Anda di halaman 1dari 31

UNDANG-UNDANG PERS DAN JURNALISTIK

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah: Dasar-dasar Jurnalistik
Dosen Pengampu: Nanang Qosim, M.Pd.

Disusun Oleh:
Dwi Milenia Fitriyah (1808056045)
Siti Khairur Rifki Daniyah (1808056051)
Nila Mustika Ningrum (1808056053)
Rizki Nur Fadilah (1808056064)
Syela Putri Sugiharti (1808056067)

PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena atas
berkat dan limpahan rahmat-Nyalah kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah ‘Dasar-dasar
Jurnalistik’ dengan tepat waktu.
Berikut ini penyusun mempersembahkan sebuah makalah dengan judul ‘Undang-
Undang Pers Dan Jurnalistik. Menurut penyusun bahwa dengan adanya makalah ini dapat
memberi manfaat bagi kita semua dan dapat menambah wawasan kita tentang Undang-Undang
Pers Dan Jurnalistik.
Melalui kata pengantar ini, penyusun lebih dahulu meminta maaf dan memohon
pemakluman apabila isi makalah ini ada kekurangan dan penulisan yang penyusun buat kurang
tepat atau menyinggung perasaan pembaca.
Dengan ini penyusun mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terimakasih
dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.

Blora, 09 September 2020

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................I

DAFTAR ISI..................................................................................................................II

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................1
C. Tujuan.................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................2

A. Landasan Hukum Pers........................................................................................2


B. Landasan Hukum Kode Etik Jurnalistik.............................................................12
C. Fungsi Kode Etik Jurnalistik...............................................................................20
D. Mengapa Terjadi Kasus Pelanggaran Kode Etik................................................22
E. Contoh Kasus Pelanggran Kode Etik..................................................................22

BAB III PENUTUP.......................................................................................................24

A. Kesimpulan.........................................................................................................24
B. Saran...................................................................................................................24

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................25

LAMPIRAN-LAMPIRAN

II
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pers disebut bertanggung jawab bila la mematuhi etika jurnalistik. Pada titik ini perlu
dipertanyakan: Etika jurnalistik yang mana? Etika jurnalistik yang pragmatis atau yang hakiki?
Etika jurnalistik versi pemerintah atau versi Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)? Seorang
wartawan yang melakukan apa yang disuruh redakturnya bisa disebut wartawan yang etis dalam
konteks pragmatis. Tetapi, wartawan yang menyiarkan berita berdasarkan pengetahuan,
pengalaman dan nilai-nilai yang dimilikinya dan dipandu oleh prinsip umum etika jurnalistik
dan kode etik jurnalistik PWI untuk memenuhi kepentingan umum disebut wartawan yang
mematuhi etika jurnalistik yang hakiki (Abrar, 1995:5).
Seorang wartawan, khususnya media cetak, baik surat kabar maupun majalah harus
mengetahui apa itu berita dan apa itu kode etik jurnalistik. Sebab tugas pokok wartawan adalah
mencari berita, menulis dan menyusun berita kemudian mengirim ke media dimana seorang
wartawan menjadi anggota dari media tersebut. Sedangkan yang menentukan dimuat atau
tidaknya karya atau berita yang ditulis wartawan adalah redaktur (Widodo, 1997:17).
B. Rumusan Masalah
1. Apa landasan hukum pers?
2. Apa landasan hukum kode etik jurnalistik?
3. Apa fungsi kode etik jurnalistik?
4. Mengapa terjadi kasus pelanggaran kode etik?
5. Sebutkan contoh kasus pelanggran kode etik?
C. Tujuan
1. Menjelaskan landasan hukum pers
2. Menjelaskan landasan hukum kode etik jurnalistik
3. Menjelaskan fungsi kode etik jurnalistik
4. Menjelaskan penyebab terjadinya kasus pelanggaran kode etik
5. Menjelaskan contoh kasus pelanggran kode etik

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Landasan Hukum Pers

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 40 TAHUN 1999

TENTANG PERS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK


INDONESIA

Menimbang:

a. Bahwa kemerdekaan pers merupakan salah satu wujud kedaulatan rakyat dan menjadi
unsur yang sangat penting untuk menciptakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara yang demokratis, sehingga kemerdekaan mengeluarkan pikiran dan
pendapata sebagaimana tercantum dalam Pasal 28 Undang-undang Dasar 1945 harus
dijamin;
b. Bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang demokratis,
kemerdekaan menyatakan pikiran dan pendapat sesuai dengan hati nurani dan hak
memperoleh informasi, merupakan hak asasi manusia yang sangat hakiki, yang
diperlukan untuk menegakkan keadilan dan kebenaran, memajukan kesejateraan umum,
dan mencerdaskan kehidupan bangsa;
c. Bahwa pers nasional sebagai wahana komunikasi massa, penyebar informasi, dan
pembentuk opini harus dapat melaksanakan asas, fungsi, hak, kewajiban, dan
peranannya dengan sebaik-baiknya berdasarkan kemerdekaan pers yang profesional,
sehingga harus mendapat jaminan dan perlindungan hukum, serta bebas dari campur
tangan dan paksaan dari manapun;
d. Bahwa pers nasional berperan ikut menjaga ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial;
e. Bahwa Undang-undang Nomor 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Pers sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1967 dan
diubah dengan Undang-undang Nomor 21 Tahun 1982 sudah tidak sesuai dengan
tuntutan perkembangan zaman;

