Laporan Praktikum Uji Inderawi
Laporan Praktikum Uji Inderawi
LAPORAN PRAKTIKUM I
UJI HEDONIK NAGGET AYAM
by.
RIANS ADITYA LANDIMURU
D1C1 10 021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu kesadaran atau pengenalan
alat indera akan sifat-sifat benda karena adanya rangsangan yang diterima alat indra yang
berasal dari benda tersebut. Penginderaan dapat juga berarti reaksi mental (sensation) jika
alat indra mendapat rangsangan (stimulus). Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena
adanya rangsangan dapat berupa sikap untuk mendekati atau menjauhi, menyukai atau tidak
menyukai akan benda penyebab rangsangan. Kesadaran, kesan dan sikap terhadap
rangsangan adalah reaksi psikologis atau reaksi subyektif. Pengukuran terhadap nilai atau
tingkat kesan, kesadaran dan sikap disebut pengukuran subyektif atau penilaian subyektif.
Penilaian subyektif merupakan hasil penilaian atau pengukuran sangat ditentukan oleh pelaku
rangsang pada alat atau organ tubuh (indera), maka pengukuran ini disebut juga pengukuran
atau penilaian subyektif atau penilaian organoleptik atau penilaian inderawi. Objek yang
diukur atau dinilai sebenarnya adalah reaksi psikologis (reaksi mental) berupa kesadaran
seseorang setelah diberi rangsangan, maka disebut juga penilaian sensorik. Rangsangan yang
dapat diindra dapat bersifat mekanis (tekanan, tusukan), bersifat fisis (dingin, panas, sinar,
warna), sifat kimia (bau, aroma, rasa). Pada waktu alat indra menerima rangsangan, sebelum
terjadi kesadaran prosesnya adalah fisiologis, yaitu dimulai di reseptor dan diteruskan pada
susunan syaraf sensori atau syaraf penerimaan. Mekanisme pengindraan secara seperti
penerimaan rangsangan (stimulus) oleh sel-sel peka khusus pada indera, terjadinya reaksi
dalam sel-sel peka membentuk energi kimia, perubahan energi kimia menjadi energi listrik
(impulse) pada sel syaraf, penghantaran energi listrik (impulse) melalui urat syaraf menuju ke
syaraf pusat otak atau sumsum belakang, terjadinya interpretasi psikologis dalam syaraf pusat
1.2. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk menentukan uji organoleptik (rasa, tekstur, aroma
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Uji Sensori
Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses penginderaan.
Bagian organ tubuh yang berperan dalam penginderaan adalah mata, telinga, indera pencicip,
indera pembau dan indera perabaan atau sentuhan. Kemampuan alat indera memberikan
kesan atau tanggapan dapat dianalisis atau dibedakan berdasarkan jenis kesan. Luas daerah
kesan adalah gambaran dari sebaran atau cakupan alat indera yang menerima rangsangan.
membandingkan (scalling) dan kemampuan menyatakan suka atau tidak suka (hedonik).
Perbedaan kemampuan tersebut tidak begitu jelas pada panelis. Sangat sulit untuk dinyatakan
bahwa satu kemampuan sensori lebih penting dan lebih sulit untuk dipelajari. Karena untuk
setiap jenis sensori memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda, dari yang paling mudah
hingga sulit atau dari yang paling sederhana sampai yang komplek (rumit).
yang diterima melalui penglihatan, bau, rasa, sentuhan dan pendengaran atau suara. Penilaian
atau uji organoleptik dikenal juga dengan penilaian sensori atau penilaian inderawi dimana
secara tradisional sudah berkembang sejak zaman dahulu, yakni di saat manusia sudah mulai
memperhatikan kualitas lingkungan disekitarnya. Uji sensori merupakan suatu cara penilaian
subjektif tertua yang sangat umum digunakan untuk memilih hampir semua komoditi
terutama hasil pertanian dalam arti luas, seperti buah – buahan, ikan, rempah – rempah,
penelitian unutuk pengukuran atribut – atribut mutu dengan menggunakan manusia sebagai
alat pengukuran. Berdasarkan kemampuan penginderaannya (mata, hidung, telinga, lidah dan
kulit). Tujuan organoleptik adalah untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan – pertanyaan
menyangkut mutu produk yang berkaitan dengan pembedaan (untuk membedakan mutu
organoleptik baik satu atau beberapa atribut organoleptik maupun secara keseluruhan),
f. Pengujian potensi penyimpangan bau dan munculnya bau – bau asing (taint dan off flavor),
dan
Pengenalan Sifat Inderawi Suatu produk (produk pangan atau lainnya) mempunyai
berbagai atribut mutu yang dapat digolongkan sebagai : 1) Sifat objektif, yaitu sifat yang
dinilai berdasarkan respon objektif dari instrument fisik. 2) Sifat subjektif, yaitu sifat yang
dinilai atau diukur berdasarkan respon subjektif atau respon pribadi manusia.
a. Sampel harus disajikan pada suhu yang seragam satu dengan lainnya dan disajikan pada suhu
b. Sampel harus disajikan dengan ukuran yang seragam diberikan sample berukuran 5 – 15 mL
c. Volume sample yang disajikan tergantung dari jenis uji yang diberikan. Untuk uji
pembedaan biasanya disajikan contoh yang lebih sedikit dibandingkan dengan uji
d. Penamaan sample harus dilakukan sedemikian rupa sehingga panelis tidak dapat menebak
lagi isi dari sample tersebut berdasarkan penamaannya. Untuk pemberian nama biasanya
e. Waktu yang disediakan untuk panelis sesuai dengan sanpel dan jenis uji yang diberikan.
2. 4 . Panelis
Untuk melaksanakan penelitian organoleptik diperlukan panel. Dalam penilaian mutu
atau analisis siat – sifat sensori suatu komoditi, panel bertindak sebagai instrument atau alat.
Panel ini terdiri dari orang atau kelompok yang bertugas menilai sifat atau mutu Komoditi
berdasarkan kesan subjektif. Orang yang menjadi anggota panel disebut panelis. Dalam
1. Panelis perorangan yaitu orang yang sangat ahli dengan kepekaan spesifik yang sangat
tinggi yang diperoleh karena bakat atau latihan - latihan yang sangat intensif.
2. Panelis terbatas panel terbatas terdiri dari 3 – 5 orang yang mempunyai kepekaan tinggi
3. Panelis terlatih panel terlatih terdiri dari 5 – 15 orang yang mempunyai kepekaan yang
cukup baik.
4. Panelis agak terlatih panel agak terlatih terdiri dari 15 – 25 orang yang sebelumnya dilatih
5. Panelis tidak terlatih panel tidak terlatih terdiri lebih dari 25 orang yang dapat terdiri dari
orang awam yang dipilih berdasarkan jenis kelamin, suku bangsa, tingkat social dan
pendidikan.
6. Panelis konsumen panel konsumen terdiri dari 30 hingga 100 orang tergantung dari target
7. Panel anak-anak panel yang khas adalah panel yang menggunakan anak-anak berusia 3
sampai 10 tahun.
2. 5 . Laborium Pengujian
Pengujian sensori dibutuhkan beberapa ruang yang terdiri dari bagian persiapan
(dapur), ruang pencicip dan ruang tunggu atau ruang diskusi. Bagian dapur harus selalu
bersih dan mempunyai sarana yang lengkap untuk uji sensori serta dilengkapi dengan
ventilasi yang cukup. Ruang pencicip mempunyai persyaratan yang lebih banyak, yaitu
ruangan yang terisolasi dan kedap suara sehingga dapat dihindarkan komunikasi antar
panelis, suhu ruang yang cukup sejuk (20-25oC) dengan kelembaban 65-70% dan mempunyai
sumber cahaya yang baik dan netral, karena cahaya dapat mempengaruhi warna komoditi
yang diuji. Ruang isolasi dapat dibuat dengan penyekat permanen atau penyekat sementara.
