Anda di halaman 1dari 73

Beberapa Jenis Reagensia

di Rumah Sakit
KELOMPOK 2
Nora Nurhayati Br Simanjuntak 203202017
Janur Malasari 203202018
Fey Padije Limbong 203202019
Zhafirah Rahmasari 203202020
Elsakristina Br Hutagalung 203202021
Fadhilah Ramadhani 203202022
Yolanda Dwindadifa 203202023
Nathania Odilia Rosita Silaen 203202024
Desri Anggria 203202025
Brandon Salim 203202026
Fitri Febriani Saragih 203202027
Vinnie Riessa Manurung 203202028
Jessica Damanik 203202029
Catherine 203202030
Rizki Ananda Putri Nasution 203202031
Eka Nurdiana 203202032
REAGEN
Reagen : Zat kimia yang digunakan dalam suatu reaksi yang berfungsi
untuk mengatasi, mengukur, dan menghasilkan zat lain.

Dasar pemilihan reagen :


1. Kebutuhan
2. Produk pabrik yang sudah dikenal dan memiliki spesifitas dan sensitivitas yang
tinggi
3. Deskripsi lengkap dari bahan atau produk
4. Volume dan isi kemasan
5. Kelancaran dan kesinambungan pengadaan
6. Terdaftar sebagai bahan laboratorium dan alat kesehatan di Departemen Kesehatan

PMK No. 43 Tahun 2013 Tentang Cara Penyelenggaran Laboratorium Klinik yang Baik
PENYIMPANAN REAGEN

Hal utama yang harus diperhatikan : • Aspek pemisahan


• Tingkat resiko berbahaya
• Pelabelan
• Wadah sekunder
• Kadaluwarsa, dan
• Informasi resiko berbahaya

• Kondisi ruangan dilengkapi dengan exhaust fan dan lampu ruangan bersifat fire proof. Jika
tidak dilengkapi dengan AC maka ruangan harus memiliki sirkulasi udara yang baik
• Disimpan di dalam lemari hindari bahan dari kayu
• Tempat penyimpanan harus bersih, kering dan jauh dari sumber panas

Pengantar Laboratorium Medik (Kemenkes, 2017)


PEWADAHAN REAGEN
Kriteria wadah yang baik jika reagen cair:
1. Botol yang gelap / berwarna coklat agar terhindar dari sinar matahari
2. Wadah tidak bocor
3. Wadah harus bermulut kecil dan tertutup rapat
4. Wadah harus berbahan dasar dari kaca
5. Wadah harus bersifat steril

Kriteria wadah yang baik jika reagen serbuk:


Diwadahkan pada botol dengan mulut yang agak lebar dengan tujuan agar
mudah dalam pengambilan saat penimbangan

Pengantar Laboratorium Medik (Kemenkes, 2017)


PEWADAHAN REAGEN

• Nama reagen
Wadah harus diberi
• Tanggal pembuatan
label yang berisi : • Paraf pembuatan

• Tanggal penerimaan

• Konsentrasi

• Pelarut pada botol / wadah


reagen

Pengantar Laboratorium Medik (Kemenkes, 2017)


LEUKIMIA
Leukimia adalah kanker jaringan pembentuk darah
pada tubuh, termasuk sumsum tulang dan sistem
limfatik.

Pemeriksaan morfologi darah membantu dalam


pendiagnosis an dan klasifikasi leukimia.

Pengecatan sitokimia pada leukimia dapat


membantu membedakan tipe satu sel dengan yang
lain, terutama dalam membedakan antara leukimia
Limfoid dan Mieloid
PENGECATAN DENGAN
SUDAN BLACK
Prinsip : Sudan black mewarnai granula
sitoplasma yang mengandung fosfolipid
intaseluler dan lipid yang ada dalam lekosit
darah, berwarna coklat
Reagen : Sudan Black B
PENGECATAN DENGAN
SUDAN BLACK
Sudan black B (SBB)
merupakan pewarnaan khusus untuk
mewarnai granula lekosit yang sebagaian
terdiri dari fosfolipid. Pada umumnya sel
dengan peroksidase positif memberi reaksi
positif terhadap pewarnaan sudan black B
yang berwarna cokelat hitam pada seri
granula di sitoplasma (Khosasih & Kosasih.
2008)

Larutan Sudan Black : 0,5 gram Sudan


Black B dicampur dengan 100 mL etanol
absolut. Biarkan selama 2 hari dan saring..
PENGECATAN DENGAN
SUDAN BLACK
Interpretasi :
Hasil reaksi: Granuler berwarna
hitam

• Membedakan antara leukimia


limfoblastik akut (-) dan
leukimia myeloblastik akut (+)
• Umumnya sel dengan
peroksidasi positif (+) memberi
reaksi positif (+) pada
pewarnaan Sudan Black
PENGECATAN DENGAN
Periodic-Acid Schiff (PAS)
Prinsip :
Pewarnaan PAS (periodic acid-schiff) untuk
mendeteksi glikogen dan mukopolisakarida
intaseluler. Reaksi yang terjadi adalah oksidasi
glikogen oleh periodic acid menjadi dialdehida,
kemudian dialdehida bereaksi dengan reagen
schiff membentuk warna merah
Reagen : Reagen Schiff
PENGECATAN DENGAN
Periodic-Acid Schiff (PAS)
Pereaksi schiff merupakan larutan dari fucshin
asam di dalam air yang telah didekolorisasi oleh
gas SO2. Pereaski schiff digunakan untuk
menunjukkan adanya gugus aldehid

