Anda di halaman 1dari 5

Salsabillah Kurnia Dea Putri

XII IPS 4

Novel Sejarah

Dia Sekala Bumi.

Orientasi

Gadis bangsawan Jawa, bernama Raden Adjeng Kartini sore itu menghabiskan waktu nya

menulis surat untuk sahabat pena nya yang berada di Belanda bernama Rosa Abendanon yang

banyak mendukungnya, karena ia begitu tertarik dengan pemikiran perempuan Eropa lalu timbul

lah keinginan besar Kartini untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa

perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah selain itu melihat perjuangan wanita

agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang

lebih luas. Oleh karena itu Kartini tekun untuk belajar berbahasa Belanda, sedari kecil hingga

berumur 12 tahun ia diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School) untuk

mempelajari Bahasa Belanda yang tidak semua gadis seumuran nya seberuntung dirinya, namun

dia adalah pelajar yang tekun. Tapi sayangnya itu hanya berlangsung hingga umur nya 12 tahun

karena ia diharuskan untuk tinggal dirumah dengan alasan dipingit.

Pengungkapan Peristiwa

Saat dipingit itu, ia merasakan sepi dalam sanubari nya meski awal nya teman teman

sekolahnya yang dahulu masih sering berkunjung ke rumah nya namun perlahan lahan tak ada lagi

alasan untuk menemui Raden Ayu karena sebagian besar sudah berangkat ke Belanda untuk

melanjutkan Pendidikan, remuk redam rasa hati nya saat itu. Apalagi melihat adik-adiknya yang

masih bersekolah namun Kartini ingin tetap teguh bersama mimpi-mimpi nya untuk itu ia gemar

sekali bertukar surat sekaligus fikiran Bersama sahabat pena nya yang nan jauh disana.

Menuju Konflik

Seusai menulis surat nya tersebut, seorang kakak laki-laki nya bernama Sosrokartono yang

hendak bertemu kartini dilorong kamar pingitan “apa sesuatu yang sedang kau pegang itu?” tanya

nya sambil melihati Kartini lekat-lekat. “bukan apa-apa” jawab kartini dengan malu tak mau

memperlihatkan isi suratnya. Gadis berperengai malu itu tak banyak bergaul ia hanya berbicara

seadanya saja, namun fikiran nya penuh dengan ide-ide bijak. Syukurnya ia masih punya orang-
orang baik seperti Sosrokartono yang merupakan saudara kandung nya itu, ia banyak mendukung

mimpi kartini dan mendengarkan segala keluh kesah gadis belia itu.

Puncak Konflik

Dalam menjalani mimpi-mimpi nya tersebut penuh sekali hambatan, hingga ia dikenalkan

oleh seorang lelaki saat umurnya menginjak 16 tahun, awalnya ia enggan “aku bisa berdaya tanpa

lelaki, dan aku tidak ingin menikah” katanya lantang, baru pertama kali Raden Adipati sang ayah

begitu kalut melihat kelakuan anak perempuan nya itu, sedang putri-putri nya yang lain hanya

manut-manut saja Ketika dijodohkan terutama Rukmini, ia melihat kea rah Kartini seperti memberi

peringatan untuk menurut pada sang ayah. Kartini remaja memiliki perspektif yang berbeda

tentang dunia begitu jauh meradang terhadap ketidakadilan zamannya, pemberontakan Sang Putri

Pingitan bak moncong senjata, yang bahkan mengentak kesadaran seorang Ratu Wilhelmina.

Memahami Kartini, berarti merasakan perasaannya akan nasib Ngasirah yang terusir dari rumah

utama. Menyelami pedihnya harus memanggil ibu kandungnya itu dengan sebutan Yu, layaknya

kepada pembantu. Menghayati lukanya menyaksikan Kardinah, adik kandungnya, menderita

akibat dijadikan istri kedua; melihat kepedihan perempuan yang seolah menjadi-jadi usai

pernikahan, belum lagi ia dikenalkan oleh lelaki beristri tiga.

