Anda di halaman 1dari 24

MINI RISET

PENDIDIKAN IPA SD
KELAS TINGGI

SKOR NILAI :

METODE SIMULASI SEBAGAI SOLUSI PEMBELAJARAN IPA DI SD DITENGAH


PANDEMI COVID-19
DOSEN PENGAMPU :
FAHRUR ROZI,S.Pd.M.Pd

DISUSUN OLEH : KELOMPOK XII


Cepti Yuria Pratama (1191111069)
Miftahul Jannah (1191111061)
Putri Utari Siregar (1191111051)
Tri Agustina Sinaga (1192411031)

KELAS REGULER C PGSD 2019


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Mini Riset ini tepat pada waktunya yang berjudul
“Metode Simulasi Sebagai Solusi Pembelajaran IPA SD Ditengah Wabah Pandemi COVID-
19.
Adapun tujuan dari penulisan kami ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan
oleh Bapak Fahrur Rozi.S.Pd.M.Pd pada mata kuliah Pendidikan IPA SD Kelas Tinggi.Selain
itu penulisan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan pengetahuan mengenai
pembelajaran IPA seputar ruang lingkup di Sekolah Dasar (SD) terutama mengenai simulasi
dalam pembelajaran IPA SD.
Kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Fahrur
Rozi.S.Pd.M.Pd yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan
pengetahuan kami lebih mendalam lagi mengenai pembelajaran IPA di SD terkhususnya
mengenai simulasi pembelajaran IPA.
Pada kesempatan ini kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Mini
Riset ini.
Dalam penulisan kami ini tentu memiliki banyak perbaikan yang mungkin dapat
dikatakan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu segala jenis bentuk kritik dan saran yang
membangun tentu akan sangat kami nantikan agar penulisan-penulisan yang kami buat di
kemudian hari dapat lebih baik lagi.

Medan,19 November 2020

KELOMPOK XII

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1 Rasionalisasi Pentingnya Mini Riset........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah Mini Riset...................................................................................................4
1.3 Tujuan Mini Riset......................................................................................................................4
1.4 Manfaat Mini Riset....................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................6
KAJIAN PUSTAKA............................................................................................................................6
2.1 Konsep Simulasi Pembelajaran IPA SD..................................................................................6
2.2 Pengertian COVID-19...............................................................................................................8
2.3 Pembelajaran Jarak Jauh (Pembelajaran Daring) Sebagai Dampak Dari Adanya Wabah
Virus COVID-19..............................................................................................................................9
2.4 Pembelajaran Tatap Muka Khusus Zona Hjiau...................................................................11
BAB III...............................................................................................................................................13
METODE PENELITIAN..................................................................................................................13
3.1 Tempat dan Waktu Survey.....................................................................................................13
3.2 Subjek Survey..........................................................................................................................13
3.3 Teknik Pengambilan Data.......................................................................................................13
3.4 Instrumen Survey....................................................................................................................13
3.5 Teknik Analisis Data...............................................................................................................13
BAB IV...............................................................................................................................................14
PEMBAHASAN.................................................................................................................................14
.............................................................................................................................................................14
4.1.Pentingnya Pendidikan di Indonesia Di Tengah Wabah COVID-19...................................14
4.2 Masalah-Masalah Dalam Pembelajaran Pada Masa COVID-19.........................................15
4.3 Upaya Mengatasi Masalah-Masalah Dalam Pembelajaran..................................................17
4.4 Penerapan Metode Simulasi Dalam Pembelajaran IPA SD.................................................19
BAB V.................................................................................................................................................22
PENUTUP..........................................................................................................................................22
A. Kesimpulan................................................................................................................................22

3
B. Saran..........................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................23

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Pentingnya Mini Riset


Dalam proses belajar mengajar seorang guru harus mampu merencanakan dan
menerapkan suatu metode atau model belajar yang dapat berinteraksi dengan siswanya.
Seorang guru diharapkan mampu untuk merencanakan kegiatan belajar yang baik.Sehingga
hasil belajaryang diinginkan bisa tercapai. Untuk itu ia harus mempergunakan banyak metode
pada waktu mengajar. Metode pembelajaran merupakan faktor penting dalam meningkatkan
hasil belajar siswa untuk semua mata pelajaran, khususnya pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA). Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran
akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam kompetensi
dasar. Cukup banyak bahan pelajaran yang terbuang percuma hanya karena penggunaan
metode menurut kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan siswa, fasilitas, serta situasi
kelas.
Dalam pembelajaran IPA masih didominasi oleh penggunaan metode ceramah yang
kegiatannya lebih berpusat pada guru. Kondisi ini berdampak terhadaphasil belajar yang
diperoleh siswa kurang memuaskan. Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu diadakan
usaha dalam memperbaiki pembelajaran. Salah satunya dengan menerapkan metode
pembelajaran. Metode pembelajaran yang dapat diterapkan adalah metode simulasi. Simulasi
berasal dari kata simulate yang artinya “berpura-pura atau berbuat seakan-akan”(Desy
Anwar,2003:443).

1.2 Rumusan Masalah Mini Riset


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut :
 Apa pengertian simulasi pembelajaran?
 Apa pengertian IPA?
 Apakah Metode Simulasi IPA dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa SD?
 Apakah kelemahan dan kelebihan dari diadakannya simulasi pembelajaran IPA?

1.3 Tujuan Mini Riset


Berdasarkan permasalah yang telah dirumuskan di atas, tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA melalui metode simulasi pada
siswa Kelas VI SD Negeri 01 Mojoroto, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar
Tahun Pelajaran 2010/2011.

