Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH BAHAN PAKAN ALTERNATIF

“Potensi dan Pemanfaatan Limbah Kopi Sebagai Bahan Pakan Alternatif


untuk Ternak”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6

EDI SUTRISNO HADI ISMANTO 200110150220


VERINA FITRIANI 200110170072
AFIFA NURAININGSIH 200110170099
NAUFAL VIDI ERLANGGA 200110170109
FARADINA SERIDA PUTRI 200110170263
DITY ASA PRIYASTOMO 200110170289

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat

pada waktunya yang berjudul “Potensi Pemanfaatan Limbah Industri Kopi Sebagai

Bahan Pakan Alternatif Untuk Ternak”. Tidak lupa penyusun mengucapkan terimakasih

kepada Bapak Dr. Ir. Rahmat Hidayat, S.Pt., M.Si., IPM selaku dosen mata kuliah Bahan

Pakan Alternatif Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran yang telah membimbing


kami dalam mata kuliah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu

kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi

kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak

yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga

Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Sumedang, November 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

Bab Halaman

KATA PENGANTAR ....................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................... i i i

DAFTAR ILUSTRASI............................................................................... iv

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Manfaat Bahan Pakan Alternatif ................................................... 2

II. PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi Limbah Kopi ................................................................... 3

2.2 Potensi Pakan Limbah Kopi........................................................... 4

2.3 Upaya Perbaikan Mutu Pakan......................................................... 6


2.4 Pemanfaatan Limbah Kopi Sebagai Pakan..................................... 8

2.5 Respon Ternak Terhadap Pakan Limbah Kopi .............................. 9


III. KESIMPULAN ............................................................................. 13

IV. DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 14


V. LAMPIRAN ............................................................... 16
DAFTAR ILUSTRASI

Nomor Halaman

1 Gambar 1.kopi ......................................................... 3

2 Gambar 2.Limbah kulit kopi........................................ 6

3 Gambar 3.kulit kopi pakan alternatif sumber serat .... 7

4 Gambar 4.tepung kulit kopi .......................................... 10

5 Gambar 5.limbah kopi fermentasi ............................... 12

6 Gambar 6.wafer ...................................................... 12

iv
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tanaman kopi digolongkan ke dalam genus Coffea keluarga Rubiaceae. Genus
Coffea memiliki lebih dari 100 anggota spesies. Dari jumlah tersebut hanya tiga spesies
yang dibudidayakan untuk tujuan komersial, yakni Coffea arabica, Coffea canephora,
dan Coffea liberica. Kopi saat ini merupakan salah satu komoditas yang sangat
menjanjikan, karena kopi Indonesia sangat terkenal di seluruh dunia. Bahkan menurut
Ditjen Perkebunan, Kementan, bahwa ekspor kopi ditahun 2016 mencapai 267.058 Ton
atau senilai 650 juta US Dolar. Ini membuktikan kopi menjadi salah satu komoditas
unggulan. Seiring dengan peningkatan produksi setiap tahunnya, hal ini menyebabkan
limbah kulit kopi juga mengalami peningkatan. Berdasarkan banyaknya jumlah kopi yang
ada yaitu 17.922 ton (Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, 2015) tentunya pengolahan
kopi akan menghasilkan banyak limbah pula. Limbah buah kopi biasanya berupa daging
buah yang secara fisik komposisinya mencapai 48%, terdiri dari 42% kulit buah dan 6%
kulit biji (Zainuddin dan Murtisari, 1995).
Pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan merupakan suatu alternatif dalam
meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Pada pengolahan kopi
dihasilkan limbah berupa kulit buah kopi yang di manfaatkan petani sebagai pupuk dan
pakan ternak (Zainuddin dan Murtisari, 1995). Produksi kopi di Sumatera Barat pada
tahun 2010 mencapai 34.121 ton (Badan Pusat Statistik, 2011). Dalam kondisi segar buah
kopi terdiri dari kulit buah 45%, mucilage 10%, kulit biji 5% dan biji kopi 40% (Murni
dkk., 2008). Berdasarkan asumsi Murni dkk. (2008) berarti 60% dari buah kopi adalah
limbah. Total limbah kopi yang dihasilkan pada tahun 2010 mencapai 20.473 ton.
2

Kulit kopi mengandung: protein kasar 10,4%; lemak kasar 2,13%; serat
kasar 17,2% (termasuk lignin); abu 7,34%; kalsium 0,48%; posfor 0,04%; energi
metabolis 14,34 MJ/kg. Pemanfaatan pakan tambahan dari limbah kopi dapat
mengurangi ketergantungan terhadap pakan konsentrat yang relatif mahal di
pasaran dan menjaga kontinuitas pakan tambahan serta kelestarian lingkungan.
Oleh karena itulah limbah kopi merupakan salah satu limbah yang berpotensi
dijadikan sebagai bahan pakan alternatif untuk ternak.

