Anda di halaman 1dari 26

GURU SEBAGAI DESIGNER OF INSTRUCTION (PERANCANG PENGAJARAN)

GURU SEBAGAI DESIGNER OF INSTRUCTION


(PERANCANG PENGAJARAN)

OLEH : PRIYONO, SH
Waka Kurikulum SMP Al Islam Cipari

Menurut Ary H Gunawan guru adalah seorang administrator, informator, konduktor dan sebagainya,
dan harus berkelakuan menurut harapan masyarakatnya. Sikap perbuatan dan kepribadian seorang guru sangat
besar sekali pengaruhnya terhadap kondisi kelas atau sekolah. Guru dituntut harus dapat menciptakan
kebebasan terbaik bagi peserta didik untuk dapat mengeluarkan buah pikiran dan mengembangkan kreatifitas
siswa. Guru juga harus dapat menciptakan pagar pembatas kebebasan siswa dalam rangka pembinaan dan
pengembangan kepribadian peserta didik.
Peran guru harus dapat mengadministrasikan kegiatannya, memberikan informasi yang diperlukan
oleh peserta didik, mengatur proses transfers keilmuan, dan kegiatan-kegiatan lainnya terkait dengan tugas
pokoknya untuk mendidik siswa. Begitu kompleks dan beragamnya tanggung jawab seorang guru sebagai
subyek pemberi materi keilmuan atau pendidik sekaligus pembangun dan pencetak generasi penerus bangsa,
sehingga menjadi suatu keharusan bagi seorang guru untuk bertingkah laku baik terpuji, dan memiliki moralitas
yang tinggi demi masa depan bangsa dan Negara tercinta.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua tahun 1991 guru diartikan sebagai oarng yang
pekerjaannya (mata pencahariannya) mengajar. Dan dilengkapi oleh Muhibbin Syah, M.ED, bahwa yang disebut
sebagai guru adalah tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, dalam arti mengembangkan ranah cipta,
rasa dan karsa siswa sebagai implementasi konsep mendidik. Tetapi manakala ditelaah dengan lebih teliti,
bahwa fungsi dan peranan seorang guru dalam kegiatan belajar mengajar adalah sebagai director of learning
(direktur belajar). Disini guru harus dapat membimbing dan mengarahkan peserta didik untuk tercapainya kinerja
akademik sesuai dengan prosesnya dan mampu memenuhi tujuan-tujuan yang menjadi target dan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Sehingga jelas terlihat bahwa fungsi dan peran guru bukan hanya sebagai pengajar saja
tetapi sekaligus sebagai direktur belajar.
Sebagai seorang direktur belajar, guru harus mampu mengarahkan subyek dan obyek kenirja
akademik agar tepat sasaran sehingga tujuan belajar yang dicanangkan dapat tercapai dengan baik. Bahkan
menurut Cagne fungsi guru lebih luas lagi, yaitu meliputi hal-hal sebagai berikut :
1. Designer of instruction (perancang pengajaran).

