25 Data line 12 IPI2Win ..................................................................... 63
Gambar 5.26 Data line 12 Resty.......................................................................... 63
Gambar 5.27 Slice rho penampang (AB/2 = 10) ................................................ 65
Gambar 5.28 Hasil Slice rho penampang (AB/2 = 10) a ..................................... 66
Gambar 5.29 Hasil Slice rho penampang (AB/2 = 10) b .................................... 66
Gambar 5.30 Hasil Slice rho penampang (AB/2 = 10) c ..................................... 67
Gambar 5.31 Slice rho penampang (AB/2 = 15) ................................................. 67
Gambar 5.32 Hasil Slice rho penampang (AB/2 = 15) a ..................................... 68
Gambar 5.33 Hasil Slice rho penampang (AB/2 = 15) b .................................... 68
Gambar 5.34 Hasil Slice rho penampang (AB/2 = 15) c ..................................... 69
Gambar 5.35 Slice rho penampang (AB/2 = 30) ................................................. 70
Gambar 5.36 Hasil Slice rho penampang (AB/2 = 30) a ..................................... 70
Gambar 5.37 Hasil Slice rho penampang (AB/2 = 30) b .................................... 71
Gambar 5.38 Hasil Slice rho penampang (AB/2 = 30) c ..................................... 69
Gambar 5.35 Slice kedalaman muka air sumur ................................................... 71
Gambar 5.36 Hasil Slice kedalaman muka air sumur a ....................................... 72
Gambar 5.37 Hasil Slice kedalaman muka air sumur b ...................................... 73
Gambar 5.38 Hasil Slice kedalaman muka air sumur c ....................................... 74
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 Data Pengukuran Geolistrik .................................................................. 7
vii
Tabel 5.25 Interpretasi Line 8 .............................................................................. 55
Tabel 5.26 Interpretasi Line 9 .............................................................................. 57
Tabel 5.27 Interpretasi Line 10 ............................................................................ 59
Tabel 5.28 Interpretasi Line 11 ............................................................................ 61
Tabel 5.29 Interpretasi Line 12 ............................................................................ 64
viii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum tentang pengolahan data 1D kali ini yaitu
sebagai berikut :
1. Dapat memproses data sounding geolistrik tahanan jenis dengan
menggunakan software IP2Win dan Resty
2. Dapat membuat penampang horizontal daerah pengukuran geolistrik
tahanan jenis dengan software surfer
3. Untuk mendapatkan informasi tentang kedalaman atau ketebalan
lapisan batuan dari harga resistivitas secara vertikal
4. Dapat mengorelasikan data sounding 1D vertical dengan penampang
horizontal
5. Dapat menganalisa data permodelan sounding 1D sesuai dengan peta
geologi daerah pengukuran
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Daerah Pengamatan
Daerah survey geolistrik tahanan jenis yang telah dilakukan dengan
menggunakan sounding konfigurasi schlumberger terletak di Kampung
Cisarua, Desa Muara Putih, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan.
Setelah dilakukan survey oleh praktikan, daearah sekitar dapat memperoleh air
tanah dengan kedalaman sumur 10-12 meter dengan muika air tanah setinggi 4
meter dari permukaan. Dalam penelitian lanjutan praktikan mencoba
menganalisa janis air terhadap bentangan geologi yang terdapat disekitar
daerah natar, karena air yang didapatkan warga bersifat pa yau.
