Anda di halaman 1dari 16

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/334670917

ANALISIS FATWA DSN "Sale and lease back"

Article · July 2019

CITATIONS READS

0 1,016

3 authors, including:

M. ALI Rusdi Bedong


Institut Agama Islam Negeri Parepare, Indonesia
24 PUBLICATIONS   3 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Hukum Islam View project

All content following this page was uploaded by M. ALI Rusdi Bedong on 25 July 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ANALISIS FATWA DSN
“Sale and lease back”

Nursam Suriana
Amaliyah Sudirman
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PAREPARE

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Berdasarkan penelusuran penulis, fatwa terkait akad wakalah, hawalah, dan


kafalah antara lain adalah sebagai berikut:
Fatwa Nomor 71/DSN-MUI/VI/2008 Tentang Sale and Lease Back
Fatwa DSN telah menimbang bahwa dalam masyarakat berkembang suatu
kebutuhan jual beli aset untuk kemudian pembeli mnyewakan kembali aset
kepada penjual, yang disebut dengan sale and lease back. Bahwa dalam rangka
memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut, diperlukan aturan sale and lease back
yang sesuai dengan prinsip syariah, dan berdasarkan pertimbangan sebagaimana
yang telah dimaksud DSN-MUI memandang perlu menetapkan fatwa tentang sale
and lease back untuk dijadikan pedoman.
Analisis terhadap Fatwa DSN Sale and Lase back penting untuk dilakukan
dengan mencermati karakteristik dari subtansi akad dalam Fatwa untuk
selanjutnya dianalisis, apakah memungkinkan untuk dapat diterapkan pada
kegiatan jasa perusahaan pembiayaan syariah. Pembiayaan dengan cara seperti
tersebut di atas, pada kenyataannya dilakukan tidak hanya oleh lembaga keuangan
bukan bank namun juga dilakukan oleh bank. Cara“menjual” alat-alat produksi
dan kemudian “menyewa” kembali alat-alat produksi tersebut dikenal dengan
istilah sale and lease back.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah analisis Fatwa DSN Nomor 71/DSN-MUI/VI/2008
Tentang Sale and Lease Back ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

1.1 Pengertian Sale And Lease Back

Sale and Leaseback atau transaksi jual dan sewa balik adalah jenis transaksi
pembiayaan yang mengkombinasikan antara penjualan aset dengan penyewaan
kembali aset yang sama. Dalam transaksi tersebut, lessee (pihak penyewa)
menjual asetnya kepada lessor (pihak yang menyewakan) sesuai dengan nilai jual
aset tersebut. Lalu, aset tersebut diberlakukan suatu kontrak sewa/leasing antara
lessee dan lessor.
Tujuan sale and leaseback ini adalah lessee dapat memperoleh dana cash yang
dapat digunakan sebagai tambahan modal operasional atau tujuan bisnis lain dan
bagi lessor dapat memperoleh hak kepemilikan aset yang dijual serta pendapatan
sewa dari lessee. Pada umumnya, pembayaran sewa dan harga jual saling
berhubungan dikarenakan keduanya dinegosiasikan ke dalam suatu paket.
Contoh transaksi sale and leaseback adalah transaksi jual dan sewa balik 2,500
menara yang dimiliki PT Indosat Tbk kepada PT Tower Bersama Infrastructure
Tbk pada tahun 2012. Transaksi tersebut bernilai 406 juta dolar atau setara kurang
lebih 4,000 milyar rupiah. Indosat melakukan hal tersebut bertujuan untuk
melakukan efisiensi terhadap non-core assets. Pada tahun 2010, PT Garuda
Indonesia (Persero) Tbk. meneken kontrak sale and leaseback agreement tiga
pesawat Boeing 737-800 Next Generation dengan anak usaha Mitsubishi
Corporation yang bergerak di bidang penyewaan pesawat, MC Aviation Partners
atau MCAP yang nilainya jutaan dolar rupiah. Transaksi diatas memiliki
kegunaan sebagai penyewaan demi keperluan operasi.
Di Indonesia, pola transaksi sale and leaseback dipermudah dengan adanya
penghapusan pajak pertambahan nilai (PPN) sebesar 10% untuk transaksi
perusahaan yang menggunakan pola sale and leaseback. Peraturan tersebut
diberlakukan dikarenakan banyak kalangan menilai transaksi tersebut murni
pembiayaan sehingga tidak layak dikenakan PPN sebesar 10%. Dengan adanya

