Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN

JOURNAL READING
BLOK SISTEM ENDOKRIN DAN METABOLISME
“Thyroid Diseases: Pathophysiology and New Hopes in Treatment
With Medicinal Plants and Natural Antioxidants”

Disusun Oleh :
Kelompok 1
1. Novia Arista Cahyani (019.06.0072)
2. Nur fitriana zahrah (019.06.0073)
3. Putu Putri Megamahayani (019.06.0081)
4. Putu Shanti Ayudiana Budi (019.06.0082)
5. Risa Septia Karisma (019.06.0084)
6. Wayan Gede Mahisa Taruna (019.06.0091)
7. Wiriatul Hasanah (019.06.0092)
8. Wulidah A. Quratain (019.06.0093)
9. Zirtufil Laely (019.06.0095)

Tutor : dr. Hj. Suci Nirmala, S. Ked.


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karenaatas rahmat-Nya penyusun dapat melaksanakan dan menyusun makalah
yang berjudul “Thyroid Diseases: Pathophysiology and New Hopes in Treatment
With Medicinal Plants and Natural Antioxidants” tepat pada waktunya.
Makalah ini penulis susun untuk memenuhi prasyarat sebagai syarat nilai
Journal Reading. Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat banyak
bantuan, masukan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu,
melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada :
1 Dokter Hj. Suci Nirmala, S. Ked. selaku tutor Journal Reading kelompok
penulis.
2 Bapak/Ibu Dosen Universitas Islam Al-Azhar yang telah memberikan
masukan terkait makalah yang penulis buat.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan perlu
pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca yang sifatnya konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya,
penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Mataram, 14 Oktober 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

ABSTRAK..............................................................................................................4
BAB I........................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang..........................................................................................5
1.2 Tujuan........................................................................................................6
1.3 Manfaat......................................................................................................7
BAB II.......................................................................................................................8
PEMBAHASAN.......................................................................................................8
2.1 Introduction...............................................................................................8
a. Fungsi Dari Kelenjar Tiroid........................................................................8
b. Hipotiroidisme........................................................................................9
c. Hipertiroidisme.........................................................................................10
d. Terapi....................................................................................................10
e. Terapi Pilihan Untuk Hipotiroidisme.......................................................10
2.2 Bahan dan Metode..................................................................................11
2.3 Hasil.........................................................................................................11
2.4 Tanaman Obat Efektif pada Penyakit Hipotiroidisme.......................14
2.5 Tanaman yang Digunakan untuk Mengobati Hipertiroidisme..........18
2.6 Peran Antioksidan dalam Penyakit Tiroid..........................................19
BAB III...................................................................................................................24
PENUTUP..............................................................................................................24
3.1 Kesimpulan..............................................................................................24
3.2 Saran........................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
ABSTRAK
Kelenjar tiroid akan meregulasi secara luas yang mempengaruhi dari
aktivitas pertumbuhan, metabolisme, homeostasis, dan priliferasi sel dan perbedaan
dalam sekresi hormon tiroid (THs). Penyakit pada tiroid banyak disebabkan oleh
ketidakseimbangan dari endokrin, hipotiroid merupakan sindrom klinis mengenai
ketidakfungsian dari tiroid. Hipertiroid merupakan sindrom ketika terjadi
peningkatan fungsi tiroid hingga terjadi peningkatan ekses metabolisme ketika
terjadinya sintesis dan sekresi dari hormon tiroid. Beberapa tanaman obat telah
teridentifikasi dan digunakan oleh masyarakat dilihat dari sejarah. Dalam
penggunaan herbal dan antioxidant alami dalam mengobati penyakit tiroid
termasuk hipotiroid dan hipertiroid. Dimana hal tersebut termuat dalam artikel
sperti Google Scholar, PubMed, dan ScienceDirect databases. Hasil dari penelitian
tersebut dapat mengindikasikan bahwa tanaman obat seperti, Fucus vesiculosus,
Aegle marmelos, Coleus forskohlii, Linum usitatissimum, Withania somnifera,
Commiphora mukul, Nigella sativa,dan Bacopa monnieri. Tanaman tanaman obat
yang dapat mengurangi hipertiroid dan pengobatan herbal, antaranya Melissa
officinalis A. marmelos, Lycopus europaeus, Leonurus cardiaca, dan Aloe
barbadensis. Tetapi pengobatan herbal dapat memnyebabkan beberapa efek
samping. Dimana, daapat dipercaya bahwa obat obatan dari tanaman sangat aman
dan memberikan hasil yang signifikan pada beberapa penyakit. Hari ini,
pengobatan tradisionalsangat luas digunakan dan tanaman obat tetap banyak
digunakan sebagai sumber utama antioksidan alami yang dapay membantu
memberi harapan dalam pembuatan obat jenis baru.

Kata kunci: Hipertiroid, hipotiroid, peran antioksidan, tanaman obat


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pengaturan aktivitas hormonal lebih memerlukan durasi daripada kecepatan


