Anda di halaman 1dari 23

MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Model
Pembelajaran di sekolah dasar
Dosen Pengampu : Ferry Muhamad Firdaus, M.Pd

Disusun Oleh :
Risky Aji Iskandar (1686210021)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SUBANG

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah swt atas segala limpahan Rahmat , dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana dan masih sangat jauh dari kata sempurna.
Namun semoga saja makalah ini dapat bermafaat dan menambah pengatahuan
pembaca mengenai model-model pembelajaran disekolah dasar, khususnya model
pembelajaran creative problem solving (CPS).

Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat dan dapat dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya oleh pembaca, dan kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

Subang, 16 Maret 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

A. LATAR BELAKANG...............................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................1
C. TUJUAN....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................2
A. HAKIKAT MODEL PEMBELAJARAN TSTS.......................................2
B. KARAKTERISTIK MODEL TSTS..........................................................5
C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL TSTS............................7
D. TAHAPAN MODEL TSTSIMPLEMENTASI MODEL
PEMBELAJARAN TSTS.........................................................................7
E. RPP............................................................................................................11
F. BAB III PENUTUP...................................................................................19

A. KESIMPULAN.........................................................................................19
B. SARAN......................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Model pembelajaran problem solving merupakan model pembelajaran yang
mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir tinggi. Hal tersebut
terjadi karena model pembelajaran problem solving memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada siswa untuk memecahkan masalah matematika dengan
strateginya sendiri. Salah satu pengembangan dari model pembelajaran ini adalah
metode pembelajaran TSTS.
Pembelajaran TSTS merupakan suatu kegiatan yang didesain guru dalam
rangka memberi tantangan kepada siswa melalui penugasan. Fungsi guru adalah
memotivasi siswa agar mau menerima tantangan dan membimbing siswa dalam
proses pemecahan masalah. Masalah yang diberikan kepada siswa harus masalah
yang pemecahannya terjangkau oleh kemampuan siswa. Masalah di luar
jangkauan kemampuan siswa dapat menurunkan motivasi siswa.

B. Rumusan Masalah

A. Apa yang dimaksud dengan model pembelajaran TSTS?


B. Bagaimana karakteristik model pembelajaran TSTS?
C. Apa saja kelebihan dan kekurangan model pembelajaran TSTS?
D. Apa saja tahapan-tahapan model pembelajaran TSTS?
E. Bagaimana implementasi model pembelajaran TSTS?
C. Tujuan
A. Mengetahui apa yang dimaksud dengan model pembelajaran TSTS
B. Mengetahui karakteristik model pembelajaran TSTS
C. Mengetahui kelebihan dan kekuurangan model pembelajaran TSTS
D. Mengetahui tahapan-tahapan model pembelajaran TSTS
E. Mengetahui cara pengimplementasian model pembelajaran TSTS

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray


(TSTS)
Sebelum masuk ke Pembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray
(TSTS) akan dijelaskan lebih dahulu sedikit mengenai model pembelajaran
kooperatif. Model Kooperatife tidak sama dengan sekedar belajar dalam
kelompok. Ada unsure-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang
membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.
Pelaksanaan prosedur model kooperatif dengan benar akan memungkinkan
pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif. (Lie, 2007: 29).

A. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif pertama kali muncul dari para filosofis di awal


abad Masehi yang mengemukakan bahwa dalam belajar seseorang harus memiliki
pasangan atau teman sehingga teman tersebut dapat diajak untuk memecahkan
suatu masalah. Menurut Anita Lie (2004:12), model pembelajaran kooperatif atau
disebut juga dengan pembelajaran gotong-royong merupakan sistem pengajaran
yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama
siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas yang terstruktur 
Menurut Thomson, et al (1995) dalam Karuru (2007), pembelajaran
kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran. Di
dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok
kecil saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri
dari 4 atau 5 siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok
heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin dan suku.
Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan
bekerja dengan teman yang berbeda latar bela kangnya. Pada pembelajaran
kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khu-sus agar dapat bekerjasama
di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, memberikan
penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan
yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama
kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin,
1995 dalam Karuru, 2007). 

Roger dan David Johnson dalam buku (Anita Lie, 2007: 31) mengatakan
bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning. Untuk
mencapai hasil yang maksimal,
 
lima unsur model pembelajaran gotong royong harus ditetapkan.
a. Saling ketergantungan positif
Dalam berkelompok, setiap orangnya pasti saling ketergantungan karena untuk
menciptakan kelompok kerja kelompok yang efektif, pengajar perlu menyusun
tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan

2
tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.
b. Tanggung jawab perseorangan
Unsure ini merupakan akibat unsure langsung dari yang pertama, jika tugas dan
pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran kooperatif, setiap
siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.
c. Tatap muka
Setiap kelompok harus diberi kesempatan untuk bertemu muka dan berdiskusi.
Kegiatan interaksi ini akan memberikan kepada pembelajar untuk membentuk
sinergi yang menguntungkan semua anggota.
d. Komunikasi antar anggota
Unsure ini juga agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan
berkomunikasi. Sebelum menugaskan untuk berkelompok, pengajar perlu
mengajarkan cara-cara berkomunikasi. 
e. Evaluasi proses kelompok
Teknik belajar mengajar Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray)
dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992) dan bisa digunakan bersama dengan
Teknik Kepala Bernomor. Teknik ini biasa digunakan dalam semua mata
pelajaran dan untuk semua tingkatan anak usia didik. (Lie, 2007: 61)

Menurut Arend, 2004 (dalam Risnawati, 2005) menyatakan bahwa pembelajaran


yang menggunakan metode kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut. 
a. Siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya 
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah. 
c. Bila mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, suku, budaya dan jenis
kelamin yang berbeda-beda. 
d. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu 

Menurut Barba, 1995 (dalam Susanto, 1999) belajar kooperatif adalah strategi
pembelajaran kelompok kecil yang digunakan untuk: 
a. Meningkatkan kemampuan akademik melalui kolaborasi kelompok 
b. Memperbaiki hubungan antar siswa yang berbeda latar belakang etnik dan
kemampuannya 
c. Mengembangkan keterampilannya untuk memecahkan masalah melalui
kelompok 
d. Mendorong proses demokrasi di kelas 

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran


kooperatif merupakan metode pembalajaran yang didasarkan atas kerjasama
kelompok yang dilakukan untuk mencapai tujuan khusus. Pada pelaksanaan
pembelajaran kooperatif siswa tidak cukup hanya mempelajari materi saja, tetapi
harus mempelajari keterampilan kooperatif. 

3
Metode pembelajaran kooperatif ini mempunyai kelebihan-kelebihan yaitu:
a.Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa
b.Siswa dapat berkomunikasi dengan temannya
c.Dapat meningkatkan keaktifan dalam pembelajaran
d.Dapat meningkatkan pemahaman dalam prestasi belajar

Keuntungan ini akan lebih apabila dilaksanakan dalam kelas kecil atau dengan
jumlah siswanya sedikit. Lie dalam bukunya Cooperative Learning (2004:54)
mengemukakan beberapa model pembelajara kooperatif, antara lain: Mencari
Pasangan, Bertukar Pasangan, Berpikir-Berpasangan-Berempat (Think Pair-Share
and Think-Pair-Square), Berkirim Salam dan Soal, Kepala Bernomor, Kepala
Bernomor Terstruktur, Two Stay Two Stray (TSTS), Keliling Kelompok, Kancing
Gemerincing, Keliling Kelas, Lingkaran Kecil Lingkaran Besar, Tari Bambu,
Jigsaw, dan Cerita Berpasangan. 

Selain itu, terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif yang harus ada dalam
model pembelajaran kooperatif yaitu: 
1. Forming (pembentukan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk membentuk
kelompok dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.
2. Functioniong (pengaturan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk mengatur
aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja
sama diantara anggota kelompok.
3. Formating (perumusan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan- bahan yang
dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan
menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan. 
4. Fermenting (penyerapan) yaitu keterampilan yang dibutuhkan untuk
merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, konflik kognitif, mencari
lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh
kesimpulan. 

Menurut Van der Kley (dalam Sunaryanto, 1998:165) ada beberapa cara menilai
hasil belajar siswa dalam belajar kooperatif yaitu:

a. Setiap anggota kelompok mendapatkan nilai yang sama dengan nilai kelompok.
b. Setiap siswa diberi tugas atau tes perorangan setelah kegiatan belajar kooperatif
berakhir.
c. Seorang siswa atas nama kelompoknya bisa dipilih secara acak untuk
menjelaskan pemecahan materi tugas.
d. Nilai setiap anggota kelompok ditulis dan dibagi untuk mendapatkan nilai rata-
rata kelompok.

Struktur TSTS memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan
informasi dengan kelompok lain, hal ini menunjukkan bahwa lima unsur proses
belajar kooperatif yang terdiri atas: saling ketergantungan positif, tanggung jawab
perseorangan, tatap muka, komunikasi antar kelompok dan evaluasi proses
kelompok dapat terlaksana. Pada saat anggota kelompok bertamu ke kelompok
lain maka akan terjadi proses pertukaran informasi yang bersifat saling

4
melengkapi, dan pada saat kegiatan dilaksanakan maka akan terjadi proses tatap
muka antar siswa dimana akan terjadi komunikasi baik dalam kelompok maupun
antar kelompok sehingga siswa tetap mempunyai tanggung jawab perseorangan. 

B. KarakteristikPembelajaran Kooperatif Model Two Stay Two Stray


(TSTS)

 Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model TSTS. “Dua tinggal dua
tamu” yang dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992 dan biasa digunakan
bersama dengan model Kepala Bernomor (Numbered Heads). Struktur TSTS
yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memiliki karakteristik
memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi
kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar
yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak
diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup
di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu sama
lainnya. 

b. Ciri-ciri model pembelajaran Two Stay Two Stray


Ciri-ciri model pembelajaran TSTS, yaitu: 
1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya. 
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah. 
3. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin
yang berbeda. 
4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu 

Tujuan
Dalam model pembelajaran ini siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan
apa yang diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak
langsung siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota
kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut. Dalam proses ini, akan terjadi
kegiatan menyimak materi pada siswa. 

Dalam model pembelajaran kooperatif TSTS ini memiliki tujuan yang sama
dengan pendekatan pembelajaran kooperatif yang telah di bahas sebelumnya.
Siswa di ajak untuk bergotong royong dalam menemukan suatu konsep.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif TSTS akan mengarahkan siswa untuk
aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga
menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan
model pembelajaran Two Stay Two Stray ini karena terdapat pembagian kerja
kelompok yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan
temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses
belajar mengajar.

5
Dengan demikian, pada dasarnya kembali pada hakekat keterampilan berbahasa
yang menjadi satu kesatuan yaitu membaca, berbicara, menulis dan menyimak.
Ketika siswa menjelaskan materi yang dibahas oleh kelompoknya, maka tentu
siswa yang berkunjung tersebut melakukan kegiatan menyimak atas apa yang di
jelaskan oleh temannya. materi kepada teman lain. Demikian juga ketika siswa
kembali ke kelompoknya untuk menjelaskan materi apa yang di dapat dari
kelompok yang dikunjungi. Siswa yang kembali tersebut menjelaskan materi yang
di dapat dari kelompok lain, siswa yang bertugas menjaga rumah menyimak hal
yang dijelaskan oleh temannya. 

Dalam proses pembelajaran dengan model two stay two stray, secara sadar
ataupun tidak sadar, siswa akan melakukan salah satu kegiatan berbahasa yang
menjadi kajian untuk ditingkatkan yaitu keterampilan menyimak. Dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif TSTS seperti itu, siswa akan lebih
banyak melakukan kegiatan menyimak secara langsung, dalam artian tidak selalu
dengan cara menyimak apa yang guru utarakan yang dapat membuat siswa jenuh.
Dengan penerapan model pembelajaran TSTS, siswa juga akan terlibat secara
aktif, sehingga akan memunculkan semangat siswa dalam belajar (aktif). 

Sedangkan tanya jawab dapat dilakukan oleh siswa dari kelompok satu dan yang
lain, dengan cara mencocokan materi yang didapat dengan materi yang
disampaikan. Dengan begitu, siswa dapat mengevaluasi sendiri, seberapa tepatkah
pola pikirnya terhadap suatu konsep dengan pola pikir nara sumber. Kemudian
bagi guru atau peneliti, menjadi acuan evaluasi berapa persenkah keberhasilan
penggunaan model pemelajaran kooperatif two stay two stray ini dalam
meningkatkan keterampilan menyimak siswa. 

Adapun langkah-langkah model pembelajaran Dua Tinggal Dua Tamu (dalam


Lie, 2002:60-61) adalah sebagai berikut.
a. Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa. 
b. Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan meninggalkan
kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain. 
c. Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan
informasi mereka ke tamu mereka. 
d. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan
temuan mereka dari kelompok lain. 
e. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka

6
C. Tahapan-tahapan dalam model pembelajaran TSTS

Pembelajaran kooperatif model TSTS terdiri dari beberapa tahapan sebagai


berikut. 

1. Persiapan 
Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat silabus dan
sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan membagi
siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa dan
setiap anggota kelompok harus heterogen berdasarkan prestasi akademik siswa
dan suku. 

2. Presentasi Guru 
Pada tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal dan
menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat. 

3. Kegiatan Kelompok 
Pada kegiatan ini pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang berisi
tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok.
Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang
berkaitan dengan konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempela-jarinya dalam
kelompok kecil (4 siswa) yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama
anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesai-kan atau
memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Kemudian 2
dari 4 anggota dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan
bertamu ke kelompok yang lain, sementara 2 anggota yang tinggal dalam
kelompok bertugas menyampaikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu.
Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan
kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya serta
mancocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. 

4. Formalisasi 
Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang
diberikan salah satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya
untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian
guru membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal. 

5. Evaluasi Kelompok dan Penghargaan 


Pada tahap evaluasi ini untuk mengetahui seberapa besar kemampuan siswa
dalam memahami materi yang telah diperoleh dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif model TSTS. Masing-masing siswa diberi kuis yang
berisi pertanyaan-pertanyaan dari hasil pembelajaran dengan model TSTS, yang
selanjutnya dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada kelompok yang
mendapatkan skor rata-rata tertinggi.
D. Kelebihan dan kekurangan model TSTS
Suatu model pembelajaran pasti memiliki kekurangan dan kelebihan. Adapun
kelebihan dari model TSTS adalah sebagai berikut. 

7
a. Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan
b. Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna
c. Lebih berorientasi pada keaktifan. 
d. Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya 
e. Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa.
f. Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan.
g. Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar

Sedangkan kekurangan dari model TSTS adalah:


a. Membutuhkan waktu yang lama
b. Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok
c.Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga)
d. Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.

Untuk mengatasi kekurangan pembelajaran kooperatif model TSTS, maka


sebelumpembelajaran guru terlebih dahulu mempersiapkan dan membentuk
kelompok-kelompok belajar yang heterogen ditinjau dari segi jenis kelamin
dan kemampuan akademis. Berdasarkan sisi jenis kelamin, dalam satu
kelompk harus ada siswa laki-laki dan perempuannya. Jika berdasarkan
kemampuan akademis maka dalam satu kelompok terdiri dari satu orang
berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang dan
satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang. Pembentukan
kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan
saling mendukung sehingga memudahkan pengelolaan kelas karena dengan
adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi yang diharapkan bisa
membantu anggota kelompok yang lain.

Kesimpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kelebihan model TSTS
adalah siswa lebih aktif dalam proses belajar mengajar dan pembelajaran
menjadi lebih bermakna. Kekurangan model pembelajaran TSTS adalah
teknik ini membutuhkan persiapan yang matang karena proses belajar
mengajar dengan model TSTSmembutuhkan waktu yang lama dan
pengelolaan kelas yang optimal. Selain itu berdasarkan hasil pembahasan di
atas, dapat disarankan bahwa dalam menerapkan model Two Stay Two Stray
hendaknya disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan oleh guru. Bagi
guru selanjutnya disarankan agar tidak hanya menilai hasil belajar tapi juga
menilai segala aktivitas atau keaktifan setiap siswa dalam melaksanakan
langkah-langkah model ini.

8
E. Implementasi model pembelajaran two stay two stray (TSTS)
Berdasarkan beberapa langkah di atas, maka implementasi Two Stay Two
stray (TSTS) dalam pembelajaran terdiri dari langkah-langkah sebagai berikut:
Kegiatan Awal
Guru menanyakan kesiapan siswa untuk mengikuti pelajaran, guru mengulas
kembali materi sebelumnya sebagai prasyarat pada materi saat ini kemudian guru
menjelaskan aturan main dalam pelaksanaan metode pembelajaran TSTS serta
memberi motivasi kepada siswa akan pentingnya pembahasan materi melalui
pembelajaran TSTS.
Kegiatan Inti
Siswa membentuk kelompok kecil untuk melakukan small discussion. Tiap
kelompok terdiri atas 4-5 orang. Secara berkelompok, siswa memecahkan
permasalahan yang disajikan sesuai dengan petunjuk yang tersedia. Siswa
mendapat bimbingan dan arahan dari guru dalam memecahkan permasalahan
(peranan guru dalam hal ini menciptakan situasi yang dapat memudahkan
munculnya pertanyaan dan mengarahkan kegiatan brainstorming serta
menumbuhkan situasi dan kondisi lingkungan yang dihasilkan atas dasar interest
siswa). Adapun penekanan dalam pendampingan siswa dalam menyelesaikan
permasalahan sebagai berikut:
Klarifikasi Masalah 
Klarifikasi masalah meliputi pemberian penjelasan kepada siswa tentang masalah
yang diajukan agar siswa dapat memahami tentang penyelesaian seperti apa yang
diharapkan. 
Brainstorming/ Pengungkapan pendapat 
Pada tahap ini siswa dibebaskan untuk mengungkapkan pendapat tentang berbagai
macam strategi penyelesaian masalah, tidak ada sanggahan dalam mengungkapan
ide gagasan satu sama lain. 
Evaluasi dan Seleksi 
Pada tahap ini, setiap kelompok mendiskusikan pendapat-pendapat atau strategi-
strategi mana yang cocok untuk menyelesaikan masalah. 
Implementasi 

9
Pada tahap ini, siswa menentukan strategi mana yang dapat diambil untuk
menyelesaikan masalah kemudian menerapkannya sampai menemukan
penyelesaian dari masalah tersebut.
Kegiatan Akhir
Lebih lanjut, perwakilan dari masing-masing kelompok mempresentasikan hasil
yang telah didiskusikan ke depan kelas dan peserta lain menanggapinya.
Kemudian guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi.

10
F. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan pendidikan: Sekolah Dasar

Materi pembelajaran: IPA

Kelas/Semester : III/I

Pokok Bahasan : Makhluk Hidup

Sub Pokok Bahasan: Ciri-ciri Makhluk Hidup (tumbuhan, hewan, manusia)

Alokasi Waktu : 2x25

A. Standar Kompetensi
Menjelaskan pengertian makhluk hidup

B. Kompetinsi Dasar
Mengidentifikasi ciri-ciri dan kebutuhan makhluk hidup

C. Indikator
1. Menemukan ciri-ciri makhluk hidup

2. Membedakan antara makhluk hidup yaitu tumbuhan, hewan, dan


manusia

D. Tujuan Pembelajaran

Setelah mempelajari materi siswa diharapkan dapat :

a. Menyebutkan ciri-ciri makhluk hidup

b. Menyebutkan perbedaan makhluk hidup antara tumbuhan, hewan,


dan manusia

c. Membandingkan ciri makhluk hidup

11
E. Materi

MAKHLUK HIDUP

Makhluk hidup adalah semua yang bernafas dan bernyawa.

Ciri – ciri makhluk hidup secara umum

1. Makhluk hidup bernafas

2. Makhluk hidup membutuhka makanan

3. Makhluk hidup mengalami pertumbuhan dan perkembangan

4. Makhluk hidup menerima dan menanggapi rangsangan

5. Makhluk hidup bergerak

6. Mengeluarkan gas sisa

7. Makhluk hidup bereproduksi (menghasilkan keturunan)

Ciri-ciri tumbuhan

1. Bernafas

2. Memerlukan makan

3. Mengalami pertumbuhan

4. Peka terhadap rangsangan

5. Mengalami fotosintesis

Ciri – ciri hewan

1. Bernafas

2. Bernafas

3. membutuhkan makanan

4. Berkembang biak

12
5. Bereproduksi

6. Beradaptasi

7. Tumbuh dan berkembang

8. Peka terhadap rangsangan

9. mengeluarkan zat

F. Model, Metode, Media, Sumber

1. Model : Quantum Learning

2. Metode : Diskusi, tanya jawab, demontrasi, penugasan

3. Media : Gambar

4. Sumber : Buku paket IPA kelas 3 penerbit Erlangga

G. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Tahapan Waktu Kegiatan guru Kegiatan Siswa


Kegiatan  Mengkondisikan  Bersiap untuk
Awal siswa ke arah belajar
pembelajaran  Menyebut
 Mengabsen siswa temannya yang
 Mengintruksikan tidak hadir
siswa untuk berdo’a  Berdo’a
15  Menyaampaikan  Menyimak tujuan
Tumbuhkan tujuan pembelajaran pembelajaran
 Guru memberikan yang di
beberapa pertanyaan sampaikan
yang menumbuhkan  Menjawab
minat siswa pertanyaan yang
diajukan
Alami  Guru membagi  Duduk
siswa menjadi berkelompok
beberapa kelompok  Perwakilan
sesuai dengan kelompok
jumlah siswa menerima LKS
 Guru membagikan yang dibagikan
LKS (lembar kerja guru

13
siswa)  Mengerjakan LKS
 Mengintruksikan  Setiap kelompok
Namai 20 kepada setiap melaporkan hasil
menit kelompok untuk diskusinya
mengerjakan LKS
 Mengintruksikan
setiap kelompok
untuk melaporkan
hasil diskusinya
Demontrasika  Setiap kelompok  Perkelompok maju
n mendemontrasikan kedepan
hasil diskusinya mempresentasikan
 Memberikan soal hasil diskusinya
evaluasi untuk  Mengerjalan
dikerjakan oleh setiap evaluasi
siswa  Menyimpulkan
 Guru meminta salah hasil pelajaran
Ulangi satu siswa untuk  Merayaka
mengulangi atau keberhasilan yang
menyimpulkan hasil telah di capai
diskusi yang telah di  Merapihlan alat
peroleh atau yang tulisnya
telah di sampaikan
tadi
 Membimbing siswa
untuk merayakan
keberhasilan yang
15 telah dicapai
Rayakan menit  Menutup pelajaran

H. EVALUASI

 Prosedur tes : Tes proses dan tes hail


 Jenis tes : Tes lisan dan tes tulisan
 Bentuk tes : Uraian
 Alat tes :
a. Tes pembelajaran berlangsung dengan cara pengamatan, menggunakan LKS dan
kerja kelompok

b. Tes akhir dilaksanakan pada akhir pembelajaran dengan menggunakan soal


evaluasi

 Intrumen penilaian proses ( menggunakan LKS yang di kerjakan secara


kelompok)
KEAKTIFAN KERJASAMA KETEPATAN
NO NAMA
SISW
A

14
1
2
3
4
5
JUMLAH
JUMLAH
DALAM %

Keterangan

A= 80-100 (baik sekali)

B=70-80 (baik)

C=60-70 (cukup)

D=<60 (kurang)

 Instrument penilaian tes akhir (individu)


Rumus :

Jumlah jawaban benar


Hasil evaluasi
X100%
Jumlah soal

 Soal-soal hasil tes akhir (individu)


 Lembar kerja siswa (terlampir)

Mengetahui Mengetahui

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

LEMBAGA KERJA SISWA

Nama Kelompok :………………………………………….

15
Anggota Kelompok : 1)………………………………..

2)…………………………………

3)…………………………………

4)……………………………………

Diskusikanlan bersama kelompokmu mengenai makhluk hidup dan cirri – cirri


berdasarkan table yang telah di sesuaikan.

NO MAKHLUK HIDUP CIRI – CIRI


1.

2.

3.

4.

5.

Aspek Penilaian skor Nilai


NO Nama Siswa Jawaban Benar

1.

2.

3.

4.

5.

16
LEMBARAN EVALUASI

Isilah pertanyaan ini dengan bener !

1. Batu dan air meerupakan contoh makhluk hidup…….

2. Agar tubuh kita tumbuh besar dan tinggi, kita harus makan makanan yang ………

3. Oksigen diperlukan untuk………

4. katak bergerakndengan cara…..

5. Akar berfungsi sebagai…..

Jawaban

1. Tak hidup

2. sehat dan bergizi

3. bernafas

4. melompat

5. tempat menyimpan cadangan makanan

 Setiap jawaban yang benar diberi nilai skor 20


 Format penilaian hasil

JAWABAN BENAR
NO NAMA 1 2 3 4 5 SKOR NILAI

17
18
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Dalam berkelompok, setiap orangnya pasti saling ketergantungan karena


untuk menciptakan kelompok kerja kelompok yang efektif, pengajar perlu
menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus
menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.

kelebihan model TSTS adalah siswa lebih aktif dalam proses belajar
mengajar dan pembelajaran menjadi lebih bermakna. Kekurangan model
pembelajaran TSTS adalah teknik ini membutuhkan persiapan yang matang
karena proses belajar mengajar dengan model TSTS membutuhkan waktu
yang lama dan pengelolaan kelas yang optimal. Selain itu berdasarkan hasil
pembahasan di atas, dapat disarankan bahwa dalam menerapkan model Two
Stay Two Stray hendaknya disesuaikan dengan materi yang akan diajarkan
oleh guru. Bagi guru selanjutnya disarankan agar tidak hanya menilai hasil
belajar tapi juga menilai segala aktivitas atau keaktifan setiap siswa dalam
melaksanakan langkah-langkah model ini.

B. Saran
Penyusun berharap makalah ini bias menjadi sala satu acuan dalam
mempelajari model two stay two stray. Dan mudah-mudahan makalah ini juga
bias dijadikan sebagai motivasi bagi para pembaca untuk melaksanakan model
pembelajaran dengan benar, agar dalam pelaksanaan pembelajaransiswa tidak
hanya belajar menghapal.

19
DAFTAR PUSTAKA

http://mitraikhtiar.blogspot.co.id/2013/03/creative-problem-solving-cps.html

http://www.rijal09.com/2016/12/model-pembelajaran-creative-problem.html

20

Anda mungkin juga menyukai