Contoh Tesis Kualitatif PDF
Contoh Tesis Kualitatif PDF
Tesis
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Sarjana S-2
Diajukan oleh
Rahmi Nurhayati Ningsih
15/387183/PEK/20733
Kepada
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2017
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini saya, menyatakan bahwa tesis/ karya
tulis mandiri dengan judul:
dan diajukan untuk diuji pada tanggal April 2017 adalah hasil karya saya.
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam tesis ini tidak
terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara
menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang
menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya
akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan atau tidak terdapat bagian atau
keseluruhan tulisan yang saya salin, tiru, atau yang saya ambil dari tulisan orang
lain tanpa memberikan pengakuan pada penulis aslinya.
Apabila saya melakukan hal tersebut di atas, baik sengaja atau tidak,
dengan ini saya menyatakan menarik tesis yang saya ajukan sebagai hasil tulisan
saya sendiri. Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan
menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri,
berarti gelar dan ijazah yang telah diberikan oleh universitas batal saya terima.
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena hanya atas
Indonesia Tbk Yogyakarta”, sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Master
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan
1. Sari Sitalaksmi, M.Mgt., Ph.D., selaku dosen pembimbing yang telah dengan
2. Kedua orang tua, kedua adik, dan keluarga besar yang telah memberikan doa,
dan Ibu Emy serta Pak Ismail selaku staf manajemen SDM di Telkom
Yogyakarta. Terima kasih atas semua bantuan dan dukungan yang telah
diberikan.
ii
4. Segenap dosen dan karyawan Program Studi Magister Manajemen
studi berlangsung.
Nivo, Fajar, Ito, Rendi yang memberikan bantuan, dukungan, dan semangat.
7. Semua pihak yang telah memberikan doa, bantuan, dan dukungannya selama
penulis menyelesaikan kuliah dan penulisan tesis yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
perhatian yang telah diberikan. Penulis sangat menyadari bahwa tulisan ini masih
jauh dari sempurna, sehingga penulis sangat terbuka terhadap saran dan kritik
iii
DAFTAR ISI
INTISARI............................................................................................................... ix
ABSTRACT ............................................................................................................ x
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
iv
METODA PENELITIAN ..................................................................................... 34
4. 2. 2. Kestabilan finansial................................................................................... 55
v
4. 2. 7. Pasangan yang juga bekerja ..................................................................... 62
4. 2. 10. Efek negatif umur terhadap kinerja yang semakin besar ................... 69
SIMPULAN .......................................................................................................... 87
5. 1. Simpulan ................................................................................................. 87
5. 2. Implikasi ................................................................................................. 88
5. 3. Keterbatasan ........................................................................................... 89
5. 4. Saran ....................................................................................................... 89
LAMPIRAN .......................................................................................................... 97
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
INTISARI
Kata kunci : Pensiun dini, Anteseden, Faktor pendorong pensiun dini, faktor
penghambat pensiun dini
ix
ABSTRACT
x
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
perusahaan yang telah mengkaji ulang dan melakukan revisi mengenai strategi
(perampingan) karena ada dua alasan, yaitu mengurangi biaya akibat adanya krisis
1
dini dan buyouts (Zatzick et al., 2009). Pensiun dini (early retirement) merupakan
sebuah cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk memutus hubungan dengan
dengan karyawan.
telah menawarkan pensiun dini kepada 651 karyawan pada tanggal 31 Mei 2016.
Senior Vice President Policy, Government, and Public Affairs Chevron Indonesia,
Yanto Sianipar menyatakan bahwa Chevron sedang mengkaji model bisnis dan
operasi di lapangan sehingga program pensiun dini yang diadakan tidak hanya
karena harga minyak yang sedang rendah (Warta Ekonomi, 2016). Sementara di
PT. Kereta Api Indonesia, pada tahun 2012 terdapat 43 karyawan yang melakukan
pensiun dini dan meningkat sebesar 72 orang pada tahun 2013 (Setiowati, 2014).
PT Pertamina bahkan telah mengeluarkan program pensiun dini pada tahun 2006
(Kartika, 2007).
Tbk atau yang lebih sering disebut dengan Telkom. Telkom merupakan satu–
Sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang teknologi, tidak asing bagi
2
Salah satu perubahan yang terjadi di Telkom adalah akibat kemajuan teknologi
sehingga tugas atau kewajiban dari tenaga kerja manusia menjadi berkurang.
yang padat karya, tetapi berubah menjadi perusahaan yang padat teknologi. Hal
ini mengakibatkan adanya penawaran pensiun dini dari Telkom bagi para
Program pensiun dini ini sudah dimulai sejak tahun 1995 secara bertahap
Pada periode tahun 2002 sampai dengan 2009, terdapat kurang lebih 12
ribu karyawan yang telah mengambil program pensiun dini (Telkom, 2016).
Karyawan yang ingin melakukan pensiun dini harus mendaftar terlebih dahulu
untuk kemudian diseleksi dan diambil yang memenuhi syarat. Dalam rangka
Pensiun Dini Nasional (KPDN) dan Komisi Pensiun Dini Area (KPDA). Program
3
atas 48 tahun. Program ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan jumlah optimum
memberikan konseling, selain dana kompensasi dan fasilitas bagi karyawan yang
sejumlah faktor untuk mengikuti program tersebut. Faktor ini merupakan alasan
yang mendasari karyawan untuk memilih mengikuti program pensiun dini atau
pensiun dini maka pelaksanaan proses program pensiun dini akan menjadi lebih
lama. Menurut Zatzick et al. (2009), program pensiun dini dapat berjalan kurang
efektif dan berlangsung lama. Dengan adanya kendala seperti itu maka Telkom
pemahaman mengenai pensiun dini dapat diterima oleh karyawan. Zatzick et al.
(2009) juga menyatakan bahwa bagi perusahaan yang melihat karyawan sebagai
aset kunci perusahaan, para manajer harus berhati–hati dalam melakukan eksekusi
sejumlah program downsizing agar proses tersebut dapat dipahami semua orang.
4
Penyampaian maksud dan eksekusi pensiun dini dapat berjalan lebih efektif dan
karyawan.
mengikuti program pensiun dini. Selain faktor yang memengaruhi, pensiun dini
perputaran karyawan secara tidak sukarela dapat menimbulkan status yang tidak
ini, karyawan menjadi lebih yakin untuk mengambil keputusan pensiun dini.
adanya jabatan lain di masa depan yang cemerlang, adanya konseling prapensiun
yang komprehensif, ketersediaan upah yang lebih tinggi, rekan kerja, pasangan
yang juga bekerja, penyakit dan kerusakan fisik secara fungsional, adanya
kematangan rencana pensiun dini, dan umur yang semakin menua sehingga
finansial yang stabil di masa depan maka karyawan akan semakin berkeinginan
5
untuk melakukan pensiun dini. Cho & Huang (2012) mengungkapkan bahwa
untuk individu yang memenuhi syarat atau mendekati memenuhi syarat pensiun,
menurut Hogarth (1988) juga merupakan keputusan ekonomi dasar untuk mencari
mengungkapkan bahwa adanya jabatan di masa yang akan datang juga dapat
karyawan untuk mengambil keputusan pensiun dini. Di sisi lain, level upah juga
berhubungan dengan keputusan untuk pensiun dini. Semakin tinggi upah individu
akan menunjukkan posisi finansial yang lebih baik untuk pensiun dini daripada
Selain faktor yang mendorong pensiun dini, karyawan juga dapat memiliki
beberapa faktor yang mencegah pengambilan pensiun dini. Salah satu faktor
perputaran sukarela karyawan. Bagi individu yang masih muda, pernikahan sering
diasosiasikan dengan tanggung jawab keluarga yang bertambah (Adams & Beerh,
1998). Ketika tanggung jawab tersebut bertambah, individu menjadi lebih percaya
organisasi (Iverson & Buttigieg, 1999). Komitmen karyawan yang tinggi dapat
Finegold et al. (2002), umur merupakan sebuah faktor yang dapat membedakan
6
hal-hal yang dinginkan oleh individu mengenai sebuah pekerjaan dan bagaimana
rendah (Mitchell et al., 2001). Selain itu, seiring bertambahnya umur seseorang,
ketersediaan opsi bekerja menjadi lebih terbatas sehingga dalam hal ini, karyawan
semakin tua umur seorang karyawan maka semakin enggan karyawan tersebut
keluarga yang semakin besar dan ketersediaan lowongan pekerjaan yang semakin
sempit.
Semakin lama masa jabatan seorang karyawan, maka ikatan karyawan dengan
kerja juga memiliki hubungan negatif dengan perputaran karyawan. Rekan kerja
7
karyawan terhadap organisasi sehingga memperbesar kemungkinan karyawan
dengan work interfering with family dan kepuasan kerja sebagai mediator. Tanpa
bekerja dan sebaliknya. Oleh karena itu, dengan adanya dukungan dari pasangan,
pensiun dini belum sepenuhnya dapat dikatakan berjalan dengan sukses. Menurut
wawancara informal dengan peneliti pada bulan September 2016, dengan segala
Telkom masih merasa bahwa program pensiun dini yang telah dicanangkan masih
kurang diminati. Masih banyak karyawan yang enggan mendaftar pensiun dini,
proses restrukturisasi. Oleh karena itu, karyawan yang tidak segera mengambil
keputusan pensiun dini tersebut akan menambah biaya operasional seperti biaya
8
gaji yang seharusnya sudah dapat dipangkas karena adanya pengurangan
karyawan.
1. 2. Rumusan Masalah
Sebagai kompensasi bagi karyawan yang telah lolos dalam program pensiun dini,
masih banyak karyawan yang memenuhi syarat untuk mengikuti program pensiun
dini namun tidak mendaftarkan diri ke dalam program tersebut. Kondisi tersebut
akan memberikan kerugian bagi Telkom karena jumlah sumber daya manusia
yang sesuai kompetensi belum optimal dan pada akhirnya dapat menambah biaya
sehingga proses downsizing menjadi lebih sukses. Oleh karena itu, faktor-faktor
yang mendorong dan menghambat karyawan untuk mengambil pensiun dini perlu
faktor tersebut penting untuk dipahami oleh perusahaan agar program pensiun dini
9
negatif dari karyawan. Semakin perusahaan paham faktor–faktor yang mendasari
sangat minim. Feldman (1994) dan Strandholm et al. (2013) melakukan ulasan
dini juga belum banyak diteliti melalui pendekatan kualitatif. Penelitian lebih
berbagai faktor yang terdapat dalam diri karyawan yang mungkin spesifik untuk
tersebut, penelitian ini akan mengkaji beberapa faktor atau anteseden pensiun dini
pensiun dini.
1. 3. Pertanyaan Penelitian
10
1. Apa faktor yang mendorong karyawan dalam mengambil keputusan untuk
1. 4. Tujuan Penelitian
1. 5. Manfaat Penelitian
Hasil dalam penelitian ini dapat bermanfaat baik manfaat empiris maupun
manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
sehingga kekhawatiran bahwa pensiun dini tidak dapat berjalan efektif dan
11
2. Manfaat Praktis
1. 6. Lingkup Penelitian
1. 7. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam tesis ini dibagi menjadi lima bab bagian
utama, yang memberikan gambaran tentang penulisan tesis dengan rincian sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi mengenai tinjauan pustaka yang berhubungan dengan tema
12
BAB III METODA PENELITIAN
Bab ini memaparkan desain penelitian, jenis data yang diambil, teknik
kasus.
BAB V SIMPULAN
Bab ini merupakan bagian penutup dalam tulisan tesis ini. Isi dari bab ini
13
BAB II
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini, akan diuraikan berbagai literatur yang berhubungan dengan
keputusan pensiun dini. Setelah dijabarkan latar belakang dan rumusan masalah
pada bab sebelumnya, Bab II ini akan mulai membahas tentang hubungan antara
permasalahan yang ada dengan kajian akademis yang terkait. Kajian literatur ini
secara umum, serta jenis perputaran karyawan yang berkaitan dengan pensiun
pensiun dini.
