PEMANFAATANNYA
Sjahrul Bustaman
Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Jalan Tentara Pelajar No. 10, Bogor 16114
ABSTRAK
Luas areal tanam sagu di Indonesia mencapai 1,40 juta ha, dan sebagian besar (+ 1 juta ha) terdapat di Maluku dan
Papua. Maluku memiliki areal tanam sagu 31.360 ha dan masih dapat dikembangkan menjadi 649.938 ha. Tanaman
yang siap panen setiap tahun mencapai 86 pohon/ha. Salah satu limbah dari hasil panen sagu adalah pucuk batang.
Limbah ini umumnya belum dimanfaatkan dan dapat menjadi tempat bertelur bagi kumbang merah kelapa
(Rhynchophorus ferrugineus). Larva kumbang tersebut dikenal dengan ulat sagu. Sebagian masyarakat Maluku dan
Papua mengonsumsi ulat sagu sebagai sumber protein. Bila ulat sagu menjadi dewasa akan berubah menjadi kumbang
dan merupakan hama pada tanaman kelapa. Ulat sagu dapat diperoleh dari alam atau melalui budi daya, serta
prospektif sebagai sumber protein pada pakan ternak. Potensi ulat sagu dari alam di Maluku diperkirakan mencapai
935 ton dengan produktivitas 2,52 kg/m3 limbah pucuk batang sagu. Bila dibudidayakan, dalam waktu 42 hari dapat
dihasilkan ulat sagu dengan produktivitas 2,77 kg/m3. Perkembangbiakan terjadi sepanjang tahun dengan waktu
panen 39−45 hari setelah pohon sagu ditebang. Ulat sagu mengandung protein 13,80% dan sejumlah asam amino
esensial sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein pengganti tepung ikan pada pakan.
Kata kunci: Sagu, pemanfaatan limbah, Rhynchophorus ferrugineus
ABSTRACT
Potency and prospect of sago larva utilization
The area of sago palm in Indonesia occupies 1.40 million ha and most of them (+ 1 million ha) located in Moluccas
and Papua. The actual sago area in Moluccas is 31,360 ha and it can be developed to be about 649,938 ha. The
number of sago tree ready to be harvested is counted 86 trees/ha. The waste from harvested sago crop is tree sprout
which can be a place for coconut red beetle (Rhynchophorus ferrugineus) to lay eggs. Larva of the beetle is
recognized with sago larva. The larva is usually consumed by some of Moluccas and Papua society as protein
source. The larva will turn into beetle and become a pest on coconut trees. The sago larva can be produced naturally
or by rearing and prospective as source of protein in feed. The potency of larva sago from nature is estimated 935
tons with productivity of 2.77 kg/m3 of sago tree sprout waste. The breeding season occurred a year long and the
larva could be harvested in 39−45 days from post-cut away tree. Sago larva contains 13.80% protein and a number
of essential amino acids, so it is potential as a source of protein in feed to substitute fish meal.
Keywords: Metroxylon, waste utilization, Rhynchophorus ferrugineus
Asam amino
Ulat sagu Pakan
(ppm)
t
s
t
s
s
t
Sistin 0,978 0,275
A = Masa bertelur tersedia, minimum 1 bulan dan maksimum 3 bulan, B = Masa telur Isoleusin 1,006 0,280
menetas, 2−3 hari, C = Masa larva, 2 bulan, D = Masa pupa, 2−3 minggu, E = Masa imago dan Leusin 0,910 0,579
kumbang dewasa. Fenil alanin 2,185 0,585
Lisin 1,970 0,875
berumur 39−45 hari sejak gelondong sagu dan Maluku telah terbiasa mengonsumsi KESIMPULAN DAN SARAN
yang ditemukan ada telurnya. ulat sagu dan tidak memberikan efek
Larva instar 5 dan 6 dengan umur 39− samping seperti alergi atau keracunan.
