Anda di halaman 1dari 2

Gejala klinis

Capillaria hepatica memiliki peran penting dibidang kesehatan, karena telah diketahui dapat
menyebabkan penyakit infeksi yang disebut capillariasis. Gejala klinis yang ditunjukkan umumnya
asimptomatik, namun gejala yang nampak antara lain demam intermiten, anoreksia, hepatomegali, dan
peningkatan eosinofil. Pada umumanya gejala penderita yang telah terinfeksi cacing ini menyerupai
hepatitis akut atau sub-akut yang ditandai dengan eosinofil yang mirip dengan "Visceral Larva Migran",
dan pada kasus dengan infeksi berat (kronis) dapat pula terjadi cirrhosis hepatis. Infeksi semu terjadi
pada manusia ketika ditemukan telur cacing dalam tinja sesudah mengkonsumsi hati yang terinfeksi,
baik mentah maupun matang (Widyastuti et al. 2014). Visceral Larva Migrans adalah suatu kondisi
dimana telur infektif nematoda masuk ke dalam tubuh manusia. Kemudian melakukan migrasi ke dalam
organ viscera dan menimbulkan lesio serta gejala klinis (Soeharsono 2002).

Daftar pustaka :

Soeharsono. 2002. Zoonosis Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia . Yogyakarta: Kanisius

Widyastusi D, Pramestuti N, Astuti NT. 2014. Identifikasi telur cacing zoonotik pada feses Rattus
tanezumi di Pasar Kota Banjarnegara. Jurnal Balaba. 10(2): 53-58

Transmisi

Nematoda (cacing gelang) Capillaria hepatica (=Calodium hepaticum) dapat menyebabkan infeksi pada
kapiler hati pada manusia melalui perantara hewan tikus. Menurut Center for Disease Control and
Prevantion (CDC), Capillaria hepatica adalah parasit zoonosis dengan spesifisitas inang yang rendah,
terutama ada pada hewan pengerat (tikus) dan hewan karnivora. Cacing ini memiliki siklus hidup secara
langsung, atau tanpa inang perantara.

Capillaria hepatica dapat berkembang hanya dengan satu host definitif, tetapi ada beberapa kasus
ditemukan bahwa cacing ini membutuhkan dua host dalam siklus hidupnya. Cacing dewasa akan
tumbuh di dalam parenkim hati inang kemudian meletakkan ratusan telur di jaringan parenkim
sekitarnya. Telur yang terperangkap di parenkim tidak dapat ditularkan melalui kotoran inangnya, dan
tetap berada di hati sampai cacing tersebut mati atau kemungkinan besar dimakan oleh predator dapat
juga oleh pemakan bangkai. Telur yang tertelan oleh pemakan bangkai adalah telur yang tidak
berembrio (tidak infejtif), kemudian telur masuk melalui saluran pencernaan dan keluar melalui tinja, ini
adalah jalur utama penularan. Selanjutnya, telur berembrio yang ada di lingkungan di mana mereka
membutuhkan udara dan tanah lembab untuk menjadi infektif. Dalam kondisi alami, pertumbuhan
embrio berlangsung lambat dan dapat berkisar antara 6 minggu dan 5 bulan. Siklus tersebut berlanjut
jika telur yang berembrio dimakan oleh inang mamalia yang sesuai seperti manusia. Telur infektif
menetas di usus, lalu melepaskan larva tahap pertama. Larva menembus dinding usus dan bermigrasi
melalui vena portal ke parenkim hati dalam waktu 3-4 hari. Larva membutuhkan waktu sekitar 3-4
minggu untuk menjadi dewasa dan kawin. manusia biasanya terinfeksi setelah menelan telur berembrio
melalui makanan, air, ataupun tanah yang terkontaminasi tinja.

[CDC] Centers for Disease Control and Prevantion. 2019. Parasite Capillariasis (also known as Capillaria
infection). [Diakses pada 2020 Okt 11].
https://www.cdc.gov/parasites/capillaria/biology_c_hepatica.html

Anda mungkin juga menyukai