Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I
PENDAHULUAN

Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh
situasi. Sementara gangguan kecemasan merupakan sekelompok kondisi yang memberi
gambaran penting tentang kecemasan yang berlebihan, disertai respons perilaku,
emosional, dan fisiologis. Individu yang mengalami gangguan kecemasan dapat
memperlihatkan perilaku yang tidak lazim seperti panik tanpa alasan, takut yang tidak
beralasan terhadap objek atau kondisi kehidupan, melakukan tindakan berulang-ulang
tanpa dapat dikendalikan, mengalami kembali peristiwa yang traumatik, atau rasa
khawatir yang tidak dapat dijelaskan atau berlebihan. Neurotransmiter utama terhadap
gangguan kecemasan adalah peningkatan norepinefrin, serotonin, dan gamma
aminobutyric acid (GABA). 1,2
Prevalensi : 3% - 8% dari populasi umum, 50% penderita GAM juga
mempunyai ggn mental lain. Rasio wanita dan laki-laki adalah kirakira 2:1, usia onset
sukar untuk ditentukan, karena sebagian besar pasien melaporkan bahwa mereka
mengalami kecemasan selama yang dapat mereka ingat. Gangguan cemas menyeluruh
biasa terjadi pada usia 20-30 tahun. Kebanyakan pasien gangguan cemas menyeluruh
pergi berobat pd dokter umum, internist, cardiologist, pulmonolog, gastro-entrologist
oleh karena gejala somatiknya Komorbiditas gangguan anxietas menyeluruh 90%
memiliki setidaknya satu kali seumur hidup mengalami gangguan ini, 66% memiliki
gangguan saat Axis I lainnya.3
2

BAB II
ISI JURNAL

2.1. Judul
Judul: Generalized anxiety disorder: a review (Gangguan cemas menyeluruh:
review)
2.2. Abstrak
Gangguan cemas menyeluruh adalah salah satu subtype keemasan, ini
merupakan kekhawatiran dan stress yang berlebihan yang terjadi pada sebagian
besar hari dan bertahan selama setidaknya 6 bulan. Prevalensi penyakit berbeda-
beda antar studi menurut populasi penelitian dan kriteria yang dipertimbangkan.
Faktor-faktor resiko dan gejala-gejala pada penyakit ini sebagian besar salah
diagnosis dengan depresi, oleh karena ini perlu mengetahui riwayat pasien sebelum
mendiagnosis akhir. Penatalaksanaan penyakit ini melibatkan obat-obatan, terapi
psikologis, dimana yang paling efektif adalah terapi perilaku kognitif.
2.3. Pendahuluan
Gangguan cemas adalah suatu emosi dengan karakteristik adanya perasaan
cemas, ketegangan, dan perubahan fisik seperti peningkatan tekanan darah. Terdapat
beberapa bentuk kecemasan seperti gangguan cemas menyeluruh (generalized
anxiety disorder/GAD), gangguan cemas sosial (social anxiety disorder), gangguan
panik, dan fobia spesifik. GAD adalah ketegangan dan kekhawatiran yang berlebih
terkait suatu peristiwa maupun masalah yang terjadi hampir setiap hari dan
berlangsung setidaknya 24 minggu, dimana penderita mengalami kesulitan untuk
melaksanakan kegiatan sehari-hari. GAD juga memiliki karakteristik adanya
hiperaktivitas otonom, peningkatan ketegangan motorik, dan peningkatan
kewaspadaan dan pemantauan serangan panik yang lebih sedikit. Telah dilaporkan
adanya peningkatan kasus GAD pada dewasa dari 1,5% menjadi 3%. Jurnal ini
bertujuan untuk menjelaskan GAD secara singkat.
2.4. Bahan dan Metode
Jurnal ini menggunakan sumber dari website ilmiah seperti ResearchGate,
Google Scholar, dan PubMed dengan kata kunci meliputi:Ta GAD, prevalensi
GAD, tatalaksana GAD, dan faktor risiko GAD. Peneliti mendapatkan 18 artikel
dengan 6 diantaranya yang digunakan dipublikasikan antara tahun 2002 hingga
3

2017, sedangkan sisanya tidak digunakan karena tidak fokus pada subjek yang
dibicarakan.
2.5. Prevalensi Gangguan Cemas Menyeluruh
GAD pertama kali diidentifikasi pada Diagnostic and Statistical Manual of
Mental disorders (DSM-III). Menurut DSM-III, GAD adalah kecemasan persisten
yang terjadi selama 4 minggu dan memiliki 3 gejala dari 4 kategori. DSM-III-R
memberi variasi persyaratan kekhawatiran untuk membuat validitas pemisahan lebih
baik dari kecemasan normal selama 24 minggu bersamaan dengan 6 dari 18 gejala
penyerta. GAD dapat didefinisikan sebagai gangguan mental terkait kecemasan
yang terjadi secara konstan dan sering terjadi secara intense yang memiliki
karakterik adanya kecemasan yang berkelanjutan selama 24 minggu atau lebih,
kekhawatiran yang berlebihan, stress disertai dengan gejala kewasapadaan yang
berlebih, dan gejala somatik kecemasan lainnya. Prevalensi GAD meningkat pada
penderita dewasa dari 1,5% menjadi 3%, dimana 38% dari individu dengan GAD
memiliki komorbid berupa gangguan kepribadian dan sebanyak 17% hanya
mengalami GAD. Salah satu penelitian dari US melaporkan sebanyak 5% individu
akan mengalami GAD setidaknya satu kali dalam hidupnya. GAD terbentuk pada
awal masa dewasa dan pada akhir masa remaja dengan rata-rata onset terjadinya
pada usia 25 – 30 tahun. Menurut DSM-III dan DSM-III-R, masa hidup dan
prevalensi GAD pada populasi umum diperkirakan berkisar antara 4%-7% dan
rentang prevalensi 1 tahun dari 3%-5%. Penelitian lain melaporkan prevalensi 1
tahun kisaran 0,15%-12,7% di Northern Ireland dan Christchrung, Selandia Baru.
Prevalensi masa hidup di Basle, Switzerland adalah 1,9%. Study di USA
melaporkan prevalensi masa hidup adalah 5,7% dan rata-rata ini juga dilaporkan
pada negara lain. Sedangkan prevalensi masa hidup dilaporkan 0,8% untuk kedua
jenis kelamin. Insiden kejadian GAD pada wanita 2x lebih banyak dibanding laki-
laki dan lebih banyak terjadi pada usia muda.
2.6. Faktor Resiko dan Gejala Gangguan Cemas Menyeluruh
Pembentukan GAD tergantung pada faktor lingkungan dan genetik. GAD
diyakini tidak bergantung pada faktor demografi dan berhubungan dengan
meningkatnya jumlah stressor. Bagaimanapun, GAD sering dijumpai pada individu
dengan diagnosis lainnya. Faktor genetik memiliki peran pada GAD, dimana pada
salah satu systematic review dilaporkan adanya korelasi yang signifikan antara GAD
pada individu dengan kerabat tingkat pertama mereka. Pada suatu case control,
dijelaskan bahwa terdapat variasi polimorfik pada gen reseptor serotonin 1-A yang
4

berhubungan dengan GAD dan gejala klinis yang menunjukkan komorbid depresi
berat. Status pernikahan, status pekerjaan, dan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga
merupakan prediktor terjadinya GAD. Faktor risiko lainnya yang didapatkan pada
penelitian terhadap anak-anak yang diikuti hingga masa dewasa adalah adanya
masalah internal, pemicu masalah pada anak-anak, status sosioekonomi yang
rendah, dan kesalahan pola asuh saat anak-anak. GAD juga berhubungan dengan
menurunnya kualitas hidup dan disabilitas yang serius. Pada sebuah penelitian
internasional tentang disabilitas yang disebabkan oleh penyakit mental, ditemukan
38% individu dengan GAD memiliki gangguan pekerjaan yang hebat dan mereka
tidak menghadiri pekerjaan mereka dengan rata-rata 6.3 hari per bulan. GAD
dideskripsikan dengan adanya peningkatan kekhawatiran dan adanya peningkatan
aktivitas fisiologis seperti insomnia, gelisah, kelainan psikiatri lainnya, atau
penggunaan obat-obatan. Selain itu, gejala-gejala ini juga dapat mengakibatkan
adanya gangguan atau kesulitan yang serius dalam menegakkan diagnose klinis.
Menurut International Classification of Diseases 10th revision, gejala GAD
difokuskan pada peningkatan aktivitas fisiologis seperti palpitasi, gemetar,
berkeringat, dan vertigo selama 6 bulan.
2.7. Diagnosis dan Komorbid Gangguan Cemas Menyeluruh
Pasien GAD biasanya hanya memeriksakan diri ke pelayanan primer
dibandingkan ke pelayanan spesialis, sehingga GAD terkadang tidak terdiagnosis
atau misdiagnosis dengan depresi. Pada suatu penelitian, sebanyak 66% dokter di
pelayanan primer mengalami misdiagnosis, dan pada penelitian lainnya sebanyak
27% terjadi kesalahan diagnosis dengan depresi. Penderita GAD biasanya memiliki
presentasi klinis yang masih baik, sehingga sulit untuk mengidentifikasi gejala yang
berhubungan dengan kecemasan. Praktisi baiknya melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik sebelum membuat diagnosis GAD. Pelaksanaan pemeriksaan
laboratorium harus berdasarkan gejala klinis. Penegakan diagnosis GAD
membutuhkan pertimbangan diagnosis lain seperti kelainan medis (pulmonal,
neurologi, jantung, atau gangguan endokrin), penggunaan obat-obatan seperti
kokain atau stimultan seperti kafein, maupun obat-obatan seperti kortikosteroid atau
obat herbal, atau lepas obat (penghentian opioid, alkohol, atau benzodiazepin).
Ditemukan sebanyak 90% individu yang menderita GAD memiliki diagnosis
komorbid seperti depresi, distimia, gangguan bipolar, penyalahgunaan zat
somatisasi, dan gangguan kecemasan lainnya. Sebanyak 29% - 62% pasien memiliki
depresi berat sebagai komorbid GAD. Komorbid GAD lainnya seperti kecemasan
5

sosial sebanyak 34% dan penyalahgunaan alkohol sebanyak 38%. Pada suatu
penelitian prospektif, dikemukakan bahwa GAD berpeluang 4,5 kali lipat menjadi
depresi berat dalam kurun waktu empat tahun. Pasien dengan komorbid gangguan
psikiatri tidak memiliki reaksi yang efektif terhadap pengobatan dan menderita
gangguan yang lebih berat dibandingkan penderita GAD.
2.8. Tatalaksana Gangguan Cemas Menyeluruh
Strategi penatalaksanaan GAD meliputi farmakoterapi dan terapi psikologis.
Tatalaksana farmakoterapi diantaranya dengan antidepresan, antikonvulsan
pregabalin, dan benzodiazepine. Sementara terapi psikologis diantaranya adalah
terapi perilaku, terapi perilaku kognitif (CBT), respon relaksasi, dan pelatihan
meditasi. Belum diketahui terapi yang pertama kali perlu diberikan antara
farmakoterapi atau terapi psikologis, terdapat penelitian yang menunjukkan terapi
dengan CBT lebih diutamakan dibandingkan dengan obat, sementara penelitian
yang lain menunjukkan tatalaksana menggunakan obat seperti sertraline lebih baik
dari CBT. Tidak ada kejelasan mengenai efektifitas penggunaan kombinasi atau
mono terapi, diskusi dengan pasien akan membantu untuk memilih opsi terbaik
mengenai nilai-nilai, sikap, kepercayaan, dan sumber daya pasien. Pada jurnal ini
akan difokuskan pada terapi psikologis. Terapi perilaku sulit untuk diterapkan pada
pasien GAD daripada pada pasien dengan fobia sederhana karena lebih sulit untuk
menargetkan kekhawatiran dari GAD. CBT adalah terapi yang paling umum
digunakan dan dipelajari dengan baik, ini disediakan oleh psikoterapis yang terlatih
khusus, terapi ini tergantung pada pengajaran pasien untuk menggantikan
kecemasan menjadi ide-ide positif, biasanya melibatkan 6-12 periode individu pada
interval minggu. Manfaat signifikan dari CBT dilaporkan dalam beberapa meta
analisis dan satu studi terkontrol secara acak menunjukkan bahwa 32% pasien yang
menerima CBT memiliki perbaikan klinis yang signifikan dalam 3 bulan, sementara
42% memiliki perbaikan yang signifikan dalam 6 bulan. Strategi ini secara
tradisional menggabungkan antara terapi kognitif dengan terapi perilaku, terapi
kognitif berfokus pada pemahaman distorsi kognitif yang berkelanjutan,
pemantauan pikiran, dan pola pikir kebiasaan serta perilaku tersembunyi, sementara
terapi perilaku bertujuan untuk memberikan pasien ke situasi yang ditakuti.
Disarankan bahwa CBT dapat diberikan melalui Internet, dan ada bukti efektivitas
CBT berbasis Internet yang dikelola oleh non-klinisi. CBT dapat dikombinasikan
dengan beberapa terapi psikologis lainnya seperti pelatihan respons relaksasi dalam
bentuk pernapasan diafragma atau relaksasi otot progresif. Terapi relaksasi
6

melibatkan imajinasi pasien untuk menenangkan situasi untuk merangsang relaksasi


otot dan mental. Pada dua penelitian terkontrol acak membandingkan terapi kognitif
saja dengan pelatihan relaksasi saja menunjukkan penurunan signifikan kecemasan
yang sama pada GAD. Perhatian diperkenalkan dari cara pelatihan meditasi seperti
pengurangan stres berbasis perhatian dalam pengaturan perawatan kesehatan mental.
Perhatian mendidik individu untuk meningkatkan pengetahuan mereka tentang
situasi saat ini, seperti emosi dan pikiran, tanpa upaya atau penilaian untuk membuat
pengalaman itu bertahan lama atau menghilang.
2.9. Kesimpulan
Prevalensi GAD dapat berbeda menurut populasi yang diteliti. Ada beberapa
faktor lingkungan dan genetik yang mempengaruhi sebagai faktor risiko penyakit.
Kesalahan diagnosis dapat ditemukan dalam perawatan primer, jadi penting untuk
melakukan tes yang cukup dan mengetahui riwayat pasien sebelum mengkonfirmasi
kasus. Pendekatan pengobatan psikologis yang paling efektif untuk penyakit ini
adalah CBT.
7

BAB III
TELAAH JURNAL
3.1. Judul
Syarat-syarat judul yang baik :
a) Spesifik
b) Efektif, judul tidak boleh lebih dari 12 kata untuk Bahasa Indonesia dan 10
kata untuk Bahasa Inggris.
c) Singkat, Menurut Day (1993), judul yang baik adalah yang menggunakan
kata-kata sesedikit mungkin tettapi cukup menjelaskan isi paper, Namun,
jurnal tidak boleh terlalu pendek sehingga menimbulkan cakupan penelitian
yang terlalu pendek sehingga menimbulkan cakupan penelitian yang terlalu
luas yang menyebabkan pembaca bingung.
d) Menarik
e) Pembaca dapat langsung menangkap makna yang disampaikan dalam sekali
baca.

Judul jurnal ini adalah :


Generalized anxiety disorder: a review
Telaah terhadap judul jurnal ini:
 Efektif, karena judul tidak lebih dari 20 kata
 Tidak singkat/ terlalu panjang dan mudah untuk dipahami
 Judul, kurang spesifik karena tidak ,mencantumkan apa saja yang akan
dibahas pada jurnal ini sehingga judul belum dapat mewakili keseluruha isi
di dalam jurnal

Nama penulis

- Nama penulis sesuai dengan kaidah jurnal dimana seharusnya tanpa


mencantumkan gelar.
- Tercantum alamat korespondensi dari penulis, hal ini sudah tepat
- Tercantum nama lembaga tempat peneliti bekerja, hal ini sudah tepat
3.2. Abstrak
8

Abstrak adalah ringkasan paper yang mengandung informasi yang


diperlukan pembaca untuk menyimpulkan apa tujuan dari penelitian yang
dilakukan. bagaimana metode atau pelaksanaan penelitian yang dilakukan, apa
hasil-hasil yang diperoleh dan apa signifikansi atau nilai manfaat serta
kesimpulan dari penelitian tersebut.
Cara penulisan abstrak:
- Tersusun tidak lebih dari 200-250 kata
- Ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Diawali bahasa Inggris jika
penulisan keseluruhan paper dalam bahasa Inggris, diawali bahasa Indonesia
jika penulisan keseluruhan paper dalam bahasa Indonesia.
- Berdiri sendiri satu alenia (ada yang menentukan lebih dari satu alenia)
- Untuk jenis paper hasil penelitian: penulisan abstrak tanpa rumus, tanpa
gambar, dan tanpa acuan pustaka. Jadi, tidak boleh mengutip pendapat orang
lain, harus menggunakan data-data dan hasil penelitian serta argumen yang
didapat dari penelitian sendiri
- Untuk jenis paper hasil review. Penelitian abstrak boleh mengutip hasil
penelitian orang lain dari acuan pustaka atau sumber yang dibaca
- Dibawah abstrak ditulis kata kunci, paling sedikit terdiri dari tiga kata yang
relevan dan paling mewakili isi karya tulis. Demikian juga dibawah abstrak
ditulis paling sedikit tiga kata kunci yang sesuai dengan abstrak. Kata kunci
tidak selalau terditi dari 3 kata, ada yang menentuksn kata kunci ditulis
dalam 4-6 kata.

Telaah pada abstrak ini adalah :


- Abstrak jurnal ini mencantumkan latar belakang yang jelas, namun tidak
mencantumkan tujuan dan metode penelitian.
- Kata kata yang terusun kurang dari 200.
- Terdiri dari 1 alenia
- Terdapat kata kunci yang terdiri dari 4 kata
3.3. Isi Jurnal
 Jenis jurnal ini adalah review article
 Jurnal ini dituliskan cukup baik oleh penulis yang terdiri dari judul, abstrak,
latar belakang, metode, isi dan kesimpulan diakhir diskusi serta daftar
pustaka. Penulisan menggunakan bahasa yang cukup jelas dan mudah
dipahami oleh pembaca, jurnal ini tidak didukung dengan diagram dan tabel.
9

 Latar belakang pada jurnal ini sesuai alasan dan tujuan dari review article
 Bahan dan metode terdapat kriteria inklusi dan eksklusi dalam pengambilan
data.
 Isi jurnal cukup jelas, namun tidak dilengkapi dengan table dan diagram
yang akan mempermudah pembaca.
 Kesimpulan dijelaskan dengan ringkas dan jelas.
 Kelebihan jurnal secara umum:
o Pada jurnal ini memberikan informasi detail tentang prevalensi, faktor
resiko dan penegakan diagnosis mengnai GAD
o Tidak terdapat konflik interna yang relevan pada artikel ini
o Artikel ini tidak dibiayai oleh sebuah perusahaan sehingga tidak
meningkatkan bias eksterna
 Kekurangan jurnal ini:
o Pada jurnal ini tidak dijelaskan patofisiologi yang jelas mengenai
gangguan cemas menyeluruh
o Pada jurnal ini lebih menenkankan membahas penatalaksanaan GAD
menggunan terapi psikologis.
10