Sumber daya manusia merupakan salah satu aset yang penting bagi semua
kompetensi sebagian besar sumber daya manusia bagi perusahaan yang padat
karya tidaklah terlalu rumit. Akan tetapi, bagi perusahaan yang memiliki inti
bisnis berbasis teknologi, kompetensi sumber daya manusia yang dibutuhkan akan
merupakan salah satu bidang manajemen strategis yang tidak hanya berguna
14
sumber daya manusia harus selaras dengan strategi korporat di sebuah organisasi.
mendahului atau terjadi sebelum perencanaan strategi bisnis dan tidak pula
menjadi proses yang terpisah dari strategi bisnis perusahaan. Idealnya adalah
yang ditekankan oleh organisasi karena berhubungan dengan nilai strategis modal
sumber daya manusia dan biaya pergantian karyawan terutama karyawan yang
berharga (Holtom et al., 2005). Hal tersebut terbukti dengan masih adanya
signifikan atau tidak dan baik dalam jangka waktu yang pendek ataupun panjang
(Mello, 2015). Namun, menurut Mello (2015), perputaran karyawan juga dapat
baru yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan
mendapatkan ide-ide baru agar organisasi dapat selalu berinovasi. Selain itu,
lebih rendah sehingga akan mengurangi biaya gaji. Promosi bagi yang memiliki
kinerja yang tinggi juga dapat lebih dilakukan dengan adanya perputaran
karyawan.
15
Perputaran karyawan telah dirumuskankan oleh beberapa pakar sejak
organisasi yang telah ditinggalkan. Sementara Cascio (1987) dan Huffman et al,
pekerjaan. Definisi yang dipakai dalam penelitian ini mengacu pada definisi
Mobley (1986).
sisi pandangan. McEvoy & Cascio (1987) dan Glebbeek & Bax (2004) membagi
fungsional dan disfungsional. Hal tersebut tergantung pada level kinerja individu
perusahaan, seperti dapat mempekerjakan individu baru yang sudah terlatih, dapat
memperoleh ide–ide segar dari individu tersebut sehingga perusahaan dapat lebih
maju, menurunkan masa jabatan karyawan dan disumsikan ke dalam biaya gaji
16
yang lebih rendah, dan memiliki peluang untuk mempromosikan karyawan yang
Perputaran karyawan yang avoidable dapat disebabkan karena alasan gaji, kondisi
voluntary dan involuntary (Bluedorn, 1978; Shaw, 1998; McElroy et al., 2001).
Dalam penelitian ini, perputaran karyawan yang akan dibahas adalah perputaran
karyawan secara sukarela dan tidak sukarela. Hal ini dikarenakan pensiun dini
merupakan salah satu bentuk perputaran karyawan yang dapat dilihat dari
dimensi, yaitu arah pergerakan (masuk atau keluar) dan inisiator pergerakan
(anggota organisasi atau bukan) (Bluedorn, 1978). Individu yang masuk atau
menjadi anggota dalam organisasi disebut accessions dan individu yang keluar
dari organisasi disebut separations. Sementara pergerakan yang diinisiasi oleh hal
lain disebut involuntary dan pergerakan yang diisiasi oleh anggota organisasi
digunakan dalam penelitian ini karena pensiun dini merupakan salah satu bentuk
perputaran karyawan yang dapat dilihat dari perspektif karyawan baik itu secara
17
1. Perputaran Karyawan Sukarela
kelekatan dengan intensi perputaran karyawan yang terjadi pada wanita lebih
lemah daripada hubungan yang terjadi pada laki-laki. Gardner et al. (2011)
18
2015). Orang yang biasanya melakukan perputaran karyawan secara tidak
sukarela bisa jadi tidak menganggur karena telah mendapatkan pekerjaan baru
diri, kebahagiaan dan harapan hidup. Sementara Shaw et al. (1998) menyatakan
informasi yang lebih baik kepada karyawan untuk mendasari keputusan pelepasan
dengan perusahaan.
penting baik bagi penelitian akademis maupun manfaat praktis dalam bisnis,
yang rendah, dan perubahan teknologi yang cepat sehingga mengantarkan pada
level restrukturisasi yang tinggi (Schneer dan College, 1993). Pensiun dini dapat
karyawan, downsizing termasuk dalam kategori yang lebih luas. Bluedorn (1978)
19
mengungkapkan bahwa downsizing merupakan bagian dari perputaran karyawan
seutuhnya dari pekerjaan sebelum tiba umur pensiun yang memenuhi syarat
perputaran karyawan secara tidak sukarela. Oleh karena itu, pensiun dini dapat
dini secara sukarela yang berarti termasuk dalam perputaran karyawan secara
sukarela. Hal ini dikarenakan beberapa perusahaan tidak dapat serta merta
berhubungan dengan kerja maupun tidak (Feldman, 1994). Oleh karena itu,
individu tersebut. Lingkungan tersebut tidak hanya berasal dari keluarga, kondisi
kerja, teman kerja tetapi juga karakteristik struktural yang berhubungan dengan
20
2.2.2. Faktor yang Memengaruhi Keputusan Pensiun Dini
pengunduran diri juga diketahui merupakan faktor yang relevan dengan pensiun
dini.
keputusan pensiun dini adalah Teori Image. Beach et al. (1988) mengemukakan
1. Self image, yang terdiri atas kepercayaan, nilai yang dianut, etika, dan moral
prinsip.
21
3. Action image, yaitu serangkaian cara yang diusahakan oleh pengambil
dengan kehidupan ataupun karir saat ini. Feldman (1994) menyimpulkan bahwa
terdapat 3 inti dari Teori Image, yaitu memertahankan kestabilan gambaran diri
kembali kontrol masa depan diri sendiri. Ketiga hal tersebut dapat membantu
fokus teori ini terdapat pada bagaimana pengaruh dari bermacam-macam faktor
yang memengaruhi keputusan pensiun dini kepada seorang individu. Oleh karena
itu, identifikasi image seperti apa yang disandang oleh karyawan Telkom perlu
untuk dilakukan.
berhubungan atau mengidentifikasi satu dengan yang lainnya dengan cara yang
22
berbeda. Penelitian mengenai pertukaran sosial berfokus pada bentuk pertukaran
unik yang memiliki akun yang jelas mengenai faktor dan perilaku setiap individu.
identifikasi pertukaran apa yang terjadi antara karyawan dengan Telkom perlu
untuk dilakukan.
daya yang bernilai ekonomis dapat berupa uang, barang, dan pelayanan,
sedangkan sumber daya yang cenderung simbolis dapat berupa perasaan cinta
atau kasih saying, status, dan informasi (Cropanzano dan Mitchell, 2005).
mengorganisir berbagai sumber daya tersebut. Dimensi itu adalah dimensi yang
merujuk pada particularism sumber daya yang berarti tingkat nilai keberhargaan
kekonkretan sumber daya yang berarti mengukur sejauh mana sebuah sumber
23
1. Faktor yang Mendorong Keputusan Untuk Pensiun Dini
keuntungan pensiun demi menjaga standar hidup paska pensiun. Perasaan jenuh,
lelah, dan depresi setelah bekerja bertahun-tahun juga dapat menjadi kontribusi
standar hidup, karyawan ingin memiliki kendali terhadap image yang disandang
b. Kestabilan finansial
menyukai pensiun dini (Feldman, 1994). Walaupun terdapat manfaat dari pensiun
dini yang besar, karyawan terkadang belum memiliki keinginan untuk melakukan
24
Individu dengan kondisi finansial yang stabil dipercaya lebih mampu
untuk menjaga standar hidup baik pada waktu sekarang, sebelum mengambil
memungkinkan karyawan yang lebih tua untuk memiliki kontrol lebih terhadap
kehidupannya.
2013). Ketidakpastian karir masa depan karyawan dalam suatu perusahaan yang
tersebut dengan mengambil pensiun dini dan memilih bekerja di tempat lain yang
melakukan beberapa cara untuk mencapai gambaran diri yang diinginkan di masa
yang akan datang. Salah satu caranya adalah dengan mendapaatkan karir yang
25
pertimbangan kepastian dan keraguan. Program prapensiun yang dilakukan secara
kesejahteraan fisik, dan finansial setelah pensiun. Hal ini dapat mengurangi
prapensiun juga dapat membantu karyawan memelihara gambaran diri atau self
Beerh, 1998). Individu dengan level upah yang semakin tinggi akan menunjukkan
posisi finansial yang lebih baik untuk mengambil program pensiun daripada
individu dengan level upah yang rendah. Dengan level upah yang telah dipandang
tinggi oleh seorang karyawan maka karyawan tersebut akan memiliki gambaran
diri yang juga dipandang lebih baik daripada individu lainnya dan akan
berusahaan untuk memelihara gambaran diri yang telah disandang. Dengan kata
lain, semakin tinggi level upah yang telah didapatkan akan memberikan gambaran
diri yang juga semakin baik. Gambaran diri ini yang ingin didapatkan oleh
26
f. Dukungan rekan kerja
gabungan dan diatur pada waktu yang sama antar rekan kerja (Hogarth, 1988;
Feldman, 1994). Karyawan yang memiliki rekan kerja yang solid cenderung
pensiun dini. Dengan adanya dukungan finansial dari salah satu anggota
pasangan, seorang karyawan sebagai individu telah memiliki gambaran diri dan
keputusan untuk melakukan pensiun dini pasti telah melalui pertimbangan bahwa
Penghasilan dari sepasang suami istri akan menambah kemungkinan untuk dapat
lebih dalam mengambil pensiun dini daripada pasangan yang hanya memiliki satu
sumber penghasilan dari salah satu anggota pasangan. Namun, tidak dijelaskan
bahwa apakah perbedaan status sebagai suami atau istri akan berbeda
pengaruhnya.
27
h. Penyakit dan kerusakan fisik secara fungsional
sebagai sebuah opsi sukarela. Dengan demikian, penyakit dan kerusakan fisik
karyawan memiliki gambaran diri baik pada waktu sekarang maupun di masa
depan. Perencanaan yang matang akan memberikan gambaran yang jelas dan
yang lebih tua untuk dapat melanjutkan pekerjaannya secara efektif dalam sebuah
yang signifikan antara kemampuan pekerja dengan umur lebih tua untuk dapat
28
bekerja secara efektif daripada kemampuan pekerja yang lebih muda. Feldman
mempertahankan gambaran diri atau self image dari kompetensi yang dimiliki
akan menurun seiring dengan menurunnya kinerja dari individu tersebut. Pada
saat-saat tertentu, terdapat kemungkinan akan adanya tekanan dari rekan kerja
terhadap pekerja yang lebih tua untuk mengundurkan diri secara ‘sukarela’ agar
tua, identitas diri sering dikaitkan dengan pekerjaan. Pensiun berarti bahwa
individu tersebut akan kehilangan aktivitas yang berharga seperti semula sehingga
Sonnenfeld (1988) dalam Feldman (1994), bagi karyawan yang sudah lebih tua,
yang akan diterima setelah pensiun dini. Identitas diri juga berhubungan dengan
gambaran diri yang telah diperoleh. Kehilangan identitas diri dapat berarti sebagai
kehilangan gambaran diri. Oleh karena itu, pengunduran diri dapat diartikan
29
Selain terkait dengan gambaran diri, identitas diri juga berkaitan dengan
berarti melepaskan beberapa tugas yang telah dijalani selama sekian tahun
lamanya dan merupakan kesempatan untuk melakukan aktivitas atau hobi baru di
waktu luang serta mempererat hubungan dengan teman atau keluarga. Sonnenfeld
(1988) dalam Feldman (1994) menemukan bahwa proses pengunduran diri dapat
memberikan trauma kepada manajer eksekutif dan manajer puncak terutama yang
memiliki identitas diri yang sangat erat kaitannya dengan pekerjaan dan memiliki
keamanan sosial, pajak yang bertambah, dan biaya hidup yang meningkat tajam
Akumulasi pendapatan yang tidak pasti akan menimbulkan gambaran diri yang
tidak diinginkan baik pada waktu sekarang atau setelah mengambil pensiun dini.
Oleh karena itu, karyawan akan lebih enggan mengambil pensiun dini dalam
30
c. Umur bertambah tetapi kondisi finansial masih belum memuaskan
(Adams & Beerh, 1998). Umur dapat mencegah karyawan untuk melakukan
pensiun dini dengan pertimbangan kondisi finansial yang belum baik dan
gambaran diri yang suudah disandang agar sesuai dengan gambaran diri yang
d. Masa jabatan ketika karyawan sudah memiliki aset emosional dan kecukupan
aset finansial
organisasi (Cho & Huang, 2012). Keadaan finansial akan semakin baik dengan
adanya jabatan atau masa kerja yang semakin lama. Ikatan emosional yang
menjadi minim.
31
e. Kelekatan Organisasional
bahwa semakin tinggi tingkat kelekatan karyawan maka akan semakin kurang
berhubungan antar rekan kerja dan aktivitas kerja serta secara bersama-sama akan
menentukan apakah karyawan ingin tinggal dalam sebuah organisasi atau tidak.
Dengan adanya hubungan antar rekan kerja dan aktivitas kerja yang sesuai, maka
diri. Dengan adanya identitas diri yang telah dimiliki, kesesuaian identitas diri
f. Rekan kerja
pensiun dini, rekan kerja juga diketahui dapat menjadi faktor yang menghambat
keterikatan dengan kegiatan-kegiatan yang bernilai. Di sisi lain, rekan kerja dapat
32
faktor yang telah disebutkan baik yang mendorong maupun menghambat
pensiun dini. Faktor yang mendorong pengambilan pensiun dini yang telah
konseling prapensiun yang komprehensif, level upah yang tinggi, dukungan rekan
kerja, pasangan yang juga bekerja, penyakit dan kerusakan fisik secara fungsional,
adanya kematangan rencana pensiun dini, dan adanya efek negatif umur terhadap
identitas diri individu, ketidakpastian mengenai tren makro ekonomi, umur yang
organisasional, dan rekan kerja juga dapat secara bersama-sama ataupun tidak
faktor yang telah dikaji tersebut akan diidentifikasi sesuai dengan situasi di
Telkom sehingga akan dapat diketahui apa saja faktor yang mendorong dan
33
BAB III
METODA PENELITIAN
3. 1. Desain Penelitian
dan struktur dari proses investigasi yang dibuat sedemikian rupa untuk
(2014), riset kualitatif merupakan sebuah rangkaian teknik yang bertujuan untuk
sosial yang terjadi secara alami. Desain penelitian ini menggunakan desain
pemahaman ide dari masalah yang ditemui selama penelitian berlangsung (Cooper
3. 2. Jenis Data
3. 2. 1. Data Sekunder
yang relevan. Sumber data dapat berasal dari perusahaan yang diteliti yaitu
Telkom, surat kabar, majalah, atau artikel terkait. Sementara data sekunder yang
34
dipergunakan dalam penelitian ini dapat berupa laporan tahunan perusahaan,
profil perusahaan, dokumen atau bentuk artikel lain mengenai program pensiun
3. 2. 2. Data Primer
Berger & Luckmann (1966) dalam Sanberg (2000) mengemukakan bahwa ciri
3. 3. 1. Data Sekunder
atau studi dokumen dan analisis isi atau analisis konten. Studi dokumen
Sementara analisis isi mengukur isi semantik dalam sebuah dokumen atau
mengukur aspek apa yag terdapat dalam sebuah pesan (Cooper & Schindler,
analitis dari analisis isi ini dipengaruhi oleh keputusan yang diambil sebelum
pengumpulan data.
35
3. 3. 2. Data Primer
data utama dalam metode kualitatif (Cooper & Schindler, 2014). Menurut Kvale
kondisi kemanusiaan.
yang pada umumnya dimulai dengan beberapa pertanyaan yang spesifik kemudian
36
tentang: “bagaimana pemahaman karyawan mengenai kebijakan pensiun dini dan
ekspektasinya tentang kebijakan tersebut?” serta “apa saja faktor yang sekiranya
kebijakan pensiun dini di Telkom, dan pengurus serikat karyawan atau sekar.
pensiun dini dan sudah mengajukan atau yang belum mengajukan diri untuk
banyak mengenai kebijakan pensiun dini, sedangkan anggota sekar dipilih yang
merupakan pengurus dan memahami fungsi sekar dalam kebijakan pensiun dini.
Menurut Kvale (2007), dalam penelitian kualitatif, jumlah sampel bisa dalam
jumlah sedikit atau banyak tergantung pada tujuan penelitian. Jumlah sampel
3. 4. Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah karyawan Telkom yang telah memenuhi
syarat melakukan pensiun dini dan pengambil kebijakan sebagai pihak yang
37
1. Telah memenuhi syarat melakukan pensiun dini
pensiun dini
Telkom
Sementara itu, kriteria bagi pengambil kebijakan dan wakil dari serikat
pensiun dini. Hal ini dilakukan agar pengambil kebijakan dan wakil
3. 5. Tahapan Penelitian
penelitian. Tahapan wawancara penelitian menurut Kvale (2007) ada tujuh, yaitu:
38
1. Thematizing atau penemaan, yaitu merumuskan tujuan dari wawancara dan
3. 6. Instrumen Penelitian
peneliti untuk mengumpulkan data. Protokol wawancara ini tidak hanya berisi
satu rangkaian pertanyaan yang diajukan kepada objek penelitian, tetapi juga
39
pewawancara dan objek penelitian. Rangkaian pertanyaan yang diajukan berisi
pemahaman singkat tentang pensiun dini, dan faktor-faktor yang mendorong atau
diperhatikan (Jacob dan Furgerson, 2012), seperti memilih topik penelitian yang
dasar yang mudah untuk dijawab sebelum beralih ke pertanyaan yang lebih sulit,
dan meminta penjelasan kembali saat wawancara mengenai suatu hal yang belum
dimengerti.
oleh beberapa peneliti kualitatif merupakan sesuatu yang sangat ‘berat’. Istilah
layak dipercaya, dan sebagainya. Dengan segala macam bentuk proses wawancara
40
dan analisisnya serta perbedaan konsep epistemologis yang terlibat, tidak ada
(Kvale, 2007).
Menurut Kvale (2007), analisis wawancara dimulai pada awal proses wawancara,
41
mengelompokkan karyawan ke dalam beberapa grup berdasarkan masing-
2. Tahap kedua analisis data yang dilakukan adalah penulis membaca kembali
3. Dalam tahap ini, penulis menganalisa kembali semua transkrip dalam rangka
simultan dengan fokus pada apa yang responden pahami mengenai pensiun
silang dengan teori yang sudah ada untuk mencari kemungkinan penafsiran
lain dari transkrip sampai benar-benar yakin bahwa sudah tidak ada
kemungkinan lain.
Pada dasarnya, analisis data dimulai dengan cara menraskrip seluruh hasil
wawancara atau catatan lainnya. Transkrip yang sudah jadi kemudian dibaca
42
khususnya yang sesuai dengan literatur yang telah dijabarkan sebelumnya atau
3. 9. Profil Kasus
kabel tidak bergerak dan telepon nirkabel tidak bergerak, komunikasi seluler,
layanan jaringan, interkoneksi, dan layanan internet serta komunikasi data. Selain
dan misi lead indonesian digital innovation and globalization. Dengan visi dan
misi tersebut, Telkom Indonesia juga memiliki budaya perusahaan yang sering
disebut sebagai the telkom way. Perusahaan yang memiliki kepercayaan dasar atau
basic belief ‘always the best’ ini juga memiliki nilai inti atau core values ‘solid,
speed, smart’. Sementara itu, untuk key behaviours, Telkom Indonesia memiliki
43
atau nilai yang tinggi, percepatan ekspansi internasional, transformasi biaya,
Telecommunication
Indonesia. Dalam hal ini, Telkom melayani sambungan telepon kabel tidak
interkoneksi, serta telepon seluler yang dilayani oleh anak perusahaan Telkomsel.
segmen pasar, mulai dari pelanggan individu, Usaha Kecil dan Menengah (UKM),
Information
dari layanan informasi ini adalah merupakan layanan yang terintegrasi bagi
44
kemudahan proses kerja dan transaksi. Layanan ini mencakup Value Added
Media
Selain layanan informasi, layanan media juga merupakan salah satu model
bisnis Telkom yang dikembangkan sebagai bagian dari New Economy Business
(NEB). Layanan media ini menawarkan Free To Air (FTA) dan Pay TV untuk
Edutainment
Dalam layanan edutainment, layanan ini merupakan salah satu layanan
andalan dalam model bisnis New Economy Business (NEB) Telkom yang
beragam layanan seperti Ring Back Tone (RBT), SMS Content, dan portal.
Services
Model bisnis services merupakan salah satu model bisnis Telkom yang
Telekomunikasi Indonesia International (Telin), PT. Telkom Metra dan PT. Daya
45
telekomunikasi dan membangun sinergi di antara keseluruhan produk, layanan,
depan;
Capital;
c. Pedoman strategis bagi setiap pengelola Human Capital di Telkom Group; dan
d. Perencanaan strategis tenaga kerja dalam jangka waktu lima tahun ke depan
produktivitas karyawan yang ingin dicapai dalam kurun waktu lima tahun ke
depan;
sebagai mitra strategis korporasi dalam upaya mencapai tujuan bisnis yang telah
mengandalkan prinsip sinergi dan optimalisasi sumber daya internal yang tersedia
46
dengan portofolio usaha yang semakin fokus pada bisnis digital TIMES. Telkom
juga berusaha untuk meningkatkan sinergi dan efsiensi kepada seluruh entitas
anak Telkom Group, dan terus menanamkan penerapan nilai-nilai inti Perusahaan
Telkom memiliki program Pensiun Dini (Pendi). Program ini sejalan dengan
beberapa tahun. Human Capital Master Plan yang terakhir merupakan Program
persyaratan tertentu terkait pendidikan, usia, jabatan dan kinerja. Definisi pensiun
dini dalam Telkom adalah pemutusan hubungan kerja atau pemberhentian dengan
13.414 karyawan yang mengikuti program pensiun dini. Sementara itu, selang
satu tahun kemudian atau dari Januari 2012 sampai 31 Desember 2012,
perusahaan telah mengalokasikan dana sebesar Rp0,3 trilyun untuk 781 karyawan
yang mengikuti pensiun dini dan efektif dilaksanakan pada tanggal 1 Februari
2013. Namun pada tahun 2013 dan tahun 2014, Telkom tidak mengalokasikan
dana untuk pensiun dini sehingga tidak ada program pensiun dini selama dua
47
tahun tersebut. Program pensiun dini ada lagi pada tahun 2015 dengan alokasi
dana sebesar Rp683 miliar untuk 576 karyawan yang berpartisipasi dalam
program pensiun dini. Angka tersebut menurun dari program pensiun dini
menurunnya angka karyawan yang mengikuti pensiun dini juga dapat disebabkan
oleh kurangnya ketertarikan karyawan mengenai pensiun dini. Oleh sebab itu,
48
BAB IV
orang yang divariasi berdasarkan umur, jenis kelamin, dan jumlah orang yang
hanya 1 orang dan wakil dari serikat karyawan berjumlah 2 orang. Total informan
dalam penelitian ini berjumlah 13 orang. Dalam analisis ini, penulis menemukan
4. 1. Pengumpulan Data
Januari 2017 sampai dengan tanggal 27 Februari 2017. Semua tempat pelaksanaan
terstruktur dengan menanyakan hal yang umum pada mulanya kemudian berlanjut
dengan 53 tahun karena yang menjadi sasaran pensiun dini Telkom. Daftar yang
telah diberikan kemudian dipilih berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh penulis
49
dan disesuaikan dengan rekomendasi staf SDM terkait jadwal dan kemudahan
pensiun dini serta berdasarkan rekomendasi dari staf SDM atau pihak terkait.
sebagai berikut:
50
Tabel 4.1 tersebut menunjukkan keragaman informan yang diambil oleh
jam untuk menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh penulis. Usia dipilih
berdasarkan umur yang paling rendah dan paling tinggi yang menjadi sasaran
orang dan jumlah tanggungan yang paling sedikit, yaitu 2 orang. Pemilihan jenis
pensiun dini dapat terbagi menjadi dua, yaitu faktor yang mendorong dan
sejumlah karyawan.
karyawan mengambil pensiun dini (Feldman, 1994). Hal tersebut disebabkan oleh
tidak terjadi pada karyawan Telkom. Pernyataan yang sama diungkapkan oleh
51
Ketidakjenuhan atau ketidaklelahan karyawan Telkom dalam bekerja
merupakan salah satu perusahaan milik Negara yang cukup besar dan merupakan
daerah di Indonesia merupakan suatu hal yang biasa dilakukan. Selain untuk
sendiri. Dengan tidak adanya rasa jenuh meskipun sudah bekerja selama minimal
Sementara itu, karyawan yang memiliki masa kerja paling lama di sebuah
jabatan, seperti yang terjadi pada karyawan 2 dan karyawan 4 juga tidak
keputusan pensiun dini. Hal tersebut dapat dilihat dalam percakapan berikut:
52
(sebelumnya) di Datel. Ya mirip lah pekerjaannya tapi lebih
banyak lagi. Kalau ini spesial, khusus lah.” – KRY 2
“Sebenernya kalau jenuh sih, nggak begitu ya. Nggak begitu sih.
Kalau bosen, nggak nggak begitu bosen karena ya kalau sesuatu
tergantung kita. Saya buat memang nggak begitu jenuh sih. Enjoy.
Saya kan karena emm, saya kebetulan berkaitannya
dengan..kerjanya dengan pelanggan. Dan kalau saya punya
prinsip, kerja ya ibadah gitu.” – KRY 4
diketahui telah berada dalam suatu posisi selama lebih dari 10 tahun. Hal tersebut
dalam rentang waktu 10 tahun tersebut, karyawan tersebut telah pindah posisi
kerja dengan level jabatan yang sama sehingga tidak menimbulkan kejenuhan.
positif yang dimiliki oleh karyawan. Mindset positif ini ditunjukkan oleh beberapa
karyawan telah berada pada suatu level jabatan tertentu dalam kurun waktu
jenuh yang lebih tinggi daripada karyawan lainnya, namun ternyata karyawan
tersebut memiliki pemahaman bahwa bekerja itu harus dengan perasaan bahagia
karena hal tersebut akan berefek pada hasil dari apa yang dikerjakan. Selain itu,
Hal ketiga yang merupakan penyebab tidak adanya rasa jenuh adalah
struktur kerja yang berbasis tim. Bekerja secara tim juga dapat menjadi salah satu
53
berkomunikasi dengan sesama karyawan, saling bertukar pikiran dalam
menyelesaikan tugas, dan saling berbagi rasa jenuh sehingga semangat kerja dapat
timbul kembali.
Hal terakhir yang menjadi penyebab tidak adanya rasa jenuh adalah
adanya beberapa program atau kegiatan dari perusahaan di luar masalah bisnis,
seperti karawitan, hiburan organ, senam kesehatan jasmani, dan beberapa kegiatan
lain yang dilakukan setiap seminggu sekali. Program tersebut dapat dimanfaatkan
oleh karyawan untuk menghilangkan rasa jenuh. Beberapa hal tersebut dapat
kerja yang tinggi lagi untuk dapat bekerja seperti seharusnya dan melupakan
merupakan kejenuhan yang biasa terjadi pada semua karyawan pada umumnya,
sehingga karyawan tidak menjadikan rasa jenuh atau bosan tersebut menjadi
bahwa teman mereka ada yang mengambil pensiun dini karena mengalami
jenuh yang telah hilang dapat menjadikan karyawan lebih menikmati pekerjaan
54
4. 2. 2. Kestabilan finansial
keputusan pensiun dini apabila karyawan merasa bahwa finansial yang didapatkan
sekarang sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan masa depan (Strandholm et al,
2013). Selama karyawan masih memiliki urusan finansial yang ingin dicapai,
maka karyawan cenderung untuk tidak mengambil pensiun dini, termasuk masih
Namun, di sisi lain, kestabilan finansilal juga bisa tidak memiliki pengaruh bagi
karyawan untuk mengambil pensiun dini. Hal tersebut dikarenakan adanya faktor
yang merasa bahwa sekarang ini sudah memiliki kestabilan finansial baik untuk
anggota keluarga, kebutuhan masa depan, maupun cita-cita karyawan yang belum
tercapai. Kepemilikan finansial yang stabil tersebut diperoleh dari adanya sumber
penghasilan lain yang sudah mapan sehingga dapat membantu dalam pemenuhan
tersebut masih enggan untuk mengambil pensiun dini karena merasa akan
“Kalau saya belum, belum, saya bukan karena nilainya ya, bukan
karena nilainya,” – KRY 4
yang sekarang dimiliki dan adanya manfaat pensiun dini yang akan diperoleh
55
pensiun yang sudah dapat dilihat di sistem perusahaan dengan berbagai
program tersebut.
Namun, tidak demikian dengan karyawan Telkom yang berada di usia 49 sampai
Pemikiran ini didasarkan pada umur karyawan yang dirasa sudah tidak akan
diterima di organisasi lain dan kemampuan karyawan yang dirasa akan kalah
jabatan yang ada di organisasi lain walaupun juga ada sebagian yang sudah
beberapa kali gagal mengikuti seleksi promosi di Telkom. Hal tersebut tercermin
56
banyak. Yang pinter-pinter, yang muda-muda, yang sekolahan” –
KRY 3
dapat dipengaruhi oleh beberapa hal. Pertama, sudah adanya kecocokan antara
diri karyawan dengan organisasi Telkom yang sudah diikuti selama beberapa
organisasi lain, pekerjaan baru, kemampuan dan kapabilitas yang dimiliki oleh
seorang karyawan juga dapat menahan karyawan untuk masuk ke organisasi lain.
pekerjaan.
karyawan untuk memahami lebih dalam mengenai pensiun dini sehingga akan
pensiun dini, sehingga karyawan yang tidak mendaftar tidak dapat mengikuti
menolak pensiun dini. Oleh sebab itu, karyawan-karyawan ini tidak tertarik
dengan adanya konseling di Telkom. Selain itu, informasi pensiun dini yang
57
mudah diakses melalui portal khusus bagi karyawan Telkom sudah dapat
meskipun seperti yang telah diutarakan pada sub bagian 4.2.2., bahwa belum ada
mengetahui informasi melalui portal yang disediakan, para karyawan ini sudah
“Tapi kan saya nggak pernah. Karena saya bukan peserta kan
saya nggak pernah ikut. Nggak akan diikutkan lah itu. Nggak akan
dipanggil lah” – KRY 1
keluarga, dan menilai kesiapan karyawan untuk melepaskan diri dari Telkom.
Sementara itu, yang dimaksud dengan adanya konseling yang komprehensif yang
dapat membuat karyawan mengikuti pensiun dini adalah berupa sosialisasi dan
58
konseling di Telkom tidak menarik karyawan untuk mengikuti pensiun dini
pensiun dini di Telkom dapat dilakukan melalui beberapa saluran, seperti intranet,
sosialisasi di aula, video, dan sebagainya. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
yang dilakukan oleh Telkom lebih ke arah sosialisasi yang dapat dibaca atau
karyawan yang berminat dapat lebih mendalami pemahaman pensiun dini secara
Pemahaman secara mandiri ini tentunya bagi yang sudah kurang berminat
informasi pensiun dini kepada karyawan. Karyawan yang sudah tidak berminat
mengikuti pensiun dini kemungkinan besar tidak akan membaca atau mencari
tahu lebih mengenai pensiun dini. Dengan demikian, perusahaan tidak dapat
pensiun dini. Kurangnya informasi bagi karyawan mengenai pensiun dini dapat
perusahaan.
59
4. 2. 5. Level upah yang sudah tinggi
Level upah yang tinggi diketahui dapat menunjukkan posisi finansial yang
(Adams & Beerh, 1998). Dalam hal ini terdapat beberapa karyawan yang merasa
bahwa upah yang didapatkan sudah dirasa memadai untuk mencukupi kebutuhan
keluarga. Insentif finansial tinggi akibat adanya opsi pemutusan hubungan kerja
dapat menjadi alasan tambahan bagi karyawan untuk mengambil pensiun dini.
Namun, posisi upah tersebut tidak serta merta dapat memengaruhi karyawan
mengambil pensiun dini. Hal itu dikarenakan adanya faktor lain yang
terpengaruh mengambil pensiun dini karena adanya level upah yang sudah dirasa
“Hmm kalau saya sih sudah itu sudah cukup lah. Karena selain
bulanan itu kan ada sampingannya juga, setahun itu ada
tambahan dua kali lagi” – KRY 6
“Pengennya ya lebih tinggi yaa. Tapi kalau saya pikir-pikir
dibandingkan yang sudah-sudah ya alhamdulillah. Cukup baik
dari tahun-tahun kemarin lah” – KRY 3
Level upah yang sudah mencukupi juga diungkapkan oleh pengambil
60
Pernyataan yang senada tersebut, menunjukkan bahwa level upah yang
sehingga tidak menimbulkan keluhan. Namun, adanya level upah yang sudah
tinggi tidak mendorong karyawan untuk mengikuti pensiun dini. Faktor lain
seperti adanya kebutuhan atau keinginan yang menjadi cita-cita karyawan dan
mengambil pensiun dini karena adanya ikatan emosional antar rekan kerja dan
hubungan yang solid yang telah terjalin. Namun, bagi karyawan Telkom, rekan
kerja tidak memberikan efek positif terhadap pengambilan pensiun dini. Pensiun
dini dianggap sebagai keputusan pribadi yang tidak tergantung dengan rekan
kerja.
“Saya? Kalau saya tidak. Orang itu harus punya prinsip sendiri-
sendiri. Harus punya prinsip lah itu. Ya kalau ngambil pendi kan
61
pertimbangannya sendiri-sendiri. Kalau saya yo koncone pendi
trus ikut pendi kan enggak bisa seperti itu” – KRY 2
tersebut berarti bahwa tidak semua pendapat rekan kerja berpengaruh dalam
kerja yang berkaitan secara personal dalam mengambil pensiun dini tidak ada atau
pensiun dini dinilai merupakan keputusan personal yang tidak berkaitan dengan
rekan kerja, sekalipun rekan kerja tersebut memiliki kedekatan personal. Selain
itu, adanya perbedaan kebutuhan dan cita-cita antar karyawan semakin membuat
keputusan pensiun dini menjadi keputusan yang tidak dapat dibuat bersama-sama.
finansial yang lebih daripada hanya satu pasangan saja yang bekerja. Namun,
karyawan memiliki pasangan yang tidak bekerja sehingga pendapatan murni dari
62
karyawan tersebut. Dengan demikian, pengaruh pasangan yang juga bekerja ini
tidak memiliki efek terhadap pengambilan keputusan pensiun dini. Sementara itu,
untuk ketiga karyawati, satu orang karyawati sudah tidak memiliki pasangan,
sedangkan dua yang lainnya memiliki pekerjaan. Namun, hal tersebut juga tidak
karena keinginan untuk menyelesaikan masa kerja yang tinggal beberapa tahun,
kedua karyawati ini memiliki alasan masing-masing untuk tetap ingin bekerja,
seperti ingin mempersiapkan masa depan anak dan memiliki kegiatan sosial yang
berikut:
“Yang saya kepengenin? Itu saya bilang tadi. Saya pengen punya
kos-kosan, rumah berapa biji gitu. Bukan berapa biji sih. Saya
mikirnya gini, saya punya tiga anak. Tapi kan orang beda-beda ya.
Kalau saya pribadi, mumpung saya masih kuat, mumpung saya
masih digaji sama perusahaan, nah saya kepengen punya tiga
rumah untuk tiga anak. Gitu loh.” – KRY 3
“Ya kalau itu tadi, cukup dan tidak sebenarnya tergantung dengan
kita. Kebetulan kalau untuk kehidupan rumah tangga mungkin
cukup. Tapi kan kita pengin berbuat baik yang lebih banyak.” –
KRY 5
1994). Namun demikian, tidak semua karyawan merasakan hal seperti itu.
Karyawan yang memiliki istri yang juga bekerja dan masih mampu bekerja, tidak
63
akan begitu saja keluar dari pekerjaannya. Perasaan gengsi, pendapat dari
lingkungan sekitar juga keluarga, dan pemahaman bahwa suami yang seharusnya
jawab utama dalam memperoleh penghasilan. Namun demikian, hal tersebut tidak
berbagai alasan. Salah satu alasannya adalah adanya dukungan dari keluarga
terutama suami apabila istri masih ingin melanjutkan pekerjaannya. Selain itu,
masih adanya semangat kerja yang tinggi dan sudah nyamannya seorang
mematahkan literatur bahwa pasangan yang juga bekerja akan mendorong pensiun
dini.
64
Berikut merupakan cuplikan pernyataan dari karyawan yang tidak
untuk dirinya sendiri maupun untuk keluarganya mengaku bahwa tunjangan yang
poliklinik Telkom yang dirasa telah cukup baik dalam memberikan fasilitas
menggunakan uang pribadi untuk menambah kelas fasilitas dari yang telah
ditetapkan perusahaan merupakan suatu hal yang wajar. Hal tersebut dapat
keluar tersendiri bagi karyawan yang sakit sehingga tidak dapat memenuhi
65
tanggung jawab perusahaan secara optimal. Berikut merupakan pernyataan dari
penyakit:
“Kalau sakit enggak. Sakit itu ada sendiri soalnya, pintunya ada
sendiri. Tapi kemungkinan untuk itu juga nggak papa. Tapi alasan
itu tidak kita pertimbangkan seperti tadi. Misal dia sakit terus
pendi, yaa adalah kebijaksanaan tapi bukan karena sakitnya
sebenarnya. Mungkin dia tidak dapat mengikuti perkembangan
teknologi. Gitu” – PK
“Lain lagi karena pintu keluarnya [bagi karyawan sakit] atau exit
sistemnya itu ada melalui [program] udzur.” - PK
yang dinamakan udzur. Namun, hal tersebut merupakan keputusan dari karyawan
dalam memilih jalur keluar dari organisasi, apakah mau melalui pensiun dini atau
berupa perawatan medis, Telkom juga memiliki program senam setiap seminggu
menderita penyakit.
66
Sementara itu, berkaitan dengan jumlah tunjangan kesehatan yang
menjawab ragu atas pertanyaan yang diberikan mengenai hal tersebut, walaupun
setelah pensiun dini sama dengan tunjangan kesehatan selama menjadi karyawan.
lebih rendah daripada sebelum pensiun dini. Hal tersebut dapat dilihat dalam
percakapan berikut:
tersebut dapat terjadi karena memang karyawan belum ingin melakukan pensiun
dini sehingga informasi seperti itu dirasa belum penting untuk diketahui.
Rencana pensiun dini yang telah terpikirkan dan telah matang dapat
67
1994). Sejauh ini, berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada karyawan
Telkom, hanya ada satu yang memiliki rencana pensiun dini, sisanya masih ingin
kerja sampai pensiun regular atau pensiun murni. Namun, karyawan yang
memiliki rencana juga belum pasti akan mengambil pensiun dini seperti yang
dini.
istri dan anak-anaknya sehingga dengan uang kompensasi pensiun dini yang lebih
besar di awal daripada pensiun reguler dapat dijadikan sarana untuk memenuhi
sehingga pelaksanaan rencana masih belum pasti. Hal ini tercermin dalam
“Nah itu, dari situ mungkin setahun atau setengah tahun dari pensiun
normal, seandainya da, saya milih itu.” – KRY 6
“Yaaa..ya itu tadi, saya mau ini lah, kayak apa ya, kayak..ninggali
anak saya lah gitu. Itu. Makanya kalau saya uang dapet dari situ
umpamanya, uangnya nggak saya gunakan untuk foya-foya
enggak. Karena sekali lagi saya di Solo itu sudah ada rumah, itu
mau dijual. Di Jogja juga ada rumah. Maksud saya ya untuk anak
saya aja itu. Anak saya kebetulan perempuan. Ya nanti
perempuan kan pasti nanti menikah kan? Untuk itu aja. Dan uang
itu misalkan nanti keambil, tidak mengurangi anulah..untuk
menutupi kebutuhan sehari-hari nggak. Nggak untuk itu. Ya untuk
anak-anak aja”. – KRY 6
Belum adanya rencana pensiun diri seorang karyawan dapat terjadi karena
68
saja belum ada, maka rencana pensiun dini hampir dapat dipastikan tidak akan
dapat terdorong secara sukarela untuk mengikuti pensiun dini (Feldman, 1994).
merasa beban kerjanya semakin tinggi atau besar. Beban tersebut dirasa masih
dapat ditanggung dengan beberapa cara yang berbeda, yaitu membagi pekerjaan
kerja.
Adapun pendapat karyawan yang tidak merasa memiliki beban kerja yang
“Ya itu, saya ini mbak. Kalau kerja sih, kalau ngikutin, kadang
dengan teknologi yang ini itu sekarang cepet banget ya mba? Apa
itu..hmm semuanya itu udah ini cepet banget. Ya kalau kita ya kita
ikut-ikutin aja. Toh kita itu kan kalau kerja udah sesuai job. Yang
penting di job kita itu ini..sing penting saya itu juga, saya itu
sebenernya kalau udah dikasih tanggung jawab, saya akan ini gitu
lho. Sebetulnya apa yang saya pegang, biasanya mbak kalau saya
dikasih kerjaan, dikasih tanggung jawab, tulus bener-bener di
itu..Itu opo..nanti jadi bagus gitu lho.” – KRY 4
69
“Hmm ya nek itu enggak. Karena kebetulan kita memang sudah
kerja sama. Telkom juga kan punya anak-anak perusahaan. Nah
itu diperbantukan ke kita yang muda-muda. Dan kita seperti
training mereka mereka itu, ini lho pekerjaannya. Jadi kita share.
Jadi saya nggak pegang sendiri, enggak. Karena dengan
banyaknya pekerjaan saya pegang sendiri seperti ini, saya sabtu
minggu nggak bisa ini. Betul. Saya ajarkan, mereka bisa dapet
fee. Saya bisa stand by dari kantor atau rumah. Sekarang akses
juga gampang kan? Nah itu. Jadi saya nggak merasa berat” –
KRY 6
bahwa beban kerja masih dapat teratasi walaupun sudah berumur, akan
70
tersingkirkan sendiri melalui pensiun dini. Berikut merupakan pernyataan
pengambil kebijakan:
bidang agar dapat lebih produktif. Namun, apabila karyawan sudah merasa
bahwa semuanya tidak dikuasai, karyawan tersebut akan sadar diri untuk
melakukan pensiun dini. Hal itu kemungkinan besar didasari atas perasaan
dini karyawan Telkom. Dalam hal ini, karyawan masih bisa untuk
71
disimpulkan bahwa sejauh ini belum ada faktor yang mendorong
persiapan calon peserta yang dapat menjadi faktor pendorong kepesertaan pada
minat ini harus ditumbuhkan agar karyawan mulai tertarik mengenai program
satunya adalah sosialisasi yang bersifat komprehensif dan aktif. Selama ini,
sosialisasi yang dilakukan hanya secara pasif melalui portal yang disediakan oleh
mengajukan pensiun dini, sehingga karyawan lain yang masih kurang berminat
akan semakin kurang sadar mengenai program pensiun dini. Karyawan memang
kurang efektif karena hanya karyawan yang sudah tertarik mengikuti pensiun dini
interaktif yang diwajibkan bagi semua karyawan yang menjadi target pelaksanaan
pensiun dini untuk dapat mengikuti layanan interaktif tersebut. Dengan demikian,
72
yang masih minim, sosialisasi yang kurang interaktif, dan adanya program-
pensiun dini. Dengan adanya faktor penghambat ini, karyawan akan merasa
enggan untuk mengambil pensiun dini. Beberapa faktor penghambat yang telah
aktivitas berharga yang menjadi identitas diri (Feldman, 1994). Selain itu, nama
besar perusahaan yang juga telah menjadi identitas diri dapat memengaruhi
berdasarkan hasil wawancara, tidak ditemukan adanya pengaruh nama besar tetapi
“Heeh. biar bisa backup, ya sekarang kan mungkin anak saya kan
nanti mungkin ya kerja gitu kan? Masih kerja. Sekarang kan
troublenya kan biasanya kan gitu kan ya, pembantu kan? Jadi kita
73
bisa backup. Tapi ya anak saya bilang, ih ibu ngapain pendi, kita
kan nanti kawin terus ibu nanti mau ngapain, kasian ibu nanti
dirumah sendirian..kan aka mau momong cucumu hehe” – KRY 4
terpengaruh dengan adanya nama besar yang disandang ketika menjadi karyawan.
Namun, perasaan tidak akan memiliki kegiatan yang bermanfaat setelah pensiun
dini membuat karyawan enggan untuk mengambil pensiun dini. Tiga dari sepuluh
kemungkinan besar didasari pada tidak adanya kegiatan lain yang berarti yang
karena suatu alasan yang lebih menarik daripada bekerja. Sedangkan selama ini,
belum ada kegiatan lain yang lebih menarik daripada bekerja sebagai karyawan
Telkom.
pemahaman dan penghargaan kepada karyawan yang berjasa dan bermanfaat bagi
74
masyarakat, walaupun hanya menjadi Ketua RT. Karyawan yang dapat
dari kantor. Dengan adanya anjuran seperti itu, karyawan Telkom diharapkan
tidak hanya dilihat sebagai karyawan yang menyandang nama perusahaan besar,
“Di lingkungan, orang Telkom mau gede rasa, mau GR seperti itu
misalnya ada apa-apa yang dituju dulu ya orang Telkom. Seperti
itu kita sudah fikirkan walaupun tidak secara tertulis, tapi kita
dianjurkan jadi ketua RT, ketua RW gitu ya, jadi BKM masjid.
Seperti itu ya anunya. Dalam artian positif. Kita GR-GR tapi kita
juga bermanfaat di masyarakat. Ada aturannya. Ada kayaknya,
saya nggak tahu. Ada dulu anjuran seperti itu. Bahkan itu sebagai
value added untuk mengisi peran kita di masyarakat. Misalnya kita
ada ikut musabaqoh tilawatil Quran, juara untuk dapet reward.
Kita di masyarakat sebagai apa. Kalau misalkan kita di
masyarakat jadi pengurus masjid situ ada satu poin disitu. Ada
penghargaan apa, kita di masyarakat sebagai apa, sebagai RT,
ada seperti itu”. – PK
tersebut telah berjalan sukses dengan bukti tidak adanya karyawan yang merasa
75
minder ketika harus meninggalkan perusahaan. Namun, upaya lain yang harus
kegiatan yang akan dilakukan oleh karyawan setelah pensiun. Hal tersebut untuk
kemudian hari setelah pensiun. Sisanya berpendapat bahwa hal tersebut mengalir
saja, tidak terlalu difikirkan. Adapun pendapat karyawan mengenai hal tersebut
“Kita mengalir aja lah kalau seperti itu. Tidak terlalu wahh cita-
cita harus punya tabungan segini untuk mengantisipasi.
Enggaklah. Jadi, saya ndak punya lah tabungan banyak itu. Belum
pernah punya lah. Karena apa ya, kalau namanya jadi pegawai itu
kan bisanya yaaa” – KRY 2
76
merupakan seorang karyawati. Sebagai seorang karyawan, pemikiran tersebut
sangatlah wajar karena dia merupakan tulang punggung keluarga yang harus
masa depan juga merupakan hal yang harus diantisipasi atau dipersiapkan.
itu merupakan seorang karyawati single parent yang juga harus memikirkan
ekonomi juga tetap enggan meninggalkan organisasi. Hal ini dikarenakan oleh
tersebut dapat berupa keinginan untuk bekerja sampai masa pensiun reguler tiba
yang lebih besar daripada keinginan untuk mengambil pensiun dini. Hal itu
menjadi faktor mengapa karyawan tidak mengambil pensiun dini walaupun tidak
memuaskan (Adams & Beerh, 1998). Hal ini dapat ditandai dengan adanya
yang selama ini telah diterimanya sudah memadai namun masih berharap dapat
77
meningkat sehingga menimbulkan keinginan untuk tetap bekerja atau setidaknya
depan putra putrinya. Namun pengaruh tersebut antar karyawan bisa saja
kondisi finansial saat ini. Adapun pendapat karyawan yang masih memiliki
“Anak saya kan tiga, nah saya pengen satu lagi tapi belum dapet-
dapet. Itu aja sih yang ada di kepala saya, saya pikir itu. Karena
saya mikir tadi itu gini, minimal untuk inventaris menjelang saya
pensiun. Entah mungkin nanti pendi atau mungkin nanti saya
murni pensiun, nahh saya udah punya tabungan. Walaupun nanti
anak saya tidak mau pakai itu, ya monggo dijual rapopo. Monggo
dijual tapi saya pengennya menyiapkan untuk mereka, gitu.” –
KRY 3
tersebut merupakan kebutuhan murni untuk gambaran diri di masa depan dan
persiapan bagi orang-orang atau keluarga terdekat. Hal tersebut juga tercermin
“Nggak ada yang pak aku belum punya rumah e, nek iki tak nggo
tuku omah. Nggak ada seperti itu. Misalnya ada pun saya kira ya
boleh-boleh aja. Tapi karena nggak ada ya..karena itu tadi, kita
sudah persiapkan karyawan umur segitu itu artinya udah mapan”.
-PK
78
pada pemahaman bahwa anak-anak masih merupakan tanggung jawab orang tua
seperti rumah, tanah, uang, dan sebagainya untuk kehidupan anak-anaknya kelak.
Oleh karena itu, orang tua dalam hal ini karyawan masih ingin bekerja untuk
dikarenakan karyawan merasa bahwa akan mendapatkan finansial yang lebih baik
lagi seiring dengan masa jabatan yang bertambah, apalagi sudah terjalin ikatan
finansial selama masih mampu bekerja, walaupun pada beberapa karyawan sudah
menyadari bahwa promosi sulit dilakukan bagi dirinya. Hal tersebut tercermin
79
tambah kesini tambah bagus. Ya tapi kita tetep berharap Telkom
tetep eksis. Kita sebagai pensiunan kan ikut bangga.”. – KRY 6
mendapatkan gaji yang juga lebih baik. Hal tersebut menjadi salah satu pemikiran
karyawan untuk tetap berada dalam organisasi selama masih dapat mengikuti. Di
sisi lain, walaupun finansial sudah mencukupi, sebagian besar hasil wawancara
menyebutkan bahwa karyawan masih menilai manfaat pensiun dini yang didapat
masih terlalu kecil. Hal tersebut juga dapat menjadi pertimbangan karyawan untuk
tetap berada dalam orgaanisasi, menunggu adanya manfaat pensiun yang lebih
menaarik.
4. 3. 5. Kelekatan organisasi
akhirnya mencegah karyawan melakukan pensiun dini. Dalam hal ini, semua
waktu, tidak terjadi dalam waktu yang lama dan segera terselesaikan. Hal tersebut
biasanya terjadi pada kesesuaian dengan rekan kerja dan pekerjaan. Adapun
80
“Iya, dan memang bagus kok. Ininya bagus. Kan semuanya
tergantung yang ngejalaninya ya. Tapi ininya bagus saya lihat.
Sesuai.” – KRY 5
“Ya konflik secara ini sih ya… Ya konflik itu bercandaan aja sih.
Cuman kalau pekerjaan malah saling mendukung. Ini udah sepuh
banget ini. Sebentar lagi sudah pensiun tapi semangatnya masih
tinggi. Support ke kita.” – KRY 6
menyatakan bahwa selama ini, tidak ada karyawan yang secara tersurat
organisasi kemungkinan juga diakibatkan karena masa jabatan yang sudah lama.
Dengan adanya masa jabatan yang telah lama, karyawan sudah dapat
dan bagi karyawan yang sudah berusia 40 tahun ke atas tersebut tentunya sudah
81
4. 3. 6. Rekan kerja
Selain memiliki efek positif terhadap pensiun dini, rekan kerja juga
memiliki efek negatif terhadap pensiun dini (Feldman, 1994). Efek negatif rekan
kerja dapat terjadi secara langsung ataupun tidak. Secara langsung apabila
memang terdapat rekan kerja yang memberikan saran untuk tidak mengambil
pensiun dini. Namun efek secara tidak langsung adalah apabila mendengar dari
kerja dan pengaruh tersebut merupakan pengaruh negatif, tetapi tidak semuanya
satu orang karyawan memperoleh saran langsung dari rekan kerja yang dimintai
Efek negatif dari rekan kerja yang secara tidak langsung diakibatkan oleh
82
dimaksud adalah ketidakmampuan pengambil pensiun dini tersebut untuk
taraf hidup yang menurun dari sebelum mengambil pensiun dini. Jumlah
pengambil pensiun dini yang gagal tersebut juga tidak sedikit dan yang sukses
dianggap hanya minoritas. Dengan demikian, rekan kerja memiliki efek negatif
Selain adanya efek rekan kerja secara tidak langsung, rekan kerja juga
memberikan efek secara langsung. Hal ini disebabkan karena terkadang juga tidak
ingin melihat karyawan lain yang menjadi rekannya mengalami nasib yang sama
dengan karyawan yang gagal mengambil pensiun dini. Selain itu, sebagai rekan
seorang rekan kerja menyarankan yang terbaik bagi karyawan lain. Kemajuan
Telkom dan kesulitan pekerjaan di tempat lain merupakan salah satu saran terbaik
yang dapat diutarakan oleh rekan kerja. Dengan adanya saran tersebut, karyawan
pensiun dini.
bahwa tidak ada pengaruh mengenai pengambilan pensiun dini sesama karyawan.
“Nggak ada ya. Nggak ada. Kebanyakan siap. Ada yang nggak
siap”.- PK
yang telah mengambil pensiun dini. Hal tersebut tentunya berpengaruh negatif
83
terhadap program pensiun diri karena dapat menimbulkan kurang adanya minat
keluarga, perhitungan uang pesangon pensiun dini yang masih dirasa kurang besar
dan belum memadai, identitas diri sebagai seorang karyawan Telkom, dukungan
keluarga yang masih kurang dalam mengambil pensiun dini, belum adanya
pengaruh rekan kerja yang ditandai dengan adanya semacam ketakutan atau
dalam mengambil pensiun dini. Di sisi lain, Telkom telah mampu memberikan
84
Berdasarkan analisis yang telah dipaparkan di atas, diperoleh hal baru
bahwa ternyata rekan kerja memiliki peran yang cukup kuat dalam menghambat
karyawan untuk mengambil pensiun dini. Peran tersebut bukan secara langsung
melihat bahwa rekan kerjanya yang telah mengambil pensiun dini berubah taraf
hidupnya menjadi kurang baik daripada sebelum mengambil pensiun dini. Hal
walaupun sudah ada rencana kegiatan pasca pensiun yang matang. Sebagian besar
karyawan yang telah mengambil pensiun dini memiliki rencana untuk melakukan
yang sudah terjadwal. Hal tersebut yang dapat menjadi alasan mengapa karyawan
faktor yang paling berpengaruh adalah faktor penghambat pensiun dini. Faktor
Anteseden pensiun dini yang muncul dari penelitian ini tidak semuanya
sama dengan literatur yang telah ada. Beberapa diantara anteseden tersebut sesuai
85
dengan studi literatur yang telah ada, seperti belum adanya kestabilan finansial,
ketersediaan jabatan yang dinilai masih berharga di Telkom, dukungan rekan kerja
yang bersifat negatif, identitas diri sebagai seorang karyawan Telkom, kelekatan
hasil temuan dalam penelitian ini, seperti kurangnya sosialisasi yang interaktif,
Telkom.
86
BAB V
SIMPULAN
5. 1. Simpulan
dini. Faktor tersebut dapat berupa faktor yang mendorong maupun faktor yang
dini dirasa masih kurang besar dan belum memadai, identitas diri sebagai
87
organisasional, ketidakpastian tren makro ekonomi, adanya pengaruh rekan
5. 2. Implikasi
serta simpulan hasil penelitian, beberapa saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut:
keputusan pensiun dini. Hal ini aakan memperkaya berbagai bentuk anteseden
dini, khusunya Telkom adalah perusahaan menjadi lebih tahu apa saja yang
88
5. 3. Keterbatasan
memperbolehkan.
5. 4. Saran
serta simpulan hasil penelitian, beberapa saran yang dapat diberikan adalah
sebagai berikut:
Berdasarkan hasil temuan tersebut, saran yang dapat diberikan kepada organisasi
yaitu:
1. Agar karyawan lebih tertarik mengambil pensiun dini, uang pesangon dapat
lebih ditingkatkan karena selama ini, beberapa karyawan masih merasa bahwa
uang tersebut masih kurang menarik. Selain itu, sosialisasi juga perlu dibenahi
89
pensiun dengan manajemen atau serikat karyawan yang diperuntukkan bagi
2. Rentang umur karyawan yang menjadi target dapat diperlebar di bawah usia
49 tahun. Hal ini dikarenakan usia 49 sampai usia pensiun normal terbilang
dini. Bukan sekedar kesiapan secara lisan dari karyawan. Hal tersebut dapat
dapat terkurangi dan karyawan yang belum mengambil pensiun dini akan
lebih merasa percaya diri apabila dirinya ingin melakukan pensiun dini.
dapat memupuk perasaan ingin mendapatkan posisi yang lebih baik lagi. Hal
semangat kerja dan evaluasi diri. Dengan demikian, karyawan tidak hanya
pensiun dini dan kegiatan yang dapat dilakukan setelah mengikuti pensiun
90
dini. Karyawan yang memang belum berhasil dalam melakukan pensiun dini
kekhawatiran seperti itu. Namun, apabila memang masih ingin bekerja, maka
melalui metoda kuantitaif untuk membandingkan hasil yang telah ada dan
pensiun dini dan target informan dari cabang Telkom lain untuk menghasilkan
91
Daftar Pustaka
Barrick, M.R., Mount, M.K., dan Strauss, J.P. (1994). Antecedents of Involuntary
Turnover Due To A Reduction In Force. Personnel Psychology, Vol.47,
No.3, 515-535.
Beach, L.R., Smith, B., Lundell, J., dan Mitchell, T.R. (1988). Image Theory:
Descriptive Suffiency of A Simple Rule for The Compatibility Test. Journal
of Behavioral Decision Making, Vol.1, No.1, 17-28.
Cooper, D.R., dan Schindler, P.S. (2014). Business Research Methods. Newyork:
McGraw-Hill Education.
Davidson, W.N., Worrell, D.L., dan Fox, J.B. (1996). Early Retirement Programs
and Firm Performance. Academy of Management Journal, Vol. 39, No.4,
970-984.
92
Dess, G.G., dan Shaw, J.D. (2001). Voluntary Turnover, Social Capital, and
Organizational Performance. Academy of Management Review, Vol.26,
No.3, 446–456.
Finegold, D., Mohrman, S., dan Spreitzer, G.M. (2002). Age Effects on The
Predictors of Technical Workers’ Commitment and Willingness to
Turnover. Journal of Organizational Behavior, Vol.23, No.5, 655–674.
Gardner, T.M., Wright, P.M., dan Moynihan, L.M. (2011). The Impact of
Motivation, Empowerment, and Skill-Enhancing Practices on Aggregate
Voluntary Turnover: The Mediating Effect of Collective Affective
Commitment. Personnel Psychology, Vol.64, No.2, 315-350.
Glebbeek, A.C., dan Bax, E.H. (2004). Is High Employee Turnover Really
Harmful? An Empirical Test Using Company Records. Academy of
Management Journal, Vol.47, No.2, 277–286.
Holtom, B.C., Mitchell, T.R., Lee, T.W., dan Inderrieden, E. J. (2005). Shocks As
Causes of Turnover: What They Are and How Organizations Can Manage
Them. Human Resource Management, Vol.44, No.3, 337–352.
Holtom, B.C., Mitchell, T.R., Lee, T.W., dan Eberly, M.B. (2008). Turnover And
Retention Research: A Glance At The Past, A Closer Review Of The
Present, And A Venture Into The Future. Academy of Management
Annals, Vol.2, No.1, 231–274.
Huffman, A.H., Casper, W.J., dan Payne, S.C. (2014). How Does Spouse Career
Support Relate to Employee Turnover? Work Interfering With Family and
Job Satisfaction as Mediators. Journal of Organizational Behavior. Vol. 35,
No.2, 194-212.
93
Iverson, R.D., dan Buttigieg, D.M. (1999). Affective, Normative and Continuance
Commitment: Can The ‘Right Kind’ of Commitment Be Managed? Journal
of Management Studies, Vol. 36, No.3, 307–333.
Jacob, S.A., dan Furgerson, S.P. (2012). Writing Interview Protokols and
Conducting Interviews: Tips for Students New to The Field of Qualitative
Research. The Qualitative Report, Vol. 17, No.6, 1-10.
Kvale, S. (2007). Doing Interviews. Great Britain: The Cromwell Press Ltd.
McElroy, J.C., Morrow, P.C., dan Rude, S.N. (2001). Turnover and
Organizational Performance: A Comparative Analysis of The Effects of
Voluntary, Involuntary, and Reduction-in-Force Turnover. Journal of
Applied Psychology, Vol.86, No.6, 1294-1299.
McEvoy, G.M., dan Cascio, W.F. (1987). Do Good or Poor Performers Leave? A
Meta-Analysis of The Relationship between Performance and Turnover.
Academy of Management Journal, Vol.30, No.4, 144-762.
Mitchell, T.R., Holtom, B.C., Lee, T.W., Sablynski, C.J., dan Erez, M. (2001).
Why People Stay: Using Job Embeddedness to Predict Voluntary Turnover.
Academy of Management Journal, Vol. 44, No. 8, 1102–1121.
94
Schneer, J.A., dan College, R. (1993). Involuntary and Its Psychological
Consequences: A Theoretical Model. Human Resource Management
Review, Vol. 3, No.1, 29-47.
Smith, D.R., Holtom, B.C., dan Mitchell, T.C. (2011). Enhancing Precision In
The Prediction of Voluntary Turnover and Retirement. Journal of
Vocational Behavior, Vol.79, No.1, 290–302.
Strandholm, K., Schatzel, K., dan Callahan, T.. (2013). Inducing Employees to
Leave: A Comparison of Four Severance Options. Human Resource
Management, Vol.52, No.2, 243–262.
Van Breukelen, W., Van Der Vlist, R., dan Steensma, H. (2004). Voluntary
Employee Turnover: Combining Variables from The ‘Traditional’ Turnover
Literature with The Theory of Planned Behavior. Journal of Organizational
Behavior, Vol.25, No.7, 903–914.
95
Warta Ekonomi, (2016), http://wartaekonomi.co.id diakses pada tanggal 14
Oktober 2016.
Zatzick, C., Marks, M., & Iverson, R. (2009). Which Way Should You Downsize
In A Crisis? Sloan Management Review, Vol. 51, No. 1, 79–86.
96
LAMPIRAN
97
Lampiran 1
Protokol Wawancara
Hari/Tanggal : ______________________________________________
Pukul : ______________________________________________
Tempat : ______________________________________________
Situasi : ______________________________________________
Dengan hormat,
Gadjah Mada. Saat ini, saya sedang dalam tahap melakukan penelitian tugas akhir
dini di Telkom. Dalam kesempatan ini, saya memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk
dini melalui wawancara. Wawancara ini bersifat rahasia dan data yang diperoleh
Wawancara ini akan berlangsung kurang lebih satu sampai satu setengah jam
kedepan.
Atas perhatian dan kerja sama Bapak/Ibu, saya mengucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Rahmi Nurhayati N.
98
Informasi Karyawan/Pemimpin Perusahaan:
Nama : _______________________________________________
Jabatan : _______________________________________________
Umur : _______________________________________________
99
Pertanyaan Tujuan Sumber
No Sub-Pertanyaan Penelitian
Penelitian Penelitian Faktor
1. Bagaimana jabatan Saudara di Telkom?
Memuaskan?
2. Apakah jabatan tersebut sudah sesuai yang
Saudara harapkan?
3. Jabatan apa yang ingin Saudara dapatkan
di Telkom?
Ketersediaan
4. Apakah dulu Saudara memiliki target
jabatan masa
tempat bekerja di tempat lain?
depan yang
5. Kalau iya, bagaimana kalau Saudara
cemerlang di
mendapatkan tawaran dari tempat tersebut?
organisasi lain
Mau diambil?
6. Apa Saudara masih mencari pekerjaan lain
selain di Telkom?
7. Bagaimana kalau Saudara mendapatkan
tawaran pekerjaan dengan kompensasi yang
melebihi Telkom?
1. Apa Saudara mengetahui adanya konseling
prapensiun dalam salah satu tahapan program
pensiun dini?
2. Kira-kira bagaimana konseling tersebut
akan berjalan?
3. Apa saja yang akan dibahas dalam
Adanya
konseling tersebut?
konseling
4. Menurut Saudara, apa adanya konseling
prapensiun
membantu calon karyawan yang pensiun
yang
dini? Atau hanya seperti formalitas?
komprehensif
5. Bagaimana seharusnya konseling
prapensiun menurut Saudara?
6. Apa Saudara pernah mendengar cerita
proses konseling dari karyawan lain?
7. Kalau iya,bagaimana tanggapan Saudara
mengenai cerita tersebut?
1. Bagaimana posisi upah dalam jabatan
Saudara sekarang? Sudah termasuk tinggi?
2. Bagaimana perasaan Saudara dengan upah
tersebut? Sudah merasa cukup?
3. Apakah level upah tersebut sudah dapat
Level upah mencukupi kebutuhan keluarga Saudara?
yang tinggi 4. Apa Saudara berkeinginan untuk
mendapatkan lebih?
5. Kalau iya, bagaimana cara Saudara
mendapatkan upah yang lebih?
6. Bagaimana harapan Saudara mengenai
upah yang sekarang?
1. Bagaimana kondisi pertemanan antar
karyawan di Telkom? Individual?
Dukungan
Kekeluargaan?
rekan kerja
2. Adakah rekan kerja yang sudah mengambil
pendi?
100
Pertanyaan Tujuan Sumber
No Sub-Pertanyaan Penelitian
Penelitian Penelitian Faktor
3. Bagaimana kondisi persaingan antar
karyawan di Telkom?
4. Apa Saudara memiliki rekan kerja yang
kompak dan saling memahami dengan
Saudara?
Dukungan
5. Kalau ada, Apa Saudara dan teman
rekan Kerja
Saudara sering berdiskusi? Mengenai apa?
6. Dalam mengambil sebuah keputusan, apa
teman Saudara ikut menyumbang pemikiran?
7. Sejauh mana teman Saudara dapat
memengaruhi Saudara? Sangat tergantung?
1. Apa pasangan Saudara juga bekerja?
2. Kalau iya, apa tujuan pasangan Saudara
bekerja?
3. Bagaimana pengelolaan gaji pasangan
Saudara? Digunakan sendiri atau untuk
keluarga?
Pasangan yang
4. Bagaimana apabila pasangan Saudara
juga bekerja
berhenti bekerja? Apakah masih dapat
memenuhi kebutuhan?
5. Apakah Saudara pernah mendiskusikan
dengan Saudara mengenai hal tersebut?
6. Bagaimana tanggapan pasangan Saudara
apabila harus berhenti bekerja?
1. Apakah Saudara memiliki riwayat penyakit
yang dapat memberikan keterbatasan dalam
bekerja?
2. Kalau iya, bagaimana dampak penyakit
tersebut terhadap keinginan untuk bekerja?
3. Keterbatasan apa yang Saudara miliki?
Penyakit dan 4. Apa yang sudah Saudara lakukan untuk
kerusakan fisik tetap mendapatkan penghasilan walaupun
secara sedang sakit?
fungsional 5. Apakah Saudara hanya mengandalkan
penghasilan dari Telkom walaupun sedang
sakit?
6. Bagaimana perawatan penyakit Saudara?
Ditanggung oleh Telkom?
7. Apakah hal tersebut membantu banyak
dalam pengobatan penyakit Saudara?
1. Mengenai pensiun dini, bagaimana Saudara
menanggapi program tersebut?
2. Bagaimana tanggapan atau kesan terhadap
program pensiun dini?
Adanya 3. Bagaimana tanggapan atau kesan terhadap
kematangan orang yang sudah pensiun? Kasihan?
rencana 4. Bagaimana rencana Saudara setelah
pensiun dini Saudara pensiun?
5. Rencananya, kapan Saudara ingin pensiun
dini?
6. Bagaimana rencana Saudara mengenai
pesangon pensiun dini?
101
Pertanyaan Tujuan Sumber
No Sub-Pertanyaan Penelitian
Penelitian Penelitian Faktor
7. Bagaimana tanggapan keluarga Saudara
Adanya
apabila Saudara mengambil pensiun dini?
kematangan
8. Bagaimana tanggungan keluarga yang
rencana
tetap harus Saudara biayai setelah pensiun
pensiun dini
dini?
1. Menurut Saudara, bagaimana pengaruh
umur terhadap kinerja?
2. Bagaimana beban kerja yang diberikan
kepada Saudara? Dirasa terlalu banyak?
3. Apakah terdapat perbedaan pemberian
beban kerja dulu ketika masih muda dan
.
sekarang?
4. Menurut Saudara, bagaimana seharusnya
Efek negatif
beban kerja yang diberikan kepada karyawan
umur terhadap
yang lebih tua?
kinerja
5. Menurut pengalaman Saudara, bagaimana
kinerja karyawan yang lebih muda? Lebih
baik daripada yang tua?
6. Menurut Saudara, apa saja keunggulan dan
kekurangan karyawan yang lebih tua dari segi
kinerja?
7. Menurut Saudara, bagaimana seharusnya
memperlakukan karyawan yang lebih tua?
1. Menurut Saudara, apakah bekerja di
Telkom merupakan suatu kebanggaan?
Mengapa?
2. Mengapa Saudara memilih Telkom sebagai
tempat bekerja (cita-cita)? Melalui jalur apa?
3. Menurut Saudara, bagaimana kerabat dan
tetangga Saudara memandang Saudara
sebagai karyawan Telkom? Lebih dihargai?
Identitas diri 4. Apabila Saudara pensiun, kira-kira
Apa faktor individu bagaimana tanggapan orang di sekeliling
yang Untuk
Saudara?
mencegah mengidentifikasi
5. Apabila Saudara pensiun dini, apakah
karyawan faktor–faktor
penting memiliki aktivitas lain setelah
dalam yang mencegah
pensiun dini? Mengapa?
2 mengambil karyawan untuk
6. Bagaimana tanggapan atau perasaan
keputusan mengambil
Saudara apabila harus melepaskan image
untuk keputusan
Telkom dalam diri Saudara akibat pensiun
melakukan melakukan
dini?
pensiun pensiun dini.
dini? 1. Menurut Saudara, kapan seseorang
mmemiliki waktu yang tepat untuk pensiun?
Terkait biaya hidup yang semakin mahal
2. Pertimbangan mengenai biaya hidup yang
Ketidakpastian
semakin mahal, adanya krisis, apakah
tren makro
karyawan biasanya memikirkan hal tersebut
ekonomi
sebelum mengambil pensiun dini
3. Apakah pertimbangan seperti itu juga
Saudara pikirkan sebelum mengambil
pensiun dini?
102
Pertanyaan Tujuan Sumber
No Sub-Pertanyaan Penelitian
Penelitian Penelitian Faktor
4. Bagaimana kira-kira ekonomi di Indonesia
Ketidakpastian
ke depannya? Menguntungkan?
tren makro
5. Bagaimana persiapan Saudara mengenai
ekonomi
biaya hidup yang semakin mahal?
1. Apakah pada umur sekarang, Saudara
merasa semua kebutuhan sudah tercukupi?
2. Apakah masih ada harapan yang belum
tercapai?
Umur 3. Bagaimana usaha Saudara dalam mencapai
bertambah harapan tersebut?
dengan 4. Pada umur sekarang, masih banyakkah
finansial yang tanggungan beban keluarga yang belum
belum terpenuhi?
memuaskan 5. Pada umur sekarang, kebutuhan apa yang
paling besar yang masih belum terpenuhi?
6. Mengenai beban biaya setelah pensiun,
bagaimana Saudara mencukupinya?
1. Bagaimana suasana kerja di Telkom?
Menyenangkan?
2. Sejak kapan Saudara merasa nyaman
bekerja di Telkom? Dari awal?
Masa jabatan 3. Apakah terdapat senioritas dalam Telkom?
disertai 4. Apakah masih memungkinkan bagi
kepemilikan Saudara untuk naik jabatan?
aset emosional 5. Jika tidak, mengapa tidak mungkin naik
tetapi belum jabatan?
mencukupi
secara 6. Apa cita-cita Saudara yang belum tercapai?
finansial Berapa persen yang sudah tercapai?
7. Posisi jabatan apa yang Saudara inginkan
sebelum pensiun?
8. Bagaimana usaha Saudara untuk
mendapatkannya?
1. Bagaimana gambaran lingkungan
pekerjaan yang Anda harapkan?
2. Bagaimana menurut Saudara,lingkungan
bekerja di Telkom?
3. Bagaimana pekerjaan yang Saudara
Kelekatan harapkan ketika dulu sebelum bekerja?
organisasional 4. Setelah bekerja di Telkom,bagaimana
pekerjaan yang diberikan?
5. Bagaimana nilai-nilai yang diharapkan
dalam bekerja?
6. Apa perbedaan dengan nilai-nilai yang
dianut Telkom sekarang?
1. Bagaimana ikatan yang sudah Saudara
bangun dengan rekan kerja Saudara?
Rekan kerja
2. Apakah Saudara memiliki teman yang
akrab sekali di tempat kerja?
103
Pertanyaan Tujuan Sumber
No Sub-Pertanyaan Penelitian
Penelitian Penelitian Faktor
3. Bagaimana andil rekan kerja dalam
pengambilan keputusan Saudara?
4. Hal seperti apa yang Saudara bicarakan
dengan rekan kerja Saudara?
Rekan kerja 5. Apabila rekan Saudara mengambil pensiun,
apa Saudara juga tertarik mengambil
pensiun?
6.Adakah rekan kerja Saudara yang
mencegah untuk mengambil pensiun dini?
7.Mengapa demikian?
104
Pertanyaan Tujuan Sumber
No Sub-Pertanyaan Penelitian
Penelitian Penelitian Faktor
Adanya 3. Hal apa saja yang ditanyakan kepada karyawan
konseling dalam konseling prapensiun?
prapensiun
4. Siapa yang bertanggung jawab dan berkuasa
yang
dalam melakukan konseling?
komprehensif
1. Apakah karyawan pernah mengeluh mengenai
level upah yang diberikan?
2. Pada kisaran umur berapa karyawan yang
mengeluh?
Level upah 3. Bagaimana perusahaan menanggapi adanya
yang tinggi protes atau keluhan dari karyawan yang meminta
level upah dinaikkan?
4. Apakah terdapat karyawan yang pensiun dini
karena adanya kompensasi pensiunan yang
diberikan oleh perusahaan?
1. Apakah terdapat karyawan yang melakukan
pensiun dini karena adanya rekan kerja yang juga
mengambil pensiun dini?
2. Bagaimana kondisi persaiingan antar rekan kerja
di Telkom? Apakah pernah terdapat masalah antar
Dukungan
karyawan?
rekan kerja
3. Menurut Saudara, apakah rekan kerja dapat
memengaruhi seorang karyawan mengambil
pensiun dini?
4. Pada usia berapa biasanya karyawan memiliki
rekan kerja yang solid?
1. Selama ini, apakah terdapat karyawan yang
mengambil pensiun dini karena telah memiliki
pasangan yang juga bekerja?
2. Apabila iya, biasanya terjadi pada karyawan
Pasangan
perempuan atau laki-laki?
yang juga
3. Apakah perusahaan mempertimbangkan
bekerja
pasangan karyawan yang bekerja dalam menyeleksi
karyawan yang mengambil pensiun dini?
4. Apabila iya, Mengapa terdapat pertimbangan
tersebut?
1. Selama ini, apakah terdapat karyawan yang
mengambil pensiun dini karena suatu penyakit?
Penyakit dan 2. Penyakit atau kerusakan fisik apa yang biasanya
Kerusakan mengharuskan karyawan mengambil pensiun dini?
fisik secara 3. Apakah perusahaan menanggung penyakit atau
fungsional kerusakan fisik yang diderita oleh karyawan?
4. Penyakit atau kerusakan fisik apa yang biasanya
ditanggung oleh perusahaan?
1. Apakah perusahaan memiliki program khusus
Adanya
untuk perencanaan pensiun dini bagi karyawannya?
kematanagan
2. Bagi karyawan yang mengambil pensiun dini,
rencana
apakah terdapat perbedaan kompensasi?
pensiun dini
Berdasarkan apa?
105
Pertanyaan Tujuan Sumber
No Sub-Pertanyaan Penelitian
Penelitian Penelitian Faktor
3. Pada umur berapa sebaiknya karyawaan
Adanya
telah memikirkan perencanaan pensiun dini?
kematanagan
4. Apakah peerencanaan pensiun dini
rencana
termasuk dalam pertimbangan kelulusan
pensiun dini
konseling pensiun dini?
1. Pada usia berapa biasanya produktivitas
karyawan menurun?
2. Bagaimana cara perusahaan menghadapi
karyawan yang produktivitasnya menurun?
Efek negatif
3. Bagaimana perusahaan menghadapi
umur terhadap
karyawan yang produktivitas menurun tetapi
kinerja yang
belum ingin pensiun dini?
semakin besar
4. Kira-kira berapa persen karyawan yang
memenuhi syarat pensiun dini dan
produktivitasnya telah menurun tetapi belum
ingin mengambil pensiun dini?
1. Bagaimana cara perusahaan mencegah
ketergantungan fasilitas dan nama jabatan
karyawan terhadap perusahaan?
2. Apakah perusahaan menanyakan
mempertimbangkan kegiatan setelah pensiun
Identitas diri bagi karyawan?
individu 3. Apabila iya, apa yang telah dilakukan
perusahaan untuk mengatasi ketakutan
karyawan setelah pensiun dini?
4. Pada usia berapa biasanya karyawan
khawatir mengenai kegiatannya setelah
Untuk pensiun dini?
mengident
1. Apakah perusahaan mempertimbangkan
ifikasi
Apa faktor ketidakpastian makro ekonomi dalam
faktor– kompensasi yang diberikan kepaka karyawan
yang
faktor yang pensiun dini? Misal: biaya hidup naik
menghamba
yang
t karyawan 2. Apabila iya, bagaimana cara perusahaan
mengham Ketidakpastian
dalam agar karyawan tetap dapat memenuhi
bat tren makro
2 mengambil kebutuhan di masa tuanya?
karyawan ekonomi
keputusan 3. Apakah ketidakpastian makro ekonomi
untuk
untuk masuk dalam materi konseling atau persiapan
mengambi
melakukan rencana pensiun?
l
pensiun 4. Kira-kira berapa persen karyawan yang
keputusan
dini? sudah memikirkan hal tersebut?
melakuka
n pensiun 1. Pada usia berapa karyawan yang
dini mengajukan pensiun dini mulai khawatir
mengenai keadaan finansialnya setelah
pensiun dini?
Umur
2. Menurut Saudara, pada usia berapa
bertambah
seharusnya karyawan sudah memiliki
dengan
finansial yang mencukupi sebelum pensiun?
finansial yang
3. Apakah perusahaan akan meloloskan
belum
karyawan yang sudah memenuhi syarat
memuaskan
pensiun dini tetapi terlihat belum memiliki
finansial yang mencukupi?
4. Bagaimana perusahaan mengatasi situasi
tersebut?
106
Pertanyaan Tujuan Sumber
No Sub-Pertanyaan Penelitian
Penelitian Penelitian Faktor
1. Pada masa jabatan berapa tahun karyawan
yang mengajukan pensiun dini mulai khawatir
mengenai keadaan finansialnya yang belum
mencukupi?
Masa jabatan 2. Menurut Saudara, pada rentang masa
disertai jabatan berapa seharusnya karyawan sudah
kepemilikan memiliki finansial yang mencukupi sebelum
aset emosional pensiun?
tetapi belum 3. Apakah terdapat peraturan yang
mencukupi mengharuskan batas minimal dan maksimal
secara masa jabatan karyawan yang ingin
finansial mengambil pensiun dini?
4. Masalah apa yang akan timbul apabila
karyawan sudah lama bekerja di perusahaan
dan memenuhi syarat mengambil pensiun dini
tetapi belum ingin mengambil pensiun dini?
1. Bagaimana cara perusahan untuk
meyakinkan karyawan mengambil pensiun
dini bila karyawan sudah merasa memiliki
kesesuaian individu dengan perusahaan?
2. Bagaimana cara perusahan untuk
meyakinkan karyawan mengambil pensiun
dini bila karyawan sudah merasa memiliki
Kelekatan kesesuaian pekerjaan di perusahaan?
Organisasional 3. Bagaimana cara perusahan untuk
meyakinkan karyawan mengambil pensiun
dini bila karyawan sudah merasa memiliki
kesesuaian diri dengan organisasi
perusahaan?
4. Apakah ketiga hal tersebut menjadi
pertimbangan dalam membuat peraturan
pensiun dini?
1. Menurut Saudara, apakah karyawan
Telkom memiliki ikatan pertemanan yang
kuat?
2. Mengapa demikian?
3. Apakah perusahaan mempertimbangkan
Rekan kerja kepemilikan rekan kerja yang menjadikan
seorang karyawan tidak mengambil pensiun
dini?
4. Bagaimana perusahaan mengatasi
karyawan yang enggan mengambil pensiun
dini karena rekan kerja tidak mengambil?
107