Anda di halaman 1dari 13

SATU ABAD KEBANGKITAN NASIONAL

KE MANA INDONESIA MULIA1

Dr. A. Rasyid Asba


Ketua Dep. Ilmu Sejarah Unhas.
email: rasbawecu@yahoo.com

Toynbee:” Pergerakan nasional adalah jawaban terhadap tantangan zaman dalam suatu
kurun waktu sejarah tertentu, Ia merupakan panggilan sejarah untuk mengatasi tantangan
zaman tertentu yang bergerak dari satu titik kegelapan ke titik terang yang menderang.
Cita-citanya adalah terciptanya orde social baru ”.

Peryataan Toynbee di atas memberikan gambaran bahwa pergerakan nasional


2
adalah suatu momentum perubahan dari suatu titik ke suatu titik cita-cita perjuangan.
Setiap pergerakan mempunyai jiwa zaman yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Misalnya jiwa zaman masa pergerakan nasional 1908 adalah Dari perjuangan yang tidak
terorganisir menjadi terorganisir; Dari perjuangan yang tidak terencana menjadi terencana:
dari perjuangan yang sifatnya ke daerahan menjadi perjuangan yang sifatnya nasional;
Dari bangsa yang tidak ber parlemen menjadi bangsa yang berparlemen. Akumulasi dari
berbagai makna zaman itu bercita-cita mencapai Indonesia mulia.
Lalu yang menjadi pertanyaan adalah Jiwa zaman apa yang dimiliki bangsa ini
setelah 100 tahun kebanngkitan nasional, masih adakah nilai kesetiakawanan sosial,
Apakah masih dibutuhkan kebangkitan nasional di tengah kemerdekaan, apakah
kebodohan dan kemiskinan bukan dianggap sebagai persoalan kebangsaan, apakah
ketergantungan yang menghilangkan kemandirian bangsa kita bukan suatu persolan. Jika
pertanyaan itu dicermati membangun Keindonesiaan kita ke depan semakin berat.

1
Makalah ini disampaikan dalam sarasehan 100 tahun memperingati Kebangkitan Nasional dengan
Thema” Melalui momentum seratus tahun Kebangkitan Nasional Kita Tingkatkan rasa
Kesetiakawanan Sosial” Badan Infokom Provinsi Sulawesi Selatan. Hotel Losari Metro 17 Mei
2008.
2
Emmanuel Le Roy Ladurie sejarawan Prancis mengatakan bahwa dalam kurung tertentu setiap
suku bangsa mempunyai fese-fase perubahan yang didapatkan melalui suatu pergerakan. Setiap
pergerakan kadang kala mengalami masa “ekspansi” (expansion), “kontraksi” (contracting). Masa
yang paling penting yang membawa perubahan adalah ketika konstraksi atau ketegangan terjadi,
yang kemudian memunculkan paradigma guna melahirkajn ide-ide baru. Untuk lebih jelasnya lihat
Peter Burke. The French Historical Revolution The Annales School, 1929-1989. Cambridge: Polity
Press, 1990, hal. 61- 64.
Di usia 100 tahun, sebuah negara bangsa yang namanya “awal pergerakan
Indonesia” tentu sudah merupakan momentung sejarah yang penting. Itulah sebab dalam
dalam teori Lingkaran Agraria Besar yang diperkenalkan oleh h Imanuel Le Roiladurie satu
abad perjalanan suku bangsa itu adalah momentung perubahan besar, paling tidak dua hal
yang harus dicermati yaitu kontinuitas dan diskontinuitas keberlangsungan negara itu.
Bagaimana dengan bangsa Indonesia sekarang, setelah genap 100 tahun merumuskan
kata Indonesia Mulia yang pada tahun 1918 kata Indonesia Mulia yang diperkenalkan Budi
Utomo itu berubah menjadi Indonesia merdeka. Makalah ini akan menjelaskan selukbeluk
terbentuknya pergerakan nasional tahun 1908 yang berimplikasi pada munculnya
kelembagaan politik dan konsep kelembagaan ekonomi dalam membangun cita-cita
pergerakan. Untuk menjelaskan makna pergerakan tahun 1908 maka diperlukan refleksi
perjalanan kebangssan kita sekarang ditenganh krisis global dan rapuhnya rasa
kesetiakawanan yang melahirkan suatu zaman baru kebangkitan nasional kedua yaitu
perang melawan kebodohan kemiskinan.

A. Budi Utomo Sebuah Pergerakan .


Kata Pergerakan Nasional, mengandung suatu pengertian, yaitu merupakan
perjuangan yang dilakukan oleh organisasi secara modern kearah perbaikan taraf hidup
bangsa Indonesia yang disebabkan karena rasa tidak puas terhadap keadaan masyarakat
di bawah tekanan imeprilisme. Dengan demikian istilah ini mengandung arti yang sangat
luas, bukan hanya memperbaiki derajat bangsa tetapi meliputi gerakan kesetiakawanan
sosial melalui pendidikan. Raden Soeweji ayah Soetomo, boleh berbangga hati karena ia
melahirkan seorong putra yang kemudia hari menjadi pelopor pergerakan nasional
Indonesia
Pergerakan Nasional yang diawali gerakan Budi Utomo. , mendapat sprit dari para
pelajar yang belajar di Negeri Belanda. Para pelajar mendirikan suatu perkumpulan pelajar
yang namanya “Indische Vereniging”. Pada awalnya Perkumpulan ini tidak mempunyai
tujuan politik. Tetapi pada prinsipnya adalah ingin memperhatikan kepentingan bersama
penduduk Hindia Belanda yang berada di negeri Belanda. Raden Soeweji ayah Soetomo,
boleh berbangga hati karena ia melahirkan seorong putra yang kemudia hari menjadi
pelopor pergerakan nasional Indonesia
Istilah Nasional berarti bahwa pergerakkan-pergerakkan tersebut merupakan
pergerakkan yang bercita-cita nasional yaitu cita-cita mencapai kemerdekaan bangsa.
Seusai Perang Dunia I tahun 1918, jumlah pelajar dan mahasiswa dari Indonesia yang
belajar ke negeri Belanda bertambah banyak . Diantara mahasiswa mahasiswa tersebut
terdapat dua aliran :
a. Aliran yang moderat yaitu aliran yang tidak menginginkan Indonesia lepas dari negeri
Belanda, aliran ini dipimpin oleh Notosuroto;
b. Aliran progressif, aliran ini berhasil merubah Indishe Vereniging pada tahun 1922
menjadi Perhimpunan Indonesia.
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya pergerakkan nasional, ada 2 faktor :
a. Faktor Yang berasal dari luar negeri, yaitu adanya reaksi terhadap imperialisme atas
bangkitnya nasionalisme Asia. Selain itu kemenangan Jepang terhadap Rusia juga
merupakan bukti bahwa bangsa timur dapat mengalahkan bangsa barat.
b. Faktor yang berasal dari dalam negeri yaitu adanya rasa tidak puas dari bangsa
Indonesia terhadap penjajahan dan penindasan kolonial, misal reaksi-reaksi/ perang
melawang Belanda yang dipimpin oleh Pattimura, Cuk di Tiro, P. Diponegoro,
Hasanuddin dll.
Adanya gerakan-gerakan yang timbul berupa “gerakan emasnsipasi” yang
menginginkan, adanya suatu pembaharuan.
Dengan terbentuknya organisasi seperti Budi Utomo, Jong Sumatra, Jong
Ambon, Jong Celebes dan sebagainya terciptalah suatu kerangka dalam mana para
anggotanya dapat menjalankan peranan masing-masing terkoordinir agar organisasi
berfungsi seefektif mungkin untuk membela kepentingan bersanma serta mencapai
tujuannya. Disamping integrasi teleofungsional yang dapat dihasilkan, Organisasi juga
menciptakan suatu arena politik di mana dapat dilaksanakan komunikasi intra dan
interorganisasi untuk membentuk tujuan kolektif yang tidak berdasarkan kekuasaan
otoritarian tetapi melalui musyawarah.
Dengan demikian organisasi Budi Utamo bertujuan dua hal, pertama
sosialisasi-nilai-nilai politik seperti demokrasi dan yang kedua memupuk pengalaman atau
kesetiakawanan soisial yang tidak dapat dihasilkan masa-masa sebelumnya. Tambahan
pula arena tersebut secara selektef dan kompetitif menyaring kepemimpinan secara
otoritasnya, otoritas mana sangat produktif untuk memupuk solidaritas di satu pihak dengan
mengembangkan identitas gologan di lain pihak
Sudah tentu partai politik berfungsi untuk membangun solidaritas sebagai nilai
dasarnya dilaksanakan tidak hanya secara politik membentk konsensus, tetapi juga secara
terampil mengelolah konflik-konflik yang muncul. Pendeknya dalam kerangka organisasi
terjadi proses politisasi atau pemulaan pelakuan politik terarah ke pelembagaan
politik.Dalam hubungan ini perlu dicatat bahwa Budi Utomo yang pada awalnya bersifat
politik sepuluh tahun kemudian sudah berwajah sebagai partai politik.
Ada dua segi yang mulanya ditegakkan oleh dua pemimpin pergerakan
kebangkitan nasional adalah, pertama masalah hak berserikat dan berkumpul , kedua
masalah perwakilan rakyat. Dalam hal petama, artikel 111 Regeringsreglemen (peraturan
pemerintah) yang masih berlaku pada masa itu tidak membenarkan bangsa kita hak
berserikat dan berkumpul dalam arti politis. Itulah sebabnya antara lain mengapa serikat
Islam yang didirikan pada tahun 1911 tidak terang-terangan menamakan dirinya sebuah
partai, meskipun tuntutannya bersifat politik. Tetapi harus diakui bahwa berangsur-angsur
tersebut ditelerir oleh pemerintah Hindia Belanda, tentu dalam batas-batas yang ketat,
tergantung pada masa tertentu. Maksud untuk membentuk Dewan rakyat umpamanya
memberikan kelonggaran hak tersebut apalagi mengambil hati rakyat untuk menghadapi
perang Dunia Pertama.
Dalam hal kedua yaitu perwakilan rakyat (Volksraad) tidak dapat memenuhi
keinginan pejuang para pergerakan kebangsaan . pada tahun 1918 sesudah volksraad
dibentuk suatu mosi yang terkenal dengan nama mosi Cokroaminoto menuntuk agar
secepatnya disusun suatu parlement yang dipilih oleh rakyat dengan hak menentukan
hukum sepenuhnya dan dibangunkan suatu pemerintahan yang bertanggungjawab kepada
parlement. Cokroaminito sebagai perseden Serikat Islam memang menjadi angoota
Volskraad pada saat itu dan mendapat dukungan dari berbagai anggota. Mulanya mereka
berharap bahwa Vollksraad ini mencerminkan mengenai sistem perwakilan dan ketika
harapan tak terkabul seperti yang diberi cap H. Agussalim, kemudian para pemimpin tidak
sadar membiarkan volskraad berkembang. Mosi tersebut menuntut bahwa hak pilih
sepenuhnya harus diakui pada rakyat, badan perwakilan volksraad mempunyai hak
legislatif penuh dan ketiga parlemen mempunyai kekuasaan tertinggi terhadap siapa
pmerintah harus bertanggungjawab

B. Budi Utomo Gerakan kesetikawanan Sosial

Pada awalnya Budi Utomo adalah sebuah gerakan kesetikawanan sosial yang cita-
citanya membangun masyarakat Jawa dan Madura. Ia bercita-cita mewujudkan Gerakan
Indonesia Mulia. Cita-cita tersebut diawali dengan kepeloporan Soetomo sebagai pendiri
Budi Utomo (BU). Kesan sepintas bila kita mempelajari perilaku Soetomo sebagai pendiri
BU. adalah mencapai cita-cita Indonesia mulia. Untuk mencapai itu Soetomo membentuk
oraganisasi Budi Utomo, Persatuan bangsa Indonesia (PBI) Rukun Tani dan sebagainya.
Sangat tepat kalau perestasi tersebut sebagai langkah maju langkah seorang pembaharu
dengan hasilnya sebuah organisasi yang berstandar modern paling tidak pada masa
pergerakan nasional.
Dalam bidang politik, Soetomo dikenal sebagai seorang kooperator, hal ini dapat
dipahami sebagai sikap praktis Soetomo. Ia sadar bahwa bangsa Indonesia masih
memerlukan bantuan pemerintah Belanda. Hal itu dianggapnya bermanfaat tanpa perlu
merendahkan martabat sendiri. Namun bukan Soetomo sama sekali tidak bersikap non
kooperasi. Sebab ketika itu ia yakin bahwa cara parlementer bukan lagi merupakan hal-hal
yang terbaik saat itu. Ia rela berkorban keluar dari Dewan kota Praja Surabaya. Demikian
juga pada waktu peristiwa penolakannya untuk menjadi anggota Dewan rakyat (volksraad)
adalah karena Gubernur Jenderal tidak menempati janjinya untuk memberikan konsesi
pada Soetomo
Soetomo sangat dibenci oleh golongan komonis karena pernaytaa-pernyataanya
yang menentang tindakan komunis, terutama gerakan-gerakan fisik yang dekat dengan
keberutalan pada saat itu. Dari Seluruh aktivitasya ia pernah menjadi penasehat
Muhammadiyah dan banyak teman-temanya dari nahdatul Ulama. Komite Kolliyh Islam
Islam pernah didirikannya sewaktu ia pulang dari lawatannya ke Eropa.
Kontrasnya seotomo juga dikenal sebagai seorang taradisionalis. Dalam
polemiknya dengan Sultan takdir Alisyahbana dia dengan tegas menolak pendidikan Barat
yang dianggapnya telah mengagsingkan Indonesia dari kebudayaan sendidiri dan mencetak
manusia-manusia yang tidak sosial. Model pendidikan yang diinginkan Soetomo adalah
seperti yang terdapat dalam berbagi pondok pesanteren.
. Hanya ada satu jalan untuk mewujudkan satu negara modern , Indonesia mulia,
sebagai pengganti kata Indonesia medeka. Yaitu keluar dari lingkungan tardisonal. Sesuai
dengan anak zamannya Budi Utomo telah menampilakn diri sebagai Organisasi modern
pertama meskipun masih bersifat lokal, terbatas pada Jawa dan Madura saja. Suatu
organisasi yang dikelolah berdasarkan teknik-tekni berorganisasi . Pengaruh tradisi Jawa
memang sangat kuat terhadap pribadi sang tokoh ini, meskipun oraganisasinya sedang
bergulat menuju cita-cita Indonesia mulia. Sebagai orang Jawa Soetomo enggang
mengungkapkan dirinya secara terbuka. Ia melihat fakta sebagai hal yang samar-samar,
tidak eksplisit, kehalusan budinya dan tata kramanya menyebabkan selalu merahasiakan
serangan-serangan dan fitna-fitnah dari rekan –rekan seperjuangannya yang merasa diri
dan peranannya yang menonjol.
Kekaguman dan penghayatan Soetomo terhadap tradisi Jawa tidak hanya tersirat
dalam tindakannya, melainkan juga secara tersurat jua ia berani megungkapkan dirinya
sebagai Pantaisme monoisme Jawa. Panteisme in terungkap secara jelas dalam catatan
perbicangan dengan seorang teman karabnya Kyai H. Mansoer dengan tandas dikatakan:
Penjelmaan tuhan yang terahir adalah ummat manusai. Soetomo percaya bahwa saya
adalah dia dan dia adalah saya. Aku dan dia adalah satu dalam hakekat yakni penjelmaan
tuhan. Aku penjelmaan tuhan yang sadar . Itulah sebabnya kau harus menolong
menyadarkan aku yang belum sadar . akau harus berbuat baik kepada diriku
Dengan terbentuknya organisasi seperti Budi Utomo, Jong Sumatra, Jong
Ambon, Jong Celebes dan sebagainya terciptalah suatu kerangka dalam mana para
anggotanya dapat menjalankan peranan masing-masing terkoordinir agar organisasi
berfungsi seefektof mungkin untuk membela kepentingan bersanma serta mencapai
tujuannya. Disamping integrasi teleofungsional yang dapat dihasilkan, Organisasi juga
menciptakan suatu arena politik di mana dapat dilaksanakan komunikasi intra dan
interorganisasi untuk membentuk tujuan kolektif yang tidak berdasarkan kekuasaan
otoritarian tetapi melalui musyawarah. Dengan demikian organisasi Budi Utamo terwujud
dua hal, pertama sosialisasi-nilai-nilai politik seperti demokrasi dan yang kedua memupuk
pengalaman tau kesetiakawanan soisial yang tidak dapat diperoleh masa-masa
sebelumnya. Tambahan pula arena tersebut secara selektef dan kompetititif menyaring
kepemimpinan secara otoritasnya, otoritasmana sangat produktif untuk memupuk
solidaritas di satu pihak dengan mengembangkan identitas gologan di lain pihak
Sudah tentu partai politik berfungsi untuk membangun solidaritas sebagai nilai dasarnya
dilaksanakan tidak hanya secara politik membentk konsensus, tetapi juga secara terampil
mengelolah konflik-konflik yang muncul. Pendeknya dalam kerangka organisasi terjadi
proses politisasi atau pemulaan pelakuan politik terarah ke pelembagaan politik.Dalam
hubungan ini perlu dicatat bahwa Budi Utomo yang pada awalnya bersifat politik sepuluh
tahun kemudian sudah berwajah sebagai partai politik.
Ada dua segi yang mulanya ditegakkan oleh dua pemimpin pergerakan kebangkitan
nasional adalah, pertama masalah hak berserikat dan berkumpul , kedua masalah
perwakilan rakyat. Dalam hal petama, artikel 111 Regeringsreglemen (peraturan
pemerintah) yang masih berlaku pada masa itu tidak membenarkan bangsa kita hak
berserikat dan berkumpul dalam arti politis. Itulah sebabnya antara lain mengapa serikat
Islam yang didirikan pada tahun 1911 tidak terang-terangan menamakan dirinya sebuah
partai, meskipun tuntutannya bersifat politik. Tetapi harus diakui bahwa berangsur-angsur
tersebut ditelerir oleh pemerintah Hindia Belanda, tentu dalam batas-batas yang ketat,
tergantung pada masa tertentu. Maksud untuk membentuk Dewan rakyat umpamanya
memberikan kelonggaran hak tersebut apalagi mengambil hati rakyat untuk menghadapi
perang Dunia Pertama..
Dalam hal kedua yaitu perwakilan rakyat (Volksraad) tidak dapat memenuhi keinginan
pejuang para pergerakan kebangsaan . pada tahun 1918 sesudah volksraad dibentuk suatu
mosi yang terkenal dengan nama mosi Cokroaminoto menuntuk agar secepatnya disusun
suatu parlement yang dipilih oleh rakyat dengan hak menentukan hukum sepenuhnya dan
dibangunkan suatu pemerintahan yang bertanggungjawab kepada parlement. Cokroaminito
sebagai perseden Serikat Islam memang menjadi angoota Volskraad pada saat itu dan
mendapat dukungan dari berbagai anggota. Mulanya mereka berharap bahwa Vollksraad ini
mencerminkan mengenai sistem perwakilan dan ketika harapan tak terkabul seperti yang
diberi cap H. Agussalim, kemudian para pemimpin tidak sadar membiarkan volskraad
berkembang. Mosi tersebut menuntut bahwa hak pilih sepenuhnya harus diakui pada rakyat,
badan perwakilan volksraad mempunyai hak legislatif penuh dan ketiga parlemen
mempunyai kekuasaan tertinggi terhadap siapa pmerintah harus bertanggungjawab.

.C.Perhimpunan Indonesia Sebagai Oraganiasi Politik

Tujuan Perhimpunan Indonesia pada tahun 1922 adalah agar Pemerintah Hindia
Belanda bertanggung jawab kepada rakyat Indonesia, karena meskipun sudah ada
Volksraad, tetapi pemerintah Hindia Belanda tidak bertanggung jawab pada Volksraad,
tetapi bertanggung jawab kepada Pemerintah Pusat di Negeri Belanda. Dengan demikian
hal ini berarti bahwa Volksraad harus diganti dengan Parlemen yang sebenarnya, sehingga
pemerintah bertanggung jawab kepada Parlemen Indonesia. Tujuan ini hanya berlangsung
dua tahun karena pada tahun 1924 karena tujuan Perhimpunan Indonesia berubah menjadi
kemerdekaan Indonesia. Pada waktu itupun majalah Perhimpunan Indonesia yang semula
bernama “Hindia Putra” diganti dengan nama “Indonesia Merdeka”.

Selain mengadakan propaganda kemerdekaan Indenesia, Perhimpunan Indenesia juga


mengadakan hubungan dengan gerakan-gerakan nasional negeri lain. Antara lain Liga
Penentang Tindasan Penjajah, Internasionale Komunis dan ikut serta pada Kongres-
kongres Internasional yang bersifat humanistis.
Pada tanggal 10-15 Februari 1927 Liga Penentang Tindakan Penjajahan mengadakan
Kongres sedunia pertama yang tujuannya menentang imperialisme di dunia dan tindakan
penjajahan di Brussel. Pada kongres tersebut hadir wakil-wakil bahsan tanah jajahan dan
setengah jajahan. Indonesia diwakili oleh Mohammad Hatta, Nazir Pamuntjak, Gatot,
Achama Soebardjo dan Samaun.
Kongres itu (diadakan sesudah pemberontakan Komunis di Indonesia) mengabil keputusan
antara lain :
a. Menyatakan simpati sebesar-besarnya kepada Pergerakan Kemerdekaan Indonesia
dan menyokong pergerakan itu terus menerus dengan segala daya upaya apa pun juga;
b. Menuntut dengan keras kepada Pemerintah Belanda agar pergerakan Rakyat Indonesia
diberi kebebasan bergerak, menghapus keputusan-keputusan hukuman mati dan
pembuangan dan menuntut adanya pengampunan.
Keuntungan yang dapat diambil oleh Perhimpunan Indonesia dengan menjadi anggota Liga
selain masalah Indonesia menjadi perhatian Internasional juga para pemuda-pemuda
Indonesia berkenalan dengan orang-orang yang mempunyai sikap yang sama dari tanah-
tanah jajahan lain) misalnya orang-orang India, Indo Cina, Filipina, Mesir) dan juga kaum
Pasifik dari orang-orang terpelajar kiri Eropa. Tuntutan ini membuat pemerintah kolonial
Belanda mengambil tindakan tegas yang akhirnya empat anggota pengurus Perhimpunan
Indonesia yaitu Mohammad Hatta, Nazir Pamuntjak, Abdul madjid, Ali Sastroamidjojo
ditangkap. Mereka pun akhirnya dilepaskan pada sidang pengadilan Maret 1928 karena
pemerintah kolonial Belanda tidak berhasil membuktikan kesalahan mereka.
Kejadian ini merupakan suatu peristiwa yang penting karena pengaruh Pehimpunan
Indonesia ternyata semakin besar. Terlebih-lebih dengan adanya pelarangan Partai
Komunis Indonesia, maka asas yang dianut oleh Pehimpunan Indonesia yaitu asas
nasionalisme yang radikal telah mampu menandingi asas Partai Komunis Indonesia.
Diktum Pehimpunan Indonesia yang kemudian menjadi terkenal antaralain :
a. Hanya suatu Indonesia yang bersatu, sambil mengenyampingkan perselisihan dan
perbedaan antara gologan, dapat mematahkan kekuasaan penjajah. Tujuan bersama,
kemerdekaan Indonesia itu memerlukan penghimpunan aksi massa yang sadar atas
dasar kekuatan sendiri;
b. Turut sertanya semua lapisan rakyat dalam perjuangan kemerdekaan ini, merupakan
syarat mutlak untuk mencapai tujuan tersebut;
c. Unsur yang terpenting dalam tiap-tiap masalah pemerintahan ialah kepentingan yang
berlawanan antara si penjajah dengan si terjajah. Apabila si penjajah selalu ingin
mengurangi jurang antara mereka dengan si terjajah, maka si terjajah harus
melawannya dengan mempertajam jurang tersebut;
d. Segala usaha harus diusahakan untuk mengembalikan keadaan jasmani rokhani ke
keadaan biasa. Akibat penjajahan maka kehidupan rohani jasmani Indonesia sangat
rusak.
Cita-cita Partai Nasional Indonesia tidak berbeda dengan cita-cita
Perhimpunan Indonesia, Yaitu mencapai kemerdekaan Indonesia. Nasionalisme yang
radikal dipropagandakan untuk mempengaruhi rakyat.Trilogi Partai Nasional Indonesia yang
ditanamkan pada rakyat adalah jiwa nasional ( nationaale geest ), rekad nasional
( nationaale wil ), dan tindakan nasional ( nationnale daad ). Dengan cara ini Partai Nasional
Indonesia berusaha dengan kekuatan rakyat sendiri, memperbaiki keadaan politik, ekonomi,
dan budaya. Agar masyarakat sadar akan kemelaratannya dalam alam penjajahan, maka
kepada mereka diceritakan masa lampau Indonesia yang gemilang. Manusia Indonesia
menurut Soekarno dimiskinkan oleh keadaan kolonial. Manusia Indonesia yang memiliki
tanah untuk mencari nafkah, tetapi tetap miskin. Manusia Indonesia yang miskin itu
dinamakan Sukarno Marhaen.
Kelompok-kelompok politik di Indonesia menjadi sasaran perjuangan Partai
Indonesia pula seperti nampak dalam tulisan Ir. Sukarno pada tahun 1926. Oleh karena
kelompok-kelompok partai politik semakin tertanam rasa nasionalismenya maka pada akhir
tahun 1927 diadakan suatu rapat di Bandung yang dihadiri oleh wakil-wakil dari Partai
Serikat Islam, Budi Utomo, Pasundan, Sumatranen Bond dan kamu Betawi. Rapat yang
dipimpin Partai Nasional itu sepakat membentuk suatu badan kerjasama Politik
Kebangsaan Indonesia ( PPKI ).
Lahirnya Politik Kebangsaan Indonesia mendapat respon dalam kongres
pada tahun 1928. Dalam kongres itu dikemukakan bahwa ada pertentangan tajam antara
yang dijajah dan penjajah. Belanda, merupakan suatu kekuatan imperialisme yang
mengeruk kekayaan bumi Indonesia. Hal ini merusak tatanan sosial, ekonomi dan politik
Indonesia. Untuk mengatasi keadaan ini perlu terlebih dahulu dicapai kemerdekaan politik.
Tiada dapat disangkal bahwa ada unsur-unsur Marxiistis yang mempengaruhi sikap ini.
Pemikiran ini kemudian disebar dalam rapat-rapat, kursus-kursus dan sekolahan-sekolahan
serta organisasi-organisasi pemuda yang didirikan oleh PNI. Pers PNI yang terdiri dari surat-
surat kabar Banteng Priangan ( Bandung ) dan Persatuan Indonesia ( Jakarta ) juga
membantu penyebaran pandangan ini. Dengan demikian kegiatan PNI dengan pesat
menarik perhatian massa. Jumlah anggota PNI pada tahun 1929 diperkirakan 10.000 orang,
yang tersebar antara lain di Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Semarang dan Makassar.
Perkembangan PNI mengkhawatirkan pemerintah Hindia Belanda. Dalam
pidato pembukaan voksraad 1928 gubernur Jenderal menganjurkan agar rakyat Indonesia
menghindari nasionalisme yang ekstrim. Golongan konservatif Belanda mendirikan
organisasi sendiri dengan Vaderiendesche Club pada tahun 1929 sebagai imbangan.
Mereka mendesak pemerintah agar bertindak tegas terhadap PNI. Pers Belandapun
membantu sikap ini.
Pada tahun 1929 pemerintah Hindia Belanda mulai melarang . Polisi dan
tentara memasuki organisasi ini, juga pegawai-pegawai sipil dari Departemen Perang
dilarang. Meskipun demikian PNI berkembang terus. Ir. Sukarno bahkan menyatakan bahwa
Indonesia akan mencapai kemenangan bila perang Pasifik meletus.
Sementara itu tersebar desas-desus bahwa PNI akan mengadakan
pemberontakan. Pada tahun 1930 pemerintah Belanda percaya desas-desus ini dan
memerintahkan penangkapan atas nama para pemimpin PNI di pusat maupun di cabang-
cabangnya. Empat tokoh PNI, yaitu Ir.Sukarno, R. Gatot Mangkupraja, Maskoen
Soemadiredja dan Soepriadinata, diajukan ke pengadilan Bandung. Ir. Sukarno kemudian
dijatuhi hukuman pembuangan.
Dalam bulan April 1931 anggota-anggota PNI lain membubarkan organisasi
ini, namun tidak semua anggota menyetujui tindakan ini. Sebagian mendirikan organisasi
baru dengan nama Pendidikan Nasional Indonesia ( PNI-baru ) dipimpin Drs. Muhammad
Hatta dan Syahrir, sebagian lagi mendirikan Partai Indonesia (Partindo) dipimpin Mr.
Sartono. Kedua partai ini sepakat bahwa tujuan utamanya adalah kemerdekaan Indonesia,
tetapi mereka berbeda dalam cara pencapaiannya. PNI baru menekankan perlunya
pemimpin-pemimpin yang cakap berwibawa, dan jujur, sebab itu mementingkan
pembentukan kader dan sebab itu pula nama organisasinya adalah Pendidikan Nasional
Indonesia. Partindo ( Partai Indonesia ) tetap mementingkan pengerahan massa untuk
mencapai maksud tersebut.
Persolan bangsa kita sekarang adalah masalah kemiskinan yang tidak teratasi
dan tidak terencana . Di negara-negara maju angkatan kerjanya pindah dari sector
pertanian ke sector industri kemudian ke jasa. Di Indonesia jika dilihat beberapa ciri
penduduk pedesaan maupun perkotaan, maka tidak memungkinkan mereka langsung
beralih ke sector industri, terlebih industri modern yang canggih. Yang terjadi adalah
perpindahan dari pertanian ke sektor jasa sehingga yang muncul adalah penggususran di
kota-kota besar. Jasa yang di hasilkan tidak banyak memerlukan keahlian, pendidikan
khusus atau latihan sehingga banyak penduduk desa secara berangsur pindah pekerjaan ke
jasa angkutan, perdagangan kecil seperti pedagang kakilima, buruh bangunan, tukang
becak, buruh pelabuhan dan pekerjaan umum lainnya. Akibatnya adalah terhambatnya
kreatifvitas masyarakat dalam menghasilkan kapasitas produksi yang mempubyai nilai
advantage.
Apabila kecenderungan-kecenderungan mengenai prosses yang masih tetap
diwarnai dominasi peranan Negara, rakyat masih tetap menjadi konsumen pembangunan
dan masih adanya semangat “ Politik Etis”, ternyata benar maka sebenarnya proses
pembangunan kita sangatlah memprihatinkan. Oleh karena patut ditinjau kembali strategi
dan paradigma pembangunan yang mampu membawa perubahan struktural maupun
institusional.
Simpulan

Kebangkitan Nasional 100 tahun yang silam suatu momentum sejarah yang penting. Ia
merupakan barometer sejarah yang penting dalam membangun Keindonesiaan kita ke
depan . Konsep perjuangan kaum pergerakan mampu menerobos zaman yang belum
terpikirkan di kala itu. Nilai-nilai kesetikawanan sosial menjadi perekat dan spirit dengan
melawan arus zaman,. Ia tidak mengenal pahit getirnya penjara bahkan melawan moncong
senjata untuk mengangkat harkat dan martabat bangsanya, sayangnya di alam
kemerdekaan ini nilai-nilai kejuangan mulai redup, seperti telah sehingga visi misi ke
Indonesiaan kita di pertanyakan kembali.
Satu Abad kebangkitan nasional semestinya rumusan kebangsaan untuk menatasi
kemiskinan sudah harus jelas. Negara harus menumbuhkan nilai-inilai ksetkawanan sosial
yang berbasis pada sektor pertanian dan perkebunan seperti yang telah di rintis oleh para
kaum pergerakan. Demokrasi akan menjadi mala petak jika kekuatan ekonomi tidak ada.
Kehancuran negara berbagai suku bangsa di abad ke-21 karena tidak mampu melawan
kemiskinan. Itulah sebabnya, kemandirian bangsa harus diteggakkan kembali.
Bibliografi
John O. Sutter.
1959. “Indonesianisasi Politics a Changing Economy, 1940-1950 Volume II.
The Indonesian Economi During The Revolution” Department of Far Eastrn
Stdies Cornell University, Itaca New York Jilid.II
John O. Sutter.
1959. “Indonesianisasi Politics a Changing Economy, 1940-1950 Volume III.
Sovereign Indonesia Strivers for a National Economy ” Department of Far
Eastrn Stdies Cornell University, Itaca New York Jilid.II
John O. Sutter. 1959. “Indonesianisasi Politics a Changing Economy, 1940-1950 Volume II.

Southeast Asia Program, Volume IV. Sovereign Indonesia Strivers for a

National Economy: Political Attitudes Towards the Economy, Foreign

Investment and Nationalization ” Department of Far Eastrn Stdies Cornell

University, Itaca New York Jilid.II

Kahin, Audrey R
1990, Pergolakan Daerah pada awal Kemerdekaan . Jakarta: Grafiti.
Kahin, George Mc.Turnan
1995, Refleksi Pergumulan Lahirnya Republik Nasionalisme dan Revolusi
Indonesia Jakarta: Universitas Sebelas Maret Press
Noegroho Notosusanto ,dkk. Sejarah Nasional Jilid VI

Anda mungkin juga menyukai