1.4 Manfaat Mini Riset


Dari penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut:
1.Manfaat Teoritis

5
a.Sebagai tambahan teori tentang pentingnya metode pembelajaran yang merupakan salah
satu faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa kelas VI Sekolah Dasar.
b.Memberikan masukan kepada dunia pendidikan perlunya metode simulasi IPA sebagai
salah satu faktor yang perlu disosialisasikan.
2.Manfaat Praktis
a.Bagi siswa, memberikan masukan pentingnya memanfaatkan metode simulasi IPA dalam
meningkatkan hasil belajar IPA.
b.Bagi sekolah, memberikan masukan akan pentingnya metode simulasi IPA dalam
meningkatkan hasil belajar siswa.
c.Bagi guru, memberikan masukan untuk memperhatikan siswanya dalam pembelajaran IPA
melalui metode simulasi IPA secara intensif yang dapat memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap hasil belajar IPA siswa.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Simulasi Pembelajaran IPA SD


A.Pengertian Simulasi Pembelajaran IPA di SD
Metode berasal dari bahasa Yunani Methodos yang berarti cara atau jalan yang
ditempuh. Sehubung dengan upaya ilmiah maka, metode menyangkut masalah cara kerja
untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.
Unsur terpenting dalam mengajar ialah merangsang serta mengarahkan siswa uuntuk
belajar. Belajar dapat dirangsang dan diarahkan dengsan berbagai macam cara yang
mengarah kepada tujuan yang berlain-lain. Mengajar pada hakikatnya tidak leih dari sekedar
menolong para siswa untuk memperoleh Pengetahuan, Keterampilan, Sikap, Serta Idealisme,
dan Apresiasi yang menjurus kepada perubahan tingkah laku dan pertumbuhan siswa.
Metode mengajar berbeda dengan Teknik Mengajar. Meode mengajar menyangkut
pengertian yang luas. Metode dapat dianggap sebagai prosedur atau proses yang teratur.
Teknik Merupakan sesuatu yang dianggap teknik dapat di umpamakan sebagai hubungan
strategi dan taktik. Taktik bersifat lebih praktis dan merupakan penjabaran dari strategi.
Metode simulasi adalah bentuk metode praktik yang sifatnya untuk mengembangkan
keterampilan peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik/teknis). Metode ini
memindahkan suatu situasi yang nyata kedalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya
kesulitan untuk melakukan praktik didalam situasi yang sesungguhnya. Ada beberapa contoh
metode simulasi yang dapat diterapkan pada materi IPA SD, contohnya pada saat
menjelaskan konsep gerhana. Simulasi gerhana bulan misalnya dengan menyorot bola
sebagai bumi dan bulan dimana lampu senter sebagai matahari. Contoh lainnya adalah
terjadinya tsunami dengan cara bak plastik diisi pasir dan air, dari bawah digerakkan untuk
mensimulasikan seolah-olah terjadi gempa dan menimbulkan tsunami pada pantai.
Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua
proses pengajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Metode
Simulsi adalah Tingkah laku yang di kehendaki sebelum tingkah laku itu betul-betul anda
lakukan di depan kelas. Contoh dari simulasi adalah Gladiresik, yakni memperagakan proses
terjadinya suatu eksperimen Ilmu Pengetahuan Alam sebagai latihan untuk eksperimen
sebenarnya tidak gagal.
Simulasi juga dapat diterapkan pada murid yang anda suruh untuk seolah-olah
berperan sebagai guru Ilmu Pengetahuan Alam sssyang sedang menerangkan sesuatu
percobaan. Dalam simulasi percobaan Ilmu Pengetahuan Alam itu murid dapat berperan
sedang melakukan pemasangan alat, mengukur, menimbang, mengamati, dan mencatat
hasilnya dan mnyampaikan kesimpulan dalam bentuk lisan.
Menurut Abdul Azis Wahab (2007 : 108-109 ) tujuan penggunaan metode simulasi
pada siswa sekolah dasar adalah untuk memperkaya pengalaman dan memperluas wawasan

7
tentang berbagai hal yang umumnya dihadapi oleh orang dewasa tanpa harus takut merasakan
akibat dari kekeliruan dalam pertimbangan dan tindakan.
Roestiyah (2008: 22 ) Menyatakan bahwa terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan
dengan menggunakan simulasi sebagai metode mengajar. Kelebihan Metode pembelajaran ini
di antaranya adalah:1) Menyenangkan siswa, 2) Mengalakkan guru untuk mengembangkan
kreativitas siswa, 3)Memungkinkan eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkungan
yang sebenarnya, 4) Tidak memerlukan pengarahan yang pelik dan mendalam, 5)
Menimbulkan semacam interaksi antarsiswa, yang memberi kemungkinan timbulnya
keutuhan dan kegotong- royongan serta kekeluargaan yang sehat, 6) Menimbulkan respon
yang positif dari siswa yang lamban/ kurang cakap, 7) Menumbuhkan cara berfikir yang
kritis, dan 8) Memungkinkan guru bekerja dengan tingkat abilitas yang berbeda- beda.
Kelemahan Metode Pembelajaran ini di antaranya adalah : 1) Efektivitas dalam memajukan
belajar siswa belum dapat di laporkan oleh riset, 2) Terlalu mahal biayanya, 3) Banyak orang
meragukan hasilnya karena sering tidak diikutsertakannya elemen-elemen yang penting,4)
Menghendaki pengelompokkan yang fleksibel ; perlu ruang dan gedung, 5) Menghendaki
banyak imajinasi dari guru maupun siswa, 6) Menimbulkan hubungan informasi antara guru
dan siswa yang melebihi batas, dan 7) Sering mendapat kritik dari orang tua karena dianggap
permainan saja.

B.Tujuan Metode Dimulai di SD


Ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh guru dalam merancang model
pembelajaran simulasi. Pertama, mempersiapkan siswa yang menjadi pemeran simulasi.
Kedua, menyusun skenario dengan memperkenalkan siswa terhadap aturan, peran, prosedur,
pemberi skor (nilai), tujuan permainan dan lain- lain. Guru menunjuk siswa untuk memegang
peran- peran tertentu dan menguji cobakan simulasi untuk memastikan bahwa seluruh siswa
memahami aturan main simulasi tersebut.Ketiga, melaksanakan simulasi, siswa berpartisipasi
dalam permainan simulasi dan guru melakukan peranannya sebagimana mestinya; dan
Keempat, melakukan refleksi atau umpan balik dari simulasi yang telah dilakukan.
Metode simulasi bertujuan untuk:
1.Melatih keterampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari
2.Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip
3.Melatih memecahkan masalah
4.Meningkatkan keaktifan belajar
5.Memberikan motivasi belajar kepada siswa
6.Melatih siswa untuk mengadakan kerjasama dalam situasi kelompok
7.Menumbuhkan daya kreatif siswa
8.Melatih Peserta didik untuk memahami dan menghargai pendapat serta peranan orang lain.

8
C.Penerapan Metode Simulasi IPA di SD
Dalam proses belajar mengajar seorang guru harus mampu merencanakan dan
menerapkan suatu metode atau model belajar yang dapat berinteraksi dengan siswanya.
Seorang guru diharapkan mampu untuk merencanakan kegiatan belajar yang baik. Sehingga
hasil belajaryang diinginkan bisa tercapai. Untuk itu ia harus mempergunakan banyak metode
pada waktu mengajar. Metode pembelajaran merupakan faktor penting dalam meningkatkan
hasil belajar siswa untuk semua mata pelajaran, khususnya pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA). Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran
akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan dalam kompetensi
dasar. Cukup banyak bahan pelajaran yang terbuang percuma hanya karena penggunaan
metode menurut kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan siswa, fasilitas, serta situasi
kelas.
Dalam pembelajaran IPA masih didominasi oleh penggunaan metode ceramah yang
kegiatannya lebih berpusat pada guru. Kondisi ini berdampak terhadap hasil belajar yang
diperoleh siswa kurang memuaskan. Hal ini dibuktikan dengan beberapa data hasil ulangan
semester satu tahun pelajaran 2011/2012 di Madrasah Ibtidaiyah Pangeran Aji Kabupaten
OKU Timur, rata-rata hasil evaluasi semester siswa hanya mencapai nilai 56,80 untuk mata
pelajaran IPA dari KKM 60,00. Dalam pencapaian ketuntasan belajar selama satu tahun
terakhir hasil belajar siswa dapat dikatakan belum berhasil, karena banyak siswa yang
nilainya dibawah KKM yang telah ditetapkan.Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu
diadakan usaha dalam memperbaiki pembelajaran. Salah satunya dengan menerapkan metode
pembelajaran. Metode pembelajaran yang dapat diterapkan adalah metode simulasi. Simulasi
berasal dari kata simulate yang artinya “berpura-pura atau berbuat seakan-akan” (Desy
Anwar, 2003: 443).

2.2 Pengertian COVID-19


Corona Vyrus Disease 2019 (COVID-19) sebelumnya disebut 2019-nCoV adalah
jenis virus yang dapat menyebabkan penyakit mulai dari gejala ringan sampai gejala berat
yaitu kematian. Setidaknya ada dua jenis Corona Vyrus Disease 2019 (COVID-19) yang
diketahui menyebabkan penyakit seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). COVID-19 adalah jenis penyakit baru yang
belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Tanda dan gejala umum infeksi
COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk, dan sesak
napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari.
(Yurianto,Ahmad,2020).
Pandemi COVID-19 adalah peristiwa menyebarnya Corona Vyrus Disease di seluruh
dunia. Penyakit ini disebabkan oleh Corona Vyrus jenis baru yang diberi nama SARS-CoV-2,
ditetapkan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tanggal 11 Maret
2020 Hingga 17 September 2020, lebih dari 29.864.555 orang kasus telah dilaporkan lebih
dari 210 negara dan wilayah seluruh dunia, mengakibatkan lebih dari 940.651 orang

9
meninggal dunia dan lebih dari 20.317.519 orang sembuh. (Direktur Jenderal WHO, Tedros
Adhanom Ghebreyesus,2019).
Virus SARS-CoV-2 diduga menyebar di antara orang-orang terutama melalui
percikan pernapasan (droplet) yang dihasilkan selama batuk. Percikan ini juga dapat
dihasilkan dari bersin dan pernapasan normal. Selain itu, virus dapat menyebar akibat
menyentuh permukaan benda yang terkontaminasi dan kemudian menyentuh wajah seseorang
Penyakit COVID-19 paling menular saat orang yang menderitanya memiliki gejala,
meskipun penyebaran mungkin saja terjadi sebelum gejala muncul periode waktu antara
paparan virus dan munculnya gejala biasanya sekitar lima hari, tetapi dapat berkisar dari dua
hingga empat belas hari. Tidak adaa.vaksin atau pengobatan antivirus khusus untuk penyakit
ini. Pengobatan primer yang diberikan berupa terapi simtomatik dan suportif.
Meskipun bisa berakibat serius, langkah-langkah pencegahan bisa membantu
melindungi kesehatan seseorang dari virus corona, baik di masyarakat, di rumah, dan selama
merawat orang yang sedang sakit. Langkah-langkah pencegahan yang direkomendasikan di
antaranya mencuci tangan, menutup mulut saat batuk, menjaga jarak dari orang lain, serta
pemantauan dan isolasi diri untuk orang yang mencurigai bahwa mereka terinfeksi.

2.3 Pembelajaran Jarak Jauh (Pembelajaran Daring) Sebagai Dampak Dari Adanya
Wabah Virus COVID-19
Corona Vyrus Disease 2019 (COVID-19) adalah jenis penyakit yang membuat
banyak pengaruh dan berdampak bagi seluruh masyarakat. Menurut Kompas, 28/03/2020
dampak virus ini telah terjadi di berbagai bidang seperti sosial ekonomi pariwisata dan tidak
ketinggalan pula mempengaruhi bidang pendidikan. Surat Edaran (SE) yang dikeluarkan
pemerintah pada 18 Maret 2020 segala kegiatan di dalam dan di luar ruangan di semua sektor
sementara waktu ditunda d mengurangi penyebaran Corona terutama pada bidang
pendidikan. Pada tanggal 24 Maret 2020,Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor 4 Tahun 2020 tentang pelaksanaan
kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran COVID. Dalam surat edaran tersebut
dijelaskan bahwa proses belajar dilaksanakan di rumah melalui pembelajaran daring atau
pembelajaran jarak jauh yang dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang
bermakna bagi siswa. Belajar di rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup
antara lain mengenai pandemi COVID-19 pula.
Tetapi dalam keadaan seperti ini pun guru masih tetap harus melaksanakan
kewajibanya sebagai pengajar, dimana guru harus memastikan siswa dapat memperoleh
informasi / ilmu pengetahuan untuk diberikan kepada siswa.
Guru juga harus tetap memperhatikan, merancang dan mempraktikkan perencanaan
pembelajaran di setiap proses pembelajaran yang akan dilangsungkan. Perencanaan
pembelajaran adalah suatu cara yang dapat memuaskan untuk membuat kegiatan
pembelajaran dapat berjalan dengan baik disertai dengan berbagai langkah yang antisipatif
guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga kegiatan tersebut mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. (M.Afandi dan Badaruddin,2011). Pembelajaran jarak jauh atau daring ini

10
dimulai pada tanggal 16 maret 2020, dimana anak mulai belajar dari rumahnya masing-
masing tanpa perlu pergi kesekolah. Berbicara mengenai pembelajaran jarak jauh atau daring
maka pentingnya penguasaan ilmu teknologi bagi seorang guru agar pembelajaran jarak jauh
tetap berjalan dengan efektf disaat pandemi seperti ini. Guru harus melakukan inovasi dalam
pembelajaran diantaranya dengan memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran. Semenjak
pembelajaran diberlakukan dirumah, sebagian guru melakukan pembelajaran lewat media
online seperti Whatsapp, Google Meet, Google Form, dan sebagainya.
Dalam pembelajaran jarak jauh ini tentunya memerlukan kombinasi antara aplikasi
teknologi dengan model ataupun metode yang dapat diterapkan. Misalnya menurut Vicky dan
Putri, penyelenggaraan aplikasi (WhatsApp) Tanjung Morawa di SD dengan penerapan
metode pembelajaran konvensional dan metode daring. Atau dengan metode pemberian tugas
secara daring bagi para siswa melalui WhatsApp group dipandang efektif dalam kondisi
darurat karena adanya virus sekarang ini. (Heru Purnomo,2020).
Banyak guru yang mengimplementasikan dengan cara-cara beragam belajar di rumah
dari perbedaan belajar itu basisnya tetap pembelajaran secara daring.ada yang menggunakan
konsep ceramah online ada yang tetap mengajar di kelas dengan memanfaatkan aplikasi
video kemudian dikirim ke aplikasi WhatsApp siswa,ada juga yang memanfaatkan konten-
konten gratis dari berbagai sumber untuk referensi siswa dalam belajar dan masih banyak lagi
peran guru dalam pembelajaran karena pembelajaran jarak jauh ini tidak memungkinkan
pembelajaran tatap muka dapat dilakukan. (Ashari,2020).
Pembelajaran daring ini merupakan inovasi pendidikan untuk menjawab tantangan
akan ketersediaan sumber belajar yang variatif. Keberhasilan dari suatu model atau media
pembelajaran tergantung dari karakteristik peserta didiknya.Nakayama menyatakan bahwa
dari semua literatur dalam e-learning mengidentifikasikan bahwa tidak semua peserta didik
akan sukses dalam pembelajaran online. Ini dikarenakan an-nur lingkungan belajar dan
karakteristik peserta didik. (Nakayama M,Yamamoto H,2007).
Hambatan yang ditemukan saat dilakukannya daring diantaranya seperti belum merata
nya internet dan teknologi, fasilitas seperti laptop dan handphone yang belum memadai,
kemudian, pemberian tugas dalam waktu yang lama juga akan sulit dilakukan, menimbang
akan berdampak negatif ada kesehatan mata anak. Khususnya membantu masyarakat yang
memiliki keterbatasan pada akses internet, secara ekonomi maupun lokasi rumah. "Belajar
dari TV seru, tapi kadang suka kurang ngerti apa yang lagi dijelasin." Imbuh seorang siswa
SD yang mengikuti program belajar lewat stasiun TVRI.
Point penting yang juga ditekankan perihal penilaian yang di berikan guru kepada
siswa, menegaskan disuatu pandemi sekarang penilaian harus diberikan guru lebih mengarah
kepersoalan kualitas, bukan kuantitas. Jadi tugas-tugas itu tidak bisa dinilai seperti biasa, tapi
harus lebih banyak bersifat kearah kualitatif, dan guru juga harus bisa memberikan motivasi.
Pada pandemi covid-19 ini telah memberikan kita begitu banyak pelajaran, tidak hanya
tentang upaya memutuskan rantai penularannya, tapi juga bagaimana anak-anak kita tetap
belajar dan bagaimana sekolah-sekolah bereaksi memanfaatkan teknologi dalam proses
belajar mengajar.

11
2.4 Pembelajaran Tatap Muka Khusus Zona Hjiau
Pada 15 Juni 2020 lalu, pemerintah mengizinkan beberapa sekolah untuk kembali
melaksanakan kegiatan pembelajaran tatap muka di zona hijau. Sesuai dengan data hingga 15
Juni 2020, hanya 85 kabupaten/kota yang termasuk di dalam daftar zona hijau. Jumlah
peserta didik di 85 kabupaten/kota tersebut berkisar sekitar 6 persen dari total seluruh pelajar
di Indonesia. Kendati demikian, ada beberapa hal yang perlu dipenuhi untuk tetap dapat
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran tatap muka di zona hijau. Simak beberapa
informasinya sebagai berikut:
 Empat Syarat Pembelajaran Tatap Muka

Sebelum melaksanakan pembelajaran tatap muka di zona hijau, terdapat setidaknya empat
syarat paling utama yang wajib dipenuhi, berikut rinciannya :
1.Syarat pertama. Sekolah atau satuan pendidikan dipastikan wajib berada di kawasan zona
hijau.
2.Syarat kedua. Sekolah atau satuan pendidikan telah mendapat izin pembukaan dari
pemerintah daerah atau Kementerian Agama. Oleh sebab itu, meskipun berada di zona hijau,
sekolah tetap tidak boleh menggelar pembelajaran tatap muka jika belum mendapat izin dari
pemda atau Kemenag.
3.Syarat ketiga. Pembelajaran tatap muka di zona hijau dapat dilaksanakan jika satuan
pendidikan sudah memenuhi semua daftar periksa. Daftar periksa itu terdiri dari:
 Ketersediaan sanitasi dan kebersihan seperti toilet bersih, sarana cuci tangan memakai
sabun dengan air mengalir atau cairan pembersih (hand sanitizer), dan penyemprotan
disinfektan secara berkala;
 Sekolah mampu mengakses fasilitas pelayanan kesehatan seperti Puskesmas, Klinik,
Rumah Sakit, dan lainnya;Kesiapan menerapkan area wajib masker atau pelindung
wajah (face shield);Sekolah memiliki pengukur suhu tubuh jenis thermogun;
Ada pemetaan warga satuan pendidikan yang tidak boleh berkegiatan di satuan
pendidikan;
 Membuat kesepakatan bersama komite pendidikan soal kesiapan kegiatan tatap muka.

 Prosedur Proses Pembelajaran Tatap Muka di Kelas

Pada masa kebiasaan baru, pemerintah telah menetapkan jarak saat melaksanakan
kegiatan belajar mengajar yang berlaku untuk jenjang SMA, SMP, SD, dan program
kesetaraan. Pada tingkatan SD dan SM, para siswa harus menjaga jarak minimal 1,5 meter
dan maksimal setiap ruang diisi 18 siswa. Untuk SLB, jarak fisik tetap minimal 1,5 meter
dengan maksimal 5 orang per kelas. Kondisi serupa juga berlaku untuk PAUD dengan batas
jaga jarak mencapai tiga meter.
Selain itu, selama kegiatan belajar tatap muka berlangsung pada fase transisi maupun
masa kebiasaan baru, sekolah diharuskan menerapkan tiga langkah pencegahan

12
paling utama. Pertama, penggunaan masker kain non medis tiga lapis dan 2 lapis yang di
dalamnya dapat diisi tisu dan harus diganti setiap 4 jam. Kedua, cuci tangan pakai sabun atau
hand sanitizer. Ketiga, menjaga jarak minimal 1,5 meter dan tidak melakukan kontak fisik.
 Prosedur Pembelajaran Tatap Muka Lainnya

Di samping itu, ada hal-hal penting lain yang perlu diperhatikan penyelenggara sekolah
pada masa transisi dan masa kebiasaan baru. Berikut sejumlah hal yang wajib berlaku di
sekolah:
1.Pada masa transisi selama 2 bulan pertama, aktivitas kantin harus ditiadakan dan baru boleh
beroperasi pada masa kebiasaan baru dengan tetap menjaga protokol kesehatan.
2.Pada masa transisi selama dua bulan pertama, kegiatan ekstrakurikuler dan olahraga juga
harus ditiadakan. Kegiatan ini baru diperbolehkan pada masa kebiasaan baru.
3.Para siswa dilarang menggunakan alat/fasilitas yang bisa dipegang oleh orang banyak
secara bergantian dalam waktu singkat.
4.Tetap memberlakukan jaga jarak minimal 1,5 meter saat aktivitas olahraga.
5.Pada masa transisi, sekolah wajib melarang aktivitas orang tua menunggui siswa di sekolah;
siswa keluar kelas; pertemuan orang tua siswa; kegiatan pengenalan lingkungan sekolah.

13
BAB III

METODE PENELITIAN

Metode adalah prosedur atau cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu.
Kemudian ada satu istilah yang lain yang erat kaitannya dengan dua istilah ini, yaitu cara
yang spesifik dalam memecahkan masalah tertentu yang ditentukan dalam melaksanakan
prosedur. Metodeologi adalah sekumpulan peraturan, kegiatan dan prosedur yang digunakan
oleh prilaku yang disiplin ilmu.

3.1 Tempat dan Waktu Survey


A.Waktu Pelaksanaan
Penelitian ini kami laksanakan selama perkuliahan daring diberlakukan oleh pihak
kampus.

B.Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dirumah setiap anggota kelompok dengan membagi tugas setiap
anggota untuk menganalisis permasalahan. Hal tersebut dilakukan mengingat arahan yang
diberlakukan oleh pemerintah untuk tetap dirumah selama masa wabah pandemi COVID-19

3.2 Subjek Survey


Subjek yang kami jadikan sebagai penelitian sesuai dengan topik dan sumber data yaitu
guru dan siswa sekolah dasar

3.3 Teknik Pengambilan Data


Pengambilan data sendiri kami lakukan dengan cara menganalisis sumber data seperti
buku dan jurnal karena pada dasarnya penelitian ini dilakukan dengan metode studi kasus dan
teori dasar yang dimana dilakukan untuk mempelajari serta menganalisis permasalahan yang
ada didalam jurnal.

3.4 Instrumen Survey


Instrumen yang kami gunakan dalam penelitian ini yaitu jurnal maupun blog-blog yang
relevan dengan topik permasalahan.

3.5 Teknik Analisis Data


Dalam menganalisis data, teknik yang kami gunakan yaitu teknik analisis isi ( Content
Analysis ). Teknik ini bersifat membahas secara mendalam isi maupun informasi dari suatu
permasalahan yang berbentuk cetakan ataupun tulisan seperti berita, media massa, jurnal,
ataupun buku.

14
BAB IV

PEMBAHASAN

.
4.1.Pentingnya Pendidikan di Indonesia Di Tengah Wabah COVID-19
Dalam kancah dunia wabah Corona Vyrus Disease 2019 (COVID-19) bukankah
sesuatu yang rahasia lagi.Banyak sekali negara-negara di dunia yang dikarenakan virus ini
menjadikan timbulnya tantangan tantangan tersendiri bagi setiap negara.virus mematikan ini
telah mempengaruhi segala bidang yang menuntut setiap negara untuk mengantisipasi
penularan virus dengan mengeluarkan berbagai kebijakan. Begitupun negara kesatuan
Republik Indonesia yang telah memiliki kebijakan seperti Social Distancing, Physical
Distencing hingga Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). dampak dari diberlakukannya
kebijakan ini menjadikan setiap bidang memiliki batasan-batasan tertentu untuk beraktivitas.
Begitupun bidang pendidikan yang tak kalah hebat mendapat pengaruh luar biasa.
Pemerintahan yang telah mengantisipasi adanya permasalahan mengenai virus ini
mengeluarkan berbagai peraturan seperti yang dapat dilihat di dalam Surat Edaran
Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020. Kebijakan ini ialah membahas mengenai aktivitas
pendidikan yaitu kegiatan proses belajar mengajar dilakukan dari rumah melalui
pembelajaran daring dengan memanfaatkan berbagai aplikasi teknologi.aplikasi teknologi ini
tentu karena adanya pengaruh dari globalisasi yang semakin menanjak sehingga dunia berada
di titik 4.0.
Pentingnya pendidikan dalam setiap negara menjadikan negara tetap memberikan
kebijakan untuk berjalannya pendidikan selayaknya ada proses belajar mengajar di dalamnya
agar seluruh insan cendekia di dalam negara masih tetap mampu mendapatkan pembelajaran
pembelajaran yang bermakna walaupun berada dalam wabah yang meresahkan ini.
Seperti yang termaktub dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS, yakni:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Maka dapat
dikatakan bukan hanya karena kebijakan pemerintah maka pelaksanaan pendidikan berjalan
sesuai dengan pembelajaran yang bermakna. Tapi karena setiap pelaku dalam pendidikan
memiliki kesadaran untuk dapat mengembangkan potensi di dalam dirinya agar memiliki
pengetahuan pengetahuan yang cukup dalam membekali dirinya menghadapi permasalahan-
permasalahan di masa yang akan datang.
Sehingga dapat kita lihat bahwa dalam dunia pendidikan memang menjadi sesuatu
yang yang tetap gencar dilakukan. Hal ini dapat dilihat dari adanya antusias warga negara
Indonesia untuk menjalankan pendidikan.
Kami dapat mengatakan banyak warga negara Indonesia yang memiliki semangat
untuk menjalankan aktivitas pendidikan walaupun dibatasi oleh adanya pengaruh virus
COVID-19. Mengapa kami katakan aktivitas pendidikan dibatasi? Karena misalnya beberapa

15
kebijakan sekolah menjadi bertambah dan ada yang berubah. Contoh sederhananya peraturan
sekolah yang bertambah ialah mengenai setiap sekolah menjalankan protokol kesehatan. Hal
ini membuat seluruh warga sekolah harusmemakai masker saat datang ke sekolah dan
menjalankan aktivitas pendidikan di sekolah. mengenai proses pembelajaran yang ada tentu
juga mengalami perubahan di mana pembelajaran yang seharusnya dilakukan secara tatap
muka menjadi pembelajaran yang dilakukan secara jarak jauh dengan penerapan metode
daring. Peraturan yang bertambah di dalam ruang lingkup sekolah misalnya proses
pembelajaran yang identik dengan adanya pengerjaan tugas-tugas sekolah. Dalam hal ini
tentu dapat kita lihat bahwa proses pembelajaran dilakukan dengan memanfaatkan aplikasi-
aplikasi teknologi yang canggih yang ada di smartphone. Seperti aplikasi WhatsApp, Google
Classroom, Google Form dan masih banyak lagi.

4.2 Masalah-Masalah Dalam Pembelajaran Pada Masa COVID-19

Masalah-masalah yang muncul dalam pembelajaran dapat dibedakan sebagai berikut:


1.Dari Segi guru
a.Guru mendapat kesulitan menerapkan metode pembelajaran yang tepat dan bervariasi.
b.Kepribadian guru secara keseluruhan belum bisa diteladani peserta didik.
c.Penerapan tugas sebagai pengajar, pendidik, pelatih belum dapat berjalan optimal.
d.Guru mendapat kesulitan dalam menentukan dan mengidentifikasi materi esensial dan materi
sulit.
e.Komitmen, kinerja, dan keikhlasan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran
belum sesuai harapan.
f.Guru masih mengandalkan Lembaran Kegiatan Peserta didik (LKS) yang dijual penerbit untuk
pekerjaan rumah peserta didik karena kesulitan dalam mengembangkan LKS sendiri. Padahal
seharusnya LKS yang dikerjakan peserta didik disesuaikan dengan kondisi peserta didik pada
sekolah yang bersangkutan.
g. Guru kesulitan menerapkan disiplin bagi peserta didik dalam belajar.
h.Kemampuan guru masih kurang dalam mengelola laboratorium, sehingga kesulitan menyajikan
materi sains secara praktek.
i.Guru kesulitan dalam mengembangkan media pembelajaran yang sesuai.
j.Guru kesulitan membuat alat evaluasi belajar dan mengembangkan Emosional Spiritual
Question (ESQ).

16
2.Dari Segi Kurikulum
a.Isi kurikulum yang padat menyulitkan guru untuk mencapai target yang hendak dicapai dan
menerapkan pendidikan pada peserta didik sehingga menghambat kemampuan peserta didik
berpikir tingkat tinggi.
b.Pelaksanaan kurikulum dan evaluasi hasil belajar cenderung pada ranah kognitif, sehingga
ranah afektif dan psikomotor cenderung tidak diterapkan.
c.Materi cenderung lebih tinggi untuk tingkat kemampuan peserta didik.
d.Kurikulum yang sering berubah membuat guru sulit menjalankannya di sekolah.

3.Dari Segi Peserta Didik


a.Minat baca, motivasi belajar, dan daya nalar peserta didik  relatif rendah.
b.Kemandirian dan strategi belajar kurang baik.
c.Kurang efektif memanfaatkan waktu dan sumber belajar.
d.Aktivitas bertanya di kelas rendah.
e. Mudah terpengaruh oleh dampak negatif teknologi.

4.Dari Segi Manajerial


a.Kurangnya perhatian pimpinan terhadap sarana dan prasarana sains baik laboratorium maupun
media.
b.Pelatihan meningkatkan mutu guru belum merata.
c.Supervisi oleh kepala sekolah dan pengawas belum optimal.
d.Kurangnya reward bagi guru yang kinerja baik, dan sebaliknya.

5.Dari Segi Orang Tua


a.Kurangnya perhatian orang tua, disiplin, kepedulian, bimbingan belajar, dan fasilitas belajar di
rumah.
b.Kuatnya pengaruh televisi di rumah sedangkan orang tua tidak dapat mencegahnya.
c.Banyaknya orang tua yang tidak mengenali bakat anaknya.
d.Tingginya harapan orang tua dibandingkan kemampuan anaknya.

17
6.Dari Segi Pemerintah
a.Kurang optimalnya perhatian pemerintah dalam pengadaan sarana, fasilitas laboratorium, dan
buku-buku perpustakaan sekolah.
b.Adanya intervensi birokrat yang terlalu jauh terhadap kebijakan pendidikan. Misalnya
pengangkatan kepala sekolah.

7.Dari Segi Lingkungan atau Masyarakat


a.Lingkungan masyarakat kurang kondusif mendukung suasana belajar.
b.Kemajuan teknologi berpengaruh negatif terhadap konsentrasi belajar peserta didik.
c.Pendidikan agama kurang memadai.
d.Tidak aktifnya kegiatan organisasi di masyarakat yang dapat membangun kreativitas peserta
didik.

4.3 Upaya Mengatasi Masalah-Masalah Dalam Pembelajaran


Untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah yang dapat muncul dalam
pembelajaran dapat dapat dilakukan berbagai upaya sebagai berikut:
1.Dari Segi Guru
a.Guru harus menguasai kompetensi guru yang meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian,
sosial, dan profesional (sesuai U No. 14 Tahun 2005) atau kompetensi profesional,  sosial dan
personal (sesuai Depdikbud 1990).
b.Guru harus menguasai 10 kompetensi dasar guru yang meliputi penguasaan bahan pelajaran
beserta konsep-konsep dasar keilmuannya, pengelolaan program belajar mengajar, pengelolaan
kelas, pengelolaan dan penggunaan media dan sumber pembelajaran, penguasaan landasan-
landasan kependidikan, pengelolaan interaksi belajar mengajar, penilaian prestasi belajar siswa,
pengenalan fungsi dan program bimbingan dan penyuluhan, pengenalan administrasi sekolah dan
pemahaman prinsip-prinsip dan melakukan penelitian serta pemanfaatan hasil penelitian
pendidikan untuk kepentingan peningkatan mutu pembelajaran.
c.Guru harus menguasai 10 keterampilan dasar guru yang meliputi keterampilan bertanya,
memberi penguatan, mengadakan variasi, menjelaskan, membuka dan menutup pelajaran,
membimbing diskusi kelompok kecil, mengelola kelas, mengajar kelompok kecil dan perorangan,
mengembangkan  dan menggunakan media serta mengembangkan ESQ.

d.Guru harus menguasai 10 prinsip dalam pembelajaran.