Derah tersebut terkenal dengan wisata air panas yang berawal dari
sekelompok petani yang mengebor untuk mendapatkan air. Kemarau panjang
membuat sungai kering sehingga tidak ada sumber air untuk menyiram
sayuran. Awalnya, air bercampur lumpur yang keluar. Airnya pun tidak
terlalu deras. Kemudian air menjadi bersih dan panas. Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) bersama dengan Badan Penelitian Lingkungan
Hidup Daerah (BPLHD) dan Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben)
provinsi Lampung mengecek langsung ke lokasi. Hasilnya, air tersebut hanya
sumber mata air panas saja (Akhyadi, 2012)
Hal yang berhubungan dengan adanya sumber air panas tersebut adalah
adanya sesar yang melewati daerah natar. Sebagai informasi yang mungkin
menarik untuk dilakukan kajian kedepannya adalah mengenai sesar yang
melewati Natar. Di daerah ini terdapat ngarai yang lebarnya sekitar 5 -10
4
Selain itu, saat ini telah muncul semburan air Panas baru di Desa Cisarua,
Merak Batin Natar awal bulan September 2012 dan saat ini masih
menyembur keluar. Dimungkinkan, semburan ini juga terkait dengan sesar
yang ada di Bandar Lampung dan Sekitarnya (Yuza, 2012)
Rute pengukuran, dilakukan sejak tanggal 6 April 2014 hingga 26 April 2014
pada hari sabtu minggu. Dari jadwal tersebut diperoleh hasil pengukuran
resistivity menggunakan konfigurasi schlumberger sebanyak 12 line, dengan
lokasi yang terletak di desa Cisarua, Natar kabupaten Lampung Selatan.
Pengambilan data praktikum dilakukan per minggu pada hari sabtu dan
minggu mulai tanggal 6 April 2014 hingga 26 April 2014 atau sebanyak 4
minggu, dengan rata-rata perolehan data perminggu dari kedua kelompok
adalah 2 hingga 3 data (line).
Gambar 2.3 Lokasi survey geolistrik tahanan jenis pada peta google earth
Berdasarkan gambar hasil viewing pada google earth data sumur ditandai
dengan huruf S sebanyak 21 data dan data line sebanyak 12 data. Adapun
tabel koordinat lokasi survey sumur warga dan pengukuran geolistrik tahana
jenis adalah sebagai berikut;
Dari sisi geomorfologi, lokasi survey Termasuk dalam jalur semangko. Jalur
ini merupakan suatu corak permukaan yang mencerminkan geantiklinal
Barisan sepanjang pulau itu seluruhnya, yang dinamakan depresi – menengah
pada puncak dan disebut jalur bongkah (rift) Semangko terletak pada lembah
Semangko di Sumatra Selatan ( Lampung ). Jalur Semangko ini mulai dari
Teluk Semangko di pantai selatan Lampung selanjutnya dari situ dapat diikuti
lebih jauh sampai ke Trog Lambah (Krueng) Aceh dengan Bandaaceh sebagai
ujung utaranya. Di beberapa bagian jalur ini terisi dan tertutup oleh vulkan-
vulkan muda.
Litologi wilayah lampung secara umum, terdiri dari endapan aluvium, dan
rawa (Qa & Qs) yang tersebar di Pantai Timur dan Pantai Barat, serta di Teluk
Lampung dan Teluk Semangka sekitar Kalianda hingga Lempasing dan Kota
Agung, sedangkan batu gamping terumbu (Qg) terdapat di Teluk Lampung
dan Pantai Barat. Batuan Kuarter seperti lava, breksi gunung api, batu pasir,
batu lempung, dan tufa (Qhv, Qpt, Qtk, & QTI) terdapat di sekitar G.
Rajabasa, Labuhan Maringgai, G. Tanggamus; Batuan Tersier seperti breksi
gunung api, tufa, lava, batu pasir, dan tufa (Tmps, Tomh, Tpot, & Tmba)
terdapat di sekitar Teluk Lampung dan Teluk Semangka serta di Pantai Barat.
Untuk daerah provinsi lampung non pesisir seperti lampung selatan, juga
mayoritas provinsi lampung bagian tengah terbentuk dari batuan ofiolit yang
mempunyai densitas rapat massa tertinggi di Sumatera. Itu berarti Lampung
sangat tahan terhadap gempa besar. Ini mengindikasikan bidang sesar di
Lampung sulit bergeser saat terjadi gempa (Artono, 2011).
9
Metode geolistrik resistivitas adalah salah satu metode yang cukup banyak
digunakan dalam dunia eksplorasi khususnya eksplorasi air tanah karena
resistivitas dari batuan sangat sensitif terhadap kandungan airnya. Sebenarnya
ide dasar dari metode ini sangatlah sederhana, yaitu dengan menganggap bumi
sebagai suatu resistor.