Fasilitas pengujian ini sebaiknya dilengkapi dengan washtafel, sedangkan ruang tunggu harus
cukup nyaman agar anggota panel cukup sabar untuk menunggu gilirannya. Apabila akan
dilakukan uji organoleptik maka panelis harus mendapat penjelasan umum atau khusus yang
dilakukan secara lisan atau tertulis dan memperoleh format pernyataan yang berisi instruksi
dan respon yang harus diisinya. Selanjutnya panelis dipersilakan menempati ruang pencicip
atau perbandingan merupakan uji yang sederhana dan berfungsi untuk menilai ada tidaknya
perbedaan antara dua macam produk. Biasanya produk yang diuji adalah jenis produk baru
kemudian dibandingkan dengan produk terdahulu yang sudah diterima oleh masyarakat.
Dalam penggunaannya uji pembedaan pasangan dapat memakai produk baku sebagai acuan
atau hanya membandingkan dua contoh produk yang diuji. Sifat atau kriteria contoh disajikan
Uji pembedaan segitiga atau disebut juga triangle test merupakan uji untuk mendeteksi
perbedaan yang kecil, karenanya uji ini lebih peka dibandingkan dengan Uji Pasangan.
Dalam Uji Segitiga disajikan 3 contoh sekaligus dan tidak dikenal adanya contoh
pembanding atau contoh baku. Penyajian contoh dalam uji segitiga sedapat mungkin harus
dibuat seragam agar tidak terdapat kesalahan atau bias karena pengaruh penyajian contoh.
Seperti halnya Uji Segitiga, Uji ini dapat digunakan untuk mendeteksi adanya perbedaan
yang kecil antara dua contoh. Uji ini relatif lebih mudah karena adanya contoh baku dalam
pengujian. Biasanya Uji Duo-trio digunakan untuk melihat perlakuan baru terhadap mutu
Uji kesukaan juga disebut uji hedonik. Panelis dimintakan tanggapan pribadinya tentang
senang, suka atau kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat –
tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik. Misalnya dalam hal “suka“ dapat mempunyai
skala hedonik seperti : amat sangat suka, sangat suka, suka, agak suka. Sebaliknya jika
tanggapan itu “tidak suka“ dapat mempunyai skala hedonik seperti suka dan agak suka,
terdapat tanggapannya yang disebut sebagai netral, yaitu bukan suka tetapi juga bukan tidak
suka (neither like nor dislike). Skala hedonik dapat direntangkan atau diciutkan menurut
rentangan skala yang dikehendaki. Skala hedonik dapat juga diubah menjadi skala numerik
dengan angka mutu menurut tingkat kesukaan. Dengan data numerik ini dapat dilakukan
analisis secara statistik. Penggunaan skala hedonik pada prakteknya dapat digunakan untuk
mengetahui perbedaan. Sehingga uji hedonik sering digunakan untuk menilai secara
organoleptik terhadap komoditas sejenis atau produk pengembangan. Uji hedonik banyak
Berbeda dengan uji kesukaan, pada uji mutu hedonic ini tidak menyatakan suka atau tidak
suka melainkan menyatakan kesan tentang baik atau buruk. Kesan baik – buruk ini disebut
kesan mutu hedonik. Karena itu beberapa ahli memasukkan uji mutu hedonik kedalam uji
hedonik. Kesan mutu hedonik lebih spesifik dari pada sekedar kesan suka atau tidak suka.
Mutu hedonik dapat bersifat umum, yaitu baik atau buruk dan bersifat spesifik seperti empuk
atau keras untuk daging, pulen – keras untuk nasi, renyah, liat untuk mentimun. Rentangan
skala hedonik berkisar dari extrim baik sampai ke extrim jelek. Skala hedonik pada uji mutu
hedonik sesuai dengan tingkat mutu hedonik. Jumlah tingkat skala juga bervariasi tergantung
dari rentangan mutu yang diinginkan dan sensitivitas antar skala. Skala hedonik untuk uji
mutu hedonik dapat berarah satu dan berarah dua. Seperti halnya pada uji kesukaan pada uji
mutu hedonik, data penilaiaan dapat ditransformasi dalam skala numerik dan selanjutnya
2. 7 . Nagget
Nagget merupakan salah satu bentuk produk makanan beku siap saji, yaitu produk
yang telah mengalami pemanasan sampai setengah matang (precooked), kemudian dibekukan
(Afrisanti, 2010). Produk beku siap saji ini hanya memerlukan waktu penggorengan selama 1
menit pada suhu 150º C. Tekstur nagget tergantung dari bahan asalnya (Astawan, 2007).