18
2.Dari Segi Siswa
a.Siswa harus meningkatkan minat baca dengan memotivasi diri belajar dari hal yang dianggap
mudah.
b.Siswa harus berusaha membagi waktu seefisien mungkin.
c.Selektif dalam menggunakan teknologi.

3.Dari Segi Kurikulum


Merevisi kurikulum yang ada agar dapat diterapkan dalam tiga ranah pembelajaran
(kognitif, afektif, psikomotor), bukan melakukan penggantian kurikulum tersebut.

4.Dari Segi Manejerial


Peningkatan kinerja manejerial dari segi sarana dan prasarana serta kualitas guru untuk
perbaikan proses pembelajaran.

5.Dari Segi Orang Tua


Orang tua perlu meningkatkan kepedulian terhadap prestasi belajar anaknya dengan
mengontrol penggunaan teknologi dan mengenali bakat anak sehingga dapat mengarahkan
untuk menekuni bidang yang tepat.

6.Dari Segi Pemerintah


Perlunya optimalisasi perhatian pemerintah dalam pengadaan sarana dan prasarana dalam
pengadaan sarana, fasilitas laboratorium, dan buku-buku perpustakaan sekolah dan
minimalisasi intervensi birokrat yang terlalu jauh terhadap kebijakan pendidikan.

7.      Dari segi masyarakat

Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mendukung suasana belajar seperti


mengontrol penggunaan internet untuk pelajar, mengaktifkan kegiatan organisasi yag dapat
membangun kreativitas peserta didik.

19
4.4 Penerapan Metode Simulasi Dalam Pembelajaran IPA SD
Metode simulasi merupakan salah satu metode pembelajaran yang memberikan
penyajian berupa pelajaran dengan menggunakan situasi maupun suatu proses yang nyata.
Dalam metode jenis ini, siswa diminta untuk terlibat secara aktif dalam melalukan interaksi
dengan situasi yang ada disekitar lingkungannya. Siswa diminta untuk menerapkan
pengetahuan yang telah diperoleh atau yang telah dipelajari sebelumnya.
Simulasi dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua prose
s pengajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang sebenarnya. Metode Simulsi a
dalah Tingkah laku yang di kehendaki sebelum tingkah laku itu betul-betul
di lakukan di depan kelas. Contoh dari simulasi adalah Gladiresik, yakni memperagakan pros
es terjadinya suatu eksperimen Ilmu Pengetahuan Alam sebagai latihan untuk eksperimen seb
enarnya tidak gagal. 
Simulasi juga dapat diterapkan pada murid yang guru suruh untuk seolah-
olah berperan sebagai guru Ilmu Pengetahuan Alam sssyang sedang menerangkan sesuatu per
cobaan. Dalam simulasi percobaan Ilmu Pengetahuan Alam itu murid dapat berperan sedang 
melakukan pemasangan alat, mengukur, menimbang, mengamati, dan mencatat hasilnya dan 
mnyampaikan kesimpulan dalam bentuk lisan.
Contoh metode simulasi adalah dengan setiap siswa diberikan satu kartu yang berbeda 
satu sama lainnys. Siswa diberi tugas untuk emmerankan objek seperti yang tertera pada kart
u yag di pegangnya secara bergilir. Mungkin untuk lebih mengasuikan kita panggil siswa ses
uai dengan kartu yang dipegangnya. Misalnya bebek coba ke depan? Siswa yang memegang 
kartu bebek ke depan sambil menirukan tingkah laku bebek. Bebek apakah kamu dapat hidup 
sendiri tanpa bantuan makhluk lain? Siswa akan meresponnya atau tidak.

Terdapat beberapa petunjuk yang harus dilakukan oleh guru, ketika menerapkan
metode simulasi. Petunjuk – petunjuk tersebut yaitu sebagai berikut.

1. Guru atau pembimbing dalam melakukan suatu simulasi, diharapkan harus dapat
meningkatkan dalam mencapai suatu tujuan.
2. Memperhatikan syarat dalam pelaksaan simulasi. Syarat – syarat tersebut
berhubungan dengan jumlah siswa, waktu yang diperlukan untuk melakukan
simulasi, alat yang digunakan untuk simulasi, dan tempat yang dapat digunakan
untuk melakukan simulasi.
3. Guru atau pembimbing harus memahami tentang pelaksanaan dari simulasi.
4. Melakukan uji coba pada kelompok siswa yang telah dikenal oleh guru atau
pembimbing.
5. Siswa yang telah memiliki latar belakang berkaitan dengan teori dan
keterampilan yang dibutuhkan, diminta untuk ikut berperan serta dalam
pelaksanaan simulasi.
6. Siswa harus sudah mengerti tentang tujuan dari peran sertanya pada kegiatan
simulasi.

20
7. Siswa diberikan petunjuk tertulis yang lengkap.
8. Guru atau pembimbing memiliki tanggung jawab untuk menginterupsi simulasi.
Hal tersebut terjadi, apabila waktu yang digunakan telah melewati batas dan
muncul suatu masalah, selain itu siswa yang terlibat, belum kompeten terhadap
kegiatan yang dilakukan.

Terdapat beberapa proses yang harus diperhatikan dalam proses pembimbingan untuk
metode simulasi. Proses – proses tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Guru maupun pembimbing perlu menyampaikan tentang tujuan dari simulasi


yang dilakukan.
2. Guru maupun pembimbing perlu memberikan penjelasan tentang jalannya
simulasi.
3. Guru maupun pembimbing perlu untuk mengatur siswa dalam memainkan
perannya sesuai dengan perannya dalam kegiatan simulasi.
4. Guru atau pembimbing perlu untuk melakukan uji coba. Uji coba ini dapat
dilakukan pada siswa yang dikenal oleh pembimbing.
5. Guru atau pembimbing perlu untuk memberikan komentar atau pendapatnya
setelah simulasi selesai dilaksanakan. Kondisi ini terjadi, jika ditemukan suatu
masalah dan siswa kurang dapat untuk menguasai masalah yang sedang
dihadapi.
6. Guru atau pembimbing perlu untuk melakukan diskusi. Diskusi dimaksudkan
untuk membahas proses dari kegiatan simulasi.