Metode geolistrik resistivitas atau tahanan jenis adalah salah satu dari
kelompok metode geolistrik yang digunakan untuk mempelajari keadaan
bawah permukaan dengan cara mempelajari sifat aliran listrik di dalam batuan
di bawah permukaan bumi. Metode resistivitas umumnya digunakan untuk
eksplorasi dangkal, sekitar 300 – 500 m. Prinsip dalam metode ini yaitu arus
listrik diinjeksikan ke alam bumi melalui dua elektrode arus, sedangkan beda
potensial yang terjadi diukur melalui dua elektrode potensial. Dari hasil
pengukuran arus dan beda potensial listrik dapat diperoleh variasi harga
resistivitas listrik pada lapisan di bawah titik ukur.
11
.......................................(3.1)
12
B. Konduktivitas Listrik
Arus listrik dapat menjalar dalam batuan dan mineral dengan tiga cara, yaitu
dengan cara elektronik (ohm), elektrolisis dan konduksi dielektrik. Karena
pengaruh perubahan medan listrik, electron pada atom memisahkan diri dari
inti. Pemisahan muatan positif dan negatif ini menyebabkan polarisasi
dielektrik dari material. Dalam kasus ini, konduksi dielektrik adalah hasil dari
perubahan polarisasi elektronik, ionic dan molecular menyebabkan perubahan
medan listrik.
RA
........................ 3.2
L
Dari hukum ohm, resistan merupakan banyaknya tegangan yang terukur pada
luasan silinder, terhadap resultan aliran arus yang melewatinya :
R
V ........................ 3.3
I
........................ 3.5
n 2
m = konstanta
0.5 a 2.5, 1.3 m 2.5
Sifat fisik dari semua batuan dan mineral pada umumnya mempunyai harga
resistivitas yang sangat tinggi. Hal tersebut dikarenakan nilai densitas,
kecepatan gelombang dan kandungan radioaktifnya kecil pada harga
susepbilitas magnetic sekitar 105.
Konduktor adalah bahan yang harga resistivitasnya kurang dari 10 -5 – 103 m.
Isolator disifatkan dengan adanya ikatan ionik sehingga elektron valensi tidak
bebas bergerak. Perbedaan lain dari konduktor dan semikonduktor adalah
variasinya terhadap suhu. Konduktor konduktivitasnya tinggi ketika suhu
sekitar 0K, semikonduktor sebaliknya. Dalam pengelompokkannya konduktor
dapat dibagi menjadi :
a. Konduktor bagus, harga resistivitasnya 10 -8 – 1 m
D. Hukum-hukum Kelistrikan
Pada Geolistrik Tahanan jenis terdapat beberapa hukum dasar, diantara lain
hukum Coloumb ;
................(3.5)
Dimana :
F : gaya colomb
Q : muatan sumber
q : muatan uji
15
Selain itu juga terdapat hukum Gauss, dalam hukum gauss dinyatakan bahwa
usaha yang dilakukan tidak bergantung pada llintasan tetapi bergantung pada
keadaan akhir yang disebut juga medan konservatif, dengan perumusan ;
∮ ....................................(3.6)
∫
...............(3.7)
E. Software IP2Win
B. Alat Praktikum
Gambar 4.1 Laptop
Pengolahan data praktikum pada praktikum ini adalah mengolah data 1D hasil
pengukuran dengan konfigurasi Schlumberger sebanyak 12 line dan 2 data
sumur dengan menggunakan software resty dan IP2Win. Pengolahan
mencakup processing data sounding geolistrik menggunakan software resty
dan IP2Win, lalu membuat penampang horizontal dareah pengukuran
geolistrik tahan jenis dengan menggunakan software surfer untuk membuat
permodelan dan titik pengukuran. Setelah itu dilakukan slice pada minimal 3
atau lebih pada titik pengukuran untuk mencari informasi kedalaman atau
ketebalan lapisan beserta nilai tahanan jenisnya pada rho bernilai 10, 15 dan
30 mOhm. Setelah didapatkan slice horizontal pada masing-masing nilai
tahanan jenis lalu mengorelasikan dengan hasil data 1D hasil pengolahan
menggunakan software resty dan IP2Win.
