Anda di halaman 1dari 12

BIOSINTESIS ASAM AMINO

“Biosintesis Asam Amino Esensial dan Biosintesis Asam Amino Diatur


Secara Alosterik”

Kelompok 5 :
1. Siti Nurjanah 1613023003
2. Haya Afiatni Harahap 1613023015

Kelas :A
Mata Kuliah : Proses Kimia dalam Metabolisme dan Gen
Dosen Pengampu : Emmawaty Sofya, S.Si., M.Si

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL .................................................................................i


DAFTAR ISI ................................................................................................ii
PEMBAHASAN .............................................................................................
1.1 Asam Amino Esensial ...........................................................................1
1.2 Biosintesis Asam Amino Esensial ........................................................1
a. Biosintesis Arginin ...........................................................................2
b. Biosintesis Fenilalanin ......................................................................2
c. Biosintesis Valin ...............................................................................3
d. Biosintesis Histidin ...........................................................................3
e. Biosintesis Isoleusin .........................................................................4
f. Biosintesis Leusin .............................................................................5
g. Biosintesis Lisin ...............................................................................5
h. Biosintesis Metionin .........................................................................6
i. Biosintesis Treonin ...........................................................................6
j. Biosintesis Triptofan .........................................................................7
1.3 Biosintesis Asam Amino Diatur Secara Alosterik .............................7
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................10
PEMBAHASAN

1.1 Asam Amino Esensial


Asam amino adalah senyawa organik yang memiliki gugus fungsional karboksilat
(-COOH) dan amina (–NH2). Dalam biokimia seringkali pengertiannya
dipersempit, dimana keduanya terikat pada satu atom karbon (C) yang sama
(disebut atom C “alfa”). Asam amino diklasifikasikan menjadi 2, yaitu: asam
amino esensial dan asam amino non esensial. Asam amino esensial adalah asam
amino yang tidak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh, sehingga harus didapat dari
konsumsi makanan. Asam amino esensial diantaranya, yaitu: Arginin, Fenilalanin,
Valin, Histidin, Isoleusin, Leusin, Lisin, Metionin, Treonin, dan Triptofan.

1.2 Biosintesis Asam Amino Esensial


Lintas bagi sintesis asam amino esensial pada nutrisi tikus albino dan manusia
telah disimpulkan dari penelitian biokimiawi dan genetik mikroorganisme yang
mampu membuat senyawa ini. Kita tidak akan mengamati lintas ini, tetapi kita
dapat membuat beberapa kesimpulan umum mengenai lintas ini. Lintas yang
mengarah kepada sintesis asam amino esensial biasanya lebih panjang (5 sampai
15 tahap) dan lebih kompleks dibandingkan dengan lintas yang menuju asam
amino non esensial, yang kebanyakan dibentuk melalui beberapa tahap yang lebih
kecil dari 5. Hewan tingkat tinggi tidak mampu membuat beberapa asam amino
esensial, karena tidak memiliki satu atau dua enzim pada lintas sintesis tersebut.
Lintas asam amino esensial yang paling kompleks adalah lintas menuju
fenilalanin, triptofan, dan histidin, yang memiliki cincin benzen heterosiklik.
Sintesis cincin ini, terutama kedua cincin pusat triptofan, memerlukan sejumlah
tahap reaksi enzimatis yang kompleks.
Lima asam amino esensial bagi hewan disintesis oleh tanaman dan
mikroorganisme dari asam amino non esensial: treonin, metionin, dan lisin
dibentuk dari aspartat, arginin dan histidin dibentuk dari glutamat. Isoleusin
dibentuk oleh bakteri dari asam amino esensial treonin.
2

a. Biosintesis Arginin
Arginin diubah oleh enzim arginase menjadim ornitin dan urea. Sebagian ornitin
diubah menjadi prolin dan asam glutamat yang dapat diubah menjadi asam
ketoglutarat yang masuk siklus krebs. Arginin pada anak-anak diperlukan untuk
pertumbuhan badan karena kecepatan produksi belum optimal sehingga
diperlukan tambahan arginin dalam protein makanan.

