Buku Penuntun Biomedik 2 2019 PDF
Buku Penuntun Biomedik 2 2019 PDF
Penyusun,
VISI:
MISI:
keislaman.
fungsi dakwah.
kinerja
PETUNJUK UMUM PRAKTIKUM BIOKIMIA
TATA TERTIB
STAF LABORATORIUM BIOKIMIA
STAF DOSEN
dr. Zulfahmidah
STAF ASISTEN
Innal Hamda
Any Mustafa
Afrilia Chaerunnisa
DAFTAR ISI
GASTROENTEROHEPATOLOGI
III. EMPEDU
IV. BILIRUBIN
RESPIRASI
I. HEMOGLOBIN
URONEFROLOGI
I. SIFAT-SIFAT URINE
GASTROENTEROHEPATOLOGI
I. AMILASE AIR LIUR
DASAR TEORI:
Dalam mulut makanan dihancurkan secara mekanis oleh gigi dengan jalan
dikunyah. Makanan yang dimakan dalam bentuk besar diubah menjadi ukuran yang
lebih kecil. Makin lama mengunyah makin baik sebab penghancuran lebih efektif.
Apabila makanan menjadi kecil ukurannya maka luas permukaan akan bertambah.
Selama penghancuran secara mekanis ini berlangsung, kelenjar yang ada di sekitar
mulut mengeluarkan cairan yang disebut saliva atau ludah (Poedjiadi, 2007:234).
Getah saliva dihasilkan oleh kelenjar ludah yang terdapat dalam rongga mulut,
yang mengandung air sekitar 99%. Zat padat yang terdapat dalam saliva
diantaranya ptyalin (amylase), musin (suatu senyawa glikoprotein) dan sejumlah
senyawa-senyawa yang juga terdapat dalam darah dan urin seperti amoniak, asam-
asam amino, urea, asam urat, kolestrol serta kation (Ca2+, Na+, K+,Mg2+) dan anion
seperti PO43-, Cl- dan HCO3- pH sekitar 6,8 – 7,4 (Anonimous, 2011).
Menurut Sandira (2009:1), secara garis besar fungsi saliva/ ludah ada 5 yaitu:
Tingkat spesifikasi terhadap substrat biasanya tinggi dan kerap kali mutlak (Stryer,
2000:182).
Amilase merupakan protein yang berada di dalam air liur yang dapat membantu
proses pencernaan makanan dengan memecah pati menjadi potongan-potongan
gula yang larut air. Enzim amilase hanya ditemukan dalam air liur manusia yang zat
ini dikenal lebih akrab sebagai amylase saliva (Anonimous, 2010).
Enzim ptyalin dalam saliva merupakan suatu enzim amylase yang berfungsi
untuk memecah molekul amilum menjadi maltose dengan proses hidrolisis. Enzim
amylase bekerja secara optimal pada pH 6,8- 8. Di samping karena musin adalah
suatu zat yang kental dan licin, maka saliva mempunyai fungsi membasahi makanan
dan sebagai pelumas yang memudahkan atau memperlancar proses menelan
makanan. Enzim amilase mulai tidak aktif pada pH 4,0, karena setelah makanan
ditelan dan masuk ke dalam lambung, proses hidrolisis oleh enzim amilase tidak
berjalan lebih lama lagi. Dalam lambung cairan ini hanya dapat bertahan selama 15-
30 menit, karena cairan dalam lambung bersifat sangat asam yaitu mempunyai pH
antara 1,6-2,6. Rangsangan yang menyebabkan pengeluaran saliva dari kelenjar
saliva adalah pikiran tentang makanan yang disenangi, adanya bau makanan yang
sedap atau melihat makanan yang diharapkan sehingga menimbulkan selera
(Poedjiadi, 2007:235-236).
Pati dan glikogen dihidrolisis sempurna oleh aktivitas enzim yang terdapat dalam
saluran pencernaan, menjadi molekul unit pembangunnya yaitu D-glukosa bebas.
Proses ini dimulai dari mulut selama proses penguraian makanan, dengan bantuan
enzim amylase. Amylase pada air ludah bekerja memutuskan sejumlah ikatan α (1
4) glikosida pati dan glikogen sehingga dihasilkan campuran senyawa maltose,
glukosa dan oligosakarida. Kue crakers lambat laun terasa manis sewaktu kita
mengunyah karena kandungan zat patinya yang semula tak berasa, dihidrolisa
menghasilkan gula (Lehninger, 1994:6).
PERCOBAAN:
Dasar:
Pada kisaran pH tertentu suatu indicator akan memberikan perubahan warna
+
sesuai dengan H dalam larutan yg diperiksa.
Cara Kerja:
Hasil Percobaan:
Kesimpulan:
Tujuan:
Untuk mengetahui adanya sulfat dalam air liur.
Dasar:
Ion sulfat dalam suasana asam dapat diendapkan oleh barium
2+ 2-
Ba + SO 4 -------àBaSO4 (endapan putih) ----à(+)
Cara Kerja:
Hasil Percobaan:
Kesimpulan:
1.3. UJI FOSFAT
Tujuan:
Untuk mengetahui adanya fosfat dalam liur
Dasar:
Fosfat bereaksi dengan asam molibdat membentuk asam fosfomolibdat,
yang dapat direduksi memberikan warna biru tua (ortofosfat)
Cara Kerja:
Hasil Percobaan:
Kesimpulan:
1.4. UJI KLORIDA
Tujuan:
Mengetahui ada tidaknya klorida dalam liur
Dasar:
Ion klorida dalam suasana asam dapat diendapkan oleh Ag (perak). Endapan
AgCl (endapan putih) menunjukan adanya klorida
Cara Kerja:
Hasil Percobaan:
Kesimpulan:
II. GETAH LAMBUNG
DASAR TEORI:
Asam lambung merupakan senyawa yang memiliki rumus kimia HCl atau
asam klorida. Senyawa ini bersifat asam. Kadar HCl dalam asam lambung adalah
sekitar 0,5 persen dari total getah lambung. HCl berfungsi sebagai disinfektan atau
pembunuh kuman dan mengubah pepsinogen menjadi pepsin. HCl juga
merangsang usus, hati, dan pankreas untuk mencerna makanan. Fungsi lain dari
asam lambung adalah untuk mempercepat reaksi antara air, protein, dan pepsin.
Selain itu, asam lambung dapat mengendorkan pilorus, karena HCl bersifat asam
dengan pH kurang lebih 1-3.
• Pepsin
Fungsi : untuk memecah protein menjadi protease
Di dalam pankreas (sebagai proteolitik) :
1. Lipase
Fungsi : memecah lemak menjadi asam lemak dan gliseral
• Mucin
Fungsi : untuk melindungi lambung
Hidrogen klorida (HCl) adalah suatu asam monoprotik, yang berarti asam ini
dapat berdisosiasi (yaitu, mengion) hanya sekali untuk menghasilkan satu ion H+
(proton tunggal). Dalam air asam hidroklorida, H+ bergabung dengan satu molekul
air membentuk ion hidronium, H3O+:
Ion lain yang terbentuk ialah Cl−, ion klorida. Oleh karena itu, asam
klorida digunakan untuk membuat garam-garam yang disebut klorida, seperti
natrium klorida (NaCl). Asam klorida merupakan suatu asam kuat, karena ia secara
esensial terdisosiasi dengan sempurna di dalam air.
Dari enam asam mineral kuat yang umum dalam kimia, asam klorida
merupakan asam monoprotik yang paling tidak mungkin menjalani reaksi reduksi-
oksidasi. HCl merupakan salah satu dari asam kuat paling berbahaya untuk
ditangani, terlepas dari keasamannya, asam ini terdiri dari ion non reaktif dan non-
toksik. Larutan asam klorida dengan kekuatan sedang adalah sangat stabil pada
penyimpanan, mempertahankan konsentrasinya melampaui waktu. Atribut ini,
ditambah fakta bahwa HCl tersedia sebagai reagen murni, membuat asam klorida
reagen pengasaman yang baik.
Asam hidroklorida adalah asam yang lebih disukai dalam titrasi untuk
penentuan jumlah basa. Tintran asam kuat memberikan hasil lebih tepat karena titik
akhir yang lebih jelas. Azeotrop atau asam hidroklorida “bertitik didih konstan”
(secara kasar 20,2%) dapat digunakan sebagai standar primer dalam analisis
kuantitatif, meskipun konsentrasinya yang tepat bergantung pada tekanan atmosfir
ketika asam ini dibuat.
PERCOBAAN:
Tujuan:
Dasar:
HCl melarutkan banyak logam dan menjadi logam klorida dan gas hidrogen,
dan asam ini bereaksi dengan senyawa basa seperti kalsium karbonat atau
tembaga(II) oksida, yang membentuk klorida terlarut yang dapat dianalisis.
Warna merah menyatakan adanya HCl bebas.
2.Cawan porselen
3.Pengaduk gelas
Cara Kerja:
3. Celupkan sebatang pengaduk gelas dalam bahan yang akan diperiksa lalu
goreskan pada cawan yang berisi pereaksi yang telah kering.
Hasil Percobaan:
Kesimpulan:
III. EMPEDU
DASAR TEORI:
Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau
kekuningan, yang disekresikan oleh hepatosit hati. Empedu dihasilkan secara terus-
menerus oleh hati, akan tetapi ditampung dalam sebuah alat penampungan yaitu
kantung empedu diantara waktu makan. Bila makanan masuk ke duodenum,
lepasnya kolesistokinin akan merangsang kontraksi kantung empedu dan keluarnya
empedu akan dihimpun ke dalam duodenum (Panil, 2004).
Cairan empedu merupakan cairan jernih, berwarna kuning agak kental dan
mempunyai rasa pahit. Selama 24 jam dihasilkan cairan empedu sebanyak 500 mL
sampai 700 mL dan mempunyai pH antara 6,9 sampai 7,7. Kontraksi dan
pengenduran kandung empedu diatur oleh hormon kolesistokinin yang dibentuk
dalam sel usus, terutama protein dan lemak. Cairan empedu mengandung zat-zat
anorganik, yaitu HCO3-, Cl-, Na+ dan K+ serta zat-zat organik, yaitu asam-asam
empedu, bilirubin dan kolesterol (Poedjiadi, 2009).
PERCOBAAN:
Tujuan:
Mempelajari sifat – sifat empedu.
Dasar:
Empedu diproduksi oleh hati dan disimpan dalam kantung empedu. Pada
proses pencernaan, kantung empedu berkontraksi dan empedu disalurkan ke
usus kecil setelah lebih dulu bercampur dengan getah pankreas.