Pembuatan pereaksi Schiff:

• Larutkan 500 mg fuschin asam P. dalam 20 ml


air panas
• Larutan dibiarkan dingin
• Penambahan 5 gram natrium sulfit anhidrat P
dalam 20 ml air pada larutan
• Kemudian tambahkan 5 ml asam klorida P
• Pengenceran dengan air 500 ml
• Biarkan paling sedikit selama 1 jam
PENGECATAN DENGAN
Periodic-Acid Schiff (PAS)
Interpretasi :

• Hasil reaksi adalah mulai dari pink sampai dengan


merah terang
• Pengecatan PAS dapat digunakan pada identifikasi
eritrouleukimia, suatu leukimia dengan sel darah
merah yang immatur (+) kuat
Pemeriksaan Laboratorium Jumlah
Leukosit (Antal Leukosit) Darah
• Metode : Direct counting
• Prinsip :
Darah diencerkan lalu dihitung jumlah leukosit
dalam volume tertentu, dengan mengalikan faktor
perhitungan diperoleh jumlah leukosit dalam satuan
volume darah. Larutan TURK berfungsi untuk
mengencerkan darah, melisiskan sel darah selain
leukosit sehingga memudahkan perhitungan. Jumlah
leukosit dihitung dibawah mikroskop.
• Reagensia : Larutan TURK
Pemeriksaan Laboratorium Jumlah
Leukosit (Antal Leukosit) Darah
Larutan turk merupakan bahan
pemeriksaan leukosit manual dengan
komposisi : gentian violet, asam asetat
glasial, aquadest. Asam asetat glasial pada
larutan turk berfungsi melisiskan eritrosit
dan mempunyai kandungan asam dengan
pH 2.4.

Komposisi larutan TURK :


-Asam asetat glacial 2,5% 15 ml
-Gentian violet 1 ml
-Aquades 475 ml
Pemeriksaan Laboratorium Jumlah
Leukosit (Antal Leukosit) Darah
Cara Kerja :

1.Ke dalam tabung dimasukkan 500 µl larutan TURK kemudian diambil


2.Sebanyak 20 µl darah ditambahkan kedalam tabung yang telah berisi larutan TURK,
dicampur hingga homogen dan diamkan 3 menit
3.Darah yang telah diencerkan dengan larutan TURK dimasukkan ke dalam bilik
hitung
4.Dihitung sel-sel leukosit dibawah mikroskop dengan perbesaran lemah (10x).
penghitungan dilakukan dalam 4 kotak besar (kotak leukosit).

Penyimpanan: Disimpan dalam wadah tertutup rapat pada tempat yang dingin
terlindung dari cahaya matahari.

Wadah : Botol gelas warna coklat.


Reagen Pemeriksaan TBC
Mantouxt Test
Test mantoux adalah suatu cara yang digunakan untuk
mendiagnosis TBC. Tes mantoux itu dilakukan dengan
menyuntikan suatu protein yang berasal dari kuman TBC
sebanyak 0,1ml dengan jarum kecil di bawah lapisan atas
kulit lengan bawah kiri.
PENYIMPANAN
• PPD RT 23 harus disimpan pada
suhu antara +2oC dan +8oC.
Terlindung dari cahaya. Jangan
Dibekukan
• Setelah Dibuka, isi vial harus
digunakan dalam 24 jam.
Setelahnya jika ada sisa, harus
dibuang.
Reagen Pemeriksaan TBC
Mantouxt Test
PRINSIP DASAR
• Setelah seseorang terinfeksi kuman mycobacteria, sel limfosit T akan
berproliferasi dan menjadi tersensitisasi. Sel T yang tersensitisasi masuk ke
dalam aliran darah dan bersirkulasi selama berbulan-bulan atau bertahun-
tahun. Proses sensitisasi ini terjadi pada kelenjar getah bening regional dan
memerlukan waktu 2-12 minggu setelah infeksi. Sekali terinfeksi, maka
sensitisasi terhadap tuberkulin akan menetap. Injeksi tuberkulin pada kulit
akan menstimulasi sel-sel limfosit dan terjadi aktivasi rentetan kejadian yang
termasuk dalam respon hipersensitivitas tipe lambat (delayed-type
hypersensitivity/DTH). Respons ini dikatakan lambat oleh karena reaksi
memerlukan waktu berjam-jam. Reaktivitas kulit mencakup vasodilatasi,
edema, infiltrasi sel-sel limfosit, basofil, monosit dan netrofil ke lokasi
suntikan. Antigen-spesific limfosit T akan berproliferasi dan melepaskan
limfokin, yang akan mengundang akumulasi sel-sel alin ke lokasi suntikan.
Terjadilah indurasi yang mencerminkan aktivitas DTH. Pada pasien yang
sudah pernah terinfeksi, DTH muncul setelah 5-6 jam dan kebanyakan
mencapai indurasi maksimal 48-72 jam.
Reagen Pemeriksaan TBC
Mantouxt Test
CARA MELAKUKAN UJI TUBERKULIN METODE MANTOUX (TES
MANTOUX)
1. Siapkan 0,1 ml PPD ke dalam disposable spuit ukuran 1 ml (3/8 inch 26-27
gauge)
2. Bersihkan permukaan lengan volar lengan bawah menggunakan alcohol pada
daerah 2-3 inch di bawah lipatan siku dan biarkan mengering
3. Suntikkan PPD secara intrakutan dengan lubang jarum mengarah ke atas.
Suntikan yang benar akan menghasilkan benjolan pucat, pori-pori tampak jelas
seperti kulit jeruk, berdiameter 6-10 mm
4. Apabila penyuntikan tidak berhasil (terlalu dalam atau cairan terbuang keluar)
ulangi suntikan pada tempat lain di permukaan volar dengan jarak minimal 4 cm
dari suntikan pertama.
5. Jangan lupa mencatat lokasi suntikan yang berhasil tersebut pada rekam
medis agar tidak tertukar saat pembacaan. Tidak perlu melingkari benjolan
dengan pulpen/spidol karena dapat mengganggu hasil pembacaan.
Reagen Pemeriksaan TBC
Mantouxt Test
Catatan
a. Perhatikan cara penyimpanan PPD sesuai petunjuk pada kemasan
b. PPD aman bagi bayi berapapun usianya bahkan aman pula bagi
wanita hamil
c. Tes Mantoux bukan merupakan kontra indikasi bagi:
– Pasien yang pernah diimunisasi BCG
– Pasien yang pernah dilakukan tes Mantoux sebelumnya dan
hasilnya positif (dalam hal ini pengulangan diperlukan karena hasil
tes Mantoux sebelumnya tidak tercatat dengan baik)
– Pasien sedang dalam kondisi demam, sakit, maupun pasien
dengan imunokompromais
d. Adanya parut yang besar pada bekas tes Mantoux sebelumnya
merupakan petunjuk hasil positif pada tes terdahulu dan tidak perlu
diulang. Namun perlu ditekankan bahwa tes Mantoux menggunakan
PPD dan bukan vaksin BCG.
Reagen Pemeriksaan TBC
Mantouxt Test
Pembacaan
1. Hasil tes Mantoux dibaca dalam 48-72 jam, lebih diutamakan pada 72 jam
– Minta pasien control kembali jika indurasi muncul setelah pembacaan
– Reaksi positif yang muncul setelah 96 jam masih dianggap valid
– Bila pasien tidak control dalam 96 jam dan hasilnya negative maka tes Mantoux harus
diulang.
2. Tentukan indurasi (bukan eritem) dengan cara palpasi
3. Ukur diameter transversal terhadap sumbu panjang lengan dan catat sebagai pengukuran
tunggal
4. Catat hasil pengukuran dalam mm (misalnya 0 mm, 10 mm, 16 mm) serta catat pula
tanggal pembacaan dan bubuhkan nama dan tandatangan pembaca
5. Apabila timbul gatal atau rasa tidak nyaman pada bekas suntikan dapat dilakukan
kompres dingin atau pemberian steroid topikal

