Anda di halaman 1dari 8

TUGAS PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI I

PEMBUATAN SIMPLISIA RAJANGAN & SERBUK


Dosen Pengampu : Apt. Rabima, S.Si,. M.Farm,.

Disusun oleh :

MUHAMAD RAHIM (1943050052)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2020
Pembuatan Simplisia Rajangan dan serbuk.
Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan.
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat
tanaman. Eksudat tanaman ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang
dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat – zat nabati lainnya yang dengan cara
tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni.Simplisia hewani adalah
simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat yang berguna yang dihasilkan oleh
hewan dan belum berupa zat kimia murni (Materi Medika Indonesia Jilid III, 1979).

Perajangan
Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan,
pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi
dijemur dalam keadaan utuh selama satu hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan
alat mesin perajang khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang
dikehendaki. Semkain tipis bahan yang dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga
mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan
berkurangnya atau hilangnya zat yang berkhasiat yang mudah menguap, sehingga mempengaruhi
komposisi, bau, dan rasa yang diinginkan. Oleh karena itu bahan simplisia seperti temulawak,
temu giring, jahe, kencur dan bahan sejenis lainnya dihindari perajangan yang terlalu tipis untuk
mencegah berkurangnya minyak atsiri. Penjemuran sebelum perajangan diperlukan untuk
mengurangi pewarnaan akibat reaksi atara bahan dan logam pisau. Pengeringan dilakukan
dengan sinar matahari selama satu hari.

serbuk
Serbuk adalah sediaan obat tradisional berupa butiran homogeny dengan deraiat halus
yang cocok; bahan bakunya berupa simplisia sediaan galenik, atau campurannya (DepKes RI,
1994). Serbuk Simplisia adalah sediaan Obat Tradisional berupa butiran homogen dengan derajat
halus yang sesuai, terbuat dari simplisia atau campuran dengan Ekstrak yang cara
penggunaannya diseduh dengan air panas (BPOM, 2014).
Serbuk dari simplisia memiliki beberapa persyaratan yaitu:
1. Kadar air. Tidak lebih dari 10 %.
2. Angka lempeng total. Tidak lebih dari 10
3. Angka kapang dan khamir. Tidak lebih dari 10
4. Mikroba patogen. Negatif.
5. Aflatoksin. Tidak lebih dari 30 bpj.

Pembuatan Simplisia:
 Simplisia yang akan dijadikan sebagai bahan baku simplisia dikumpulkan.
 Dilakukan sortasi basah utuk memisahkan kotoran dari simplisia
 Setelah itu simplisisa dicuci dengan air bersih lalu ditiriskan
 Lalu dikeringkan
 Setelah kering simplisia yang berukuran besar dan tebal dirajang. Untuk rimpang diiris
dengan ketebalan 1-3mm, daun diiris melintang dengan lebar 1 cm.

Pembuatan serbuk simplisia:

 Simplisisa yang telah dibuat dipastikan kering, dipastikan dengan hasil rajangan mudah
ditemah dan mudah patah.
 Simplisia yang telah kering lalu disortasi kering untuk menghilangkan kotoran yang
masih ada.
 Simplisia ditimbang kemudian dibuat menjadi serbuk menggunakan alat penyerbukan
hingga halus
 Serbuk yang telah halus diayak dengan nomor ayakan yang telah ditentukan kemudian
ditimbang dan dimasukkan ke dalam wadah, beri lebel.
 Serbuk simplisia diamati di bawah mikroskop untuk pengenalan simplisia.
Perajangan.
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses perajangan. Perajangan bahan
simplisia dilakuka untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan.
Tanaman yang baru diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur dalam keadaan utuh selama
1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajan khusus sehingga
diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yangdikehendaki.

Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan, semakin cepat penguapan air, sehingga
mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan
berkurangnya atau hilangnya zat berkhasiat yang mudah menguap. Sehingga mempengaruhi
komposisi bau dan rasa yang diinginkan. Oleh karena itu bahan simplisia seperti temulawak,
temu giring, jahe,kencur dan bahan sejenis lainnya dihindari perajangan yang terlalu tipis untuk
mencegah berkurangnya kadar minyak atsiri. Selama perajangan seharusnya jumlah mikroba
tidak bertambah. Penjemuran sebelum perajangan diperlukan untuk mengurangi pewarnaan
akibat reaksi antara bahan dan logam pisau. Pengeringan dilakukan dengan sinarmatahari selama
satu hari.

Simplisia Menurut Depkes (1985), paa umumnya pembuatan simplisia melalu tahapan-tahapan
sebagai berikut :

1. Pengumpulan bahan baku


Kualitas bahan baku simplisia sangat dipengaruhi beberapa faktor, seperti:umur tumbuhan atau
bagian tumbuhan pada waktu panen, bagiantumbuhan, waktu panen dan lingkungan tempat
tumbuh.
2. Sortasi basah.
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahanasing lainnya setelah
dilakukan pencucian dan perajangan.
3. Pencucian
Dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran lainnya yangmelekat pada bahan
simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih.
4. Perajangan
Beberapa jenis bahna simplisia tertentu ada yang memerlukan proses perajangan. Perajangan
bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan, pengepakan dan
penggilingan.
5. Pengeringan
Mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpandalam waktu yang
lebih lama. Dengan mengurangi kadar air danmenghentikan reaksi enzimatik akan dicegah
penurunan mutu atau perusakan simplisia.
6. Sortasi kering
Tujuannya untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagianbagiantanaman yang tidak
diinginkan dan pengotoran-pengotoran lain yangmasih ada dan tertinggal pada simplisia keri
7. Pengepakan.
8. Penyimpanan dan pemeriksaan mutu simplisia.
Untuk penggunaan bahan tambahan seperti pengawet, serbuk dengan bahan baku simplisia
dilarang ditambahkan bahan pengawet. Wadah dan penyimpanan untuk serbuk simplisia ialah
dalam wadah tertutup baik; disimpan pada suhu kamar, ditempat kering dan terlindung dari sinar
matahari (DepKes RI, 1994)

Parameter Simplisia yang baik sesuai MMI dan Farmako herbal


1. Parameter mutu bahan :
a. Kebenaran bahan (identifikasi makroskopik)
Identitas simplisia yang akan digunakan perlu ditetapkan dengan uji pendahuluan, antara
lain uji organoleptik, uji makroskopik, uji mikroskopik dan uji histokimia. Uji organoleptik
dilakukan dengan mengidentifikasi bau dan rasa simplisia. Uji makroskopik dapat dilakukan
secara langsung atau dengan kaca pembesar untuk mengamati morfologi, ukuran dan warna
simplisia. Pengamatan dengan perbesaran tertentu untuk mengamati bagian mikroskopik dapat
dilakukan untuk mengamati jaringan atau anatomi khusus dari simplisia. Uji histokimia dapat
mengidentifikasi kandungan zat yang terdapat dalam jaringan tanaman dengan metode kimia
spesifik yang akan memberikan perubahan warna sehingga mudah terdeteksi.
b. Kemurnian (penetapan kadar dan cemaran).
Penetapan kemurnian suatu simplisia dapat dilakukan dapat dilakukan dengan
menetapkan parameter non spesifik seperti penetapan kadar abu, cemaran mikroba dan
aflatoksin, cemaran logam berat serta cemaran residu pestisida dari simplisia.

c. Stabilitas (wadah dan kondisi penyimpanan)


Stabilitas dari suatu bahan baku simplisia berkaitan dengan kualitas dan kuantittas
kandungan senyawa dalam simplisia selama kondisi penyimpanan, yang dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti panas/suhu, udara dan kelembapan, cahaya, keberadaan logam berat serta
derajat keasamaan simplisia.

Parameter standardisasi simplisia non spesifik


1. Penetapan kadar air
Penetapan ini dilakukan untuk menentukan jumlah kandungan air yang terdapat dalam simplisia .
dapat dilakukan dengan cara titrasi, gravimetri dan destilasi.

2. Penetapan susut pengeringan


Susut pengeringan adalah pengukuran sisa zat pad temperatur 105 oC selama 30 menit atau
sampai berat konstan, yang dinyatakan dalam prosentase. Pada penetapan ini, bahan-bahan yang
mudah menguap, seperti minyak atsiri dan alkohol, akan hilang bersama dengan uap air. Apabila
bahan simplisia tidak hanya air, maka besarnya akan sama dengan kadr air simplisia. Susut
pengeringan memberikan batasan rentang dari besarnya senyawa yang hilang saat pengeringan.

3. Penetapan cemaran logam berat


Penetapan logam berat dalam simplisia penting dilakukan untuk menjamin keamanan dari bahan
baku simplisia yang akan digunakan. Terdapat batasan tertentu atas jumlah maksimal logam
berat yang diperbolehkan ada dalam simplisia dan dinyatakan aman.
4. Penetapan cemaran mikroba dan aflatoksin
Simplisia memerlukan penetapan angka cemaran mikroba yang terkandung di dalamnya sebelum
digunakan sebagai bahan baku/sampel. Dengan melakukan penetapan angka mikroba melalui
metode uji angka lempeng total, uji angka kapang dan kahir, most probably number (MPN), uji
mikroba patogen dan uji aflatoksin. Uji angka lempeng total mengkuantifika jumlah mikroba
total yang terdapat dalam sampel simplisia, dengan batasan maksimalnya 10 juta CFU/gram.
Sementara MPN hanya menunjukkan jumlah bakteri coliform yang terdapat dalam sampel.
Simplisia disyaratkan tidak memiliki kandungan mikroba patogen, sehingga akan menunjukkan
hasil negatif pada uji mikroba patogen. Cemaran kapang dan khamir pada simplisia memiliki
batasan 10.000 CFU/gram, dengan cemaran aflatoksin dari Aspergillus flavus maksimal 30 bpj.

5. Penetapan kadar abu total.


Kadar abu dalam simplisia menunjukkan kandungan mineral organik dan anorganik dalam
simplisia yang telah dipanaskan pada temperatr tertentu sehingga kandungan oragniknya telah
terdestruksi. Kadar abu ini dapat digunakan untuk menetapkan tingkat pengotoran simplisia oleh
kandungan logam-logan dan silikat.

6. Penetapan kadar abu tidak larut asam.


Kadar abu tidak larut asam menunjukkan kandungan silikat dalam sampel simplisia.

7. Penetapan cemaran residu pestisida.


Penggunaan pestisida dalam membudidayakan tanaman dapat meninggalkan sejumlah tertentu
cemaran pestisida yang masuk ke dalam tanaman. Akumulasi residu ini pada bagian tanaman
dapat ikut masuk ke dalam produk dan tubuh manusia sehingga berakibat merugikan kesehatan.
Penetapan cemaran residu pestisida dilakukan untuk menetapkan keamanan dari bahan simplisia
yang digunakan. Contoh residu pestisida yang umum ditemukan ialah organoklorin dan
organofosfat. Penetapan ini dapat dilakukan dengan spektrofotometri, kromatografi gas dan
kromatografi lapis tipis.
Parameter standardisasi simplisia spesifik
1. Penetapan kandungan senyawa spesifik
Kadar zat aktif atau kandungan lainnya dalam suatu simplisia dapat ditentukan langsung salah
satunya dengan metode kromatografi. Parameter ini spesifik tergantung pada jenis kandungan
yang ada dalam simplisia yang dianalisis.

2. Analisis mikroskopik
Analisis mikroskopik menunjukkan ciri khas anatomi dari suatu simplisia dengan mengamati
bagian spesifik mikroskopiknya, seperti stomata dan bagian sel lainnya.

3. Analisis makroskopik
Analisis makroskopik menunjukkan ciri khas morfologi luar dari suatu simplisia, seperti warna,
bau, maupun bentuk simplisia.

4. Penetapan pola kromatografi


Untuk simplisia yang belum ditentukan kandungan senyawa spesifiknya, dapat dianalisis terlebih
dahulu dengan prfil kromatografinya. Penetapan pola kromatografi secara spesifik akan
mengidentifikasi kandungan senyawa simplisia untuk selanjutnya dikuantifikasi.

5. Penetapan sari larut air/alcohol


Penetapan sari ini dilakukan untuk menentukan jumlah kandungan yang dapat tersari dengan
menggunakan pelarut tertentu, misalnya air dan alkohol. Jumlah yang tersari akan ditunjukkan
dengan persen rendemen senyawa berkaitan dengan kelarurtannya dalam pelarut yang
digunakan.

Anda mungkin juga menyukai