Anda di halaman 1dari 6

TUGAS RUTIN

MK.FILSAFAT
PENDIDIKAN
PRODI S1 PENDIDIKAN
EKONOMI
TUGAS RUTIN
SkorNilai:

NAMA : EMPI AURA KANIA


NIM : 7203341020
MATA KULIAH : FILSAFAT PENDIDIKAN
DOSEN PENGAMPU : LAURENSIA MASRI P,S.Pd,.M.Pd

PROGRAM S-1 PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
OKTOBER 2020
Soal:

1. Berdasarkan pada azas-azas penddikan, terdapat konsep belejar sepanjang hayat.


Bagaimana konsep belajar sepanjang hayat tersebut?
2. Seorang guru sebagai pendidik perlu memahami landasan-landasan Pendidikan
mengapa demikian.
3. Mengapa terjadi penyempurnaan dari KBK ke KTSP lanjut ke K-13, kemudian
dikembangkan dengan model pembelajaran hybrid/blended? Buat alasan serta
rujukannya!
4. Deskripsikan secara luas tetapi ringkas manfaat model pembelajaran hybrid/blended?.

Jawaban :

1. Konsep Belajar Sepanjang Hayat

1. Pengertian Konsep

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia selain berarti rancangan, konsep juga bermakna ide
atau pengertian yang di abtraksikan dari peristiwa-peristiwa konkrit atau gambaran mental dan
obyek proses ataupun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi memahami hal-hal
lain.9

Kata konsep dari bahasa inggris (concept), yang berarti bagan, rencana, gagasan, pandangan,
cita-cita (yang telah ada dalam fikiran).10

Sedangkan menurut Ibrahim Madkur, kata konsep (Inggnis concept) dipadankan dengan istilah
makna kulli (Arab), yang artinya pikiran (gagasan) yang bersifat umum, yang dapat menenima
generalisasi)11 Sedangkan dengan makna-makna tersebut, maka konsep yang dimaksudkan
dalam pengertian ini, ialah sejumlah gagasan, ide-ide, pemikiran, pandangan ataupun teori-teori
yang dalam konteks ini dimaksudkan ialah ide-ide, gagasan, pemikiran tentang belajar sepanjang
hayat.

2. Belajar Sepanjang Hayat

Belajar sepanjang hayat adalah suatu konsep tentang belajar terus menerus dan
berkesinambungan (continuing-learning) dari buaian sampai akhir hayat, sejalan dengan fase-
fase perkembangan pada manusia. Oleh karena setiap fase perkembangan pada masing-masing
individu harus dilalui dengan belajar agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembanganya, maka
belajar itu dimulai dari masa kanak-kanak sampai dewasa dan bahkan masa tua. Bertolak dari
fase-fase perkembangan seperti dikemukakan Havinghurst, berimplikasi kepada keharusan untuk
belajar secara terus menerus sepanjang hayat dan memberi kemudahan kepada para perancang
pendidikan pada setiap jenjang pendidikan untuk:
1. Menentukan arah pendidikan.
2. Menentukan metode atau model belajar anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan tugas
perkembangannya.
3. Menyiapkan materi pembelajaran yang tepat.
4. Menyiapkan pengalaman belajar yang cocok dengan tugas perkembangan itu.12

Dalam hubungannya dengan belajar sepanjang hayat, akan dikemukakan tugas-tugas


perkembangan masa dewasa awal, masa setengah baya dan orang tua, untuk memberikan
pengalaman belajar yang sesuai dalam rangka belajar sepanjang hayat.

Tugas perkembangan tersebut adalah:


a. Tugas perkembangan masa dewasa awal: Memilih pasangan hidup, bertanggung jawab
sebagai warga Negara, dan berupaya mendapatkan kelompok social yang tepat serta menarik.
b. Tugas perkembangan masa setengah baya: Bertanggung jawab social dan menjadi warga
Negara yang baik, mengisi waktu senggang dengan kegiatan-kegiatan tertentu, menyesuaikan
diri dengan perubahan fisik dan pertambahan umur.
c. Tugas perkembangan orang tua: Menyesuaikan din dengan menurunnya kekuatan fisik,
kesehatan dan pendapatan. Menyesuaikan diri dengan keadaan sebagai janda, duda, memenuhi
kewajiban sosial sebagai seorang warga Negara yang baik dan membangun kehidupan fisik yang
memuaskan.

Tugas-tugas perkembangan itu nampaknya disiapkan untuk belajar sepanjang hayat, yang dapat
dilihat dari adanya tugas perkembangan untuk orang dewasa, setengah baya dan untuk masa tua.
Tugas perkembangan ini juga amat berguna bagi pendidikan luar sekolah, di rumah dalam
kehidupan rumah tangga maupun di lembaga-lembaga pendidikan yang ada di masyarakat,
seperti kursus-kursus, perkumpulan sodial, agama, persatuan para lanjut usia dan sebagainya.

Dengan demikian tugas perkembangan yang harus ditempuh melalui belajar, tidak hanya dimulai
dan masa kanak-kanak, tetapi berlanjut sampai masa dewasa dan masa tua. Jelas bahwa belajar
berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan sepanjang kehidupan seseorang.

Dalam perspektif islam, belajar sepanjang hayat ini sebenarnya telah dicanangkan oleh Nabi
SAW ratusan tahun yang silam, dengan sabdanya:
“Carilah ilmu sejak ayunan sampai ke hang lahat (al-hadits)”.14
Selain itu dipahami bahwa belajar itu sepanjang hayat, dijelaskan pula bahwa belajar adalah
suatu kewajiban, sebagaimana sabdanya pula:
“Mencari ilmu pengetahuan adalah wajib atas setiap orang muslim (H.R.Abdi’I Barr)”.15
2.Landasan Pendidikan

Pendidikan merupakan komponen yang sangat penting dalam hidup dan kehidupan manusia.
Gagasan dan pelaksanaan pendidikan selalu dinamis sesuai dengan dinamika manusia dan
masyarakat. Dari dahulu sampai nanti pun pendidikan itu selalu mengalami perkembangan
seiring dengan perkembangan sosial budaya dan perkembangan IPTEK. Pemikiran-pemikiran
yang membawa pembaharuan pendidikan itu disebut aliran-aliran pendidikan. Aliran-aliran ini
harus dipahami oleh setiap calon tenaga kependidikan, terutama calon guru pendidikan di
Sekolah Dasar agar mereka mampu menangkap makna setiap gerak dinamika pemikiran-
pemikiran dalam pendidikan dasar itu sendiri.

Pemahaman itu akan membekali calon guru Pendidikan Sekolah Dasar dengan wawasan
kesejarahan, yakni kemampuan memahami kaitan antara pengalaman-pengalaman masa lampau,
tuntutan dan kebutuhan masa kini, serta perkiraan/antisipasi masa yang datang. Oleh karena itu,
begitu fundamentalnya mempelajari dan memahami landasan filsafat pendidikan dengan
berbagai macam aliran-aliran pendidikan di dalamnya, baik aliran-aliran pendidikan klasik
maupun modern yang dapat memberikan dasar pemikiran dalam pengambilan keputusan,
bertindak dan mengevaluasi kegiatan pendidikan di Sekolah Dasar dengan tepat dan baik.

Landasan filsafat pendidikan bersumber dari pandangan-pandangan dalam perkembangan dunia


pendidikan, menyangkut keyakinan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai,
hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran filsafat
pendidikan yang kita kenal sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme, Perenialisme,
Esensialisme, Pragmatisme dan Progresivisme dan Ekstensialisme.

Landasan filsafat pendidikan merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat
Pendidikan itu sendiri, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakah
pendidikan itu? Mengapa pendidikan itu diperlukan? Apa yang seharusnya menjadi tujuanya,
dsb. Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafah). Filsafat
artinya hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati (Soetriono dan Rita
Hanafi, 2007:20).

Landasan filsafat pendidikan memberi perspektif filosofis terhadap seorang calon


guru/pendidik/ahli pendidikan yang seyogyanya merupakan “kacamata” yang dikenakan dalam
memandang menyikapi serta melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu maka seorang calon
guru/pendidik/ahli pendidikan harus dibentuk bukan hanya mempelajari tentang ilmu
kependidikan, namun perlu memiliki landasan filsafat, sejarah dan teori pendidikan. Sehingga
dapat memadukannya dengan konsep-konsep, prinsip-prinsip serta pendekatan-pendekatan
terhadap kerangka konseptual kependidikan.

Dengan demikian maka landasan filsafat pendidikan harus tercermin didalam semua keputusan,
serta perbuatan pelaksanaan tugas-tugas keguruan, baik instruksional maupun non-instruksional,
atau dengan pendekatan lain, semua keputusan serta perbuatan guru yang dimaksud harus
bersifat dan berlandaskan pendidikan. Akhirnya, sebagai pekerja professional guru dan tenaga
kependidikan harus memperoleh persiapan pra-jabatan guru dan tenaga kependidikan harus
dilandasi oleh seperangkat asumsi filosofis yang pada hakekatnya merupakan penjabaran dari
konsep yang lebih tepat daripada landasan ilmiah pendidikan dan ilmu pendidikan.

3. Penyempurnaan KTSP ke K-13

Pendidikan merupakan komponen yang sangat penting dalam hidup dan kehidupan manusia.
Gagasan dan pelaksanaan pendidikan selalu dinamis sesuai dengan dinamika manusia dan
masyarakat. Dari dahulu sampai nanti pun pendidikan itu selalu mengalami perkembangan
seiring dengan perkembangan sosial budaya dan perkembangan IPTEK. Pemikiran-pemikiran
yang membawa pembaharuan pendidikan itu disebut aliran-aliran pendidikan. Aliran-aliran ini
harus dipahami oleh setiap calon tenaga kependidikan, terutama calon guru pendidikan di
Sekolah Dasar agar mereka mampu menangkap makna setiap gerak dinamika pemikiran-
pemikiran dalam pendidikan dasar itu sendiri.