Catatan:
Reaksi hipersensitivitas terhadap tuberkulin yang munculnya cepat (immediate
hypersensitivity reactions) dapat timbul segera setelah suntikan dan biasanya menghilang
dalam 24 jam. Hal ini tidak mempunyai arti dan bukan menunjukkan hasil yang positif.
Reagen Pemeriksaan TBC
Mantouxt Test
INTERPRETASI TEST MANTOUX
Tes Mantoux dinyatakan positif apabila diameter indurasi > 10 mm. Kemungkinan yang
perlu dipikirkan pada anak dengan hasil tersebut:
a. Terinfeksi tuberkulosis secara alamiah
b. Infeksi TB mencakup infeksi TB laten, sakit TB aktif, atau pasca terapi TB.
c. Pernah mendapat imunisasi BCG (pada anak dengan usia kurang dari 5 tahun)
d. Pada pasien usia kurang dari 5 tahun dengan riwayat vaksinasi BCG kecurigaan ke
arah infeksi alamiah TB bila hasil uji Mantoux > 15mm.
e. Infeksi mikobakterium atipik

Meskipun demikian, hasil uji Mantoux > 5 mm dapat dipertimbangkan positif pada pasien
tertentu seperti :
a. Pasien dengan infeksi HIV
b. Pasien dengan transplantasi organ atau mendapat imunosupresan jangka panjang
seperti pasien keganasan atau sindrom nefrotik
Reagen Pemeriksaan TBC
Mantouxt Test
False Negative
Pasien-pasien tertentu yang terinfeksi tuberkulosis mungkin dapat menunjukkan hasil
tes Mantoux yang negatif. Kondisi demikian disebut dengan anergi. Anergi
kemungkinan terjadi pada pasien:
• Berbagai faktor indvidual seperti usia, nutrisi, gagal ginjal, imunosupresi karena
obat (seperti kortikosteroid) atau penyakit (seperti kanker, infeksi HIV, dan
sarcoidosis)
• Infeksi virus (seperti Campak,Mumps, Rubella, mononucleosis, Varicella, dan
influenza) dapat menurunkan reaktivitas tuberkulin selama beberapa bulan
• Setelah vaksinasi dengan vaksin virus hidup (seperti Campak, Mumps, Rubella)
akan teramati penurunan reaktivitas tuberkulin. Oleh sebab itu, jika uji mantoux
tidak dapat dilakukan bersamaan dengan imunisasi Campak, Mumps, dan Rubella,
uji ditunda selama 4-6 minggu
• Pasien dengan sakit TB berat seperti TB milier, meningitis TB
Mengingat masa yang diperlukan untuk terbentuknya cellular mediated immunity sejak
masuknya kuman TB adalah 2-12 minggu maka hasil negatif pada pasien dengan
kontak erat penderita TB dewasa masih mungkin pasien sedang dalam masa inkubasi.
Reagen Pemeriksaan Penyakit Demam
Berdarah
Pengertian
Demam dengue/DF dan demam berdarah
dengue/DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF)
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai
leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan ditesis hemoragik.
Reagen Pemeriksaan Penyakit Demam
Berdarah
Diagnosa
Untuk mendiagnosa penyakit demam berdarah dapat
dilakukan pemeriksaan darah dilaboratorium. Adapun
pemeriksaan tersebut meliputi:

• Pemeriksaan Hematokrit (Ht)


Hematokrit adalah volume semua eritrosit dalam 100 ml
darah dan disebut dengan persen dan dari volume darah
itu. Pada penderita DBD hematokrit meningkat sampai
lebih dari 20%. Oleh karena itu perlu dilakukan
pemeriksaan hematokrit setiap 2 jam sekali selama 6 jam.
Pada pemeriksaan ini digunakan Reagen Diluent.
Reagen Pemeriksaan Penyakit Demam
Berdarah
• Pemeriksaan Trombosit
Selain terjadi peningkatan hematokrit, pasien
DBD juga mengalami penurunan jumlah
trombosit dibawah 100.000/μl darah yang
biasanya ditemukan pada hari 3-8 hari dari
sakitnya. Pasien diperbolehkan pulang apabila
jumlah trombosit berada pada 150.000-400.000/
μl darah. Pada pemriksaan trombosit digunakan
Reagen Rees Ecker.
Reagen Pemeriksaan Penyakit Demam
Berdarah
Reagen Pemeriksaan 1. Reagen Rees Ecker
Penyakit Demam • Larutan ini berisi Brilian
cresyl blue (BCB).
Berdarah
• Fungsi: Larutan ini
berfungsi untuk mendeteksi
jumlah sel trombosit dalam
darah.
• Penyimpanan: Larutan Rees
Ecker berwarna biru,
sehingga wajib disimpan
dalam botol coklat agar
tidak rusak dan ditutup
rapat bila tidak digunakan.
Reagen Pemeriksaan Penyakit Demam
Berdarah
2. Larutan Diluent
Larutan ini mengandung 100mM
Phosphate buffer (5mL), Sodium
azide (0,01% w/w)

Fungsi: untuk mendeteksi jumlah


hematokrit dalam sel darah.

Berikut prosedur pengujian penyakit


DBD dengan menggunakan larutan
dilluent :
Reagen Pemeriksaan Penyakit Demam
Berdarah
Interpretasi Hasil Pengujian
1. Negatip
Hanya terlihat garis kontrol “C” pada tes. Tidak
terdeteksi adanya antibodi IgG atau IgM. Ulangi
tes 3-5 hari kemudian jika diduga ada infeksi
dengue

2. IgM Positip
Terlihat garis kontrol “C” dan garis IgM (“M”)
pada tes. Positip antibodi IgM terhadap virus
dengue. Mengindikasikan infeksi dengue primer

3. IgG Positip
Terlihat garis Kontrol “C” dan garis IgG (“G”)
pada tes. Positip antibodi IgG terhadap virus
dengue.Mengindikasikan infeksi dengue sekunder
ataupun infeksi dengue masa lalu
Reagen Pemeriksaan Penyakit Demam
Berdarah
4. IgG dan IgM PositiF
Terlihat garis Kontrol “C”, garis IgG (“G”), dan garis
IgM (“M”) pada tes. Positip pada kedua antibodi IgG
dan IgM terhadap virus dengue. Mengindikasikan
infeksi dengue primer akhir atau awal infeksi dengue
sekunder

5. Invalid
Tidak terlihat garis Kontrol “C” pada tes. Jumlah
sampel yang tidak sesuai, atau prosedur kerja yang
kurang tepat dapat mengakibatkan hasil seperti ini.
Ulangipengujian dengan menggunakan tes yang baru.

Perhatian: Jangan baca dan interpretasikan hasil


pengujian setelah 20 menit. Pembacaan lebih dari
waktu tersebut dapat memberikan hasil palsu.
MALARIA

Malaria masih merupakan salah satu masalah


kesehatan masyarakat yang dapat menyebabkan
kematian terutama pada kelompok risiko tinggi,
yaitu bayi, anak balita dan ibu hamil.

Malaria secara langsung menyebabkan anemia


dan menurunkan produktivitas kerja serta
memberikan dampak negatif terhadap pariwisata
DIAGNOSA MALARIA

Untuk mendiagnosa penyakit malaria secara tepat


perlu dilakukan pemeriksaan darah di laboratorium.
Ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk
mengidentifikasi parasit malaria dalam darah
seperti:
• pemeriksaan menggunakan Rapid Diagnosa Test
(RDT)
• pemeriksaan mikroskopis
• pemeriksaan menggunakan Polimerase Chain
Reaction (PCR.).
DIAGNOSA MALARIA

Pemeriksaan malaria yang mudah dilakukan adalah


dengan menggunakan RDT, namun pemeriksaan
menggunakan RDT mempunyai kekurangan,
sedangkan menggunakan PCR harus menggunakan
biaya yang mahal (Staf Pengajar Departemen
Parasitologi, FKUI, Jakarta, 2008).

Salah satu teknik diagnosa malaria yang paling


diyakini dan dapat menemukan jenis serta stadium
dari parasit Plasmodium adalah pemeriksaan
mikroskopis.
PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS

Pemeriksaan mikroskopis merupakan Gold


Standart untuk identifikasi malaria.

Cara pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan


yang dianjurkan oleh World Health Organization
(WHO) dan Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia yaitu dengan pewarnaan GIEMSA
(Direktur Jenderal PP dan PL Kementerian
Kesehatan, 2014).
APA ITU GIEMSA?