1.2 Manfaat Bahan Pakan Alternatif dalam Pemenuhan Nutrien pada


Ternak Ruminansia
Seiring dengan peningkatan produksi setiap tahunnya, hal ini
menyebabkan limbah kulit kopi juga mengalami peningkatan. Limbah kulit kopi
merupakan salah satu limbah pertanian yang memiliki kandungan nutrisi yang relatif
tinggi (khususnya energi metabolisme, protein kasar, serat kasar, pospor dan
kalium) yang sangat dibutuhkan ternak. Limbah ini sangat potensial sebagai salah
satu bahan dasar pengolahan pakan tambahan ternak sapi potong. Ketersediaan kulit
kopi cukup banyak terutama dari daerah sentra produksi di daerah dataran sedang
sampai dataran tinggi sangat banyak.
Pemanfaatan kulit kopi sebagai bahan pakan ternak merupakan alternatif
dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum Ternak. Dalam
penggunaannya kulit kopi di ketahui memiliki potensi untuk di manfaatkan
sebagai bahan makanan ternak. Kulit kopi dapat di manfaatkan sebagai bahan
pakan ternak sapi potong melalui proses fermentasi. Fermentasi merupakan salah
satu teknologi dalam meningkatkan kandungan nutrisinya (protein dan energinya)
dan disukai ternak karena adanya aroma wangi dari hasil fermentasi, potensi
kandungan gizi kulit kopi masih dapat di tingkatkan melalui proses fermentasi.
II

PEMBAHASAN

2.1 Deskripsi Limbah Kopi


Di Indonesia perkebunan kopi terdiri dari perkebunan rakyat dan perkebunan
industri. Di Kepulauan Bangka Belitung luas perkebunan kopi retalif masih kecil tetapi
memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Kopi merupakan salah satu komoditas
yang sangat menjanjikan, karena kopi Indonesia sangat terkenal di seluruh dunia. Bahkan
menurut Ditjen Perkebunan, Kementan (2016), menyebutkan bahwa ekspor kopi ditahun
2016 mencapai 267.058 ton atau senilai 650 juta US Dolar. Hal ini membuktikan kopi
menjadi salah satu komoditas unggulan.
Berkembangnya pengolahan kopi baik skala kecil atau skala industri tentunya
akan menghasilkan hasil sampingan dari pengolahan kopi tersebut yaitu salah satunya
adalah limbah kulit kopi. Dari pengolahan tersebut akan menghasilkan ± 65 % biji kopi
dan ± 35 % limbah kulit kopi yang mana limbah kulit kopi tersebut masih bisa
dimanfaatkan salah satunya menjadi alternatif pakan ternak. Limbah kulit kopi
merupakan salah satu limbah pertanian yang memiliki kandungan nutrisi yang relatif
tinggi (khususnya energi metabolisme, protein kasar, serat kasar, pospor dan kalium)
yang sangat dibutuhkan ternak. Limbah ini sangat potensial sebagai salah satu bahan
dasar pengolahan pakan tambahan ternak sapi potong. Kulit kopi adalah salah satu produk
samping berupa limbah yang ada di sekitar pabrik penggilingan buah kopi, pada dasarnya
limbah ini merupakan bahan yang berpotensi sebagai pakan sumber energi yang belum
termanfaatkan oleh ternak dan memiliki nutrient cukup baik terutama kandungan
energinya. Kandungan dalam kulit kopi sendiri memiliki kandungan nutrisi sebagai
berikut CP 9,94 %, SK 18,17 %, Lemak 1,97 %, Abu 11,28 %, Ca 0,68 %, P 0,20 %, GE
3306 Kkal dan TDN 50,6 % (Budiari, 2009).
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian melalui BPTP Bangka Belitung
memperkenalkan teknologi pemanfaaatan limbah kopi sebagai pakan ternak. Limbah
kulit kopi difermentasi terlebih dahulu untuk meningkatkan kandungan nutrisinya.

Fermentasi kulit kopi biasanya menggunakan larutan Aspergillus Niger. Cara

pembuatannya adalah campurkan air dengan gula pasir, NPK, Urea, dan Aspergillus

Niger kemudian campuran tersebut diinkubasi dan diaerasi selama 24-36 jam dan larutan

tersebut siap digunakan. Kemudian limbah kulit kopi dicampur dengan larutan tersebut

dengan membuat lapisan-lapisan campuran tersebut dan letakkan di tempat yang teduh

dari hujan dan sinar matahari langsung. Diamkan selama 5-6 hari untuk proses fermentasi

dan setelah 5-6 hari limbah kulit kopi yang telah terfermentasi dikeringkan kemudian

giling sesuai kebutuhan dan limbah kulit kopi terfermentasi siap digunakan sebagai pakan

ternak. Limbah kulit kopi mempunyai potensi yang cukup besar untuk dijadikan alternatif

pakan ternak yang bisa meningkatkan produktifitas ternak. Pemanfaatannya bisa

dilakukan khususnya di perkebunan kopi rakyat yang memiliki hewan ternak di

lingkungan kebun tersebut.

Gambar 1. Kopi

2.2 Potensi Limbah Kopi

Kopi menjadi komoditas yang mendominasi dibandingkan dengan komoditas


perkebunan lainnya. Kopi komoditas perkebunan yang paling memiliki nilai ekonomis
tinggi. Menurut data yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Perkebunan Indonesia pada
tahun 2017 produksi kopi nasional dari tahun 2012 hingga 2017 yaitu 691.163 ton,
5

675.881 ton, 647.857 ton, 639.412 ton, 639.305 ton, 637.539 ton. Produksi kopi
menghasilkan limbah kulit kopi yang banyak mengakibatkan masalah bagi lingkungan
(Direktorat Jenderal Perkebunan, 2017). Salah satu limbah dari pengolahan kopi adalah
kulit kopi, dan limbah kulit kopi sekitar 48 % dari total berat buah kopi gelondong basah
( Guntoro dkk, 2005). Potensi limbah kulit kopi di Indonesia menurut perhitungan dari
persentase dari tahun 2012 sampai tahun 2017 yaitu 331.758 ton, 324.422 ton, 310.971
ton, 306.917 ton, 306.866 ton, 306.018 ton. Kulit kopi mengandung protein berkisar pada
11.18 % , serat kasar cukup tinggi yaitu dapat mencapai 21.74 % dan nilai energi
metabolisnya 2440 kkal/kg (Ruswendi, 2011).
Pemanfaatan kulit kopi sebagai bahan pakan ternak merupakan alternatif dalam
meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum Ternak. Dalam penggunaannya
kulit kopi di ketahui memiliki potensi untuk di manfaatkan sebagai bahan makanan
ternak. Berdasarkan penelitian Ramon dkk. (2012), pada ternak sapi perah bahwa
pemberian pakan konsentrat komersial yang di campuri dedak padi termasuk penambahan
kulit kopi 0,2 kg/ekor/hari dengan kandungan protein 11,93%, dapat meningkatkan
produksi susu pada ternak sapi perah di Kabupaten Rejang Lebong, hal ini membuktikan
bahwa kulit kopi juga dapat di manfaatkan sebagai bahan pakan ternak sapi potong
melalui proses fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu teknologi dalam
meningkatkan kandungan nutrisinya (protein dan energinya) dan disukai ternak karena
adanya aroma wangi dari hasil fermentasi, potensi kandungan gizi kulit kopi masih dapat
di tingkartkan melalui proses fermentasi dengan aspergillus niger. Protein kulit kopi dapat
ditingkatkan dari 9,94 menjadi 17,81 %, kandungan serat kasar menurun dari 18,74 %
menjadi 13,05 % (Budiari, 2009). Sampai saat ini peranan kulit kopi sebagai pakan ternak
sapi potong belum menjadi perhatian padahal, peternak selalu berusaha memperoleh
pakan yang berkualitas dalam budidaya ternak sapi potong. Oleh karena itu perlu adanya
peran teknologi dalam pemanfaatan limbah pengolahan buah kopi sebagai pakan ternak
sapi potong.
Gambar 2. Limbah Kulit Kopi