2. Manager of instruction (pengelola pengajaran).

3. Evaluator of student learning (penilaian pretasi belajar siswa).

Pada tulisan ini hanya mengupas dan menyajikan secara singkat dan sederhana mengenai fungsi
guru sebagai Designer of instruction (perancang pengajaran) saja, yaitu dengan mengacu kepada
standar bakuyang telah digariskan oleh pemerintah. Kita maklumi bersama bahwa peraturan-peraturan yang
melingkupi dunia pendidikan saat ini begitu dinamis dan sangat cepat sekali berubah. Hampir banyak hal belum
sepenuhnya dipahami, tetapi  telah diikuti oleh perubahan-perubahan yang telah ditetapkan oleh para
stakeholders di bidang pendidikan. Sehingga menjadi sangat penting sekali bagi seorang guru untuk selalu
mengikuti dan meneliti perkembangan dunia pendidikan dengan segala macam dinamisasinya. Salah satu
contohnya adalah kasus ujian nasional saat sekarang yang masih menjadi silang sengketa dan yang masih
menjadi obyek pemberitaan sekaligus obyek untuk meraup keuntungan oleh pihak-pihak tertentu.
Tetapi guru adalah orang yang harus selalu siap menerima titah demi nasib bangsa tercinta ini.
Polemik yang ada biarlah menjadi pemikiran orang-orang yang ahli di bidangnya, sementara tugas utama guru
adalah mengajar dan mendidik anak bangsa dengan sebaik-baik menurut segala macam peraturan yang
mengaturnya. Posisi guru menjadi sangat fundamental sekali bagi kepentingan perubahan situasi kondisi suatu
bangsa, yaitu memberikan suatu perubahan dan perkembangan secara pasti melalui tahapan-tahapan
pendidikan yang mampu untuk membekali anak bangsa dengan segala sesuatu yang memang dibutuhkan untuk
kelangsungan hidup suatu bangsa.
Untuk dapat menjadi seorang Designer of instruction (perancang pengajaran), seorang guru terlebih
dahulu harus memiliki pengetahuan yang cukup memadai tentang segala sesuatu yang terkait dengan prinsip-
prinsip belajar. Memahami materi, memahami karakter peserta didik, memahami situasi dan kondisi, memahami
sarana dan prasarana yang tersedia, atau hal-hal lainnya yang terjadi disekitar tempat guru bekerja.
Secara keilmuan suatu desian pengajaran atau rancangan belajar baru dapat diangap baik apabila
didalam rancangan tersebut termuat ketentuan-ketentuan tentang : pemilihan dan penentuan bahan pelajaran,
perumusan penyajian bahan pelajaran, pemilihan metode penyajian bahan pelajaran yang tepat dan adanya
penyelenggaraan kegiatan evaluasi prestasi belajar yang cukup memadai dan sesuati standar. Kesemua unsure
tersebut harus menyatu utuh dalam satu kesatuan yang saling mendukung saling mengisi satu sama lainnya
untuk mencapai suatu bentuk kesempurnaan penyajiannya. Kesempurnaan yang terbentuk inilah yang akan
dapat diterjemahkan oleh para guru untuk dapat memberikan materi keilmuaan yang tepat sasaran dan yang
sama persis meskipun diberikan oleh guru yang berbeda-beda.
Pada masa sekarang peran guru sebagai seorang designer of instruction (perancang pengajaran)
dapat ditelusuri pada kelihaian dan keahlian seorang guru dalam membuat dan menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP). Rencana pelaksanaan pembelajaran ini merupakan suatu desain pembelajaran atau
skenario proses kegiatan belajar mengajar di kelas sekaligus merupakan suatu manifestasi yang nyata bagi
keberhasilan guru dalam merancang suatu system pengajaran yang akan diberikan kepada peserta didik.
Bahkan saat sekarang, menurut penulis, penilaian baik buruknya kinerja seorang guru yang dilakukan oleh
atasannya cenderung lebih melihat kepada caranya didalam membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang
dibuatnya.
Seperti pula dijelaskan oleh Tim Pengembang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kabupaten
Cilacap maupun dari Propinsi Jawa Tengah pada acara Evaluasi dan Telaah KTSP SD SMP/MTs Negeri Swasta
se Kabupaten Cilacap di Gedung Dwijaloka Cilacap pada tanggal 19 Nopember 2009 yang lalu, yang diikuti oleh
Waka Kurikulum AMP/MTs Negeri/Swasta dan para Kepala SD, bahwa peran guru yang teramat fital adalah
membuat scenario pembelajaran atau rencana pelaksanaan pembelajaran sebagai tolak ukur pemahaman
seorang guru terhadap silabus yang telah ditentukan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Hasil rancangan seorang guru sebagai designer of instruction (perancang pengajaran) umumnya
berupa berupa rencana pelaksanaan pembelajaran. Untuk dapat mendesain suatu rencana pelaksanaan
pembelajaran yang ideal, seorang guru harus memahami betul langkah-langkah penyusunannya. Pada
pokoknya suatu rencana pelaksanaan pembelajaran baru dapat dianggap baik dan ideal apabila didalamnya
termuat sebelas hal sebagai berikut :1). Identitas mata pelajaran, 2). Standar Kompetensi, 3). Kompetensi Dasar
darisilabus yang akan dicapai, 4). Indikator pencapaian kompetensi, 5). Tujuan Pembelajaran, 6). Alokasi Waktu
yang diperlkan, 7). Materi Ajar, 8). Metode pembelajaran, 9). Kegiatan Pembelajaran atau langkah-langkah
pembelajaran, 10). Penilaian Hasil Belajar, 11). Sumber dan Bahan.
Dalam Permendiknas juga diterangkan dengan detail prinsip-prinsip penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran dengan rinci dan lengkap. Untuk dapat menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran harus memperhatikan prinsip-prinsip umum sebagai berikut :
1.     Memperhatikan perbedaan individu siswa. Perbedaan-perbedaan yang ada antara siswa yang satu dengan
siswa yang lain, baik dalam hal tingkat ekonomi, suku, agama, dan lain-lain, menjadi suatu keragaman yang
mampu memberikan nuansa pendalaman materi yang lebih kompleks dan lebih luas. Perbedaan yang terjadi
akan menjadikan satu kenyataan bahwa sesuatu yang kompleks masih dapat dibuat menjadi satu kesimpulan
yang sama yang pada akhirnya akan dapat memperkaya tataran keilmiahannya. Jadi bukan suatu kendala
maupun hambatan, tetapi justru menjadi satu masukan yang mampu membuat suasana pembelajaran menjadi
lebih kompleks lebih menyeluruh lebih mendalam dan lebih menguntungkan.
2.     Mendorong partisipasi aktif siswa. Dalam rencana pelaksanaan pembelajaran didalamnya diterangkan cara-cara
guru dalam memberikan dorongan kepada siswa agar lebih aktif dalam belajar, siswa menjadi subyek belajar
bukan menjadi obyek belajar. Dengan menjadi subyek pemahaman dan pengetahuan yang didapatnya akan
mengendap lebih lama dimemori otaknya dan akan mudah mengingatnya kembali karena siswa terlibat dalam
proses pembelajaran secara langsung dengan aktif. Alternatif pemberian motivasi siswa agar aktif berpartisipasi
ini bisa ditemukan melalui penafasiran atau dengan melihat kata-kata pada langkah-langkah pembelajaran yang
ditetapkan. Langkah-langkah pembelajaran tersebut memungkinkan siswa untuk dapat mengapresiasi
pembelajaran, memberikan masukan, dan atau melatih agar siswa dapat berpikir kritis dalam menerima materi
pelajaran.
3.     Mengembangkan budaya membaca dan menulis. Desain pembelajaran seharusnya juga menjadi ajang siswa
untuk rajin membaca dan menulis. Membaca dan menulis menjadi suatu kebutuhan dan keharusan yang
dilakukan oleh para peserta didik dengan sukarela tanpa paksaan dan dilakukan dengan penuh kesenangan,
yang pada gilirannya akan menjadi suatu kebiasaan yang menguntungkan. Melalui tahap-tahap pembelajaran
yang ditetapkan guru didalamnya terkandung perintah agar siswa mau membaca dan menulis segala sesuatu
yang diperlukan untuk pemahaman dan pendalaman materi ajar yang sedang dipelajarinya. Guru harus dapat
membimbing dan mengarahkan siswa agar dengan sukarela mau membaca dan menulis demi kepentingan
dirinya sendiri.
4.    Memberikan umpan balik dan tindak lanjut. Umpan balik disini umumnya berupa pertanyaan-pertanyaan
pancingan yang diberikan oleh guru untuk merangsang minat siswa dalam memahami dan mendalami materi
yang sedang dipelajarinya.
5.    Keterkaitan dan keterpaduan antara standar kompetensi, kompetensi dasar, materi dan pengembangannya,
kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian kompetensi, penilaian dan sumber belajar. Pokok-pokok
penyusunan disain pembelajaran ini harus menjadi satu kesatuan yang padu, yang utuh tak terpisah satu sama
lainnya, yang kesemuanya harus ada dan sama pentingnya untuk suatu keberhasilan penyajian materi pelajaran.
Satu bagian dengan bagian lainnya harus ada secara lengkap dan utuh untuk dapat menjadi suatu desain
pembelajaran yang ideal. Tak ada satua bagian pun yang boleh dihilangkan atau dikurangi.
6.    Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi. Penerapan teknologi dan informasi ini lebih menyenangkan dan
menggairahkan siswa dalam belajar. Karena dengan teknologi dan informasi ini materi pelajaran yang diberikan
akan lebih mudah dipahami siswa, lebih mudah dicerna siswa, lebih irit waktu dan menjadi sumber belajar yang
mampu menuangkan nuansa audio visual secara sekaligus. Penerapan teknologi ini juga dimaksudkan agar
guru mampu mendapatkan informasi yang up date sesuai dengan tugas dan kewajiban guru. Dan memang untuk
masa sekarang seorang guru yang baik harus menguasai perkembangan teknologi, karena dalam
perkembangan teknologi tersebut menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan profesionalisme seorang guru.
Desain pengajaran atau scenario pembelajaran adalah urut-urutan langkah pembelajaran yang dibuat
dan ditetapkan oleh seorang guru untuk dapat menyajikan materi pelajaran dengan baik dan
mendalam.keberhasilan seorang guru sebagai designer of instruction (perancang pengajaran) adalah berupa
suatu keberhasilan administrative. Dimana keberhasilan ini merupakan suatu keberhasilan awal yang menjadi
penentu untuk keberhasilan-keberhasilan selanjutnya. Apabila pembuatan desain pembelajaran ini sudah tidak
baik maka bisa dinilai bahwa keberhasilan keberhasilan lainnya juga sulit untuk diukur. Atau untuk sampainya
materi kepada para peserta didik akan mengalami kesulitan dan hambatan yang pada akhirnya akan
menghambat proses penilaian keberhasilan suatu pembelajaran. Dengan desain pembelajaran yang baik maka
akan menjadi jaminan bahwa suatu materi akan sampai kepada peserta didik dengan maksimal walaupun
diberikan oleh guru yang berbeda-beda.
Aturan pembuatan desain pembelajaran menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) terbagi
menjadi tiga bagian besar yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan
pendahuluan, dalam butir-butir scenario guru harus mencantumkan antara lain hal-hal sebagai berikut:
1.    Menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, Jaman dulu sering disebut
dengan guru dapat menguasai kelas terlebih dulu sehingga dapat menyiapkan siswa untuk menerima materi
pelajaran dengan sebaik-baiknya. Manakala ada hal-hal yang dirasa akan dapat mengganggu proses
pembelajaran, guru akan secepatnya menyingkirkan hal-hal tersebut. Guru dengan arif dan bijaksana meneliti
dan menyiapkan suasana kelas baik mengenai tempat maupun para peserta didik dan hal-hal lain yang
dibutuhkan agar dapat menjadi tempat yang ideal untuk kegiatan belajar mengajar.
2.    Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan
dipelajari, Materi yang disajikan dalam desain pembelajaran harus menjadi kesinambungan dengan materi
sebelumnya berdasarkan panduan silabus yang telah ditetapkan. Karena desian pembelajaran itu harus menjadi
satu kesatuan integral dengan silabus yang menjadi sumber penyusunan dan pembuatan desain pembelajaran
tersebut. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar hari ini harus diikuti dengan keberhasilan kegiatan belajar
mengajar hari-hari selanjutnya, sehingga materi ajara yang telah ditetapkan akan dapat diberikan secara
keseluruhan dengan baik dan dapat mencapai hasil yang maksimal.
3.    Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai, Berisi informasi tentang tujuan yang
harus didapat siswa dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa mengerti untuk apa ia belajar dengan susah
payah, dan siswa dapat menilai apakah ia sudah belajar apa belum. Karena siswa yang benar-benar belajar ia
akan mengerti bahwa ia telah sampai pada tujuan belajar yang ditetapkan dalam desain pembelajaran tersebut.
4.    Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai dengan silabus.
Tahap kegiatan pendahuluan tersebut harus dapat mengantarkan atau berurutan dengan kegiatan inti
pembelajaran sekaligus dengan bagian kegiatan penutup. Kegiatan inti pembelajaran terbagi lagi menjadi tiga
bagian yang berurutan satu sama lainya tidak boleh terbalik dan dialokasikan waktunya secara sendiri-sendiri.
Ketiga bagian kegiatan inti pembelajaran tersebut adalah meliputi eksplorasi, elaborasi dan konfirmasi.
Untuk kegiatan eksplorasi, guru harus dapat menerangkan dan menyampaikan cara-cara yang
seperti apa dan bagaimana dalam hal :
a)    Melibatkan siswa mencari informasi yang luas dan dalam tentang topic/tema materi yang akan dipelajari dengan
menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber. Disini harus dapat dimanfaatkan
agar materi ajar yang dipelajari harus dapat berkembang, harus mendalam agar pengetahuan yang didapatkan
juga tidak hanya parsial saja.
b)    Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain. Beragamnya
pendekatan belajar menjadikan seorang guru menjadi mudah memilih cara yang paling tepat untuk dapat
menyampaikan materi dengan baik. Apabila pendekatan yang satu tidak dapat diterapkan dengan baik meskipun
telah diawali dengan suatu pemilihan yang tepat, seorang guru dapat menggantikan jenis pendekatan tersebut
dengan jenis lainnya karena situasi yang kurang menguntungkan bagi peserta didik. Pokok persoalannya
sebenarnya pendekatan yang mana yang dapat mengantarkan siswa untuk dapat memahami materi ajar dengan
baik.
c)    Memfasilitasi terjadinya interaksi antarsiswa serta antar siswa dengan guru, lingkungan dan sumber belajar
lainnya. Desain pembelajaran didalamnya juga harus dinyatakan adanya suasana social di kelas, yaitu adanya
interaksi yang baik dan menguntungkan diantara para pihak yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar.
d)    Melibatkan siswa secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, dan
e)    Memfasilitasi siswa melakukan percobaan di laboratorium, studio atau lapangan.
Untuk kegiatan elaborasi, guru harus dapat menerangkan dan menyampaikan cara-cara yang seperti
apa dan bagaimana dalam hal :
1.    Membiasakan siswa membaca dan menulis yang beragam, melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna,
2.    Memfasilitasi siswa melalui pemberian tugas, diskusi dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara
lisan maupun tertulis,
3.    Memberi kesempatan untuk berfikir, menganalisis, menyelesaikan masalah dan bertindak tanpa rasa takut,
4.    Memfasilitasi siswa dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif,
5.    Memfasilitasi siswa berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar,
6.    Memfasilitasi siswamembuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis secara individual
maupun kelompok,
7.    Memfasilitasi siswauntuk menyajikan hasil kerja secara individual maupun kelompok,
8.    Memfasilitasi siswa melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan,
9.    Memfasilitasi siswa melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri siswa.
Untuk kegiatan konfirmasi, guru harus dapat menerangkan dan menyampaikan cara-cara yang
seperti apa dan bagaimana dalam hal :
a.    Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap
keberhasilan siswa,
b.    Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi siswa melalui berbagai sumber,
c.    Memfasilitasi siswa melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan,
d.    Memfasilitasi siswa untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar :
1)    Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan siswa yang menghadapi kesulitan,
dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar,
2)    Membantu menyelesaikan masalah,
3)    Memberi acuan agar siswa dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi,
4)    Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh, dan
5)    Memberikan motivasi kepada siswa yang kurang atau belum berpartisipasi aktif.
Secara garis besar kegiatan penutup dalam suatu desain pembelajaran berupa penarikan kesimpulan
dan penilaian belajar. Tetapi secara lebih rinci kegiatan penutup ini memuat beberapa hal sebagai berikut :
a)    Bersama-sama dengan siswa dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran. Rangkuman dan
kesimpulan ini yang menjadi hasil perolehan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
b)    Melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan
terprogram, Assesment disini diberikan oleh seorang guru untuk dapat mengetahui apakah siswa telah dapat
menyerap materi pembelajaran dengan baik atau belum, atau masih diperlukannya hal-hal lain untuk dapat
merangsang siswa agar dapat menguasai materi pembelajaran tersebut.
c)    Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran,
d)    Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remidi, program pengayaan, layanan konseling
dan/atau memberikan tugas baik secara individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar siswa,
e)    Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Desain pembelajaran tersebut merupakan hal baru yang harus secepatnya dipahami pembuatan dan
penyusunannya oleh seorang guru. Sebagai seorang designer of instruction ia harus dapat membuat suatu
scenario yang memungkinkan ia dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, tulus dan penuh pengabdian.
Desain pembelajaran tersebut merupakan modal pokok yang harus dimiliki guru untuk dapat mengemban tugas
memberikan materi pembelajaran kepada anak bangsa sebagai generasi penerus dan pengisi bangsa ini.
Pembahasan yang serba sepintas dan serba sederhana ini akan kami ikuti dengan pembahasan-
pembahasan lainnya seperti yang diuraikan oleh Cagne dimuka apabila memungkinkannya. Karena apa yang
disampaikan oleh Cagne tersebut adalah merupakan suatu hal yang utama bagi kepentingan seorang guru
dalam menjalankan fungsi dan perannya ditengah-tengah masyarakat dengan segala macam tuntutan dan
keinginannya, dimana telah dikuatkan pula oleh para stakeholders bidang pendidikan di Negara ini.
Tulisan-tulisan yang kami sajikan selanjutnya adalah berkaitan dengan hal-hal fungsi dan peran guru
sebagai Manager of instruction (pengelola pengajaran) dan sebagai Evaluator of student learning (penilaian
pretasi belajar siswa).
DAFTAR PUSTAKA
1.    Syah, Muhibbin, M.Ed, 2007, Psikologi Pendidikan, Remaja Rosda Karya, Bandung.
2.    Gunawan, H, Ary, 2006, Sosiologi pendidikan, Jakarta.
Diposkan oleh Gondo's Tlacapan di 19.37 
Peran Guru dalam Pengembangan Rancangan Pembelajaran

                Rancangan Pembelajaran dapat dianalogikan dengan rancangan strategi permainan suatu tim. Perancang
pembelajaran kelas yang baik, mengetahui kelemahan dan kekuatan siswanya dan dia tahu tantangan yang
terkandung dalam kurikulum. Dia memiliki ragam strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk
membangkitkan kekuatan siswa yang dapat mengurangi kelemahannya. Dan karena hampir semua semua
pembelajaran itu berlangsung dalam kelompok besar, maka perancang pembelajaran perlu memiliki strategi
menyeluruh yang membantu keseluruhan kelas mengkoordinasi kegiatannya. Dalam hal ini guru berperan sebagai
oerancang pembelajaran kelas.
                Ada suatu analogi menarik dengan rancangan pembelajaran. Jika kegiatan pembelajaran itu diibaratkan
suatu tayangan film maaka pembelajaran yang baik perlu didasarkan kepada jalan cerita yang jelas., peran yang
harus dimainkan oeh pemain, dan pemain yang bermutu. Jika dalam sinetron atau film semua itu disiapkan dan
atau dilakukan oleh orang yang berbeda maka dalam proses pembelajaran seluruh peran itu dimainkan oleh
seorang guru. Seorang guru adalah seorang sutradara, dan aktor yang memainkan jalan cerita, tetapi juga sekaligus
sebagai penonton karena dia harus mengamati apa yang terjadi dalam proses tersebut. Ada tiga hal pokok yang
akan dibicarakan dalam kegiatan belajar ini yaitu:

1.       HAKIKAT PROSES PEMBELAJARAN


Proses pembelajaran sebagai proses implementasi kurikulum, menuntut peran guru untuk mengartikulasikan
kurikulum/bahan ajar serta mengembangkan dan mengimplementasikan program-program pembelajaran dalam
suatu tindakan yang akurat dan adekuat. Peran ini hanya mungkin dilakukan jika guru memahami betul tujuan dan
isi kurikulum serta segala perangkatnya untuk mewujudakan proses pembelajaran yang optimal.
Istilah pembelajaran bukanlah hal yang baru dikenal bahkan mungkin kita tidak hanya mengenal istilah itu
melainkan pernah melakukannya. Apa sebenarnya yang dimaksud dngan proses pembelajaran? Apakah
pembelajaran itu proses penyampaian pengetahuan kepada siswa? Proses melatih siswa sehingga dia terampil
melakukan sesuatu? Atau membantu proses belajar?
a.       Pembelajaran Sebagai Inkuiri Refleksi
Cara kita memandang esensi pembelajaran akan bergantung kepada baagaimana kita memandang pendidikan.
Apakah kita memandang pendidikan sebagai suatu hasil atau sebagai proses. Dengan kata lain apakah kita
memandang pendidikan sebagai kualitas kata kerja. Cara kita membedakan kedua hal ini akan mempengaruhi cara
mempelajari pendidikan dan perilaku kita sebagai guru. Jika pendidikan dipandang sebagai kata benda, berarti
bahwa pendidikan itu adalah sesuatu yang telah diperoleh. Sedangkan jika dipandang sebagai kata kerja,
pendidikan adalah proses inkuiri yang berkelanjutan.
Pandangan terakhir adalh pandangan yang memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang lebih efektif dan
mengarah kepada pengembangan profesi guru dan perkembangan siswa secara optimal. Di dalam kajian ini, proses
pembelajaran dipandang sebagai proses membantu peserta didik belajar, membantu peserta didik mengembangkan
dan mengubah perilaku (pengetahuan, afektif, dan psikomotor), proses membantu peserta didik merangkai gagasan,
sikap, pengetahuan, apresiasi, dan keterampilan.
Sebagai proses inkuiri reflektif, pembelajaran mengandung makna sebagai proses sintesis dan analisis.Inkuiri di
dalam pembelajaran mengandung makna mempertanyakan, menjelajahi lebih jauh, dan memerluas pemahaman
tentang situasi. Sedangkan refleksi mengimplementasikan adanya dugaan, penilaian, dan pertimbangan faktor-
faktor yang signifikan terhadap pencapaian tujuan. Dengan kata lain proses pembelajaran sebagai imkuiri refleksi
sangat menekankan unsur aktifitas dan dinamika proses yang harus dipahami dan dihayati guru. Proses
pembelajaran tidak sekedar menjadi wahana belajar bagi peserta didik tetapi juga wahana belajar bagi guru. Di
dalam proses pembelajaran terjadi proses menjaawab pertanyaan, mempertanyakan jawaban, dan
mempertanyakan pertanyaan.  Jelasnya proses pembelajaran adalah proses dinamis, proses yang berkembang terus,
dan didalam proses itu akan terjadi proses belajar. Dalam proses pembelajaran terkandung prses mengajar dan
belajar, sebagai dua proses yang saling bergantung, mengajar hanya akan ada jika terjadi proses belajar.
Proses pembelajaran sebagai inkuiri reflektif akan menempatkan guru sebagai:
  Individu yang secara terus menerus aktif belajar, anda juga berperan sebagi siswa,
  Seorang guru yang memandang siswanya untuk menjadi pelajar yang reflektif,
  Seorang profesional yang secara terus menerus merefleksikan keefektifannya sebagai seorang guru,
  Seorang profesional yang selalu meningkatkan kemampuan profesionalnya.
b.      Perkembangan Sebagai Tujuan Pembelajaran
Tatkala seorang guru ditanya tentang tujuan apa yang ingin dicapai dengan pengajaran Bahasa, IPA, IPS dan juga
bidang studi atau pelajaran lain, mungkin dia menjawab bahwa dia bertujuan mengembangkan manusia terdidik,
dan untuk mencapai itu dia mengajarkan Bahasa, IPA, IPS atau bidang studi lain karena bidang esensial untuk
berlangsungnya pendidikan secara mulus.
Bukan hal mustahil bahwa pembelajaran yang ekselen (unggul) dikerjakan oleh guru-guru artistik yang tidak
memilik konsep yang jelas tentang tujan tetapi mereka secara intuitif memiliki pemahaman tentang apa proses
pembelajaran yang baik, materi sajian apa yang dianggap penting/bermakna, topik apa yang relevan dengan
penembangan peserta didik, bagaimana menyajikan bahan secara efektif, serta bagaimana menilai keberhasilan
siswa. Akan tetapi jika suatu program pendidikan atau pembelajaran dirancang dan diupayakan untuk dilakukan
perbaikan secara berkesinambungan, bagaimanapun juga pemahaman akan konsep-konsep tujuan yang hendak
dicapai adalah suatu keharusan bagi guru. Tujuan pembelajaran menjadi tolak ukur untuk memilih bahan ajar,
merancang isi pembelajaran, mengembangkan prosedur pembelajaran, dan mempersiapkan tes dan ujian. Semua
aspek progrm pembelajaran secara nyata merupakan instrumen untuk mencapai tujuan. Artinya jia menelaah
program pembelajaran secara sistematis dan cermat, maka pertama-tama yang harus diyakini adalah tujuan yang
hendak dicapai.
Persoalan yang muncul ialah apa yang menjadi tujuan pembelajaran itu? Salah satu hal yang dirisaukan atas
praktek pendidikan adalah ketidakseibangan pengembangan aspek intelektual dan nonintelektual. Sering kali
terjadi bahwa proses pembelajaran lebih menekankan pengembangan aspek intelektual sengkan aspek
nonintelektual kurang tersentuh. Bahkan dalam aspek intelektual pun seringkali hanya menyentuh satu sisi, yaitu
kemampuan berpikir logis (convergent thinking) dan kurang mengembangkan kemampuan kreatifitas siswa
(divergent thingkng).
Kecenderungan proses pembelajaran seperti ini akan menimbulkan kekurangan bermaknaan karena proses
pembelajaran hanya merupakan proses intelektualisasi dan bukan proses personalisasi. Kecenderungan ini juuga
akan mendorong tumbuhnya kompetensi intelektual yang tajam, sementara kepekaa sosial dan lingkungan menjadi
pudar. Titik lemah proses pembelajaran tersebut perlu diperbaiki dengan menekankan kepada konsep
perkembangan sebagai tujuan pembelajaran.
Pada umumnya diakui dalam diri manusia ada suatu instrumen penting untuk mengembangkan diri yaitu akal
pikiran. Hanya saja pengembangan kemotekaran (akal pikiran) melalui proses pembelajaran harus dibarengi dengan
pengembangan nilai-nilai dan keteramilan hidup dan menempatkan nilainilai dan keterampilan hidup itu sebagai
objek dan juga sekaligus sebagai landasan pengembangan akal pikiran. Hal ini diharapkan terjadi di dalam proses
pembelajaran sebagai wahana pengembangan pribadi peserta didik.
Dalam kaitannya dengan perkembangan peserta didik, proses pembelajaran memiliki fungsi:
  Pengembangan, yakni membantu peserta didik mengembangkan diri sesuai dengan potensi dan keunikannya,
  Peragaman, yaitu embantu peserta didik memilih arah perkembangan yang tepat sesuai dengan potensi dan peluang
yang diperolehnya,
  Integrasi, yakni membawa keragaman perkembangan ke arah dan tujuan yang sesuai dengan eksistensi kehidupan
manusia.