Pemahaman itu akan membekali calon guru Pendidikan Sekolah Dasar dengan wawasan
kesejarahan, yakni kemampuan memahami kaitan antara pengalaman-pengalaman masa lampau,
tuntutan dan kebutuhan masa kini, serta perkiraan/antisipasi masa yang datang. Oleh karena itu,
begitu fundamentalnya mempelajari dan memahami landasan filsafat pendidikan dengan
berbagai macam aliran-aliran pendidikan di dalamnya, baik aliran-aliran pendidikan klasik
maupun modern yang dapat memberikan dasar pemikiran dalam pengambilan keputusan,
bertindak dan mengevaluasi kegiatan pendidikan di Sekolah Dasar dengan tepat dan baik.

Landasan filsafat pendidikan bersumber dari pandangan-pandangan dalam perkembangan dunia


pendidikan, menyangkut keyakinan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai,
hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan. Aliran filsafat
pendidikan yang kita kenal sampai saat ini adalah Idealisme, Realisme, Perenialisme,
Esensialisme, Pragmatisme dan Progresivisme dan Ekstensialisme.

Landasan filsafat pendidikan merupakan landasan yang berkaitan dengan makna atau hakikat
Pendidikan itu sendiri, yang berusaha menelaah masalah-masalah pokok seperti: Apakah
pendidikan itu? Mengapa pendidikan itu diperlukan? Apa yang seharusnya menjadi tujuanya,
dsb. Landasan filosofis adalah landasan yang berdasarkan atau bersifat filsafat (falsafah). Filsafat
artinya hasrat atau keinginan yang sungguh-sungguh akan kebenaran sejati (Soetriono dan Rita
Hanafi, 2007:20).

Landasan filsafat pendidikan memberi perspektif filosofis terhadap seorang calon


guru/pendidik/ahli pendidikan yang seyogyanya merupakan “kacamata” yang dikenakan dalam
memandang menyikapi serta melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu maka seorang calon
guru/pendidik/ahli pendidikan harus dibentuk bukan hanya mempelajari tentang ilmu
kependidikan, namun perlu memiliki landasan filsafat, sejarah dan teori pendidikan. Sehingga
dapat memadukannya dengan konsep-konsep, prinsip-prinsip serta pendekatan-pendekatan
terhadap kerangka konseptual kependidikan.

Dengan demikian maka landasan filsafat pendidikan harus tercermin didalam semua keputusan,
serta perbuatan pelaksanaan tugas-tugas keguruan, baik instruksional maupun non-instruksional,
atau dengan pendekatan lain, semua keputusan serta perbuatan guru yang dimaksud harus
bersifat dan berlandaskan pendidikan. Akhirnya, sebagai pekerja professional guru dan tenaga
kependidikan harus memperoleh persiapan pra-jabatan guru dan tenaga kependidikan harus
dilandasi oleh seperangkat asumsi filosofis yang pada hakekatnya merupakan penjabaran dari
konsep yang lebih tepat daripada landasan ilmiah pendidikan dan ilmu pendidikan.

4. Manfaat dari penggunaan e-learning dan juga blended learning dalam dunia pendidikan


saat ini adalah e-learning memberikan fleksibilitas dalam memilih waktu dan tempat untuk
mengakses pelajaran. mahasiswa tidak perlu mengadakan perjalanan menuju tempat pelajaran
disampaikan, e-learning bisa dilakukan dari mana saja baik yang memiliki akses ke Internet
ataupun tidak.

E-learning memberikan kesempatan bagi mahasiswa secara mandiri memegang kendali atas
keberhasilan belajar. Pembelajar bebas menentukan kapan akan mulai, kapan akan
menyelesaikan, dan bagian mana dalam satu modul yang ingin dipelajarinya terlebih dulu.
Seandainya, setelah diulang masih ada hal yang belum ia pahami, pembelajar bisa menghubungi
instruktur, nara sumber melalui email, chat atau ikut dialog interaktif pada waktu-waktu tertentu.
Bisa juga membaca hasil diskusi di message board yang tersedia di LMS (Learning Management
System).

Lalu Perguruan Tinggi seperti apa yang cocok melakukan Blended Learning?

1. Kesulitan membuat konten e-learning yang menarik


2. Mempunyai masalah kapasitas dosen dan ruangan
3. Mahasiswa yang waktunya terbatas (karyawan)
4. Literasi Teknologi Dosen dan Mahasiswa cukup bagus
5. Mahasiswa & Dosen Punya koneksi internet yang reliable
6. Biaya penyelengaraan perkuliahan jauh lebih murah

Blended learning memberikan kesempatan yang terbaik untuk belajar dari kelas transisi ke
elearning. Blended learning melibatkan kelas (atau tatap muka) dan belajar online. Metode ini
sangat efektif untuk menambah efisiensi untuk kelas instruksi dan memungkinkan peningkatan
diskusi atau meninjau informasi di luar ruang kelas.

Daftar Pustaka :
https://sevima.com/pengertian-dan-manfaat-model-pembelajaran-blended-learning/
http://homesciencehealer.blogspot.com/2016/04/inilah-alasan-kurikulum-ktsp-diganti.html
https://pgsd.binus.ac.id/2019/04/16/pentingnya-guru-sd-memahami-landasan-filsafat-pendidikan/

Anda mungkin juga menyukai