Anda di halaman 1dari 7

CERITA WAYANG MENAK

Di negara Puseur Bumi, Sri Baginda Amir Hamzah menerima laporan bahwa Raja Aspahan telah
tiada. Amir Hamzah sangat kaget dan marah karena kejadian tersebut di luar perintahnya.Ia
kemudian bertanya, siapa yang melakukan hal tersebut. Dipati Umar Maya mengaku, dan Amir
Hamzah segera mengusir Umar Maya dan Umar Madi bersama Lamsijan. Sepeninggal mereka
datanglah Patih Dobul Hinjir yang diutus Prabu Dobul Kolbu dari negara Tablak Kencana yang
bermaksud agar Sri Baginda Amir Hamzah dan semua abdi dalemnya manut kepada Prabu
Dobul Kolbu. Tentu saja Amir Hamzah menolak sampai akhirnya terjadi peperangan, Akan
tetapi semua tidak ada yang bisa mengalahkan utusan tersebut dan Amir Hamzah dimasukkan ke
dalam Kantong Hikmat untuk kemudian diberikan kepada Prabu Dobul Kolbu. Selanjutnya Amir
Hamzah dimasukkan ke dalam kawah yang sedang bergolak.
Umar Maya, Umar Madi, dan Lamsijan yang terlantar karena diusir, mendengar bahwa ada
negara Tablak Kencana yang dipimpin Raja Dobul Kolbu, Mereka kemudian menuju negara
tersebut dan setibanya di kerajaan tersebut mereka masuk dengan menggunakan aji kesaktian
agar tidak ada yang bisa melihat. Mereka pun masuk ke dalam keraton yang pada waktu itu
Prabu Dobul Kolbu tengah menerima tamu Raja Nirman dari negara Madayin.
Di dalam kerajaan, Prabu Dobul Kolbu yang tengah disertai Raja Nirman, tengah bercengkrama.
Raja Nirman sangat memuji Prabu Dobul Kolbu karena ia dipandang sangat sakti, sehingga
apapun yang diucapkan dan yang diinginkannya pasti dikabul. Tentu saja Prabu Dobul Kolbu
sangat gembira mendengar pujian Raja Nirman tersebut.
Umar Maya, Umar Madi, dan Lamsijan, yang mendengarkan perbincangan kedua raja tersebut,
berunding, bahwa jika raja meludah maka mereka yang harus menjelma menjadi jadi-jadiannya.
Pada saat itu, Prabu Dobul Kolbu mendadak ingin meludah, dan ketika ia meludah, maka dengan
sekejap ludah prabu tersebut menjadi Umar Maya, Umar Madi, dan Lamsijan. Prabu Dobul
Kolbu sangat senang melihat kejadian tersebut, begitu pun semua yang menyaksikan kejadian
tersebut. Semua yang menyaksikan semakin yakin bahwa Prabu Dobul Kolbu benar-benar sakti
mandraguna dan sangat kuasa. Akhirnya ketiga orang jadi-jadian itu dijadikan anak angkat oleh
Prabu Dobul Kolbu dan mereka ditugaskan untuk menjaga kawah.
Selanjutnya, mereka bertiga pergi untuk menjaga kawah. Akan tetapi sesampainya di pinggir
kawah, mereka sangat kaget karena di dalam kawah ada Amir Hamzah yang tiada lain adalah
adik mereka. Amir Hamzah menjerit-jerit kepanasan dan memanggil-manggil nama Umar Maya.
Atas segala kesaktian Umar Maya, kawah kemudian dimantrai dan seketika menjadi dingin.
Tentu saja Amir Hamzah merasa kaget karena kawah tiba-tiba menjadi dingin. Ia kemudian
mendengar suara dari atas kawah yang menantang perang sambil menghinanya. Amir Hamzah
tersulut nafsunya, kemudian ia meloncat dari dalam kawah menuju suara yang menantangnya.
Umar Maya, Umar Madi, serta Amir Hamzah kemudian masuk ke dalam keraton dan terjadilah
peperangan dengan Prabu Dobul Kolbu. Amir Hamzah berperang dengan Prabu Dobul Kolbu,
sedangkan Umar Maya dengan Patih Dobul Hijir. Akhirnya Prabu Dobul Kolbu dapat
dikalahkan, begitu pula Patih Dobul Hijir. Amir Hamzah kemudian merasa kaget, bahwa yang
membantunya ternyata adalah kakaknya, Umar Maya dan Umar Madi bersama Lamsijan.
Mereka kemudian sangat gembira terus saling berangkulan dan saling memaafkan atas kesalahan
yang telah diperbuatnya. Mereka pun akhirnya pulang ke Negara Puseur Bumi.
Cerita Wayang Menak : "Menak lare"

"Menak lare" adalah kisah Amir Hamzah sebagai seorang pemuda.


Ini adalah salah satu episode awal dalam siklus Amir Hamzah cerita. Lare berarti pemuda;
Menak adalah sebuah gelar untuk seorang aristokrat dalam bahasa malay, di mana baik Malaysia
dan Indonesia modern didasarkan. Di wilayah Indo-malay, Amir Hamzah, paman Muhammad,
sering disebut sebagai kedua Prabu Menak atau Wong Agung Menak. Dengan demikian, judul
secara harfiah berarti sesuatu seperti "yang mulia Amir Hamzah sebagai seorang pemuda."

Raja Yaman (mungkin Yaman) mengatur tanah Arab (Saudi atau Timur Tengah). Semua
rakyatnya yang diperintahkan untuk membayar upeti kepada raja. Suatu hari, Abdulmutholib,
putra raja Mekah (Mekah, di Arab Saudi), perjalanan ke negara Yaman untuk membayar upeti.
Perjalanannya, ia dirampok oleh Maktal.

Abdulmutholib permintaan bantuan Amir Hamzah dan Umarmaya.


Amir Hamzah adalah seorang ahli tempur, mahir dalam bermain anggar dan panahan.
Umarmaya teman masa kecilnya membantu Amir Hamzah, yang kuat dan halus, tapi naif.

Mereka diserang oleh Maktal, dan Amir mengalahkan dia. Amir membujuk Umarmaya tidak
membunuh Maktal karena dia mungkin bisa membantu mereka melawan musuh-musuh mereka.
Maktal bergabung dengan pihak mereka. Menetas rencana untuk memikat raja Yaman dari
istananya. Mereka mengirim kabar bagi raja untuk datang dan mengambil uang dada. Raja
Yaman dan Andali umum tiba. Setelah pertempuran, raja Yaman tunduk kepada Amir Hamzah.

Dalam wilayah yang berbatasan tinggal seorang raja yang bernama kebar. Hamzah mengalahkan
dia dalam pertempuran. Amir Hamzah dinobatkan menjadi raja dan Maktal menteri barunya.
Mereka akan menjadi penguasa baru dari wilayah Arab.

Sebuah pasukan yang dipimpin oleh Umarmadi datang dari Kerajaan Kokarim (di Afrika).
Umarmadi kalah dalam pertempuran, dan menjadi subyek dari Amir Hamzah bersama dengan
para pemimpin kebar dan Yaman, dan Maktal. Nursiwan, raja Medayin (di Irak) dan Amir
Hamzah masa depan ayah mertuanya, selalu berusaha untuk mencari cara untuk menggulingkan
Amir Hamzah. Nursiwan penasihat utama adalah seorang imam tua bernama Betaljemur, yang
mengatakan Nursiwan untuk waspada terhadap serangan yang akan datang. Nursiwan menjadi
marah dengan menteri dan mengusirnya.

Sementara
itu, Amir, Maktal, dan Umarmaya tiba di Medayin. Kestahan umum membenci para tamu dan
ingin untuk mengusir mereka keluar. Dia menggunakan anak-anak perempuan Nursiwan,
Muninggar dan Marpinjun, untuk menggoda para pengunjung. Amir dan Muninggir jatuh cinta.
Kestahan tahu, dan menuduh Amir mencuri dia. Kestahan perintah raja untuk mencari cara untuk
mengejar Amir dan Umar (Umarmaya) dari kerajaan.

Nursiwan memiliki seorang menteri bernama Bastak, yang anaknya bernama Bastari. Umarmaya
memiliki affair dengan Bastari. Nursiwan dan menyusun rencana Bastak: jika Amir dan Umar
dapat mengalahkan Lamdaur, Raja Ceylon (Sri Lanka), mereka dapat memiliki gadis-gadis
yang mereka cintai, Putri Muninggir dan Bastari.