2
f. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c, d, dan e,
perlu dibentuk Undang-undang tentang Pers;

Mengingat:
1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 27, dan Pasal 28 Undang-undang Dasar 1945;
2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia; Dengan persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:


Menetapkan:
UNDANG-UNDANG TENTANG PERS1

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan:


1. Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan
jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan
menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar,
serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak,
media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.
2. Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers
meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor berita, serta perusahaan
media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan
informasi.
3. Kantor berita adalah perusahaan pers yang melayani media cetak, media elektronik,
atau media lainnya serta masyarakat umum dalam memperoleh informasi.
4. Wartawan adalah orang yang secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik.
5. Organisasi pers adalah organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers.

1
Bekti Nugroho,Pers Berkualitas, Masyarakat Cerdas,Samsuri,Jakarta,2013,hlm:314.

3
6. Pers nasional adalah pers yang diselenggarakan oleh perusahaan pers Indonesia.
7. Pers asing adalah pers yang diselenggarakan oleh perusahaan asing.
8. Penyensoran adalah penghapusan secara paksa sebagian atau seluruh materi informasi
yang akan diterbitkan atau disiarkan, atau tindakan teguran atau peringatan yang
bersifat mengancam dari pihak manapun, dan atau kewajiban melapor, serta
memperoleh izin dari pihak berwajib, dalam pelaksanaan kegiatan jurnalistik.
9. Pembredelan atau pelarangan penyiaran adalah penghentian penerbitan dan peredaran
atau penyiaran secara paksa atau melawan hukum.
10. Hak Tolak adalah hak wartawan karena profesinya, untuk menolak mengungkapkan
nama dan atau identitas lainnya dari sumber berita yang harus dirahasiakannya.
11. Hak Jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan
atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya.
12. Hak Koreksi adalah hak setiap orang untuk mengoreksi atau membetulkan kekeliruan
informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain.
13. Kewajiban Koreksi adalah keharusan melakukan koreksi atau ralat terhadap suatu
informasi, data, fakta, opini, atau gambar yang tidak benar yang telah diberitakan oleh
pers yang bersangkutan.
14. Kode Etik Jurnalistik adalah himpunan etika profesi kewartawanan.

BAB II

ASAS, FUNGSI, HAK, KEWAJIBAN DAN PERANAN PERS

Pasal 2

Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-
prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum.

Pasal 3

1) Pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan
kontrol sosial.
2) Disamping fungsi-fungsi tersebut ayat (1), pers nasional dapat berfungsi sebagai
lembaga ekonomi.

Pasal 4

4
1) Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara.
2) Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan atau pelarangan
penyiaran.
3) Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari,
memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi.
4) Dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan mempunyai
Hak Tolak.

Pasal 5

1) Pers nasional berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan menghormati


norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak bersalah.
2) Pers wajib melayani Hak Jawab.
3) Pers wajib melayani Hak Koreksi.

Pasal 6

Pers nasional melaksanakan peranannya sebagai berikut:

a. memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui;


b. menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum,
dan Hak Asasi Manusia, serta menghormat kebhinekaan;
c. mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar;
d. melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan kepentingan umum;
e. memperjuangkan keadilan dan kebenaran;

BAB III

WARTAWAN

Pasal 7

1) Wartawan bebas memilih organisasi wartawan.


2) Wartawan memiliki dan menaati Kode Etik Jurnalistik.

Pasal 8

5
Dalam melaksanakan profesinya wartawan mendapat perlindungan hukum.

BAB IV

PERUSAHAAN PERS

Pasal 9

1) Setiap warga negara Indonesia dan negara berhak mendirikan perusahaan pers.
2) Setiap perusahaan pers harus berbentuk badan hukum Indonesia.

Pasal 10

Perusahaan pers memberikan kesejahteraan kepada wartawan dan karyawan pers dalam
bentuk kepemilikan saham dan atau pembagian laba bersih serta bentuk kesejahteraan
lainnya.

Pasal 11

Penambahan modal asing pada perusahaan pers dilakukan melalui pasar modal.