Provinsi Maluku memiliki areal sagu 31.360
45 hari memiliki bobot masing-masing Berdasarkan kandungan protein dan
ha yang tersebar di tujuh kabupaten. Ber-
4,10–5 g dan 5,10–6 g. Larva instar 6 telah asam amino ulat sagu, BPTP Maluku telah
dasarkan peta AEZ skala 1:250.000, lahan
mendekati masa kepompong, sehingga membuat ransum pakan ikan dan ayam
yang berpotensi menjadi areal sagu
waktu pertumbuhan lebih dari 45 hari buras dengan menggunakan ulat sagu
mencapai 649.938 ha. Tanaman sagu yang
merupakan saat kritis bagi pemanenan. sebagai pengganti tepung ikan. Namun
dapat dipanen dalam setahun mencapai
Oleh karena itu, waktu panen yang baik belum diperoleh persentase ulat sagu
86 pohon/ha. Limbah hasil panen tanaman
adalah 39−45 hari setelah panen sagu. yang tepat pada ransum. Hasil analisis
sagu, dalam bentuk gelondong batang
proksimat asam amino ulat sagu dan pakan
hingga ke pucuk yang telah layu (busuk),
dari ulat sagu sebagai sumber protein di-
merupakan habitat ulat sagu.
PROSPEK PEMANFAATAN sajikan pada Tabel 1 dan 2.
Ulat sagu dapat diperoleh dari alam
ULAT SAGU Informasi dan pemanfaatan ulat sagu
maupun melalui budi daya. Tingkat pe-
sebagai sumber protein pada pakan ternak
manfaatan pohon sagu di Kabupaten Ma-
Penelitian dan pengkajian (litkaji) tentang masih terbatas. Namun demikian, ulat sagu
luku Tengah dan Seram Bagian Barat pada
pemanfaatan sumber daya lokal untuk prospektif sebagai salah satu alternatif
tahun 2006 mencapai 7.236 pohon, dengan
pakan ternak telah banyak dilakukan guna sumber protein pada pakan.
produksi ulat sagu secara alami 2,56 ton
memenuhi kebutuhan protein bagi ternak, (produktivitas 2,89 kg/m3). Potensi ulat
seperti penggunaan rayap dan cacing sagu Maluku diasumsikan 953 ton, ber-
tanah untuk pakan ayam buras atau Tabel 1. Hasil analisis proksimat ulat dasarkan luas aktual tanaman sagu saat
bekicot (keong) untuk pakan itik (Tiro et sagu dan pakan dengan ulat ini dan produktivitas rata-rata 2,52 kg/m3.
al . 2002; Uhi dan Hetharia 2002; Usman sagu sebagai sumber protein. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
et al. 2002; Matitaputty 2003). Hasil litkaji Maluku telah berhasil membudidayakan
menunjukkan serangga dapat dimanfaat- Kandungan bahan
Ulat sagu1 Pakan 2 ulat sagu pada media gelondong (batang)
(%)
kan dalam membuat pakan unggas. Ber- sagu. Budi daya selama 42 hari menghasil-
dasarkan hasil analisis proksimat, ulat Karbohidrat 0,02 50,04 kan ulat sagu dengan bobot 3,27 ± 1,30 g/
sagu mengandung protein 13,80%, lemak Air 64,21 5,70
ekor, panjang 3,30 ± 0,75 cm, dan jumlah
Abu 0,70 1,30
18,09%, dan air 64,21% (Wikanta 2005). larva per batang 127 ekor (volume batang
Protein 13,80 24,77
Ulat sagu juga mengandung berbagai Lemak 18,09 17,22 0,15 m3 dengan produktivitas 2,77 kg/m3).
asam amino esensial yang cukup tinggi Perkembangbiakan kumbang merah
1
Analisis dilakukan di Laboratorium Pusat Pasca-
sehingga dapat menjadi alternatif sumber kelapa terjadi sepanjang tahun. Waktu
panen dan Sosial Ekonomi Perikanan, DKP.
protein dalam pakan ternak. Masyarakat 2
Analisis dilakukan di Laboratorium BB Pasca- panen ulat sagu yang tepat adalah pada
di desa sentra pengolahan sagu di Papua panen, Badan Litbang Pertanian. umur 39−45 hari setelah tanaman sagu
DAFTAR PUSTAKA
Alfons, J.B. dan S. Bustaman. 2005. Prospek Symposium in Kuala Lumpur, Malaysia. curvignathus, Holmgren) sebagai pakan
dan Arah Pengembangan Sagu di Maluku. Martinus Nijhoff Pub. The Hague/Boston/ ayam buras pada periode bertelur. hlm. 236−
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian London. 242. Prosiding Seminar Regional Peran Tek-
Maluku, Ambon. 45 hlm. nologi Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung
Louhenapessy, J.E. 1994. Evaluasi dan Klasifikasi
Ketahanan Pangan dan Agribisnis pada Era
Alfons, J.B., R. Senewe, dan M. Pasireron. 2004. Kesesuaian Lahan bagi Sagu (Metroxylon
Otonomi Khusus Papua, Papua, 7–8 Januari
Potensi, kendala dan peluang pengembangan spp). Disertasi Universitas Gadjah Mada,
2002. Pusat Penelitian dan Pengembangan
sagu di Maluku. hlm. 449−459. Prosiding Yogyakarta.
Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.
Seminar Nasional Teknologi Pertanian.
Louhenapessy, J.E. 2006. Potensi dan pengelola-
Jayapura, 5−6 Oktober 2004. Balai Peng- Uhi, H.T. dan L.F. Hetharia. 2002. Efektivitas
an sagu di Maluku. Makalah disampaikan
kajian Teknologi Pertanian Papua. suplementasi rayap Glyptotermes montanus
pada Lokakarya Sagu dalam Revitalisasi
Kemner terhadap perkembangan bobot
Anhar, A.N. 2004. Tepung ikan Indonesia butuh Pertanian Maluku, 29–30 Mei 2006. Kerja
organ dalam ayam Rokky-301. hlm 212−
perhatian. Sinar Tani. No. 3067. hlm. 8. Sama Universitas Pattimura, Bappeda
219. Prosiding Seminar Regional Peran Tek-
Provinsi Maluku, Dinas Pertanian Provinsi
Antawidjaja, T., I.A.K. Bintang, Supriyati, A.P. nologi Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung
Maluku dan Balai Pengkajian Teknologi
Sinurat, dan I P. Kompiang. 1997. Peng- Ketahanan Pangan dan Agribisnis pada Era
Pertanian Maluku, Ambon.
gunaan ampas kirai (Metroxylon sagu) dan Otonomi Khusus Papua, Papua, 7–8 Januari
hasil fermentasinya sebagai bahan pakan itik Matitaputty, P.R. 2003. Pengkajian Agribisnis 2002. Pusat Penelitian dan Pengembangan
yang sedang tumbuh. Jurnal Ilmu Ternak dan Ternak Unggas (Pemeliharaan Itik Petelur). Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor,
Veteriner 2(3): 175–180. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Usman, S. Tarajoh, B.M.W. Tiro, dan H.T. Uhi.
Maluku, Ambon.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku. 2002. Penampilan pertumbuhan ayam buras
1999. Peta Zona Agroekologi skala 1:250.000 Pracaya. 2005. Hama dan Penyakit Tanaman. dengan teknik pemberian cacing tanah
Wilayah Provinsi Maluku (termasuk Maluku Seri Agriwawasan. Penebar Swadaya, Jakarta. (Lumbricus terrestris). hlm. 224−231.
Utara). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian 417 hlm. Prosiding Seminar Regional Peran Teknologi
Maluku, Ambon. Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung
Susanto, A.N. dan S. Bustaman. 2006. Data dan Ketahanan Pangan dan Agribisnis pada Era
Edrus, I.N., A. Laetimia, H. Mahu, dan M. Informasi Sumber Daya Lahan untuk Men- Otonomi Khusus Papua, Papua, 7–8 Januari
Tohulelu. 2007. Laporan Hasil Pengkajian dukung Pengembangan Agribisnis di Wilayah 2002. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Potensi dan Budi Daya Ulat Sagu. Balai Kepulauan Provinsi Maluku. Balai Pengkaji- Sosial Ekonomi Pertanian, Bogor.
Pengkajian Teknologi Pertanian Maluku, an Teknologi Pertanian Maluku, Ambon. 73
Ambon. hlm. Wikanta, T. 2005. Analisa Kimia Kandungan
Gizi Larva Kumbang Merah Kelapa
Flach, M. 1980. The Main Moisture-Rich Starchy Tiro, B.M.W., S. Tarajoh, H.T. Uhi, dan Usman. (Rhynchophorus ferrugineus Olivier). Pusat
Staples, Sago. The Second International Sago 2002. Pemanfaatan rayap (Coptotermes Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekono-
mi Kelautan dan Perikanan, Jakarta.