1. Empedu
2. pH indikator
3. Urinometer
Cara Kerja:
1. Catatlah warna, bau, konsistensi, keasaman empedu.
2. Tentukan PH empedu
3. Tentukan berat jenis empedu dengan urinometer
Hasil Percobaan:
Kesimpulan:
3.2. DAYA MENGEMULSI EMPEDU
Tujuan:
Dasar:
Empedu mengandung asam empedu hasil metabolism kolesterol. Senyawa
ini bersifat detergen, karena sekaligus dapat larut dalam air dan lemak
Cara Kerja:
a. Masukkan 1 ml minyak dan 10 mL air dalam tabung reaksi I
b. Masukkan 1 ml minyak, 9 ml air dan 1 ml empedu dalam tabung reaksi II.
c. Kedua tabung reaksi ini dikocok kuat-kuat dan tempatkanlah untuk
beberapa lama di rak tabung reaksi.
d. Perhatikanlah emulsi yang terjadi.
Hasil Percobaan:
Kesimpulan:
3.3.PIGMEN EMPEDU
Tujuan:
Dasar:
1.Tabung reaksi
Cara Kerja:
Hasil Percobaan:
Kesimpulan:
3.3.2. SMITH TEST
1. Tabung reaksi
2. Empedu yang diencerkan
3. Iodium 0,5%
4. Alkohol
Cara Kerja:
Hasil Percobaan:
Kesimpulan:
3.3.3. Pattenkoffer’s test
1. Tabung reaksi
2. Larutan empedu encer
3. Sukrosa 5%
4. Asam sulfat pekat
Cara Kerja:
Hasil Percobaan:
Kesimpulan:
3.3.4. Reaksi Van den Berg
1. Tabung reaksi
2. Larutan empedu
3. Air suling
4. Reagen diazo dari ehrlich yang segar
Cara Kerja:
Hasil Percobaan:
Kesimpulan:
IV. BILIRUBIN
Dasar Teori:
Bilirubin adalah pigmen kuning yang berasal dari perombakan heme dari
hemoglobin dalam proses pemecahan eritrosit oleh sel retikuloendotel. Di samping
itu sekitar 20% bilirubin berasal dari perombakan zat-zat lain. Sel retikuloendotel
membuat bilirubin tidak larut dalam air, bilirubin yang disekresikan dalam darah
harus diikatkan kepada albumin untuk diangkut dalam plasma menuju hati. Di dalam
hati, hepatosit melepaskan ikatan itu dan mengkonjugasinya dengan asam
glukoronat sehingga bersifat larut air. Proses konjugasi ini melibatkan enzim
glukoroniltransferase.
Hati bayi yang baru lahir belum berkembang sempurna sehingga jika kadar
bilirubin yang ditemukan sangat tinggi, bayi akan mengalami kerusakan neurologis
permanen yang lazim disebut kenikterus. Kadar bilirubin (total) pada bayi baru lahir
bisa mencapai 12 mg/dl; kadar yang menimbulkan kepanikan adalah > 15 mg/dl.
Ikterik kerap nampak jika kadar bilirubin mencapai > 3 mg/dl. Kernikterus timbul
karena bilirubin yang berkelebihan larut dalam lipid ganglia basalis.
Dalam uji laboratorium, bilirubin diperiksa sebagai bilirubin total dan bilirubin
direk. Sedangkan bilirubin indirek diperhitungkan dari selisih antara bilirubin total dan
bilirubin direk. Metode pengukuran yang digunakan adalah fotometri atau
spektrofotometri yang mengukur intensitas warna azobilirubin.
PERCOBAAN BILIRUBIN
DASAR:
Asam nitrat membentuk diazotized sulfanic acid yang akan membentuk
azobilirubin. warna yang dihasilkan bergantung pada intensitas dari
konsentrasi bilirubin yang dihasilkan
REAGENS:
Asam sulfanic 32mmol/L di cairkan di asam hidroklorit, akselelator dan
penambahan stabilizer
ALAT :
spektrofotometer, pipet, kuvet, vortex mixer, stopwatch
CARA KERJA:
RB K S
Kalibrator - 0.05 -
Sampel - - 0.05
IV.2. Bilirubin Direct
RB K SB S
Kalibrator - 0.1 - -
HASIL
NILAI NORMAL:
Total Bilirubin
Dewasa: 1.2 (mg/dL)
Bayi baru lahir: 12.0 (mg/dL)
Direct bilirubin
Dewasa dan bayi: 0.5 (mg/dL)
Hasil Percobaan:
Kesimpulan:
RESPIRASI
I. HEMOGLOBIN
Hemoglobin dapat mengikat 4 atom oksigen pertetramer (satu pada tiap
subunit heme). Atom oksigen terikat pada atom Fe+2, yang terdapat pada heme,
pada ikatan koordinasi lima.
Karbon monoksida CO memiliki afinitas sekitar 250 kali lebih besar untuk
hemoglobin daripada oksigen dan akibatnya Hb tidak dapat lagi mengikat,
membawa dan mendistribusikan oksigen ke jaringan. Akibatnya, kadar CO yang
relatif rendah dapat memiliki efek yang substansial dan tragis. Ketika CO bergabung
dengan hemoglobin, kompleks ini disebut sebagai carboxyhemoglobin, atau COHb.
Beberapa CO dihasilkan oleh proses alami, tetapi tingkat lokal yang tinggi umumnya
hanya dihasilkan dari aktivitas manusia. Engine dan knalpot tungku merupakan
sumber penting, karena CO adalah hasil sampingan dari pembakaran bahan bakar
fosil yang tidak sempurna.
Dalam keadaan lain, muatan atom Fe yang terdapat pada pusat heme dapat
berubah menjadi Fe+3. Hal ini dapat terjadi karena oksidasi oleh senyawa-senyawa
pengoksidasi. Hemoglobinnya disebut hemoglobin teroksidasi atau methemoglobin
(metHb) atau Hb(Fe+3). Dalam bentuk ini Hb tidak dapat mengikat oksigen atau
kehilangan fungsinya yang amat penting. Beberapa derivat dari Hb, misalnya
oksiHb, Hb dan HbCO dapat dibedakan dengan melakukan pengenceran, dan pada
pengenceran ini oksiHb terlihat berwarna merah kekuning-kuningan, Hb berwarna
merah kecoklatan dan HbCO berwarna merah terang (carmine tint). Untuk lebih jelas
lagi setiap derivat Hb dapat pula dibedakan dengan menggunakan spektroskop,
yaitu suatu teknik berdasarkan perbedaan absorpsi warna-warna tertentu dari
spectrum cahaya putih. Bila suatu larutan berisi suatu zat warna diletakkan antara
lain tersebut dan sumber cahaya, maka akan terlihat daerah (pita) berwarna hitam
pada bagian spectrum tempat terjadinya penyerapan warna tersebut. Dengan
menentukan letak serta intensitas pita-pita absorpsi itu, maka dapat ditemukan
pigmen apa yang sedang diperiksa itu. Pada spektroskop yang tidak dilengkapi
dengan skala panjang gelombang cahaya, letak pita absorpsi itu ditentukan dengan
membandingkan dengan garis-garis fraunhofer itu akan terletak pada perkiraan :
B = 687 mu, C = 656 mu, D = 589 mu, b = 517 mu, F = 486 mu, dan G = 431 mu.
Diagram spectrum matahari dengan garis-garis Fraunhofer dapat dilihat pada
gambar dibawah ini :
TUJUAN PRAKTIKUM
PERCOBAAN 1
A. TUJUAN :
Membuktikan bahwa hemoglobin dapat mengikat oksigen membentuk
oksihemoglobin (HbO2) dan terurai kembali menjadi O2 dan deoksihemoglobin.
B. DASAR
Dalam keadaan tereduksi Fe dalam molekul Hb dapat mengikat dan
melepaskan oksigen tergantung pada tekanan O2 dan CO2
Pengikatan hemoglobin dan satu molekul oksigen dapat ditentukan oleh reaksi
C. ALAT, BAHAN DAN PEREAKSI
- Darah segar
- Pereaksi stokes (20 gr FeSO4 dan 30 gr As. Tartrat, dilarutkan 1000 ml air.
Jika akan dipakai tambahkan NH4OH sampai endapan larut)
- Larutan NH4OH
- Tabung reaksi
- Rak tabung
- Pipet volume
- Pipet tetes
- Bola isap (bulp)
- Spoit
- Turniket
- Kapas alkohol
D. CARA KERJA
- Encerkan 2 ml darah dengan 6 ml air suling ke dalam sebuah tabung reaksi. Campur
dengan baik dan perhatikan perubahan menjadi warna kekuning-kuningan dari
oksihemoglobin yang terbentuk.
- Bagi 2 isi tabung sehingga masing-masing berisi 4 ml. Gunakan tabung 1 sebagai
control.
Pembentukan Deoksihemoglobin
- Kemudian pada tabung ketiga isi dengan 2 ml pereaksi stokes dan tambahkan
NH4OH secukupnya untuk melarutkan endapan yang segera terbentuk. Campuran
ini merupakan pereduksi yang amat kuat.
- Masukkan beberapa tetes larutan stokes ke dalam tabung 2 sampai terlihat
perubahan warna karena terbentuknya deoksihemoglobin. Bandingkan dengan
tabung 1
- Pindahkan 2 ml larutan deoksihemoglobin ke tabung lain sebagai control
Pembentukan kembali Oksihemoglobin dari Deoksihemoglobin
E. HASIL PERCOBAAN
Tabung 1 OksiHb
Tabung 2 DeoksiHb
KESIMPULAN
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
...................................................................................................................................................
...
PERTANYAAN
Jawaban :
PERCOBAAN 2
A. TUJUAN
Membuktikan bahwa Hb dapat mengikat CO yang ikatannya lebih kuat 250 kali daripada Hb
dengan O2
B. DASAR
Gas CO yang berasal dari proses-proses pembakaran yang tidak sempurna dapat mengikat
Hb membentuk HbCO. Ikatan ini sangat kuat (kurang lebih 250 kali lebih kuat dibanding
ikatan Hb dengan O2). HbCO berwarna merah terang
HbO2 + CO HbCO + O2
D. CARA KERJA
- Ke dalam tabung reaksi encerkan 2 ml darah dengan 8 ml air suling.
- Bagi 2 darah encer tersebut (masing-masing 5 ml) ke dalam 2 tabung reaksi
- Pada tabung 1 alirkan gas CO dalam lemari asam (H2SO4 yang direaksikan dengan
asam format menghasilkan gas CO). Oksihemoglobin akan berubah menjadi
karbonmonoksida hemoglobin.
- Bandingkan kedua warna tabung tadi
- Pindahkan masing-masing 1 ml dari tabung 1 (berisi HbCO) kedalam tabung 3 dan
tabung 4 dan masing-masing 1 ml dari tabung 2 (berisi HbO2) kedalam tabung 5 dan
6
- Tambahkan beberapa tetes pereaksi stokes pada tabung 3 dan 5. Perhatikan hasil
yang diperoleh.