2.3 Upaya Perbaikan Mutu Pakan (Pengolahan Limbah Kopi)


Pemanfaatan kulit kopi secara langsung sebagai pakan ternak memiliki beberapa
kelemahan, diantaranya masih mengandung senyawa tanin yang dapat mengganggu
perncernaan jika diberikan pada level yang tinggi dalam bentuk segar. Hasil analisis
proksimat menunjukkan bahwa kandungan nutrisi kulit kopi adalah sebagai berikut:
mengandung 95,22% bahan kering; 10,47% protein kasar; 0,26% lemak; 32,26% serat
kasar; dan mengandung energi (GE) sebanyak 4140 kkal/kg (Wiguna, 2007). Limbah
kulit kopi mengandung protein kasar 10,4 % atau hampir sama dengan bekatul.
Sedangkan kandungan energi metabolisnya 3.356 kkal/kg. Salah satu kendala
pemanfaatan kulit kopi sebagai pakan ternak adalah kandungan serat kasarnya yang
tinggi (33,14%), sehingga tingkat kecernaannya sangat rendah. Dengan proses amoniasi,
tingkat kecernaan kulit kopi bisa ditingkatkan. Teknologi pengolah tersebut dapat
menghasilkan hasil olahan limbah yang bermanfaat dan bernilai ekonomis selain
mengurangi resiko dari pencemaran lingkungan. Dilaporkan juga oleh Mastika (2011)
bahwa melalui proses amoniasi, ternyata kandungan nutrisi kulit kopi meningkat, yaitu
protein kasar menjadi 17,88%; kecernaan bahan kering meningkat dari 40% menjadi
50%. Melalui amoniasi dapat menyebabkan struktur dinding sel kulit kopi menjadi padat dan
tidak berdebu, sehingga lebih mudah untuk dikonsumsi oleh ternak. Pemanfaatan kulit
kopi sebagai campuran konsentrat dapat meningkatkan nilai tambah usaha tani.
Simanihuruk dkk.(2010), menyatakan bahwa salah satu teknologi fermentasi
dapat meningkatkan kadar nutrisi terutama protein dan energi. Selain itu, teknologi ini
juga dapat mempertahankan kesegaran bahan pakan dengan kandungan bahan kering
sebesar 30-35%. Fermentasi kulit kopi biasanya menggunakan larutan Aspergillus
niger. Cara pembuatannya adalah campurkan air dengan gula pasir, NPK, Urea, dan
Aspergillus niger kemudian campuran tersebut di inkubasi dan diaerasi selama 24-36
jam dan larutan tersebut siap digunakan. Kemudian limbah kulit kopi dicampur dengan
larutan tersebut dengan membuat lapisan-lapisan campuran tersebut dan letakkan di
tempat yang teduh dari hujan dan sinar matahari langsung. Kemudian diamkan selama
5-6 hari untuk proses fermentasi dan setelah 5-6 hari limbah kulit kopi yang telah
terfermentasi dikeringkan kemudian giling sesuai kebutuhan dan limbah kulit kopi
terfermentasi siap digunakan sebagai pakan ternak. Menurut Guntoro dkk.(2003)
pemberian kulit kopi 100-200 gr/ekor/hari pada kambing PE meningkatkan
pertumbuhan rata-rata dari 68,15 gr (pakan tradisional) menjadi 99,25-100,10
gr/ekor/hari. Dan pemberian kulit kopi terfermentasi sebanyak 11 % dari total ransum
ayam buras bali meningkatkan produksi telurnya dari 35-45 % dari sebelumnya 25 %.
Umumnya buah kopi setelah panen diambil bijinya untuk kopi. Hasil pengolahan tersebut
ternyata menghasilkan 35% kulit kopi dan 65% biji kopi. Lebih rinci kulit kopi tersaji pada
Gambar dibawah ini.

A B C D
Gambar 3. Kulit kopi pakan alternatif sumber serat
Keterangan :
A : Pohon kopi
B : Kulit dalam buah kopi yang membungkus biji kopi
C : Kulit paling luar biji kopi
D : Limbah kulit kopi