2.       PROSEDUR PENGEMBANGAN RANCANGAN PEMBELAJARAN


Kegiatan dalam menyusun rancangan pembelajaran ini akan mencakup:
a.       Analisis kurikulum,
Secara fisik, kurikulum dituangkan dalam suatu dokumen yang pada intinya menggambarkan bahan ajar yang
harus diajarkan dalam tingkatan kelas dan kurun waktu tertentu. Kurikulum dalam bentuk dokumen semacam ini
merupakan kurikulum ideal atau kurikulum yang diharapkan (ideal of expected curriculum).
Di dalam praktek seorang guru dituntut untuk mengartikulasikan kurikulum kedalam ragam dan rentang
pengalaman belajar peserta didik. Artikulasi dan implementasi kurikulum yang ideal tadi akan bersifa kontekstual
dan bergantung kepada kondisi objektif guru maupun peserta didik. Oleh karena itu, sangat mungkin apa yang
dilaksanakan dalam praktek tidak sepenuhnya mewujudkan hal-hal yang terkandung dalam kurikulum tersebut.
Dengan kata lain kurikulum yang terlaksana (implemented curriculum) tidak selalu identik dengan kurikulum ideal.
Persoalan yang muncul ialah bagaimana agar kurikulum yang terlaksana tadi tidak menyimpang dari kurikulum
yang ideal. Dalam hal inilah seorang guru perlu melakukan analisis kurikulum yang dimaksudkan untuk
merumuskan rencana dan bahan ajar yang lebih bermakna sesuai dengan perkembangan peserta didik. Ada tiga hal
yang perlu dipertimbangkan dalam melakukan analisis kurikulum, aitu sebagai beriut:
  Total waktu yang anda miliki untuk menangani topik-topik utama yang harus diajarkan,
  Asumsi-asumsi yang anda gunakan tentang pengetahuan dan keterampilan awal peserta didik untuk memulai
mempelajari topik-topik baru,,
  Tujuan umum belajar yang dirumuskan untuk siswa.
Waktu serta pengetahuan dan keterampilan awal akan dibahas sendiri, sedangkan tujuan akan dibahas pada bagian
tujuan pembelajaran.
a)      Waktu
Keseluruhan waktuyang harus anda rancang untuk pengajaran mencakup waktu untuk mengajarkan seluruh isi
pelajaran dan waktu yang diharapkan dimiliki siswa untuk mengajarkan pekerjaan diluar kelas. Anda tidak akan
pernah memiliki cukup waktu untuk melakukan segalanya yang ingin anda lakukan dalam satu pelajaran. Oleh
karena itu, anda harus sadar betul waktuyang perlu dimiliki dan direncanakan.
Rancangan waktu dapat dirumuskan kedalam waktu tatap muka dengan siswa, administrasi kelas, dan kegiatan luar
kelas. Banyak ragam kegiatanyang bisa dirancang untukkegiatan di luar kelas yang pada intinya mengembangkan
tanggung jawab siswa terhadap tugas-tugas yang harus dikerjakan, yang biasanya dinyatakan dalam bentuk
pekerjaan rumah.
b)      Pengetahuan dan Keterampilan Awal
Benyamin Bloom (1976) mengembangkan suatu teori yang menjelaskan mengapa unjuk kerja siswa berbeda atas
tugas-tugas pembelajaran (learning task) yang diperhadapkan padanya. Teori ini mengatakan sebagai berikut:
  Sampai dengan 50% keraguan prestasi siswa ditentukanoleh kepemilikan keterampilan kognitif awal yang diperlukan
untuk memulai pembelajaran.
  Sampai dengan 25% Keragaman perstasi ditentukan oleh karakteristik afektif awal. Karakteristik ini berkaitan
dengan kemauan dan motivasi siswa untuk belajar.
  Sampai dengan 25% keragaman prestasi siswa ditentukan oleh balikan yang efekti dan tepat waktu dari guru dan/atau
bahan pembelajaran.
Teori ini tentu berlaku secara keompok tidak secara individual, dan kita tidak bisa membuat penyederhanaan atas
proses pembelajaran yang dialami oleh setiap siswa. Proses secara individual akan lebih kompleks, karena prilaku
menusia mempunyai ragam penyebab adalah hal yang berbahaya jika kita melakukan penyederhanaan dalam
menjelaskan perilaku.
Bagi seorang guru sekolah, pemahaman pengetahuan dan keterampilan awal siswa dapat silakukan dengan cara
menganalisis kurikulum sebelumnya, atau diskusi dengan guru yang pernah mengajar pada tingkat sebelumnya.
Pemahaman tersebut dapat anda padukan dengan pemahaman anda tentang isi pelajaran yang harus dipelajari.
b.      Penyiapan tujuan instraksional,
Pemahaman anda tentang isi pelajaran dan waktu yang tersedia, menjadi landasan bagi pengembangan dan
perumusan tujuan pembelajaran. Ada empat tipe tujuan pembelajaran, yaitu:
1.       Tujuan keperilakuan, rumusan tujuan yang ada dalam bentuk perilaku siswa yang dapat diobservasi, diukur, dan
diuji bahwa siswa sudah menguasai dengan baik perilaku yang harus dicapai secara khusus.
2.       Tujuan pemecahan masalah, merumuskan pembelajaran siswa dalam proses untuk menggunakan pikiran melalui
pengkajian isu yang tidak memiliki pemecahan spesifik.
Ada lima hal yang membedakan tujuan pemecahan masalah dari tujuan keperilakua, yaitu:
  Pemecahan terhadap masalah tidak dapat dirumuskan sebelumnya dan seringkali pemecahan yang muncul
merupakan hal yang tidak/belum pernah terfikirkan sebelumnya.
  Proses berpikir melalui masalah sama pentingnya dengan pemecahan masalah itu sendiri.
  Peran guru berubah dari seseorang yang memandu secara eksplisit kepada seseorang yang mendorong dan pemberi
kritik yang bersahabat.
  Perubahan peran guru akan mengubah peran siswa. Arah kerja siswa tidak lagi kepada hasil yang sudah diprediksi.
  Perbedaan antara kedua tujuan ini akan bermuara pada sistem evaluasi.
3.       Tujuan ekspresif, merumuskan pembelajaran siswa kedalam tingkst pengalaman tinggi yang bermakna secara
individual apakah sebelumnya sudah diantisipasi atau belum.
4.       Tujuan afektif, ada kesamaan dengan tujuan ekspresif, hanya tujuan afektif lebih terfokus pada respons-respons
emosional terhadap kurikulum dan pengajaran. Dalam tatanan paling rendah perilaku afektif direplikasikan dalam
bentuk memperlihatkan dan merespons. Dalam kaitannya dengan rumusan tujuan pengajaran untuk memahami
perilaku ini biasanya ditambah dengan rumusan “berkemauan untuk”.

c.       Kegiatan yang di arahkan untuk mencapai tujuan,


Secara operasional kegiatan pembelajaran yang tertuang dalam satuan pelajaran diartikan sebagai sejumlah waktu
yang dirancang untuk mengajari siswa suatu topik sederhana, bisa berupa konsep, keterampilan, proses, diskusi
singkat tentang cerita pendek,atau bagian dari novel. Kata sederhana mengandung arti bahwa setiap satuan arti
pembelajaran adalah hanya satu dari rangkaian satuan-satuan pelajaran yang saling terkait dam bekerja sama
membantu siswa memahami hal-hal yang lebih kompleks.
Setiap kegiatan pembelajaran dapat dibagi ke dalam tiga bagian, yaitu:
  Kegiatan Awal
Pada saat anda memperkenalkan topik baru kepada siswa, perlu di ingat bahwa siswa harus dibantu memahami
topik itu dalam konteks keseluruhan pengajaran. Bagian pengantar dari satuan pelajaran dapat membantu siswa
dalam hal-hal berikut.
1.       Mengaitkan hal-hal yang sudah dipelajari dengan hal baru. Pengatar satuan pengajaran dapat diisi dengan
mengaitkan kembali pengetahuan awal dan mengaitkannya dengan informasi baru sehingga pengetahuan awal itu
dapat menjadialat yang bermakna bagi proses mengajar baru.
2.       Memberi kesempatan kepada siswa untuk memahami topik secara keseluruhan sebelum mempelajari hal-hal yang
terkandung dalam tooik secarc detail.
3.       Menumbuhkan hasrat ingin tahu siswa dan merangsang perhatian danhasrat belajar siswa secara berkelanjutan.
4.       Menyadarkan siswa akan apa yang diharapkan guru dari siswa dalam atau selama pembahasan topik tersebut di
samping menyampaikan tujuan pembelajaran.
  Rancangan untuk kegiatan inti pembelajaran
Banyak ragam konsep dan pemikiran tentang bagaimana proses dan kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Ada yang
melihat sebagai suatu “siklus pelajaran” yang mengorganisasikan kegiatan mengajar kedalam aspek-aspek
rangkaian arah kegiatan guru (Hunter, 1984). Ada yang merumuskan kedalam langkah-langkah terstruktur
misalnya Posenshine dan Stevens (1986). Ada pula yang menekankan kepada model (Joyce dan Weil, 1986) yang
tidak sependapat dengan adanya langkah-langkah sistematis dan standar dalam proses pembelajaran.
Ini berarti tidak banyak ragam rancangan dilaksanakan dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
yang beraneka ragam pula. Walaupun demikian kegiatan pembelajaran dikehendaki mampu menumbuhkan dan
mengembangkan hal-hal berikut ini:
1.       Mengantarkan siswa kepada informasi atau keterampilan baru.
2.       Mendorong siswa mengkaji ulang atau menafsirkan ulag informasi atau keterampilan yang sudah dipelajari
sebelumnya.
3.       Memungkinkan siswa mampu melihat kekurangan dalam proses belajar sebelumnya dan mengisi kekurangan itu.
4.       Mendorong siswa untuk mengembangkan atau memperkuat proses-proses fisik, kognitif, sosial maupun afektif.
5.       Mendorong siswa untuk menghasilkan, mengorganisasikan dan menyatakan informasi baru itu dalam cara-cara
kreatif.
6.       Mendorong siswa untuk memperkirakan dan memikirkan gagasan yang belum dikembangkan serta masalah yang
belum terpecahkan.
Tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan menjadi panduan bagi anda dalam memikirkan keseluruhan proses
pembelelajaran, memutuskan hasil yang paling penting yang harus dicapai, mengaitkan tujuan pembelajaran
dengan tujuan kurikulu.
  Kegiatan Penutup
Pada kegiatan penutup, guru membimbing siswa untuk merumuskan ikhtisar yang bertujan untuk:
1.       Mengkaji ulang butir-butir penting dari isi kegiatan pembelajaran.
2.       Memungkinkan siswa merefleksikan pembelajaran dan menggambarkan kumpulan dari pengalaman pembelajaran.
3.       Memberikan gambaran tentang pembelajaran yang akan datang.

d.      Perencanaan evaluasi.
Salah satu koponen penting dari keseluruhan perencanaan pembelajaran adalah perencanaan untuk mengetahui
apakah setelah kurun waktu tertentu siswa anda memperoleh kemajuan sesuai engan tujuan yang telah ditetapkan
atau apakah siswa anda siap mencapai tujuan yang lebih kompleks. Tujuan-tujuan yang sudah dirumuskan baik
tujuan kepperilakuan, sampai dengan kemajuan siswa semua kegiatan evaluasi ini disebut evaluasi sumatif, yaitu
evaluasi yang merangkum seluruh hasil belajar siswa pada jangka waktu tertentu.
Evaluasi lain yang perlu dirancang adalah evaluasi formatif. Evaluasi ini dimaksudkan untuk melihat kemajuan
siswa pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Evaluasi sumatif maupun formatif harus dirancang secara
konsisten dengan tujuan yang sudah ditetapkan.

3.       RANCANGAN UNIT PEMBELAJARAN


Misalkan anda guru kela lima dan akan mengajarkan kesusastraan Indonesia dngan tema roman. Anda tentu
mempunyai banyak topikyang ingin diajarkan dan dikuasai oleh siswa. Tentunya siswa tidak mungkin menguasai
seluruh tujuan yang berkaitan dengan topik-topik itu dalam satu hari. Jika anda tidak merancang dengan cermat
Makalah Perencanaan pembelajaran dan hubungannya dengan
sat

desain pembelajaran
Makalah  Individu

PERENCANAAN PEMBELAJARAN

“Perencanaan Pembelajaran Dan Hubungannya dengan Desain


Pembelajaran”

Di susun oleh  :
      Nama                : Asrawati Asri
      Nim                    : 10540 6527 11
      No.Urut          : 14
      Kelas                : II.D
                            Dosen Pembimbing:  Dra. Hj.Rawiyah Tompo,
M.Pd.

JURUSAN PGSD S1
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2012

KATA PENGANTAR
              Syukur Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah swt, atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua, terutama kepada penulis sehingga dapat menyusun
makalah ini tepat pada waktunya.
Tujuan pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas pengganti final pada mata
kuliah  “Perencanaan Pembelajaran”, selain itu hal yang lebih penting adalah dapat
digunakan oleh pihak terkait sebagai acuan dan juga untuk meningkatkan
profesionalisme dan kualitas pembelajaran.
           Makalah ini disusun secara sistematis dan berdasarkan metode-metode yang ada,
agar mudah dipahami  sehingga dapat menambah wawasan pemikiran para pembaca.
             Dalam penulisan makalah ini,  masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun Saya harapkan dari para pembaca agar dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan demi kesempurnaan makalah ini.
           Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

                                                                                                                Makassar, 
  3 Juli2012
                                                                                                                              
Penulis
                                                           

DAFTAR ISI
    KATA PENGANTAR............................................................................................... i
    DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan......................................................................................................... 2
D. Manfaat....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................... 3
A. Pengertian Perencanaan Pembelajaran....................................................... 3
B.  Komponen Perencanaan Pembelajaran........................................................ 4
C.  Jenis-jenis Perencanaan Pembelajaran.........................................................  6
D. Kriteria Penyusunan Perencanaan Pembelajaran.........................................  8
E. Langkah-langkah Penyusunan Perencanaan
Pembelajaran................................................................................................9
F. Manfaat Perencanaan Pembelajaran........................................................... 10
G. Fungsi perencanaan pembelajaran............................................................. 11
H. Hubungan Perencanaan Pembelajaran dan Desain Pembelajaran............. 13
BAB III PENUTUP................................................................................................. 18
A. Kesimpulan............................................................................................... 18
B. Saran......................................................................................................... 19
    DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 20