Lamdaur adalah raksasa namun tidak memiliki kekuatan magis. Jika ia terbunuh, ia akan mati
tanding atas. Ia jatuh ke Amir. Kelaswara, Lamdaur adik perempuan, bersumpah untuk
membalaskan dendam adiknya. Dia berkelahi dengan Amir, kehilangan, dan menjadi salah satu
istri-istrinya. Mereka memiliki seorang putra bernama Iman Suangsa.

(Iman Suangsa mengarah ke cerita selanjutnya dalam siklus, "Rengganis" atau "The Beautiful
Maiden").
Daftar Nama Tokoh :

 Abdulmutholib: anak dari penguasa Mekah (Mekah); lebih sering, secara khusus
diidentifikasikan sebagai ayah Hamzah, penguasa Mekah.

 Amir Hamzah : paman dari Nabi Muhammad dan ahli tempur.

 Andali :seorang jenderal di tentara raja Yaman (mungkin Yaman).

 Menteri Bastak : Raja Nursiwan dan Amir Hamzah's musuh.

 Bastari : putri Bastak, dicintai Umarmaya.

 Betaljemur: penasihat Raja Nursiwan.

 Iman Suangsa: anak yang akan lahir dari perkawinan Amir Hamzah dan Putri Kelaswara
Ceylon.

 Kebar : raja suatu daerah dekat Mekah

 Kelaswara adik Lamdaur Raja Ceylon dan istri masa depan Amir Hamzah.

 Kestahan : umum di kerajaan Medayin, di zaman sekarang Irak atau Iran.


 Raja Lamdaur : Ceylon (sekarang Sri Lanka) dan raksasa.

 Maktal : seorang perampok yang akhirnya bergabung kekuatan dengan Amir Hamzah.

 Nursiwan : raja Medayin, di zaman sekarang Irak atau Iran, dan masa depan ayah-
mertua Amir Hamzah.

 Putri Marpinjun : putri Raja Nursiwan.

 Putri Muninggar : putri Raja Nursiwan, dicintai Amir Hamzah dan salah seorang istri
masa depan.

 Umarmadi : pemimpin militer kerajaan Kokarim, mungkin di Afrika (jika demikian, itu
mungkin Mesir).

 Anak Umarmaya : teman dan sahabat setia Amir Hamzah, juga dikenal sebagai Umar.
Ragam dan Perkembangan Wayang Menak
Secara umum orang menganggap cerita wayang identik dengan cerita Ramayana atau
Mahabarata dan cerita-cerita yang berinduk pada kedua cerita itu. Namun, sebenarnya, masih ada
cerita-cerita dari sumber lain yang juga dipergelarkan dalam bentuk seni wayang. Di antara cerita
wayang yang menonjol selain Ramayana dan Mahabarata, adalah cerita Panji, cerita Menak, dan
juga cerita yang bersumber pada babad.

Cerita Panji walaupun sudah ada sejak zaman Demak, baru mulai dikenal luas sejak zaman pe-
merintahan Paku Buwana IV (1788-1820). Wayang yang kemudian diciptakan untuk
mempergelarkan cerita Panji itu sering disebut Wayang Gedog. Tokoh peraga Wayang Gedog
tidak ada yang memakai gelung capit urang seperti Arjuna, Bima, tetapi semua rambutnya diurai
di punggung. Latar belakang cerita Panji adalah zaman Jenggala, Kediri dan Ngurawan.

Cerita Menak berdasarkan Serat Menak yang bersumber dari Kitab Qissai Emr Hamza dari
kesusasteraan Persia pada zaman pemerintahan Sultan Harun Al Rasyid (766 – 809). Di daerah
Melayu Riau, kitab itu diterjemahkan dan diberi judul Hikayat Amir Hamzah. Pada Serat Menak,
beberapa bagian dari cerita itu pun mengalami penyesuaian dengan alam Indonesia, terutama
nama dan gelar tokoh-tokohnya. Misalnya, tokoh cerita yang aslinya bernama Badi’ul Zaman,
diubah menjadi Imam Suwangsa; Unekir menjadi Dewi Adaninggar. Pengubahan nama-nama
tokoh ini terutama dimaksudkan untuk penyusaian pada pengucapan lidah orang Jawa dan juga
kenyamanan telinga yang mendengarnya.