Giemsa merupakan reagen dari


campuran antara larutan metilen
blue, metilen azure dengan larutan
eosin, bila sediaan darah diwarnai
dengan larutan tersebut, maka
akan terlihat eritrosit berwarna
merah muda, inti leukosit menjadi
lembayung tua, sitoplasma parasit
malaria menjadi biru, inti parasit
berwarna merah, dan butir
kromatin parasit menjadi merah-
karmin (Cabogun, 2016).
Hal yang harus diperhatikan dari Reagen
Giemsa Stok
• Untuk menghindari rusaknya giemsa stok ==> disimpan dalam
botol-botol kecil 100 ml, berwarna gelap dan hindari dari sinar
matahari langsung. Hal ini untuk menghindari rusaknya giemsa stok
karena oksidasi dan penguapan akibat seringnya membuka tutup
botol
• Giemsa stok tidak boleh dikocok/diaduk karena endapan/kristal
giemsa akan naik ke permukaan karutan dan dapat menjadi artefak
dalam SD yang diwarnai
• Pengambilan giemsa stok harus menggunakan pipet yang kering,
agar giemsa stol di botol tidak tercemar
• Larutan giemsa yang sudah tercampur dengan larutan buffer jangan
dimasukkan kembali ke dalam giemsa stok
• Larutan giemsa dibuat segera sebelum digunakan dan tidak boleh
disimpan/digunakan setelah 1 jam
Variasi Konsentrasi Larutan Giemsa

Variasi konsentrasi giemsa yang masih dipakai di sarana kesehatan,


baik pemerintah maupun swasta antara lain: 3% dengan lama waktu
45–60 menit, 5% dengan lama pewarnaan 45 menit, 10% dengan lama
waktu 20–25 menit, 20% dengan lama waktu 15 menit

Variasi konsentrasi yang dianjurkan, baik WHO dan Kementrian


Kesehatan adalah 3% dengan lama waktu pewarnaan 45–60 menit
karena eritrosit akan lisis dan plasmodium terlihat dengan jelas,
sehingga mudah untuk dihitung jumlahnya. Namun dari segi waktu
akan menyita waktu pasien untuk menunggu hasil dilaboratorium dan
berdampak kepada pemberian pengobatan oleh dokter,

Variasi konsentrasi dan lama pewarnaan berpengaruh terhadap hasil


pembacaan sediaan darah (Direktur Jenderal PP dan PL Kementerian
Kesehatan, 2014).
Pengenceran Konsentrasi Larutan
Giemsa
• Konsentrasi 3% : 3 bagian giemsa stok dan 97 bagian
larutan buffer

• Konsentrasi 5% : 5 bagian giemsa stok dan 95 bagian


larutan buffer

• Konsentrasi 10% : 10 bagian giemsa stok dan 90 bagian


larutan buffer

• Konsentrasi 20% : 20 bagian giemsa stok dan 80 bagian


larutan buffer
Reagen Pemeriksaan Penyakit Sifilis

Sifilis adalah salah satu jenis infeksi menular


seksual yang disebabkan oleh bakteri Treponema
pallidum.

TES SEROLOGIS SIFILIS


Secara umum, tes serologi sifilis terdiri atas dua
jenis, yaitu:
1. Tes non-treponema
2. Tes treponema
1. Tes non-treponema
Termasuk dalam kategori ini adalah
tes RPR (Rapid Plasma Reagin) dan
VDRL (Venereal Disease Research
Laboratory)

Test ini mendeteksi antibodi yang


tidak secara spesifik terkait dengan
bakteri Treponema pallidum.
Disebut tidak spesifik, karena
antibodi yang dideteksi bisa
dihasilkan oleh tubuh saat
terinfeksi T. pallidum, atau bisa juga
dihasilkan pada kondisi lain. Tes ini VDRL (Venereal
sensitif untuk melihat ada atau
tidaknya infeksi sifilis, namun Disease Research
karena sifatnya yang tidak spesifik, Laboratory)
hasil positif belum berarti sedang
menderita sifilis.
1. Tes non-treponema

Pemeriksaan VDRL serum bisa


memberikan hasil negatif palsu pada tahap late
sipilis dan kurang sensitif dari RPR.
Pemeriksaan VDRL merupakan pemeriksaan
penyaring atau Skrining Test, yaitu apabila
VDRL positif maka akan dilanjutkan dengan
pemeriksaan TPHA (Trophonema Phalidum
Heamaglutinasi).
1. Tes non-treponema

CARA KERJA
• Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan
• Ke dalam lingkaran slide dipipet 50 µl serum
• Tambahkan 50 µl atau 1 tetes antigen (reagen
VDRL)
• Homogenkan dengan batang pengaduk
• Putar pada rotator kecepatan 100 rpm selama 4-8
menit
• Amati ada tidaknya flokulasi
1. Tes non-treponema

INTERPRETASI HASIL :

Reaktif : Bila tampak gumpalan sedang atau


besar
Reaktif Lemah : Bila tampak gumpalan kecil-kecil
Non reaktif : Bila tidak tampak flokulasi/gumpalan
RPR (Rapid Plasma Reagin)
RPR (Rapid Plasma Reagin)