Penjabaran di atas memberikan gambaran pada guru maupun pembimbing, ketika


memberikan suatu bimbingan yang menerapkan metode pembelajaran dengan menggunakan
teknik simulasi. Memahami tentang metode pembelajaran dengan teknik simulasi, tidak akan
lengkap rasanya tanpa mengetahui kelebihan dan kelemahan dari metode jenis ini. Berikut ini
pembahasan yang selanjutnya akan menguraikan tentang kelebihan dan kelemahan dari
metode simulasi.

Penerapan metode simulasi dalam pembelajaran IPA akan membantu proses


pembelajaran berjalan sesuai dengan aktivitas pendidikan biasanya. Dengan berhasilnya
mencapai tujuan dalam pendidikan dengan metode simulasi akan membantu guru dalam
mengajarkan siswa siswanya dengan pembelajaran yang tidak membosankan atau
menjenuhkan. Dan walaupun dihadang oleh kebijakan pemerintah karena pandemi virus yang
mematikan sekarang ini, metode simulasi ini dapat diterapkan juga secara via online.
Ada beberapa jenis-jenis metode simulasi yaitu:

 Sosiodrama

21
Adalah metode pembelajaran bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang
berkaitan dengan fenomena sosial, permasalahan yang menyangkut hubungan antara manusia
seperti masalah kenakalan remaja, narkoba, gambaran keluarga yang otoriter, dan lain
sebagainya. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman siswa dan penghayatan
akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan siswa untuk
memecahkannya suatu permasalahan.

 Psikodrama

Adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik tolak dari
permasalahan-permasalahan psikologis. Psikodrama bisanya digunakan untuk trapi, yaitu
agar mahasiswa memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang dirinya, menemukan
konsep diri, menyatakan reaksi terhadap tekanan-tekanan yang dialami mahasiswa

 Role Playing atau Bermain Peran

Adalah metode pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk
mengkreasi peristiwa, mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang
mungkin muncul pada masa yang akan datang. Topik yang dapat diangkat untuk role playing
misalnya memainkan peran sebagai pasien dalam praktek keperawatan, memainkan peran
dalam simulasi manajeman bencana. Selain itu, role plyaing seringkali dimasudkan dalam
suatu bentuk aktivitas dimana siswa membayangkan dirinya selah-olah berada diluar kelas
dan memainkan peran orang lain.

 Peer Teaching

Adalah metode latihan mengajar yang dilakukan oleh siswa kepada teman-teman. Setelah
itu peer teaching merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan seorang siswa kepada
siswa lainnya dan salah satu siswa itu lebih memahami materi-materi yang telah diberikan.

 Simulasi Game

Adalah  metode bermain peranan, para siswa berkompetisi untuk mencapai tujuan tertentu
melalui permainan dengan mematuhi peraturan tertentu.

Penerapan metode simulasi akan membantu setiap peserta didik belajar dengan tidak
bosan karena pembelajaran akan dipadupadankan dengan permainan permainan games yang
menarik yang telah ditentukan guru sebelumnya. Dalam proses pembelajaran IPA pertama di
tengah wabah pandemi sekarang ini, maka dapat dilihat bahwa jenis-jenis yang ada dalam
metode simulasi berkaitan erat dengan psikomotorik siswa. Sehingga dalam proses
pembelajaran siswa tidak hanya mendapatkan kognitif dan afektif saja.

22
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penggunaan metode simulasi esensinya menyejikan bahan pelajaran melalui objek
atau kegiatan  pembelajaran yang bukan sebenarnya. Pengalaman belajar yang diperoleh dari
metode ini meliputi kemampuan kerja sama, komunikatif, dan menginterpretasikan suatu
kejadian.

B. Saran
Agar kegiatan belajar mengajar berjalan efektif , maka guru harus mampu memilih
metode mengajar yang paling sesuai. Proses pembelajaran akan efektif jika berlangsung
dalam situasi dan kondisi yang kondusif, hangat, menarik, menyenangkan, dan wajar.
Oleh karena itu guru perlu memahami berbagai metode mengajar dengan berbagai
karakteristiknya, sehingga mampu memilih metode yang tepat dan mampu menggunakan
metode  mengajar yang bervariasi sesuai dengan tujuan maupun kompetensi yang diharapkan.

23
DAFTAR PUSTAKA

https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=UPAYA+MENINGKATKAN+HASIL+BELAJAR+SISWA+PA
DA+MATA+
+PELAJARAN+IPA+DENGAN+MENGGUNAKAN+METODE+SIMULASI&btnG=#d=g
s_qabs&u=%23p%3DaZK2gkwNBRAJ
https://scholar.google.co.id/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=simulasi+pembelajaran+IPA+SD+kelas+tinggi&oq=simulas#d=gs
_qabs&u=%23p%3DCsr5hVtgOJoJ
http://ayuvisgatiara14.blogspot.com/2017/11/metode-dalam-pembelajaran-ipa-di-sd.html?
m=1
http://marwahpgmi.blogspot.com/2015/12/model-pembelajaran-simulasi.html?
m=1#:~:text=Manfaat%20Metode%20Simulasi,-Adapun%20manfaat%20dari&text=
%C2%B7%20Meningkatkan%20kemampuan%20siswa%20dalam%20belajar,
%C2%B7%20Belajar%20siswa%20lebih%20bermakna.&text=%C2%B7%20Meningkatkan
%20sikap%20empatik%20dan%20pemahaman,antara%20dirinya%20dengan%20orang
%20lain
https://core.ac.uk/download/pdf/297921784.pdf
http://koranbogor.com/berita/kampus-kita/problematika-pendidikan-di-sekolah-dasar/
http://biosbetter.blogspot.com/2016/04/masalah-masalah-dalam-pembelajaran-di.html?m=1
http://ayuvisgatiara14.blogspot.com/2017/11/metode-dalam-pembelajaran-ipa-di-sd.html?
m=1
https://portal-ilmu.com/metode-simulasi/

24

Anda mungkin juga menyukai