Pasal 12

Perusahaan pers wajib mengumumkan nama, alamat dan penanggung jawab secara terbuka
melalui media yang bersangkutan; khusus untuk penerbitan pers ditambah nama dan
alamat percetakan.

Pasal 13

Perusahaan pers dilarang memuat iklan:

a. yang berakibat merendahkan martabat suatu agama dan atau mengganggu kerukunan
hidup antarumat beragama, serta bertentangan dengan rasa kesusilaan masyarakat;
b. minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat aditif lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c. peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok.

Pasal 14

6
Untuk mengembangkan pemberitaan ke dalam dan ke luar negeri, setiap warga negara
Indonesia dan negara dapat mendirikan kantor berita.

BAB V

DEWAN PERS

Pasal 15

1) Dalam upaya mengembangkan kemerdekaan pers dan meningkatkan kehidupan pers


nasional, dibentuk Dewan Pers yang independen.
2) Dewan Pers melaksanakan fungsi-fungsi sebagai berikut:
a. melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain;
b. melakukan pengkajian untuk pengembangan kehidupan pers;
c. menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik;
d. memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan masyarakat
atas kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers
e. mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat, dan pemerintah;
f. memfasilitasi organisasi-organisasi pers dalam menyusun peraturan-peraturan di
bidang pers dan meningkatkan kualitas profesi kewartawanan;
g. mendata perusahaan pers;
3) Anggota Dewan Pers terdiri dari :
a. wartawan yang dipilih oleh organisasi wartawan;
b. pimpinan perusahaan pers yang dipilih oleh organisasi perusahaan pers;
c. tokoh masyarakat, ahli di bidang pers dan atau komunikasi, dan bidang lainnya
yang dipilih oleh organisasi wartawan dan organisasi perusahaan pers;
4) Ketua dan Wakil Ketua Dewan Pers dipilih dari dan oleh anggota.
5) Keanggotaan Dewan Pers sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) pasal ini ditetapkan
dengan Keputusan Presiden.
6) Keanggotaan Dewan Pers berlaku untuk masa tiga tahun dan sesudah itu hanya dapat
dipilih kembali untuk satu periode berikutnya.
7) Sumber pembiayaan Dewan Pers berasal dari:
a. organisasi pers;
b. perusahaan pers;
c. bantuan dari negara dan bantuan lain yang tidak mengikat.

7
BAB VI

PERS ASING

Pasal 16

Peredaran pers asing dan pendirian perwakilan perusahaan pers asing di Indonesia
disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VII

PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 17

1) Masyarakat dapat melakukan kegiatan untuk mengembangkan kemerdekaan pers dan


menjamin hak memperoleh informasi yang diperlukan.
2) Kegiatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa:
a. Memantau dan melaporkan analisis mengenai pelanggaran hukum, dan kekeliruan
teknis pemberitaan yang dilakukan oleh pers;
b. menyampaikan usulan dan saran kepada Dewan Pers dalam rangka menjaga dan
meningkatkan kualitas pers nasional.

BAB VIII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 18

1) Setiap orang yang secara melawan hukum dengan sengaja melakukan tindakan yang
berakibat menghambat atau menghalangi pelaksanaan ketentuan Pasal 4 ayat (2) dan
ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling
banyak Rp. 500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah).

8
2) Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2), serta Pasal 13
dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (Lima ratus juta
rupiah).
3) Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 9 ayat (2) dan Pasal 12 dipidana
dengan pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (Seratus juta rupiah).

BAB IX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 19

1) Dengan berlakunya undang-undang ini segala peraturan perundang-undangan di bidang


pers yang berlaku serta badan atau lembaga yang ada tetap berlaku atau tetap
menjalankan fungsinya sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang
baru berdasarkan undangundang ini.
2) Perusahaan pers yang sudah ada sebelum diundangkannya undang-undang ini, wajib
menyesuaikan diri dengan ketentuan undang-undang ini dalam waktu selambat-
lambatnya 1 (satu) tahun sejak diundangkannya undang-undang ini.

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 20

Pada saat undang-undang ini mulai berlaku:

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1966 tentang Ketentuanketentuan Pokok Pers


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1966 Nomor 40, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 2815) yang telah diubah terakhir dengan Undang-
undang Nomor 21 Tahun 1982 tentang Perubahan atas Undang-undang Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 1966 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pers sebagaimana
telah diubah dengan Undang-undang Nomor 4 Tahun 1967 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1982 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia);

9
2. Undang-undang Nomor 4 PNPS Tahun 1963 tentang Pengamanan Terhadap Barang-
barang Cetakan yang Isinya Dapat Mengganggu Ketertiban Umum (Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 2533), Pasal 2 ayat (3) sepanjang menyangkut ketentuan mengenai buletin-
buletin, surat-surat kabar harian, majalah-majalah, dan penerbitan-penerbitan berkala;
dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 21

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang
mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-undang ini dengan
penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakarta

Pada tanggal 23 September


1999 PRESIDEN REPUBLIK
INDONESIA

ttd

BACHARUDIN JUSUF
HABIBIE

Diundangkan di Jakarta

Pada tanggal 23 September 1999

MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

ttd

MULADI

10
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1999

NOMOR 166

Salinan sesuai dengan aslinya.

SEKRETARIAT KABINET RI

Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan II

Plt

Edy Sudibyo

11
B. Landasan Hukum Kode Etik Jurnalistik

KODE ETIK JURNALISTIK

PEMBUKAAN

Bahwasanya kemerdekaan pers adalah pengwujudan kemerdekaan menyatakan pendapat


sebagaimana tercantum dalam pasal 28 UUD 1945, dan karena itu wajib dihormati oleh
semua pihak. Kemerdekaan pers merupakan salah satu ciri negara hukum yang
dikehendaki oleh penjelasan-penjelasan Undang- Undang Dasar 1945. Sudah barang tentu
kemerdekaan per situ harus dilaksanakan dengan tanggung jawab sosial serta jiwa
Pancasila demi kesejahteraan dan keselamatan Bangsa dan Negara. Karena itulah PWI
menetapkan Kode Etik Jurnalistik untuk melestarikan atas kemerdekaan pers yang
bertanggungjawab.2

Pasal 1

Kepribadian Wartawan Indonesia

Wartawan Indonesia adalah warga negara yang memiliki kepribadian:

a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;


b. berjiwa Pancasila;
c. taat pada Undang-Undang Dasar 1945;
d. bersifat kesatria;
e. menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia;
f. berjuang untuk emansipasi Bangsa dalam segala lapangan; sehingga dengan demikian
turut bekerja kea rah keselamatan Masyarakat Indonesia sebagai anggota Masyarakat
Bangsa-Bangsa di Indonesia.

Pasal 2

Pertanggugjawaban

2
Kustadi Suhandang,Pengantar Jurnalistik Seputar Organisasi, Produk dan Kode Etik. Penerbit Nuansa
Cendekia,Bandung,2016,hlm:225.

12
1. Wartawan Indonesia dengan penuh rasa tanggungjawab dan bijaksana
mempertimbangkan perlu/patut atau tidaknya suatu berita, tulisan, gambar, karikatur,
dan sebagainya disiarkan.
2. Wartawan Indonesia tidak menyiarkan :
a. hal-hal yang sifatnya destruktif dan dapat merugikan Negara dan Bangsa
b. hal-hal yang dapat menimbulkan kekacauan
c. hal-hal yang dapat menyinggung perasaan sulisa, agama, kepercayaan atau
keyakinan seseorang atau sesuatu golongan yang dilindungi oleh undang-undang.
3. Wartawan Indonesia melakukan pekerjaannya berdasarkan kebebasan yang
bertanggungjawab demi keselamatan umum. Ia tidak menyalahgunakan jabatan dan
kecakapannya untuk kepentingan sendiri dan/atau kepentingan golongan.
4. Wartawan Indonesia dalam menjalankan tugas jurnalistik yang menyangkut Bangsa
dan Negara lain, mendahulukan kepentingan nasional Indonesia.

Pasal 3

Cara Pemberitaan dan Menyatakan Pendapat

1. Wartawan Indonesia menempuh jalan dan cara yang jujur untuk memperoleh bahan-
bahan berita dan tulisan dengan selalu menyatakan identitasnya sebagai wartawan
apabila sedang melakukan tugas peliputan.
2. Wartawan Indonesia meneliti kebenaran sesuatu berita atau keterangan sebelum
menyiarkannya, dengan juga memperhatikan kreadibilitas sumber berita yang
bersangkutan.
3. Di dalam menyusun suatu berita, Wartawan Indonesia membedakan antara kejadian
(fakta) dan pendapat (opini), sehingga tidak mencampurbaurkan fakta dan opini
tersebut.
4. Kepala-kepala berita harus mencerminkan isi berita.
5. Dalam tulisan yang memuat tentang suatu kejadian (byline story) Wartawan Indonesia
selalu berusaha untuk bersikap obyektif, jujur, dan sportif berdasarkan kebebasan
yang bertanggungjawab dan menghindarkan diri dari cara-cara penulisan yang bersifat
pelanggaran kehidupan pribadi (privacy), sensasional, immoral, atau melanggar
kesusilaan.
6. Penyiaran setiap berita atau tulisan yang berisi tuduhan yang tidak berdasar, desas-
desus, hasutan yang dapat membahayakan keselamatan Bangsa dan Negara, fitnahan,