• Sampel berupa darah yang diambil dari pembuluh darah


vena di lengan.
• Antigen yang digunakan dalam kit ini adalah modifikasi
dari antigen VDRL yang mengandung mikro-partikel
karbon untuk memperjelas pengamatan.
• Reagen yang terdapat dalam spesimen penderita syphillis
menyebabkan terjadinya flokulasi dari partikel karbon
dalam suspensi RPR reagin.
• Terjadinya aglutinasi ini bisa terlihat oleh mata telanjang
sebagai gumpalan - gumpalan berwarna hitam yang
mengambang ke permukaan cairan.
• Spesimen yang tidak mengandung reagin akan
menghasilkan cairang berwarna abu - abu muda pada reaksi
ini.
RPR (Rapid Plasma Reagin)

• Siapkan suspensi antigen karbon RPR, kontrol, dan


sampel ke suhu kamar.
• Pipet satu tetes (50 µl) dari specimen uji, kontrol positif
dan negatif ke lingkaran reaksi terpisah dari RPR test
card
• Tambahkan satu tetes reagen RPR yang tercampur
dengan baik di sebelah spesimen uji, kontrol positif dan
kontrol negatif.
• campurkan spesimen uji dan reagen RPR secara merata
di seluruh lingkaran reaksi.
• Putar slide dengan lembut dan terus menerus baik
secara manual atau pada rotor mekanis pada 180 rpm
• Amati flokulasi secara makroskopis pada 8 menit.
RPR (Rapid Plasma Reagin)

INTERPRETASI HASIL :

reaktif (R) : Sedikit butiran


reaktif (N) : tidak ada gumpalan
2. Tes Treponema

Adalah pemeriksaan terhadap antigen antibodi yang


spesifik terhadap treponema. Digunakan untuk
identifikasi sifilis dan monitoring terhadap terapi
antibiotik (Suryani, 2014).

Meliputi :
1. Flourescent Treponema Antibody “Absorbed”
Assay (FTA-ABS)
2. Treponema Polidum Hemaglinination Assay
(TPHA)
2. Tes Treponema

Flourescent Treponema Antibody “Absorbed”


Assay (FTA-ABS)
• Pemeriksaan FTA-ABS menggunakan Teknik
antibody flouresens secara tidak langsung,
sebagai pemeriksaan konfirmasi terhadap
sifilis.
• Pemeriksaan ini menggunakan antigen
Treponema pallidum subsp. Pallidum (strain
Nichols).
2. Tes Treponema

LANGKAH KERJA (FTA-ABS)


1. Serum pasien yang telah diencerkan 1:5 dengan sorben,
untuk menghilangkan antibody treponema.
2. Sel substrat direaksikan dengan serum pasien.
3. Serum diletakkan diatas kaca objek.
4. Ditempelkan diatas slide yang sebelumnya telah di fiksasi
dengan treponema pallidum. Jika serum pasien memiliki
antibody, maka antibody tersebut akan melapisi
treponema.
5. Tambahkan FITC (akan terbentuk ikatan IGG dan IGM
yang melekat pada treponema)
6. Periksa dengan mikroskop fluoresens
2. Tes Treponema

INTERPRETASI HASIL

Hasil yang terlihat pada mikroskop flouresens


2. Tes Treponema

Treponema Polidum Hemaglinination


Assay (TPHA) merupakan suatu
pemeriksaan serologis untuk sifilis dan
kurang sensitive bila digunakan sebagai
skrining sifilis.
2. Tes Treponema

LANGKAH KERJA (TPHA) :


• PROSEDUR KUALITATIF • PROSEDUR KUANTITATIF
1. Teteskan masing-masing 1 tetes serum 1. Prosedur awalnya, sama
diluent ke lubang 1,3,4,5. dan untuk sengan prosedur kualitatif.
lubang 2 tambahkan r tetes.
2. Teteskan 25 serum pada lubang 1 dan 2. Pada lubang 5 dilanjutkan lagi
encerkan sampai lubang 5. sampai lubang 9. dan masing-
3. Ditambahkan 75 µl sel kontrol ke lobang 1 masing lubang ditambahkan
dan 75 µl sel tes ke lobang 2 dst.
4. Homogenkan dan inkubasi pada suhu 75 µl sel.
kamar (45-60 menit). 3. Amati agluitinasi pada
5. Amati aglutinasi pada masing-masing masing-masing lubang.
lubang.
2. Tes Treponema

INTERPRETASI HASIL :
• Positif ditandai dengan bulatan berwarna merah, dipermukaan
lobang.
• Hasil negative terlihat seperti titik berwarna merah ditengah
dasar lobang.
Reagensia Untuk Pemeriksaan Widal

Widal atau Uji Widal adalah salah satu teknik serologi untuk mendeteksi bakteri
Salmonella typhi yang mengakibatkan penyakit demam tifoid.

Uji ini akan memperlihatkan reaksi antibodi Salmonella terhadap antigen O-somatik
dan H-flagellar di dalam darah.

Hasil positif dinyatakan dengan adanya aglutinasi. Titer agglutinin O dan H terhadap
Salmonella typhi ditentukan berdasarkan pengenceran tertinggi yang masih terjadi
aglutinasi.