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar
“ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut)
ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti
proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar
(KBBI). Reformasi pendidikan memunculkan pembelajaran dalam 4 hal : learning to
know, learning to do, lerning to be, learning to life together. Uu No. 20/2003 tentang
Sisdiknas (pasal 1): pendidikan adalah usaha sadar dan Terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
Kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang Diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Seorang arsitek yang professional, sebelum ia membangun sebuah gedung, terlebih
dahulu ia akan merancang bentuk gedung yang sesuai denga struktur dan kondisi tanah,
selanjutnya ia akan menentuka berbagai bahan yang dibutuhkan, menghitung biaya yang
diperlukan termasuk menentukan berapa jumlah pegawai yang dibutuhkan.mengapa
seorang arsitek perlu melakukan semua itu? Itulah pentingnya perencanaan, begitu juga
halnya dalam pembelajaran.
Berangkat dari hal tersebut diatas guru memilik peranan yang strategis sebagai
perancang/ perencana pembelajaran agar pembelajaran tersebut berhasil dan bermutu.
Perencanaan yang merupakan bagian dari desain pembelajaran itu sendiri merupakan
proses awal penyusunan sesuatu yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Pelaksanaan perencanaan tersebut dapat disusun dalam kurun waktu
tertentu sesuai dengan keinginan yang membuat perencanaan. Dan yang lebih utama
adalah perencanaan yang dibuat haruslah dapat dlaksanakan dengan mudah dan tepat
sasaran, bukan malah membuat sulit pelaksanaanya.
Begitu halnya dengan perencanaan pembelajaran, yang direncanakan harus sesuai
dengan target atau tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan. Disini Guru yang
bertugas membuat perencanaan pembelajaran dituntut harus dapat menyusun berbagai
program yang terkait dengan pengajaran sesuai dengan metode, pendekatan dan strategi
yang akan digunakan.
Begitu urgennya perencanaan pembelajaran ini dalam pendidikan, maka dalam
makalah yang berjudul “perencanaan pembelajaran” ini akan dibahas hal-hal yang
berkaitan dengan perencanaan pembelajaran.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud perencanaan pembelajaran?
2.      Apa saja yang termasuk  Komponen Perencanaan Pembelajaran?
3.      Apa saja yang termasuk  Jenis-jenis  Perencanaan Pembelajaran?
4.   Apa sajakah Kriteria Penyusunan Perencanaan Pembelajaran?
5.   Langkah-langkah apa yang harus dilakukan dalam Penyusunan Perencanan
Pembelajaran?
6.   Apakah Manfaat Perencanaan Pembelajaran?
7.   Apakah Fungsi Perencanaan  Pembelajaran?
8.      Bagaimanakah  Hubungan Perencanaan Pembelajaran dan Desain Pembelajaran?

C.    Tujuan
1.      Untuk Memberitahu kepada pembaca pengertian perencanaan pembelajaran, komponen
perencanaan pembelajaran, jenis-jenis dan kriteria penyusunannya.
2.      Untuk memberi informasi tentang langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
mentusun perencanaan pembelajaran, manfaat, dan fungsi serta hubungan perencanaan
pembelajaran dan desain pembelajaran.

D.    Manfaat
Makalah ini dapat melatih penulis dalam penyusunan makalah, selain itu juga adalah :
1.    Bagi para pembaca dapat menambah pengetahuan mengenai pentingnya Perencaan
Pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan siswa.
2.    Merupakan sumbangan pemikiran berkenaan Perencanaan Pembelajaran yang dapat
merubah paradigma pembelajaran ke arah yang lebih maju, kondusif dan berkualitas.
3.    Sebagai bahan pelajaran dan pertimbangan dalam menyusun perencanaan pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Perencanaan Pembelajaran
       Dilihat dari terminologinya, perencanaan pembelajaran terdiri atas dua kata, yakni
kata perencanaan dan pembelajaran.Perencanaan berasal dari kata rencana yaitu
pengambilan keputusan tentang apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan.
Menurut Kaufman (1972) perencanaan adalah sebagai suatu proses untuk menetapkan
”kemana harus pergi” dan bagaimana untuk sampai ”ke tempat” itu dengan cara efektif
dan efisien.

Setiap perencanaan minimal harus memiliki empat unsur :


1.      Adanya tujuan yang harus dicapai (tujuan merupakan arah yang harus dicapai).
2.      Adanya strategi untuk mencapai tujuan (berkaitan dengan penetapan keputusan yang
harus dilakukan oleh seorang perencana).
3.      Sumber daya yang dapat mendukung (penetapan sumberdaya yang diperlukan untuk
mencapai tujuan).
4.      Implementasi setiap keputusan (implementasi adalah pelaksanaan dari strategi dan
penetapan sumber daya).

     Berdasarkan unsur perencanaan yang telah dikemukaan diatas, jadi perencanaan


bukanlah khayalan atau angan-angan yang ada dalam benak seseorang melainkan
dideskripsikan secara jelas dalam suatu dokumen tertulis. Perencanaan merupakan hasil
proses berpikir yang mendalam; hasil dari proses pengkajian dan mungkin penyeleksian
dari berbagai alternatif yang dianggap lebih memiliki nilai efektivitas dan efisiensi.
Sedangkan pembelajaran dapat diartikan sebagai proses kerja sama antar guru dan siswa
dalam memanfaatkan segala potensi dan sumber yang ada, baik potensi yang bersumber
dari dalam diri siswa itu sendiri seperti minat,bakat dan kemampuan dasar yang dimiliki
termasuk gaya belajar maupun potensi yang ada di luar diri siswa. Pembelajaran adalah
terjemahan dar ”instruction”, menurut Gagne (1992) ”instruction is a set of event that
effect learners in such a way that learning is facilitataed”. Oleh karena itu mengajar
merupakan bagian dari pembelajaran (instruction) dimana peran guru lebih ditekankan
kepada bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas yang
tesedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu.
Secara garis besar perencanaan pembelajaran mencakup kegiatan merumuskan tujuan
apa yang ingin dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran, cara apa yang akan dipakai untuk
menilai pencapaian tujuan tersebut, materi/bahan apa yang akan disampaikan,
bagaimana cara menyampaikannya, alat atau media apa yang diperlukan (R. Ibrahim
1993:2).

Dari pemaparan di atas, maka konsep perencanaan pembelajaran memiliki karakteristik


sebagai berikut :
1.      Perencanaan pembelajaran merupakan hasil dari proses berpikir.
2.      Perencanaan pembelajaran disusun untuk mengubah perilaku sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai.
3.      Perencanaan pembelajaran berisi tentang rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan
untuk mencapai tujuan.

B.     Komponen Perencanaan Pembelajaran


Yang dimaksud dengan Perencanaan pembelajaran berdasarkan beberapa pendapat,
yakni;
1.      Secara garis besar perencanaan pengajaran mencakup kegiatan merumuskan tujuan apa
yang ingin dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran, cara apa yang akan dipakai untuk
menilai pencapaian tujuan tersebut, materi/ bahan apa yang akan disampaikan,
bagaimana cara menyampaikannya, alat atau media apa yang diperlukan (R. Ibrahim
1993:2).
2.      Perencanaan Pembelajaran sebagai pedoman mengajar bagi guru/ calon guru dan
pedoman belajar bagi siswa.
3.      Perencanaan Pembelajaran merupakan acuan jelas, oprasional, sistematis sebagai
pedoman guru dan siswa dalam pembelajaran yang akan dilakukan.

Perencanaan Pembelajaran mikro, yaitu membuat perencanaan atau persiapan untuk


setiap jenis keterampilan mengajar yang akan dilakukan. Karakteristik Pembelajaran
Mikro, setiap unsur perencanaan tersebut lebih disederhanakan, dan ada penekanaan
terhadap jenis keterampilan apa yang akan dilatihkan.
Kesimpulan yang ditarik dari benang merah diatas, Perencanaan Pembelajaran adalah
proses memperoyeksikan dari setiap komponen pembelajaran.

Pada dasarnya komponen perencanaan ada 3, antara lain;


1.      Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran merupakan komponen utama yang terlebih dahulu harus
dirumuskan guru dalam proses belajar mengajar, karena dengan perencanaan itu akan
ditunjukkan tujuan yang harus dicapai (visi,misi dan sasaran). Dengan kata lain, tujuan
adalah arah yang mempersatukan kegiatan pembangunan, tanpa adanya tujuan kegiatan
pembelajaran/ pendidikan tidak akan berarti dan tidak terkandali. Tujuan merupakan
cita-cita (harapan) atau visi – misi atau sasaran dan merupakan hal yang abolut dan tidak
dapat ditawar lagi.
2.      Bagaimana Perencanaan Itu Dimulai
Perencanaan harus dimulai dari titik yang pasti, dalam arti tidak dimulai dari nol sama
sekali, melainkan dimulai dari tingakat yang telah dicapai selama ini. Disini
mangindikasikan bahwa pendidikan itu bersifat continue, yang dalam pelaksanaanya pun
harus mengembangkan apa yang telah dicapai sebelumnya, tak ubahnya dalam
perencanaannya.
3.      Cara Pencapain Tujuan
Merupakan alternatif cara atau upaya untuk mencapai tujuan dari titik berangkat yang
telah ditentukan itu. Upaya ini dapat saja berbentuk pendekatan, kebijakan, juga strategi
yang kemungkinannya sedikit banyak tergantung pada kemamuan untuk memilih man
yang paling tepat dan efektif untuk mencapai tujuan tersebut.
Menurut Ralph W. Tyler (1975) komponen-komponen pembelajaran tersebut meliputi
empat unsur yaitu:
1.      Tujuan Pembelajaran, adalah suatu yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran,
yaitu gambaran perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih positif, baik dari segi
pengatahuan keterampilan dan sikap.
2.      Isi Pembelajaran, merupakan isi atau bahan yang akan dipelajari siswa.
3.        Kegiatan Pembelajaran.
4.      Evaluasi, evaluasi juga berfungsi sebagai dasar diagnosis belajar siswa yang dilanjutkan
dengan bimbingan atau untuk pemberian pengayaan.

C.    Jenis-jenis Perencanaan Pembelajaran


1.   Perencanaan Permulaan (Preliminary Planning)
Perencanaan ini sangat diperlukan oleh guru- guru baru dan guru yang baru mulai
tugasnya disuatu skekolah. Dari tugasnya ini perlu mengadakan serangkaian penyesuaian
diri terhadap situasi- situasi baru, membantu murid dalam belajar, memberi kesan yang
menyenangkan bagi murid, sehingga menjadi betah bersekolah.
2.   Perencanaan Tahunan
Perencanaan ini berfungsi sebagai rencana jangka panjang. Langkah – langkahnya :
a.       Menentukan tujuan pembelajaran.
b.      Menyusun skor pelajaran sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
c.       Mengorganisasikan isi pelajarandalam bentuk masalah – masalah atau unit – unit atau
minat siswa.
d.      Menentukan metode mengajar.
3.   Perencanaan Hari Pertama
Dalam rencana ini memuat; melaksanakan hal- hal yang bersifat rutin, prosedur dan
bahan pengajaran, pengaturan tempat duduk murid, cara pendekata guru dengan murid
dan lain- lain.
4.   Perencanaan Terus Menerus
Di sini dimaksudkan untuk merevisi rencana yang telah dibuat sebelumnya, karena
rencana yang telah disusun sebelumnya itu masih dalam tartaran garis besarnya saja.
Juga dalam perencanaan ini merupakan kelanjutan dari perencanaan yang sebelumnya.
5.   Perencanaan Bersama (Resource Unit)
Dalam perencanaan ini, penyusunan rencana menjadio tanggung jawab bersama dari
semua guru, kepala sekolah, penilik, dan pengawas. Mereka bersama- sama dalam suatu
kelompok kerja menyusun suatu rencana yang luas yang dapat menjadi pegangan para
guru.
6.   Mengikutsertakan Murid Dalam Perencanaan
sebelum membuat perencanaan dengan murid, guru terlebih dahulu menyusun pre-
planning dan telah mengadakan penjajakan sebelumnya tentang kebutuhan dan minat
murid, sehingga pre- planning itu dapat sejalan dengan keiinginan mereka dan
menghindari perubahan- perubahan yang tidak perlu.
7.   Perencanaan Jangka Panjang
Aspek-aspeknya antara lain;
a.          Perumusan tujuan- tujuan pembelajaran.
b.         Memilih isi dan kegiatan belajar.
c.          Mengorganisasi isi menjadi unit-unit. Belajar.
d.         Menyusun unit- unit belajar.
e.           Mengadakan seleksi atas prosedur- prosedur mengajar.
f.            Mempertimbangkan metode evaluasi yang akan digunakan.
g.         Perencanaan pengajaran unit
h.          Perencanaan harian dan mingguan
Rencana ini berisikan rencana harian dan mingguan untuk setiap mata pelajaran, dan
untuk rencana ,mingguan dibuat secara garis besarnya saja.
8.   Rencana Kerja Harian
Rencana kerja harian terdiri dari dua kegiatan, yaitu; resitasi dan directed study. Dimana
kedua kegiatan tersebut sangat berkaitan erat dengan unit dan tujuan pembelajaran.

