Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN MINI RISET

JUDUL
SURVEY TENTANG NILAI-NILAI KEPEMIMPINAN
DARI BUDAYA ETNIK BATAK KARO

MHD REZA PRIMA DANIEL Rifki Iqbal RABUDIN RIZKI OKTORA SIT
SAPUTRA HAA Muzakki

DOSEN PENGAMPU : Dr. Darwin, ST., M.Pd


MATA KULIAH : KEPEMIMPINAN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TENIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sebab telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya serta kesehatan kepada penulis sehingga mampu
menyelesaikan tugas “Mini riset”. Tugas ini di buat untuk memenuhi salah satu
mata kuliah yaitu “Kepemimpinan”.

Tugas mini riset ini disusun dengan harapan dapat menambah


pengetahuan dan wawasan kita semua khusunya dalam hal kepemimpinan
peserta didik penulis menyadari bahwa tugas rekayasa ide ini masih jauh dari
kesempurnaan apabila dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan, penulis mohon maaf karena sesungguhnya pengetahuan dan
pemahaman penulis masih terbatas, karena keterbatasan ilmu dan pemahaman
penulis yang belum seberapa. Karena itu penulis sangat menantikan saran dan
kritik dari pembaca yang sifatnya membangun guna menyempurnakan tugas ini.
Penulis berharap semoga tugas rekayasa ide ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan bagi penulis khususnya, Atas perhatiannya penulis mengucapkan
terimakasih.

Medan, 05 Oktober 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .............................................................................

Daftar Isi.....................................................................................

BAB I. PENDAHULUAN......................................................................

A. Latar Belakang Masalah.......................................................

B. Identifikasi Masalah ...........................................................

C. Batasan Masalah ...............................................................

D. Rumusan Masalah ..............................................................

E. Tujuan Survey...................................................................

F. Manfaat Survey ................................................................

BAB II. LANDASAN TEORI ..................................................................

A. Sejarah etnik karo .............................................................

B. Model kepemimpinan etnik karo.............................................

C. Struktur kepemimpinan etnik karo..........................................

BAB III.METODE SURVEY ..................................................................

A. Tempat dan Waktu Survey .......................................................

B. Subject Survey ....................................................................

C. Teknik Pengambilan Data ........................................................

D. Instrumen Survey (format isian, pedoman wawancara, lembar


observasi,dan kuesioner jika diperlukan) ......................................

E. Teknik analisis data ...............................................................

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................

A. Hasil Survey.........................................................................

B. Pembahasan ........................................................................

C. Temuan Lapangan ...............................................................

BAB V. PENUTUP ...........................................................................

A. Kesimpulan .........................................................................

3
B. Saran ................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................

4
BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Batak adalah salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia. Suku Batak tidak
hanya satu saja tetapi terdiri dari beberapa sub suku. Suku bangsa yang
dikategorikan sebagai Batak antara lain Batak Toba, Batak Karo, Batak
Mandailing-Angkola, Batak Pakpak, Batak Simalungun (Kozok, 1999:12). Menurut
mitos yang masih hidup hingga sekarang, leluhur pertama suku Batak bernama
Siraja Batak (Simanjuntak, 2006 : 78).

Marga dalam suku Batak diambil dari nama Si Raja Batak. Si Raja Batak
kemudian mempunyai keturunan dan nama-nama dari keturunannya inilah yang
kelak berkembang menjadi marga-marga suku Batak (Siahaan: 1964). Turunan
leluhur Si Raja Batak mendiami daerah Sianjur Mula-Mula (daerah Samosir).
Kemudian sebagian besar dari mereka kemudian menyeberangi Danau Toba, lalu
berpencar ke segala penjuru mendiami daerah-daerah yang ada di Sumatera
Utara. Persebaran ini kemudian berkembang hingga keluar Sumatera Utara. Pola
imigrasi masyarakat Batak tersebut bermula dari Pusuk Buhit (Sianjur MulaMula)
yang terletak di Pulau Samosir, sampai pada pembukaan lembah-lembah baru
yang meluas dan memanjang di garis pantai selatan Danau Toba (Siahaan :1964).

Seiring berjalannya waktu dan dengan meluasnya persebaran suku Batak,


marga dalam suku Batak kemudian berkembang menjadi beberapa marga dan
terdapat sebuah tradisi yang dilakukan untuk menghubungkan kembali identitas
kemargaan mereka.