Cerita Babad yang diambil sebagai sumber cerita wayang antara lain adalah Babad Demak,
Babad Pajang, hingga Babad Mataram. Dari sumber cerita babad itu terciptalah jenis-jenis
wayang barn, antara lain Wayang Kuluk, Wayang Dupara, Wayang Jawa, dll. Namun jenis jenis
wayang, yang disponsori pihak keraton, itu akhirnya tidak dapat memasyarakat.

Selain merupakan bentuk pergelaran dan tontonan, sejak dulu wayang juga digemari sebagai
suatu karya sastra. Pada zaman Kerajaan Kahuripan, Jenggala, Kediri, dan Majapahit, karya
sastra wayang masih terbatas penggemarnya di lingkungan kerabat keraton. Namun, sejak zaman
Kerajaan Demak, sastra wayang mulai diperkenalkan pada masyarakat luas di luar tembok
keraton. Sesuai dengan jiwa kerakyatan yang dimiliki oleh para wali terutama Sunan Kalijaga,
sastra wayang pun sedikit demi sedikit dikenal rakyat. Hal ini sejalan dengan usaha para wali,
terutama Sunan Kalijaga yang menggunakan media wayang sebagai sarana dakwah agama Islam.

Sastra wayang yang terkenal dari zaman ke zaman antara lain adalah: Yang berinduk pada Kitab
Mahabarata dan Ramayana, masing-masing karya sastra Wiyasa dan Walmiki, pujanggaIndia,
adalah kitab induk cerita wayang. Dari kedua kitab itulah kemudian digubah puluhan karya
sastra lainnya oleh para pujangga Indonesia.

Ramayana Jawa Kuna adalah salah satu gubahan tertua (yang diketahui) cerita wayang yang
berujud karya sastra. Pengarangnya, menurut Kitab Saridin adalah Empu Pujwa, ditulis di zaman
Kerajaan Mamenang (Kediri) Namun, menurut kitab-kitab di Bali, pengarang buku itu adalah
Empu Yogiswara, ditulis tahun 1016 Saka, atau 1094 Masehi. Jadi, menurut sumber Bali ini,
gubahan itu dikerjakan beratus tahun sebelum zaman Kediri.
Cerita gubahan tua lainnya adalah Mahabarata Jawa Kawi yang ditulis pada zaman pemerintahan
Prabu Dharmawangsa Teguh, Kahuripan, tahun 991 – 1016. Penulisnya tidak diketahui.

Empu Prapanca, pada awal abad ke-14 menulis Kunjarakarna Kakawin. Sedangkan Arjuna
Wiwaha Jawa Kuna ditulis oleh Empu Kanwa di zaman pemerintahan Prabu Airlangga. Karya
sastra lainnya antara lain adalah Kresnayana Kakawin karangan Empu Triguna, Baratayuda
karangan Empu Sedah dan Empu Panuluh, Gatotkacasraya karya Empu Panuluh, dan
Hariwangsa yang juga karangan Empu Panuluh.

Perkembangan Seni Kriya Wayang

Seperti juga cabang seni lainnya, seni wayang pun selalu berkembang dari tahun ke tahun, sesuai
tuntutan zaman, dan sesuai pula dengan perkembangan apresiasi masyarakat terhadap seni
wayang.

Bentuk peraga tokoh wayang untuk cerita Mahabarata dan Ramayana, berkembang dari bentuk
tokoh cerita Ramayana dan Mahabarta pada relief beberapa candi di Jawa Tengah dan Jawa
Timur. Pada awalnya, bentuk tokoh-tokoh wayang itu masih agak realistik. Sesuai dengan
perkembangan tingkat apresiasi seni masyarakat, seniman wayang dari waktu ke waktu berhasil
menyempurnakan seni kriya wayang yang mencapai puncaknya pada awal abad ke-20 ini.

Pengubahan bentuk tokoh peraga wayang dalam seni kriya Wayang Kulit Purwa, yang mencolok
adalah penggambaran Gatotkaca yang dulu berupa raksasa, menjadi ksatria gagah yang mirip
dengan Bima. Pengubahan ini terjadi pada masa pemberintahan Sunan Amangkurat III.

Anda mungkin juga menyukai