3
ketentuan tersebut, maka pengusaha pembiayaan diberikan kepastian dan
kejelasan aturan perpajakan sehingga pelaku usaha bisa lebih optimis dalam
menggunakan transaksi sale and leaseback. 1

1
Dewan Syariah Nasional MUI, Himpunan Fatwa Keuangan Syariah (Jakarta : Erlangga,2014),
h. 680-689.

4
Transaksi leaseng dalam bentuk sale and lease back ini pada prinsipnya

adalah pihak lesse sengaja menjual barang modalnya kepada lessor untuk

kemudian dilakukan kontrak sewa guna usaha atas barang tersebut. Lesse dalam

hal ini berperan sebagai pihak yang menjual barang untuk digunkan selama masa

lease yang disetujui dua pihak. Metode leaseng ini dimaksudkan untuk

memperoleh tambahan dana untuk modal kerja. Jadi transaksi leaseng disini
2
bersifat refinensing. Transaksi leaseng seperti ini banyak dilakukan di

Indonesia akibat adanya masalah impor barag modal, perizinan serta

pengoperasian, maupun pembiayaan kembali terhadap pinjaman yang telah


diperoleh lesser untuk memperoleh barang modal ini terutama dalam hal

pengenaan bea masuk atau pajak dalam rangka pengadaan suatu barang modal,

uumnya pihak lesse akan membeli lebih dahulu atas nama sendiri barang impor

atau eks-impor, termasuk membayar bea masuk dan bea impor lainnya.

Selanjutnya barang tersebut dijual kepada lessor untuk selanjutnya diserahkan

kembali kepada lesse untuk digunakan sesuai dengan jangka waktu yang disetujui

dalam kontrak leaseng. Transaksi leaseng seperti di atas sering disebut technical

sale and lease. 2

Mekanisme Transaksi Sale and Lease Back :


1. Jual beli barang modal dari pihak lesse kepihak lessor
2. Penutupan kontrak asuransi
3. Lessor melakukan pembayaran kepada lesser, sesuai dengan kontrak jual
beli
4. Penandanganan kontrak leaseng antara lessor dan lesse
5. Lesse melakukan pembayaran pertama, yang berupa :
- Security deposit
- Uang lease pertama, jika in advance
- Biaya administrasi
- Premi asuransi tahun pertama

2.
Y. Sri Susilo, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Salemba,Jakarta) 2000. h. 131.

5
- Pembayaran pertama lainnya, jika ada
6. Pembayaran premi asuransi
7. Pembayaran lease bulanan dari lesse kepada lesser.

1.2 Analisis Fatwa Dewan Syari’ah Nasional tentang Sale and Lease
Back

Fatwa Nomor 71/DSN-MUI/VI/2008 Tentang Sale and Lease Back

Dewan Syari’ah Nasional, setelah:


Menimbang : a. bahwa dalam masyarakat berkembang suatu kebutuhan jual beli
suatu aset untuk kemudian pembeli menyewakan kembali aset
kepada penjual, yang disebut dengan Sale and Lease Back;
b. bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut,
diperlukan aturan Sale and Lease Back yang sesuai dengan prinsip
syariah;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b, Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama
Indonesia memandang perlu menetapkan fatwa tentang Sale and
Lease Back untuk dijadikan pedoman.

Mengingat :
1. Firman Allah SWT, antara lain:

a. QS. al-Ma'idah [5]: 1:

... ‫أم ُه ْوا أَ ْو ُف ْوا ِبا ْل ُع ُق ْو ِد‬


َ ‫ن‬َ ْ‫يَآأَيُّ َها ا َّل ِذي‬
"Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu …"

6
b. QS. al-Qashash [28]: 26:

َ ‫اس َتأْ َج ْر‬


‫ت‬ ْ ‫م ِن‬ ْ ْ ‫ت‬
َ ‫ إِ َّن َخيْ َر‬،‫اس َتأ ِج ْر ُه‬ ِ َ‫ما َيآأَب‬َ ‫او‬
ُ ‫ت ِإ ْح َد‬ ْ ‫َقا َل‬
.‫ي اْلأَ ِميْ ُن‬
ُّ ‫ا ْل َق ِو‬
"Salah seorang dari kedua wanita itu berkata, "Hai ayahku! Ambillah ia
sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang
paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang
kuat lagi dapat dipercaya.""

c. QS. al-Kahfi [18]: 77:

.ً‫ت َع َليْ ِه أَ ْجرا‬


َ ‫َّخ ْذ‬
َ ‫ت لَات‬
َ ‫ش ْئ‬
ِ ‫ل َل ْو‬
َ ‫َقا‬
Musa berkata: "Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu."

d. QS. al-Baqarah [2]: 275:

َ
‫الربَا‬
ِّ ‫م‬َ ‫َوأ َحلَّ ال ّل ُه ا ْل َب ْي َع َو َح َّر‬
"Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba."

e. QS. al-Nisa' [4]: 29:

‫اظ ِل إِلاَّ أَن‬


ِ َ‫م ِبا ْلب‬
ْ ‫م َب ْي َه ُك‬
ْ ‫م َوا َل ُك‬
َ ْ
ْ ‫آم ُهواْ لا َ َتأ ُك ُلواْ أ‬ َ ‫َيا أَيُّ َها ا َّل ِذ‬
َ ‫ين‬
‫م‬
ْ ‫مه ُك‬
ّ ِ ‫اض‬
ٍ ‫ار ًة َعن َت َر‬
َ ‫ون تِ َج‬
َ ‫َت ُك‬
"Hai orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu."

7
2. Hadis-hadis Nabi shallallahu alaihi wa sallam, antara lain:
a. Hadis Qudsi riwayat Imam al-Bukhari, Ahmad, Ibnu Majah dari Abu
Hurairah (teks al-Bukhari), Nabi bersabda:

َ
‫ل‬ ٌ ‫ َر ُج‬:‫م ا ْل ِقيامة‬ َ ‫م َي ْو‬ْ ‫م ُه‬ ْ ‫ ثَلاَث ٌَة أ َنا َخ‬: َّ‫هللا َع َّز َو َجل‬
ُ ‫ص‬ ُ ‫ال‬
َ ‫َق‬
‫ل‬َ َ‫ل بَا َع ُح ًّرا َفأَك‬ٌ ‫ور ُج‬َ ،‫م َغ َد َر‬ َّ ‫اس ِمى) ُث‬ْ ‫ف ِب‬ َ ‫أَ ْع َعى ِبى (أي َح َل‬
‫ع ِه أَ ْج َر ُه‬
ِ ‫م ُي ْع‬ْ ‫اس َت ْو َفى ِم ْه ُه و َل‬ْ ‫ِس َتأْ َج َر أَ ِج ْي ًرا َف‬
ْ ‫لا‬
ٌ ‫ور ُج‬َ ،‫َم َه ُه‬
َ ‫ث‬
)‫(رواه البخاري‬
"Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Ada tiga kelompok yang Aku
memusuhi mereka pada Hari Kiamat nanti. Pertama, orang yang
bersumpah atas nama-Ku lalu ia mengkhianatinya. Kedua, orang yang
menjual orang merdeka (bukan budak belian), lalu ia memakan
(mengambil) keuntungannya. Ketiga, orang yang memperkerjakan
seseorang, lalu ia meminta pekerja itu memenuhi kewajibannya,
sedangkan ia tidak membayarkan upahnya."

b. Hadis Riwayat Ibnu Majah dari Ibnu Umar, bahwa Nabi bersabda:

َّ ‫ل أَ ْن يَ ِج‬
.‫ف َع َر ُق ُه‬ َ ‫أَ ْع ُعوا اْلأ َ ِج ْي َر أَ ْج َر ُه َق ْب‬
"Berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering."

c. Hadis riwayat Abd ar-Razzaq dari Abu Hurairah dan Abu Sa'id al-
Khudri, Nabi SAW bersabda:

.‫م ُه أَ ْج َر ُه‬ َ ْ ْ ‫م ِن‬


ْ ‫اس َتأ َج َر أ ِجيْ ًرا َف ْل ُي ْع ِل‬ َ
"Barang siapa mempekerjakan pekerja, beritahukanlah upahnya."