Tes Widal dapat bereaksi silang dengan penyakit infeksi lain. Karena itu, bisa terjadi
reaksi positif palsu. Misalnya, saat tes Widal menunjukkan hasil yang positif, tetapi
sebenarnya bukan disebabkan oleh demam tifoid. Beberapa penyakit yang dapat
menunjukkan hasil positif terhadap tes Widal. Contohnya, demam berdarah,
tuberkulosis milier, penyakit hati kronik, dan endokarditis.
Reagensia Untuk Pemeriksaan Widal
Metode Pemeriksaan Uji Widal

a. Uji tabung (tube test) membutuhkan


waktu inkubasi semalam karena
membutuhkan teknik yang lebih rumit

b. Uji peluncuran (slide test) hanya


membutuhkan waktu inkubasi 1 menit
saja yang biasanya digunakan dalam
prosedur penapisan.
Uji Widal
Prinsip : Terjadinya aglutinasi antara antigen dan salmonella SP terhadap
antibodi yang spesifik yang terdapat di dalam serum
Alat : Slide dasar putih
Pipet plastik
Pipet mikro
Stopwatch
Bahan : Serum
Reagensia :
Antigen Salmonella Thypi O
Antigen Salmonella Thypi H
Antigen salmonella Parathypi AH
Antigen salmonella Parathypi AO
Antigen salmonella Parathypi BH
Antigen salmonella Parathypi BO
Antigen salmonella Parathypi CH
Antigen salmonella Parathypi CO
Uji Widal Metode Slide Test

Prosedur :
• Pada 8 circle slide (plat widal) pemeriksaan widal teteskan serum
pasien 80 µl (dengan pengenceran 1/20), 40 µl (1/40), 20 µl (1/80),
10 µl (1/160) dan 5 µl (1/320).
• Pada masing – masing circle ditambah 80ul antigen H, AH, BH, CH,
O, AO, BO, CO.
• Serum masing – masing antigen dihomogenkan menggunakan
rotator selama 1 menit dan diamati terjadinya aglutinasi pada setiap
circle.
Uji Widal Metode Tube Test

Prosedur:
• Ambil satu set 8 tabung reaksi kering bersih (tabung Kahn) dan beri
label sebagai 1, 2,3, 4, 5, 6, 7 dan 8 untuk deteksi antibodi O.
• Demikian pula, ambil 3 set 8 tabung reaksi dan beri label sebagai 1,
2 sampai 8.
• Encerkan sampel serum dengan pengenceran 1:20, 1:40, 1:80, 1:
160, 1: 320, 1: 640, 1 : 1280.
• Tambahkan setetes antigen uji widal yang sesuai ke semua tabung
reaksi
• Aduk rata dan inkubasi pada suhu 37 ° C selama 16-20 jam dan
periksa aglutinasi.
• Titer antibodi adalah pengenceran serum tertinggi yang
menunjukkan aglutinasi yang jelas.
Uji Widal Metode Tube Test
Pengenceran:
• Pipet ke dalam tabung No. 1 dari semua set 1,9 ml garam isotonik.
Untuk masing-masing tabung yang tersisa (2 sampai 8) tambahkan
1,0 ml garam isotonik.
• Ke tabung No.1 tabung di setiap baris tambahkan 0,1 ml sampel
serum untuk diuji dan aduk rata.
• Pindahkan 1,0 ml serum yang diencerkan dari tabung no.1 ke tabung
no.2 dan aduk rata.
• Pindahkan 1,0 ml sampel yang diencerkan dari tabung no.2 ke
tabung no.3 dan aduk rata. Lanjutkan pengenceran serial ini hingga
tabung no. 7 di setiap set.
• Buang 1,0 ml serum yang diencerkan dari tabung No. 7 dari setiap
set.
• Tube No.8 di semua set, berfungsi sebagai kontrol. Sekarang
pengenceran sampel serum yang dicapai di setiap set adalah sebagai
berikut: Nomor Tabung: 1 2 3 4 5 6 7 8 (kontrol) Pengenceran 1:20
1:40 1:80 1: 160 1: 320 1: 640 1 : 1280.
Uji Widal Metode Tube Test
Pemeriksaan HEPATITIS

Hepatitis B merupakan infeksi pada hati yang disebabkan


oleh virus hepatitis B (HBV).

Keadaan ini mengakibatkan peradangan dan


pembengkakan hati, dan kadang-kadang kerusakan hati.

Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus non sitopatik,


sehingga terjadinya kerusakan hati pada infeksi HBV akut
maupun kronik dimediasi oleh respon imun penjamu yang
dipicu oleh replikasi virus.
Diagnosa HEPATITIS

Penegakan diagnosis hepatitis B didasarkan pada


pemeriksaan serologi HBsAg, HBeAg, anti Hbe,
pemeriksaan virologi untuk mengukur jumlah
HBV DNA yang dapat menggambarkan tingkat
replikasi virus dan penilaian tingkat keparahan
penyakit hati meliputi pengukuran bilirubin,
albumin, ALT, AST, ALP dan waktu protrombin
(WHO, 2015).
Berikut ini adalah berbagai macam petanda
serologic Hepatitis B serta maknanya:
a. HBsAg ( Hepatitis B Surface Antigen ) Suatu protein yang merupakan selubung luar
partikel HBV.HBsAg yang positif menunjukkan bahwa pada saat itu yang
bersangkutan mengidap HBV.
b. Anti HBc Antibodi terhadap protein core.Antibodi ini muncul pada semua kasus
dengan infeksi HBV pada saat ini (current infection) atau infeksi pada masa yang lalu
(past infeksion).
c. HBeAg Suatu protein non structural dari HBV (bukan merupakan bagian dari HBV)
yang disekresikan ke dalam darah dan merupakan produk gen precore dan gen core.
Didapatkan pada fase awal Hepatitis Akut atau Kronik.Positifnya HBeAg merupakan
petunjuk adanya aktivitas reflikasi HBV yang tinggi dari seseorang individu HBsAg.
d. Anti-HBe Antibodi yang timbul terhadap HBeAg pada infeksi HBV tipe liar.Positifnya
anti-HBe menunjukkan bahwa HBV ada dalam fase nonreflikatif.Berbeda dengan anti-
HBc atau anti-HBs yang bertahan lama, anti HBe biasanya hilang setelah beberapa
bulan atau tahun.
e. DNA HBV Positifnya DNA HBV dalam serum menunjukkan adanya partikel HBV
yang utuh (partikel Dane) dalam tubuh penderita.DNA HBV adalah petanda HBV
secara kuantitatif memegang peran yang sangat penting untuk menentukan tingkat
reflikasi HBV, menentukan indikasi terapi antiviral dan menilai hasil terapi.
Metode RPHA
Prinsip:
Eritrosit disensitisasi dengan Ab ditambah serum > terjadi aglutinasi.
Ada 2 Tahap :