MULAI
Investigasi dan
Disain Survey
Akuisisi
VES 1D VES 1D
Penampang
Surfer
Horizontal
Interpretasi
Analisa
SELESAI
V. HASIL PRAKTIKUM DAN PEMBAHASAN
A. Data Praktikum
B. Pembahasan
Pada praktikum akuisisi data geolistrik tahanan jenis yang telah dilakukan di
Kampung Cisarua, Desa Muara Putih, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung
Selatan telah mendapatkan 12 line data dengan konfigurasi schlumberger
34
serta 21 data hasil survey kedalaman muka air tanah pada sumur warga
sekitar. Dari hasil praktikum tersebut sebagai hasil referensi jika dilihat dari
sumber literatur dan peta geologi tentang lokasi daerah akuisisi data
geolistrik, daerah tersebut terletak di kisaran sesar lampung panjang. Jika
dianalsis lebih lanjut kemingkinan dapat di buktikan keterkaitan geologi
dengan bentangan geologi yang terdapat di sekitar daerah tersebut, seperti
sumber air panas. Di daerah tersebut masyarakat umumnya memiliki sumur
dengan air yang payau dan ketinggian muka air pada sumur warga berkisar
antara 1-3 meter.
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan sekiranya dapat dianalisa letak
sumber air yang potensial dan layak dikonsumsi oleh warga sekitar.
Berdasarkan sumber literatur dari sisi geomorfologi, lokasi survey Termasuk
dalam jalur semangko. Jalur ini merupakan suatu corak permukaan yang
mencerminkan geantiklinal Barisan sepanjang pulau itu seluruhnya, yang
dinamakan depresi – menengah pada puncak dan disebut jalur bongkah (rift)
Semangko terletak pada lembah Semangko di Sumatra Selatan ( Lampung ).
(Kolert, 1969)
37
IPI2Win Resty
Lapisan lempung adalah batuan yang dihasilkan dari proses pelapukan batuan
silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi,
batuan ini memiliki sifat yang cukup kedap air yaitu hanya dapat menyimpan
air tetapi tidak menyalurkannya. Batu lempung ini memiliki harga resistivitas
sebesar 20’9 Ω m hingga 42,9 Ω m dengan kedalaman 0,3 hingga 5,8 meter.
Pada data line yang kedua, daerah pengukuran dilakukan pada koordinat
x=526683 dan y=9412292. Adapun data hasil pengolahan software IPI2Win
dan Resty adalah sebagai berikut;
41
IPI2Win Resty
Ketebalan Rho Ketebalan
Lapisan (m) Litologi Lapisan (m) Rho Litologi
Top Soil, Top Soil,
1 0-4.45 224 Krikil 1 0-7.13 131.83 Krikil
7.13- Batu
2 4.45-6.48 24.3 Lempung 2 88.44 6.31 Pasir
Lempung
3 6.48-12.5 115 Krikil 3 88.44 18.48 berpasir
Lempung
4 12.5-40.6 1.19 basah
R.M.S
Error 11.7% 0.4582
Error
Jika dianalisa lapisan dengan ketebalan yang paling tebal pada data olahan
resty yaitu lapisan kedua mencakup dua litologi yang memiliki nilai yang
43
tidak terpaut terlalu jauh yaitu lempung dan kerikul. Secara garis besar jika
disimpulkan sebagai tiga lapisan maka lapisan top soil menunjukan litologgi
kerikil, lapisan kedua menunjukan litologi Lempung, batu pasir dan kerikil
serta lapisan terbawah yang mampu terbaca sounding adalah litologi
lempungh basah. Berdasarkan hasil pengukuran dan interpretasi line ke 2
tersebut kemungkinan dapat diperkirakan bahwa pada sounding yang lebih
dalam dengan menambah nilai AB/2 dapat ditemukan lapisan air tanah karena
nilai reistivitynya semakin turun berbanding dengan nilai AB/2 pada sounding
200 m.
IPI2Win Resty
R.M.S
Error 22.4% 0.6419
Error
dengan nilai tahanan jenis 17.9 Ω m dan litologi terakhir yang memiliki nilai
tahanan jenis terbesar adalah kerikul kering dengan nilai tahanan jenis 3980 Ω
m. Pada pengolahan dengan software resty juga didapatkan 3 lapisan. Pada
ketebalan 0-1.43 memiliki nilai tahana jenis 43.65 Ω m, lapisan kedua dengan
nilai tahanan jenis 10.63 adalah batu pasir dan litologi paling bawah yang
terdeteksi sounding pengukuran ini adalah lempung berpasir.
