Menurut Neo dan Chen (2007) dalam buku berjudul “Dynamic Governance”
menegaskan bahwa dynamic governance adalah sebuah konsep yang menekankan bagaimana
bekerjanya berbagai kebijakan, institusi dan struktur yang telah disusun agar mampu
beradaptasi dengan kondisi ketidakpastian dan perubahan sehingga dapat tetap relevan dan
efektif untuk mencapai tujuan dan keinginan-keinginan jangka panjang.
Neo dan Chen (2007) menulis landasan dynamic governance adalah budaya
kelembagaan suatu negara yang ditunjukkan dengan tiga faktor kemampuan dinamis
(dynamic capabilities) yaitu berpikir ke depan (thinking ahead), berpikir kembali (thinking
again), dan berpikir sepanjang mengarah kepada pelaksanaan kebijakan yang adaptif
(thinking across). Ada faktor pengungkit utama untuk mengembangkan dynamic governance
yaitu orang yang cakap (able people) diisi oleh orang-orang yang cerdas, gesit, dan tangkas
(agile people). Namun pengaruh yang menjadi perhatian serius adalah faktor lingkungan
eksternal (external environment) yang akan memengaruhi sistem pemerintahan seperti
masalah keamanan, kemiskinan, politik, yang menimbulkan ketidakpastian perubahan.
Secara sederhana, thinking ahead merupakan cara berfikir kedepan. Bagaimana
meramalkan dan mengidentifikasi lingkungan di masa mendatang yang berdampak pada
pilihan-pilihan kebijakan. Kemudian pilihan kebijakan ini, selanjutnya akan dikaji ulang
melalui kemampuan thinking again yang berusaha melihat realitas yang sedang dihadapi saat
ini guna menemukan faktor keberhasilan dan kegagalan agar kinerja dapat diperbaiki menjadi
lebih baik. Selanjutnya, untuk menyempurnakan konten kebijakan, maka tentu saja
membutuhkan pemikiran yang lebih terbuka, adopsi pikiran, pendapat, ide-ide lain di luar
kerangka berpikir (out of the box) melalui cara berfikir thinking across. Pada akhirnya,
keseluruhan proses dinamis pemerintah ini akan dilengkapi dan digerakkan oleh orang-orang
yang memiliki kapasitas (able people) dan harus dilakukan dengan proses yang
baik/benar (agile processes). Kekeliruan yang kerap terjadi di organisasi adalah tatkala mesin
penggerak organisasi belum mampu menerjemahkan tujuan organisasi secara holistik. Karena
itu, wajib adanya apabila orang-orang yang mengisi ruang-ruang organisasi adalah mereka
yang secara tepat berada pada keahlian dan kemampuannya masing-masing.
Sumber :
https://kita.menpan.go.id/2019/11/20/perbandingan-sound-governance-dynamic-governance-dan-
open-government/