Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KEPERAWATAN HIV-AIDS

“WOC LEUKIMIA DAN IMMUNOGLOBULIN”

ALIH JENJANG SEMESTER 2


DOMINIKA SIN LAMAKADU (NIM. 191112011)

PRODI NERS
UNIVERSITAS CITRA BANGSA
KUPANG
2020
WOC : Leukimia

Faktor Eksogen (Sinar x, radio Virus onkogenik (Retrovirus/RNA) Faktor Endogen (kelainan kromoson
aktif, kimia 21/Herediter (Down sindrom), Genetik
Virus Human T cell Leukimia tipe I (HTVL-1)

Metabolisme Terganggu
Perubahan Ionisasi Sum- Enzim reverse transcriptase Trisomi 21
sum tulang belakang Enzim integrasi
Sel kekurangan Makanan

Aberasi Kromosomal 21
Kerusakan sum-sum Masuk sirkulasi darah Perubahan Metabolisme
tulang belakang
Anoreksia, mual,
Invasi sum-sum tulang belakang muntah Translokasi Kromosom

Nutrisi kurang dari kebutuhan Sel lebih rawan


RNA Virus mereplikasi DNA
mengalami abnormalitas
Intervensi : tentukan Status Gizi
Pasien, anjurkan makan sedikit tapi
sering, atur diet yang diperlukan,
Mutasi dtem sel somatic
Sel blast timbang BB/Hari, monitor intake
DNA
dan output

LEUKIMIA Memicu pertumbuhan


Proliferasi Leukimia Imature sel darah putih
abnormal
Kontrol sel terganggu
Jumlah Sel abnormal

Diferensiasi
Sel normal diganti sel terganggu
sel kanker
Immunoglobulin

Sistem imun tubuh terdiri dari du komponen utama: limfosit T dan limfosit B. Limfosit B
terutama berasal dari sum-sum tulang dan Limfosit T berasal dari timus. Sel B bertanggung
jawab membentuk antibodi humoral dalam darah yang juga dikenal dengan Immunoglobulin.
Sel T berperan dalam berbagai respon imunologis selular (cell-mediated immunologic response),
misalnya penolakan tandur, reaksi hipersensitivitas, dan pertahanan terhadap sel ganas dan virus
(Murray et al., 2012)

Klasifikasi Immunoglobulin :