DAFTAR PUSTAKA

1. Amir N. Buku ajar psikiatri. Edisi ke-2.Jakarta: FKUI; 2013.


2. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Sinopsis psikiatri: ilmu pengetahuan perilaku
psikiatri klinis. Edisi ke-7, Jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara; 2010.
3. American Psychiatric Assosiation. Practice guideline for the treatment of patients
with panic disorder second edition. New York: American Psychiatric Assosiation;
2010
4. Alzahrani M, Alfahaid F, Almansour M, Alghamdi T, Ansari T, Sami W, et al.
Prevalence of generalized anxiety disorder and major depression in health-care
givers of disabled patients in Majmaah and Shaqra cities, Kingdom of Saudi Arabia.
Int J Health Sci 2017; 11(3):9–13.
5. Molina E, Cervilla J, Rivera M, Torres F, Bellon JA, Moreno B, et al. Polymorphic
variation at the serotonin 1-A receptor gene is associated with comorbid depression
and generalized anxiety. Psychiatr Genet 2011; 21:195–201.
6. Robinson E, Titov N, Andrews G, McIntyre K, Schwencke G, Solley K. Internet
treatment for generalized anxiety disorder: a randomized controlled trial comparing
clinician vs. technician assistance. PLoS One 2010; 5:e10942.
7. Hog EA, IvKovic A, Fricchione GL. Generalized anxiety disorder: diagnosis and
treatment. BMJ 2012; 345:e7500
8. Kessler RC, Berglund P, Demler O, Jin R, Merikangas KR, Walters EE. Lifetime
prevalence and age-of-onset distributions of DSM-IV disorders in the national
comorbidity survey replication. Arch Gen Psychiatry 2005; 62:593–602.
9. Moffitt TE, Caspi A, Harrington H, Milne BJ, Melchior, Goldberg D, et al.
Generalized anxiety disorder and depression: childhood risk factors in a birth cohort
followed to age 32. Psychol Med 2007; 37:441–52.
10. Schuurmans J, Comijs H, Emmelkamp PM, Gundy CM, Weijnen I, van den Hout
M, et al. A randomized, controlled trial of the effectiveness of cognitive-behavioral
therapy and sertraline versus a waitlist control group for anxiety disorders in older
adults. Am J Geriatr Psychiatry 2006; 14:255–63.
11

11. Mitte K. Meta-analysis of cognitive-behavioral treatments for generalized anxiety


disorder: a comparison with pharmacotherapy. Psychol Bull 2005; 131:785–95.
12. Hofmann SG, Smits JA. Cognitive-behavioral therapy for adult anxiety disorders: a
meta-analysis of randomized placebo-controlled trials. J Clin Psychiatry 2008;
69:621–32
13. Hunot V, Churchill R, Silva de Lima M, Teixeira V. Psychological therapies for
generalised anxiety disorder. Cochrane Database Syst Rev 2007; 1:CD001848
14. Dew MA, Myaskovsky L, DiMartini AF, Switzer GE, Schulberg HC, Kormos RL.
Onset, timing and risk for depression and anxiety in family caregivers to heart
transplant recipients. Psychol Med 2004; 34:1065–82.
15. Arntz A. Cognitive therapy versus applied relaxation as treatment of generalized
anxiety disorder. Behav Res Ther 2003; 41:633–46.
16. Fricchione G. Generalized anxiety disorder. N Engl J Med 2004; 351(7):675–82.

Anda mungkin juga menyukai