Selain itu menurut besaran atau magnitude, maka perencanaan dapat dibagi dalam:
a.       Perencanaan makro, yakni perencanaan yang mempunyai telaah nasional, yang
menetapkan kebijakan-kebijakan yang akan ditempuh.
b.      Perencanaan meso, kebijakan yang ditetapkan dalam perencanaan makro, kemudian
dijabarkan lebih rinci kedalam program dalam dimensi yang lebih kecil.
c.         Perencanaan mikro diartikan sebagai perencanaan tingkat institusional, dan merupakan
jabaran lebih spesifik dari perencanaan tingkat meso

Menurut telaahnya, maka perencanaan dapat dibagi menjadi:


a.       Perencanaan strategis yakni perencanaan yang berkaitan dengan penetapan tujuan,
pengalokasikan sumber dalam mencapai tujuan dan kebijakan yang dipakai sebagai
pedoman
b.      Perencanaan manajerial, yaitu perencanaan yang ditujukan untuk mengarahkan proses
pelaksanaan agar tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien.
c.       Perencanaan operasional, yakni perencanaan bersifat spesifik dan berfungsi memberi
petunjuk konkret tentang pelaksanaan suatu program atau proyek, baik tentang aturan,
prosedur dan ketentuan yang telah ditetapkan.

Ditinjau dari jangka waktu, maka perencanaan dibedakan dalam:


a.       Perencanaan jangka panjang yaitu perencanaan yang mencakup kurun waktu 10 sampai
dengan 25 tahun.
b.      Perencanaan jangka menengah yaitu rencana yang mencakup kurun waktu antara 4
sampai dengan 10 tahun.
c.       Rencana jangka pendek yaitu rencana yang mencakup kurun waktu antara 1 sampai
dengan 3 tahun.

D.    Kriteria Penyusunan Perencanaan Pembelajaran


Dibawah ini dijelaskan beberapa criteria penyususnan perencanaan perencanaan :
1.   Signifikansi
Bahwa perencanaan pembelajaran hendaknya bermakna agar prosespembelajaran berjala
efektif dan efisien.
2.   Relevan
Bahwa perencanaan yang kita susun memiliki kesesuaian baikinternal maupun eksternal.
3.   Kepastian
Bahwa perencanaan pembelajaran tidak lagi memuat pilihan – pilihan akan tetapi berisi
langkah – langkah pasti yang dapat dilakukan secara sistematis dimana guru menentukan
langkah – langkah yang sesuai dan dapa diimplementasikan.
4.   Adaptibilitas
Perencanaan pembelajaran hendaknya bersifat lentur atau tidak kaku.
5.   Kesederhanaan
Sederhana disini maksudnya bahwa perencanaan pembelajaran harus mudah
diterjemahkan dan mudah diimplementasikan tidak rumit.
6.   Prediktif
Perencanaan dapat menggambarkan ”apa yang akan terjadi, seandainya...”
E.     Langkah – langkah Penyusunan Perencanaan Pembelajaran
1.   Merumuskan Tujuan
Dalam merancang pembelajaran tugas guru yang utama dalah merumuskan tujuan
pembelajara khusus beserta materi pelajarannya. Rumusan tujuan pembelajaran menurut
Bloom (1956) harus mencakup 3 aspek :
a.       Domain Kognitif.
b.      Domain Afektik.
c.       Domain Psikomotor.
2.   Pengalaman Belajar
Memilih pengalaman belajar yang harus dilakukan siswa sesuai dengan tjuan
pembelajaran. Belajar bukan hanya mencatat danmeghafal akan tetapi proses
berpengalaman.
3.   Kegiatan Belajar Mengajar
Menentukan kegiatan belajar mengajar yang sesuai, pada dasarnya guru dapat
merancang melalui penedekatan kelompok atau individual.
4.   Orang-orang Yang Terlibat
Perencanaan pembelajaran bertanggung jawab dalam menentukan orang yang akan
membantu dalam proses pembelajaran. Orang-orang yang terlibat dalam pembelajaran
khususnya yang berperan sebagai sumber belajar meliputi guru dan juga tenaga
profesional.
5.   Bahan dan Alat
Penyeleksian bahan dan alat juga merupakan bagian dari sistem perencanaan
pembelajaran.
6.   Fasilitas Fisik
Fasilitas fisik merupakan faktor yang juga akan berpengaruh terhadap keberhasilan
proses pembelajaran. Fasilitas fisik dapat digunakan melalui proses perencanaan
yangmatang melalui pengaturan secara profesional termasuk adanya sokongan finansial
sesuai dengan kebutuhan.
7.   Perencaaan Evaluasi dan Pengembangan
Melalui evaluasi kita dapat melihat keberhasilan perencanaan pembelajaran dan
keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Evaluasi terhadap hasil belajar siswa
akan memberikan informasi :
a.       Kelemahan dalam perencanaan pembelajaran
b.      Kekeliruan mendiagnosis siswa tentang kesiapan mengikuti pengalaman belajar.
c.       Kelengkapan tujuan pembelajaran khusus.
d.      Kelemahan – kelemahan instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa
mencapa tujuan pembelajaran.

F.     Manfaat Perencanaan Pembelajaran


Ada beberapa manfaat yang didapat dari perencanaan pembelajaran :
a.       Melalui proses perencaan yang matang kita akan terhindar dari keberhasilan yang
untung-untungan.
b.      Sebagai alat untuk memecahkan masalah.
c.       Untuk memanfaatkan berbagai sumber belajar secara tepat.
d.      Perencaaan akan membeuat pemebelajaran sistematis
Perencanaan pembelajaran memainkan peran penting dalam  memandu
guru untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik  dalam melayani kebutuhan
belajar siswanya. Perencanaan pembelajaran juga dimaksudkan sebagai langkah awal
sebelum proses pembelajaran berlangsung.

Terdapat beberapa manfaat perencanaan  pembelajarandalam  proses belajar


mengajar yaitu:
1.      sebagai petunjuk arah kegiatan dalam mencapai tujuan;
2.      sebagai pola dasar dalam mengatur tugas dan wewenangbagi setiap unsur yang
terlibat dalam kegiatan;
3.      sebagai pedoman kerja bagi setiap unsur, baik unsur guru maupun unsur murid;
4.      sebagai alat ukur efektif tidaknya suatu pekerjaan, sehinggasetiap saat diketahui
ketepatan dan kelambatan kerja;
5.      untuk bahan penyusunan data agar terjadi keseimbangankerja;
6.      untuk menghemat waktu, tenaga, alat-alat, dan biaya.

Sedangkan penerapan konsep dan prinsip pembelajaran  berbasis


kompetensi diharapkan bermanfaat untuk:
1.         Menghindari duplikasi dalam memberikan materi pelajaran.
Dengan menyajikan materi pelajaran yang benar-benar relevan
dengan  kompetensi yang ingin dicapai, dapat dihindari terjadinya  duplikasi dan
pemberian materi pelajaran yang terlalu banyak.
2.         Mengupayakan konsistensi kompetensi yang ingin dicapaimengajarkan suatu mata
pelajaran. Dengan kompetensi yang telah ditentukan secara tertulis, siapapun yang
mengajarkan mata pelajaran tertentu tidak akan bergeser atau menyimpang dari
kompetensi dan materi yang telah ditentukan.
3.         Meningkatkan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, kecepatan, dan
kesempurnaan siswa.
4.         Membantu mempermudah pelaksanaan akreditasi. Pelaksanaan akreditasi akan
lebih dipermudah dengan menggunakan  tolok ukur standar kompetensi
5.         Memperbarui sistem evaluasi dan laporan hasil belajar siswa.Dalam pembelajaran
berbasis kompetensi, keberhasilan  siswa diukur dan dilaporkan berdasar
pencapaian kompetensi atau subkompetensi tertentu, bukan didasarkan
atas  perbandingan dengan hasil belajar siswa yang lain.
6.         Memperjelas komunikasi dengan siswa tentang tugas,  kegiatan, atau
pengalaman belajar yang harus dilakukan,  dan cara yang digunakan untuk
menentukan keberhasilan belajarnya.

G.    Fungsi Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran memiliki beberapa fungsi diantaranya seperti dijelaskan
berikut :
a.       Fungsi kreatif
b.      Fungsi inovatif
c.       Fungsi selektif
d.      Fungsi komunikatif
e.       Fungsi prediktif
f.       Fungsi akurasi
g.      Fungsi pencapaian tujuan
h.      Fungsi control

Selain beberapa fungsi diatas, ada juga beberapa fungsi dari perencanaan pembelajaran
itu sendiri adalah :
1.      Memberi penjelasan terhadap guru pemahaman yang lebih jelas tentang tujuan
pendidikan an hubungan dengan pelajaran yang dilaksanakan guna mencapai tujuan
tersebut.
2.      membantu guru memperjelas pemikiran tentang sumbangan pengajaranterhadapa
pencapaian tujuan pembelajaran.
3.      menembah keyakinan guru terhadap nilai- nilai yang terkandung dalam pengajaran yang
diberikan dan prosedur yang digunakan.
4.      membantu guru dalam rangkan mengenal kebutuhan- kebutuhan murid.
5.      mengurangi kegiata yang bersifat trial dan error.