dalam penyebarannya. Hormon, merupakan caraka kimia melalui darah yang
bekerja pada sel target yang terletak pada jarak yang jauh dari organ
penyekskresinya. Meskipun organ tersebut scara anatomi tidak terhubung, tetapi
secara fungsional akan membentuk suatu sistem yang disebut dengan sistem
endokrin. Hormon secara sifat terbagi menjadi hidrofilik (hormon peptida,
katekolamin, indolamin) dan lipofilik (hormon steroid dan tiroid).
Hormon tiroid merupakan hormon yang diproduksi oleh kelenjar tiroid,
kelenjar terbesar pada kelenjar endokrin, yang mensekresi 2 hormon utama, yaitu
tirosin (T4) dan triidotironin (T3). Kelenjar tiroid berbentuk seperti kupu kupu
yang berlokasi pada bagian inferior dari laring yang terbagi menjadi lobus kanan
dan kiri diantara trakea dan terhubung dengan ismus, yang berada pada anterior
trakea. Sekitar 50% dari kelenjar tiroid terdapat 3 lobus yang memanjang hingga
ismus dinamakan lobus piramida. Dilihat secara mikroskopis akan terdapat folikel
tiroid berbentuk bola bola berongga, yang dimana pada setiap dinding folikel akan
terdapat sel utama yaitu sel folikular. Ketika sel folikuler tidak aktif, maka
bentuknya akan menjadi kuboid rendah sampai squamosum dan ketika teraktifkan
oleh sekresi TSH maka akan menjadi kuboid hingga kolumnar rendah.
Sintesis hormon tiroid melibatkan suatu glikogeprotein unik yaitu,
triglobulin, dan suatu enzin esensial peroksidase tiroid (PTO). Dalam sintesis T3
dan T4 hormon tiroid, melibatkan 6 langkah utama, yaitu 1) transport aktif dari I-
melintasi membrane basalis ke dalam sel tiroid; 2) oksidasi dari iodide dan iodinasi
dari residu trosil dalam triglobulin; 3) penggabungan ,olekul iodotirosin dalam
triglobulin membentuk T3 dan T4; 4) proteolysis dari trioglobulin dengan
pelepasan dari iodotirosin dan iodotironin bebas; 5) deiodinase dari iodotirosin di
dalam sel tiroid, dengan konservasi dan penggunaan dari iodide yang dibebaskan;
dan 6) dibawah lingkungan tertentu, deidodinisasi-5’ dari T4 menjadi T3
intrariroidal. Hormon tiroid beredar dengan berikatan dengan protein plasma yang
dimana 0.04% dari T4 dan 0.4% dari T3 bebas, sekitar 68% T4 dan 80% T3 terikat
dengan hobulin pengikat glikoprotein hormon tiroid (TBG), sekitar 11% T4 dan
(% T3 terikat dengan transtiretin (prealbumin pengikat hormon tiroid [TBPA]),
serta sisanya akan terikat dengan albumin.
Efek fisiologis dari hormon tiroid akan mempengaruhi tingkat metabolisme
dan produksi panas tubuh, yang dimana akan terjadi peningkatan aktifitas
metabolisme, peningkatan konsumsi oksigen dalam aktifitas jaringan, peningkatan
BMR hingga 60%-100%, serta peningkatan metabolisme akan mempengaruhi dari
peningkatan penghasil panas tubuh. Selain itu, hormon tiroid juga akan berefek
pada perkembangan janin karena pengaruh TSH dan hipofisi anterior, efek pada
kardiovaskular, efek simpatis, efek pada pulmonar, efek hematopoetik, efek
gastrointestinal, efek pada skeletal, efek neuromuscular, efek pada lipid dan
metabolisme karbohidrat, serta efek edokrin. Dari efek fisiologis ini bila terjadi
defisiensi atau ekses padaa hormon tiroid akan menyebabkan terjadinya penyakit
pada kelenjar tiroid berupa hipotiroid atau hipertiroid.
Hipotiroid merupakan suatu sindrom klinis akibat defisiensi hoormon tiroid
yang akan mengakibatkan perlambatan proses metabolisme, perkembangan mental,
terjadi perlambatan umum organisme dengan deposisi glikoaminoglikan pada
rongga intraseluler terutama pada otot dan kulit sehingga dapat menimbulkan
gambaran klinis miksedema, ciri ciri lainnya yaitu, lebih suka udara panas depresi,
lambat, demensia, koma, angina, menoragia, dan konstipasi. Sedangkan hipertiroid
merupakan sindrom klinis yang terjadi apabila jaringan terpapar hormon tiroid
dalam kadar yang tinggi yang dapat disebabkan oleh hiperaktivitas kelenjar tiroid,
ciri cirinya yaitu berkeringat berlebihan, demam, cemas, palpitasi diare, serta tidak
tahan dengan panas.

1.2 Tujuan

Dari pemaparan latar belakang diatas, dapat ditarik tujuan sebagai berikut:
1. Pembaca dapat memahami patofisiologi dari penyakit tiroid
2. Pembaca dapat memahami pengobatan penyakit tiroid dengan
menggunakan tanaman obat dan antioksidan alami
1.3 Manfaat

Dari pemaparan latar belakang diatas, dapat ditarik manfaat sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui patofisiologi dari penyakit tiroid.
2. Untuk mengetahui pengobatan penyakit tiroid dengan menggunakan
tanaman obat dan antioksidan alami.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Introduction
a. Fungsi Dari Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid merupakan pengaturan aktivitas hormonal yang lebih


memerlukan durasi daripada kecepatan dalam penyebarannya atau bergerak secara
meluas yang mempengaruhi aktivitas fisiologi seperti pertumbuhan, metabolisme,
homeostasis, dan proliferasi sel dan perbedaan dari sekresi hormon tiroid. Hasil
utama dalam sekresi hormon tiroid yaitu, T4 prohormon (3,5,3,5-
tetraiodothyronin) atau yang diketahui sebagai tiroksin dan sedikit jumlah dari T3
hormon aktif (3,5,3′-triiodo-L-thyronine) diproduksi dari 5-deiodination T4 oleh
iodotiroin deiodinase tipe 1 dan tipe 2, serta T3 akan berubah menjadi inaktif rT3
oleh iodotiroin deiodinase tipe 3. Hormon tiroid menggunakan aktivitas biologinya
untuk menghubungkan reseptor hormon tiroid dan mentraskripsi gen spesifik.
Reseptor tiroid bersama dengan reseptor steroid, retinoid, dan vitamn D, termasuk
dalam keluarga besar reseptor nuclear. Dua rantai utama isoform dari reseptor
tiroid adalah reseptor tiroid alfa dan reseptor tiroid beta (TRα dan TRβ) kode
tersebut untuk gen berbeda. Ikatan reseptor tiroid ke pada hormon tiroid elemen
respon (TREs) pada promoter gen target akan melakukan regulasi transkripsinya.
Jumlah T4 dan T3 pada plasma akan dikontrol oleh pengaruh negatif
hypothalamic-pituitary-thyroid axis dari sekresi hormon thyrotropin-releasing
(TRH) yang berasal dari hipotalamus dan sekresi dari thyroid-stimulating hormone
(TSH) oleh pituitary. Penyakit tiroid termasuk dalam ketidakseimbangan sistem
endokrin yang dimana akan bertambah seiring dengan usia. Subklinis penyakit
tiroid dibagi menjadi ketidaknormalan TSH, tapi T3 dan T4 normal, maka pasien
tidak memerlukan pengobatan, sementara orang dengan gejala klinis dengan
ketidak normalan TSH, T3, dan T4 memerlukan pengobatan. Orang dewasa
biasanya terkena 5-9% subklinis penyakit tiroid dan 7.5-8% dari populasi umum
terkena penyakit tiroid klinis. Diagnosis awal dan manajemen dari penyakit tiroid
sangat penting karena akan berhubungan dengan peningkatan pathogenesis dan
kematian khususnya orang yang sudah berumur.

b. Hipotiroidisme

Hipotiroidisme merupakan suatu penyakit disfungsi tiroid yang paling umum


terjadi dan lebih umum terjadi pada wanita dan orang tua. Hipotiroidisme dapat
dibagi menjadi dua kategori, yaitu: Hipotiroidisme primer dan hipotiroidisme
sekunder. Hipotiroidisme primer mengacu pada defisiensi tiroid untuk
menghasilkan Hormon tiroid dalam jumlah yang cukup. Hipotiroidisme sekunder
(sentral) lebih jarang terjadi dan disebabkan oleh penurunan stimulasi tiroid oleh
TSH akibat hipopituitarisme atau penyakit hipotalamus. Penyebab utama
hipotiroidisme di seluruh dunia adalah kekurangan yodium.
Salah satu penyakit hipotiroid yang paling umum terjadi adalah penyakit
tiroid Hoshimoto. Tiroiditis Hashimoto adalah jenis tiroiditis autoimun yang
melibatkan infiltrasi limfositik ke dalam kelenjar dan produksi autoantibodi
menuju tiroglobulin dan tiroid peroksidase. Akibatnya, unit struktural dan enzim
yang bertanggung jawab untuk produksi hormon terhambat. Selain itu, terdapat
juga penyakit dari hipotiroidisme seperti; Hipotiroidisme kongenital dan juga
hipotiroidisme subklinis.
Tanda dan gejala hipotiroidisme antara lain kelelahan, lesu, sulit
konsentrasi, depresi, penambahan berat badan, kekeringan, kulit kasar dan gatal,
rambut menipis, intoleransi dingin, berkeringat, sembelit, gangguan menstruasi,
kram otot, infertilitas dan aborsi, bradikardia, dan hipotensi. Pada hasil
pemeriksaan laboratorium dapat ditemukan meliputi penurunan T4, peningkatan
TSH, antibodi antitiroid spesifik, peningkatan lipoprotein densitas rendah (LDL),
peningkatan LFT, peningkatan kreatin dan mioglobin, dan anemia.
Terlepas dari usia, levothyroxine adalah obat pertama dari pilihan untuk
hipotiroidisme karena waktu paruhnya yang panjang. Dosis penggantian rata-rata
adalah 16 μg / kg untuk setiap individu. Pada beberapa pasien, peningkatan
levothyroxine yang tiba-tiba dapat meningkatkan kebutuhan oksigen miokard dan
menyebabkan gagal jantung. Tes fungsi tiroid dilakukan 6 minggu setelah
pengobatan dimulai dan efektivitas pengobatan diukur dengan pengujian
sensitivitas TSH.
c. Hipertiroidisme

Hipertiroidisme berarti peningkatan fungsi tiroid dan mengacu pada keadaan


metabolisme berlebih karena sintesis dan sekresi TH yang berlebihan. Penyebab
paling umum dari hipertiroidisme di daerah kaya yodium adalah penyakit Graves,
yang mengakibatkan produksi antibodi melawan reseptor TSH yang merangsang
kelenjar tiroid dan menyebabkan produksi TH yang berlebihan.
Adanya antibodi terhadap TR menunjukkan diagnosis penyakit Graves.
Gejala dan tanda penyakit ini antara lain kelelahan, lekas marah, cemas dan marah,
insomnia, jantung berdebar, penurunan berat badan, nafsu makan meningkat,
intoleransi panas, berkeringat, disfungsi menstruasi, takikardia, anemia,
osteoporosis, dan masalah mata.
d. Terapi

Terapi pilihan untuk hipertiroidisme dan hipotiroidisme dengan obat


antitiroid untuk mengurangi sintesis dan sekresi Tiroid Hormon, radioiodine untuk
pelengkap, dan tiroidektomi untuk mengangkat tiroid.  Penggunaan obat antitiroid
adalah pengobatan jangka pendek dan dilakukan sebelum radioiodine dan
pembedahan. Metode ini relative murah dan noninvasif, dan risiko terjadinya
hipotiroidisme rendah.  Metimazol adalah satu-satunya obat antitiroid yang
disetujui untuk pengobatan hipertiroidisme pada anak-anak dan remaja di Amerika
Serikat, setelah BPOM AS mengeluarkan peringatan tetang imunologi terhadap
penggunaan propylthiouracil (PTU) menyebabkan terjadi necrosis hati pada anak-
anak dan remaja. efek samping metimazol yang paling umum adalah ruam kulit,
yang ditemukan pada sekitar 20% pasien, dan yang paling berat efek sampingnya
adalah penekanan sumsum tulang dan hepatotoksisitas yang terjadi pada <1%
pasien. 

e. Terapi Pilihan Untuk Hipotiroidisme


Terapi obat antitiroid jangka panjang, radioiodine adalah terapi pilihan pada
banyak kasus penyakit Graves dan gondok beracun pada orang tua. terapi ini
efektif atau merupakan terapi definitive. karena tiroid akan kembali normal
fungsinya secara perlahan. Ada lebih dari 60% kemungkinan terjadinya
hipotiroidisme. Kehamilan harus ditunda dalam 6 bulan. β-blocker digunakan
dalam kombinasi dengan obat antitiroid, setelah radioiodine untuk mengurangi
risiko takikardia. Setelah pengobatan dengan radioiodine, pasien harus menjalani
pemeriksaan lanjutan dengan interval yang sering karena kebanyakan pasien
hipotiroidisme membutuhkan terapi penggantian hormon tiroid.  Tiroidektomi
(pengangkatan kelenjar tiroid) jarang digunakan karena radioterapi lebih efektif,
Radioterapi adalah pengobatan pilihan pada pasien muda yang resisten terhadap
obat dan beberapa orang dengan neoplasma tiroid. Pembedahan bersifat invasive
dan mahal. perkembangan hipotiroidisme permanen dan cedera saraf laring juga
mungkin terjadi.
2.2 Bahan dan Metode