b. Biosintesis Fenilalanin
Fenilalanin dapat diubah menjadi tirosin yang kemudian melalui beberapa tahap
dapat diubah menjadi asam formiat dan asam asetoasetat. Reaksi pembentukan
tirosin dan fenilalanin adalah reaksi irreversible. Biosintesis fenilalanin terjadi
pada organisme mikro dan dapat dibentuk dari asam fosfoenol piruvat dan eritrosa
4-fosfat, melalui beberapa tahap reaksi dibentuk fenilpiruvat. Fenilpiruvat dengan
reaksi transaminasi berbentuk fenilalanin.
3

c. Biosintesis Valin
Valin dapat diubah menjadi suksinil Co-A yang kemudian masuk ke dalam siklus
asam sitrat. Biosintesis hanya terjadi dalam tumbuhan dan organisme mikro.
Biosintesis diawali dari asam piruvat yang berturut turut diubah menjadi
aselolaktat α ,β-Dihidroksi isovalerat, α-ketoisovalerat dan kemudian valin.

d. Biosintesis Histidin
Biosintesis histidin merupakan jalur metabolik terakhir untuk proteinogenik asam
amino pada tumbuhan. Biosintesis ini memiliki hubungan dekat dengan
metabolisme nukleotida, yaitu melalui precursor ATP dan 59-phosphoribosyl19-
pyrophosphate (PRPP). Biosintesis ini dimulai dengan kondensasi ATP dan PRPP
dikatalisis oleh ATP-phosphoribosyltransferase (ATP-PRT).
4

e. Biosintesis Isoleusin
Dalam metabolisme isoleusin mengalami reaksi transaminasi oksidatif sehingga
berbentuk asam keto. Isoleusin disintesis dalam organisme mikro. Biosintesis
isoleusin dimulai dari asam α-ketobutirat yang dibentuk dari treonin. Mealui
beberapa tahap reaksi asam ketobutirat diubah menjadi isoleusin.
5

f. Biosintesis Leusin
Leusin dapat diubah menjadi asam keto melalui reaksi transaminasi oksidatif.
Asam keto melalui beberapa tahap reaksi diubah menjadi asetil Co-A. Leusin
adalah salah satu asam amino esensial yang disintesis oleh organisme mikro atau
tumbuhan dari asam piruvat.

g. Biosintesis Lisin
Lisin adalah asam amino monokarboksilat. Lisin dapat diubah menjadi asam
amino lain namun irreversible artinya tidak terjadi reaksi deaminasi. Melalui
6

beberapa tahap reaksi , lisin dapat diubah menjadi asam glutarat. Lisin dapat
terbentuk dari asam aspartat melalui beberapa tahap reaksi, asam aspartat diubah
menjadi aspartat beta semialdehid yang bereaksi dengan asam piruvat menjadi
lisin. Biosintesis lisin terjadi dalam bakteri. Ragi dapat memproduksi lisin dari
asam a ketoglutarat dengan asetil Co-A.

h. Biosintesis Metionin
Metionin dapat diubah menjadi sistein dan bersifat irreversible. Homoserin yang
terbentuk pada reaksi pengubahan metionin menjadi serin dapat diubah menjadi
asam α-ketobutirat. Biosintesis metionin berawal dari asam aspartat. Asam
aspartat ini dapat diubah berturut-turut menjadi beta aspartilfosfat, aspartat
semialdehida, homoserin, sistationin, homosistein dan metionin. Biosintesis ini
terjadi pada tumbuhan dan organisme mikro.

i. Biosintesis Treonin
Treonin mengalami metabolisme yang serupa dengan serin, asam ketobutirat
kemudian diubah menjadi propionil Co-a yang selanjutnya diubah menjadi
suksinil Co-A. Treonin juga dapat diubah menjadi glisin dan asetaldehida dengan
cara pemecahan molekulnya. Reaksi pemecahan molekul treonin ini berlangsung
oleh enzim aldolase treonin dan piridoksalfosfat sebagai koenzim. Biosintesis
treonin berasal dari asam aspartat melalui beberapa tahap.
7

j. Biosintesis Triptofan
Triptofan mengandung cincin indol. Metabolisme Triptofan melalui jalur
kinurenin-antarnilat, yaitu suatu metabolisme melalui tahap reaksi yang
menghasilkan asam α-ketoadipat yang membentuk asetoasetil Co-A. Metabolisme
kinurenin dan asam 3-hidroksi antarnilat merupakan senyawa antara. Triptofan
juga dibentuk dari reaksi fosfoenolpiruvat eritrosa 4 –fosfat.