Konsep perencanaan pengajaran dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu:
1.        Perencanaan pengajaran sebagai teknologi adalah suatuperencanaan yang
mendorong penggunaan teknik-teknik  yang dapat mengembangkan tingkah laku
kognitif dan teori-teori konstruktif terhadap solusi dan problem-
problem  pengajaran.
2.        Perencanaan pengajaran sebagai suatu sistem adalah  sebuah susunan dari
sumber-sumber dan prosedur-prosedur untuk menggerakkan pembelajaran.
Pengembangan sistem pengajaran melalui proses yang sistemik selanjutnya
diimplementasikan dengan mengacu pada sistem perencanaan itu.
3.        P e r e n c a n a a n p e n g a j a r a n s e b a g a i s e b u a h d i s i p l i n   adalah cabang dari
pengetahuan yang senantiasa memperhatikan hasil-hasil penelitian dan teori
tentang strategi  pengajaran dan implementasinya terhadap strategi tersebut.
4.        P e r e n c a n a a n p e n g a j a r a n s e b a g a i s a i n s ( s c i e n c e )   adalah mengkreasi
secara detail spesifikasi dari pengembangan, implementasi, evaluasi, dan
pemeliharaan akan  situasi maupun fasilitas pembelajaran terhadap unit-unit
yang luas maupun yang lebih sempit dari materi pelajarandengan segala tingkatan
kompleksitasnya.
5.        Perencanaan pengajaran sebagai sebuah proses adalahpengembangan pengajaran
secara sistemik yang digunakan  secara khusus atas dasar teori-teori pembelajaran
dan pengajaran untuk menjamin kualitas pembelajaran. Dalam perencanaan ini
dilakukan analisis kebutuhan dari proses belajar dengan alur yang sistematik untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Termasuk di dalamnya melakukan evaluasi terhadap
materi pelajaran dan aktivitas-aktivitas pengajaran.
6.        P e r e n c a n a a n p e n g a j a r a n s e b a g a i s e b u a h r e a l i t a s   adalah ide pengajaran
dikembangkan dengan memberikan hubungan pengajaran dari waktu ke waktu
dalam suatu  proses yang dikerjakan perencana dengan mengecek secara  cermat
bahwa semua kegiatan telah sesuai dengan tuntutan  sains dan dilaksanakan secara
sistematik.
Dengan mengacu kepada berbagai sudut pandang tersebut,  maka perencanaan
program pengajaran harus sesuai dengan  konsep pendidikan dan pengajaran
yang dianut dalam kurikulum. Penyusunan program pengajaran sebagai sebuah
proses,disiplin ilmu pengetahuan, realitas, sistem dan teknologi   pembelajaran
bertujuan agar pelaksanaan pengajaran berjalan  dengan efektif dan
efisien.Kurikulum khususnya silabusmenjadi acuan utama dalam penyusunan
perencanaan program pengajaran, namun kondisi sekolah/madrasah dan lingkungan
sekitar, kondisi siswa dan guru merupakan hal penting jangansampai diabaikan.

Perlu diperhatikan juga hal yang tidak kalah pentingnya dalam perencanaan
pembelajaran, yaitu memperhatikan hal – hal yang harus dipersiapkan :
1.      Memahami kurikulum.
2.      Menguasai bahan pengajaran.
3.      Menyusun program kerja.
4.      Melaksanakan program kerja.
5.      Menilai program pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.

H.    Hubungan Perencanaan Pembelajaran dan Desain Pembelajaran


Desain pembelajaran dapat diartikan sebagai proses yang sistematis untuk memecahkan
persoalan pembelajaran melalui proses perencanaan bahan-bahan pembelajaran beserta
aktifitas yang harus dilakukan, perencanaan sumber-sumber pembelajaran yang dapat
digunakan serta perencanaan evaluasi keberhasilan.
Sedangkan menurut Gentry (1994), berpendapat bahwa desain pembelajaran berkenaan
dengan proses menentukan tujuan pembelajaran, strategi dan teknik untuk mencapai
tujuan serta merancang media yang dapat digunakan untuk efektivitas pencapaian tujuan.
Perencanaan Pembelajaran berbeda dengan Desain Pembelajaran, namun keduanya
saling berkaitan dan berhubungan sebagai program pembelajaran. Perencanaan
pembelajaran disusun untuk kebutuhan guru dalam melaksanakan tugas mengajarnya.
Dengan demikian, perencanaan merupakan kegiatan menterjemahkan kurikulum sekolah
kedalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas (Shambaugh dan Magliaro, 2006).
Walaupun perencanaan pebelajaran berkaitan erat dengan desain pembelajaran.
Perencanaan lebih menekankan pada proses pengembanagan atau penerjemahan suatu
kurikulum sekolah, sedangkan desain menekankan pada proses merancang program
pembelajaran untuk membantu proses belajar siswa seperti yang dikemukakan Zook
(2001) desain pembelajaran adalah ”a systematic thingking process to help learners
learn”.
Dengan demikian, pertimbangan dalm menyusun dan mengembangkan sebuah
perencanaan pembelajaran adalah kurikulum yang berlaku di suatu lembaga; sedangkan
pertimbangan dalam menyusun dan mengembangkan desain pembelajaran adalah siswa
itu sebagai individu yang akan belajar dan mempelajari bahan pelajaran.

1.      Desain Pembelajaran Mengacu pada Bagaimana Seseorang  Belajar


Kualitas pembelajaran juga banyak tergantung pada bagaimana pembelajaran itu
dirancang. Rancangan pembelajaran biasanya dibuat berdasarkan pendekatan
perancangnya. Apakah bersifat intuitif atau bersifat ilmiah. Jika  bersifat intuitif,
rancangan pembelajaran tersebut banyak diwarnai olehkehendak
perancangnya. Akan tetapi, jika dibuat berdasarkan pendekatan  ilmiah,
rancangan pembelajaran tersebut diwarnai oleh berbagai teori
yang  dikemukakan oleh para ilmuwan pembelajaran. Di samping itu, pendekatan
lain adalah pembuatan rancangan pembelajaran bersifat intuitif ilmiah
yangmerupakan paduan antara keduanya, sehingga rancangan pembelajaran
yang  dihasilkan disesuaikan dengan pengalaman empiris yang pernah
ditemukanpada saat melaksanakan pembelajaran yang dikembangkan pula
dengan penggunaan teori-teori yang relevan. Berdasarkan tiga pendekatan
ini,pendekatan intuitif ilmiah akan dapat menghasilkan pembelajaran yang
lebih  sahih dari dua pendekatan lainnya bila hanya digunakan secara terpisah.Berbagai
teori yang telah dikembangkan mengenai belajar, misalnya teoribehavioristik yang
menekankan pada perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.  Teori pengelolaan
informasi yang menekankan pada bagaimana suatu informasi itudiolah dan disimpan
dalam ingatan. Teori ketiga berpijak pada psikologi kognitif yang memandang bahwa proses
belajar adalah mengaitkan pengetahuan ke struktur pengetahuan yang sudah dimiliki siswa,
dan basil belajar berupaterbentuknya struktur pengetahuan baru yang lebih lengkap.
2.      Desain Pembelajaran Diacukan pada Siswa Perorangan
Seseorang belajar memiliki potensi yang perlu dikembangkan. Tindakan atau perilaku
belajar dapat ditata atau dipengaruhi, tetapi tindakan atau perilaku belajar itu akan tetap
berjalan sesuai dengan karakteristik siswa. Siswa yang lambat dalam berpikir, tidak
mungkin dapat dipaksa segera bertindak secara cepat. Sebaliknya siswa yang memiliki
kemampuan berpikir tinggi tidak mungkin dipaksa bertindak dengan cara lambat. Dalam
hal ini jika perencanaan pembelajaran tidak diacukan pada individu yang belajar seperti
ini, maka besar kemungkinan bahwa siswa yang lambat belajar akan makin tertinggal,
dan yang  cepat berpikir makin maju pembelajarannya. Akibatnya proses pembelajaran
yang dilakukan dalam suatu kelompok tertentu akan banyak  mengalami hambatan
karena perbedaan karakteristik siswa yang tidak diperhatikan. Hal lain yang merupakan
karakteristik siswa adalah perkembangan  intelektual siswa, tingkat motivasi, kemampuan
berpikir, gaya kognitif, gaya belajar, kemampuan awal, dan lain-lain. Berdasarkan
karakteristik ini, maka rancangan pembela mau tidak mau harus diacukan pada
pertimbangan ini.
3.      Desain Pembelajaran Harus Diacukan pada Tujuan
Hasil pembelajaran mencakup hasil langsung dan hasil tak langsung (pengiring).
Perancangan pembelajaran perlu memilah hasil pembelajaran yang langsung dapat diukur
setelah selesai pelaksanaan pembelajaran, dan hasil pembelajaran yang dapat terukur
setelah melalui keseluruhan proses pembelajaran atau hasil pengiring. Perancang
pembelajaran sering kali merasa kecewa dengan hasil nyata yang dicapainya karena ada
sejumlah hasil yang tidak  segera bisa diamati setelah pembelajaran berakhir terutama
hasil pembelajaran yang termasuk pada ranah sikap. Padahal ketercapaian ranah sikap
biasanya terbentuk setelah secara kumulatif dan dalam waktu yang relatif lama
terintegrasi keseluruhan hasil langsung pembelajaran.
4.      Desain Pembelajaran Diarahkan pada Kemudahan Belajar
Sebagaimana disebutkan di atas, pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa dan
perancangan pembelajaran merupakan penataan upaya tersebut agar muncul perilaku
belajar. Dalam kondisi yang ditata dengan baik, strategi yang direncanakan akan
memberikan peluang dicapainya basil pembelajaran. Di samping itu, peran guru
sebagai sumber belajar telah diatur secara  terencana, pelaksanaan evaluasi baik
formatif maupun sumatif telah terencana, memberikan kemudahan siswa untuk
belajar. Dengan desain pembelajaran,  setiap kegiatan yang dilakukan guru telah
terencana, dan guru dapat denganmudah melakukan kegiatan pembelajaran. Jika hal
ini dilakukan dengan baik, sudah tentu sasaran akhir dari pembelajaran adalah
terjadinya kemudahan  belajar siswa dapat dicapai.
5.      Desain Pembelajaran Melibatkan Variabel Pembelajaran
Desain pembelajaran diupayakan mencakup semua variabel pembelajaran yang dirasa
turut memengaruhi belajar. Ada tiga variabel pembelajaran yang  perlu
dipertimbangkan dalam merancang pembelajaran. Ketiga variabeltersebut adalah
variabel kondisi, metode, dan variabel hasil pembelajaran.  Kondisi pembelajaran
mencakup semua variabel yang tidak dapat dimanipulasi oleh perencana pembelajaran
dan harus diterima apa adanya. Yang masuk  dalam variabel ini adalah tujuan
pembelajaran, karakteristik bidang studi, dan karakteristik siswa. Adapun variabel
metode pembelajaran mencakup semua  cara yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan
pembelajaran dalam kondisi tertentu. Yang masuk dalam variabel ini adalah strategi
pengorganisasian pembelajaran, strategi penyampaian pembelajaran, dan strategi
pengelolaan pembelajaran. Adapun variabel hasil pembelajaran mencakup semua
akibat  yang muncul dari penggunaan metode pada kondisi tertentu, seperti keefektifan
pembelajaran, efisiensi pembelajaran, dan daya tarik pembelajaran.
6.      Desain Pembelajaran Penetapan Metode untuk Mencapai Tujuan
Inti dari desain pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran  yang optimal
untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Fokus utama perancangan
pembelajaran adalah pada pemilihan, penetapan, dan pengembangan variabel metode
pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran harus didasarkan pada analisis
kondisi dan hasil pembelajaran. Analisis akanmenunjukkan bagaimana kondisi
pembelajarannya, dan apa hasil pembelajaran yang diharapkan. Setelah itu, barulah
menetapkan dan mengembangkan metode pembelajaran yang diambil dari setelah
perancang pembelajaran mempunyai informasi yang lengkap mengenai kondisi
nyata yang ada dan hasil  pembelajaran yang diharapkan.