Kami mengambil publikasi yang relevan menggunakan kata kunci tanaman


obat, hipotiroidisme, hipertiroidisme, dan antioksidan dari database Google
Scholar, PubMed, dan ScienceDirect. Setelah melakukan pencarian dan
pengambilan awal kami mendapatkan banyak artikel tentang hal ini, kami
menemukan keterbatasan hasil analisis kami pada artikel yang paling relevan.
2.3 Hasil

Tumbuhan obat telah diidentifikasi dan digunakan oleh manusia sepanjang


sejarah. Pengaruh tumbuhan pada tubuh manusia disebabkan oleh senyawa
kimianya. Obat herbal menyebabkan efek samping yang lebih sedikit dan
dipercaya bahwa obat-obatan herbal sangat aman dan menimbulkan efek yang
signifikan dalam mengobati berbagai penyakit. Saat ini, pengobatan tradisional
banyak digunakan dan tumbuhan masih dianggap sebagai sumber utama
antioksidan alami yang dapat menjadi petunjuk untuk pengembangan obat baru.
Tanaman obat kaya akan metabolit sekunder yang memiliki peran penting dalam
fungsi jaringan mamalia baik dalam kondisi kesehatan maupun penyakit. Banyak
obat antitiroid tersedia, tetapi menyebabkan efek samping selama pengobatan
jangka panjang. Oleh karena itu, tanaman obat dapat digunakan dalam pengobatan
penyakit tiroid. Banyak tumbuhan digunakan untuk mengobati penyakit tiroid.
Banyak tanaman bertindak sebagai agen antitiroid baik pada hipotiroidisme
maupun hipertiroidisme
terdapat tanaman tertentu yang telah terbukti yang digunakan untuk mengobati
penyakit tiroid sebagai berikut:
1. Bugleweed
Bugleweed adalah tanaman yang tumbuh di habitat basah. Daunnya
bergerigi dengan bunga-bunga putih kecil yang mengelilingi batang. Bugleweed
mengandung senyawa fenolik asam lithospermic, asam rosmarinic, asam
klorogenik, asam caffeic, flavonoid luteolin glucoside, diglucoside, luteolin
glucuronide, apigenin glukosida, dan beberapa isopimaran. Bugleweed dan
ekstraknya memiliki beberapa efek menguntungkan termasuk mencegah
pengikatan stimulasi tiroid antibodi untuk penyakit Graves terhadap penyakit
tiroid, cegah produksi TSH, kurangi deiodinasi T4 perifer, dan menghambat
metabolisme yodium. Dan juga Bugleweed digunakan sebagai penekan tiroid yang
menghentikan tiroid berfungsi dan merupakan salah satu tanaman yang paling
efektif untuk penyakit tiroid penyakit.
2. Avena sativa Linn.
Avena sativa Linn adalah tanaman dari keluarga Poaceae dan secara lokal
disebut Jai atau Javi. Avena sativa sebagai makanan yang mengandung mineral
dan vitamin B yang efektif untuk kesehatan dan meningkatkan fungsi tiroid.

Dan terdapat tanaman yang digunakan untuk mengobati hipotiroid:


1. Daun pegagan
Pegagan adalah tanaman yang mudah dijumpai di negara-negara Asia,
termasuk Indonesia. Meski tumbuh liar, ada banyak manfaat daun pegagan yang
bisa didapatkan salah satunya mengobati hipotiroid, dimana daunnya mengandung
Asiatic asiaticoside, brahmoside, dan brahmiasam. Di katakan bahwa itu
menstimulasi sintesis t4
2. Ashwagandha
Ashwagandha adalah tanaman dari Family Solanaceae. Withania
somnifera merupakan salah satu dari sedikit tanaman obat bebas dari yodium yang
diketahui dapat merangsang fungsi TH. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
Ashwagandha hanya meningkatkan T4, tetapi beberapa penelitian menunjukkan
bahwa tanaman ini meningkatkan T3 dan T4. Dalam studi terbaru lainnya,
Ashwagandha ditemukan dapat meningkatkan kadar TSH dan T4 dalam status TH,
dan pada orang yang tidak menerima Ashwagandha, fungsi tiroidnya menurun.
Dalam sebuah penelitian pada 50 pasien dengan hipotiroidisme (peningkatan TSH
4,5-10 kali lipat), mereka mengkonsumsi 600 mg ekstrak akar Ashwagandha dan
pati, dan plasebo diberikan selama 8 minggu. Ashwagandha, dibandingkan
dengan plasebo, akan menyebabkan fungsi TSH normal, T3 (18,6% pada minggu
ke-4 dan 41,5% pada minggu ke-8) dan T4 (9,3% pada minggu ke-4 dan 19,6%
pada minggu ke-8) meningkat.
Ahli botani telah melaporkan bahwa tanaman ini lebih efektif pada tiroid
yang kurang aktif di garis batas dekat pada hipotiroidisme lanjut. Namun, ini dapat
memainkan peran pendukung dalam terapi obat konvensional. Ashwagandha
mengandung alkaloid steroid dan saponin. Bahan kimia ini dapat meningkatkan
produksi hormon T4 melalui pengubahan T4 menjadi T3. Penelitian sebelumnya
telah menunjukkan bahwa Ashwagandha baik untuk pengobatan hipotiroidisme.
Peningkatan serum yang signifikan Tingkat T4 menunjukkan efek stimulasi di
tingkat peningkatan. Ini juga mempengaruhi sistem antioksidan seluler. Withania
juga bisa secara langsung tidak langsung merangsang aktivitas tiroid dengan
bekerja pada sistem antioksidan.
3. Guggul
Guggul, dikenal sebagai Commiphora mukul yang mendukung tiroid
fungsi. Itu adalah anggota dari family Bureraceae dan mengandung resin lengket
aromatik dengan khasiat farmasi. Guggul bermanfaat untuk meningkatkan yodium
penyerapan oleh tiroid dan juga untuk meningkatkan aktivitas peroksidase. Guggul
juga dapat menurunkan lipid profil dengan mendukung fungsi dasar Metabolisme
tiroid. Guggul mengandung sterol yang disebut guggulsterones, yang bekerja untuk
reseptor asam empedu dan memproses lipid dan juga terlibat dalam efek
hiperlipidemiknya. Guggul menghambat oksidasi LDL, yang merupakan bagian
dari aterosklerosis. Kadar LDL dapat diubah dengan menggunakan suplemen
guggul. Itu juga dapat mengurangi profil lipid melalui fungsi tiroid, yang telah
dibuktikan dalam penelitian pada hewan. Sebuah senyawa dari Commiphora,
oleoresin, meningkatkan reabsorpsi yodium oleh pemegang tiroid dan juga
meningkatkan aktivitas tiroksidase. Ekstrak guggul mengandung oleoresin. la
memiliki aktivitas perangsang tiroid yang kuat. Ini juga meningkatkan produksi T3
dengan meningkatkan konversi T4 menjadi T3. Ini meningkatkan peroksidasi lipid
dan juga meningkatkan kadar T3 serum. Studi terbaru menunjukkan bahwa
senyawa tertentu dari resin guggul memiliki sifat anti-inflamasi, menurunkan
kolesterol, dan lemak darah lainnya dan mendukung fungsi tiroid dengan cara yang
berbeda. Studi pendahuluan telah menunjukkan bahwa guggul meningkatkan
fungsi tiroid dan meningkatkan konversi T4 menjadi T3.
4. Zingiber officinale (Rosc.)
Zingiber officinale atau yang biasa di sebut dengan Jahe, oleh orang
Indonesia adalah tanaman dari Family Zingiberaceae. Jahe adalah obat rumah
tangga yang penting untuk fungsi tiroid. Jahe kaya akan seng, kalium, dan
magnesium. Jahe adalah obat herbal yang cocok karena khasiat anti
peradangannya. Jahe dapat digunakan dengan berbagai cara untuk mengobati
penyakit tiroid.
2.4 Tanaman Obat Efektif pada Penyakit Hipotiroidisme