Mini risetr ini kami tujukan kepada remaja,khususnya pelajar dan generasi
muda yang tidak lain adalah sebagai generasi penerus bangsa agar kita semua
mengenal kebudayaan setiap suku yang ada di Indonesia,khususnya suku
Karo.Seiring dengan perkembangan zaman banyak sekali remaja yang tidak
mengenal kebudayaan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu,dengan adanya
makalah ini maka akan mempermudah remaja dalam memahami suku yag ada di
Indonesia,khususnya Suku Karo.

B. Identifikasi Masalah
 Masalah kepemimpinan etnik batak karo
 Maslah struktur kepemimpinan karo

C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah ini dimaksudkan agar peneliti membatasi ruang lingkup
penelitiannya secara tegas dan jelas hingga dapat diketahui secara terperinci masalah yang
akan diteliti, dan tidak akan menjadi sedemikian luas dan kabur, tapi akan membantu
peneliti mengarahkan sasaran kerjanya. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini
adalah “ kepemimpinan etnik batak karo“

5
D. Perumusan Masalah

Sehubungan dengan latar belakang masalah yang ada dalam suatu penelitian, perlu
ditentukan rumusan masalah agar memperjelas masalah yang akan diteliti serta
memberikan arah dan pedoman dalam malakukan penelitian maka perlu membuat rumusan
masalah. Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah yang telah dikemukakan di
atas, maka pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
masalah kepemimpinan etni batak karo.

E. Tujuan Penelitian

Menetapkan tujuan penelitian merupakan hal yang sangat penting karena setiap penelitian
harus mempunyai tujuan tertentu, dengan berpedoman pada tujuan akan lebih mudah
mencapai sasaran yang diharapkan. Tujuan penelitian ialah rumusan kalimat yang
menunjukkan adanya suatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai.

Maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui gaya kepemimpinan batak karo


2. Untuk mengetahui struktur kepemimpinan batak karo

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis dapat menambah wawasan mengenai kepemimpinan batak karo

2. Menambah wawasan penulis tentang tentang sejarah karo

6
BAB II LANDASAN TEORI

A. Sejarah Karo

Suku Karo adalah suku bangsa yang mendiami wilayah Sumatera Utara dan
sebagian Aceh; meliputi Kabupaten Karo, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten
Langkat, Kabupaten Dairi, Kabupaten Simalungun, dan Kabupaten Deli
Serdang.Suku ini merupakan salah satu suku terbesar dalam Sumatera Utara.
Nama suku ini dijadikan salah satu nama Kabupaten di salah satu wilayah yang
mereka diami (dataran tinggi Karo) yaitu Tanah Karo yang terletak di kabupaten
karo. Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo atau Cakap
Karo. Pakaian adat suku Karo didominasi dengan warna merah serta hitam dan
penuh dengan perhiasan emas. Suku Karo adalah merupakan suku asli pertama
Kota Medan karena Kota Medan didirikan oleh seorang putra Karo yang bernama
Guru Patimpus Sembiring Pelawi. Suku Karo pada mulanya tinggal di dataran
tinggi Karo yakni Brastagi dan Kabanjahe.

Suku Karo memiliki sistem kemasyarakatan atau adat yang dikenal dengan
nama merga silima, tutur siwaluh, dan rakut sitelu. Merga disebut untuk laki-
laki, sedangkan untuk perempuan yang disebut beru. Merga atau beru ini
disandang di belakang nama seseorang. Merga dalam masyarakat Karo terdiri
dari lima kelompok, yang disebut dengan merga silima. Kelima merga tersebut
adalah:

1. Karo-karo: Purba, Barus, Bukit, Gurusinga, Kaban, Kacaribu, Surbakti,


Sinulingga, Sitepu, Sinuraya, Sinuhaji, Ketaren, kemit, jung, sinukaban,
sinubulan, samura, sekali. (berjumlah 18)

2. Tarigan: bondong, gana-gana, gersang, gerneng, jampang, purba, pekan,


sibero, tua, tegur, tambak, tambun, silangit, tendang. (berjumlah 14)