IPI2Win Resty
Berdasarkan data hasil interpretasi di atas baik Resty maupun IPI2Win pada
line 4, lapisan top soil didominasi oleh lempung dan batu pasir dengan nilai
tahanan jenis pada masing-masing interpretasi berkisar antara 8-11 Ω m pada
litologi yang kedua pada lapisan ini memiliki perbedaan ketebalan lapisan.
Pada interpretasi menggunakan Software IPI2Win memiliki range ketebalan
lapisan antara 5.93-18.48 meter dengan nilai tahanan jenis 6.51 Ω m.
Berdasarkan tabel resistivitas batuan termasuk litologi batu pasir, namun pada
hasil interpretasi resty ketebalan lapisan yang didapat memiliki sounding yang
lebih dalam pada lapisan ini yaitu berkisar antara 10.5-95.4 dengan nilai
tahanan jenis adalah 17 Ω m yang merupakan litologi lempung (Clay). Pada
litolohi terakhir hasil interpretasi menggunakan resty litologi terdalam yaitu
65.4 dengan nilai 4291 Ω m yang merupakan litologi kerikil kering. Kerikil
kering membuktikan konduktifitas tinggi dimana lapisan air tanaha tidak
terdapat pada lapisan sedalam itu, kemungkinan air tanah terdapat pada
lapisan kedua yang memiliki nilai resisitivity cukup rendah didominasi oleh
clay yang merupakan lapisan impermeable yang baik sebagai trap air tanah.
Berdasarkan data line 4 ini kedalaman air tanah dapat diestimasikan berada di
range 5-10 meter. Berdasarkan interpretasi tersebut pada data Resty
didapatkan RMS error 0.305 dan IPI2Win 23.9%.
48
IPI2Win Resty
IPI2Win Resty
Lapisan Ketebalan Rho Ketebalan
Litologi Lapisan Rho Litologi
(m) (m)
1 0-29 0.379 Top Soil, 1 0-43.7 153.50 Top Soil,
Lempung Krikil
Basah
2 29-51.3 0.945 Lempung 2 43.7- 31.14 Lempung
Basah 50.89 Berpasir
3 51.3- 0.0013 Lempung 3 50.89- 96.98 Lempung
Basah Berpasir
Error 17.1% R.M.S 0.3562
Error
IPI2Win Resty
Lapisan Ketebalan Rho Ketebalan
Litologi Lapisan Rho Litologi
(m) (m)
1 0-0.911 269 Top Soil, 1 0-6.31 12.40 Top Soil,
Pasir Lempung
berlempung
2 0.911- 11.1 Lempung 2 6.31- 11.66 Lempung
16.1 20.89
3 16.1- 47.4 Lempung 3 20.89- 27.54 Lempung
Berpasir Berpasir
Error 24.8% R.M.S 0.7408
Error
Pada IPI2Win lapisan top soil memiliki nilai rho 269 Ω m yang merupakan
pasir berlempung dengan ketebalan 0-0.911 meter. Lapisan kedua 0.911-16.1
meter dan lapisan ketiga 16.1 meter dengan litologi lempung berpasir.
Berdasarkan pengolahan data software Resty tidak banyak perbedaan yang
seginifikan baik litologi maupun ketebalan lapisan, namun berdasarkan curva
matching jarak AB/2 terhadap nilai tahanan jenis tidak didapatkan perlapisan
air tanah karena perbedaan antar lapisan tidak terlalu besar, karena memiliki
litologi yang sama didominasi oleh lempung berpasir. Nilai litologi pada data
pengolahan IP2Win lapisan pertaman berbeda dengan lapisan top soil pada
pengolahan menggunakan software Resty kemungkian terjadi karena
kesalahan interpretasi, namun secara luasan litologi terbentuk pada lapisan
lempung berpasir. Dari data hasil penngolahan IP2Win diperoleh Error
sebesar 24.8%, sedangkan pada Resty RMS Error menunjukkan 0.7408.