- Encerkan isi tabung ke-4 dan ke-6 dengan 4 ml air suling. Bandingkan warna kedua
cairan itu. OksiHb berwarna kekuning-kuningan, sedang HbCO berwarna kemerahan
(carmine tint)
E. HASIL
Tabung OksiHb Karbonmonoksida +
Hb
KESIMPULAN
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
............................................................
PERTANYAAN
Jelaskan gejala yang dapat terlihat pada seseorang yang keracunan gas CO
Jawaban :
PERCOBAAN 3
Uji Methemoglobin
A. TUJUAN
Memperlihatkan bila besi dalam molekul Hb dioksidasi menjadi Fe+3 maka
terbentuk metHb yang tidak lagi dapat mengikat O2
B. DASAR
Hb(Fe+2) + K3Fe(CN)6 Hb(Fe+3) + K4Fe(CN)6
Hb oksidator metHb
D. CARA KERJA
- Ke dalam tabung reaksi encerkan 1 ml darah dengan 4 ml air suling
- Kemudian ke dalam tabung itu ditambahkan beberapa tetes K3(Fe(CN)6 33%
sampai terjadi perubahan warna.
- Perhatikan & catat perubahan warna yang terjadi.
- Kemudian tambahkan pereaksi stokes kedalam tabung tersebut & kocok kuat-
kuat. Perubahan apakah yang terlihat?
- Encerkan 3 ml darah dengan 3 ml air suling dan panaskan sebentar. Lalu
tambahkan 6 ml K3Fe(CN)6. Campur dengan membalik-balikkannya.
Perhatikan gelembung-gelembung oksigen yang terbentuk
E. HASIL
+ K3(Fe(CN)6 + K3(Fe(CN)6
+ stokes
Pengocokan
kuat
KESIMPULAN
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
.......................................................................................................................................
............................................................
PERTANYAAN
Percobaan ini terdiri atas 2 bagian, apakah perbedaan dari ke-2 percobaan itu ?
Jawaban :
PERCOBAAN 4
A. TUJUAN
Mengetahui kadar Hb dengan metode Sianmethemoglobin
B. DASAR
Derivat-derivat hemoglobin dalam darah diubah oleh kalium hexacianoferat (III) dan
kalium cianida menjadi cianmethemoglobin (HbCN).
Hb + Fe(CN)63- MetHb
D. CARA KERJA
DRABKIN’S REAGENT 5 ML
Darah 20µl
NILAI NORMAL
KESIMPULAN
PERTANYAAN
1. Jelaskan metabolisme haemoglobin?
2. Jelaskan pada keadaan apa saja yang menyebabkan Hb tidak dalam batas normal?
Jawaban :
13
II. KESEIMBANGAN ASAM BASA
HCl adalah asam dan H2O adalah basa karena HCl menyumbangkan proton
sehingga menjadi Cl-, dan air menerima proton sehingga menjadi H3O+. Dalam reaksi
balik (dari kanan ke kiri) H3O+ adalah asam dan Cl- adalah basis. Saat tanda panah
menunjukkan, keseimbangan dalam reaksi ini terletak jauh ke kanan. Artinya, dari setiap
1000 molekul HCl yang dilarutkan dalam air, 990 dikonversi menjadi Cl- dan hanya 10
tetap dalam bentuk HCl pada kesetimbangan. Tapi H3O+ (ion hidronium) juga
merupakan asam dan dapat menyumbangkan proton ke basis, Cl-. Mengapa ion
hidronium tidak melepaskan proton ke Cl- dengan kemudahan yang sama dan
membentuk lebih banyak HCl Ini karena asam dan basa yang berbeda memiliki
kekuatan yang berbeda. HCl adalah asam yang lebih kuat daripada ion hidronium, dan
air adalah basa yang lebih kuat daripada Cl-.
14
Beberapa asam dapat melepaskan hanya satu proton. Ini adalah asam
monoprotik. Contohnya adalah . Hidrogen yang
dilingkari adalah yang disumbangkan. Asam lainnya menghasilkan dua atau tiga proton.
Ini disebut asam diprotik atau triprotik. Contohnya adalah H2SO4, H2CO3, dan H3PO4.
Namun, dalam teori Brønsted-Lowry, setiap asam dianggap monoprotik, dan asam
diprotik (seperti asam karbonat) menyumbangkan protonnya dalam dua langkah
berbeda:
Sumber utama asam metabolik dalam tubuh adalah CO2 gas, yang dihasilkan
terutama dari oksidasi bahan bakar dalam siklus TCA. Dalam kondisi metabolisme
normal, tubuh menghasilkan lebih dari 13 mol CO2 per hari (sekitar 0,5 - 1 kg). CO2 larut
dalam air dan bereaksi dengan air untuk menghasilkan asam karbonat, H2CO3, reaksi
dipercepat oleh enzim karbonat anhidrase.