13
pemutarbalikan sesuatu kejadian, merupakan pelanggaran berat terhadap profesi
jurnalistik.
7. Pemberitaan tentang jalannya pemeriksaan perkara pidana di dalam siding-sidang
pengadilan harus dijiwai oleh prinsip praduga tak bersalah, yaitu bahwa seseorang
tersangka baru dianggap bersalah telah melakukan sesuatu tindak pidana apabila ia
telah dinyatakan terbukti bersalah dalam keputusan pengadilan yang telah memiliki
kekuatan tetap.
8. Penyiaran nama secara lengkap, identitas, dan gambar dari seorang tersangka
dilakukan dengan penuh kebijaksanaan, dan dihindarkan dalam perkara-perkara yang
menyangkut kesusilaan atau menyangkut anak-anak yang belum dewasa. Pemberitaan
harus selalu berimbang antara tuduhan dan pembelaan dan dihindarkan terjadinya
trial by the press.

Pasal 4

Hak Jawab

1. Setiap pemberitaan yang kemudian ternyata tidak benar atau berisi hal-hal yang
menyesatkan, harus dicabut kembali atau diralat atas keinsafan wartawan sendiri.
2. Pihak yang merasa dirugikan wajib diberi kesempatan secepatnya untuk menjawab
atau memperbaiki pemberitaan yang dimaksud, sedapat mungkin dalam ruangan yang
sama dengan pemberitaan semula dan maksimal sama panjangnya, asal saja jawaban
atau perbaikan itu dilakukan secara wajar.

Pasal 5

Sumber Berita

1. Wartawan Indonesia menghargai dan melindungi kedudukan sumber berita yang tidak
bersedia disebut namanya. Dalam hal berita tanpa menyebut nama sumber tersebut
disiarkan, maka segala tanggungjawab berada pada wartawan dan/atau penerbit pers
yang bersangkutan.
2. Keterangan-keterangan yang diberikan secara off the record tidak disiarkan, kecuali
apabila wartawan yang bersangkutan secara nyata-nyata dapat membuktikan bahwa ia
sebelumnya memiliki keterangan-keterangan yang kemudian ternyata diberikan secara
off the record itu. Jika seorang wartawan tidak ingin terikat pada keterangan yang

14
akan diberikan dalam suatu pertemuan secara off the record, maka ia dapat tidak
menghadirinya.
3. Wartawan Indonesia dengan jujur menyebut sumbernya dalam mengutip berita,
gambar, atau tulisan dari suatu penerbitan pers, baik yang terbit di dalam maupun di
luar negeri. Perbuatan plagiat, yaitu mengutip berita, gambar, atau tulisan tanpa
menyebutkan sumbernya, merupakan pelanggaran berat.
4. Penerimaan imbalan atau sesuatu janji untuk menyiarkan atau tidak menyiarkan suatu
berita, gambar, atau tulisan yang dapat menguntungkan atau merugikan seseorang,
sesuatu golongan atau sesuatu pihak dilarang sama sekali.

Pasal 6

Kekuatan Kode Etik

1. Kode Etik ini dibuat atas prinsip bahwa pertanggungjawaban tentang pentaatannya
berada terutama pada hati nurani setiap wartawan Indonesia.
2. Tiada satu pasal pun dalam Kode Etik ini yang memberi wewenang kepada golongan
mana pun di luar PWI untuk mengambil tindakan terhadap seorang wartawan
Indonesia atau terhadap penerbitan pers di Indonesia berdasarkan pasal-pasal dalam
Kode Etik ini, karena sanksi atas pelanggaran Kode Etik ini merupakan hak
organisatoris dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) melalui organ-organnya.

KODE ETIK JURNALISTIK3

Kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi manusia yang
dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia PBB. Kemerdekaan pers adalah sarana masyarakat untuk memperoleh informasi dan
berkomunikasi, guna memenuhi kebutuhan hakiki dan meningkatkan kualitas kehidupan
manusia. Dalam mewujudkan kemerdekaan pers itu, wartawan Indonesia juga menyadari
adanya kepentingan bangsa, tanggung jawab sosial, keberagaman masyarakat, dan norma-
norma agama.

3
Bekti Nugroho,Pers Berkualitas, Masyarakat Cerdas,Samsuri,Jakarta,2013,hlm: 291

15
Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers menghormati hak
asasi setiap orang, karena itu pers dituntut profesional dan terbuka untuk dikontrol oleh
masyarakat.

Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk memperoleh
informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan landasan moral dan etika profesi
sebagai pedoman operasional dalam menjaga kepercayaan publik dan menegakkan integritas
serta profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan menaati Kode Etik
Jurnalistik:

Pasal 1

Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan
tidak beritikad buruk.