8
d. Hadis riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Ad-Daruquthni dari Sa`d Ibn
Abi Waqqash (teks Abu Dawud), ia berkata:

‫اس ِع َد‬
َ ‫م‬َ ‫ي ِم َن ال َّز ْر ِع َو‬ ْ ‫ز َوا ِق‬َّ ‫ما َع َلى ال‬ َ ‫ض ِب‬ َ ‫ك ِري اْلأَ ْر‬ ْ ‫ُكهَّا ُن‬

َ ‫س َّل‬
‫م‬ ُ ‫ص َّلى‬
َ ‫هللا َع َل ْي ِه َوآ ِل ِه َو‬ َ ‫هللا‬ِ ‫ل‬ ُ ‫س ْو‬ ُ ‫ َف َه َها َنا َر‬،‫ما ِء ِم ْه َها‬
َ ‫ِبا ْل‬
.‫ض ٍة‬َّ ‫ب أَ ْو ِف‬
ٍ ‫و‬ َ ‫ك ِر َي َها ِب َذ‬ْ ‫ن ُن‬ ْ َ‫م َر َنا أ‬ َ َ ‫َع ْن َذ ِل‬
َ ‫ك َوأ‬
"Dulu kami menyewakan tanah dengan (bayaran) hasil pertanian yang tumbuh
di pinggir selokan dan yang tumbuh di bagian yang dialiri air; maka, Rasulullah
melarang kami melakukan hal tersebut dan memerintahkan agar kami
menyewakannya dengan emas atau perak."
e. Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari 'Amr bin 'Auf:

‫ل‬ َّ ‫َحلاَلاً أَ ْو أَ َح‬ ‫م‬ ُ َّ‫ين ِإلا‬


َ ‫ص ْل ًحا َح َّر‬ َ ‫ز ِل ِم‬
ْ ‫م‬
ُ ‫ص ْل ُح َجائِ ٌز َب ْي َن ا ْل‬
ُّ ‫ال‬
‫م َح ََلا ً أَ ْو‬ َ ‫َح َّر‬ َ َّ ‫م ِإلا‬
‫ش ْر ًظا‬ ْ ‫وظ ِه‬
ِ ‫ش ُر‬
ُ ‫ون َع َلى‬
َ ‫م‬ُ ‫ز ِل‬
ْ ‫م‬
ُ ‫اما َوا ْل‬
ً ‫َح َر‬
.‫اما‬
ً ‫ل َح َر‬َّ ‫أَ َح‬

”Shulh (penyelesaian sengketa melalui musyawarah untuk mufakat) dapat


dilakukan di antara kaum muslimin, kecuali shulh yang mengharamkan yang halal
atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat
mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram."

3. Ijma’ ulama tentang kebolehan melakukan akad sewa menyewa.

4. Kaidah fiqih :

9
‫ل‬
ُ ْ‫الد ِلي‬
َ َّ ‫اح ُة إِلا َّ أَ ْن يَ ُد‬
‫ل‬ َ َ‫لإب‬
ِ ْ‫ت ا‬
ِ َ‫املا‬
َ ‫م َع‬
ُ ‫ل ِفى ا ْل‬ ْ َ ‫الأ‬
ُ ‫ص‬
‫َع َلى َت ْح ِر ْي ِم َها‬
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada
dalil yang mengharamkannya.”

Memperhatikan :

1. Pendapat para ulama; antara lain:

a. Al-Syairazi, al-Muhadzdzab, juz I Kitab al-Ijarah hal. 394:

‫ َولأَ َّن‬... ‫اح ِة‬ َ ‫م َب‬


ُ ‫م َها ِف ِع ا ْل‬
َ ‫ار ِة َع َلى ا ْل‬ َ ‫لإ َج‬
ِ ْ‫يَ ُج ْو ُز َع ْق ُد ا‬
‫از‬
َ ‫ما َج‬ ِ َ‫اج ِة إِ َلى اْلأَ ْعي‬
َّ ‫ َف َل‬،‫ان‬ َ ‫م َها ِف ِع كَا ْل َح‬
َ ‫اج َة إِ َلى ا ْل‬
َ ‫ا ْل َح‬
‫ار ِة‬ ِ ْ‫ب أَ ْن َي ُج ْو َز َع ْق ُد ا‬
َ ‫لإ َج‬ ِ َ‫َع ْق ُد ا ْلبَ ْي ِع َع َلى اْلأَ ْعي‬
َ ‫ان َو َج‬
.‫م َها ِف ِع‬
َ ‫َع َلى ا ْل‬
“Boleh melakukan akad ijarah (sewa menyewa) atas manfaat yang dibolehkan
karena keperluan terhadap manfaat sama dengan keperluan terhadap benda. Oleh
karena akad jual beli atas benda dibolehkan, maka sudah seharusnya boleh pula
akad ijarah atas manfaat.”