2.4 Pemanfaatan Limbah Kopi Sebagai Pakan


Limbah kulit kopi merupakan salah satu sumber bahan organik yang memiliki
kandungan Nutrisi, Protein, Energi, Lemak, Serat Kasar Phospor dan Kalium yang
prospektif untuk dijadikan pakan tambahan bagi ternak sapi potong. Limbah kulit kopi
termasuk limbah padat. Kandungan zat nutrisi yang terdapat pada kulit buah kopi seperti;
protein kasar sebesar 10,4%, serat kasar sebesar 17,2% dan energi metabolis 14,34 MJ/kg
(Zainuddin dan Murtisari, 1995). Simanihuruk (2010), menyatakan bahwa kulit kopi
merupakan salah satu limbah yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pakan alternatif
ternak baik ternak ruminansia maupun non ruminansia. Kulit kopi sebelum fermentasi
mengandung protein kasar sebesar 6,67%, lemak 1,04%, kalsium 0,21% dan fosfor
0,03% (Londra dkk. 2009), sedangkan menurut Guntoro dan Yasa, (2005)
mengandung protein kasar sebesar 8,80%, lemak 1,07%, kalsium 0,23% dan fosfor
0,02%.
Dilihat dari kandungan serat kasar beserta zat-zat makanan yang terdapat di
dalamnya, kulit buah kopi mempunyai potensi untuk dijadikan bahan pakan ternak
ruminan, namun pemanfaatan kulit buah kopi mempunyai faktor pembatas karena
mengandung tanin, kafein dan lignin. Berdasarkan publikasi oleh Fakultas Peternakan
Universitas Diponegoro (2005), salah satu kendala pemanfaatan kulit daging buah kopi
sebagai pakan ternak adalah kandungan serat kasarnya yang tinggi (33,14%), sehingga
tingkat kecernaannya sangat rendah. Kendala yang dihadapi dalam penggunaan limbah
kopi sebagai pakan ternak yaitu sifatnya yang voluminous, sehingga masih belum banyak
9

dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Untuk memudahkan penyimpanan dan menjaga


ketersediaannya maka limbah kopi dimanfaatkan dengan pengolahan fisik dalam bentuk
wafer. Rendahnya kandungan nutrisi dari limbah kopi diperlukan tambahan bahan pakan
lain (konsentrat), dan disusun dalam bentuk ransum yang serasi dan seimbang (ransum
komplit) untuk dapat memenuhi kebutuhan akan zat makanan ternak.

2.5 Respon Ternak Terhadap Pakan Asal Limbah Kopi


Limbah tanaman kopi memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai bahan pakan
penguat (konsentrat) bagi ternak. Buah kopi secara fisik proporsinya 51,59% terdiri dari
biji dan kulit tanduk sedangkan 48,41 % kulit dan daging buah (Zaenudin dkk., 1995).
Dengan proses pengolahan kandungan gizi, kandungan gizi limbah kopi dapat
ditingkatkan terutama kandungan proteinnya. Menurut Kompiang (2000), melalui proses
fermentasi, beberapa limbah berserat tinggi termasuk daging buah kopi dapat
ditingkatkan nilai gizinya. Dengan inokulan Aspergillus niger, kadar protein daging buah
kopi dapat ditingkatkan dari 9,8 % menjadi 12,43 % (Guntoro dkk., 2002).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Ahyar (2017) dengan judul
Penggunaan Tepung Limbah Kulit Kopi (Coffea arabica L) dalam Ransum terhadap

Performans Burung Puyuh (Coturnix Coturnix Javonica) , dan diberi perlakuan A0:

Ransum dengan penggunaan tepung limbah kulit kopi 0%. A1: Ransum dengan
penggunaan tepung limbah kulit kopi 5%. A2: Ransum dengan penggunaan tepung
limbah kulit kopi 10%. A3: Ransum dengan penggunaan tepung limbah kulit kopi 15%.
Hasil penelitian penggunaan tepung limbah kulit kopi dalam ransum terhadap performans
burung puyuh menghasilkan pertambahan bobot badan tertinggi pada perlakuan A0
sebesar 12.97 gram/ekor/minggu, terendah terdapat pada perlakuan A3 sebesar 11.42
gram/ekor/minggu. Rendahnya pertambahan bobot badan pada penelitian ini disebabkan
rendahnya kandungan protein tercerna didalam ransum, dimana kandungan protein
memiliki proporsi yang lebih tinggi untuk pertambahan bobot badan. Leeson dan
Summers (2001), menyatakan bahwa pertambahan bobot badan sangat dipengaruhi oleh
10

konsumsi pakan. Kandungan serat kasar yang rendah meningkatkan koefisien cerna

ransum dan laju aliran ransum dalam saluran pencernaan semakin meningkat, peluang

pergantian makanan lebih cepat dan absorbsi zat-zat gizi makanan lebih banyak yang

berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak. Konsumsi ransum tertinggi terdapat pada

perlakuan A3 sebesar 78.07 gram/ekor/minggu, terendah terdapat pada perlakuan A0

sebesar 72.57 gram/ekor/minggu. Konversi ransum tertinggi terdapat pada perlakuan A3

sebesar 6.90, terendah terdapat pada perlakuan A0 sebesar 5.63. Analisis sidik ragam

menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap pertambahan bobot badan

burung puyuh. Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa penggunaan tepung limbah

kulit kopi dalam ransum berpengaruh yaitu dapat meningkatkan pertambahan bobot

badan burung puyuh, tetapi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap konsumsi

ransum dan konversi ransum burung puyuh.

Gambar 4. Tepung Kulit Kopi

Pada penelitian lainnya yang dilakukan Enos Sembiring dkk. (2012) dengan judul

Pemanfaatan Kulit Daging Buah Kopi Fermentasi dengan Mikroorganisme Lokal dalam

Pakan terhadap Kondisi dan Perkiraan Bobot Kerbau Murrah Jantan (Bubalus bubalis) , ”

yang diberi perlakuan P0: Hijauan + konsentrat dengan kulit daging buah kopi tanpa

fermentasi 20% P1: Hijauan + konsentrat dengan kulit daging buah kopi fermentasi 10%

P2: Hijauan + konsentrat dengan kulit daging buah kopi fermentasi 20% P3: Hijauan +

konsentrat dengan kulit daging buah kopi fermentasi 30%. Didapatkan hasil rataan
11

konsumsi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (pakan dengan kulit kopi fermentasi

dengan mikroorganisme lokal sebanyak 10%) sebesar 7,06 kg/ekor/hari, sedangkan

rataan konsumsi pakan terendah terdapat pada perlakuan P0 (pakan dengan kulit kopi

tanpa fermentasi sebanyak 20%) sebesar 6,51 kg/ekor/hari, dengan konsumsi pakan rata-

rata adalah 6,84 kg/ekor/hari dalam bahan kering. Berdasarkan hasil penelitian Ranjhan

(1997), kebutuhan nutrisi kerbau murrah per hari dalam bahan kering adalah 5

kg/ekor/hari, sedangkan rataan konsumsi pakan selama penelitian sebesar 6,84

kg/ekor/hari dalam bahan kering. Rataan konsumsi pakan selama penelitian lebih tinggi

daripada tingkat kebutuhan nutrisi harian kerbau murrah, berarti kebutuhan nutrisi harian

kerbau murrah dapat terpenuhi. Tonjolan tulang rusuk diukur melalui pengamatan

terhadap tampilan tulang rusuk yang membayang pada ternak kerbau murrah lalu

ditampilkan dalam bentuk skor yang dinotasikan kedalam bentuk angka 1,2,3,4 dan 5.

Berdasarkan rataan skor tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (pakan dengan kulit kopi

fermentasi dengan MOL sebanyak 10%) sebesar 3,50, sedangkan rataan skor terendah

terdapat pada perlakuan P0 (Pakan dengan kulit kopi tanpa fermentasi sebanyak 20%)

sebesar 3,06. Tonjolan tulang pinggul diukur melalui pengukuran terhadap tulang pinggul

yang menonjol pada ternak kerbau murrah lalu ditampilkan dalam bentuk skor yang

dinotasikan kedalam bentuk angka 1,2,3,4 dan 5. Berdasarkan rataan skor tertinggi

terdapat pada perlakuan P1 (Pakan dengan kulit kopi fermentasi dengan MOL sebanyak

10%) sebesar 3,44, sedangkan rataan skor terendah terdapat pada perlakuan P0 (Pakan

dengan kulit kopi tanpa fermentasi sebanyak 20%) sebesar 3,00. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penggunaan berbagai level kulit kopi fermentasi dengan

mikroorganisme lokal berbeda nyata terhadap konsumsi pakan, kondisi tubuh

berdasarkan tonjolan tulang rusuk dan tonjolan tulang pinggul. Lingkar dada dan panjang

tubuh sangat signifikan terhadap perkiraan bobot kerbau murrah. Dapat disimpulkan

bahwa kulit daging buah kopi yang telah difermentasi dapat digunakan sebagai pakan

kerbau murrah.
12

Gambar 5. Limbah kopi fermentasi Gambar 6. Wafer

Berdasarkan penelitian Muhammad Daud dkk. (2013) dengan judul “Penggunaan


Limbah Kopi Sebagai Bahan Penyusun Ransum Itik Peking dalam Bentuk Wafer Ransum
Komplit”, dengan perlakuan P1: Wafer ransum komplit 0% limbah kopi (kontrol), P2:
Wafer ransum komplit 2,5 % limbah kopi, P3: Wafer ransum komplit 5% limbah kopi,
P4: Wafer ransum komplit 7,5% limbah kopi. Didapatkan hasil nilai rataan kerapatan
wafer tertinggi (0,76±0.05) terdapat perlakuan P4 (7,5% limbah kopi) dan terendah
(0,52±0,03) pada perlakuan P1 (0% limbah kopi). Perlakuan P1 memiliki palatabilitas
yang lebih tinggi (4425,0±66,1) bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya, kecuali
dengan perlakuan P2 (4366,7± 76,4) tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Tingginya
palatabilitas pada perlakuan P1 disebabkan karena nilai kerapatan wafer yang dimiliki
wafer ransum komplit pada perlakuan P1 lebih rendah (lebih remah) dibandingkan
perlakuan P2, P3 dan P4, sehingga memudahkan untuk dikonsumsi oleh itik peking.
Nursita (2005) menyatakan bahwa kerapatan wafer ransum komplit dapat mempengaruhi
palatabilitas ternak, pakan atau wafer yang terlalu keras dengan kerapatan yang tinggi
akan menyebabkan sulitnya ternak dalam mengkonsumsi wafer secara langsung sehingga
perlu ditambahkan air pada saat akan diberikan dan ternak pada umumnya menyukai
pakan atau wafer dengan kerapatan yang rendah.
III

KESIMPULAN

3.1 Kopi merupakan salah satu tanaman yang banyak dikembangkan di Indonesia.
Kulit kopi adalah salah satu produk samping berupa limbah yang ada di sekitar
pabrik penggilingan buah kopi, yang merupakan bahan yang berpotensi sebagai
pakan sumber energi yang belum termanfaatkan oleh ternak dan memiliki nutrient
cukup baik terutama kandungan energinya.
3.2 Limbah kulit kopi dihasilkan sekitar 48% dari total berat buah kopi gelondong
basah. Kulit kopi mengandung nutrisi yang cukup baik untuk dimanfaatkan
sebagai bahan pakan alternatif, namun tetap harus dilakukan pengolahan untuk
meningkatkan kandungan nutrisinya.
3.3 Proses pengolahan limbah kulit kopi dapat dilakukan dengan proses amoniasi
yang mampu meningkat kecernaan dan kandungan nutrisi kulit kopi dan proses
fermentasi dengan menggunakan larutan Aspergillus niger yang mampu
meningkatkan kadar nutrisi terutama protein dan energi, mampu mempertahankan
kesegaran bahan pakan.
3.4 Pemanfaatan limbah kulit kopi mempunyai faktor pembatas karena mengandung
tanin, kafein dan lignin. Rendahnya kandungan nutrisi dari limbah kopi diperlukan
tambahan bahan pakan lain (konsentrat), dan disusun dalam bentuk ransum
komplit untuk dapat memenuhi kebutuhan akan zat makanan ternak.
3.5 Respon ternak terhadap bahan pakan alternatif limbah kulit kopi berbeda-beda
bergantung pada jenis pengolahannya dan jenis ternaknya. Beberapa respon ternak
antara lain, meningkantkan PBB dan meningkatkan palatabilitas.
IV

DAFTAR PUSTAKA

Ahyar. 2017. Penggunaan Tepung Limbah Kulit Kopi (Coffea arabica L) Dalam
Ransum Terhadap Performans Burung Puyuh (Coturnix Coturnix
Javonica).Jurnal Peternakan Vol. 1 No. 1. Universitas
Muhammadiyah Tapanuli Selatan. Padangsidempuan.

Badan Pusat Statistik. 2011. Statistik Perkebunan Indoneisa 2009 2011. Badan

Pusat Statistik. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2015. Bali Dalam Angka 2015. Denpasar.

Budiari, N.L.G. 2009. Potensi dan Pemanfaatan Pohon Dadem sebagai Pakan
Ternak Sapi pada Musim Kemarau. Bulletin Teknologi dan Informasi
Pertanian. Edisi 22.Denpasar. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali :
10-12.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2016. Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas


Kopi 2015 2017. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta.

Direktorat Jendral Perkebunan .2017. Statistik Perkebunan Indonesia,


Sekretariat Direktorat Jenderal Perkebunan.

Enos Sembiring , Iskandar Sembiring dan Hasnudi. 2012. Pemanfaatan Kulit


Daging Buah Kopi Fermentasi dengan Mikroorganisme Lokal dalam
Pakan terhadap Kondisi dan Perkiraan Bobot Kerbau Murrah Jantan
(Bubalus bubalis). Jurnal Peternakan Integratif Vol. 1 No. 3 ; 244-255.
Universitas Sumatera Utara. Medan.

Guntoro. S, M. Rai Yasa dan Nym Sugama. 2002. Hasil Pengkajian


Pemanfaatan Limbah Perkebunan (Kakao dan Kopi) Untuk Pakan Ternak.
Laporan Kegiatan kerjasama BPTP Bali dengan Bappeda Prop. Bali.

Guntoro, S. dan I.M.R. Yasa. 2005. Pengaruh Penggunaan Limbah Kopi


Terfermentasi Terhadap Produktivitas Susu Kambing. Prosiding
Seminar Nasional Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Revitalisasi
Pertanian dan Pedesaan di Lahan Marginal. PSE, Bogor, p. 562-565.
Kompiang, I.P. 2000. Peningkatan Mutu Bahan Baku Pakan .
Makalah Pengembangan teknologi Pertanian Ramah Lingkungan. 8-9
Maret 2000. IP2TP Denpasar.

Lesson, S. and J. D. Summers. 2001. Nutrition of the chicken. 4th Edition, pp,
331428. University Books, P. O. Box 1326, Guelph, Ontario, Canada NIH
15

Mastika. I.M. 2011. Potensi Pertanian dan Industri Pertanian untuk Makanan
Ternak. Penerbit Udayana University Press.

Muhammad Daud, Zahrul Fuadi, dan Sultana. 2013. Penggunaan Limbah Kopi
Sebagai Bahan Penyusun Ransum Itik Peking dalam Bentuk Wafer
Ransum Komplit. Agripet : Vol (13) No. 1: 36-42. Aceh.

Murni, R., Suparjo, Akmal dan Ginting, D.L., 2008. Buku ajar teknologi
pemanfaatan limbah untuk pakan. Laboratorium Makanan, Ternak
Fakultas Peternakan Universitas Jambi.

Nursita. 2005. Sifat fisik dan palatabilitas wafer ransum komplit untuk domba
dengan menggunakan kulit singkong. Skripsi. Fakultas Peternakan.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Ramon,E. Efendi, Z. dan Daliani.S.D. 2012. Pengaruh Pemberian Bahan Pakan


Lokal Berbasis Kulit Kopi Terhadap Produksi Susu Sapi Perah
DiKabupaten Rejang Lebong.Prosiding seminar Inovasi Teknologi
Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung Empat Sukses Kementerian
Pertanian Di Provinsi Bengkulu, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Bengkulu. Halaman 190 193.–

Ranjhan S.K.. 1997. Animal Nutrition in the Tropics. Fourth revised edition.
Vikas Publishing House, New Delhi, India.

Ruswendi. 2011. teknologi pakan berkualitas untuk sapi potong. balai


pengkajian teknologi pertanian provinsi bengkulu. badan penelitian dan
pengembangan pertanian.

Simanihuruk, K. dan Sirait, J. 2010. Silase Kulit Buah Kopi Sebagai Pakan Dasar
Pada Kambing Boerka Sedang Tumbuh. Prosiding Seminar Nasional
Peternakan dan Veteriner. Puslitbangnak. Hal 557 565.

Wiguna, I W. A. A. 2007. Pengolahan Menjadi Pakan dan Pupuk Organik.


Disampaikan dalam Pelatihan Kelompok Tani Ternak di Kabupaten
Tabanan pada Tanggal 21- 23 Nopember 2007. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Bali.

Zaenuddin. D., Kompiang. I. P. dan Hamid. H. 1995. Pemanfaatan Kulit kopi


dalam Ransum Ayam. Kumpulan Hasil Hasil Penelitian APBN T.A.

94/95. Balai Penelitian ternak Ciawi - Bogor.

Zainuddin, D. dan T. Murtisari. 1995. Penggunaan limbah agro-industri buah kopi


(kulit buah kopi) dalam ransum ayam pedaging (Broiler). Pros.
Pertemuan Ilmiah Komunikasi dan Penyaluran Hasil Penelitian. Sub
Balai Penelitian Klepu, Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 71 78.

V

LAMPIRAN

1. Lampiran PembagianTugas
No Nama NPM Pembagian Tugas
1 VERINA 200110170072 Pembahasan 3 + Kata Pengantar +
FITRIANI Pendahuluan 1.1
2 AFIFA 200110170099 Pembahasan 1 + Daftar isi + Editor
NURAININGSIH
3 NAUFAL VIDI 200110170109 Pembahasan 2 + Cover + PPT
ERLANGGA
4 DITY ASA 200110170289 Pembahasan 4 + Daftar pustaka +
PRIYASTOMO pendahuluan 1.2
5 FARADINA 200110170263 Pembahasan 5 + kesimpulan
SERIDA PUTRI

Anda mungkin juga menyukai