Penafsiran

a. Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan suara hati nurani tanpa
campur tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak lain termasuk pemilik perusahaan pers.
b. Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa terjadi.
c. Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara.
d. Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan semata-mata untuk
menimbulkan kerugian pihak lain.

Pasal 2

Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam melaksanakan tugas


jurnalistik.

Penafsiran

Cara-cara yang profesional adalah:

a. menunjukkan identitas diri kepada narasumber;


b. menghormati hak privasi;
c. tidak menyuap;
d. menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya;

16
e. rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto, suara dilengkapi dengan
keterangan tentang sumber dan ditampilkan secara berimbang;
f. menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian gambar, foto, suara;
g. tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan lain sebagai karya
sendiri;
h. penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan berita investigasi
bagi kepentingan publik.

Pasal 3

Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak


mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.

Penafsiran

a. Menguji informasi berarti melakukan check and recheck tentang kebenaran informasi itu.
b. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada masing-masing pihak
secara proporsional.
c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini berbeda dengan opini
interpretatif, yaitu pendapat yang berupa interpretasi wartawan atas fakta.
d. Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi seseorang.

Pasal 4

Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan cabul.

Penafsiran

a. Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh wartawan sebagai hal yang
tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.
b. Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja dengan niat buruk.
c. Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan.
d. Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto, gambar, suara, grafis
atau tulisan yang sematamata untuk membangkitkan nafsu birahi.
e. Dalam penyiaran gambar dan suara dari arsip, wartawan mencantumkan waktu
pengambilan gambar dan suara.

17
Pasal 5

Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban kejahatan susila dan
tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi pelaku kejahatan.

Penafsiran

a. Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut diri seseorang yang
memudahkan orang lain untuk melacak.
b. Anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan belum menikah.

Pasal 6

Wartawan Indonesia tidak menyalahgunakan profesi dan tidak menerima suap.

Penafsiran

a. Menyalahgunakan profesi adalah segala tindakan yang mengambil keuntungan pribadi atas
informasi yang diperoleh saat bertugas sebelum informasi tersebut menjadi pengetahuan
umum.
b. Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda atau fasilitas dari pihak lain yang
mempengaruhi independensi.

Pasal 7

Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber yang tidak bersedia
diketahui identitas maupun keberadaannya, menghargai ketentuan embargo, informasi latar
belakang, dan off the record sesuai dengan kesepakatan.

Penafsiran

a. Hak tolak adalak hak untuk tidak mengungkapkan identitas dan keberadaan narasumber
demi keamanan narasumber dan keluarganya.
b. Embargo adalah penundaan pemuatan atau penyiaran berita sesuai dengan permintaan
narasumber.
c. Informasi latar belakang adalah segala informasi atau data dari narasumber yang disiarkan
atau diberitakan tanpa menyebutkan narasumbernya.

18
d. Off the record adalah segala informasi atau data dari narasumber yang tidak boleh disiarkan
atau diberitakan.

Pasal 8

Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan prasangka atau
diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan suku, ras, warna kulit, agama, jenis
kelamin, dan bahasa serta tidak merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa
atau cacat jasmani.

Penafsiran

a. Prasangka adalah anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui
secara jelas.
b. Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan.

Pasal 9

Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan pribadinya, kecuali


untuk kepentingan publik.

Penafsiran

a. Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri dan berhati-hati.


b. Kehidupan pribadi adalah segala segi kehidupan seseorang dan keluarganya selain yang
terkait dengan kepentingan publik.

Pasal 10

Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita yang keliru dan tidak
akurat disertai dengan permintaan maaf kepada pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.

Penafsiran

a. Segera berarti tindakan dalam waktu secepat mungkin, baik karena ada maupun tidak ada
teguran dari pihak luar.

19
b. Permintaan maaf disampaikan apabila kesalahan terkait dengan substansi pokok.

Pasal 11

Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara proporsional.

Penafsiran

a. Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk memberikan tanggapan atau
sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang merugikan nama baiknya.
b. Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk membetulkan kekeliruan informasi yang
diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun tentang orang lain.
c. Proporsional berarti setara dengan bagian berita yang perlu diperbaiki.

Penilaian akhir atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan Dewan Pers. Sanksi atas
pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan oleh organisasi wartawan dan atau perusahaan pers.