Asam karbonat adalah asam lemah yang sebagian terdisosiasi menjadi H+ dan
anion bikarbonat, HCO3-. Asam karbonat adalah asam utama yang diproduksi oleh
tubuh, dan penyangga sendiri. PKa asam karbonat itu sendiri hanya 3,8, sehingga pada
pH darah 7,4 hampir sepenuhnya terdisosiasi dan secara teoritis tidak dapat menyangga
dan menghasilkan bikarbonat. Namun, asam karbonat dapat diisi ulang dari CO2 dalam
cairan tubuh dan udara karena konsentrasi CO2 terlarut dalam cairan tubuh adalah
sekitar 500 kali lebih besar daripada asam karbonat. Sebagai basis ditambahkan dan H+
dihapus, H2CO3 berdisosiasi menjadi ion hidrogen dan bikarbonat, dan CO2 terlarut
bereaksi dengan H2O untuk mengisi H2CO3. CO2 terlarut berada dalam kesetimbangan
dengan CO2 di udara di alveoli paru-paru, dan dengan demikian ketersediaan CO2 dapat
ditingkatkan atau menurun dengan penyesuaian dalam tingkat pernapasan dan jumlah
CO2 berakhir. pKa untuk sistem buffer bikarbonat dalam tubuh sehingga
menggabungkan Kh (konstanta hidrasi untuk reaksi air dan CO2 untuk membentuk
H2CO3) dengan pKa kimia untuk mendapatkan nilai 6.1 yang digunakan dalam
persamaan Henderson-Hasselbalch. Untuk menggunakan istilah untuk komponen darah
yang diukur di ruang gawat darurat, CO2 terlarut dinyatakan sebagai fraksi tekanan
parsial CO2 dalam darah arteri, PaCO2
Persamaan Henderson-Hasselbalch
15
A. DASAR
Asam karbonat adalah asam lemah yang sebagian terdisosiasi menjadi H+ dan anion
bikarbonat, HCO3-. Asam karbonat adalah asam utama yang diproduksi oleh tubuh,
dan penyangga sendiri. PKa asam karbonat itu sendiri hanya 3,8, sehingga pada pH
darah 7,4 hampir sepenuhnya terdisosiasi dan secara teoritis tidak dapat
menyangga dan menghasilkan bikarbonat.
B. TUJUAN
a. Mengetahui metode pemeriksaan pH urine
b. Mengetahui pengaruh minuman berkarbonat (soft drink) terhadap pH urine
D. CARA KERJA
1. Ambil sebanyak 50 cc urine dalam beaker glass.
2. Ukur pH-nya dengan cara membilas katoda dengan air suling kemudian
celupkan katoda Ph meter ke dalam sampel urine.
3. Kemudian beri minuman bersoda pada orang coba.
a. Setelah 15 menit Ukur kembali pH urine
b. Setelah 30 menit Ukur kembali pH urine
c. Setelah 45 menit Ukur kembali pH urine
d. Setelah 60 menit Ukur kembali pH urine
16
E. HASIL PENGAMATAN
Sampel Urine
pH sebelum uji
coba
pH 15 menit
pH 30 menit
pH 45 menit
pH 60 menit
KESIMPULAN
PERTANYAAN
Faktor apa saja yang mempengaruhi peningkatan dan penurunan pH darah dan urine ?
Jawab:
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………
PERTANYAAN
Jelaskan apa saja perbedaan mekanisme terjadinya asidosis metabolic dan alkalosis
metabolic?
Jawab:
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………
17
URONEFROLOGI
I. SIFAT-SIFAT URINE
Urine adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urine diperlukan
untuk membuang molekul molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan
untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Volume urine dalam 24 jam tergantung
pada faktor fisiologis (misalnya intake cairan, suhu dan kerja fisik) dan faktor
patologis (misalnya penyakit ginjal, diabetes melitus dan sebagainya). Beberapa
obat misalnya golongan diuretik, kopi, alkohol dapat pula mempengaruhi volume
urine. Pada manusia, normalnya volume urine antara 600 – 2500 ml/24 jam.
Berat jenis urine normal antara 1,003 – 1,030. Berat jenis urine dipengaruhi
oleh jumlah urine, komposisi urine, dan fungsi pemekatan ginjal. Berat jenis urine
tinggi biasa terdapat pada penyakit diabetes melitus, nefrotis akut, demam.
Sedangkan, BJ urine rendah biasa terdapat pada stadium terminal nefritis. Urine
normal berwarna bening oranye pucat tanpa endapan, warna terutama disebabkan
oleh pigmen urokrom yang berwarna kuning dan sejumlah kecil oleh urobilin dan
hematoporfirin. Baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH
4,7 – 8,0.
1. Urea
Urea merupakan hasil akhir metabolisme nitrogen asam amino (protein dalam
tubuh). Jumlahnya kira-kira setengah jumlah zat padat total dalam urine yaitu antara
25 – 30 gr/24jam. Urea merupakan jumlah terbesar senyawa nitrogen yang
dikeluarkan oleh tubuh lewat urine. Ekstraksi urea tergantung dari jumlah protein
yang dimakan, sedangkan senyawa nitrogen tidak dipengaruhi oleh pemasukan
protein.
2. Kreatinin
18
Merupakan hasil pemecahan kreatin. Kreatin banyak terdapat pada otot sebagai
senyawa utama perantara energi bagi otot. Pada penyakit otot, keratin banyak
dipecah hingga ekskresi kreatine meningkat. Jumlah kreatinin yang dieksresi melalui
urine kira-kira 1 – 1,8 gr/24jam.
3. Asam urat
Adalah hasil oksidasi purin dalam tubuh, berasal dari nukleo protein sel tubuh.
Dalam air kelarutannya kecil, tapi larut dalam garam alkali. Jumlah yang dikeluarkan
dalam urine antara 0,5 – 1 gr/24jam.