a. Ibnu Qudamah, al-Mughni, VIII/7:

10
‫م ْه ِز َل ِة‬
َ ‫م َها ِف ُع ِب‬
َ ‫ َوا ْل‬،‫م َها ِف ِع‬
َ ‫ار ُة) بَيْ ُع ا ْل‬
َ ‫ي (ال ِإ َج‬ َ ‫َف ِه‬
ِ َ‫اْلأَ ْعي‬
.‫ان‬
“Ijarah adalah jual beli manfaat; dan manfaat berkedudukan sama dengan benda.”

c.Imam al-Nawawi, al-Majmu’ Syarah al-Muhadzdzab, XV/308; al-Syarbini,

Mughni al-Muhtaj, II/332; al-Dimyathi, I’anah al-Thalibin, III/108:

‫اح ٍد‬
ِ ‫ل َو‬
ّ ِ ‫ر ِل ُك‬ َ
َ ْ‫اعيَ ٌة؛ َف َلي‬
ِ ‫ار ِة] َد‬
َ ‫[الإ َج‬
ِ ‫اج َة إِ َليْ َها‬
َ ‫ َوأ َّن ا ْل َح‬...
‫ت‬
ْ ‫ما ُج ِّو َز‬
َ َ‫ك ك‬
َ ‫ت َلذ ِل‬
ْ ‫زكَ ٌن َو َخا ِد ٌم َف ُج ِّو َز‬
ْ ‫م‬
َ ‫ب َو‬ ٌ ‫م ْر ُك ْو‬
َ
ِ َ‫بَيْ ُع اْلأَ ْعي‬
.‫ان‬
“…kebutuhan orang mendorong adanya akad ijarah (sewa menyewa), sebab tidak
setiap orang memiliki kendaraan, tempat tinggal dan pelayan (pekerja). Oleh
karena itu, ijarah dibolehkan sebagaimana dibolehkan juga menjual benda.”

d.Ibnu Qudamah, al-Mughni, VIII, 113:

َ‫ز َتأْجر ُة أ‬
ْ ِ‫ إ‬،‫ز َتأْ ِج ِر‬
‫ن‬ ْ ‫م‬
ُ ‫ي يَ ِد ا ْل‬
ْ ‫ف‬
ِ ‫ة‬
ٌ ‫ن‬
َ ‫ا‬ ‫م‬
َ َ َ ْ ‫م‬ ُ ‫َوا ْل َعيْ ُن ا ْل‬
.‫م ْه َها‬
َ ‫ض‬
ْ َ‫م ي‬
ْ ‫ط َل‬
ٍ ْ‫ت ِب َػيْ ِر َت ْف ِر ي‬
ْ ‫َت ِل َف‬
“Benda yang disewa adalah amanah di tangan penyewa; jika rusak bukan
disebabkan kelalaian, penyewa tidak diminta harus bertanggung jawab
(mengganti).”

2.Pendapat peserta Rapat Pleno Dewan Syari'ah Nasional MUI pada hari Kamis,
22 Jumadil Akhir 1429 H. / 26 Juni 2008.

11
MEMUTUSKAN

Menetapkan : FATWA TENTANG SALE AND LEASE BACK

Pertama : Ketentuan Umum


Sale and Lease Back adalah jual beli suatu aset yang kemudian pembeli
menyewakan aset tersebut kepada penjual.

Kedua : Ketentuan Hukum


Sale and Lease Back hukumnya boleh.

Ketiga : Ketentuan Khusus


1. Akad yang digunakan adalah Bai' dan Ijarah yang dilaksana-kan secara
terpisah.

2. Dalam akad Bai', pembeli boleh berjanji kepada penjual untuk menjual kembali
kepadanya aset yang dibelinya sesuai dengan
kesepakatan.

3.Akad Ijarah baru dapat dilakukan setelah terjadi jual beli atas aset yang akan
dijadikan sebagai obyek Ijarah.

4. Obyek Ijarah adalah barang yang memiliki manfaat dan nilai ekonomis.

5. Rukun dan syarat Ijarah dalam fatwa Sale and Lease Back ini harus
memperhatikan substansi ketentuan terkait dalam fatwa DSN-MUI Nomor:
09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiaya-an Ijarah.