Bacopa monnieri
Bacopa monnieri dari famili scrophulariaceae berfungsi sebagai perangsang
aktivitas tiroid dengan meningkatkan jumlah T4 dan digunakan untuk mengobati
hipotiroidisme. Karena T4 ditingkatkan oleh B. monnieri, sehingga dapat
disimpulkan bahwa ekstrak tumbuhan merangsang atau melepaskan T4 langsung di
tingkat kelenjar, tetapi tidak melalui perifer konversi T4 ke T3.
Aegle marmelos dan Aloe vera
Dua tumbuhan lainnya yang dapat menyembuhkan penyakit Hipotiroidisme
adalah Aegle marmelos dan Aloe vera, mengurangi satu atau kedua dari TH. Di
antara kedua tumbuhan ini, marmelos memiliki potensi yang lebih baik untuk
mengurangi T3 sebesar 62%, yang sebanding dengan pengurangan obat standar
propylthiouracil. Meskipun ekstrak Aloe vera dapat menghambat konsentrasi T3
dan T4 dimana tingkat penghambatan untuk kedua hormon tersebut masing-masing
sebesar 25% dan 13%, yang menunjukkan bahwa ekstrak mungkin tidak cukup
efektif dalam mengurangi konsentrasi dari THs. Namun, ekstrak Aloe vera bisa
menjadi pilihan yang lebih baik untuk kasus hipertiroidismeyang ringan karena
tidak menghasilkan efek toksik di hati. Tampaknya Aegle marmelos relatif lebih
efektif

dari pada Aloe vera untuk mengurangi fungsi tiroid karena dapat dipertimbangkan
untuk regulasi hipertiroidisme.
Coleus forskohlii (keluarga Lamiaceae)
Coleus forskohlii meningkatkan
produksi dan sekresi file hormon, juga
dapat membantu menjaga tingkat
hormon. Daun Coleus forskohlii
direkomendasikan untuk hipotiroidisme
dalam beberapa kasus. Coleus forskohlii
direkomendasikan kerena dapat
menstimulasi adenylate cyclase dan mengurangi efek TSH serta aktivasi adenylate
cyclase dapat mengikat reseptor TSH. Senyawa forskolin yang diperoleh dari daun
Coleus Forskohlii dapat meningkatkan sintesis T4 melalui folikel tiroid.
Linum Usitatissimum
Linum usitatissimum adalah anggota keluarga Linaceae
dan secara lokal disebut Alsi / Bijari. Benih Linum
usitatissimum penting untuk kesehatan tiroid dan
membantu meningkatkan produksi TH yang dapat
mengurangi kecenderungan hipotiroidisme.

Biji Nigella (jintan hitam)


Sebuah penelitian pada 40 pasien dengan tiroiditis Hashimoto
menunjukkan bubuk Nigella sativa mengurangi tingkat TSH dan meningkatkan T3
dan T4.