IPI2Win Resty
Lapisan Ketebalan Rho Ketebalan
Litologi Lapisan Rho Litologi
(m) (m)
1 0-3.52 311 Top Soil, 1 0-4.50 163.4 Top Soil,
Batuan 3 Batu
Lempung Kerikil
2 3.52-20.6 92.7 Batuan 2 4.50- 36.31 Lempung
Kerikil 57.54 berpasir
3 20.6- 39.2 Lempung 3 57.54- 33.11 Lempung
Berpasir Berpasir
Error 12.6% R.M.S 319.06
Error
58
Data hasil pengukuran berikutnya adalah line 10. Data tersebut diperoleh pada
daerah pengukuran dengan koordinat x=526392 dan y=9412492. Adapun hasil
pengolahan data pada software Resty dan IP2Win adalah sebagai berikut ;
IPI2Win Resty
Dari hasil analisa litologi pada line 10 dapat disimpulkan bahwa lapisan air
tanah kemungkinan terdapat pada kedalaman 3.57 meter hingga 10 meter
berdasarkan data hasil interpretasi. Dengan memperhatikan litologi yang
mungkin terbentuk dan nilai tahanan jenis yang terukur. Litologi yang
terbentuk pada air tanah adalah lempung basah dengan kejenuhan lapisan yang
cukup sehingga air tidak mampu terserap. Sedangkan untuk nilai tahanan jenis
air kecil, karena air merupakan salah satu konduktor.
IPI2Win Resty
Data pengukuran yang terakhir adalah data pengukuran line 12 yang terletak
pada koordinat x=526100 dan y=941994. Adapun hasil interpretasi pada
kedua software tersebuta dalah sebagai berikut ;
63
IPI2Win Resty
Dari keduabelas data yang telah diinterpretasi, nilai tahanan jenis batuan
memang tidak terlalu spesifik dalam aplikasinya. Untuk lebih memudahkan
praktikan mencoba membandingkan dan menganalisa dengan kondisi
lapangan pada saat akuisisi data. Lapisan juga dianalisa berdsarakan top soil,
jenis lapisan serta kemungkinan adanya lapisan tersebut. Untuk lebih
memperjelas dalam menentukan litologi praktikan mencari referensi yang
berasal dari jurnal ilmiah serta membandingkan nilai tahanan jenis terhadap
litologi. Dari hal tersbut didapat bahwa terdapat perbedaan nilai batuan yang
sama, di bawah dan di atas permukaan tergantung apakah kondisi daerah
pengamatan kering atau terdapat genangan air. Selain itu juga dapat dianalisa
litologi yang sesui dengan keberadaan air tanah yang mungkin dapat
diperkirakan melalui kalkulasi data hasil akuisisi di lapangan.
c
b
Resistivity
16
14
12
10
8
6 Resistivity
4
2
0
0 500 1000 1500
Jarak
Resistivity
200
150
100
Resistivity
50
0
0 200 400 600 800
Jarak
Resistivity
100
80
60
40
Resistivity
20
0
0 200 400 600 800 1000
Jarak
Jika dikorelasi hasil slice dan hasil pengukuran dapat disimpulkan pada jarak
10 meter lokasi yang memiliki potensi air tanah yang potensial ditandai
dengan nilai resistivitas yang rendah berada disekitar line 10 dan line 7, Line
11, dan line 4. Dari analisa tersebut dapat dibuktikan dengan keberadaan
beberapa sumur warga yaitu S15, S14, S11, S12, S21 yang memiliki
kedalaman muka air tanah antara 1-3 meter. Tidak terlalu dalam untuk
mendappatkan air tanah.
Koreleasi berikutnya adalah slice pada nilai resistivity pada AB/2 = 15 meter.
b
Pada Slice nilai yang kedua ini, slice a melewati line 7, line 8 dan line 11. Slice
b melewati line 10, line 20 dan line 2. Sedangkan Slice c melewati line 1, line
10 dan line 6. Pada daearah hasil slice memiliki nilai potensial air tanah
disekitar daerah pengukuran Line 10 dan line 7. Pada daerah pengukuran
tersebut tfidak terdapat sumur warga sehingga tidak dapat dilakukan korelasi,
meskipun daerah tersebut memiliki nilai resistivitas yang rendah.
Resistivity
35
30
25
20
15
Resistivity
10
5
0
0 200 400 600 800
Jarak
Resistivity
90
80
70
60
50
40
30 Resistivity
20
10
0
0 100 200 300 400 500 600
Jarak
Resistivity
50
40
30
20
Resistivity
10
0
0 500 1000 1500
Jarak
Hasil sllice berikutnya adalah nilai rho pada jarak AB/2= 30 meter. Slice a
melewati line 10, line 7 dan line 8. Slice b melewati line 11, line 4 dan line 5.
Slice c melewati line 1 dan line 12. Dari hasil slice dapat diketahui lokasi yang
memiliki nilai resistivity rendah berada di sekitar line 10 dan line 4.
Secara umum cara slice hanya dilakukan untuk melihat perubahan nilai
resistivitas terhadap jarak namun untuk melihat nilai resisitivitas yang rendah
pada suatu luasan dapat dilihat pada kontur.
b
a
c
Resistivity
90
80
70
60
50
40
30 Resistivity
20
10
0
0 200 400 600 800
Jarak
Resistivity
35
30
25
20
15
Resistivity
10
0
0 100 200 300 400 500 600
Jarak
Resistivity
14
12
10
6
Resistivity
4
0
0 100 200 300 400 500 600
Jarak
a
b
Gambar 5.39 Hasil Slice kedalaman muka air sumur pada penampang vertikal
dan horizontal
72
0
0 100 200 300 400
-1
-2
-3
Series1
-4
-5
-6
-7
0
0 50 100 150 200
-0.5
-1
-1.5
Series1
-2
-2.5
-3
-3.5
0
0 50 100 150 200 250
-1
-2
-3
-4
Series1
-5
-6
-7
-8
-9
Berdasarkan pada proses yang telah dilakukan diatas, Pada pseudo cross
section yg diplot resistivitas semu (data) yang masih asli dengan sumbu
vertikal AB/2 ,secara umum spasi elektroda yang menggambarkan kedalaman
secara kualitatif. Jika resistivity cross section yg diplot adalah resistivitas hasil
pemodelan dengan sumbu vertikal sudah berupa kedalaman sehingga dapat
dilakukan interpretasi secara lebih kuantitatif.
Error yg ditoleransi dalam inversi sangat bergantung pada kualitas data. Jika
datanya bagus, tidak banyak noise maka error-nya harus lebih kecil.
Umumnya sekitar 5-10%. Jika “noisy” mungkin tidak bisa memperoleh error
yangg lebih kecil, sehingga interpretasinya harus lebih hati-hati.
V. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum tentang pengolahan data 1D yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa :
1. Dari 12 data line yang telah dianalisa dan dinterpretasi masing-maisng
memiliki rata-rata tiga hingga empat lapisan pada jarak AB/2 200 meter
dan 150 meter konfigurasi schlumberger
2. Berdasarkan nilai reisitivitas batuan, seluruh data pengamatan didominasi
oleh batuan lempung, kerikil dan batu pasir , dengan top soil didominasi
oleh batuan pasir dan lempung
3. Kedalaman akuifer air tanah yang terinterpretasi berkisar antara 7-10
meter pada beberapa line pengukuran geolistrik menggunakan konfigurasi
schlumberger
4. Variasi nilai resistivitas batuan yang terukur bervariasi mulai dari kuraing
dari 1 ohm m yang merupakan litologi lempung basah hingga diatas 300
ohm m yang merupakan litologi kerikil kering (gravel)
5. Daerah lapisan Akuifer yang potensial di daerah penelitian Desa Cisarua
Natar adalah batupasir dan lempung pasiran, yang termasuk akuifer bebas
(tidak tertekan) yang terdapat pada line 2, line 5, l ine 6 dan line 11
DAFTAR PUSTAKA
Hendrajaya, Lilik dan Idam Arif. 1985. Geolistrik Tahanan Jenis. Laboratorium
Fisika Bumi Jurusan Fisika FMIPA. ITB : Bandung
Telford, W.M, L.P Geldart, R.E. Sheriff. 1990. Applied Geophysics Second
Edition. Cambridge University Press; New York