Anda di halaman 1dari 3

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN Y dengan Resiko Perilaku Kekerasan

SP 5: Pasien

 Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


Masalah : Resiko Perilaku Kekerasan
Pertemuan :5
Hari/tgl : Jumat, 30-10-2020
Jam : 10.00 WIB
Perawat : Nur Mega Melina

Proses keperawatan
A. Pra Interaksi
1.) Kondisi klien
Klien sudah berlatih mengendalikan marah dengan teknik tarik nafas dalam,
mengambil air wudhu dan solat. Nada pasien saat berbicara sudah tidak keras lagi.
2.) Diagnosa keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
3.) Tujuan keperawatan
Tujuan umum : klien tidak menciderai diri.
Tujuan khusus :
TUK 9 :Klien mendemonstrasikan kepatuhan minum obat untuk mencegah
resiko perilaku kekerasan
4.) Rencana Tindakan Keperawatan : (SP 5 )
a. Evaluasi kegiatan yang lalu, verbal ( SP 3 ) Spiritual
b. Latihan patuh obat
c. Masuk jadwal kegiatan pasien
B. Strategi komunikasi
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
“assalamualaikum bu, perkenalkan nama saya perawat M, saya mahasiswa dari
STIKES BINA SEHAT PPNI yang sedang praktik di ruang ini, saya yang
merawat Tn.Y , nama mbak dan bapak siapa, senangnya di panggil siapa? Boleh
saya tahu mbak dan bapak siapanya Tn.Y ?”
b. Validasi data
“Bagaimana Bapak.Y ,,sudah dilakukan latihan tarik nafas dalam, bicara yang baik
serta shalat? Apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur? Coba
kita lihat cek kegiatannya”
c. Kontrak
a. Topik : “Bagaimana kalau sekarang kita membicarakan tentang jenis obat,
dosis, waktu minum obat serta kepatuhan minum obat untuk mengontrol
kemarahan Bapak.Y.”
b. Tempat :“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di sini
saja?
c. Waktu : “Berapa lama mau Bapak.Y mau berbincang-bincang? Bagaimana
kalau 20 menit cukup?”
2. Fase kerja
(Perawat membawa obat pasien)
“Bapak.Y sudah dapat obat dari dokter?”
“Berapa macam obat yang Bapak.Y minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa
mbak minum? Bagus!”
“Obatnya ada 3 macam Bapak.Y,, yang warnanya orange namanya CPZ kegunaanya
agar pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks dan tidak tegang, dan
yang merah jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang.
Semuanya ini harus Bapak.Y minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang, dan jam 7
malam”
“Bila nanti setelah minum obat mulut Bapak.Y terasa kering, untuk membantu
mengatasinya Bapak.Y bisa mengisap-isap es batu”
“Bila mata terasa berkunang-kunang, mbak sebaiknya istirahat dan jangan beraktivitas
dulu”
“Nanti sebelum minum obat ini Bapak.Y lihat dulu label di kotak obat apakah benar
nama mbak tertulis disitu, berapa dosis yang hari diminum, jam berapa saja harus
diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Disini minta obatnya pada
suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!”
“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya
Bapak.Y, karena dapat terjadi kekambuhan”
“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya ke dalam jadwal ya Bapak.Y”
3. Fase terminasi
a. Evaluasi
a) Evaluasi Subjektif
“Bagaimana perasaan Bapak.Y setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum
obat yang benar?’’
b) Evaluasi Objektif
“coba Bapak.Y sebutkan lagi jenis obat yang mbak minum! Bagaimana cara
minum obat yang benar?”
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?
Sekarang kita tambahkan jadwal kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa
laksanakan semua dengan teratur ya?

b. Rencana Tindak lanjut klien


“baik, besok kita bertemu kembali untuk melihat sejauh mana Bapak.Y
melaksanakan kegiatan dan sejauh mana dapat mencegah rasa marah.”
c. Kontrak
Topik : “baiklah kapan kita bisa bertemu lagi Bapak.Y? baiklah besok kita
akan bertemu untuk melihat sejauh mana mbak melaksanakan kegiatan minum
obat?”
Waktu : “ besok kita ketemu lagi jam 10.00 WIB.”
Tempat : Bagaimana kalau besok kita ketemu di ruangan ini saja?”
Baiklah kalau begitu kita sudahi perbincangan kita saat ini, terima kasih
sampai jumpa besok ya mbak !! wassalamu’alaikum....!!! (sambil berjabat
tangan).

Anda mungkin juga menyukai