1.3 Biosintesis Asam Amino diatur Secara Alosterik


Pengontrolan sintesis asam amino yang paling responsif adalah melalui
penghambatan alosterik reaksi pertama di dalam urutan biosintetik oleh produk
akhirnya. Reaksi pertama pada urutan tersebut yang biasanya bersifat tidak dapat
balik, dikatalisis oleh suatu enzim alosterik. Sebagai contoh, Gambar 22.8
memperlihatkan pengaturan alosterik bagi sintesis isoleusin dari treonin. Produk
akhir isoleusin adalah modulator negatif bagi reaksi pertama pada urutan ini.
Modulasi alosterik atau non kovalen sintesis asam amino ini bersifat responsif
dalam kisaran waktu menit pada bakteri.

Contoh lain yang patut diperhatikan adalah rangkaian pengontrolan alosterik yang
demikian teratur terhadap aktivitas glutamin sintetase E-coli. Pada bakteri ini,
glutamin adalah senyawa pemberi gugus amino pada biosintesis berbagai produk
metabolik (Gambar 22.9). Delapan produk metabolisme glutamin pada E-coli
sekarang diketahui bertindak sebagai modulator umpan negatif terhadap aktivitas
glutamin sintetase, yaitu salah satu enzim pengatur (regulatori) yang paling rumit
diantara golongan enzim-enzim yang pernah kita ketahui.

Karena ke-20 asam amino harus diproduksi dalam proporsi yang benar untuk
melangsungkan sintesis protein, sel telah mengembangkan bukan hanya cara-cara
pengontrolan kecepatan sintesis asam amino itu secara sendiri-sendiri, tetapi juga
cara dalam mengkoordinasikan pembentukannya. Koordinasi tersebut, terutama
berkembang dengan baik pada sel bakteri dalam keadaan tumbuh cepat. Gambar
22.10 memperlihatkan bagaimana sel E-coli melakukan koordinasi sintesis asam
amino lisin, metionin, treonin, dan isoleusin, semuanya dibuat dari aspartat.
8

Tahap-tahap dari aspartat menuju aspartil fosfat dikatalisis oleh tiga bentuk
isozim, masing-masing dapat dikontrol secara terpisah. Tahap dari aspartat
semialdehida menuju homoserin dan dari treonin menuju α-ketobutirat juga
dikatalisis oleh dwi isozim yang terkontrol secara terpisah. Salah satu isozim bagi
pengubahan aspartat menjadi aspartil fosfat dapat dihambat melalui mekanisme
alosterik oleh dua modulator yang berbeda, lisin dan isoleusin, yang kerjanya
lebih dari sekedar bersifat aditif. Ini adalah contoh lain dari penghambatan
bertahap, urutan dari aspartat menuju isoleusin memperlihatkan penghambatan
umpan balik negatif yang tumpang tindih; yaitu, isoleusin menghambat
pengubahan treonin menjadi α-ketobutirat, dan treonin menghambat
pembentukannya sendiri pada tiga titik, dari homoserin, dari aspartat
9

semialdehida, dan dari aspartat. Jenis penghambatan ini dinamakan penghambatan


umpan balik berurutan.
10

DAFTAR PUSTAKA

Fessenden, R. J. and J. S. Fessenden. 1986. Kimia Organik Dasar Edisi Ketiga


Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Lehninger. 1982. Dasar-dasar Biokimia Jilid 2. Jakarta : Erlangga

Anonim. https://slideplayer.info/slide/12186848/. Diakses pada 25 Maret 2019


pukul 20.00 WIB

Anda mungkin juga menyukai