Nagget adalah suatu bentuk produk olahan daging yang terbuat dari daging giling
yang dicetak dalam bentuk potongan empat persegi dan dilapisi dengan tepung berbumbu
(battered dan braded) (Maghfiroh, 2000). Nagget dikonsumsi setelah proses penggorengan
rendam (deep fat frying) (Saleh et al, 2002). Nagget dibuat dari daging giling yang diberi
bumbu, dicampur bahan pengikat, kemudian dicetak membentuk tertentu, dikukus, dipotong
dan dilumuri perekat tepung (batter) dan diselimuti tepung roti (breading). Nagget digoreng
(Astawan, 2007).
Penggorengan dilakukan dengan merendam produk pada minyak goreng panas selama
ini, nagget diberi uap jenuh panas sehingga mengalami pematangan penuh. Selain untuk
mematangkan produk, proses ini juga berguna untuk membantu memperbaiki tekstur pada
Perubahan pH pada nagget yang disimpan beku terjadi karena menggunakan daging
mengandung enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme energi seperti glikolisis. Kisaran
nilai pH pada nagget selama pembekuan memenuhi kisaran yang dianjurkan oleh Kisaran pH
optimum untuk pembentukan gel yaitu 6,5 -7,5. Pembekuan dapat mengurangi atau
Rasa nagget sangat bervariasi, tergantung dari komposisi bahan dan jenis bumbu yang
digunakan. Pada dasarnya nagget merupakan suatu produk olahan daging berbentuk emulsi,
yaitu emulsi minyak di dalam air, seperti halnya produk sosis dan bakso. Nagget dibuat dari
daging giling yang diberi bumbu, dicampur bahan pengikat, kemudian dicetak membentuk
tertentu, dikukus, dipotong, dan diselimuti perekat tepung (batter) dan dilumuri tepung roti
Nagget ayam sangat kaya akan asam amino lisin, yaitu suatu asam amino esensial
yang kadarnya sangat rendah pada bahan pangan pokok, seperti beras, jagung, ubi, sagu dan
merupakan hal yang sangat tepat ditinjau dari segi gizi. Nagget ayam sesekali juga baik untuk
dijadikan sumber protein untuk mendukung proses tumbuh kembang anak-anak balita.Nagget
ayam juga merupakan bahan pangan sumber niasin (vitamin B3), vitamin B6, asam
BAB III
UJI ORGANOLEPTIK
Tabel hasil uji sensori nagget ayam :
1 N1A1 4 5 3 3 15
2 N2A2 5 6 5 5 21
3 N3A3 5 6 4 4 19
Jumlah 14 17 12 12 55
Rata Rata 7 8,5 6 6
Keterangan :
7 = Sangat suka
6 = Suka
5 = Agak suka
4 = Netral
3 = Agak tidak suka
2 = Tidak suka
1 = Sangat tidak suka
Uji organoleptik adalah cara menilai mutu suatu bahan makanan atau minuman
menggunakan panca indera. Panca indera yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
mata untuk melihat warna dari nagget ayam, lidah sebagai indera pencicip untuk merasakan
atau menilai tekstur dan rasa dari nagget ayam, serta hidung sebagai indera pembau untuk
Pada produk dengan kode sampel N1A1, kenampakan warna dari nagget ayam ini
berwarna kuning, rasanya kurang disukai , bertekstur agak kenyal, beraroma kurang sedap
dan panelis kurang menyukai sampel yang berlabel N1A1. Pada produk N2A2, kenampakan
warna nagget ayam ini berwarna kuning mendekati orange, rasa yang agak enak, bertekstur
sedikit lembek, beraroma sedap sehingga membuat panelis memiliki tingkat kesukaan yang
lebih baik dibandingkan dengan produk N1A1. Produk N3A2, kenampakan nagget ayam ini
memiliki warna yaitu kecoklatan, rasa yang netral, bertekstur sedang, aromanya agak disukai
oleh para panelis. Dari hasil yang didapat di atas ditemukan bahwa setiap sampel dari nagget
ayam itu memiliki tingkat kesukaan yang berbeda dari warna, aroma, tekstur maupun rasa.
Perbedaan warna ini tidak lepas dari perbedaan bahan tambahan yang ditambahkan dalam
bahan untuk membuat nagget ayam yang ditambahkan, akan mempengaruhi kenampakan
kuning orange dengan tekstur yang lembut, kompak, padat dan sedikit elastis. Aroma dan
rasa dari nagget tersebut tidak banyak masih bertaraf netral. Tekstur mengalami sedikit
Tekstur nagget tergantung dari bahan asalnya. Nagget dikonsumsi setelah proses
Tekstur merupakan parameter yang sangat penting dalam menjaga mutu daging dan
produk turunannya. Keempukan daging adalah karakter yang krusial bagi daya terima
konsumen. Menurut Hendronoto (2009), kesan kekenyalan pada nagget secara keseluruhan
meliputi tekstur dan melibatkan beberapa aspek diantaranya mudah atau tidaknya gigi
berpenetrasi awal ke dalam nugget, mudah atau tidaknya dikunyah menjadi potongan-
potongan yang lebih kecil dan jumlah residu yang tertinggal setelah dikunyah.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum uji hedonik pada nugget berbahan baku daging ayam
adalah kualitas bahan utama produk seperti daging ayam tanpa tulang dan bumbu-bumbu
merupakan hal harus diperhatikan untuk menghasilkan produk yang diminati. Komposisi
adonan juga merupakan hal penting agar dapat memberikan interpretasi yang sesuai dengan
harapan panelis.
4.2. Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum uji hedonic produk nagget ayam ini ialah
perlunya perlakuan uji yang lebih baik seperti jumlah sampel produk, penamaan sampel,
sarana uji dan lab. Hal ini penting agar hasil akhir lebih memiliki tingkat ketelitian yang lebih
baik.
DAFTAR PUSTAKA
Amertaningtyas, 2003. Peran Bawang Putih (Allium sativum) dalam Meningkatkan Kualitas
Daging Ayam Pedaging. Bagian Ilmu Kedokteran Dasar Veteriner , Fakultas Kedokteran
Hewan, Universitas Airlangga. Surabaya
Ganong, W.F., 1995. Fisiologi kedokteran. Alih bahasa oleh Petrus Adrianto. Jakarta:
Gramedia.
Hidajati, Nove. 2005. Peran Bawang Putih (Allium sativum) dalam Meningkatkan Kualitas
Daging Ayam Pedaging. Bagian Ilmu Kedokteran Dasar Veteriner , Fakultas Kedokteran
Hewan, Universitas Airlangga. Surabaya.
Kartika B., P.Hastuti dan W.Supartono. 1988. Pedoman Uji Inderawi Bahan Pangan. PAU
Pangan dan Gizi UGM, Yogyakarta.
Soekarto, Soewarno T. 1985. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian. Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
Soekarto, T.S dan M. Hubeis. 1992. Petunjuk Laboratorium Metode Penilaian Indrawi.
Bogor: IPB Press.
Sugitha, 1995 Perubahan Sifat Fisik Daging Ayam Broiler Post Mortem Selama
Penyimpanan Temperatur Ruang. Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Sumedang
Sutaryo dkk. 2006. Kadar Kolesterol, Keempukan dan Tingkat Kesukaan Chicken Nugget
Dari Berbagai Bagian Karkas Broiler.Program Studi Teknologi Hasil Ternak, Fakultas
Peternakan, Universitas Diponegoro, Kampus Baru UNDIP Tembalang Semarang
file:///D:dyansemesterujisensori/tugasujiindrawi/DeskriptiftestandHedonik/testSensoryAnalys
isFINZAABIYOGA.htm
http://ftpunisri.blogspot.com/2008/07/uji-sensoris.html. Diakses Minggu, 31 Juni 2011
http://mahfudkonsel.blogspot.com/2012/11/lapaoran-nugget.html
http://mahfudkonsel.blogspot.com/2012/11/lapaoran-nugget.html
Marsudi,Artikel Pembuatan Chicken Nugget.