Jakarta, Selasa, 14 Maret 2006

(Kode Etik Jurnalistik ditetapkan Dewan Pers melalui Peraturan Dewan Pers Nomor:
6/Peraturan-DP/V/2008 Tentang Pengesahan Surat Keputusan Dewan Pers Nomor 03/SK-
DP/III/2006 tentang Kode Etik Jurnalistik Sebagai Peraturan Dewan Pers)

C. Fungsi Kode Etik Jurnalistik


Kode Etik Jurnalistik menempati posisi yang sangat vital bagi wartawan, bahkan
dibandingkan dengan perundang-undangan lainnya yang memiliki sanksi fisik sekalipun.
Kode Etik Jurnalistik memiliki kedudukan yang sangat istimewa bagi wartawan. Kode
Etik Jurnalistik memiliki lima fungsi, yaitu:
a. Melindungi keberadaan seorang professional dalam berkiprah di bidangnya.
b. Melindungi masyarakat dan malpraktek oleh praktisi yang kurang professional.
c. Mendorong persaingan sehat antarpraktisi.
d. Mencegah kecurangan antar rekan profesi.

20
e. Mencegah manipulasi informasi oleh narasumber.

21
Menurut Rolnicki (2008: 363) Kode etik hanya akan efektif jika jurnalis Koran atau
medium lainnya mengetahui dan menggunakan kode itu. Setiap jurnalis, mempertaruhkan
kredibilitasnya dalam publikasi publik. Untuk memenuhi tuntutan pekerjaan dan
menegakkan standar masyarakat, dan jurnalisme yang telah ditetapkan bagi profesi ini,
tujuan penting yang hendak di capai adalah:

1. Jurnalis dapat dipercaya, akurat, jujur dan independen, dan memenuhi janji.

2. Jurnalis menghormati dan sensitive terhadap standard an selera komunikasi.

3. Seorang Jurnalis memiliki penghargaan yang tinggi kepada privasi personal.

4. Jurnalis memperlakukan orang dengan soipan dan tata karma.

5. Jurnalis bersikap adil dan tak memihak.

6. Jurnalis memerhatikan kelengkapan dan konteks dari fakta, dan opini yang dipakai
dalam berita.

7. Jurnalis mau mengakui dan mengoreksi kesalahan.

8. Jurnalis mendengarkan pertanyaan dan keluhan dari public.

9. Jurnalis berusaha memberikan yang terbaik dalam setiap aspek pekerjaannya.

10. Jurnalis mempertimbangkan kepentingan public dalam menentukan keputusan.

Jika Jurnalis mengikuti pedoman tersebut, maka standar etika yang tinggi akan ditegakkan
dan kredibilitas karyanya tidak akan diragukan.

D. Mengapa Terjadi Kasus Pelanggaran Kode Etik?


Menurut Uni Zulfiyani Lubis, Ketua Forum Jurnalis Perempuan (FJP) menilai
persaingan bisnis media menjadi salah satu penyebab terjadinya pelanggran khasus
jurnalistik dalam peliputan khasus asusula yang melibatkan perempuan dan anak.mereka
beralasan takut tertinggal dengan media lain.

E. Contoh Kasus Pelanggaran Kode Etik


1. Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik pada Media Online di Aceh, dalam pemberitaan
media online AJNN dari bulan November 2015-Mei 2016 masih adanya pelanggaran

22
Kode Etik Jurnalistik yakni pada pasal 1, pasal 2, pasal 3, pasal 4, pasal 5, dan pasal
11. Media online AJNN, banyak berita yang melanggar Kode Etik Jurnalistik dalam
kategori foto yang dilampirkan tidak dicantumkan sumber fotonya, berita yang tidak
berimbang dan tidak melakukan check and recheck tentang kebenaran informasi
tersebut, semuanya ada 18 pelanggaran.
2. Pelanggran yang dilakukan oleh Tempo. Dewan Pers menyatakan Majalah
Tempo menyalahi Etika Jurnalistik dalam terbitannya yang berjudul 'Tim Mawar dan Rusuh
Sarinah' edisi 22-26 Juni 2019. Dalam keterangannya, Dewan Pers menyatakan Majalah
Tempo melanggar Pasal 3 Kode Etik Jurnalistik. Pasal 3 berbunyi:
“Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara
berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta
menerapkan asas praduga tak bersalah” dengan penafsirannya yaitu:

a. Menguji informasi berarti melakukan check and recheck tentang kebenaran


informasi itu.
b. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada
masing-masing pihak secara proporsional.
c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini
berbeda dengan opini interpretatif, yaitu pendapat yang berupa
interpretasi wartawan atas fakta.
d. Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi
seseorang.

23
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagai seorang jurnalis, harusnya dapat memahami dan melaksanakan apa
yang telah diatur dalam undang-undang kegiatan jurnalistik yang sudah ada, agar tidak
terjadi kesalahan dalam bertindak dan menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan
dimasa yang akan datang.
Seorang jurnalis juga hendaknya mengerti tentang kode etik jurnalistik, karena
kode etik jurnalistik dapat melindungi keberadaan seorang professional dalam
berkiprah di bidangnya, melindungi masyarakat dan malpraktek oleh praktisi yang
kurang professional, mendorong persaingan sehat antarpraktisi, mencegah kecurangan
antar rekan profesi dan mencegah manipulasi informasi oleh narasumber.