Penyelesaian

Namun ia tetap berakhir dinikahkan dengan R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat.

Perubahan pemikiran Kartini ini menyiratkan bahwa dia sudah lebih menanggalkan egonya dan

menjadi manusia yang mengutamakan transendensi, bahwa ketika Kartini hampir mendapatkan

impiannya untuk bersekolah di Betawi, dia lebih memilih berkorban untuk mengikuti prinsip

patriarki yang selama ini ditentangnya, yakni menikah dengan Adipati Rembang . Syukur nya

lelaki itu mengerti dengan cita-cita kartini dan membebaskan kartini untuk membangun sekolah

sekolah wanita bersama sang adik Rukmini di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor

kabupaten Rembang. Saat gencar-gencar nya ia memperjuangkan segala emansipasi wanita ia

wafat diumur 25 tahun pada tahun 1904 tepat setelah 17 hari melahirkan anak pertama dan

terakhirnya tersebut dimana ia harus mengakhiri segala mimpi nya juga saat itu, namun Berkat

kegigihannya Kartini, kemudian didirikan Sekolah wanita oleh Yayasan kartini pada tahun 1912

yang diberi nama “Sekolah Kartini”


Koda

Setelah itu lah pertama kali ditemukan semua surat-surat nya yang diterjemahkan ke dalam

Bahasa Indonesia, ternyata ia adalah wanita bercita-cita besar yang ingin melanjutkan Pendidikan

nya ke negeri Belanda bersama saudara nya Rukmini hingga segala cita-cita nya harus pupus

karena waktu pingitan yang memakan waktu cukup lama, namun segala usaha dan pemikiran

Raden Ayu akhirnya banyak di abadikan dan menjadi bahan cerita yang tak pernah ada habisnya

bagaimana perjuangan nya untuk wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan

hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas.


— Menganalasis

1. Menggunakan banyak kalimat bermakna lampau

Seperti : Pertama kali Raden Adipati sang ayah begitu kalut melihat kelakuan anak

perempuan nya itu, sedang putri-putri nya yang lain hanya manut-manut saja (paragraf

4)

2. Menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu

Seperti :

- Setelah itu lah pertama kali ditemukan semua surat-surat nya yang diterjemahkan

ke dalam Bahasa Indonesia

3. Menggunakan kata kerja material

Seperti : Ia melihat kea rah Kartini seperti memberi peringatan untuk menurut pada

sang ayah.

4. Menggunakan kalimat tidak langsung

Seperti : Perubahan pemikiran Kartini ini menyiratkan bahwa dia sudah lebih

menanggalkan egonya dan menjadi manusia yang mengutamakan transendensi

5. Menggunakan kata kerja mental

Seperti :

Memahami Kartini, berarti merasakan perasaannya akan nasib Ngasirah yang terusir

dari rumah utama.

6. Menggunakan banyak dialog

Seperti :

- “Apa sesuatu yang sedang kau pegang itu?”

- “Bukanapa-apa”

- “Aku bisa berdaya tanpa lelaki, dan aku tidak ingin menikah”

7. Menggunakan kata sifat

Seperti:

Saat dipingit itu, ia merasakan sepi dalam sanubari nya meski awal nya teman teman

sekolahnya yang dahulu masih sering berkunjung ke rumah nya namun perlahan lahan

tak ada lagi alasan untuk menemui Raden Ayu karena sebagian besar sudah berangkat

ke Belanda untuk melanjutkan Pendidikan, remuk redam rasa hati nya saat itu. Apalagi

melihat adik-adiknya yang masih bersekolah namun Kartini ingin tetap teguh bersama
mimpi-mimpi nya untuk itu ia gemar sekali bertukar surat sekaligus fikiran Bersama

sahabat pena nya yang nan jauh disana.

Anda mungkin juga menyukai