Anda di halaman 1dari 69

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat


dan rahmatNya sehubungan dengan terbitnya penuntun praktikum Biokimia
untuk mata kuliah Biomedik 2 yang berisi konten Respirasi,
Gastroenterohepatologi dan Uronefrologi Fakultas Kedokteran UMI.

Dengan perkembangan metode pendidikan dalam ilmu kedokteran


umumnya dan Biokimia pada khususnya, maka penuntun praktikum yang
diterbitkan kali ini merupakan penuntun yang sebagian besar sama dengan
penuntun praktikum sebelumnya hanya saja ada beberapa perbaikan yang
disesuaikan dengan matakuliah Biomedik.

Setiap kegiatan praktikum dalam penuntun praktikum ini


diusahakan sedapat mungkin berhubungan dengan teori yang diberikan
pada kuliah Biokimia Kedokteran, sehingga akan bermanfaat dalam
memahami kuliah yang diberikan.

Mudah-mudahan penuntun ini memberikan manfaat yang sebaik-


baiknya dalam meningkatkan ilmu pengetahuan mahasiswa kedokteran
terutama dibidang Biomedik 1 Respirasi, Gastroenterohepatologi dan
Uronefrologi.

Makassar, 25 Maret 2018

Penyusun,

Staf Pengajar Bagian Biokimia

Fakultas Kedokteran UMI


VISI & MISI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN UMI

VISI:

“Menjadi program studi dengan penguatan utama kedokteran


komunitas yang menghasilkan dokter yang bermutu, bermartabat,
dijiwai nilai-nilai Islam, untuk mengabdi kepada kemanusiaan demi
kepentingan umat, bangsa dan negara menuju World Class University”

MISI:

1) Menyelenggarakan program pendidikan kedokteran dengan

penguatan kedokteran komunitas yang bermutu dan bercirikan

keislaman.

2) Menyelenggarakan program penelitian kedokteran yang berkualitas

dan terpublikasi nasional maupun internasional.

3) Melakukan pengabdian masyarakat di bidang kesehatan demi

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat sekaligus menjalankan

fungsi dakwah.

4) Meningkatkan kesejahteraan sumber daya manusia yang berbasis

kinerja

5) Melakukan pengembangan program studi pendidikan dokter dan

kerjasama menuju world class university.


PETUNJUK UMUM PRAKTIKUM BIOKIMIA

1. Bacalah Penuntun Praktikum Biokimia dengan seksama sebelum mengikuti


kegiatan praktikum, untuk memahami petunjuk umum, tujuan dan cara kerja
setiap percobaan yang akan dilakukan
2. Datang 10 menit sebelum praktikum dimulai
3. Mahasiswa wajib menggunakan jas praktikum dilengkapi dengan papan nama
4. Duduklah bersama teman kelompok yang sudah ditentukan sebelumnya dan
setiap kelompok akan dikoordinir oleh seorang ketua kelompok
5. Sebelum kegiatan dimulai instruktur praktikum akan memberikan penjelasan
tentang percobaan-percobaan yang akan dilakukan
6. Selama kegiatan praktikum berlangsung mahasiswa tidak diperkenankan makan
dan minum, keluar masuk laboratorium tanpa izin, membicarakan hal-hal yang
tidak berhubungan dengan praktikum demi efisiensi waktu
7. Berhati-hatilah dalam melaksanakan seluruh percobaan :
- Gunakanlah alat yang disediakan sesuai dengan cara kerja percobaan. Jika
belum memahami penggunaannya mintalah bantuan instruktur
- Jika bahan percobaan berupa bahan yang mudah terbakar (alkohol, eter,
benzene) janganlah bekerja di dekat api
- Segera tutup kembali bahan kimia yang disediakan dalam botol tertutup
untuk menghindari kontaminasi bahan-bahan tersebut
- Jika terpercik/terjadi kontak bahan dengan bahan kimia segera bilas dengan
air sebanyak-banyaknya dan laporkan pada instruktur
- Hindari sedapat mungkin tertumpahnya bahan kimia di meja kerja atau lantai
8. Jika ada hal-hal yang belum dipahami mintalah bantuan instruktur praktikum
9. Setelah melakukan percobaan catatlah hasil yang diperoleh kemudian
diskusikanlah hasil tersebut dengan teman kelompok dan instruktur/asisten
laboratorium
10. Pada akhir kegiatan bersihkanlah semua alat dan meja kerja anda, kemudian
cucilah tangan anda dengan cermat menggunakan sabun
11. Lengkapilah lembar kerja mahasiswa dan kumpulkanlah di ruang asisten
Biokimia 2 hari setelah kegiatan praktikum


TATA TERTIB

1. Datang tepat waktu dan bekerja dengan teliti.


2. Menggunakan baju praktikum.
3. Setiap kelompok memilih 3 jenis materi praktikum yang berbeda.
4. Setiap praktikum disediakan bahan dan alat untuk semua kelompok, masing-
masing kelompok boleh mengambil bahan seperlunya dan tidak
diperkenankan membawa pulang persediaan bahan.
5. Bacalah etiket bahan dengan teliti.
6. Berhati-hatilah dalam menggunakan alat-alat dan bahan-bahan kimia.
7. Alat dan bahan harus diperlakukan secara baik dan bijaksana.
8. Perhatikan kebersihan.
9. Pada saat praktikum tidak boleh meninggalkan ruangan praktikum tanpa ijin
pengawas praktikum.
10. Jangan bersenda gurau dan manfaatkanlah waktu dengan sebaik-baiknya.
11. Selesai praktikum bersihkan alat dan letakkan pada tempat semula.
12. Alat-alat yang hilang/rusak menjadi tanggung jawab kelompok dan harus
diselesaikan secepatnya.
13. Tidak boleh pulang sebelum diijinkan pembimbing praktikum.
14. Laporan praktikum dikumpulkan dan jangan lupa diparaf di dalam lembar
penilaian praktikum oleh pembimbing praktikum.
15. Bekerja sama dengan baik antar sesama anggota praktikum dalam 1
kelompok.
16. Laporan:
a. Nama
b. NIM
c. Kelompok
d. Tanggal praktikum
e. Judul percobaan
f. Tujuan dan teknik percobaan
g. Bahan dan alat yang digunakan
h. Hasil yang didapatkan
i. Pembahasan dan kesimpulan


STAF LABORATORIUM BIOKIMIA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM


INDONESIA

STAF DOSEN

dr. Shulhana Mokhtar, M.Med.Ed.

dr. Sri Wahyuni Gayatri Basri,M.Kes

dr. Zulfitriani Murfat,M.Kes

dr. Rasfayanah F. Matto,M.Kes

dr. Nur Aulia Amir

dr. Zulfahmidah

dr. Sigit Dwi Pramono

dr. Iin Widya Ningsi

STAF ASISTEN

Fathul Rachmat S. Imam

Muhammad Irsan Muflih Mundzir

Innal Hamda

Any Mustafa

Desi Triutami Saleh

Ayu Pratiwi Hasari

Afrilia Chaerunnisa

Eka Indah Meivy Puti


DAFTAR ISI

GASTROENTEROHEPATOLOGI

I. AMILASE AIR LIUR

II. GETAH LAMBUNG

III. EMPEDU

IV. BILIRUBIN

RESPIRASI

I. HEMOGLOBIN

II. KESEIMBANGAN ASAM BASA

URONEFROLOGI

I. SIFAT-SIFAT URINE

II. ZAT FISIOLOGIS URINE

III. ZAT PATOLOGIS URINE


GASTROENTEROHEPATOLOGI
I. AMILASE AIR LIUR

DASAR TEORI:

Dalam mulut makanan dihancurkan secara mekanis oleh gigi dengan jalan
dikunyah. Makanan yang dimakan dalam bentuk besar diubah menjadi ukuran yang
lebih kecil. Makin lama mengunyah makin baik sebab penghancuran lebih efektif.
Apabila makanan menjadi kecil ukurannya maka luas permukaan akan bertambah.
Selama penghancuran secara mekanis ini berlangsung, kelenjar yang ada di sekitar
mulut mengeluarkan cairan yang disebut saliva atau ludah (Poedjiadi, 2007:234).

Getah saliva dihasilkan oleh kelenjar ludah yang terdapat dalam rongga mulut,
yang mengandung air sekitar 99%. Zat padat yang terdapat dalam saliva
diantaranya ptyalin (amylase), musin (suatu senyawa glikoprotein) dan sejumlah
senyawa-senyawa yang juga terdapat dalam darah dan urin seperti amoniak, asam-
asam amino, urea, asam urat, kolestrol serta kation (Ca2+, Na+, K+,Mg2+) dan anion
seperti PO43-, Cl- dan HCO3- pH sekitar 6,8 – 7,4 (Anonimous, 2011).

Menurut Sandira (2009:1), secara garis besar fungsi saliva/ ludah ada 5 yaitu:

- Perlindungan permukaan mulut


- Pengeluaran kandungan air
- Anti virus dan produk metabolism
- Pencernaan makanan dan pengecap
- Diferensiasi dan pertumbuhan sel
Enzim sangatlah spesifik, baik terhadap reaksi yang dikatalisnya maupun
terhadap reaktan yang diolahnya, yang disebut substrat. Suatu enzim biasanya
mengkatalis satu reaksi kimia saja, atau seperngkat reaksi yang sejenis. Dalam
reaksi enzimatis, jarang sekali terjadi reaksi sampingan yang menyebabkan
terbantuknya hasil sampingan tidak berguna. Ini berbeda reaksi non enzimatik.


Tingkat spesifikasi terhadap substrat biasanya tinggi dan kerap kali mutlak (Stryer,
2000:182).

Amilase merupakan protein yang berada di dalam air liur yang dapat membantu
proses pencernaan makanan dengan memecah pati menjadi potongan-potongan
gula yang larut air. Enzim amilase hanya ditemukan dalam air liur manusia yang zat
ini dikenal lebih akrab sebagai amylase saliva (Anonimous, 2010).

Enzim ptyalin dalam saliva merupakan suatu enzim amylase yang berfungsi
untuk memecah molekul amilum menjadi maltose dengan proses hidrolisis. Enzim
amylase bekerja secara optimal pada pH 6,8- 8. Di samping karena musin adalah
suatu zat yang kental dan licin, maka saliva mempunyai fungsi membasahi makanan
dan sebagai pelumas yang memudahkan atau memperlancar proses menelan
makanan. Enzim amilase mulai tidak aktif pada pH 4,0, karena setelah makanan
ditelan dan masuk ke dalam lambung, proses hidrolisis oleh enzim amilase tidak
berjalan lebih lama lagi. Dalam lambung cairan ini hanya dapat bertahan selama 15-
30 menit, karena cairan dalam lambung bersifat sangat asam yaitu mempunyai pH
antara 1,6-2,6. Rangsangan yang menyebabkan pengeluaran saliva dari kelenjar
saliva adalah pikiran tentang makanan yang disenangi, adanya bau makanan yang
sedap atau melihat makanan yang diharapkan sehingga menimbulkan selera
(Poedjiadi, 2007:235-236).