Minyak kelapa
Studi pendahuluan telah menunjukkan bahwa minyak kelapa dan lemak,
seperti minyak alpukat, mungkin dapat mendukung fungsi tiroid dengan cara tubuh
mengaktifkan TH. Beberapa laporan telah menunjukkan peningkatan dan
pengurangan gondok. Bacopa monnieri (L.) Pennell adalah anggota dari keluarga
Scrophulariaceae dan secara lokal disebut Chhoti brahmi / Jal-Neem. Bacopa
monnieri telah dilaporkan dapat mengobati hipotiroidisme jika digunakan dalam
setengah gelas dua kali sehari dalam 7–10 hari. Tanaman obat tonik ini digunakan
untuk tiroid yang kurang aktif. Studi pendahuluan telah menunjukkan bahwa
Bacopa Monnieri meningkatkan T4 tetapi tidak efektif pada T3.
Bladder wracks
Bladder wracksadalah anggota keluarga Fucaceae dan genus Phaeophyceae
dan ditemukan di Samudra Pasifik. Fucus vesiculosus mengandung flavonoid
(senyawa yang terdiri dari 15 atom karbon yang umumnya tersebar di dunia
tumbuhan. Lebih dari 2000 flavonoid yang berasal dari tumbuhan telah
diidentifikasi, tetapi ada tiga kelompok yang umum dipelajari,
yaitu antosianin, flavonol, dan flavon.) dan flukonazol (obat yang digunakan untuk
mengobati candidiasis atau infeksi jamur) dan telah dilaporkan memiliki aktivitas
antioksidan yang tinggi. Fucus vesiculosus adalah sumber yodium yang kaya akan
ketersediaan hayati. Ia juga kaya akan mineral seperti kalsium, kalium, jumlah
fosfor, selenium, dan magnesium. Fucus vesiculosus juga mengandung sejumlah
Vitamin yang cukup anatar lain A, D, E, K, B2, B3, dan B6. Fucus vesiculosus
mengandung semua mineral dan vitamin yang memiliki efek menguntungkan pada
fungsi tiroid, dan juga membantu mengurangi aktivitas trans-sialidase dalam darah.
Trans-sialidase adalah enzim yang terkait dengan akumulasi kolesterol. Fucus
vesiculosus dapat membantu pasien dengan hipotiroidisme sehingga metabolisme
berkurang dengan hiperlipidemia.
Versicolor
Versicolor juga disebut bendera biru. Versicolor adalah hewan liar kecil
yang ditemukan pada tanaman di rawa-rawa Amerika Utara. Versicolor
meningkatkan fungsi kelenjar tiroid dengan meningkatkan produksi T3. Versicolor
adalah agen detoksifikasi dan secara khusus digunakan untuk mengobati
pembesaran tiroid. Versicolor juga berguna untuk pengobatan hepatosplenomegali
karena mengandung minyak atsiri, resin, alkaloid, dan oleoresin.
2.5 Tanaman yang Digunakan untuk Mengobati Hipertiroidisme

Melissa officinalis (keluarga Lamiaceae)


Sebagaimana dicatat dari hasil penelitian sebelumnya, lemon balm sangat
mempengaruhi pemblokiran TSH yang mengikat reseptor dengan mempengaruhi
hormon dan reseptor itu sendiri. Lemon balm ini juga mencegah produksi AMP
siklik yang dirangsang oleh antibodi reseptor TSH.
Secara konvensional, lemon balm digunakan untuk mengobati
hipertiroidisme yang memiliki gejala seperti takikardia, insomnia, dan hiperaktif.
Ekstrak M. officinalis meningkatkan sekresi TRH dan Tingkat TSH dan
selanjutnya meningkatkan tingkat T3 dan T4. Peningkatan T3 dan T4 pada
akhirnya dapat menyebabkan penurunan di tingkat TSH melalui umpan balik
negatif.
 A. marmelos (L. Corr.) Adalah family dari Rutaceae dan secara lokal
disebut Bael / Shriphal. Penggunaan farmasinya sedemikian rupa daunnya diiris
setengah gelas dan dipakai selama 3 kali sehari 7–10 hari untuk mengobati
hipertiroidisme.
 Aloe barbadensis (mill) adalah family dari Liliaceae dan secara lokal
disebut Ghee kwar / Gwarpatha. Nya penggunaan farmasi sedemikian rupa
sehingga daun yang diseduh digunakan dua kali sehari untuk mengobati
hipertiroidisme.
 Lemon balm, motherwort, bugleweed, dan self-healing: Lemon balm,
motherwort, bugleweed, dan self-healing adalah empat tanaman obat yang dapat
digunakan, baik kombinasi maupun secara terpisah untuk mengobati
hipertiroidisme. Studi pendahuluan telah menunjukkan bahwa lemon balm (M.
officinalis), motherwort (Leonurus cardiaca), dan bugleweed (Lycopus europaeus)
menghambat TSH melalui pengikatan ke situs reseptor dan mengurangi kelebihan
produksi TH. TanamanTanaman ini kaya akan asam rosmarinic yang bermanfaat
untuk berbagai kondisi tiroid. Tanaman ini juga menghalangi efek antitiroid dari
imunoglobulin dan mengurangi konversi T4 ke T3. Lemon balm digunakan
sebagai penekan tiroid untuk pengobatan hipertiroidisme. Tanaman itu efektif pada
hormon dan reseptor dengan mencegah pengikatan TSH ke reseptor. Itu juga dapat
mencegah produksi AMP siklik untuk merangsang Reseptor TSH sebagai antibodi.
Lemon balm juga mengandung a asam rosmarinic dalam jumlah besar. Motherwort
terutama memiliki aktivitas anti-inflamasi, karena itu mengandung flavonoid yang
disebut quercetin. Itu penting untuk mengurangi peradangan atau pembengkakan
untuk mengobati autoimun penyakit, dan oleh karena itu, motherwort adalah
pilihan yang baik untuk diobati hipertiroidisme. Dalam hal ini, aksi 5-deiodinase
dicegah.

Dalam sebuah penelitian pada 400 pasien hipertiroid, bugleweed ditemukan


untuk mengurangi gejala secara signifikan. Ada beberapa tanaman yang di
gunakan
 Motherwort dan Bugleweed, dan lemon balm yaitu untuk menyembuhkan
Stres kardiovaskular yang umum pada hipertiroidisme. Karena mengandung asam
rosmarinic yang melimpah dan telah ditemukan dalam sebuah penelitian untuk
menjadi obat gondok pada hipertiroidisme dan hipotiroidisme yaitu dengan
kombinasi terapi obat.
 Gromwell dari family Boraginaceae mengandung asam rosmarinic.
Tindakan terpenting ini tanaman di hipertiroidisme adalah untuk mencegah TSH
mengikat folikel tiroid. Ini juga mengurangi deiodinasi perifer dari T4 dan juga
mengurangi sekresi TH.

Kawin mawar adalah tanaman dari famili Lamiaceae. Ini memiliki tinggi jumlah
asam rosmarinic dan digunakan untuk mengobati hipertiroidisme. Asam ini
mempengaruhi efek TSH pada situs reseptor dan juga mencegah efek
imunoglobulin pada reseptor TSH. Selain itu, ini mengurangi perubahan periferal
di T3. Sage, anggota lain dari famili tumbuhan ini, melakukan hal yang sama efek.
2.6 Peran Antioksidan dalam Penyakit Tiroid

THS mengatur metabolisme oksidatif dan dengan demikian berperan peran


penting dalam produksi radikal bebas. Selain itu, mereka mengatur sintesis dan
penghancuran protein dan vitamin serta sintesis enzim. Dapat diketahui bahwa
biosintesis TH adalah reaksi biokimia oksidatif tersebut yang dapat dijelaskan
dengan tabel dibawah sebagai hubungan dari Hipotiroid dan Hipertiroid.

Tabel diatas tergantung pada pembentukan peroksida dimana perubahan level TH


bisa menjadi salah satu mediator fisiologis utama untuk regulasi stres oksidatif in
vivo, yang bergantung pada peran masing- masing komponen teresebut di dalam
mempengaruhi rantai pernapasan mitokondria. Salah satu efek utama TH adalah
peningkatan mitokondria sebagai rantai pernafasan yang meningkatkan produksi
reaktif dengan spesies oksigen (ROS), yang pada akhirnya mengarah ke oksidatif
menuju kerusakan pada lipid membran. Kelenjar tiroid adalah sebuah organ di
mana proses oksidatif sangat penting untuk produksi TH. Diperkirakan bahwa
sejumlah besar ROS, khususnya H2 O2, diproduksi di tiroid secara kondisi
fisiologis. Hidrogen peroksida merupakan faktor penting untuk melakukan
Biosintesis TH dimana senyawa ini diproduksi di tiroid kelenjar. Sifat reaktif
oksigen dan mediatornya tampaknya terlibat dalam penyakit autoimun endokrin
seperti gangguan tiroid tertentu. Yang paling umum penyakit autoimun adalah
penyakit Graves yang berhubungan dengan produksi TH yang berlebihan karena
stimulasi yang terus menerus reseptor TSH oleh antibodi perangsang tiroid.
Meskipun penyebab kejadian autoimun dapat ditentukan secara pasti, bukti
menunjukkan peran stres oksidatif dalam patogenesis penyakit. Studi
eksperimental memiliki ketentuan bahwa perubahan fungsi tiroid memiliki
pengaruh yang signifikan yang berdampak pada aktivitas senyawa mitokondria
rantai pernapasan di hati tikus. Telah dikategorikan bahwa yang disebabkan oleh
disfungsi rantai pernapasan mitokondria hipertiroidisme mempercepat
pembentukan ROS dan juga dapat menyebabkan perubahan potensi antioksidan
sistem. Hidrogen peroksida bertindak sebagai reseptor elektron di semua langkah
sintesis TH, yaitu penting untuk aktivitas dari tiroperoksidase, enzim kunci untuk
sintesis tiroid, dalam oksidasi iodida dan kemudian organisasinya, serta dalam
reaksi pengikatan iodotirosin. Peningkatan H2O2 produksi, bersamaan dengan
peningkatan radikal bebas (terutama OH), terjadi pada semua kondisi yang terkait
dengan peningkatan kadar TSH darah. Karena itu, merangsang TSH menyebabkan
perkembangan gondok, dan dalam kondisi tertentu, memicu timbulnya kanker
tiroid melalui oksidatif mekanisme stres. Stres oksidatif memberikan kondisi untuk
proliferasi sel.
Antioksidan alami yang ada dalam tanaman menghilangkan radikal bebas
berbahaya dari tubuh. Antioksidan memberikan efek dengan menekan
pembentukan ROS dengan menghambat enzim atau mengkelat elemen langka.
Antioksidan adalah elemen penting yang melindungi tubuh dari kerusakan stres
oksidatif yang disebabkan oleh radikal bebas. Studi klinis dan eksperimental telah
menunjukkan peningkatan kadar radikal bebas pada hipertiroidisme.
Hipertiroidisme adalah keadaan kadar hormon tiroid yang meningkat dengan
konsumsi oksigen total, menyebabkan pembentukan ROS dan radikal bebas
lainnya atau terjadinya stres oksidatif. Vitamin A meningkatkan konversi T4
menjadi T3. Vitamin E merupakan faktor penting untuk menekan radikal bebas
dan meningkatkan kapasitas sistem kekebalan. Pengurangan vitamin E pada
gangguan tiroid mengarah pada kesimpulan bahwa tingkat metabolisme radikal
bebas yang tinggi sedang berlangsung. Radikal oksigen aktif mencegah aktivitas
enzim yang terlibat dalam konversi T4 menjadi T3 aktif yang dapat dikurangi
dengan jumlah Vitamin E yang cukup. Vitamin E sebagai antioksidan secara tidak
langsung dapat merusak H2O2 yang dibutuhkan untuk oksidasi yodium dan
dengan demikian mengurangi biosintesis TH. Penurunan kadar Vitamin C pada
hipertiroidisme dan peningkatan stres oksidatif secara simultan menunjukkan
bahwa vitamin antioksidan teroksidasi, dan oleh karena itu, efek antioksidan
menurun. Hipertiroidisme dikaitkan dengan peningkatan produksi radikal bebas,
sedangkan pada hipotiroidisme, produksi radikal bebas menurun. Faktanya, baik
hipotiroidisme maupun hipertiroidisme dikaitkan dengan peningkatan stres
oksidatif dan memerlukan antioksidan enzimatis dan non-enzimatik. Selain itu,
beberapa keluhan akibat hipertiroidisme disebabkan oleh stres oksidatif pada
jaringan target. THs, tidak seperti katalase (CAT), dapat bertindak sebagai oksidan
dan menyebabkan kerusakan DNA, yang kemungkinan terjadi melalui gugus
fenolik. Metode lain dapat mencakup peningkatan ekspresi gen oksida nitrat dan
produksi NO yang berlebihan, aktivasi Nf-Kb hati dan peningkatan selanjutnya
dalam stimulasi sitokin, produksi ROS, mekanisme kopling termasuk protein
pelepasan (UCP) -2 dan UCP-3 yang diatur oleh THs di mana meningkat
pergantian protein mitokondria yang diatur oleh reseptor-γ yang diaktifkan
proliferasi peroksisom, yang ekspresinya meningkat dengan pemberian T3.
Hipertiroidisme diperburuk oleh metabolisme oksidatif dan penurunan kadar lipid
dan lipoprotein plasma. Dalam keadaan hipermetabolik yang terjadi karena
hipertiroidisme, produksi radikal bebas dan peroksidasi lipid di mitokondria
dipercepat, dan sistem pertahanan antioksidan diubah. Jumlah asam arakidonat,
asam lemak jenuh, meningkat hipertiroidisme karena peningkatan peroksidasi
lipid. Perubahan jaringan yang berhubungan dengan hipertiroidisme dikaitkan
dengan efek dari dua THs pada enzim antioksidan (Mn, superoksida dismutase
[SOD] atau Cu, Zn, CAT, dan glutathione peroksidase [GPX]).
Pada manusia, hipertiroidisme dikaitkan dengan penurunan kadar alfa-
tokoferol yang bersirkulasi, dan koenzim Q10 meningkat pada hipotiroidisme, dan
telah terbukti menjadi indikator sensitif dari efek TH. Atau, ia dapat
mengekspresikan TH dalam kondisi penyakit sistemik saat T3 menurun, aktivitas
CAT meningkat pada pasien hipertiroid dan menurun pada pasien hipotiroid.
Dalam penelitian lain, CAT berkurang baik pada hipertiroidisme maupun
hipotiroidisme. Aktivitas SOD juga meningkat pada hipotiroidisme dan
hipertiroidisme.
Mengenai hipotiroidisme, beberapa orang berpendapat bahwa jaringan
dapat dilindungi dari kerusakan oksidatif akibat keadaan hipometabolik. Namun,
penelitian terbaru menunjukkan bahwa stres oksidatif meningkat pada
hipotiroidisme. Dalam sebuah penelitian pada 33 pasien, dikatakan bahwa
peningkatan kadar ROS pada hipotiroidisme mungkin terkait dengan lingkungan
oksidatif, yang menghasilkan penurunan aktivitas antioksidan PON1 dan
peningkatan MDA dan NO. Pada sejumlah pasien hipotiroid, Peningkatan kadar
MDA dan NO dikaitkan dengan penurunan paraoxonase (PoN1), sedangkan kadar
SOD tidak berbeda nyata dibandingkan dengan kelompok kontrol. Peningkatan
kadar MDA juga telah dilaporkan pada pasien hipotiroid. Hipotiroidisme kronis
memanifestasikan cacat pada potensi redoks, yang mengarah ke reaksi berantai
radikal bebas, serta penekanan metabolik dalam kapasitas antioksidan.
Penggunaan antioksidan pada hipotiroidisme mungkin disebabkan oleh
peningkatan produksi radikal bebas pada rantai pernapasan di lapisan dalam
mitokondria. Hipotiroidisme didefinisikan sebagai penurunan metabolisme
oksidatif dan peningkatan kadar lipid dan lipoprotein yang terjadi karena
penekanan metabolik yang disebabkan oleh kadar TSH yang rendah atau
singkatnya penurunan kerja atau sekresi hormone tiroid. Dalam hipotiroidisme,
jumlah Vitamin E menurun secara signifikan dan kadar β-karoten meningkat
secara signifikan, yang dapat dikaitkan dengan penekanan konversi β-karoten
menjadi Vitamin E karena defisiensi TH. Baru-baru ini, ada pendapat bahwa
radikal bebas aktif memainkan peran penting dalam perkembangan gondok pada
hipotiroidisme. T4 mengurangi produksi H2O2 dengan menurunkan sekresi TSH
pada pasien hipotiroid, yang menghasilkan peningkatan aktivitas pemulungan
GPX, dan oleh karena itu, tingkat kerusakan tirosit lebih jauh lagi dibatasi.
Peroksidasi lipid dan stres oksidatif yang disebabkan oleh hipotiroidisme terjadi
sebagai akibat dari peningkatan produksi radikal bebas serta penurunan kapasitas
pertahanan antioksidan. Gangguan metabolisme yang terjadi akibat hipotiroidisme
autoimun juga dapat meningkatkan stres oksidatif. Oleh karenanya banyaknya
kasus yang ditimbulkan dari hipo maupun hipertiroidisme ini merupakan suatu
gejala dari peningkatan radikal bebas pada pernafasan yang mengakibatkan tingkat
stress naik dan alih alih membuat proses sekresi TH dan TSH terhambat.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil review mengenai pembahasan dari jurnal ini maka dapat
di simpulkan dari hasil ini bahwa kelenjar tiroid sangat mempengaruhi aktivitas
pertumbuhan, metabolisme, homeostasis, dan priliferasi sel dan perbedaan dalam
sekresi hormon tiroid (THs). Hasil dari penelitian ini dapat mengindikasikan
bahwa tanaman obat seperti, Fucus vesiculosus, Aegle marmelos, Coleus
forskohlii, Linum usitatissimum, Withania somnifera, Commiphora mukul, Nigella
sativa, dan Bacopa monnieri dapat membatu memperingan gejalan oenyakit tiroid
dengan efek samping yang sedikit.

3.2 Saran

Berdasarkan pengamatan kami, jurnal ini mudah dipahami karena masih


dalam pembahasan fisiologi, tetapi bagi kami sedikit sulit untuk memahami Bahasa
Bahasa tumbuhan yang baru pernah diketahui. Saran bagi penulis selanjutnya dapat
menambahkan terminologi beserta pengertiannya pada jurnal agar lebih
memudahkan pemahaman.
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, A.K., Aster, J.C., dan Kumar, V. 2015. Robbins Basic Pathology; Chapter
19 Endocrine System. Ed: 9. Philadelphia: Elsevier Saunders.
Ioana R. Ilie. 2020. Introduction to Endocrinology. ISBN: 978-3-030-27382-8.
Romania: Springer Nature Switzerland.
Sherwood, L.Z., 2018. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem: BAB 18 Prinsip-
prinsip Endokrinologi Kelenjar Endokrin Sentral; Bab 19 Kelenjar Endokrin
Perifer. Ed: 9. Jakarta: EGC.
Tortora, G.J. & Derrickson, B., 2017. principles of anatomy physiology; Chapter
18. The Endocrine System. Ed: 14. ISBN: 978-1-118-34500-9. America:
Wiley.

Anda mungkin juga menyukai