3. Ginting: anjartambun, babo, beras, cabap, gurupatih, garamata,


jandibata, jawak, manik, munte, pase, seragih, suka, sugihen, sinusinga,
tumangger, taling kuta. (berjumlah 17)

4. Sembiring: Sembiring si banci man biang (sembiring yang boleh makan


anjing): Keloko, Sinulaki, Kembaren, Sinupayung (Jumlah = 4); Sembiring
simantangken biang(sembiring yang tidak boleh makan Anjing): Brahmana,
Depari, Meliala, Pelawi, busuk, colia, muham, maha, bunuaji, gurukinayan,
pandia, keling, pandebayang, sinukapur, tekang. (berjumlah 15)

5. Perangin-angin:Bangun, Keliat, Kacinambun, Namohaji, Mano, Benjerang,


Uwir, Pinem, Pancawan, Penggarun, Ulun Jandi, Laksa, Perbesi, Sukatendel,
Singarimbun, Sinurat, Sebayang, Tanjung. (berjumlah 18)

7
B. MODEL KEPEMIMPINAN SUKU KARO

Gaya kepemimpinan suku karo tidak dapat dilihat dari warisan tulisan dari
leluhur tetapi masyarakat karo ditinggali sikap hidup,kebiasaan adat,kuan-
kuanen dan pedah-pedah.

a. Demokrasi

Dari tulisan sejarah diyakini bahwa pernah terdapat Kerajaan Karo di


wilayah Sumatera. Kerajaan Karo ini terdiri dari beberapa dinasti yang bisa
disebut Kerajaan Haru, Aru, Guri, Deli, Dll. Letak kerajaan ini bila dilihat dari
motif penyebaran penduduk saat itu akan berada di pesisir pantai atau di sekitar
sungai besar. Akibat pertentangan atau invasi dari kerajaan lain, kerajaan Karo
sering mengalami perubahan dinasti atau dalam taklukan. Kerabat kerajaan dan
rakyat yang tidak bersedia dalam taklukan berpindah dalam kelompok-kelompok
kecil ke arah pegunungan yang kita kenal sebagai wilayah Taneh Karo saat ini
membentuk kuta yang bebas tidak dibawah kekuasaan sebuah kerajaan. Dalam
menyelenggarakan aturan atau pemerintahan, mereka membentuk kekuasaan
bersama dalam hubungan senina, kalimbubu dan anak beru. Dalam
perkembangannya kemudian, karena sedah semakin banyak desa akibat
pertumbuhan penduduk atau migrasi baru, terbentuk Perbapaan, Urung dan
Sibayak.

b. Terbuka dan Menghargai

Dari peribahasa dan ajaran-ajaran hidup yang dituturkan secara turun-


temurun,kit dapat mengenal sikap keterbukaan dan menghargai orang karo.

1) Ula belasken kata la tuhu kata tengteng banci turiken. Pintar dalam memilih
kata dalam berbicara, sehingga tidak menyakitkan perasaan orang walaupun
yang dibicarakan tersebut tentang kesalahan atau kelemahan orang tersebut,
inilah sifat menghargai dari orang Karo.

2) Bagi Sinungkir buluh sengawan. Dalam bermusywarah, harus berterus terang


sehingga tidak akan menimbulkan banyak pendapat dan penafsiran. Katakanlah
ya bila ya, tidak bila tidak.

3) Bagi surat ukat, rendi enta. Saling memberi dan saling mengalah, dalam
kehidupan kita tidak boleh hanya menerima tetapi juga harus memberi.

4) Ermela malu ibas enggeluh. Yang membatasi atau mengatur perbuatan adalah
rasa malu kepada diri sendiri dan kepada orang lain. Lebih memalukan
digunjingkan orang lain dari pada mendapat hukuman penjara.

8
c. Beradat

Bila kita melihat kepada model kepemimpinan non formal pada upacara-
upacara adat dan individu tertentu di masyarakat, pribadi yang sangat dihormati
dan dihargai memiliki ciri:

1) Peduli. Seorang pribadi akan dihormati dan dihargai orang lain apabila rajin
mengunjungi orang lain, baik diundang (pesta) maupun tidak diundang
(menjunguk orang sakit).

2) Meteh adat. Mengerti dan menjalankan sikap sebagai masyarakat sesuai adat
Karo (tutur siwaluh, rakut sitelu).

3) Pintar Berbicara. Bahasa Karo tidak mengenal kalimat lembut dan kasar,
namun ada orang yang dapat memilih kata dengan baik.

4) Berpengetahuan. Orang Karo sangat menghargai orang yang memiliki


kemampuan melebihi dirinya apabila ditunjukkan tidak dengan merendahkan
orang lain.

C. Struktur Suku Karo

Suku Batak Karo memiliki jumlah populasi kurang lebih 959.000 jiwa,dengan
kawasan yang signifikan di Karo,Medan,Deli Serdang,Langkat.Bahasa sehari-
harinya adalah bahasa karo.Tapi serimg terjadi kekeliruan dalam percakapan
sehari-hari dimasyarakat bahwa tanah karo di identikkan dengan kabupaten
karo.Padahal,tanah Karo jauh lebih luas daripada kabupaten Karo.Agama di suku
Karo Islam 25%, kristen 70% , dan pemena 5%.

Hal lain yang penting dalam susunan masyarakat karo adalah rakut sitelu
dan daliken sitelu (artinya secara metaforik adalah tungku nan tiga),yang berarti
ikatan yang tiga.Arti rakut sitelu tersebut adalah kelengkapan hidup bagi orang
karo.Kelengkapan tersebut adalah lembaga sosial yang terdapat dalam
masyarakat karo yang terdiri dari 3 kelompok,yaitu:

1.Kalimbubu (dapat di defenisikan sebagai keluarga pemberi istri)

2.Anak Beru(keluarga yang mengambil atau menerima istri)

3.Senina(keluarga satu galur keturunan marga atau keluarga inti).


https://id.m.wikipedia.org/wiki/suku_karo

9
TOKOH MASYARAKAT KARO DAN KEPEMIMPINANNYA

1. Guru Patimpus

Guru Patimpus adalah seorang Karo bermarga Sembiring Pelawi. Guru Patimpus
dikenal sebagai pendiri Kota Medan. Guru Pa Timpus telah menjadi milik
Masyarakat Kota Medan. Ia berjiwa Nasionalis dibuktikan dengan tidak
dicantumkannya Marga Sembiring Pelawi pada Dirinya dan Anak Cucu
Keturunannya.

2. Kiras Bangun ( Gara Mata), Pahlawan Nasional dari Desa Batukarang

Pihak-pihak yang bertikai, acap kali mengundang Garamata turut memecahkan


persoalan. Dengan sikap jujur, berani dan bertanggung jawab Garamata
bertindak tegas tetapi arif dan bijaksana, berlandaskan semboyan “Rakut Sitelu”
(Kalimbubu, Sembuyak dan Anakberu) yang sudah membudaya dalam kehidupan
sehari-hari.Dalam bertindak beliau selalu berpegang teguh pada prinsip
membenarkan yang benar, tidak berpihak, menyebabkan berbagai sengketa dap
at diredakan secara damai yang memuaskan semua pihak.

3. Djamin ginting

Selaku komandan di medan perang, dia memiliki semangat dan pola pikir yang
harus ditanamkan kepada pasukannya agar tidak mudah tergeser dari Karo.
Baginya, wilayah Sumatera Utara terutama Karo tidak boleh dikuasai Belanda.
Tidak mengherankan saat itu pasukan di bawahnya bisa memunculkan sejumlah
tentara yang menjadi pelopor pejuang melawan penjajah di Tanah Sumatera.
Sebut saja Kapten Mayor Rim Rim Ginting dan Kapten Selamet Ketaren.

10
BAB III METODE SURVEY

A. Tempat dan waktu survey

• Desa Budaya Lingga kec. Simpang Empat kab.Karo.

• Sabtu, 17 November 2018

B. Subjek Survey

• Kepemimpanan dalam Suku Karo.

C. Teknik pengambilan data

• Wawancara .

D. Instrumen survey

• Pedoman wawancara.

E. Teknik analisa data

• Pengambilan data dari buku.

• Pengambilan dari internet.

• Sistem wawancara.

11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil survey

Dari hasil survey kami mengetahui bahwa suku karo memiliki sistem
kemasyarakatan atau adat yang di kenal dengan merga silima, tutur siwaluh, dan
rakut sitelu. Merga untuk anak laki laki dan beru untuk anak perempuan.
Merga/beru ini akan berada di belakang namanya. Merga dalam dalam
masyarakat karo terdiri atas 5 kelompok yang di kenal sebagai merga silima yaitu
Karo karo, Tarigan, Ginting, Sembiring, dan Perangin angin.

Serta model kari kepemimpinan suku karo yaitu menggunakan sistem


demokrasi serta terbuka, menghargai dan sangat beradat. Dan struktur suku karo
memiliki hal yang penting yaitu dalam susunan masyarakat karo adalah rakut
sistem dan daliken sistem, yang berarti ikatan yang tiga. Arti dari rakut sistem
itu adalah kelengkapan hidup bagi orang karo yaitu terbagi atas 3 kelompok :

1.kalimbubu (dapat di defenisikan sebagai keluarga pemberi istri)

2.Anak Beru(keluarga yang mengambil atau menerima istri)

3.Senina(keluarga satu galur keturunan marga atau keluarga inti).

B. Pembahasan

Kepemimpinan dalam masyarakat suku karo itu menggunakan sistem


demokrasi yaitu sistem di pilih langsung oleh masyarakat karo dengan melakukan
pemilihan pemimpin. Dan dalam masyarakat karo sangatlah mematuhi adat
istiadat yang telah di tetapkan oleh pemimpin leluhur yang terdahulu. Sifat
toleransi serta saling tolong menolong dan memiliki pemimpin yang mampu
membuat atau mengatur masyarakat karo bisa bersaudara dan saling tolong
menolong. Di masyarakat karo juga terdiri atas kepercayaan yang di anut yaitu
islam (25%), kristen (70%) dan pemena(5%)

C. Temuan lapangan

Kami menemukan sosok tokoh yang sangat di hormati oleh masyarakat


karo yaitu 3 tokoh karo dan sifat kepemimpinannya yaitu :

1. Guru Patimpus

Guru Patimpus adalah seorang Karo bermarga Sembiring Pelawi. Guru Patimpus
dikenal sebagai pendiri Kota Medan. Guru Pa Timpus telah menjadi milik
Masyarakat Kota Medan. Ia berjiwa Nasionalis dibuktikan dengan tidak
dicantumkannya Marga Sembiring Pelawi pada Dirinya dan Anak Cucu
Keturunannya.

12
2. Kiras Bangun ( Gara Mata), Pahlawan Nasional dari Desa Batukarang

Pihak-pihak yang bertikai, acap kali mengundang Garamata turut memecahkan


persoalan. Dengan sikap jujur, berani dan bertanggung jawab Garamata
bertindak tegas tetapi arif dan bijaksana, berlandaskan semboyan “Rakut Sitelu”
(Kalimbubu, Sembuyak dan Anakberu) yang sudah membudaya dalam kehidupan
sehari-hari.Dalam bertindak beliau selalu berpegang teguh pada prinsip
membenarkan yang benar, tidak berpihak, menyebabkan berbagai sengketa dap
at diredakan secara damai yang memuaskan semua pihak.

3. Djamin ginting

Selaku komandan di medan perang, dia memiliki semangat dan pola pikir yang
harus ditanamkan kepada pasukannya agar tidak mudah tergeser dari Karo.
Baginya, wilayah Sumatera Utara terutama Karo tidak boleh dikuasai Belanda.
Tidak mengherankan saat itu pasukan di bawahnya bisa memunculkan sejumlah
tentara yang menjadi pelopor pejuang melawan penjajah di Tanah Sumatera.
Sebut saja Kapten Mayor Rim Rim Ginting dan Kapten Selamet Ketaren.

13
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
Suku ini merupakan salah satu suku terbesar dalam Sumatera Utara. Nama
suku ini dijadikan salah satu nama Kabupaten di salah satu wilayah yang mereka
diami (dataran tinggi Karo) yaitu Tanah Karo yang terletak di kabupaten karo.
Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo atau Cakap Karo.
Pakaian adat suku Karo didominasi dengan warna merah serta hitam dan penuh
dengan perhiasan emas.

B. Saran

Lampiran

1. Organisasi tim dan tugas masing masing anggota tim

2. Instrumen survey

3. Struktur organisasi tim survey

DAFTAR PUSTAKA

14

Anda mungkin juga menyukai