4. Klorida
5. Belerang
b. Belerang eteral
Belerang etereal merupakan senyawaan asam sulfat dengan zat-zat organik.
Sulfat etereal di dalam urine merupakan ester sulfat organik (R-O-SO3H) yang
dibentuk di dalam hati dari fenol endogen dan eksogen, yang mencakup indol,
kresol, estrogen, steroid lain, dan obat-obatan. Zat-zat organik tersebut berasal
dari metabolisme protein atau pembusukan protein dalam lumen usus.
Semuanya terurai pada pemanasan dengan asam. Jumlahnya 5 – 15% dari
belerang total urine.
19
6. Fosfat
Pada umumnya jumlah ekskresi fosfat melalui urine kira-kira 1,1 gram/24 jam.
Sebagian besar dalam bentuk fosfat anorganik dan hanya 1 – 4 % dalam bentuk
fosfat organik. Pada urine yang alkalis, fosfat mudah mengendap sebagai kalsium
atau magnesium fosfat atau sebagai ammonium magnesium fosfat. Garam ini dapat
membentuk batu fosfat dalam ginjal atau saluran urine. Jumlah fosfat meningkat
pada beberapa penyakit, misalnya hiperparatiroidisme, pada beberapa penyakit
tulang seperti osteomalasia, ricketsia dan sebagainya. Sedangkan ekskresi fosfat
menurun pada hipoparatiroidisme, penyakit ginjal, kehamilan dan lain-lain.
7. Amonia
- Glukosa renal: glukosa dibuang ke air kemih meskipun kadar glukosa di dalam
darah normal. Hal ini terjadi karena adanya kelainan fungsi di tubulus renalis.
- Hipertiroid
- Kehamilan
- Diabetes melitus: karena kadar glukosa di dalam darah meningkat, karena
kekurangan insulin sehingga nefron di ginjal tidak bisa menyerap kembali
kelebihan glukosa karena melewati nilai ambang ginjal (ambang glukosa di ginjal
= > 170 mg/dL). Makanya kelebihan glukosa dibuang ke urine.
2. ZAT-ZAT KETON
20
3. PROTEIN
Dalam keadaan normal, tidak lebih dari 30 – 200 mg protein diekskresi dalam
24 jam. Proteinuria adalah adanya protein yang ditemukan di dalam urine yang
melebihi kadar normalnya. Proteinuria fisiologis dapat ditemukan pada: wanita hamil,
demam, hipertensi, stres, kerja berat, dan lain-lain. Sedangkan proteinuria patologis
ditemukan pada:
a. Pre renal
Yaitu, proteinuria yang disebabkan oleh kerusakan organ-organ sebelum ginjal
misalnya hati. Ditemukan pada penyakit: sirosis hepatis, meninginitis, asites, febris
b. Renal
Ditemukan pada penyakit: GNA (glomerulo nefritis akut), GNK (glomerulo nefritis
kronis), PNA (pyelo nefritis akut), PNK (pyelo nefritis kronis )
c. Post renal
4. DARAH
Bila dalam urine terdapat darah, keadaan ini disebut hematuria atau
hemoglobinuria. Hematuria terjadi karena darah masuk ke dalam urine, misalnya
pada radang atau kerusakan ginjal dan saluran kemih. Sedangkan hemoglobinuria
terjadi karena hemolisis sehingga hemoblin dibebaskan. Ini dapat terjadi pada
penyakit malaria, reaksi transfusi atau kongenital.
5. BILIRUBIN
21
SIFAT-SIFAT URINE
a. Tujuan
Untuk menentukan volume urine diperlukan urine yang dikumpulkan dalam 24
jam
c. Cara Kerja
Urine hari pertama dibuang pada waktu yang telah ditentukan (misalnya jam 6
pagi). Semua urine mulai waktu itu sampai dengan waktu yang sama pada hari
berikutnya dikumpulkan.
d. Hasil Percobaan:
e. Kesimpulan:
22
PERCOBAAN 2 (Berat Jenis Urine)
- Kalikan dua angka terakhir berat jenis urine sesungguhnya tersebut di atas
dengan koefisien Long (2,6). Hasilnya diperoleh secara kasar jumlah zat
padat total dalam 1 liter urine (gram)
d. Hasil Percobaan:
e. Kesimpulan
23
PERCOBAAN 3 (pH Urine)
e. Kesimpulan:
d. Kesimpulan:
24
ZAT-ZAT FISIOLOGIS URINE
PERCOBAAN 1 (Urea)
a. Dasar: Urea dihidrolisis oleh adanya air dan urease menjadi amonia dan
karbondioksida. Dalam reaksi berthelot ion amonium bereaksi dengan hipoklorit
dan salisilat untuk membentuk zat warna yang dihasilkan (turunan indophenol)
dapat diperkuat dengan menambahkan sejumlah kecil natrium nitroprussid.