Ada tiga prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam upaya menetapkan  metode
pembelajaran. Ketiga prinsip tersebut adalah (1) tidak ada satu metode pembelajaran yang
unggul untuk semua tujuan dalam semua kondisi, (2) metode (strategi) pembelajaran yang
berbeda memiliki pengaruh yang berbeda dan konsisten pada hasil pembelajaran, dan (3)
kondisi pembelajaran bisa memiliki pengaruh yang konsisten pada hasil pengajaran.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pemaparan diatas penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :
1.      perencanaan pembelajaran mencakup kegiatan merumuskan tujuan apa yang ingin
dicapai oleh suatu kegiatan pengajaran, cara apa yang akan dipakai untuk menilai
pencapaian tujuan tersebut, materi/bahan apa yang akan disampaikan, bagaimana cara
menyampaikannya, alat atau media apa yang diperlukan.
2.      Kompenen- komponen perencanaan pembelajaran diantaranya; tujuan, bagaimana
perencanaa itu dimulai, cara mencapai tujuan.
3.      Jenis – jenis perencanaan pembelajarann diantaranya; perencanaan permulaan,
perencanaan tahunan, perencanaan untuk hari pertama, perencanaan terus menerus,
mengikutsertakan murid dalam peremcanaan, perencanaan jangka panjang, perencanaan
pengajaran unit, perencanaan harian dan mingguan, dan rencana kerja harian.
4.      Fungsi perencanaan pembelajaran ; Memberi penjelasan terhadap guru pemahaman
yang lebih jelas tentang tujuan pendidikan an hubungan dengan pelajaran yang
dilaksanakan guna mencapai tujuan tersebut, membantu guru memperjelas pemikiran
tentang sumbangan pengajaranterhadapa pencapaian tujuan pembelajaran, menembah
keyakinan guru terhadap nilai - nilai yang terkandung dalam pengajaran yang diberikan
dan prosedur yang digunakan.
5.      hal yang tidak kalah pentingnya dalam perencanaan pembelajaran, yaitu memperhatikan
hal – hal yang harus dipersiapkan : Memahami kurikulum, Menguasai bahan
pengajaran. Menyusun program kerja, Melaksanakan program kerja, Menilai program
pengajaran dan hasil proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.
6.      Perencanaan pembelajarn dan desain pembelajaran berkaitan erat.

B.     Saran
Dari pembahasan diatas penulis dapat memberikan saran sebagai berikut :
1.      Perencanaan pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam proses
pembelajaran Oleh karena itu harus dikerjakan secara sungguh – sungguh dan bukan
hanya untuk memenuhi syarat administrasi akademik atau sekedar untuk menyenangkan
pengawas.
2.      Selain dikerjakan secara sungguh – sungguh guru juga harus pandai merencanakan
perencanaan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Amalik, Oemar Proses Belajar Mengajar. Jakarta : Bumi Aksra. 2006


Majid, Abdul dan Andayani, Dian. Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya 2004.
Pamungkas, Dudi (2009); Teori Belajar yang Melandasi Proses Pembelajaran. [Online],
Tersedia; www.GrameenFoundation.org. [26 Desember 2009].
Sanjaya, Wina (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Perdana
Media Group.
Sa’ud, Udin Syaefudin dan Makmun, Abin Syamsudin. Perencanaan Pendidikan Suatu
Pendekatan Komperehensif . Bandung : Remaja Rosdakarya, 2006.
Wahidi. Jadilah Guru yang Baik. [Online], Tersedia;
Harijanto. 2006. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
uan-satuan elajaran, unit akan menjadi bacaan dan tulisan yang kurang bermakna. Dalam kaitan dengan rancangan
pembelajaran, anda perlu membedakan tujuan unit dan tujuan satuanpelajaran. Tujuan unit akan mencakup beberapa minggu
kegiatan dan satuan pelajaran sebelum siswa dapat menguasai keseluruhannya. Satuan-satuan pelajaran akan terbangun
daRU SEBAGAI PERANCANG
A.    Guru sebagai Perancang

Menjadi seorang administrator, berarti tugas guru ialah merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan,

mengawasi dan mengevaluasi program kegiatan dalam jangka pendek, menengah atau pun jangka panjang

yang menjadi perioritas tujuan sekolah. 

Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, ada beberapa hal yang harus diperhatikan guru, yaitu:

1.    Mengerti dan memahami visi-misi dan tujuan lembaga sekolah atau madrasah. Guru dapat

menjabarkannya ke dalam sebuah isi (content) kurikulum dan pembelajaran (learning), kegiatan kesiswaan,

penciptaan kultur/budaya sekolah, serta membangun penguatan kelembagaan yang sehat dan berkualitas.

2.    Mampu mengalisis data-data yang terkait masalah perubahan kurikulum, perkembangan peserta didik,

kebutuhan sumber belajar dan pembelajaran, strategi pembelajaran, perkembangan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi (Iptek) serta informasi.

3.    Mampu menyusun perioritas program sekolah secara terukur dan sistematis, seperti proses rekuitmen

siswa, masa orientasi siswa, proses pembelajaran, hingga proses evaluasi.

B.    Guru Sebagai Penggerak

Untuk mendorong dan menggerakkan sistem sekolah yang maju memang membutuhkan kemampuan

brilian tersebut guna mengefektifkan kinerja sumber daya manusia secara maksimal dan berkelanjutan.

Sebab jika pola ini dapat terbangun secara kolektif dan dilaksanakan dengan sungguh-sungguh oleh para

guru, maka akan muncul perubahan besar dalam sistem manajemen sekolah yang efektif. Melalui cita-cita

dan visi besar inilah guru sebagai agen penggerak diharapkan mempunyai rasa tanggung jawab dan rasa

memiliki serta rasa memajukan lembaga sekolahnya sebagai tenda besar dalam mededikasikan hidup

mereka. 

Sebagai penggerak, guru bukanlah penonton melainkan pemain utama. Dikatakan pemain utama karena

profesi guru adalah pembaharu sekaligus kreator yang menciptakan perubahan dan kemajuan sekolah.

Guru harus bermakna bagi murid dan warga sekolah. Untuk mendukung cita-cita reformasi birokrasi dan

administrasi pendidikan, seorang guru harus siap menghadapi perubahan dan rela melakukan perubahan
dalam pendidikan.

Menurut Suparno, ada beberapa cara bagaimana langkah yang harus ditempuh oleh guru dalam

menghadapi perubahan. 

1.    Dari segi kognitif dan kesadaran.

Guru perlu mengerti isi perubahan dan implementasinya. Mereka perlu menyadari bahwa perubahan itu

perlu demi kemajuan pendidikan di Indonesia. Untuk itu, sebelum mengadakan perubahan atau reformasi,

guru perlu mengetahui informasi, berdiskusi, dan belajar bersama. Mereka perlu melibatkan diri dalam

pembahasan, bukan hanya melaksanakan. Misalnya, sebelum kurikulum baru diberlakukan, guru-guru

sudah harus mengetahui informasi, mempelajari dan terlatih, sehingga mereka mampu menguasai isi, cara,

dan implementasi kurikulum. Dalam kerangka ini, perubahan kurikulum kiranya tidak boleh sesaat

diumumkan lalu berlaku; lebih baik guru-guru disiapkan lebih dulu. Ada baiknya dibuat sekolah percobaan

untuk nantinya dievaluasi apakah kurikulum baru sungguh memajukan. 

2.    Sikap Moral Untuk Mau Berubah. 

Sikap berani berubah demi kemajuan harus tertanam dan menjadi sikap guru. Hidup ini selalu berubah,

keadaan berubah, maka perubahan tidak dapat ditolak bila kita ingin tetap hidup. Demikian juga

pendidikan. Guru harus sadar akan hal ini. Salah satu cara melatih perubahan adalah dalam mengajar, tugas

guru sering dirotasi, baik dalam hal kelas mengajar, tempat, maupun bahan. Dengan demikian, mereka

biasa mengalami perubahan. Yang juga penting dalam hal ini adalah evaluasi kinerja guru. Bila mereka tidak

mau berubah, lebih baik tidak dinaikkan jenjangnya atau tidak dikontrak lagi. Dalam hal ini kepala sekolah

kadang lemah, tetap menilai guru baik meski sebenarnya tidak, karena tidak sampai hati menilai jelek

temannya.

3.    Sikap Profesional. 

Guru bukan tukang yang hanya menanti petunjuk, tetapi lebih sebagai seniman dan intelektual, yang harus

aktif, pro-aktif, inisiatif, dan kritis. Guru perlu disadarkan bahwa mereka harus menjadi pembaharu dalam

pendidikan. Yang juga penting dalam kerangka profesional adalah berusaha mencintai tugas sebagai guru.

Dengan mengembangkan rasa cinta dan senang, guru akan dengan sendirinya terdorong memajukan

tugasnya. Dia tidak hanya puas mendapatkan uang, tetapi juga menjadi senang karena dapat membantu

generasi muda berkembang menjadi manusia utuh. Maka tugas guru sering disebut sebagai "panggilan"

(jalan hidup yang dikehendaki Tuhan), yang mengembangkan baik anak didik maupun guru sendiri sebagai

pribadi. Sikap profesional lain yang amat perlu adalah on going formation guru. Untuk berani berubah,

guru perlu terus meningkatkan pendidikannya, perlu terus belajar, karena ilmu pengetahuan yang mereka

ajarkan terus berkembang. Dengan terus belajar, guru sendiri berubah. Dengan demikian, guru diharapkan

mau menjadi agen perubahan di sekolah. Di sini pemerintah dan yayasan, yang menjadi "atasan" guru,
berkewajiban mendorong dan menyediakan fasilitas dan kesempatan untuk on going formation itu.  

4.     Kesejahteraan Guru.

Bila gaji guru tidak cukup untuk menghidupi keluarganya, mereka pasti akan cari sambilan. Mengharuskan

mereka melakukan tugasnya yang begitu berat, kiranya tidak masuk akal dan tidak adil. Kini, terdengar

pemerintah akan menaikkan gaji guru. Semoga bukan hanya menaikkan gaji sesaat, tetapi sungguh

memikirkan kesejahteraan guru yang layak secara menyeluruh. Kita boleh sedikit lega, anggaran belanja

negara dalam bidang pendidikan akan dinaikkan. Semoga kenaikan itu terutama digunakan untuk

membantu kesejahteraan guru. 

5.    Pendidikan Guru yang Lebih Terbuka. 

Pendidikan calon guru harus lebih terbuka dan memberi kebebasan calon guru untuk lebih aktif, kreatif,

dan kritis terhadap seluruh proses pendidikan. Suasana meniru dan membebek pada cara dan model yang

ada perlu dihilangkan dari pendidikan guru. 

6.    Pemberian Kebebasan dan Tanggung Jawab. 

Institusi baik pemerintah maupun yayasan harus memberikan kebebasan guru untuk berinisiatif dalam

melakukan tugasnya. Segala bentuk paksaan, penyeragaman, dan tekanan yang mematikan kreativitas guru

perlu dihilangkan, apalagi menakuti guru dengan ancaman. Kepala sekolah pun harus memberi kebebasan

guru untuk melakukan tugasnya.

lam suatu kesatuan yang tertata kedalam suatu unit yang kohesif.
Setelah satuan-satuan pelajaran itu ditata, ha; penting yang perlu dicek ulang ialah konsistensi antara tujuan,
kegiatan, dan evaluasi. Penting juga untuk dilakukan pengecekan konsistensi silang antarsatuan pelajaran untuk
meyakinkan bahwa satuan-satuan pelajaran yang sudah dirancang itumemungkinkan siswa mencapai tujuan unit.

Anda mungkin juga menyukai