Anda di halaman 1dari 5

A.

Definisi Stunting

Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau tinggi badan yang kurang

jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur dengan panjang atau tinggi badan yang

lebih dari minus dua standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari WHO. Balita

stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi

sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada

bayi. Balita stunting di masa yang akan datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai

perkembangan fisik dan kognitif yang optimal.

1. Permasalahan

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Persentase kasus stunting atau gizi buruk di Kabupaten Purbalingga
masih cukup tinggi. Angka stunting di kabupaten ini masih mencapai 26,4 persen dari jumlah balita di
Purbalingga. Kendati demikian angka ini mulai mengalami penurunan jika dibandingkan 2013.

"Pada 2013 kasus stunting di Purbalingga masih mencapai 36,7 persen. Kemudian mulai menurun di
2016 menjadi sekitar 28 persen. Sedangkan 2017-2018 ini masih turun tapi tipis hanya 26,4 persen,"
jelas Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Purbalingga, Hanung Wikantono, Jumat (12/7).

Penurunan kasus stunting yang cukup signifikan dibanding 2013 antara lain karena adanya intervensi
khusus untuk menangani kasus tersebut. Pada 2013, Kabupaten Purbalingga masuk dalam kasus
kabupaten/kota di Indonesia yang mendapat program prioritas penanganan stunting. Ini karena
Purbalingga masuk dalam 12 kabupaten/kota yang memiliki kasus stunting tertinggi.

Dengan berbagai program yang dilaksanakan, dari jumlah kasus 36,7 persen saat ini sudah turun
menjadi 26,4 persen. "Meski demikian, kami akan terus berupaya agar kasus stunting bisa terus
diturunkan," katanya.

Di Purbalingga saat ini ada 10 desa yang mendapat prioritas penanganan stunting. Kesepuluh desa
tersebut terdiri dari Desa Sangkanayu, Candinata, Kalitinggar Kidul, Bantarbarang, Pelumutan, Cilapar,
Brecek, Sempor Lor, Kradenan dan Selaganggeng.
"Di 10 desa yang menjadi prioritas pengananan stunting ini, persentase kasus stuntingnya rata-rata
mencapai 23,4 persen," jelasnya.

Hanung berharap melalui berbagai program prioritas pada tahun 2022 kasus stunting di Purbalingga bisa
ditekan hingga di bawah 20 persen. Menurutnya, masalah stunting akan menyangkut masalah kualitas
Sumber Daya Manusia (SDM).

Bayi atau balita yang mengalami stunting tidak hanya mengalami pertumbuhan fisik yang lambat namun
juga lambat perkembangan otaknya. "Setelah dewasa, orang yang pada masa anak-anak mengalami
stunting cenderung akan terkena penyakit kronis dan kualitas hidupnya yang berkurang," jelasnya.

Program prioritas yang akan dilakukan antara lain dengan mengawasi kecukupan gizi, pemeriksaan
kesehatan, dan pemberian tambahan asupan gizi pada balita. "Hal ini akan dibarengi intervensi sanitasi,
lingkungan, perilaku, dan kehidupan sosial masyarakat," katanya.

https://m.republika.co.id/amp/pujg9o459

2. Penyebab Stunting

Berdasarkan kerangka kerja WHO ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan stunting pada anak.
Beberapa di antaranya adalah:

- Nutrisi yang kurang saat kehamilan dan menyusui.

- Pengetahuan ibu yang kurang tentang gizi.

- Stimulasi dan kegiatan untuk anak yang tidak cukup.

- Sanitasi dan air bersih yang tidak mencukupi.

- Akses terhadap pelayanan kesehatan yang terbatas.

https://m.detik.com/health/berita-detikhealth/d-4787108/seputar-stunting-dari-penyebab-hingga-
dampaknya
3. Dampak

Menurut WHO dampak yang ditimbulkan stunting dapat dibagi menjadi

dampak jangka pendek dan jangka panjang.

1. Dampak Jangka Pendek.

a. Peningkatan kejadian kesakitan dan kematian;

b. Perkembangan kognitif, motorik, dan verbal

pada anak tidak optimal; dan

c. Peningkatan biaya kesehatan.

2. Dampak Jangka Panjang.

a. Postur tubuh yang tidak optimal saat dewasa

(lebih pendek dibandingkan pada umumnya);

b. Meningkatnya risiko obesitas dan penyakit

lainnya;

c. Menurunnya kesehatan reproduksi;

d. Kapasitas belajar dan performa yang kurang

optimal saat masa sekolah; dan

e. Produktivitas dan kapasitas kerja yang tidak

optimal.

https://www.kemkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/Buletin-Stunting-2018.pdf

4. Cara mengatasi

Stunting merupakan salah satu target Sustainable Development Goals (SDGs) yang termasuk
pada tujuan pembangunan berkelanjutan ke-2 yaitu menghilangkan kelaparan dan segala bentuk
malnutrisi pada tahun 2030 serta mencapai ketahanan pangan. Target yang ditetapkan adalah
menurunkan angka stunting hingga 40% pada tahun 2025.

Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah menetapkan stunting sebagai salah satu program

prioritas. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga, upaya yang dilakukan

untuk menurunkan prevalensi stunting di antaranya sebagai berikut:

1. Ibu Hamil dan Bersalin

a. Mengupayakan jaminan mutu ante natal care (ANC) terpadu;

b. Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan;

c. Menyelenggarakan program pemberian makanan tinggi kalori, protein, dan mikronutrien

(TKPM);

d. Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular);

e. Pemberantasan kecacingan;

f. Meningkatkan transformasi Kartu Menuju Sehat (KMS) ke dalam Buku KIA;

g. Menyelenggarakan konseling Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI eksklusif; dan

h. Penyuluhan dan pelayanan KB.

2. Balita

a. Pemantauan pertumbuhan balita;

b.Menyelenggarakan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk balita;

c. Menyelenggarakan stimulasi dini perkembangan anak; dan

d.Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal.

3. Anak Usia Sekolah

a. Melakukan revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS);


b.Menguatkan kelembagaan Tim Pembina UKS;

c. Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS); dan

d.Memberlakukan sekolah sebagai kawasan bebas rokok dan narkoba

Anda mungkin juga menyukai