Intensitas warna sebanding dengan kadar urea diukur secara fotometrik.
b. Reaksi :
urease
Urea + H2O 2NH4+ + CO32-
Metode 1
Reagensia:
d. Cara kerja :
- Siapkan 3 buah tabung reaksi bersih dan kering. Beri label pada setiap
tabung dengan:
Reagen warna 1 ml 1 ml 1 ml
Sampel serum/urine yg 10 µl - -
sdh diencerkan 50 kali (1
dlm 49)
Standar urea - 10 µl -
25
- Campurkan segera, kemudian inkubasikan dalam water bath selama 3 menit
pada suhu 37oC/selama 5 menit pada suhu 20-25oC
Larutan hypoklorit 1 ml 1 ml 1 ml
- Campurkan segera, kemudian biarkan selama 5 menit pada suhu 37oC atau
selama 10 menit pada suhu 20-25oC
- Baca absorbansi sampel pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 578
nm (range panjang gelombang 570 – 600 nm)
Perhitungan :
Absorban sampel
× 2 g/dl
Sampel urine, kadar urea = Absorban standar
Metode 2 :
Reagensia :
e. Cara kerja :
- Siapkan 3 buah tabung reaksi bersih dan kering. Beri label pada setiap tabung
dengan:
26
Masukkan ke dalam Sampel Standar Blanko
tabung
Sampel serum 10 µl - -
Standar urea - 10 µl -
f. Hasil Percobaan:
g. Kesimpulan:
27
PERCOBAAN 2 (Asam Urat )
Enzim Urikase
1. Asam urat + H2O+ H2O2 + CO2+ Allantoin
Peroksidase
2. H2O2 + DCHB + 4-aminophenazone N-(-4antipyryl)-3-chloro-5-
sulfonate-p-benzo-quinoneimine + H2O
c. Alat dan Bahan: Reagen enzimatik asam urat (Cair), Spektrofotometer, dengan
absorban 520 nm, kuvet, Water bath, pipet, urine diencerkan 1:10 (1 + 9) dengan
air suling
d. Cara Kerja
Standard - 0.02 -
Sampel - - 0.02
Catatan: Untuk instrumen yang membutuhkan volume lebih dari 1,0 mL,
gunakan reagen 2,0 mL dan 0,05 mL standar dan sampel
2. Inkubasi semua kuvet pada 37°C selama 5 menit dan biarkan dingin, atau
pada pada suhu kamar selama 15 menit
3. Baca S dan U vs. RB di 520 nm dalam waktu 15 menit.
28
Cara perhitungan :
!"
Urine asam urat (mg/dL)= 𝑥 80
!"
Nilai normal
e. Hasil Percobaan:
f. Kesimpulan:
29
PERCOBAAN 3 (Uji Kreatinin)
Standar - 50 µl -
Asp 2 - Asp1
× 5x 20 mg/dl
Kadar kreatinin urine = Ast 2 - Ast 1
30
NILAI NORMAL
Metode 2:
1. Pipetkan:
Masukkan ke Semi- mikro
dalam kuvet
Sampel / STD 100 µl
Reagen 1000 µl
CARA PERHITUNGAN:
Urine
∆! !"#$%&
C=100 x [mg/dL]
∆! !"#
31
Konversi [mg/dl] ke [µmol/l] :
Nilai normal =
Kreatininklirens
98 – 156 ml/menit
95 – 160 ml/menit
e. Hasil Percobaan:
f. Kesimpulan:
32
PERCOBAAN 4 (Klorida)
e. Hasil Percobaan:
f. Kesimpulan:
33
BELERANG
e. Hasil Percobaan:
f. Kesimpulan:
34
PERCOBAAN 6 (Belerang yang tak-teroksidasi)
e. Hasil Percobaan:
f. Kesimpulan
35
PERCOBAAN 7 (Tes Obermeyer)
e. Hasil Percobaan:
f. Kesimpulan:
PERCOBAAN 8 ( Fosfat)
36
d. Hasil Percobaan:
e. Kesimpulan:
PERCOBAAN 9 (Amonia)
e. Hasil Percobaan:
f. Kesimpulan:
37
ZAT-ZAT PATOLOGIS DALAM URINE
PERCOBAAN 1 (Glukosa)
a. Tujuan: memeriksa kadar gula dalam urine secara semikuantitatif
b. Dasar: dalam suasana alkalis ion kupri akan direduksi menjadi kuprooksida
oleh gula yang memiliki gugus aldehida atau keton bebas. Kuprooksida yang
terbentuk bersifat tidak larut dan berwarna merah. Banyaknya endapan
merah yang terbentuk sebanding dengan kadar gula yang terdapat dalam
urine.
c. Alat dan bahan: Tabung reaksi, rak tabung, pereaksi benedict, sampel urine,
pipet volume, bola hisap, bunsen
d. Cara Kerja
- Masukkan 2,5 ml pereaksi benedict pada tabung reaksi & campurlah
dengan 4 tetes urine
- Panaskan selama 5 menit pada penangas air mendidih atau didihkan di
atas api kecil selama 1 menit. Biarkanlah menjadi dingin perlahan-lahan
- Hasil:
- Biru/hijau keruh - 0 - 0
- Hijau/kuning hijau - + - <0,5 g%
- Kuning/kuning - ++ - 0,5 – 1 g%
kehijauan
- Jingga - +++ - 1 – 2 g%
- Merah bata - ++++- > 2 g%
e. Hasil Percobaan:
f. Kesimpulan:
38
PERCOBAAN 2 (Zat-Zat Keton)
e. Hasil Percobaan:
f. Kesimpulan:
39
PERCOBAAN 3 (PROTEIN)
e. Hasil Percobaan:
f. Kesimpulan:
40
PERCOBAAN 4 (Darah)
e. Hasil Percobaan:
g. Kesimpulan:
41
PERCOBAAN 5 (Bilirubin)
e. Hasil Percobaan:
f. Kesimpulan:
42