1. Tes Penyaring
Serum dimasukkan ke sumuran microliter bentuk v atau u lalu
direaksikan dengan eritrosit yang telah dilapisi anti HBs.
Positif (Kemungkinan mengandung HBsAg) bila terjadi Aglutinasi

2. Tes Konfirmasi
Serum reaktif yang mengandung HBsAg akan terjadi netralisasi dengan
pemberian antibodi yang spesifik (anti HBs) > penghambatan reaksi
aglutinasi
Metode ELISA Sandwich
1. Alat
• Sumuran/well, berisi HBsAg rekombinan. Disimpan pada suhu 2-80C
• Mikropipet
• Tip
• ELISA, dengan panjang gelombang 450/630 nm
2. Bahan
• Larutan standar bewarna kuning berisi antibody HBs yang diencerkan
dengan buffer protein. Larutan standar disimpan pada suhu 2-80C
• Larutan conjugate berisi Horseradish peroxidase conjugate HBsAg yang
berwarna merah. Disimpan pada suhu 2-80C.
• Wash Buffer yakni larutan berwana bening yang berisi larutan buffer.
Sebelum digunakan diencerkan 1:20 dengan aquadest, setelah itu disimpan
pada suhu ruang selama 1minggu atau pada suhu 2-80C selama 2 minggu.
• Chromogen Solution
• Reagen Stop menggunakan H2SO4 untuk mengehentikan reaksi.
Metode ELISA Sandwich

Persiapan Reagen
• Siapkan reagen ELISA beserta microplatenya
(sumur). Diamkan sebentar pada suhu ruang.
• Siapkan sampel yang akan diperiksa, yaitu
sampel serum.
• Penempatan reagen-reagen pada sumur
dilakukan secara tegak lurus
Metode ELISA Sandwich

Cara Kerja
• Sumur A1 dibiarkan kosong untuk blanko.
• Sumur B1 – G1, untuk kontrol standar. Masukkan
masing-masing sumur 50 µl reagen standar.
Std1:(B1), (C1), (D1), (E1), (F1) dan (G1).
• Sumur H1 dan seterusnya untuk sampel.
Masukkan 50 µl sampel. Jumlah sampel
disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya jika ada
4 sampel yang di periksa, maka 4 sumur untuk
sampel yang akan digunakan.
Metode ELISA Sandwich
• Tiap sumur yang akan digunakan, kecuali sumur blanko (A1), di
tambahkan 50 µl Enzyme Conjugate.
• Homogenkan larutan pada sumur secara perlahan.
• Inkubasi: 60 menit, suhu 37˚ Celcius
• Setelah inkubasi, lakukan pencucian pada Microplate Washer
• Setelah di cuci, bersihkan microplate atau sumur dari cairan yang
tersisa dengan dipukul-pukul secara terbalik dengan lembut pada
tissue kering.
• Tiap sumur, termasuk sumur blanko (A1), tambahkan 50 ul
Solution A + Solution B, Homogenkan.
• Inkubasi 15 menit, suhu 37’C.
• Setelah inkubasi, tambahkan tiap sumur 50 µl Stop Solution.
• Lalu baca pada microplate Reader dengan panjang gelombang 450
nm.
Metode ELISA Sandwich

Interpretasi hasil
• Catat hasil absorbansi (OD)
• Menghitung Y dengan cara me-log-kan absorbansi (OD)
• Sumbu X didapatkan dari konsentrasi anti-HBS yang
dihitung dari log-konsentrasi anti HBS (log-mlU/ml)
• Gambarkan hasil dengan kurva menggunakan mircosoft
excel
• Nilai OD dari Blank adalah < 0.080 di 450 nm
• Nilai OD 0 ml/UL standard harus <0.100 di 450/630 nm
setelah blank
• Nilai OD 160 ml/UL standard harus >1.500 di 450/630 nm
setelah blank
Reagen untuk HEPATITIS

• pemeriksaan HBsAg dapat menggunakan reagen


SD BIOLINEHBsAg
• reagen SD BIOLINEHBsAg dapat
mengidentifikasi HBsAg dalam plasma atau
spesimen serum dengan tingkat sensitivitas yang
tinggi
• Reagen SD BIOLINE HBsAg merupakan salah
satu reagen metode Immunochromatography yang
dirancang untuk penelitian kualitatif HBsAg
dalam serum atau plasma manusia.
Reagen untuk HEPATITIS

Kalma, 2016. Uji Validitas ReagenSD BIOLINE HBsAg


Untuk Deteksi HBsAg Dalam Serum Dengan ELISA Sebagai
Standar Baku. Media Analisis Kesehatan. 7(1)

Anda mungkin juga menyukai