Makalah Ini Disusun Untuk memenuhi Tugas Kelompok Bimbingan Konseling Islam
Disusun Oleh :
Kelompok 6
PAI 3/ V
MEDAN
T.A 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena telah melimpahkan rahmat dan hidayah
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pada mata kuliah Strategi Pembelajaran
SKI yang berjudul ”Strategi Thinking Pair Share”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas
kelompok pada mata kuliah Strategi Pembelajaran SKI..
Terimakasih kepada Ibu Dr. Arlina, M. Pd selaku dosen mata kuliah Strategi
Pembelajaran SKI yang telah memberikn tugas ini kepada kami, dengan adanya tugas ini
kami insya Allah dapat memahami proses perkuliahan nantinya.
Akhir kata semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat
memudahkan pembaca untuk memahaminya. Adapun jika terdapat banyak kekeliruan atau
kesalahan didalam tugas ini, penulis mohon kritik dan saran agar tugas ini dapat menjadi
lebih baik lagi ke depannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.............................................................................................11
B. Saran.......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu cara yang dapat dipakai agar mendapatkan hasil optimal seperti yang
diinginkan adalah memberi tekanan dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan
dengan memilih salah satu model pembelajaran yang tepat. Karena pemilihan model
pembelajaran yang tepat pada hakikatnya merupakan salah satu upaya dalam
mengoptimalkan hasil belajar peserta didik. Model pembelajaran Think-Pair-Share
merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana yang memiliki prosedur
secara eksplisit sehingga model pembelajaran Think-Pair-Share dapat disosialisasikan dan
digunakan sebagai alternatif dalam pembelajaran di sekolah. Beberapa akibat yang dapat
ditimbulkan dari model ini adalah peserta didik dapat berkomunikasi secara langsung oleh
individu lain yang dapat saling memberi informasi dan bertukar pikiran serta mampu berlatih
untuk mempertahankan pendapatnya jika pendapat itu layak untuk dipertahankan.
Model TPS juga merupakan bentuk refleksi dari structural kelas yang kurang optimal.
Oleh karena itu, penulis ingin memperbaiki struktur kelas yang seperti itu dengan
menerapkan model pembelajaran tipe Think-Pair-Share (TPS).
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Metode TPS berarti memberikan waktu pada siswa untuk memikirkan jawaban dari
pertanyaan atau permasalahan yang akan diberikan oleh guru. Siswa saling membantu dalam
menyelesaikan masalah tersebut dengan kemampuan yang dimiliki masing–masing. Setelah
itu dijabarkan atau menjelaskan di ruang kelasa.2
Think Pair Share (TPS) merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS menghendaki siswa bekerja saling membantu
dalam kelompok kecil (2 anggota) untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota
lainnya dalam kelompok.3
1
Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran, (Jakarta: Prenadamedia Group,
2014) h. 108
2
Miftahul Huda, Cooperative Learning “Metode, Teknik, Struktur Dan Model Penerapan”,
(Yogyakarta: PustaPelajar, 2015), h. 132
3
Kokom Komalasari. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. (Bandung:Refika Aditama,
2013). h. 62
3
Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Strategi
Think Pair Share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu.
Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan koleganya di Universitas Maryland sesuai
yang dikutip Arends, menyatakan bahwa Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif
untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau
diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan
prosedur yang digunakan dalam Think Pair Share dapat memberi siswa waktu berpikir, untuk
merespons dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat
atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya. Sekarang guru
menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami.
Guru memilih menggunakan Think Pair Share untuk membandingkan tanya jawab kelompok
keseluruhan.4
Ada 3 tahap pembelajaran TPS yang harus dilakukan oleh guru think (berpikir), pair
(berpasangan), dan share (berbagi). Guru gurumem berikan batasan waku agar siswa dapat
belajar berfikir dan bertindak secara cepat dan tepat.
Pada tahap Think, siswa diminta untuk berpikir secara mandiri mengenai pertanyaan
atau masalah yang diajukan. Pada tahap ini, siswa sebaiknya menuliskan jawaban mereka, hal
ini karena guru tidak dapat memantau semua jawaban siswa satu per satu sehingga dengan
catatan siswa tersebut, guru dapat memantau semua jawaban dan selanjutnya akan dapat
dilakukan perbaikan atau pelurusan atas konsep-konsep maupun pemikiran yang masih
salahlm. Dengan adanya tahap ini, maka guru dapat mengurangi masalah dari adanya siswa
yang mengobrol karena pada tahap Think ini mereka akan bekerja sendiri untuk dapat
menyelesaikan masalahlm. Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan
4
Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran, h. 129
4
dengan pelajaran, meminta siswa memikirkan jawaban dari permasalahan yang diajukan
secara mandiri.
Pada tahap ini guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dengan teman
disampingnya, misalnya teman sebangkunya. Ini dilakukan agar siswa yang bersangkutan
dapat bertukar informasi satu sama lain dan saling melengkapi ide-ide jawaban yang belum
terpikirkan pada tahap Think.
Pada tahap ini bahwa ada dua orang siswa untuk setiap pasangan. Langkah ini dapat
berkembang dengan menerima pasangan lain untuk membentuk kelompok berempat dengan
tujuan memperkaya pemikiran mereka sebelum berbagi dengan kelompok lain yang lebih
besar, misalnya kelas. Namun dengan pertimbangan tertentu, terkadang kelompok yang besar
akan bersifat kurang efektif karena akan mengurangi ruang dan kesempatan bagi tiap individu
untuk berpikir dan mengungkapkan idenya. Guru mengarahkan siswa untuk berpasangan dan
mendiskusikan apa yang telah dipikirkan dengan teman sebangku.
Pada tahap ini setiap pasangan atau kelompok kemudian berbagi hasil pemikiran, ide,
dan jawaban mereka dengan pasangan atau kelompok lain atau bisa ke kelompok yang lebih
besar yaitu kelas.
5
Hidayah Ansori, Sri Lisdawati, Pengaruh Metode Improve Terhadap Kemampuan Pemecahan
Masalah Siswa Pada Konsep Bangun Ruang di Kelas VIII SMP, (Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2,
Nomor 3, 2014), h 280
5
Siswa berbagi pengetahuan yang diperoleh dari hasil diskusi di depan kelas. Pada
kesempatan ini pula, guru dalam meluruskan dan mengoreksi mampu memberikan penguatan
jawaban di akhir pembelajaran. Sebelum guru menerapkan ketiga tahap di atas, guru terlebih
dahulu memberikan penjelasan materi yang akan dibahas oleh siswa baik secara individu
maupun berpasangan. Jika hal ini tidak dilaksanakan, kemungkinan akan membuat siswa
kebingungan mengenai materi yang hendak di bahas.
b. Siswa diberikan satu permasalahan yang berkaitan dengan pokok bahasan yang telah
dijelas kanoleh guru, untuk kemudian dipikirkan pemecahannya secara individu.
c. Siswa membentuk pasangan dengan teman sebangku dan mengutarakan hasil pemikiran
masing – masing. Dalam langkah ini siswa harus mencari titik temu dari pemikiran masing
masing.
e. Berawal dari kegiatan tersebut, guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan
dan menambah materi yang belum di ungkapkan oleh siswa.
g. Penutup.6
Dalam setiap stategi, metode, maupun model pembelajaran, tidak akan ada sesuatu hal
yang sempurna dan dapat digunakan dalam setiap pembelajaran. Setiap jenis pembelajaran
pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya.
6
Karunia Eka Lestari, Mokhammad Ridwan Yudhanegara, Penelitian Pendidikan Matematika,
(Bandung :PT. Refika Aditama), h 52
6
Sanjaya (2006) menyatakan bahwa keunggulan pembelajaran Kooperatif sebagai
suatu model pembelajaran diantarannya adalah sebagai berikut:
1. Melalui model pembelajaran kooperatif peserta didik tidak terlalu menggantungkan pada
guru, tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berfikir sendiri, menemukan
informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari peserta didik yang lain.
3. Model pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek pada orang lain dan
menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan.
4. Model pembelajaran kooperatif dapat memberdayakan setiap peserta didik untuk lebih
bertanggung jawab dalam belajar.
7
Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetya. Strategi Belajar Mengajar. (Bandung: CV Pustaka Setia, 2000),
h. 34
7
Adapun kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Share adalah
sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu
yang terbatas, sedangkan jumlah kelompok yang terbentuk banyak (Hartina, 2008: 12).
Menurut Lie (2005: 46), kekurangan dari kelompok berpasangan (kelompok yang terdiri dari
2 orang siswa) adalah:
1. Pembelajaran yang baru diketahui, kemungkinan yang dapat timbul adalah sejumlah siswa
bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, dan bisa saling mengganggu antar siswa.
2. Siswa-siswa yang pasif, dengan metode ini akan ramai dan bahkan memngganggu
temannya.
4. Jumlah siswa di dalam kelas juga berpengaruh. Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada
pembentukan kelompok, hal ini bisa memperlambat proses diskusi. Pasangan lain telah
menyelesaikan sementara satu siswa tidak mempunyai pasangan.
5. Ketidak sesuaian antara waktu yang direncanakan dengan pelaksanaanya. Hal ini
dikarenakan siswa suka megulur-ulur waktu dengan alasan pekerjaan belum selesai,
sehingga berdampak siswa kurang menunjukkan kemampuan yang sesungguhnya.
7. Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru. Guru harus menyusun bahan ajar
setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir anak.
8. Mengubah kebiasaan siswa belajar dari cara mendengarkan ceramah diganti dengan belajar
berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi
siswa.8
8
Triyanto. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik: Konsep, Landasan,
Teristik-Praktis dan Implementasinya. (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007) h. 65
8
Berdasarkan uraian di atas dapat di simpulkan bahwa tps memiliki beberapa kelebihan
di antaranya dapat memudahkan guru maupun siswa dalam mementuk kelompok, karena
setiap kelompok terdiri dari dua siswa saja. Selain itu siswa dapat lebih lelusa
mengemukakan pendapatnya. Namu, tps juga memiliki kekurangan jika kemampuan siswa
rendah dan kelompok banyak ,model pembelajaran ini sulit di terapkan.
1) Memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain,
3) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan partisipasi mereka kepada orang
lain. Kemampuan yang umumnya dibutuhkan dalam strategi ini adalah berbagi informasi,
bertanya, meringkas gagasan orang lain, dan menganalisis.9
4) Para peserta didik menggunakan waktu yang lebih banyak untuk mengerjakan tugasnya
dan untuk mendengarkan satu sama lain ketika mereka terlibat dalam kegiatan Think-Pair-
Share lebih banyak peserta didik yang mengangkat tangan mereka untuk menjawab setelah
berlatih dalam pasangannya. Para peserta didik mungkin mengingat secara lebih seiring
penambahan waktu tunggu dan kualitas jawaban mungkin menjadi lebih baik.
5) Para guru juga mungkin mempunyai waktu yang lebih banyak untuk berpikir ketika
menggunakan Think-Pair-Share. Mereka dapat berkonsentrasi mendengarkan jawaban
peserta didik, mengamati reaksi peserta didik, dan mengajukan pertanyaaan tingkat
tinggi.10
9
Miftahul Huda, Model-model Pengajaran dan Pembelajaran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), h
206
10
Djamarah, Saeful Bakhri dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rineka Cipta. 1997),
h. 78
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Strategi dalam proses pembelajaran tentunya sangat penting bagi pendidik, dengan
menggunakaan strategi dan kesiapan yang matang materi yang diajarkan akan mencapai hasil
yang maksimal. Nah, dalam makalah ini kami sebagai penulis menjelaskan salah satu strategi
didalam pembelajaran yang cocok untuk diterapkan yaitu startegi pembelajaran thinking pair
10
share atau dengan kata lain strategi berpikir berpasang pasangan. Strategi ini merupakan jenis
dalam strategi koopeeratif sehingga menurut penulis startegi ini dapat membantu keefektifan
belajar bagi peserta didik.
B. Saran
Penulis menyadari tentunya dalam penulisan ini masih ada terdapat kesalahan, untuk
itu penulis berharap agar adanya saran dan kritik yang membangun demi kebaikan makalah
di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu dan Joko Tri Prasetya. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV
Pustaka Setia, 2000
Djamarah, Saeful Bakhri dan Aswan Zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta. 1997
11
Hidayah Ansori, Sri Lisdawati, Pengaruh Metode Improve Terhadap Kemampuan
Pemecahan Masalah Siswa Pada Konsep Bangun Ruang di Kelas VIII SMP, Jurnal
Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 3, 2014
12