Pati dan glikogen dihidrolisis sempurna oleh aktivitas enzim yang terdapat dalam
saluran pencernaan, menjadi molekul unit pembangunnya yaitu D-glukosa bebas.
Proses ini dimulai dari mulut selama proses penguraian makanan, dengan bantuan
enzim amylase. Amylase pada air ludah bekerja memutuskan sejumlah ikatan α (1
4) glikosida pati dan glikogen sehingga dihasilkan campuran senyawa maltose,
glukosa dan oligosakarida. Kue crakers lambat laun terasa manis sewaktu kita
mengunyah karena kandungan zat patinya yang semula tak berasa, dihidrolisa
menghasilkan gula (Lehninger, 1994:6).


PERCOBAAN:

1.1. PENETAPAN PH AIR LIUR


Tujuan:
Untuk mengetahui pH air liur

Dasar:
Pada kisaran pH tertentu suatu indicator akan memberikan perubahan warna
+
sesuai dengan H dalam larutan yg diperiksa.

Alat dan Bahan:


1. Air liur
2. pH indicator
3. Tabung reaksi

Cara Kerja:

1. Siapkan 3 ml air liur dalam tabung reaksi


2. Ambil satu pH test dan masukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi air
liur.
3. Tunggu sampai ada perubahan warna
4. Setelah itu bandingkan perubahan warna yang muncul dengan indikator
pH.

Hasil Percobaan:


Kesimpulan:

1.2. UJI SULFAT

Tujuan:
Untuk mengetahui adanya sulfat dalam air liur.

Dasar:
Ion sulfat dalam suasana asam dapat diendapkan oleh barium
2+ 2-
Ba + SO 4 -------àBaSO4 (endapan putih) ----à(+)

Alat dan Bahan:


1. Air Liur
2. HCL encer atau HCL 10%
3. BaCl2 2%
4. Tabung reaksi

Cara Kerja:

1. Siapkan 1ml air liur dalam tabung reaksi.


2. Masukkan 3-5 tetes HCl kedalam tabung reaksi yang berisi air liur
5. Masukkan 5-10 tetes lagi BaCl2 2% kedalam campuran tersebut.
6. Perhatikan hasil endapan yang terjadi.

Hasil Percobaan:

Kesimpulan:


1.3. UJI FOSFAT

Tujuan:
Untuk mengetahui adanya fosfat dalam liur

Dasar:
Fosfat bereaksi dengan asam molibdat membentuk asam fosfomolibdat,
yang dapat direduksi memberikan warna biru tua (ortofosfat)

Alat dan Bahan:


1. Air liur
2. Larutan Urea 10%
3. Pereaksi Molibdat special
4. Larutan FeSO4 spesial
5. Tabung reaksi

Cara Kerja:

1. Siapkan 0,5 ml air liur dalam tabung reaksi.


2. Masukkan 0,5 ml urea 10% kedalam tabung reaksi tersebut.
3. Masukkan lagi 5 ml molibdat special dalam campuran tersebut.
4. Kemudian masukkan 0,5 ml FeSO4
5. Perhatikan perubahan apa yang terjadi.

Hasil Percobaan:

Kesimpulan:


1.4. UJI KLORIDA

Tujuan:
Mengetahui ada tidaknya klorida dalam liur

Dasar:
Ion klorida dalam suasana asam dapat diendapkan oleh Ag (perak). Endapan
AgCl (endapan putih) menunjukan adanya klorida

Alat dan Bahan:


1. Air liur
2. Asam Nitrat 10%
3. Perak Nitrat 1%
4. Tabung reaksi

Cara Kerja:

1. Siapkan 1 ml air liur dalam tabung reaksi


2. Masukkan 3-5 tetes asam nitrat kedalam tabung tersebut
3. Masukkan 5-10 tetes perak nitrat dalam campuran tersebut.
4. Perhatikan endapan yang terjadi

Hasil Percobaan:

Kesimpulan:


II. GETAH LAMBUNG

DASAR TEORI:

Kelenjar pencernaan pada lambung menghasilkan suatu senyawa yang sering


disebut sebagai getah lambung. Getah lambung berfungsi untuk mencerna
makanan. Pencernaan makanan mulai dari lambung ini dilakukan secara tidak sadar
oleh tubuh. Getah lambung terdiri dari asam lambung yaitu HCI, Enzim lipase dan
Hormon gastrin. Enzim lipase berfungsi untuk mencerna lemak trigliserida menjadi
asam lemak dan gliserol. Hormon gastrin berfungsi mengaktifkan kelenjar-kelenjar
pada lambung agar mengeluarkan getah lambung.

Asam lambung merupakan senyawa yang memiliki rumus kimia HCl atau
asam klorida. Senyawa ini bersifat asam. Kadar HCl dalam asam lambung adalah
sekitar 0,5 persen dari total getah lambung. HCl berfungsi sebagai disinfektan atau
pembunuh kuman dan mengubah pepsinogen menjadi pepsin. HCl juga
merangsang usus, hati, dan pankreas untuk mencerna makanan. Fungsi lain dari
asam lambung adalah untuk mempercepat reaksi antara air, protein, dan pepsin.
Selain itu, asam lambung dapat mengendorkan pilorus, karena HCl bersifat asam
dengan pH kurang lebih 1-3.

Asam lambung berfungsi sebagai penghalang terhadap serangan


mikroorganisme untuk mencegah infeksi dan penting bagi pencernaan
makanan. pH-nya yang rendah mendenaturisasi protein dan dengan
demikian membuat protein tersebut rentan terhadap degradasi oleh enzim
pencernaan seperti pepsin. pH rendah juga mengaktifkan precursor enzim,
yaitu pepsinogen menjadi enzim aktif pepsin dengan pembelahan diri sendiri.
Setelah meninggalkan lambung, asam klorida dari chyme yang dinetralkan
dalam duodenum dengan natrium bikarbonat.

Macam-macam getah lambung :


• Asam chloridan (HCl)
Bersifat baktericid ringan yang dihasilkan sel parietal. Asam chlorida juga
berfungsi untuk mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin.

• Pepsin
Fungsi : untuk memecah protein menjadi protease


Di dalam pankreas (sebagai proteolitik) :

tripsin & chemotripsin


Pepsin asam amino

Pepsin dihasilkan di sel gablet yangn disebut chief cell

1. Lipase
Fungsi : memecah lemak menjadi asam lemak dan gliseral

• Mucin
Fungsi : untuk melindungi lambung

untuk melindikan makanan

Hidrogen klorida (HCl) adalah suatu asam monoprotik, yang berarti asam ini
dapat berdisosiasi (yaitu, mengion) hanya sekali untuk menghasilkan satu ion H+
(proton tunggal). Dalam air asam hidroklorida, H+ bergabung dengan satu molekul
air membentuk ion hidronium, H3O+:

HCl + H2O → H3O+ + Cl−

Ion lain yang terbentuk ialah Cl−, ion klorida. Oleh karena itu, asam
klorida digunakan untuk membuat garam-garam yang disebut klorida, seperti
natrium klorida (NaCl). Asam klorida merupakan suatu asam kuat, karena ia secara
esensial terdisosiasi dengan sempurna di dalam air.

Asam monoprotik memiliki satu konstanta disosiasi asam, Ka, yang


menunjukkan tingkat disosiasi dalam air. Untuk asam kuat seperti HCl, Ka-nya besar.
Upaya teoritis untuk menetapkan Ka bagi HCl telah dibuat.[21] Bila garam klorida
seperti NaCl ditambahkan pada HCl encer mereka secara praktis tidak memiliki efek
terhadap pH, yang menunjukkan bahwa Cl− adalah basa konjugasi sangat lemah
dan HCl sepenuhnya terdisosiasi dalam larutan berair. Bagi “zat-antara” untuk
larutan asam klorida kuat, asumsi bahwa molaritas H+ (unit konsentrasi) sama
dengan molaritas HCl yang sangat baik, menyetujui empat angka signifikan.

Dari enam asam mineral kuat yang umum dalam kimia, asam klorida
merupakan asam monoprotik yang paling tidak mungkin menjalani reaksi reduksi-
oksidasi. HCl merupakan salah satu dari asam kuat paling berbahaya untuk
ditangani, terlepas dari keasamannya, asam ini terdiri dari ion non reaktif dan non-
toksik. Larutan asam klorida dengan kekuatan sedang adalah sangat stabil pada
penyimpanan, mempertahankan konsentrasinya melampaui waktu. Atribut ini,


ditambah fakta bahwa HCl tersedia sebagai reagen murni, membuat asam klorida
reagen pengasaman yang baik.

Asam hidroklorida adalah asam yang lebih disukai dalam titrasi untuk
penentuan jumlah basa. Tintran asam kuat memberikan hasil lebih tepat karena titik
akhir yang lebih jelas. Azeotrop atau asam hidroklorida “bertitik didih konstan”
(secara kasar 20,2%) dapat digunakan sebagai standar primer dalam analisis
kuantitatif, meskipun konsentrasinya yang tepat bergantung pada tekanan atmosfir
ketika asam ini dibuat.

Asam hidroklorida sering kali digunakan dalam analisis kimia untuk


menyiapkan (“menghancurkan”) sampel untuk analisis. Asam klorida—begitu ia
sering disebut–dapat melarutkan banyak logam dan menjadi logam klorida dan gas
hidrogen, dan asam ini bereaksi dengan senyawa basa seperti kalsium karbonat
atau tembaga(II) oksida, yang membentuk klorida terlarut yang dapat dianalisis.


PERCOBAAN:

2.1. ANALISA GETAH LAMBUNG ( TES BOAS)

Tujuan:

Untuk mengetahui adanya HCl bebas pada lambung

Dasar:

HCl melarutkan banyak logam dan menjadi logam klorida dan gas hidrogen,
dan asam ini bereaksi dengan senyawa basa seperti kalsium karbonat atau
tembaga(II) oksida, yang membentuk klorida terlarut yang dapat dianalisis.
Warna merah menyatakan adanya HCl bebas.

Alat dan Bahan:

1.Pereaksi Boas ( 5 gr resorsinol + 3 gr sukrosa dengan alkohol 95% 100ml)

2.Cawan porselen

3.Pengaduk gelas

Cara Kerja:

1. Masukkan ke dalam cawan penguap 2 – 3 tetes pereaksi Boas.

2. Uapkan dengan hati – hati di atas api kecil sampai kering.

3. Celupkan sebatang pengaduk gelas dalam bahan yang akan diperiksa lalu
goreskan pada cawan yang berisi pereaksi yang telah kering.

4. Hangatkan kembali cawan tersebut dengan hati-hati (jangan sampai


terbakar) sampai timbul warna yang diinginkan.

Hasil Percobaan:

Kesimpulan:


III. EMPEDU

DASAR TEORI:

Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau
kekuningan, yang disekresikan oleh hepatosit hati. Empedu dihasilkan secara terus-
menerus oleh hati, akan tetapi ditampung dalam sebuah alat penampungan yaitu
kantung empedu diantara waktu makan. Bila makanan masuk ke duodenum,
lepasnya kolesistokinin akan merangsang kontraksi kantung empedu dan keluarnya
empedu akan dihimpun ke dalam duodenum (Panil, 2004).

Selama makan, kandung empedu akan berkontraksi (menciut) sehingga


mengeluarkan sedikit cairan empedu yang berwarna hijau kecoklatan ke dalam usus
halus. Cairan empedu berguna dalam penyerapan lemak dan beberapa vitamin
seperti vitamin A, D, E dan K. Empedu merupakan campuran dari asam empedu,
protein, garam-garam kalsium, pigmen dan unsur lemak yang disebut kolesterol.
Sebagian dari empedu yang memasuki usus halus akan diteruskan dan dikeluarkan
melalui feses (Anonim, 2012).

Cairan empedu merupakan cairan jernih, berwarna kuning agak kental dan
mempunyai rasa pahit. Selama 24 jam dihasilkan cairan empedu sebanyak 500 mL
sampai 700 mL dan mempunyai pH antara 6,9 sampai 7,7. Kontraksi dan
pengenduran kandung empedu diatur oleh hormon kolesistokinin yang dibentuk
dalam sel usus, terutama protein dan lemak. Cairan empedu mengandung zat-zat
anorganik, yaitu HCO3-, Cl-, Na+ dan K+ serta zat-zat organik, yaitu asam-asam
empedu, bilirubin dan kolesterol (Poedjiadi, 2009).

Empedu terdiri dari garam-garam empedu, elektrolit, pigmen empedu


(misalnya bilirubin), kolesterol dan lemak. Fungsi empedu adalah untuk membuang
limbah tubuh tertentu (terutama pigmen hasil pemecahan sel darah merah dan
kelebihan kolesterol) serta membantu pencernaan dan penyerapan lemak. Garam
empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang
larut dalam lemak, sehingga membantu menyerapnya dari usus. Hemoglobin yang
berasal dari penghancuran sel darah merah dirubah menjadi bilirubin (pigmen utama
dalam empedu) dan dibuang ke dalam empedu. Berbagai protein yang memegang
peranan penting dalam fungsi empedu juga disekresi dalam empedu (Anonim,
2012).


PERCOBAAN:

3.1. SIFAT – SIFAT EMPEDU

Tujuan:
Mempelajari sifat – sifat empedu.

Dasar:
Empedu diproduksi oleh hati dan disimpan dalam kantung empedu. Pada
proses pencernaan, kantung empedu berkontraksi dan empedu disalurkan ke
usus kecil setelah lebih dulu bercampur dengan getah pankreas.

Alat dan Bahan:

1. Empedu

2. pH indikator

3. Urinometer

Cara Kerja:
1. Catatlah warna, bau, konsistensi, keasaman empedu.
2. Tentukan PH empedu
3. Tentukan berat jenis empedu dengan urinometer

Hasil Percobaan:

Kesimpulan:


3.2. DAYA MENGEMULSI EMPEDU

Tujuan:

Untuk membuktikan fungsi empedu sebagai emulgator, sehingga didapatkan


hasil positif (+) dengan terbentuknya emulsi stabil dari minyak yang semula
tidak bercampur dengan air.

Dasar:
Empedu mengandung asam empedu hasil metabolism kolesterol. Senyawa
ini bersifat detergen, karena sekaligus dapat larut dalam air dan lemak

Alat dan bahan:


1. Tabung reaksi
2. Air suling
3. Minyak kelapa
4. Empedu

Cara Kerja:
a. Masukkan 1 ml minyak dan 10 mL air dalam tabung reaksi I
b. Masukkan 1 ml minyak, 9 ml air dan 1 ml empedu dalam tabung reaksi II.
c. Kedua tabung reaksi ini dikocok kuat-kuat dan tempatkanlah untuk
beberapa lama di rak tabung reaksi.
d. Perhatikanlah emulsi yang terjadi.

Hasil Percobaan:

Kesimpulan:


3.3.PIGMEN EMPEDU

3.3.1. GMELLIN TEST

Tujuan:

Untuk mengetahui adanya pigmen empedu

Dasar:

Pigmen – pigmen empedu sebagian besar berasal dari hasil penghancuran


sel – sel darah merah. Pigmen yang terbanyak adalah bilirubin dan biliverdin.
Pada batas antara kedua larutan tersebut akan menghasilkan cincin
berwarna merah/kuning coklat, biru, violet. Oksidasi pigmen ini menghasilkan
sejumlah pigmen lain dengan bermacam – macam warna.

Alat dan Bahan:

1.Tabung reaksi

2. Asam Nitrat (HNO3)

3. Larutan asam empedu encer

Cara Kerja:

1. Isilah sebuah tabung dengan 3 ml HNO3 pekat.

2. Masukkan 3 ml empedu dengan pipet melalui dinding tabung, sehingga


tidak bercampur

3. Perhatikan hasil reaksi yang didapatkan

Hasil Percobaan:

Kesimpulan:


3.3.2. SMITH TEST

Alat dan bahan:

1. Tabung reaksi
2. Empedu yang diencerkan
3. Iodium 0,5%
4. Alkohol

Cara Kerja:

1. Isilah sebuah tabung dengan 3 ml empedu yang diencerkan.


2. Masukkan 2-3 tetes larutan iodium 0,5% dalam alkohol sehingga
membentuk cairan di atas cairan tersebut.
3. Perhatikan cincin berwarna hijau tua atau biru kehijau – hijauan di
bawah lapisan iodium.

Hasil Percobaan:

Kesimpulan:


3.3.3. Pattenkoffer’s test

Alat dan Bahan:

1. Tabung reaksi
2. Larutan empedu encer
3. Sukrosa 5%
4. Asam sulfat pekat

Cara Kerja:

1. Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 3 mL empedu yang telah diencerkan

2. Masukkan 5 tetes larutan sukrosa 5%.

3. Tuangkan 2 mL asam sulfat pekat perlahan-lahan sehingga membentuk


lapisan bawah.

4. Perhatikan warna cincin yang terbentuk pada batas kedua larutan.

Hasil Percobaan:

Kesimpulan:


3.3.4. Reaksi Van den Berg

Alat dan Bahan:

1. Tabung reaksi
2. Larutan empedu
3. Air suling
4. Reagen diazo dari ehrlich yang segar

Cara Kerja:

1. Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 1 ml empedu dan 10 ml air, lalu


dicampur.
2. Kemudian tambahkan 1 ml reagen diazo dari ehrlich yang segar.
3. Perhatikan warna yang timbul. Reaksi ini adalah dasar penentuan
bilirubin dengan serum

Hasil Percobaan:

Kesimpulan:


IV. BILIRUBIN

Dasar Teori:

Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari
hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel. Di samping
itu sekitar 20% bilirubin berasal dari perombakan zat-zat lain. Sel retikuloendotel
membuat bilirubin tidak larut dalam air, bilirubin yang disekresikan dalam darah
harus diikatkan kepada albumin untuk diangkut dalam plasma menuju hati. Di dalam
hati, hepatosit melepaskan ikatan itu dan mengkonjugasinya dengan asam
glukoronat sehingga bersifat larut air. Proses konjugasi ini melibatkan enzim
glukoroniltransferase.

Bilirubin terkonjugasi (bilirubin glukoronida atau hepatobilirubin) masuk ke


saluran empedu dan diekskresikan ke usus. Selanjutnya flora usus akan
mengubahnya menjadi urobilinogen dan dibuang melalui feses serta sebagian kecil
melalui urin. Bilirubin terkonjugasi bereaksi cepat dengan asam sulfanilat yang
terdiazotasi membentuk azobilirubin (reaksi van den Bergh), karena itu sering
dinamakan bilirubin direk atau bilirubin langsung.

Bilirubin tak terkonjugasi (hematobilirubin) yang merupakan bilirubin bebas


yang terikat albumin harus lebih dulu dicampur dengan alkohol, kafein atau pelarut
lain sebelum dapat bereaksi, karena itu dinamakan bilirubin indirek atau bilirubin
tidak langsung. Peningkatan kadar bilirubin direk menunjukkan adanya gangguan
pada hati (kerusakan sel hati) atau saluran empedu (batu atau tumor). Bilirubin
terkonjugasi tidak dapat keluar dari empedu menuju usus sehingga akan masuk
kembali dan terabsorbsi ke dalam aliran darah.

Peningkatan kadar bilirubin indirek sering dikaitkan dengan peningkatan


destruksi eritrosit (hemolisis), seperti pada penyakit hemolitik oleh autoimun,
transfusi, atau eritroblastosis fatalis. Peningkatan destruksi eritrosit tidak diimbangi
dengan kecepatan kunjugasi dan ekskresi ke saluran empedu sehingga terjadi
peningkatan kadar bilirubin indirek.

Hati bayi yang baru lahir belum berkembang sempurna sehingga jika kadar
bilirubin yang ditemukan sangat tinggi, bayi akan mengalami kerusakan neurologis
permanen yang lazim disebut kenikterus. Kadar bilirubin (total) pada bayi baru lahir
bisa mencapai 12 mg/dl; kadar yang menimbulkan kepanikan adalah > 15 mg/dl.
Ikterik kerap nampak jika kadar bilirubin mencapai > 3 mg/dl. Kernikterus timbul
karena bilirubin yang berkelebihan larut dalam lipid ganglia basalis.


Dalam uji laboratorium, bilirubin diperiksa sebagai bilirubin total dan bilirubin
direk. Sedangkan bilirubin indirek diperhitungkan dari selisih antara bilirubin total dan
bilirubin direk. Metode pengukuran yang digunakan adalah fotometri atau
spektrofotometri yang mengukur intensitas warna azobilirubin.


PERCOBAAN BILIRUBIN

DASAR:
Asam nitrat membentuk diazotized sulfanic acid yang akan membentuk
azobilirubin. warna yang dihasilkan bergantung pada intensitas dari
konsentrasi bilirubin yang dihasilkan

REAGENS:
Asam sulfanic 32mmol/L di cairkan di asam hidroklorit, akselelator dan
penambahan stabilizer

ALAT :
spektrofotometer, pipet, kuvet, vortex mixer, stopwatch

CARA KERJA:

IV.I. Bilirubin Total

1. Pipetkan kedalam kuvet yang berlabel RB (Reagen Blank), K (Kalibrator)


dan S (Specimen) mengikuti volume (mL), kecuali oksidan, diberikan 1
tetes dicampur dengan baik setelah penambahan :
TOTAL BILIRUBIN

RB K S

“Total” 1.0 1.0 1.0


reagent
Oxidant 1 1 1
(Tetes)
Air Suling 0.05 - -

Kalibrator - 0.05 -

Sampel - - 0.05

2. Inkubasikan kuvet dalam suhu kamar minimal 5 menit


3. Baca panjang gelombang K dan S dibandingkan dengan RB kurang lebih
30 menit kemudian


IV.2. Bilirubin Direct

1. Pipetkan kedalam kuvet yang berlabel RB (Reagen Blank), K (Kalibrator)


dan SB (Specimen Blank) dan S ( Specimen) mengikuti volume (mL),
kecuali oksidan, diberikan 1 tetes dicampur dengan baik setelah
penambahan :
TOTAL BILIRUBIN

RB K SB S

“Direct” 1.0 1.0 1.0 1.0


reagent
Oxidant 1 1 - 1
(Tetes)

Air Suling 0.1 - - -

Kalibrator - 0.1 - -

Sampel - - 0.1 0.1

2. Inkubasikan kuvet dalam suhu kamar tepat 3 menit


3. Segera baca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 540 nm

HASIL

!"# ! – !"# !"


Total atau Bilirubin Direct (mg/dL) = x 10
!"# !

NILAI NORMAL:
Total Bilirubin
Dewasa: 1.2 (mg/dL)
Bayi baru lahir: 12.0 (mg/dL)

Direct bilirubin
Dewasa dan bayi: 0.5 (mg/dL)


Hasil Percobaan:

Kesimpulan:


RESPIRASI
I. HEMOGLOBIN

Hemoglobin, pembawa oksigen dalam darah, adalah protein alosterik.


Hemoglobin terdiri dari empat rantai polipeptida, masing-masing dengan gugus
heme merupakan porfirin tersubtitusi dengan besi pusat. Hemoglobin A, hemoglobin
dominan pada orang dewasa, memiliki struktur subunit α 2 β 2. Hemoglobin
mengangkut H + dan CO2 di samping O2.

Hemoglobin menunjukkan tiga jenis efek alosterik :

1. Kurva hemoglobin pengikatan oksigen bersifat sigmoidal, yang menunjukkan


bahwa pengikatan oksigen bersifat kooperatif. Pengikatan oksigen ke satu gugus
heme memfasilitasi pengikatan oksigen ke kelompok heme lain dalam molekul
yang sama.
2. Pengikatan H + dan CO2 mendorong pelepasan O2 dari hemoglobin, suatu efek
yang secara fisiologis penting dalam meningkatkan pelepasan O2 dalam
jaringan yang aktif secara metabolik seperti otot. Hubungan alosterik antara
pengikatan H +, CO2, dan O2 dikenal sebagai efek Bohr.
3. Afinitas hemoglobin untuk O2 diatur lebih lanjut oleh 2,3-bifosfogliserat (2,3-
BPG), sebuah molekul kecil dengan densitas muatan negatif sangat tinggi. 2,3-
Bisphosphoglycerate mengikat erat deoxyhemoglobin tetapi tidak untuk
oksihemoglobin. Oleh karena itu, 2,3 BPG menurunkan afinitas oksigen
hemoglobin. Hemoglobin janin (α 2 γ 2) memiliki afinitas oksigen yang lebih
tinggi daripada hemoglobin dewasa manusia karena hemoglobin janin mengikat
2,3-BPG kurang erat. Baik yang berurutan maupun model yang terpadu
sepenuhnya menggambarkan perilaku alosterik hemoglobin. Sebaliknya,
perilaku hemoglobin paling baik dijelaskan oleh model gabungan yang
menggunakan fitur kedua model
Hemoglobin merupakan protein yang terdapat didalam sel darah merah
(SDM)/Red Blood Cell (RBC) dan berfungsi antara lain untuk :

-Mengikat dan membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh


-Mengikat dan membawa karbondioksida dari seluruh jaringan tubuh ke paru-
paru
- Memberi warna merah pada darah
- Mempertahankan keseimbangan asam basa dari tubuh
Hemoglobin merupakan protein tetramer kompak yang setiap manomernya
terikat pada gugus prostetik heme dan keseluruhannya mempunyai berat molekul
64,450 Dalton. Darah mengandung 7,8 sampai 11,2 mMol hemoglobin monomer/L
(12,6 sampai 18,4 g/dl) tergantung pada umur dan jenis kelamin individu.


Hemoglobin dapat mengikat 4 atom oksigen pertetramer (satu pada tiap
subunit heme). Atom oksigen terikat pada atom Fe+2, yang terdapat pada heme,
pada ikatan koordinasi lima.

Hemoglobin yang terikat pada oksigen disebut hemoglobin teroksigenasi atau


oksihemoglobin (HbO2), sedangkan hemoglobin yang telah melepaskan oksigen
disebut deoksihemoglobin (Hb). Hemoglobin juga dapat mengikat gas hasil
pembakaran yang tidak sempurna yaitu karbonmonoksida (CO) dan disebut
karbonmonoksida hemoglobin (HbCO).

Karbon monoksida CO memiliki afinitas sekitar 250 kali lebih besar untuk
hemoglobin daripada oksigen dan akibatnya Hb tidak dapat lagi mengikat,
membawa dan mendistribusikan oksigen ke jaringan. Akibatnya, kadar CO yang
relatif rendah dapat memiliki efek yang substansial dan tragis. Ketika CO bergabung
dengan hemoglobin, kompleks ini disebut sebagai carboxyhemoglobin, atau COHb.
Beberapa CO dihasilkan oleh proses alami, tetapi tingkat lokal yang tinggi umumnya
hanya dihasilkan dari aktivitas manusia. Engine dan knalpot tungku merupakan
sumber penting, karena CO adalah hasil sampingan dari pembakaran bahan bakar
fosil yang tidak sempurna.

Dalam keadaan lain, muatan atom Fe yang terdapat pada pusat heme dapat
berubah menjadi Fe+3. Hal ini dapat terjadi karena oksidasi oleh senyawa-senyawa
pengoksidasi. Hemoglobinnya disebut hemoglobin teroksidasi atau methemoglobin
(metHb) atau Hb(Fe+3). Dalam bentuk ini Hb tidak dapat mengikat oksigen atau
kehilangan fungsinya yang amat penting. Beberapa derivat dari Hb, misalnya
oksiHb, Hb dan HbCO dapat dibedakan dengan melakukan pengenceran, dan pada
pengenceran ini oksiHb terlihat berwarna merah kekuning-kuningan, Hb berwarna
merah kecoklatan dan HbCO berwarna merah terang (carmine tint). Untuk lebih jelas
lagi setiap derivat Hb dapat pula dibedakan dengan menggunakan spektroskop,
yaitu suatu teknik berdasarkan perbedaan absorpsi warna-warna tertentu dari
spectrum cahaya putih. Bila suatu larutan berisi suatu zat warna diletakkan antara
lain tersebut dan sumber cahaya, maka akan terlihat daerah (pita) berwarna hitam
pada bagian spectrum tempat terjadinya penyerapan warna tersebut. Dengan
menentukan letak serta intensitas pita-pita absorpsi itu, maka dapat ditemukan
pigmen apa yang sedang diperiksa itu. Pada spektroskop yang tidak dilengkapi
dengan skala panjang gelombang cahaya, letak pita absorpsi itu ditentukan dengan
membandingkan dengan garis-garis fraunhofer itu akan terletak pada perkiraan :

B = 687 mu, C = 656 mu, D = 589 mu, b = 517 mu, F = 486 mu, dan G = 431 mu.


Diagram spectrum matahari dengan garis-garis Fraunhofer dapat dilihat pada
gambar dibawah ini :

TUJUAN PRAKTIKUM

a. Memperlihatkan bahwa Hb dapat mengikat dan melepaskan oksigen


b. Memperlihatkan bahwa ikatan Hb dengan karbonmonoksida jauh lebih kuat
dibandingkan ikatan Hb dengan O2
c. Memperlihatkan bahwa besi dalam molekulHb bila dioksidasi akan menjadi
MetHb & tidak dapat mengikat oksigen lagi
d. Penetapan kadar Hb kuantitatif (cara sianmethemoglobin)

PERCOBAAN 1

Uji Oksihemoglobin Dan Deoksihemoglobin

A. TUJUAN :
Membuktikan bahwa hemoglobin dapat mengikat oksigen membentuk
oksihemoglobin (HbO2) dan terurai kembali menjadi O2 dan deoksihemoglobin.

B. DASAR
Dalam keadaan tereduksi Fe dalam molekul Hb dapat mengikat dan
melepaskan oksigen tergantung pada tekanan O2 dan CO2

Pengikatan hemoglobin dan satu molekul oksigen dapat ditentukan oleh reaksi


C. ALAT, BAHAN DAN PEREAKSI
- Darah segar
- Pereaksi stokes (20 gr FeSO4 dan 30 gr As. Tartrat, dilarutkan 1000 ml air.
Jika akan dipakai tambahkan NH4OH sampai endapan larut)
- Larutan NH4OH
- Tabung reaksi
- Rak tabung
- Pipet volume
- Pipet tetes
- Bola isap (bulp)
- Spoit
- Turniket
- Kapas alkohol

D. CARA KERJA
- Encerkan 2 ml darah dengan 6 ml air suling ke dalam sebuah tabung reaksi. Campur
dengan baik dan perhatikan perubahan menjadi warna kekuning-kuningan dari
oksihemoglobin yang terbentuk.
- Bagi 2 isi tabung sehingga masing-masing berisi 4 ml. Gunakan tabung 1 sebagai
control.
Pembentukan Deoksihemoglobin

- Kemudian pada tabung ketiga isi dengan 2 ml pereaksi stokes dan tambahkan
NH4OH secukupnya untuk melarutkan endapan yang segera terbentuk. Campuran
ini merupakan pereduksi yang amat kuat.
- Masukkan beberapa tetes larutan stokes ke dalam tabung 2 sampai terlihat
perubahan warna karena terbentuknya deoksihemoglobin. Bandingkan dengan
tabung 1
- Pindahkan 2 ml larutan deoksihemoglobin ke tabung lain sebagai control
Pembentukan kembali Oksihemoglobin dari Deoksihemoglobin

- Kemudian kocok kuat-kuat tabung yang berisi deoksihemoglobin, maka akan


kembali terjadi oksigenasi dari udara.
- Perhatikan dan catat warna HbO2 yang kembali terbentuk
“Oksigenasi dan deoksigenasi ini dapat dilakukan berulang-ulang”


E. HASIL PERCOBAAN

Hasil Warna yang terbentuk

Tabung 1 OksiHb

Tabung 2 DeoksiHb

Tabung 3 Reoksigenasi DeoksiHb

KESIMPULAN

...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
...

PERTANYAAN

Jelaskan peristiwa apakah yang dapat mempengaruhi afinitas HbO2 ini ?

Jawaban :


PERCOBAAN 2

Uji Karbonmonoksida Hemoglobin (Hbco)

A. TUJUAN
Membuktikan bahwa Hb dapat mengikat CO yang ikatannya lebih kuat 250 kali daripada Hb
dengan O2

B. DASAR
Gas CO yang berasal dari proses-proses pembakaran yang tidak sempurna dapat mengikat
Hb membentuk HbCO. Ikatan ini sangat kuat (kurang lebih 250 kali lebih kuat dibanding
ikatan Hb dengan O2). HbCO berwarna merah terang

HbO2 + CO HbCO + O2

HbCO + stokes tidak bereaksi

(tetap berwarna merah terang)

C. ALAT, BAHAN DAN PEREAKSI


- Darah segar - Pipet volume
- Sumber gas CO - Pipet tetes
- Pereaksi stokes - Bola isap (bulp)
- NH4OH - Spoit
- Tabung reaksi - Turniket
- Rak tabung - Kapas alkohol

D. CARA KERJA
- Ke dalam tabung reaksi encerkan 2 ml darah dengan 8 ml air suling.
- Bagi 2 darah encer tersebut (masing-masing 5 ml) ke dalam 2 tabung reaksi
- Pada tabung 1 alirkan gas CO dalam lemari asam (H2SO4 yang direaksikan dengan
asam format menghasilkan gas CO). Oksihemoglobin akan berubah menjadi
karbonmonoksida hemoglobin.
- Bandingkan kedua warna tabung tadi
- Pindahkan masing-masing 1 ml dari tabung 1 (berisi HbCO) kedalam tabung 3 dan
tabung 4 dan masing-masing 1 ml dari tabung 2 (berisi HbO2) kedalam tabung 5 dan
6
- Tambahkan beberapa tetes pereaksi stokes pada tabung 3 dan 5. Perhatikan hasil
yang diperoleh.
- Encerkan isi tabung ke-4 dan ke-6 dengan 4 ml air suling. Bandingkan warna kedua
cairan itu. OksiHb berwarna kekuning-kuningan, sedang HbCO berwarna kemerahan
(carmine tint)


E. HASIL
Tabung OksiHb Karbonmonoksida +
Hb

Warna sebelum penambahan


pereaksi stokes

Warna setelah penambahan


pereaksi stokes

KESIMPULAN

.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
............................................................

PERTANYAAN

Jelaskan gejala yang dapat terlihat pada seseorang yang keracunan gas CO

Jawaban :


PERCOBAAN 3

Uji Methemoglobin

A. TUJUAN
Memperlihatkan bila besi dalam molekul Hb dioksidasi menjadi Fe+3 maka
terbentuk metHb yang tidak lagi dapat mengikat O2

B. DASAR
Hb(Fe+2) + K3Fe(CN)6 Hb(Fe+3) + K4Fe(CN)6

Hb oksidator metHb

MetHb tidak dapat lagi mengikat O2

C. ALAT, BAHAN DAN PEREAKSI


- Darah segar
- Pereaksi K3Fe(CN)6
- Pereaksi stokes
- Tabung reaksi
- Rak tabung
- Pipet volume
- Pipet tetes
- Bola isap (bulp)
- Spoit
- Turniket
- Kapas alkohol


D. CARA KERJA
- Ke dalam tabung reaksi encerkan 1 ml darah dengan 4 ml air suling
- Kemudian ke dalam tabung itu ditambahkan beberapa tetes K3(Fe(CN)6 33%
sampai terjadi perubahan warna.
- Perhatikan & catat perubahan warna yang terjadi.
- Kemudian tambahkan pereaksi stokes kedalam tabung tersebut & kocok kuat-
kuat. Perubahan apakah yang terlihat?
- Encerkan 3 ml darah dengan 3 ml air suling dan panaskan sebentar. Lalu
tambahkan 6 ml K3Fe(CN)6. Campur dengan membalik-balikkannya.
Perhatikan gelembung-gelembung oksigen yang terbentuk

E. HASIL

Tabung Warna tabung 1 Warna tabung 2

+ K3(Fe(CN)6 + K3(Fe(CN)6

Pengocokan Gelembung udara


kuat

+ stokes

Pengocokan
kuat

KESIMPULAN

.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
............................................................

PERTANYAAN

Percobaan ini terdiri atas 2 bagian, apakah perbedaan dari ke-2 percobaan itu ?

Jawaban :
PERCOBAAN 4

Penetapan Kadar Hb Dalam Darah

A. TUJUAN
Mengetahui kadar Hb dengan metode Sianmethemoglobin

B. DASAR
Derivat-derivat hemoglobin dalam darah diubah oleh kalium hexacianoferat (III) dan
kalium cianida menjadi cianmethemoglobin (HbCN).

Intensitas warna sebanding dengan kadar hemoglobin, diukur secara fotometrik.

Hb + Fe(CN)63- MetHb

MetHb + KCN MetHbCN

C. ALAT, BAHAN DAN REAGENS


- Drabkin’s reagent (NaHCO3 1000 mg; K3Fe(CN)6 200 mg; KCN 50 mg/1000 ml
H2O)
- Spektrofotometer
- Tabung reaksi
- Rak tabung
- Pipet volume
- Pipet tetes
- Bola isap (bulp)
- Spoit
- Turniket
- Kapas alkohol

D. CARA KERJA

DRABKIN’S REAGENT 5 ML

Darah 20µl

- Bilas pipet dengan Drabkin’s reagent.


- Ambil 5 ml Drabkin’s reagent + darah 20 µl masukkan ke dalam tabung reaksi.
- Setelah 3 menit pindahkan isi tabung reaksi ke dalam kuvet dan baca absorbans
pada panjang gelombang 546 nm
PERHITUNGAN

Kadar Hb = absorbans x 36,8 gr/dl

NILAI NORMAL

Laki-laki :14 – 18 gr/dl

Perempuan :12 – 16 gr/dl

Bayi (0 – 4 minggu):16 – 25 gr/dl

Anak (1 bulan – 2 tahun):10 – 15 gr/dl

Anak (2 tahun – 6 tahun) :11 – 14 gr/dl

Anak (6 tahun – 12 tahun):12 – 16 gr/dl

KESIMPULAN

PERTANYAAN
1. Jelaskan metabolisme haemoglobin?
2. Jelaskan pada keadaan apa saja yang menyebabkan Hb tidak dalam batas normal?
Jawaban :

13
II. KESEIMBANGAN ASAM BASA

Keseimbangan asam-basa adalah homeostasis dari kadar ion hidrogen pada


cairan tubuh. Asam adalah senyawa yang dapat menyumbangkan proton (ion hidrogen).
Basa adalah senyawa yang dapat menerima proton. Sistem klasifikasi ini diusulkan
secara bersamaan oleh Johannes Brønsted dan Thomas Lowry pada tahun 1923, dan
ini dikenal sebagai teori Brønsted-Lowry. Jadi setiap donor proton adalah asam, dan
akseptor proton adalah basa.

Ketika HCl bereaksi dengan air

HCl adalah asam dan H2O adalah basa karena HCl menyumbangkan proton
sehingga menjadi Cl-, dan air menerima proton sehingga menjadi H3O+. Dalam reaksi
balik (dari kanan ke kiri) H3O+ adalah asam dan Cl- adalah basis. Saat tanda panah
menunjukkan, keseimbangan dalam reaksi ini terletak jauh ke kanan. Artinya, dari setiap
1000 molekul HCl yang dilarutkan dalam air, 990 dikonversi menjadi Cl- dan hanya 10
tetap dalam bentuk HCl pada kesetimbangan. Tapi H3O+ (ion hidronium) juga
merupakan asam dan dapat menyumbangkan proton ke basis, Cl-. Mengapa ion
hidronium tidak melepaskan proton ke Cl- dengan kemudahan yang sama dan
membentuk lebih banyak HCl Ini karena asam dan basa yang berbeda memiliki
kekuatan yang berbeda. HCl adalah asam yang lebih kuat daripada ion hidronium, dan
air adalah basa yang lebih kuat daripada Cl-.

Dalam teori Brønsted-Lowry, setiap reaksi asam basa menciptakan pasangan


asam basa konjugasi. Dalam reaksi di atas HCl adalah asam yang setelah melepaskan
proton, menjadi basa konjugat, Cl-. Demikian pula, air adalah basa yang, setelah
menerima proton, menjadi asam konjugasi, ion hidronium.

Pasangan asam basa konjugasi

Pasangan asam-basa konjugasi

14
Beberapa asam dapat melepaskan hanya satu proton. Ini adalah asam
monoprotik. Contohnya adalah . Hidrogen yang
dilingkari adalah yang disumbangkan. Asam lainnya menghasilkan dua atau tiga proton.
Ini disebut asam diprotik atau triprotik. Contohnya adalah H2SO4, H2CO3, dan H3PO4.
Namun, dalam teori Brønsted-Lowry, setiap asam dianggap monoprotik, dan asam
diprotik (seperti asam karbonat) menyumbangkan protonnya dalam dua langkah
berbeda:

Sumber utama asam metabolik dalam tubuh adalah CO2 gas, yang dihasilkan
terutama dari oksidasi bahan bakar dalam siklus TCA. Dalam kondisi metabolisme
normal, tubuh menghasilkan lebih dari 13 mol CO2 per hari (sekitar 0,5 - 1 kg). CO2 larut
dalam air dan bereaksi dengan air untuk menghasilkan asam karbonat, H2CO3, reaksi
dipercepat oleh enzim karbonat anhidrase.

Asam karbonat adalah asam lemah yang sebagian terdisosiasi menjadi H+ dan
anion bikarbonat, HCO3-. Asam karbonat adalah asam utama yang diproduksi oleh
tubuh, dan penyangga sendiri. PKa asam karbonat itu sendiri hanya 3,8, sehingga pada
pH darah 7,4 hampir sepenuhnya terdisosiasi dan secara teoritis tidak dapat menyangga
dan menghasilkan bikarbonat. Namun, asam karbonat dapat diisi ulang dari CO2 dalam
cairan tubuh dan udara karena konsentrasi CO2 terlarut dalam cairan tubuh adalah
sekitar 500 kali lebih besar daripada asam karbonat. Sebagai basis ditambahkan dan H+
dihapus, H2CO3 berdisosiasi menjadi ion hidrogen dan bikarbonat, dan CO2 terlarut
bereaksi dengan H2O untuk mengisi H2CO3. CO2 terlarut berada dalam kesetimbangan
dengan CO2 di udara di alveoli paru-paru, dan dengan demikian ketersediaan CO2 dapat
ditingkatkan atau menurun dengan penyesuaian dalam tingkat pernapasan dan jumlah
CO2 berakhir. pKa untuk sistem buffer bikarbonat dalam tubuh sehingga
menggabungkan Kh (konstanta hidrasi untuk reaksi air dan CO2 untuk membentuk
H2CO3) dengan pKa kimia untuk mendapatkan nilai 6.1 yang digunakan dalam
persamaan Henderson-Hasselbalch. Untuk menggunakan istilah untuk komponen darah
yang diukur di ruang gawat darurat, CO2 terlarut dinyatakan sebagai fraksi tekanan
parsial CO2 dalam darah arteri, PaCO2

Persamaan Henderson-Hasselbalch

15
A. DASAR
Asam karbonat adalah asam lemah yang sebagian terdisosiasi menjadi H+ dan anion
bikarbonat, HCO3-. Asam karbonat adalah asam utama yang diproduksi oleh tubuh,
dan penyangga sendiri. PKa asam karbonat itu sendiri hanya 3,8, sehingga pada pH
darah 7,4 hampir sepenuhnya terdisosiasi dan secara teoritis tidak dapat
menyangga dan menghasilkan bikarbonat.

B. TUJUAN
a. Mengetahui metode pemeriksaan pH urine
b. Mengetahui pengaruh minuman berkarbonat (soft drink) terhadap pH urine

C. ALAT, BAHAN, DAN PEREAKSI


- Urine
- Air suling
- pH meter atau pH universal
- beaker glass

D. CARA KERJA
1. Ambil sebanyak 50 cc urine dalam beaker glass.
2. Ukur pH-nya dengan cara membilas katoda dengan air suling kemudian
celupkan katoda Ph meter ke dalam sampel urine.
3. Kemudian beri minuman bersoda pada orang coba.
a. Setelah 15 menit Ukur kembali pH urine
b. Setelah 30 menit Ukur kembali pH urine
c. Setelah 45 menit Ukur kembali pH urine
d. Setelah 60 menit Ukur kembali pH urine

16
E. HASIL PENGAMATAN

Sampel Urine

pH sebelum uji
coba

pH 15 menit

pH 30 menit

pH 45 menit

pH 60 menit

KESIMPULAN

PERTANYAAN

Faktor apa saja yang mempengaruhi peningkatan dan penurunan pH darah dan urine ?

Jawab:

………………………………………………………………………………………………………
………………………………………

PERTANYAAN

Jelaskan apa saja perbedaan mekanisme terjadinya asidosis metabolic dan alkalosis
metabolic?

Jawab:

………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………

17
URONEFROLOGI

I. SIFAT-SIFAT URINE
Urine adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urine diperlukan
untuk membuang molekul molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan
untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Volume urine dalam 24 jam tergantung
pada faktor fisiologis (misalnya intake cairan, suhu dan kerja fisik) dan faktor
patologis (misalnya penyakit ginjal, diabetes melitus dan sebagainya). Beberapa
obat misalnya golongan diuretik, kopi, alkohol dapat pula mempengaruhi volume
urine. Pada manusia, normalnya volume urine antara 600 – 2500 ml/24 jam.

Berat jenis urine normal antara 1,003 – 1,030. Berat jenis urine dipengaruhi
oleh jumlah urine, komposisi urine, dan fungsi pemekatan ginjal. Berat jenis urine
tinggi biasa terdapat pada penyakit diabetes melitus, nefrotis akut, demam.
Sedangkan, BJ urine rendah biasa terdapat pada stadium terminal nefritis. Urine
normal berwarna bening oranye pucat tanpa endapan, warna terutama disebabkan
oleh pigmen urokrom yang berwarna kuning dan sejumlah kecil oleh urobilin dan
hematoporfirin. Baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH
4,7 – 8,0.

ZAT-ZAT FISIOLOGIS URINE


Komposisi zat-zat dalam urine bervariasi tergantung jenis makanan serta air
yang diminumnya. Urine normal pada manusia terdiri dari air, urea, asam urat,
amoniak, kreatinin, asam laktat, asam fosfat, asam sulfat, klorida, garam-garam
terutama garam dapur, dan zat-zat yang berlebihan di dalam darah misalnya
vitamin C dan obat-obatan. Semua cairan dan materi pembentuk urine
tersebut berasal dari darah atau cairan interstisial.

1. Urea

Urea merupakan hasil akhir metabolisme nitrogen asam amino (protein dalam
tubuh). Jumlahnya kira-kira setengah jumlah zat padat total dalam urine yaitu antara
25 – 30 gr/24jam. Urea merupakan jumlah terbesar senyawa nitrogen yang
dikeluarkan oleh tubuh lewat urine. Ekstraksi urea tergantung dari jumlah protein
yang dimakan, sedangkan senyawa nitrogen tidak dipengaruhi oleh pemasukan
protein.

2. Kreatinin

18
Merupakan hasil pemecahan kreatin. Kreatin banyak terdapat pada otot sebagai
senyawa utama perantara energi bagi otot. Pada penyakit otot, keratin banyak
dipecah hingga ekskresi kreatine meningkat. Jumlah kreatinin yang dieksresi melalui
urine kira-kira 1 – 1,8 gr/24jam.

3. Asam urat

Adalah hasil oksidasi purin dalam tubuh, berasal dari nukleo protein sel tubuh.
Dalam air kelarutannya kecil, tapi larut dalam garam alkali. Jumlah yang dikeluarkan
dalam urine antara 0,5 – 1 gr/24jam.

4. Klorida

Klorida merupakan suatu elektrolit yang memiliki peranan penting dalam


menjaga keseimbangan cairan di dalam dan di luar sel-sel tubuh, serta
mempertahankan volume darah normal, tekanan darah, dan pH cairan tubuh. Klorida
diabsorbsi dalam saluran gastrointestinal, dan kelebihannya akan dikeluarkan
melalui urine sekitar 10 – 15 gr/24 jam tergantung intake.

5. Belerang

Belerang adalah zat sisa metabolisme asam amino yang mengandung S,


tiosulfat, tiosianat, sulfida dan sebagainya. Belerang yang diekskresi terdapat dalam
2 bentuk yakni :

- belerang yang tak teroksidasi (belerang netral)


- belerang yang teroksidasi (oxidized sulfur): sulfat anorganik dan sulfat eterial
a. Belerang anorganik
Belerang anorganik merupakan bagian terbesar dari belerang teroksidasi (85 –
90%) dan berasal terutama dari metabolisme protein.

b. Belerang eteral
Belerang etereal merupakan senyawaan asam sulfat dengan zat-zat organik.
Sulfat etereal di dalam urine merupakan ester sulfat organik (R-O-SO3H) yang
dibentuk di dalam hati dari fenol endogen dan eksogen, yang mencakup indol,
kresol, estrogen, steroid lain, dan obat-obatan. Zat-zat organik tersebut berasal
dari metabolisme protein atau pembusukan protein dalam lumen usus.
Semuanya terurai pada pemanasan dengan asam. Jumlahnya 5 – 15% dari
belerang total urine.

c. Belerang yang tak teroksidasi


Belerang tak teroksidasi merupakan senyawa yeng mempunyai gugus –SH, -S,
-SCN, misalnya asam amino yang mengandung S (sistin), tiosulfat, tiosianat,
sulfida, dsb. Jumlahnya adalah 5 – 25% dari belerang total urine.

19
6. Fosfat

Pada umumnya jumlah ekskresi fosfat melalui urine kira-kira 1,1 gram/24 jam.
Sebagian besar dalam bentuk fosfat anorganik dan hanya 1 – 4 % dalam bentuk
fosfat organik. Pada urine yang alkalis, fosfat mudah mengendap sebagai kalsium
atau magnesium fosfat atau sebagai ammonium magnesium fosfat. Garam ini dapat
membentuk batu fosfat dalam ginjal atau saluran urine. Jumlah fosfat meningkat
pada beberapa penyakit, misalnya hiperparatiroidisme, pada beberapa penyakit
tulang seperti osteomalasia, ricketsia dan sebagainya. Sedangkan ekskresi fosfat
menurun pada hipoparatiroidisme, penyakit ginjal, kehamilan dan lain-lain.

7. Amonia

Amonia merupakan hasil akhir metabolisme protein yang mengandung N. Ini


merupakan kedua yang terpenting setelah urea. Dalam urine, amonia terdapat
dalam bentuk garam amonium dan jumlahnya kira-kira 0,7 gram/24 jam atau 2,5 –
4,5 % dari nitrogen total/24 jam. Amonia urine sebagian besar berasal dari sintesis
di sel-sel tubuli ginjal.

ZAT-ZAT PATOLOGIS DALAM URINE


1. GLUKOSA
Pada keadaan normal, tidak lebih dari 1 gram glukosa diekskresi dalam 24 jam.
Hal tersebut disebabkan karena molekul glukosa besar dan ginjal akan menyerap
kembali hasil filtrasi dari glumerulus. Glukosuria yaitu adanya glukosa di dalam urine
yang melebihi kadar normal. Ekskresi glukosa ke dalam urine disebabkan oleh:

- Glukosa renal: glukosa dibuang ke air kemih meskipun kadar glukosa di dalam
darah normal. Hal ini terjadi karena adanya kelainan fungsi di tubulus renalis.
- Hipertiroid
- Kehamilan
- Diabetes melitus: karena kadar glukosa di dalam darah meningkat, karena
kekurangan insulin sehingga nefron di ginjal tidak bisa menyerap kembali
kelebihan glukosa karena melewati nilai ambang ginjal (ambang glukosa di ginjal
= > 170 mg/dL). Makanya kelebihan glukosa dibuang ke urine.
2. ZAT-ZAT KETON

Yang termasuk zat-zat keton ialah asam asetoasetat, β-hidroksibutirat dan


aseton. Zat-zat ini merupakan zat antara pada pemecahan asam lemak di dalam hati
dan selanjutnya mengalami pemecahan pada jaringan ekstrahepatik. Pada
beberapa keadaan patologis, terjadi penimbunan zat-zat keton dalam darah
(ketonemia) dan dikeluarkan melalui urine dalam jumlah besar (ketonuria). Keadaan
ini disebut ketosis.

20
3. PROTEIN

Dalam keadaan normal, tidak lebih dari 30 – 200 mg protein diekskresi dalam
24 jam. Proteinuria adalah adanya protein yang ditemukan di dalam urine yang
melebihi kadar normalnya. Proteinuria fisiologis dapat ditemukan pada: wanita hamil,
demam, hipertensi, stres, kerja berat, dan lain-lain. Sedangkan proteinuria patologis
ditemukan pada:

a. Pre renal
Yaitu, proteinuria yang disebabkan oleh kerusakan organ-organ sebelum ginjal
misalnya hati. Ditemukan pada penyakit: sirosis hepatis, meninginitis, asites, febris

b. Renal
Ditemukan pada penyakit: GNA (glomerulo nefritis akut), GNK (glomerulo nefritis
kronis), PNA (pyelo nefritis akut), PNK (pyelo nefritis kronis )

c. Post renal

Yaitu, proteinuria yang disebabkan oleh kerusakan organ-organ setelah ginjal,


misalnya saluran vesika urinaria, ureter.

4. DARAH

Bila dalam urine terdapat darah, keadaan ini disebut hematuria atau
hemoglobinuria. Hematuria terjadi karena darah masuk ke dalam urine, misalnya
pada radang atau kerusakan ginjal dan saluran kemih. Sedangkan hemoglobinuria
terjadi karena hemolisis sehingga hemoblin dibebaskan. Ini dapat terjadi pada
penyakit malaria, reaksi transfusi atau kongenital.

5. BILIRUBIN

Bilirubin normalnya tidak terdapat dalam urine. pada keadaan-keadaan


patologik seperti hepatitis dan batu empedu maka bilirubin akan meninggi kadarnya
didalam darah dan kemudian akan diekskresikan melalui urine.

21
SIFAT-SIFAT URINE

PERCOBAAN 1 (Volume Urine)

a. Tujuan
Untuk menentukan volume urine diperlukan urine yang dikumpulkan dalam 24
jam

b. Alat dan Bahan


Gelas Ukur, Urine 24 jam

c. Cara Kerja
Urine hari pertama dibuang pada waktu yang telah ditentukan (misalnya jam 6
pagi). Semua urine mulai waktu itu sampai dengan waktu yang sama pada hari
berikutnya dikumpulkan.

d. Hasil Percobaan:

e. Kesimpulan:

22
PERCOBAAN 2 (Berat Jenis Urine)

a. Tujuan: untuk menentukan berat jenis urine


diperlukan alat hydrometer/urinometer.
b. Alat dan Bahan: Urinometer, sampel urine 24 jam,
termometer
c. Cara Kerja
- Tampung urine (sewaktu, pagi hari dan urine
24 jam) ke dalam wadah yang telah
disediakan
- Isilah sebuah tabung urinometer dengan urine
tersebut di atas dan letakkan hidrometer di
dalamnya hingga urinometer pada posisi
terapung. Hidrometer tidak boleh menyentuh
dinding tabung. Catatlah suhu urine tersebut
dengan menggunakan termometer. Tiap-tiap urinometer telah ditera pada
suhu tertentu.
- Bila suhu urine tidak sama dengan suhu tera, lakukanlah koreksi dengan
cara tambahkan 0,001 pada angka yang dinyatakan hidrometer bagi tiap
penambahan suhu 3 oC di atas suhu tera atau kurangi 0,001 pada angka
yang dinyatakan hidrometer bagi tiap penambahan suhu 3 oC dibawah suhu
tera.
- Kemudian bacalah skala pada meniskus bawah urine dan hitunglah dengan
menggunakan rumus berikut :
(suhu urin − suhu tera)
BJ ukur + x 0,001
BJ urine sesungguhnya = 3

- Kalikan dua angka terakhir berat jenis urine sesungguhnya tersebut di atas
dengan koefisien Long (2,6). Hasilnya diperoleh secara kasar jumlah zat
padat total dalam 1 liter urine (gram)

d. Hasil Percobaan:

e. Kesimpulan

23
PERCOBAAN 3 (pH Urine)

a. Tujuan: Untuk menentukan pH Urine


b. Alat dan Bahan: sampel Urine, strip indikator universal, gelas kimia
c. Cara Kerja: Celupkan secarik strip indikator universal ke dalam urine sewaktu
dan 24 jam kemudian bacalah pH urine tersebut.
d. Hasil Percobaan:

e. Kesimpulan:

PERCOBAAN 4 (Bau, Warna dan Kekeruhan)


a. Tujuan: untuk menentukan bau, warna, dan kekeruhan pada urine
b. Cara kerja: Catatlah bau, warna dan kekeruhan urine sewaktu, pagi hari dan
urine 24 jam.
c. Hasil Percobaan:

d. Kesimpulan:

24
ZAT-ZAT FISIOLOGIS URINE
PERCOBAAN 1 (Urea)
a. Dasar: Urea dihidrolisis oleh adanya air dan urease menjadi amonia dan
karbondioksida. Dalam reaksi berthelot ion amonium bereaksi dengan hipoklorit
dan salisilat untuk membentuk zat warna yang dihasilkan (turunan indophenol)
dapat diperkuat dengan menambahkan sejumlah kecil natrium nitroprussid.
Intensitas warna sebanding dengan kadar urea diukur secara fotometrik.

b. Reaksi :

urease
Urea + H2O 2NH4+ + CO32-

2 NH4+ + salisilat + hipoklorit turunan indofenol

Metode 1

Reagensia:

1) Reagens warna (fosfat buffer pH = 6,8 20 mM; sodium salisilat 61 mM;


sodium nitroprussid 3,4 mM; EDTA-Na2 1,34 mM; urease ≥ 23 U/ml;
stabilizer)
2) Standar urea 40 mg/dl dan larutan hypoklorit
3) Sampel serum/urine pengenceran 50 kali
c. Alat-alat: Spektrofotometer, kuvet, waterbath, pipet dan tabung reaksi

d. Cara kerja :

- Siapkan 3 buah tabung reaksi bersih dan kering. Beri label pada setiap
tabung dengan:

Masukkan ke dalam Sampel Standar Blanko


tabung

Reagen warna 1 ml 1 ml 1 ml

Sampel serum/urine yg 10 µl - -
sdh diencerkan 50 kali (1
dlm 49)

Standar urea - 10 µl -

25
- Campurkan segera, kemudian inkubasikan dalam water bath selama 3 menit
pada suhu 37oC/selama 5 menit pada suhu 20-25oC
Larutan hypoklorit 1 ml 1 ml 1 ml

- Campurkan segera, kemudian biarkan selama 5 menit pada suhu 37oC atau
selama 10 menit pada suhu 20-25oC
- Baca absorbansi sampel pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 578
nm (range panjang gelombang 570 – 600 nm)

Perhitungan :

Absorban sampel
× 2 g/dl
Sampel urine, kadar urea = Absorban standar

Fp = 50, jadi kadar urea urine = abs x fp x [standar] = abs x [(50 x 40


mg/dl) / 1000 g/dl]

Nilai normal: Sampel serum/plasma, kadar urea = 10 – 50 mg/dl

Sampel urine, kadar urea = 20 – 35 g/24 jam

Metode 2 :

Reagensia :

1) suspensi urease 3,5 KU/l


2) standar urea 40 mg/dl
3) reagen fenol(150 mmol/liter fenol; 0,47 mmol/liter natrium nitroprussid)
4) larutan hipoklorit (13 mmol/liter NaOCl; 130 mmol/liter NaOH)

e. Cara kerja :

- Siapkan 3 buah tabung reaksi bersih dan kering. Beri label pada setiap tabung
dengan:

26
Masukkan ke dalam Sampel Standar Blanko
tabung

Suspensi urease 100 µl 100 µl 100 µl

Reagen fenol salisilat 1 ml 1 ml 1 ml

Sampel serum 10 µl - -

Standar urea - 10 µl -

- Campurkan segera, kemudian inkubasikan dalam water bath selama 15


menit pada suhu 37oC
Larutan hypoklorit 1 ml 1 ml 1 ml

- Campurkan segera, kemudian biarkan pada suhu ruang selama 15 menit


pada suhu 37oC. Baca absorbansi sampel pada spektrofotometer dengan
panjang gelombang 620 nm

f. Hasil Percobaan:

g. Kesimpulan:

27
PERCOBAAN 2 (Asam Urat )

a. Tujuan: Untuk menentukan kadar asam urat dalam urine


b. Dasar:
Enzim urikase bertindak sebagai asam urat untuk membentuk hydrogen
peroksida dan alantoin. H2O2 secara kuantitatif terukur dengan reaksi 3,5-
dichloro-2 hydroxybenzenesulfonic acid (DCHB), dengan adanya peroksidase
dan 4-aminophenazone akan membentuk kompleks quinoneimine merah violet.

Enzim Urikase
1. Asam urat + H2O+ H2O2 + CO2+ Allantoin

Peroksidase
2. H2O2 + DCHB + 4-aminophenazone N-(-4antipyryl)-3-chloro-5-
sulfonate-p-benzo-quinoneimine + H2O

c. Alat dan Bahan: Reagen enzimatik asam urat (Cair), Spektrofotometer, dengan
absorban 520 nm, kuvet, Water bath, pipet, urine diencerkan 1:10 (1 + 9) dengan
air suling

d. Cara Kerja

1. Pipet ke dalam kuvet volume-volume berikut (ml) dan aduk rata:


RB S U

Reagent 1.0 1.0 1.0

Standard - 0.02 -

Sampel - - 0.02

Catatan: Untuk instrumen yang membutuhkan volume lebih dari 1,0 mL,
gunakan reagen 2,0 mL dan 0,05 mL standar dan sampel

2. Inkubasi semua kuvet pada 37°C selama 5 menit dan biarkan dingin, atau
pada pada suhu kamar selama 15 menit
3. Baca S dan U vs. RB di 520 nm dalam waktu 15 menit.

28
Cara perhitungan :

!"
Urine asam urat (mg/dL)= 𝑥 80
!"

Nilai normal

Urine = 0,5 – 1,0 gr/hari (tergantung diet purin)

e. Hasil Percobaan:

f. Kesimpulan:

29
PERCOBAAN 3 (Uji Kreatinin)

a. Tujuan: Untuk menentukan kadar kreatinin pada urine


b. Dasar: Kreatinin dengan asam pikrat dalam suasana alkali bereaksi membentuk
suatu senyawa kompleks berwarna kuning orange. Intensitas warna yang
dihasilkan sebanding dengan kadar kreatinin diukur secara fotometrik.
c. Alat dan Bahan: Creatinine kit (larutan asam pikrat, larutan sodium hydroxide,
larutan creatinine zinc chloride), Spektrofotometer, micro pipet, tabung reaksi,
stopwatch, water bath, kuvet, tip
d. Cara Kerja :
Metode 1

- Siapkan kuvet spektrofotometer pada panjang gelombang 510 nm


- Siapkan 3 buah tabung reaksi bersih dan kering. Beri tanda pada tabung
reaksi :

Tambahkan kedalam tabung Sampel Standar Blanko

Working reagent (inkubasi 1 ml 1 ml 1 ml


pada suhu 37C selama 3
menit)

Sampel serum/urine yang 50 µl - -


diencerkan 1:20 (1+19)

Standar - 50 µl -

- Campurkan baik-baik dan masukkan pada masing-masing kuvet. Biarkan


selama 20 detik pada temperatur kamar. Kemudian ukur absorbansinya.
- Diamkan selama 1 menit. Ukurlah absorbansinya.
- Perhitungan :

Asp 2 - Asp1
× 5x 20 mg/dl
Kadar kreatinin urine = Ast 2 - Ast 1

Keterangan : Asp1 = absorbansi sampel pada waktu 20 detik

Asp2 = absorbansi sampel pada waktu 1 menit

Ast1 = Absorbansi standar pada waktu 20 detik

Ast2 = absorbansi standar pada waktu 1 menit

30
NILAI NORMAL

Urine = Laki-laki : 1000-2000mg/24 jam

Perempuan : 600-1500mg/24 jam

Metode 2:

1. Pipetkan:
Masukkan ke Semi- mikro
dalam kuvet
Sampel / STD 100 µl

Reagen 1000 µl

2. Campurkan dan mulai menghitung waktunya. Setelah 30 detik baca


absorban A1. Baca Absorban A2 tepat setelah 2 menit. A2-A1=ΔA

CARA PERHITUNGAN:

Urine
∆! !"#$%&
C=100 x [mg/dL]
∆! !"#

Konstentrasi kreatinin dalam urine 24 jam:

C = mg/dL x ml urine/24jam x 0,01 [mg/24jam]

C = mg/24jam x 0,00884 [mmol/ 24jam]

!" !"#$%&'&'/!" !"#$× !" !!"#/!"!"#


Kreatinin klirens = [ml/menit]
!" !"#$%&'&'/!" !"#$%× !""#

31
Konversi [mg/dl] ke [µmol/l] :

[mg/dl] x 88,402 = [µmol/l]

[µmol/l] x 0,0113 = [mg/dl]

Nilai normal =

Serum [mg/dl] [µmol/l]