B. Saran
Makalah yang kami sajikan harapannya representatif sesuai dengan judul yang
diangkat. Penyusun tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat
banyak kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penyusun akan memperbaiki makalah
tersebut dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari
para pembaca. Kepada rekan-rekan yang membaca makalah ini mudah-mudahan dapat
mengkritisi untuk memberikan masukan, sehingga kekurangan makalah ini akan dapat
disempurnakan. Atas kekurangannya dari segi apapun, kami mohon maaf yang sebesar-
besarnya dan semoga membawa manfaat, Aamin. Wallahu a’lam bi al-shawab

24
DAFTAR PUSTAKA

Antaranews.com. (2018, 23 Desember)FJP: persaingan media rentan terjadi pelanggaran kode


etik. Diakses pada 09 September 2020, dari
https://www.antaranews.com/berita/780529/fjp-persaingan-media-rentan-terjadi-
pelanggaran-kode-etik.

Cnnindonesia.com. (2019, 12 Agustus). Dewan Pers Nilai Tempo Langgar Kode Etik soal
'Tim Mawar. Diakses pada 09 September 2020, dari
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190712191950-20-411709/dewan-pers-nilai-
tempo-langgar-kode-etik-soal-tim-mawar.

Nugroho,Bekti, Samsuri. 2013. Pers Berkualitas, Masyarakat Cerdas. Jakarta

Suhandang, Kustadi. 2016 . Pengantar Jurnalistik Seputar Organisasi, Produk dan Kode Etik.
Bandung : Penerbit Nuansa Cendekia

Vona Dimith,a Dea,dkk. 2017. Pelanggaran Kode Etik Jurnalistik Pada Media Online
AJNN. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah: Volume 2, Nomor 3:1-15 Agusutus
2017

25
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Sampul Buku
Biodata penulis makalah

“UNDANG-UNDANG PERS DAN JURNALISTIK”

Dwi Milenia Fitriyah. Lulus dari SMP N 2 Pecangaan pada tahun 2015,
lulus SMA Negeri 1 Pecangaan pada tahun 2018. Saat ini menempuh
pendidikan di Universitas Islam Negeri Walisongo jurusan pendidikan
matematika fakultas Sains dan Teknologi angakatan 2018. Lahir di Jepara,
07 Januari 2000. Saat ini tinggal di Desa Troso, Pecangaan Jepara.

Siti Khairur Rifki Daniyah. Lulus dari SMPN 1 Ngawen pada tahun
2015, lulus SMAN 1 Rembang pada tahun 2018. Saat ini menempuh
pendidikan di Universitas Islam Negeri Walisongo jurusan pendidikan
matematika fakultas Sains dan Teknologi angakatan 2018. Lahir di Blora,
28 Maret 2000. Saat ini tinggal di Desa Berbak, Kecamatan Ngawen
Kabupaten Blora.

Nila Mustika Ningrum. Lulus dari Mts Wahdatuth Thullab dan Madrasah
Diniyah Wahdatuth Thullab pada tahun 2015, lulus MAN Blora dan Ponpes
Khozinatul Ulum 3 Blora pada tahun 2018. Saat ini menempuh pendidikan
di Universitas Islam Negeri Walisongo jurusan pendidikan matematika
fakultas Sains dan Teknologi angakatan 2018. Lahir di Blora, 31 Agustus
2000. Saat ini tinggal di Desa Purworejo Blora.

Rizki Nur Fadilah. Kelahran Blora pada tanggal 14 November 2000. Ia


pernah menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 Ngawen, kemudian
melanjutkan ke Unversitas Islam Negeri Walisanga Semarang. Di
Uiversitas ia mengambil jurusan pendidikan matematika. Selain aktif
menjadi mahasiswa ia juga aktif diberbagai organisasi seperti SKM
Amanat, UKM Risalah, dan IMPARA. Selama kuliah ia pernah tinggal di
Ma’had Al Jamilah Walisanga Semarang, kemudian pindah ke pondok
pesantren Ma’rufiyah Bringin. Prinsip hidupnya, “Manfaatkan Kebebasan yang diberikan
orang tua untuk hal-hal yang positif”.

Syela Putri Sugiharti. Wanita kelahiran Bandung, 14 Desember 2000.


Lulusan dari MTs An-Najah pada tahun 2015, kemudian lulus SMA
PGRI Cikampek pada tahun 2018. Saat ini menempuh pendidikan di
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang Fakultas Sains dan
Teknologi angkatan 2018. Saat ini tinggal di Karawang, Jawa Barat.

Anda mungkin juga menyukai