6. Hak dan kewajiban setiap pihak harus dijelaskan dalam akad.

12
7. Biaya-biaya yang timbul dalam pemeliharaan Obyek Sale and Lease Back
diatur dalam akad.

Keempat : Penutup
1. Jika terjadi perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya dilakukan
berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku dan sesuai prinsip
syariah.

2. Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan
disempurnakan sebagaimana mestinya. 3

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Sale and Leaseback atau transaksi jual dan sewa balik adalah jenis
transaksi pembiayaan yang mengkombinasikan antara penjualan aset
dengan penyewaan kembali aset yang sama. Dalam transaksi tersebut,
lessee (pihak penyewa) menjual asetnya kepada lessor (pihak yang
menyewakan) sesuai dengan nilai jual aset tersebut. Lalu, aset tersebut
diberlakukan suatu kontrak sewa/leasing antara lessee dan lessor.
Fatwa Nomor 71/DSN-MUI/VI/2008 Tentang Sale and Lease BackDewan
Syari’ah Nasional, setelah: a. bahwa dalam masyarakat berkembang suatu

3
FATWA DSN MUI Nomor 71/DSN-MUI/VI/2008 Tentang Sale and Lease Back
4
MUI, D.S. (2014). Himpunan Fatwa Keuangan Syariah. Jakarta: Erlangga.

13
kebutuhan jual beli suatu aset untuk kemudian pembeli menyewakan
kembali aset kepada penjual, yang disebut dengan Sale and Lease Back;
b. bahwa dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut,
diperlukan aturan Sale and Lease Back yang sesuai dengan prinsip syariah
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a
dan huruf b, Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia
memandang perlu menetapkan fatwa tentang Sale and Lease Back untuk
dijadikan pedoman.

14
REFERENCES

1. PUBLIK (Kajian Tematik Hadis). AL-MAIYYAH, 11(2), 214-231.


2. Bedong, M. A. R. (2018). METODOLOGI IJTIHAD IMAM MUJTAHIDIN (Corak
Pemikiran dan Aliran). Al-'Adl, 11(2), 130-148.
3. Rusdi, M. A. (2016). Status Hukum Pernikahan Kontroversial Di Indonesia
(Telaah Terhadap Nikah Siri, Usia Dini dan Mut'ah). Al-'Adl, 9(1), 37-56.
4. Rusdi, M. A. (2019). WAWASAN AL-QUR’AN TENTANG MUSYAWARAH. Jurnal
Tafsere, 2(1).
5. Rusdi, M. A. (2015). (‫الفقر وعالجه فى تصور القرآن (دراسة لغوية تفسيرية‬. Langkawi: Journal
of The Association for Arabic and English, 1(1), 85-103.
6. Amiruddin, M. (2012). RIBA DALAM ALQURAN (Suatu Kajian Dengan
Pendekatan Maudhu’iy). DIKTUM: Jurnal Syariah dan Hukum, 10(1), 64-76.
7. Masse, R. A. (2015). HUKUM ISLAM DAN PEMBERDAYAAN EKONOMI
UMAT. DIKTUM: Jurnal Syariah dan Hukum, 13(1), 58-67.
8. Masse, R. A. (2012). PERBANDINGAN MASLAHAT DALAM PANDANGAN
IMAM MALIK DENGAN IMAM AL-GAZALI. DIKTUM: Jurnal Syariah dan
Hukum, 10(2), 173-184.
9. Basri, H. R. (2018). URGENSI PEMIKIRAN IBNU AL-QAYYIM AL-JAUZIYYAH
TENTANG PERUBAHAN HUKUM TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL
HUKUM ISLAM DI LINGKUNGAN PERADILAN AGAMA WILAYAH SULAWESI
SELATAN. DIKTUM: Jurnal Syariah dan Hukum, 16(2), 187-207.
10. Siri, H. (2011). METODE LAFZIYAH DALAM MENGISTINBATKAN HUKUM
MENURUT MAZHAB ZAHIRIYAH. DIKTUM: Jurnal Syariah dan Hukum, 9(1), 8-
13.
11. Aris, A. (2013). PEMIKIRAN IMAM SYAFI’I TENTANG KEDUDUKAN
MASLAHAH MURSALAH SEBAGAI SUMBER HUKUM. DIKTUM: Jurnal Syariah
dan Hukum, 11(1), 93-99.

15

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai