Makalah Kebangkitan Nas
Makalah Kebangkitan Nas
Toynbee:” Pergerakan nasional adalah jawaban terhadap tantangan zaman dalam suatu
kurun waktu sejarah tertentu, Ia merupakan panggilan sejarah untuk mengatasi tantangan
zaman tertentu yang bergerak dari satu titik kegelapan ke titik terang yang menderang.
Cita-citanya adalah terciptanya orde social baru ”.
1
Makalah ini disampaikan dalam sarasehan 100 tahun memperingati Kebangkitan Nasional dengan
Thema” Melalui momentum seratus tahun Kebangkitan Nasional Kita Tingkatkan rasa
Kesetiakawanan Sosial” Badan Infokom Provinsi Sulawesi Selatan. Hotel Losari Metro 17 Mei
2008.
2
Emmanuel Le Roy Ladurie sejarawan Prancis mengatakan bahwa dalam kurung tertentu setiap
suku bangsa mempunyai fese-fase perubahan yang didapatkan melalui suatu pergerakan. Setiap
pergerakan kadang kala mengalami masa “ekspansi” (expansion), “kontraksi” (contracting). Masa
yang paling penting yang membawa perubahan adalah ketika konstraksi atau ketegangan terjadi,
yang kemudian memunculkan paradigma guna melahirkajn ide-ide baru. Untuk lebih jelasnya lihat
Peter Burke. The French Historical Revolution The Annales School, 1929-1989. Cambridge: Polity
Press, 1990, hal. 61- 64.
Di usia 100 tahun, sebuah negara bangsa yang namanya “awal pergerakan
Indonesia” tentu sudah merupakan momentung sejarah yang penting. Itulah sebab dalam
dalam teori Lingkaran Agraria Besar yang diperkenalkan oleh h Imanuel Le Roiladurie satu
abad perjalanan suku bangsa itu adalah momentung perubahan besar, paling tidak dua hal
yang harus dicermati yaitu kontinuitas dan diskontinuitas keberlangsungan negara itu.
Bagaimana dengan bangsa Indonesia sekarang, setelah genap 100 tahun merumuskan
kata Indonesia Mulia yang pada tahun 1918 kata Indonesia Mulia yang diperkenalkan Budi
Utomo itu berubah menjadi Indonesia merdeka. Makalah ini akan menjelaskan selukbeluk
terbentuknya pergerakan nasional tahun 1908 yang berimplikasi pada munculnya
kelembagaan politik dan konsep kelembagaan ekonomi dalam membangun cita-cita
pergerakan. Untuk menjelaskan makna pergerakan tahun 1908 maka diperlukan refleksi
perjalanan kebangssan kita sekarang ditenganh krisis global dan rapuhnya rasa
kesetiakawanan yang melahirkan suatu zaman baru kebangkitan nasional kedua yaitu
perang melawan kebodohan kemiskinan.
Pada awalnya Budi Utomo adalah sebuah gerakan kesetikawanan sosial yang cita-
citanya membangun masyarakat Jawa dan Madura. Ia bercita-cita mewujudkan Gerakan
Indonesia Mulia. Cita-cita tersebut diawali dengan kepeloporan Soetomo sebagai pendiri
Budi Utomo (BU). Kesan sepintas bila kita mempelajari perilaku Soetomo sebagai pendiri
BU. adalah mencapai cita-cita Indonesia mulia. Untuk mencapai itu Soetomo membentuk
oraganisasi Budi Utomo, Persatuan bangsa Indonesia (PBI) Rukun Tani dan sebagainya.
Sangat tepat kalau perestasi tersebut sebagai langkah maju langkah seorang pembaharu
dengan hasilnya sebuah organisasi yang berstandar modern paling tidak pada masa
pergerakan nasional.
Dalam bidang politik, Soetomo dikenal sebagai seorang kooperator, hal ini dapat
dipahami sebagai sikap praktis Soetomo. Ia sadar bahwa bangsa Indonesia masih
memerlukan bantuan pemerintah Belanda. Hal itu dianggapnya bermanfaat tanpa perlu
merendahkan martabat sendiri. Namun bukan Soetomo sama sekali tidak bersikap non
kooperasi. Sebab ketika itu ia yakin bahwa cara parlementer bukan lagi merupakan hal-hal
yang terbaik saat itu. Ia rela berkorban keluar dari Dewan kota Praja Surabaya. Demikian
juga pada waktu peristiwa penolakannya untuk menjadi anggota Dewan rakyat (volksraad)
adalah karena Gubernur Jenderal tidak menempati janjinya untuk memberikan konsesi
pada Soetomo
Soetomo sangat dibenci oleh golongan komonis karena pernaytaa-pernyataanya
yang menentang tindakan komunis, terutama gerakan-gerakan fisik yang dekat dengan
keberutalan pada saat itu. Dari Seluruh aktivitasya ia pernah menjadi penasehat
Muhammadiyah dan banyak teman-temanya dari nahdatul Ulama. Komite Kolliyh Islam
Islam pernah didirikannya sewaktu ia pulang dari lawatannya ke Eropa.
Kontrasnya seotomo juga dikenal sebagai seorang taradisionalis. Dalam
polemiknya dengan Sultan takdir Alisyahbana dia dengan tegas menolak pendidikan Barat
yang dianggapnya telah mengagsingkan Indonesia dari kebudayaan sendidiri dan mencetak
manusia-manusia yang tidak sosial. Model pendidikan yang diinginkan Soetomo adalah
seperti yang terdapat dalam berbagi pondok pesanteren.
. Hanya ada satu jalan untuk mewujudkan satu negara modern , Indonesia mulia,
sebagai pengganti kata Indonesia medeka. Yaitu keluar dari lingkungan tardisonal. Sesuai
dengan anak zamannya Budi Utomo telah menampilakn diri sebagai Organisasi modern
pertama meskipun masih bersifat lokal, terbatas pada Jawa dan Madura saja. Suatu
organisasi yang dikelolah berdasarkan teknik-tekni berorganisasi . Pengaruh tradisi Jawa
memang sangat kuat terhadap pribadi sang tokoh ini, meskipun oraganisasinya sedang
bergulat menuju cita-cita Indonesia mulia. Sebagai orang Jawa Soetomo enggang
mengungkapkan dirinya secara terbuka. Ia melihat fakta sebagai hal yang samar-samar,
tidak eksplisit, kehalusan budinya dan tata kramanya menyebabkan selalu merahasiakan
serangan-serangan dan fitna-fitnah dari rekan –rekan seperjuangannya yang merasa diri
dan peranannya yang menonjol.
Kekaguman dan penghayatan Soetomo terhadap tradisi Jawa tidak hanya tersirat
dalam tindakannya, melainkan juga secara tersurat jua ia berani megungkapkan dirinya
sebagai Pantaisme monoisme Jawa. Panteisme in terungkap secara jelas dalam catatan
perbicangan dengan seorang teman karabnya Kyai H. Mansoer dengan tandas dikatakan:
Penjelmaan tuhan yang terahir adalah ummat manusai. Soetomo percaya bahwa saya
adalah dia dan dia adalah saya. Aku dan dia adalah satu dalam hakekat yakni penjelmaan
tuhan. Aku penjelmaan tuhan yang sadar . Itulah sebabnya kau harus menolong
menyadarkan aku yang belum sadar . akau harus berbuat baik kepada diriku
Dengan terbentuknya organisasi seperti Budi Utomo, Jong Sumatra, Jong
Ambon, Jong Celebes dan sebagainya terciptalah suatu kerangka dalam mana para
anggotanya dapat menjalankan peranan masing-masing terkoordinir agar organisasi
berfungsi seefektof mungkin untuk membela kepentingan bersanma serta mencapai
tujuannya. Disamping integrasi teleofungsional yang dapat dihasilkan, Organisasi juga
menciptakan suatu arena politik di mana dapat dilaksanakan komunikasi intra dan
interorganisasi untuk membentuk tujuan kolektif yang tidak berdasarkan kekuasaan
otoritarian tetapi melalui musyawarah. Dengan demikian organisasi Budi Utamo terwujud
dua hal, pertama sosialisasi-nilai-nilai politik seperti demokrasi dan yang kedua memupuk
pengalaman tau kesetiakawanan soisial yang tidak dapat diperoleh masa-masa
sebelumnya. Tambahan pula arena tersebut secara selektef dan kompetititif menyaring
kepemimpinan secara otoritasnya, otoritasmana sangat produktif untuk memupuk
solidaritas di satu pihak dengan mengembangkan identitas gologan di lain pihak
Sudah tentu partai politik berfungsi untuk membangun solidaritas sebagai nilai dasarnya
dilaksanakan tidak hanya secara politik membentk konsensus, tetapi juga secara terampil
mengelolah konflik-konflik yang muncul. Pendeknya dalam kerangka organisasi terjadi
proses politisasi atau pemulaan pelakuan politik terarah ke pelembagaan politik.Dalam
hubungan ini perlu dicatat bahwa Budi Utomo yang pada awalnya bersifat politik sepuluh
tahun kemudian sudah berwajah sebagai partai politik.
Ada dua segi yang mulanya ditegakkan oleh dua pemimpin pergerakan kebangkitan
nasional adalah, pertama masalah hak berserikat dan berkumpul , kedua masalah
perwakilan rakyat. Dalam hal petama, artikel 111 Regeringsreglemen (peraturan
pemerintah) yang masih berlaku pada masa itu tidak membenarkan bangsa kita hak
berserikat dan berkumpul dalam arti politis. Itulah sebabnya antara lain mengapa serikat
Islam yang didirikan pada tahun 1911 tidak terang-terangan menamakan dirinya sebuah
partai, meskipun tuntutannya bersifat politik. Tetapi harus diakui bahwa berangsur-angsur
tersebut ditelerir oleh pemerintah Hindia Belanda, tentu dalam batas-batas yang ketat,
tergantung pada masa tertentu. Maksud untuk membentuk Dewan rakyat umpamanya
memberikan kelonggaran hak tersebut apalagi mengambil hati rakyat untuk menghadapi
perang Dunia Pertama..
Dalam hal kedua yaitu perwakilan rakyat (Volksraad) tidak dapat memenuhi keinginan
pejuang para pergerakan kebangsaan . pada tahun 1918 sesudah volksraad dibentuk suatu
mosi yang terkenal dengan nama mosi Cokroaminoto menuntuk agar secepatnya disusun
suatu parlement yang dipilih oleh rakyat dengan hak menentukan hukum sepenuhnya dan
dibangunkan suatu pemerintahan yang bertanggungjawab kepada parlement. Cokroaminito
sebagai perseden Serikat Islam memang menjadi angoota Volskraad pada saat itu dan
mendapat dukungan dari berbagai anggota. Mulanya mereka berharap bahwa Vollksraad ini
mencerminkan mengenai sistem perwakilan dan ketika harapan tak terkabul seperti yang
diberi cap H. Agussalim, kemudian para pemimpin tidak sadar membiarkan volskraad
berkembang. Mosi tersebut menuntut bahwa hak pilih sepenuhnya harus diakui pada rakyat,
badan perwakilan volksraad mempunyai hak legislatif penuh dan ketiga parlemen
mempunyai kekuasaan tertinggi terhadap siapa pmerintah harus bertanggungjawab.
Tujuan Perhimpunan Indonesia pada tahun 1922 adalah agar Pemerintah Hindia
Belanda bertanggung jawab kepada rakyat Indonesia, karena meskipun sudah ada
Volksraad, tetapi pemerintah Hindia Belanda tidak bertanggung jawab pada Volksraad,
tetapi bertanggung jawab kepada Pemerintah Pusat di Negeri Belanda. Dengan demikian
hal ini berarti bahwa Volksraad harus diganti dengan Parlemen yang sebenarnya, sehingga
pemerintah bertanggung jawab kepada Parlemen Indonesia. Tujuan ini hanya berlangsung
dua tahun karena pada tahun 1924 karena tujuan Perhimpunan Indonesia berubah menjadi
kemerdekaan Indonesia. Pada waktu itupun majalah Perhimpunan Indonesia yang semula
bernama “Hindia Putra” diganti dengan nama “Indonesia Merdeka”.
Kebangkitan Nasional 100 tahun yang silam suatu momentum sejarah yang penting. Ia
merupakan barometer sejarah yang penting dalam membangun Keindonesiaan kita ke
depan . Konsep perjuangan kaum pergerakan mampu menerobos zaman yang belum
terpikirkan di kala itu. Nilai-nilai kesetikawanan sosial menjadi perekat dan spirit dengan
melawan arus zaman,. Ia tidak mengenal pahit getirnya penjara bahkan melawan moncong
senjata untuk mengangkat harkat dan martabat bangsanya, sayangnya di alam
kemerdekaan ini nilai-nilai kejuangan mulai redup, seperti telah sehingga visi misi ke
Indonesiaan kita di pertanyakan kembali.
Satu Abad kebangkitan nasional semestinya rumusan kebangsaan untuk menatasi
kemiskinan sudah harus jelas. Negara harus menumbuhkan nilai-inilai ksetkawanan sosial
yang berbasis pada sektor pertanian dan perkebunan seperti yang telah di rintis oleh para
kaum pergerakan. Demokrasi akan menjadi mala petak jika kekuatan ekonomi tidak ada.
Kehancuran negara berbagai suku bangsa di abad ke-21 karena tidak mampu melawan
kemiskinan. Itulah sebabnya, kemandirian bangsa harus diteggakkan kembali.
Bibliografi
John O. Sutter.
1959. “Indonesianisasi Politics a Changing Economy, 1940-1950 Volume II.
The Indonesian Economi During The Revolution” Department of Far Eastrn
Stdies Cornell University, Itaca New York Jilid.II
John O. Sutter.
1959. “Indonesianisasi Politics a Changing Economy, 1940-1950 Volume III.
Sovereign Indonesia Strivers for a National Economy ” Department of Far
Eastrn Stdies Cornell University, Itaca New York Jilid.II
John O. Sutter. 1959. “Indonesianisasi Politics a Changing Economy, 1940-1950 Volume II.
Kahin, Audrey R
1990, Pergolakan Daerah pada awal Kemerdekaan . Jakarta: Grafiti.
Kahin, George Mc.Turnan
1995, Refleksi Pergumulan Lahirnya Republik Nasionalisme dan Revolusi
Indonesia Jakarta: Universitas Sebelas Maret Press
Noegroho Notosusanto ,dkk. Sejarah Nasional Jilid VI