1. Immunoglobulin A (IgA)
IgA merupakan 10-15% dari total antibodi dalam serum, akan tetapi IgA juga
terdapat dalam cairan sekresi yang diproduksi dalam jumlah besar oleh sel plasma dan
jaringan limfoid yang terdapat disaluran pencernaan, saluran pernafasan, dan saluran
urogenital. Karena itu IgA merupakan immunoglobulin yang paling banyak terdapat
dalam tubuh (banyak terdapat dalam serum). Antibod IgA merupakan jenis antibodi
paling umum ditemukan didalam tubuh dan terlibat dalam proses terjadinya reaksi alergi.
Di dalam IgA banyak ditemukan lapisan mukosa (selaput lender) tubuh, terutama yang
melapisi saluran pencernaan. IgA juga banyak ditemukan pada cairan tubuh, seperti air
liur, air mata, dahak, cairan vagina, dan ASI. Keberadaan IgA dalam kolostrum dapat
membantu sistem imum bayi yang baru lahir, terutama melindungi bayi dari infeksi
gastrointestinal. Pemeriksaan antibodi IgA juga biasanya untuk mendiagnosis gangguan
pada sistem imunitas (Radji, 2015)
Fungsi dari IgA adalah:
1) Mencegah kuman pathogen menyerang permukan sel mukosa
2) Tidak efektif dalam mengikat komplemen
3) Bersifat bakterisida dengan kondisinya sebagai lizozim yang ada dalam cairan
skretori yang mengandung IgA
4) Bersifat antiviral dan glutenin yang efektif
2. Immunoglobulin E (IgE)
Umumnya ditemukan di dalam darah dalam jumlah sedikit, terutama kalau berikatan
dengan mast sel dan basophil secara efektif, tetapi kurang efektif dengan eosinophil. IgE
berikatan dengan reseptor Fc pada sel-sel tersebut. IgE diproduksi oleh sela palsma yang
terdapat pada saluran pernafasan dan tonsil, sinusoid dan pada jringan limfoid sepanjang
mukosa saluran pernafasan dan pencernaan. Dengan adanya antigen yang spesifik untuk
IgE, immunoglobulin ini menjadi bereaksi silang untuk memacu degranulasi dan
membebaskan histamin dan komponen lainnya sehingga menyebabkan reaksi
anaphilaksis. Jumlah IgE akan meningkat ketika ada reaksi peradangan karena alergi.
Pemeriksaan antibody IgE untuk mendeteksi penyakit alergi dan infeksi parasit.
Diperkirakan parasit yang diikat oleh IgE lebih mudah dibunuh oleh eosinophil, karena
IgE terikat pada sel mastosit melaui reseptor Fc. Peran IgE belum diketahui dengan jelas,
walaupun demikian diketahui bahwa IgE banyak ditemukan banyak ditemukan pada
penderita infeksi cacing (Radji, 2015).
3. Immunoglobulin G (IgG)
Antibodi IgG adalah jenis antibodi yang paling banyak ditemukan di dalam darah, sum-
sum tulang belakang, limfe, dan cairan peritoneal. IgG mempunyai waktu paruh biologik
selama 23 hari dan merupakan imunitas yang baik (sebagai serum transfer). Ketika
antigen seperti kuman, virus, atau zat kimia tertentu masuk ke dalam tubuh, sel-sel darah
putih akan "mengingat" antigen tersebut dan membentuk antibodi IgE untuk
melawannya. IgG adalah satu-satunya Immunoglobulin yang dapat melewati placenta.
IgG dapat melindungi tubuh dari bakteri, virus, menetralkan toksin bakteri, dan dapat
merangsang sistem komplemen serta meningkatkan efektifitas sel-sel fagosit apabila
berikatan dengan antigen.
Fungsi IgG menurut Meyer dalam Soedarto (2012):
1) Pertahanan diri terhadap infeksi sampai beberapa minggu sesudah kelahiran
2) Menetralkan toksin bakteri
3) Meningkatkan fagositosis terhadap mikroorganisme
4. Immunoglobulin M (IgM)
Immunoglobulin M ditemukan pada permukaan sel B yang matang. IgM mempunyai
waktu paruh biologi 5 hari. Tubuh akan membuat antibodi IgM saat pertama kali
terinfeksi bakteri atau virus sebagai bentuk pertahanan pertama tubuh untuk melawan
infeksi (mencerminkan adanya infeksi baru atau adanya antigen). Kadar IgM akan
meningkat dalam waktu singkat saat terjadi infeksi, kemudian perlahan menurun dan
digantikan oleh antibodi IgG. Oleh sebab itu, hasil pemeriksaan IgM dengan nilai yang
tinggi, sering kali dianggap sebagai tanda adanya infeksi yang masih aktif. Dokter
biasanya akan melakukan pemeriksaan antibodi IgM bersamaan dengan tes antibodi IgA
dan IgG untuk memantau kondisi dan fungsi sistem kekebalan tubuh serta mendiagnosis
apakah terdapat penyakit tertentu, seperti infeksi atau penyakit autoimun. IgM dibentuk
setelah terbentuk T-independen antigen, dan setelah imunisasi dengan T-dependen
antigen (Radji, 2015). IgM tidak dapat melintasi placenta sehingga tidak dapat
diwariskan dari ibu ke janin dikandungannya (Soedarto, 2012).
Fungsi IgM menurut Meyer dalam Soedarto (2012):
1) Sarana sitolotik dan aglutinasi
2) Pertahan diri pertama terhadap bakterimia
5. Immunoglobulin D (IgD)
Konsentrasi IgD dalam serum sangat sedikit (0,03 mg/ml). IgD adalah penanda
permukaan pada sel B yang matang. IgD dibentuk bersama IgM oleh sel B. Sel B
membentuk IgD dan IgM karena untuk membedakan unit dari RNA. Aktivitas antibodi
yang dikaitkan dengan IgD adalah kejadian hipersensitivitas terhadap penisilin pada
manusia. IgD ini terdapat pada permukaan limfosit, terutama neonatus dengan frekuensi
jauh melebihi kadar kadar relatif pada serum. Peran IgD ditetapkan sebagai reseptor
permukaan spesifik pada permulaan respon imun (Ramtam, 2003).
Fungsi IgD menurut Meyer dalam Soedarto (2012): mengatur sistesis immunoglobulin
lain.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Murray, Robert K, granner, & Victor W, Rodwell. (2012). Biokimia Herper, Edisi 27.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Nanda. (2018). Diagnosis defenisi dan klasifikasi 2018-2020 edisi 11. Jakarta: EGC

Makalah leukimia https://id.scribd.com/doc/216923515/makalah-leukimia

Radji, Maksum. (2015). Imunologi dan Virologi. Jakarta: PT ISFI Penerbitan

Rantam, Fedik. 2003. Metode Imunologi. Arilangga Universyti Press: Surabaya

Soedarto. (2012). Alergi dan Penyakit Sistem Imun. Surabaya: CV Sagung Seto

Silvia A, Price. (2005) Patofisiologi (Konsep klonis proses-proses penyakit) Edisi 6.


Jakarta: EGC

Wijaya dan Putri. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai