KODE ETIK
ETIKA DAN PROFESI
Tugas ini disusun untuk memenuhi mata kuliah Kode Etik
Disusun oleh:
FAKULTAS PSIKOLOGI
2020
A. Etika dan Profesi
Etika berasal dari kata Yunani Kuno “thica” yang artinya filsafat moral. Kata
ethica juga berasal dari kata sifat “thos” yang berarti adat atau kebiasaan. Etika
mencakup analisis dan fungsi berbagai konsep, seperti benar atau salah, baik atau jahat,
serta tanggung jawab seorang manusia.
Profesi berasal dari kosa kata Latin “professus” yang maknanya adalah
“menyatakan diri” (to declare) bahwa seseorang memiliki suatu profesi dengan segala
kewenangan, hak, dan kewajiban yang melekat padanya.
Dibandingkan dengan para professional dari disiplin ilmu yang lain, psikolog
diharuskan untuk terus-menerus mengasah kepekaan dan kesadaran bahwa penerapan
Profesi Psikologi akan menjangkau diri dan memasuki aspek kejiwaan kliennya. Profesi
dalam keilmuan psikologi pada hakekatnya juga merupakan suatu pelayanan pada
manusia atau masyarakat. Oleh karena itu, Profesi Psikologi termasuk dalam officium
nobile atau profesi yang luhur.
Motivasi utama profesi yang luhur adalah kesediaan untuk melayani sesama
manusia dengan dua prinsip umum yang wajib dijalankan oleh suatu profesi yaitu:
1. Prinsip agar menjalankan profesinya secara bertanggung jawab baik terhadap
profesi yang dijalankan, yaitu menjalanakan profesinya sebaik mungkin, dan
juga bertanggung jawab untuk selalu menunjukkan hasil yang berkualitas.
2. Prinsip untuk menghormati hak-hak orang lain, baik klien, keluarganya,
lingkungan sekitar maupun rekan sejawat.
Kode Etik Psikologi juga diperkenalkan untuk melatih kepekaan terhadap aspek
kolegialitas, etika dalam pemberian layanan psikologis, mampu memahami etika dalam
hubungan dengan profesi terkait, serta etika kerja sama dalam hubungan intra dan
interprofesi, sesuai standar yang ditetapkan oleh HIMPSI.
Kode Etik Psikologi harus dipahami sebagai penghayatan moral terhadap
falsafah yang menjadi landasan prinsip-prinsip etika individual dan sosial, dan bukan
semata-mata mengenai rumusan kalimat, pasal, dan ayat yang tertuang didalamnya.
Penghayatan moral akan mengarahkan seorang psikolog untuk memahami baik
buruknya tindakannya sesuai kata hari nuraninya, terlepas dari bagaimana kode etik
psikologi merumuskannya.
B. Kode Etik Psikologi
Kode Etik Psikologi adalah seperangkat nilai-nilai untuk ditaati dan dijalankan
dengan sebaik-baiknya dalam melaksanakan kegiatan sebagai psikolog dan ilmuwan
psikologi di Indonesia.
Psikologi merupakan ilmu yang berfokus pada perilaku dan prosses mental yang
melatarbelakangi, serta penerapan dalam kehidupan manusia. Ahli dalam ilmu Psikologi
dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu profesi atau yang berkaitan dengan praktik
psikologi dan ilmu psikologi termasuk dalam hal ini ilmu murni atau terapan.
Psikolog adalah lulusan pendidikan profesi yang berkaitan dengan praktik
psikologi dengan atar belakang pendidikan Sarjana Psikologi lulusan program
pendidikan tinggi psikologi strata 1 (S1) sistem kurikukum lama atau yang mengikuti
pendidikan tinggi psikologi strata 1 (S1) dan lulus dari pendidikan profesi psikologi
atau strata 2 (S2) Pendidikan Magister Psikologi (Profesi Psikolog). Psikolog memiliki
kewenangan untuk memberikan layanan psikologi yang meliputi bidang-bidang praktik
klinis dan konseling; penelitian; pengajaran; supervisi dalam pelatihan, layanan
masyarakat, pengembangan kebijakan; intervensi sosial dan klinis; pengembangan
instrumen asesmen psikologi; penyelenggaraan asesmen; konseling; konsultasi
organisasi; aktifitas-aktifitas dalam bidang forensik; perancangan dan evaluasi program;
serta administrasi. Psikolog diwajibkan memiliki izin praktik psikologi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Ilmuan Psikologi adalah ahli dalam bidang ilmu psikologi dengan latar belakang
pendidikan strata 1 dan/atau strata 2 dan/atau strata 3 dalam bidang psikologi. Ilmuwan
psikologi memiliki kewenangan untuk memberikan layanan psikologi yang meliputi
bidang-bidang penelitian; pengajaran; supervisi dalam pelatihan; layanan masyarakat;
pengembangan kebijakan; intervensi sosial; pengembangan instrumen asesmen
psikologi; pengadministrasian asesmen; konseling sederhana; konsultasi organisasi;
perancangan dan evaluasi program. Ilmuwan Psikologi dibedakan dalam kelompok ilmu
murni (sains) dan terapan.
Layanan Psikologi adalah segala aktifitas pemberian jasa dan praktik psikologi
dalam rangka menolong individu dan/atau kelompok yang dimaksudkan untuk
pencegahan, pengembangan dan penyelesaian masalah-masalah psikologis. Layanan
psikologi dapat berupa praktik konseling dan psikoterapi; penelitian; pengajaran;
supervisi dalam pelatihan; layanan masyarakat; pengembangan kebijakan; intervensi
sosial dan klinis; pengembangan instrument asesmen psikologi; penyelenggaraan
asesmen; konseling karir dan pendidikan; konsultasi organisasi; aktifitas-aktifitas dalam
bidang forensik; perancangan dan evaluasi program; dan administrasi.
1. Percobaan Watson
Percobaan kontroversial yang cukup populer dikalangan behaviorsm.
Watson dan Rayner (1920) melakukan percobaan terhadap Albert anak lelaki
Watson yang berumur 11 bulan. Dalam percobaannya ia ingin membuktikan
bahwa rasa takut sebagai bagian dari emosi yang merupakan suatu proses
terkondisi.
Awalnya Watson mendekatkan tikus putih ke Albert, ia tidak takut dan
penasaran. Kemudian Watson menciptakan kondisi dengan memukul gong
sehingga terdengar bunyi yang keras setiap kali tikus diberikan padanya. Hanya
dengan tujuh kali Albert mengembangkan rasa takutnya dan bertahan hingga
setelah satu bulan pasca percobaan. Parahnya rasa takut Albert berkembang pada
berbagai objek berbulu yang berwarna putih, seperti anjing, kelinci bahkan topi
santa.
Di Amerika Serikat, APA memformulasikan kode etik pertama kali pada tahun
1953 yang kemudian direvisi pada tahun 1959, 1963, 1968, 1977, 1979, 1981, 1990,
1992, dan 2002.
Kode etik yang ditetapkan oleh APA dikenal dengan istilah Ethical Principles of
Psychlogists and Code of Conduct. Ethical Principles dibedakan dengan Code of
Conduct karena etika merupakan pandangan yang lebih umum, bersifat deskriptif dan
berisi prinsip-prinsip yang naturnya meningkatkan kesejahteraan peradaban; sedangkan
Code of Conduct lebih bersifat spesifik, direktif (berupa aturan), dan lebih ditujukan
untuk menyeragamkan perilaku dan penulaiannya.
Di Indonesia, Ikatan Sarjana Psikologi Indonesia (ISPSI) didirikan pada 11 juli
1959. IPSI kemudian merumuskan Kode Etik Sarjana Psikologi Indonesia dalam
kongres pertamanya pada 1979. Lalu pada 1998, ISPSI berubah menjadi Himpunan
Psikologi Indonesia (HIMPSI).
Dalam kongres HIMPSI ke-8 pada 22 oktober 2000, HIMPSI kemudian
merumuskan Kode Etik Psikologi Indonesia kemudian diperbarui pada kongres HIMPSI
ke-9 yg diselenggarakan pada juni 2010.
Kode Etik Psikologi Indonesia yang ditetapkan oleh HIMPSI terdiri atas 14 bab
dan 80 pasal yang mengatur berbagai praktik psikologi, seperti kompetensi, kerahasiaan
rekam dan hasil pemeriksaan psikologi, hubungan antar manusia, penelitian dan
publikasi, dsb.
Pada awalnya, belum ada kode etik psikologi yang bersifat internasional.
Namun, dengna semakin tingginya kesadaran untuk membentuk jaringan ogganisasi
profesi psikologi yang berskala global, maka usaha kea rah itu mulai dilakukan.
International Union of Psychological Science (IUPsyS), International Association of
Applied Psychology (IAAP), dan International Association for Cross-Cultural
Psychology (IACCP) telah membentuk panitia adhoc untuk merumuskan Universal
Declaration of Ethical Principles for Psychologists sejak tahun 2004.
E. ANALISIS KASUS
ANALISIS KASUS I
Permasalahan :
(WN) Australia bernama Denis Anthony Michael Keet menggugat sherle dan
ICAC selaku klinik yang mengeluarkan rekap medis, Pengaduan tersebut disebabkan
pihak tergugat telah mengeluarkan rekam medis dari proses konseling perceraian antara
pihak tergugat dan penggugat Denis beserta istrinya Yeane Sailan.
Analisis :
ANALISIS KASUS II
Kasus : Pemaparan kondisi psikis Jessica oleh Antonia Ratih di Depan Publik
Permasalahan :
Metodologi yang digunakan kurang selaras dengan tujuan dan kesimpulan yang
diungkapkan oleh Antonia Ratih. Antonia Ratih yang membuka hasil tes psikologi
secara publik.
Analisis :
Antonia Ratih membuka rahasia di depan umum bertentangan dengan kode etik
profesi psikolog. Apalagi ahli psikologi ini hadir di persidangan secara volunteer, bukan
atas perintah pengadilan. Melanggar Kode Etik Psikologi Bab V kerahasiaan Pasal 24
dan Pasal 26 Ayat 1.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Aliah B Purwakania. 2009. Kode Etik Psikolog dan Ilmuwan Psikologi.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Himawan, Karel K., Dewi, Wiwit Puspita. Sitorus, Kartika Shanti. 2016. Kode Etik
Psikologi dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Salemba Humanika.
Sutojo, Nani N., dan Lidia Laksana Hidajat. 2018. Etika Psikoligi Menilik Nurani
Psikolog Indonesia. Jakarta: Buku Kompas.