Laki-laki 0,6 - 1,1 53 - 97

Perempuan 0,5 – 0,9 44 - 80

Urine 1000 – 1500 mg/24 jam

Kreatininklirens

98 – 156 ml/menit

95 – 160 ml/menit

e. Hasil Percobaan:

f. Kesimpulan:

32
PERCOBAAN 4 (Klorida)

a. Tujuan: Untuk mengidentifikasi adanya zat klorida pada urine.


b. Dasar: 2 NaCL + AgNO3 à Na2NO3 + AgCl2
c. Alat dan Bahan: tabung reaksi, rak tabung, pipet volume, bola isap, sampel
urine, larutan HNO3 encer, Zat AgNO3 2%
d. Cara Kerja
- Masukkan 5 ml urine kedalam tabung reaksi. Tambahkan 4 tetes HNO3
encer dan 4 tetes AgNO3 2%
- Perhatikan apa yang terjadi, endapan putih yang terbentuk adalah perak
klorida yang larut dalam amonia. Catat dan gambar.

e. Hasil Percobaan:

f. Kesimpulan:

33
BELERANG

PERCOBAAN 5 (Sulfat Anorganik)

a. Tujuan: memeriksa adanya sulfat anorganik dalam urine


b. Dasar: BaCl2 + SO42 à BaSO4 + 2 Cl-
c. Alat dan Bahan: Tabung reaksi, rak tabung, pipet volume, bola isap, sampel
urine, HCl encer, larutan BaCl2
d. Cara Kerja: Masukkan 10 ml urine kemudian tambahkan 1 ml HCl encer dan
1 ml BaCl2 setelah itu kocok. Terbentuknya endapan putih menunjukkan
BaSO4 yang terbentuk

e. Hasil Percobaan:

f. Kesimpulan:

34
PERCOBAAN 6 (Belerang yang tak-teroksidasi)

a. Tujuan: memeriksa adanya belerang yang tak-teroksidasi dalam urine


b. Dasar: Dengan adanya katalisator Zn, belerang yang terdapat dalam urine
bereaksi dengan HCl encer menghasilkan gas H2S, yang baunya sangat
khas dimana gas ini dapat diidentifikasi dengan menghitamnya kertas saring
yang telah direndam dengan Pb asetat membntuk PbS (endapan hitam)
c. Alat dan Bahan: tabung reaksi, rak tabung, pipet volume, bola isap,
sampel urine, Bubuk Zn, reagen HCl encer, kertas saring
d. Cara Kerja:
- Masukkan 10 ml urine lalu masukkan Zn secukupnya & sedikit HCl
encer
- Tutup tabung tersebut dengan kertas saring yang dibasahi dengan Pb-
asetat. Kertas saring akan tampak berwarna hitam

e. Hasil Percobaan:

f. Kesimpulan

35
PERCOBAAN 7 (Tes Obermeyer)

a. Tujuan: memeriksa adanya indikan (potassium indoksil sulfat) dalam urine


b. Dasar: pereaksi Obermeyer (FeCl3 dalam HCl pekat) akan mengoksidasi
gugus indoksil membentuk warna biru indigo yang larut dalam kloroform.
c. Alat dan Bahan: tabung reaksi, rak tabung, pipet volume, bola isap, sampel
urine, pereaksi Obermeyer (FeCl3 dalam HCl pekat), kloroform
d. Cara kerja:
- Masukkan 5 ml urine kedalam tabung reaksi, Tambahkan 5mL
pereaksi obermeyer tunggu beberapa menit
- Lalu tambahkan 3 ml kloroform. Campur dengan membolak-
balikkannya kira-kira 10 kali. Jangan mengocoknya! Kloroform akan
mengekstraksi biru indigo yang terbentuk. Warna biru akan lebih nyata
bila cairan diatas ekstrak kloroform dibuang dan ditambah dengan air

e. Hasil Percobaan:

f. Kesimpulan:

PERCOBAAN 8 ( Fosfat)

a. Tujuan: untuk memeriksa adanya fosfat pada urine


b. Alat dan bahan: tabung reaksi, rak tabung, pipet volume, bola isap, sampel
urine, larutan urea 10%, pereaksi moblidat special, larutan ferosulfat spesial
c. Cara Kerja :
- masukkan 5 ml urine pada tabung reaksi. Tambahkan 1 ml larutan urea
10% dan 10 ml pereaksi molibdat spesial
- Campur dan tambahkan 1 ml larutan ferosulfat spesial. Warna biru yang
terbentuk menunjukkan adanya fosfat.

36
d. Hasil Percobaan:

e. Kesimpulan:

PERCOBAAN 9 (Amonia)

a. Tujuan: untuk mengidentifikasi adanya amonia dalam urine


b. Dasar: Pemanasan yang dilakukan bertujuan untuk mempercepat reaksi
dan mengetahui adanya gas yang bersifat basa yang timbul selama proses
pemanasan
c. Alat dan bahan: tabung reaksi, rak tabung, pipet volume, bola isap, sampel
urine, Larutan NaOH, sampel urine, kertas lakmus, Bunsen
d. Cara kerja
- Masukkan larutan natrium hidroksida (NaOH) pada beberapa ml urine
(2 ml) sehingga reaksinya alkalis (caranya dengan melihat perubahan
warna dari kertas lakmus, jika kertas lakmus berubah menjadi biru
hentikan penambahan NaOH)
- Panaskan, perhatikan bau yang timbul dan uji uap yang terbentuk
dengan kertas lakmus yang dibasahi.

e. Hasil Percobaan:

f. Kesimpulan:

37
ZAT-ZAT PATOLOGIS DALAM URINE
PERCOBAAN 1 (Glukosa)
a. Tujuan: memeriksa kadar gula dalam urine secara semikuantitatif
b. Dasar: dalam suasana alkalis ion kupri akan direduksi menjadi kuprooksida
oleh gula yang memiliki gugus aldehida atau keton bebas. Kuprooksida yang
terbentuk bersifat tidak larut dan berwarna merah. Banyaknya endapan
merah yang terbentuk sebanding dengan kadar gula yang terdapat dalam
urine.
c. Alat dan bahan: Tabung reaksi, rak tabung, pereaksi benedict, sampel urine,
pipet volume, bola hisap, bunsen
d. Cara Kerja
- Masukkan 2,5 ml pereaksi benedict pada tabung reaksi & campurlah
dengan 4 tetes urine
- Panaskan selama 5 menit pada penangas air mendidih atau didihkan di
atas api kecil selama 1 menit. Biarkanlah menjadi dingin perlahan-lahan
- Hasil:

- Warna Penilaian - Kadar

- Biru/hijau keruh - 0 - 0
- Hijau/kuning hijau - + - <0,5 g%
- Kuning/kuning - ++ - 0,5 – 1 g%
kehijauan
- Jingga - +++ - 1 – 2 g%
- Merah bata - ++++- > 2 g%

e. Hasil Percobaan:

f. Kesimpulan:

38
PERCOBAAN 2 (Zat-Zat Keton)

a. Tujuan: Untuk memeriksa adanya zat-zat keton dalam urine


b. Dasar: pengoksidasian gugus keton. Penambahan Kristal ammonium sulfat
bertujuan untuk mengondisikan larutan urine yang asam menjadi netral.
Selanjutnya ditambahkan nitroprussid dan ammonium hidroksida pekat
bertujuan agar reaksi oksidasi keton dapat berlangsung dalam suasana basa.
c. Alat dan bahan: Tabung reaksi,rak tabung, sampel urine, pipet volume, bola
hisap, Bunsen, Na-nitroprussid 5%, amonium hidroksida pekat, dan Kristal
ammonium sulfat
d. Cara Kerja
- Siapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering. Masukkan 5 ml urine ke
dalamnya
- Bubuhkan kristal amonium sulfat sampai jenuh (penambahan diteruskan
sedikit demi sedikit, jika dikocok kristal amonium sulfat tidak larut lagi maka
hentikan penambahan)
- Tambahkan 2 – 3 tetes Na-nitroprussid 5% dan 1 – 2 ml amonium
hidroksida pekat. Campur dan biarkan selama setengah jam. Terbentuknya
warna ungu menyatakan adanya zat-zat keton.

e. Hasil Percobaan:

f. Kesimpulan:

39
PERCOBAAN 3 (PROTEIN)

a. Tujuan: Untuk menentukan adanya protein dalam urine


b. Dasar: Prinsip percobaan ini adalah pemecahan protein menjadi monomer-
monomernya yang lebih sederhana. Penambahan asam berfungsi untuk
membuat protein yang berada dalam urine terdenaturasi sehingga terbentuk
endapan
c. Alat dan bahan: Tabung reaksi, rak tabung, sampel urine, pipet volume, bola
hisap, Bunsen, larutan asam sulfosalisilat 10%
d. Cara Kerja
- Siapkan sebuah tabung reaksi bersih dan kering. Masukkan 2 ml urine
kedalamnya dan tambahkan 4 tetes larutan asam sulfosalisilat 10%.
Kekeruhan atau presipitat menyatakan adanya albumin atau globulin,
presipitat akan bertambah pada pemanasan.

e. Hasil Percobaan:

f. Kesimpulan:

40
PERCOBAAN 4 (Darah)

a. Tujuan: Untuk menentukan adanya darah secara mikroskopis dalam urine.


b. Dasar: Apabila terdapat hemoglobin dalam urine, maka Hb tersebut akan
berikatan dengan peroksidase yang kemudian menginduksi oksidasi
orthotoiludin.
c. Alat dan bahan: Tabung reaksi, rak tabung, sampel urine, pipet volume, bola
hisap, reagen orthotoluidin 1%, asam asetat glasial, H2O2 3%.
d. Cara kerja: Siapkan tabung reaksi kosong dan bersih. Pipetkan 1 ml urine ke
dalam tabung reaksi. Kemudian tambahkan 1 ml reagen orthotoluidin 1%
dalam asam asetat glasial dan 1 ml H2O2 3%. Warna biru kehijauan yang
terbentuk menunjukkan hasil tes positif.

e. Hasil Percobaan:

g. Kesimpulan:

41
PERCOBAAN 5 (Bilirubin)

a. Tujuan: Untuk mengidentifikasi adanya bilirubin dalam urine


b. Dasar: Bilirubin dalam urine akan dipekatkan diatas kertas saring dengan
jalan mempresipitatkan fosfat yang ada dengan menggunakan larutan BaCl2
10%, bilirubin yang terkumpul akan dioksidasi menjadi biliverdin oleh reagen
fouchet
c. Alat dan bahan: Tabung reaksi, rak tabung, sampel urine, pipet volume, bola
hisap, larutan BaCl2 10%., kertas saring, reagen fouchet
d. Cara kerja
- Masukkan 5 ml urine dan 3 ml BaCl2 10%. Campur kemudian saring
- Bentangkan kertas saring tersebut diatas corong biarkan hingga kering.
Teteskan 2 – 3 tetes reagen fouchet diatas kertas saring berisi endapan
tersebut. Terbentuknya warna hijau menandakan bilirubin positif

e. Hasil Percobaan:

f. Kesimpulan:

42

Anda mungkin juga menyukai