Anda di halaman 1dari 22

CRITICAL JURNAL REPORT

BLENDED LEARNING SYSTEM

Dosen Pengampu : Tansa Trisna Astono Putri, S.Kom., M.T.I

Disusun Oleh :

Risky Permatasari (5173351039)

Salman Alfarizi (5173351042)

Vanny Fadhilah (5173351046)

PENDIDIKAN TEKNLOGI INFORMATIKA DAN KOMPUTER

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2020

i
KATA PENGANTAR

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, kami ucapkan
puji dan syukur, sehingga karya ilmiah ini dapat tersusun dengan sedemikian rupa. Karya
ilmiah ini merupakan sebuah Critical Jurnal Report mata kuliah “Blended Learning System”.

Dalam Critical Jurnal Report ini membandingkan dua jurnal. Kami juga mengucapkan
banyak terima kasih kepada Ibu Tansa Trisna Astono Putri, S.Kom., M.T.I selaku dosen mata
kuliah yang telah membimbing kami dalam menyeesaikan karya ilmiah ini.

Mungkin dalam karya ilmiah ini masih terdapat kesalahan, baik itu dalah hal tulisan, tata
bahasa, maupun isinya. Untuk itu, kami bersedia menerima kritik dan saran dari pembaca,
guna kami jadikan referensi untuk penyusunan karya ilmiah selanjutnya. Dan kami berharap,
semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya, khususnya bagi kami sendiri,
terimakasih.

Medan, 14 Oktober 2020

Kelompok

ii
DAFTAR ISI

Kata pengantar.......................................................................................................2

Daftar Isi ............................................................................................................3

BAB I Pendahuluan.............................................................................................4

1.1 Latar Belakang.................................................................................................4


1.2 Tujuan Penulisan.............................................................................................4
1.3 Manfaat Penulisan...........................................................................................4
1.4 Identitas Buku..................................................................................................4
BAB II RINGKASAN ISI BUKU .....................................................................5

BAB III PEMBAHASAN...................................................................................19

3.1. Ringkasan jurnal 1 ...................................................................................19

3.2. Ringkasan jurnal 2....................................................................................19

3.3. Kekrangan ................................................................................................19

3.4. Kelebihan ................................................................................................20

BAB IV PENUTUP..............................................................................................20

4.1 Kesimpulan................................................................................................20
4.2 Saran..........................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi Pendidikan menjadi salah satu keilmuan yang dilakukan dalam rangka
peningkatan di dunia pendidikan. Salah satu modelnya yaitu Blended Learning yaitu suatu
komunikasi pembelajaran yang menggabungkan penerapan pembelajaran tradisional di dalam
kelas dengan pembelajaran online yang memanfaatkan teknologi informasi. Model
pembelajaran ini mengoptimalkan pengintegrasian komunikasi lisan yang ada pada
pembelajaran tatap muka dengan komunikasi tertulis pada pembelajaran online. Lebih lanjut
pengertian lain dari Blended Learning merupakan pembelajaran yang bersifat fleksibel salain
itu penggunaan e-learning atau pembelajaran online merupakan saah satu bentuk contoh
pembelajaran yang fleksibel dalam metode Blended Learning. Penerapan model ini mampu
meningkatkan mutualitas serta kualitas pembelajaran. Pemblajaran ini dapat menunjukan
perbedaan yang lebih baik dalam segi motivasi, minat, maupun hasil belajar peserta didik
dibanding metode-metode lain terutama metode dalam pembelajaran langsung, sehingga
metode Blended Learning berhasil menjadi trend dan banyak digunakan di perguruan tinggi
terkemuka di dunia.

2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti uraikan di atas, maka perumusan masalah
dalam jurnal ini adalah Komunikasi Pendidikan Berbasis Blended Learning Dalam
Membentuk Kemandirian Belajar dan Pengembangan Pembelajaran Berbasis Blended
Learning Pada Mata Pelajaran Etimologi Multimedia peserta didik SMK.

3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan khusus dari jurnal ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemandirian belajar
peserta didik SMK setelah di terapkannya pembelajaran Blended Learning dengan model
pembelajaran berbasis masalah.

4
4.1 Identitas Jurnal 1
Judul : Komunikasi Pendidikan Berbasis Blended Learning Dalam
Membentuk Kemandirian Belajar
Volume & Hal : 04 No 1, Hal 15
Tahun : Mei 2018
ISSN : 2460 - 8696
Penulis : Faizal Zuli
E. Identisas Jurnal 2

Judul : Pengembangan Pembelajaran Berbasis Blended Learning Pada Mata


Pelajaran Etimologi Multimedia
Volume & Hal : 20 No.2, Hal.14
Tahun : Agustus 2018
ISSN : Program Studi Teknologi Pendidikan PPs, UNJ
Penulis : 1 Maria Dissriany Vista Banggur,
2. Robinson Situmorang,
3. Rusmono

5
BAB II
RINGKASAN JURNAL

2.1 Ringkasan Jurnal Utama


Komunikasi Pendidikan Berbasis Blended Learning Dalam Membentuk
Kemandirian Belajar

Abstrak

Komunikasi Pendidikan menjadi salah satu keilmuan yang dilakukan dalam rangka
peningkatan di dunia pendidikan. Salah satu modelnya yaitu Blended Learning yaitu suatu
komunikasi pembelajaran yang menggabungkan penerapan pembelajaran tradisional di dalam
kelas dengan pembelajaran online yang memanfaatkan teknologi informasi. Model
pembelajaran ini mengoptimalkan pengintegrasian komunikasi lisan yang ada pada
pembelajaran tatap muka dengan komunikasi tertulis pada pembelajaran online. Lebih lanjut
pengertian lain dari Blended Learning merupakan pembelajaran yang bersifat fleksibel salain
itu penggunaan e-learning atau pembelajaran online merupakan saah satu bentuk contoh
pembelajaran yang fleksibel dalam metode Blended Learning. Penerapan model ini mampu
meningkatkan mutualitas serta kualitas pembelajaran. Pemblajaran ini dapat menunjukan
perbedaan yang lebih baik dalam segi motivasi, minat, maupun hasil belajar peserta didik
dibanding metode-metode lain terutama metode dalam pembelajaran langsung, sehingga
metode Blended Learning berhasil menjadi trend dan banyak digunakan di perguruan tinggi
terkemuka di dunia. Menurut Vernadakis, et al (2012) model pembelajaran Blended Learning
mampu menciptakan proses pembelajaran berpusat pada peserta didik. Dalam proses
pelaksanaannya, dengan keterlibatan dan partisipasi dalam proses pembelajaran, Blended
Learning dapat meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik. Selain itu, adanya interaksi
dalam model pembelajaran Blended Learning menciptakan suatu motif kepada peserta didik
untuk berkompetisi dalam belajar.

Pendahuluan

Sebagai suatu pilar yang memiliki urgensi dalam rangka menciptakan suasana kehidupan
yang lebih baik, maka pendidikan sudah selayaknya dapat menghasilkan pengembangan
kompetensi fisik sekaligus juga psikis, hal tersebut termaktub dalam rumusan tujuan
pendidikan nasional yang ada dalam undang-undang sistem pendidikan Nsional Indonesia
No, 20 tahun 2003 sebagai berikut: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan

6
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didk agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
keapda Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Aktivitas belajar adalah
kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran yakni antara guru dan peserta didiknya
dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dilakukan disini adalah berfokus pada
peserta didik, sebab dengan adanya ativitas dalam proses pembelajaran menjadikan
pembelajaran lebih bermakna. Oleh karenanya aktvitas peserta didik dalam proses
pembelajaran merupakan hal penting, karena merupakan ukuran kemampuan untuk
memahami pengetahuan dan fungsinya untuk diaktualisasikan, sehingga aktivitas belajar ini
penting untuk melibatkan semua komponen dalam proses pendidikan, termasuk didalamnya
adalah penggunaan teknologi informasi sebagai media dalam pembelajaran.

A. Saat ini dunia bergerak cepat menuju terbentuknya suatu masyarakat berbasis sains
(science-based society), kegiatan bisnis berbasis ilmu pengetahuan (knowledge based
business enterprises), dan terwujudnya suatu budaya baru berlandaskan Ipteks terutama
teknologi informasi dan komunikasi (TIK) atau dikenal juga dengan information and
communication technology (ICT) yang dengan wujud utamanya adalah internet.
Munculnya teknologi dalam bidang informasi dan komunikasi telah membawa manfaat
yang begitu besar bagi kehidupan manusia, teramasuk dunia pendidikan sangat
diuntungkan dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi karena manfaatnya yang
luar biasa. Salah satu yang mendapat perhatian penting seiring dengan perkembangan
IT (Information Technology) adalah sistem pembelajaran yang mengembangkan
pembelajaran berbasis multimedia baik secara online maupun secara offline. Melalui
multimedia pembelajaran tidak lagi monoton berpusat pada guru, tetapi lebih bervariasi
melalui penggunaan sumber belajar yang bervariasi dan lebih menarik perhatian peserta
didik. Secara riil, bentuk dari perkembangan teknoligi informasi dan komunikasi yang
telah terimplementasi dalam dunia pendidikan adalah electronic learning, biasa
disingkat e-learning. E-learning merupakan suatu inovasi yang memiliki peran besar
dalam proses pembelajaran, dimana proses belajar tidak hanya membantu dalam
memahami mamahami materi.
Multimedia Berbasis Blended Learning Penggunaan apalikasi teknologi informasi (e-
learning) sebagai media pembelajaran sudah semakin sering ditemui dalam pendidikan.
Konsep e-learning tentunya memberi nuansa baru bagi proses pendidikan yang selama

7
ini hanya bertumpu pada eksistensi guru. Menurut Mayer (2008: 10) bahwa e-learning
adalah pembelajaran yang disajikan dengan bantuan komputer. Huruf “e” dalam e-
learning bermakna bahwa materi yang diberikan berbentuk digital sehingga dapat
disimpan dalam perangkat elektonik. E-learning memberi ilustrasi bahwa dengan
adanya teknologi informasi dan komunikasi, khususnya internet, pembelajaran menjadi
lebih terbuka (open) dan fleksibel (flexible), terjadi kapan saja, dimana saja dan dengan
dan kepada siapa saja di lokasi mana saja (distributed), berbasis komunitas.
B. Menurut Castle and McGuire dalam Syarif, (2010: 36), elearning mampu meningkatkan
pengalaman belajar sebab peserta didik dapat belajar dimanapun dan dalam kondisi
apapun selama dirinya terhubung dengan internet tanpa harus mengikuti pembelajaran
tatap muka (face to face learning). Blended learning adalah suatu pendekatan yang
fleksibel untuk merancang program yang mendukung campuran dari berbagai waktu
dan tempat untuk belajar.
1.1 Karakteristik Blended Learning Adapun karakteristik Blended Learning menurut
Jhon Watson, (2008). yaitu : 1.1 Pembelajaran yang menggabungkan berbagai
cara penyampaian, model pengajaran, gaya pembelajaran, serta berbagai media
berbasis teknologi yang beragam 1.2 Sebagai sebuah kombinasi pengajaran
langsung (face-to-face), belajar mandiri, dan belajar mandiri via online
2.1 Proses perancangan Blended Learning Menurut Jared M. Carmen dalam Charles
& Graham (2005: 2), seorang President Aglint Learning menyebutkan lima kunci
dalam merancang Blended Learning. Adapun ke-5 kunci tersebut yaitu:
a. Live Event Pembelajaran langsung atau tatap muka (instructor-led
instruction) secara terpadu dalam waktu dan tempat yang sama
(classroom) ataupun waktu sama tapi tempat berbeda (seperti virtual
classroom). Bagi beberapa orang tertentu, pola pembelajaran langsung
seperti ini masih menjadi pola utama. Namun demikian, pola pembelajaran
langsung inipun perlu didesain sedemikian rupa untuk mencapai tujuan
sesuai kebutuhan.
b. Self-Paced Learning Mengkombinasikan pembelajaran konvensional
dengan pembelajaran mandiri (self-paced learning) yang memungkinkan
peserta didik belajar kapan saja, dimana saja dengan menggunakan
berbagai konten (bahan belajar) yang dirancang khusus untuk belajar
mandiri baik yang bersifat text-based maupun multimedia-based (video,
animasi, simulasi, gambar, audio, atau kombinasi dari kesemuanya).

8
Bahan belajar tersebut, dalam konteks saat ini dapat dikirim secara online
(via web maupun via mobile device dalam bentuk streaming audio,
streaming video, e-book, dll) maupun offline (dalam bentuk CD, cetak,
dll).
c. Collaboration Mengkombinasikan kolaborasi, baik kolaborasi pengajar,
maupun kolaborasi antar peserta didik yang kedua-duanya bisa lintas
sekolah/kampus. Dengan demikian, perancang Blended Learning harus
meramu bentuk-bentuk kolaborasi, baik kolaborasi antar peserta didik
ataupun kolaborasi antara peserta didik dan pengajar melalui alat-alat
komunikasi yang memungkinkan seperti chatroom, forum diskusi, email,
website/webblog, mobile phone. Tentu saja kolaborasi diarahkan untuk
terjadinya konstruksi pengetahuan dan keterampilan melalui proses sosial
atau interaksi sosial dengan orang lain, bisa untuk pendalaman materi,
problem solving, project-based learning, dll.
d. Assessment Tentu saja dalam proses pembelajaran jangan lupakan cara
untuk mengukur keberhasilan belajar (teknik assessment). Dalam Blended
Learning, perancang harus mampu meramu kombinasi jenis assessment
baik yang bersifat tes maupun non-tes, atau tes yang lebih bersifat otentik
(authentic assessment/portfolio) dalam bentuk project, produk dll.
Disamping itu, juga pelru mempertimbangkan antara bentuk-bentuk
assessment online dan assessment offline. Sehingga memberikan
kemudahan dan fleksibilitas peserta belajar mengikuti atau melakukan
assessment tersebut.
e. Performance Support Materials Ini bagian yang jangan sampai terlupakan
ketika akan mengkombinasikan antara pembelajaran tatap muka dalam
kelas dan tatap muka virtual, pastikan kesiapan sumber daya untuk
mendukung hal tersebut. Bahan belajar disiapkan dalam bentuk digital,
apakah bahan belajar tersebut dapat diakses oleh peserta belajar baik
secara offline (dalam bentuk CD, MP3, DVD, dll) maupun secara online
(via website resemi tertentu). Jika pembelajaran online dibantu dengan
suatu Learning/Content Management System (LCMS), pastikan juga
bahwa aplikasi sistem ini telah terinstal dengan baik, mudah diakses, dan
lain sebagainya.

9
C. Pengembangan Pembelajaran Berbasis Blended Learning
Berbagai konsep dan teknik baru dalam pembelajaran telah banyak dikembangkan
untuk memperbaiki proses pembelajaran. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu model
pembelajaran variatif yang dapat merangsang aktivitas peserta didik dalam
mengikuti proses pembelajaran, sehingga peserta didik akan berperan aktif dan
memberikan feedback yang positif. Solusi pembelajaran yang diharapkan harus
mampu memberikan peningkatan terhadap aktivitas peserta didik. Pembelajaran
yang dapat meningkatkan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran
adalah Blended Learning. Pembelajaran Blended Learning memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk menjadi pembelajar aktif yang memahami
kebutuhan dirinya dan mengupayakan pencapaian pemahaman akan pengetahuan
secara mandiri. Model pembelajaran Blended Learning memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan individu tanpa
meninggalkan interaksi sosial di dalam kelas, sehingga dengan sistem ini peserta
didik lebih berperan aktif dalam pembelajaran sedangkan guru sebagai fasilitator.

Deskripsi Model Presentasi bahan ajar


berbasis web

Pembelajaran tanpa memanfaatkan fasilitas Tradisional 0%


pembelajaran elektronik yang menyambung (traditional)
pada internet (online)

Pemanfaatan web dalam proses pembelajaran Fasilitas web (web 1-29 %

untuk membantu peningkatan penguasaan facilitated)


bahan ajar yang tidak terpenuhi dalam proses
tatap muka.Pemanfaatan lebih banyak pada
pengumpulan tugas.

Proses pembelajaran menggunakan kombinasi Penggabungan 30-79 %


antara bahan ajar berbasis web dan tatap muka. (blended)
Dalam proses pembelajaran, interaksi (forum

10
diskusi) lebih banyak dilakukan

Seluruh proses pembelajaran melalui Online atau e-learning 100%


pembelajaran elektronik yang
menyambung pada internet (online).
Tidak ada pembelajaran tatap muka

Peserta didik dan guru dapat meningkatkan pembelajran di kelas dengan mengakses
informasi dari berbagai sumber (database, perpustakaan, kelompok minat khusus),
berkomunikasi melalui komputer dengan peserta didik lain atau dengan para ahli di bidang
studi tertentu, dan saling bertukar informasi. Kegiatan seperti yang dilakukan oleh geografis
nasional memungkinkan peserta didik dan guru bersama-sama untuk menuai keuntungan dari
menghubungkan jaringan nasional peserta didik, guru, dan ilmuwan untuk menyelidiki
berbagai topik.

Teknologi Informasi menurut Richard Weiner dalam Websters New Word Dictinonary
and Communication disebutkan bahwa Teknologi Informasi adalah pemprosesan,
pengolahan, dan penyebaran sata oleh kombinasi komputer dan telekomunikasi.

D. Kemandirian Belajar dalam Blended Learning

Menurut Vernadakis, et al (2012) model pembelajaran Blended Learning mampu


menciptakan proses pembelajaran berpusat pada peserta didik. Dalam proses pelaksanaannya,
dengan keterlibatan dan partisipasi dalam proses pembelajaran, Blended Learning dapat
meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik. Selain itu, adanya interaksi dalam model
pembelajaran Blended Learning menciptakan suatu motif kepada peserta didik untuk
berkompetisi dalam belajar.

Pembelajaran dengan model blended learning mampu menggeser prinsip pembelajaran


dari teacher center menuju student center secara dinamis. Pembelajaran model blended
learning bersifat saling melengkapi kekurang pembelajaran model face to face learning dan
e-learning, sebab menurut Munir (2009: 176) kelemahan pembelajaran eelearning
diantaranya peserta didik dan guru terpisah secara fisik sehingga interaksi secara tatap muka
menjadi berkurang. Selain itu e-elearning cenderung pada pelatihan daripada pendidikan
yang mengarah pada kemampuan kognitif dan psikomotirk dan kurang memperhatikan aspek
afektif. Lewat face to face learning guru mampu memfungsikan dirinya sebagai pendidik dan

11
memberikan dorongan motivasi secara langsung dan ekspresif pada peserta didik. Model
blended learning membuat aktifitas peserta didik dalam kelas menjadi lebih variatif. Peserta
didik tidak hanya bertumpu pada informasi yang disampaikan oleh guru, namun berusaha
mengupayakan informasi dari berbagai sumber.

Jika diperhatikan lebih seksama, sikap bertanggung jawab terhadap tugas dalam
pembelajaran merupakan salah satu indikator dari kemandirian belajar peserta didik. Hal ini
dijelaskan oleh Zumbrunn, Tadlock, & Roberts (2011) yang menyatakan bahwa peserta didik
yang mandiri dalam belajar mempunyai tanggung jawab untuk memonitor dirinya sendiri
dalam segi apapun, baik dalam mencapai sebuah tujuan, maupun dalam kefokusan terhadap
apa yang ditugaskan kepadanya. Menurut Zimmerman (2002) peserta didik yang mandiri
adalah peserta didik yang aktif dalam mengarahkan proses-proses metakognitif, motivasi dan
tingkah laku pada saat proses pembelajaran. Lebih lanjut, kemampuan metakognitif diartikan
sebagai kesadaran berpikir tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui.
Kemandirian belajar peserta didik diindikasikan dengan kemampuan peserta didik dalam
mengetahui bagaimana cara mereka belajar, dan mengetahui strategi belajar yang digunakan
sehingga proses pembelajaran akan lebih menuai hasil yang optimal.

Beberapa penelitian yang menggunakan model pembelajaran Blended Learning antara


lain adalah Lucy Barnard, et al (2009) yang berhasil mengidentifikasi bahwa model
pembelajaran Blended Learning berpotensial untuk memfasilitasi kemandirian belajar peserta
didik, disamping itu beberapa penelitian lain juga yang telah membuktikan bahwa metode ini
dapat berpengaruh baik dalam hal kemandirian.

2.2 Ringkasan Jurnal Pembanding


“Pengembangan Pembelajaran Berbasis Blended Learning Pada Mata Pelajaran
Etimologi Multimedia”

Abstak

Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan pembelajaran berbasis blended learning


pada Mata Pelajaran Etimologi Multimedia, penelitian ini mengembangkan pembelajaran
tatap muka yang digabungkan dengan online/offline learning dan disusun menggunakan

12
platform Edmodo. Metode yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan, dengan
pendekatan sistem mengacu pada model Dick Carey and Carey. Tahap ujicoba produk
diawali dengan ahli materi, ahli media serta ahli desain pembelajaran. Kemudian produk
diujicobakan kepada siswa kelas XMM, yakni ujicoba one to one, kelompok kecil dan
kelompok besar. Hasil penilaian menunjukkan skor rata-rata ahli media 3,52 atau baik,
ahli materi 4,00 atau sangat baik dan ahli desain pembelajaran 3,73 berarti baik. Dalam
tahap ujicoba kepada siswa hasil skor rata-rata untuk tahap one to one sebesar 3,09, pada
tahap kelompok kecil sebesar 3,01 dan pada tahap kelompok besar sebesar 3,40.
Kesimpulan penelitian bahwa pengembangan pembelajaran berbasis blended learning
pada mata pelajaran etimologi multimedia baik dan layak digunakan.

Kata kunci: penelitian pengembangan, blended learning, edmodo, etimologi multimedia

Pendahuluan

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi melaju begitu cepat ke semua


sektor kehidupan. Bahkan perkembangan diperkirakan lebih pesat dari perkiraan semula.
Bila melihat sejenak, bagaimana proses belajar berlangsung dalam diri setiap individu,
maka ditemukan bahwa proses belajar itu menjadi karena adanya interaksi antara orang
yang belajar dengan pesan yang dikemas dalam berbagai medium tertentu. Pesan tersebut
bisa itu berupa medium yang sifatnya hanya dimanfaatkan (by utilization), bisa juga yang
sengaja dirancang (by design) untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu, belajar
dapat terjadi kapan saja, dimana saja, dengan apa saja. Salah satu pertanda bahwa
seseorang itu telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang tersebut
pada aspek pengetahuannya, keterampilan, atau sikapnya. Apabila proses belajar itu dise-
lenggarakan secara formal di sekolah, tujuannya adalah agar perubahan pada diri siswa
berlangsung secara terencana baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan maupun sikap
sesuai dengan tuntutan kurikulum yang digunakan.

Berdasarkan hasil analis awal pada SMK Fransiskus 1 jurusan multimedia, ditemukan
beberapa masalah yang harus diteliti. Salah satunya adalah sistem pembelajaran yang
digunakan pada SMK Fransiskus 1 jurusan multimedia khususnya pada mata pelajaran
etimologi multimedia. Sistem pembelajaran yang digunakan pada umumnya masih
menggunakan pembelajaran tatap muka, dimana guru sebagai sumber belajar utama
dalam pembelajaran. Di dalam kelas, siswa hanya sebagai pendengar pasif, mendengar
dan mencatat apa yang disampaikan guru. Hal ini membuat suasana belajar di dalam kelas

13
terasa kaku, sangat membosankan dan tidak adanya komunikasi aktif antara guru dan
siswa. Siswa dihadapkan pada sistem pembelajaran yang sama setiap hari, tanpa adanya
sistem pembelajaran lain yang bisa memompa motivasi siswa untuk mengikuti pelajaran
dengan penuh semangat. Tentu saja ini menjadi masalah serius karena berpengaruh pada
pencapaian kompetensi pembelajaran. Menanggapi permasalahan di atas, maka
diterapkanlah sebuah proses pembelajaran berbasis blended learning dalam pembelajaran
di SMK Fransiskus 1 jurusan multimedia khu-susnya pada mata pelajaran etimologi
multi-media. Mengapa harus pembelajaran berbasis blended learning? Blended learning
adalah salah satu model pembelajaran yang bisa ditawarkan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran. Model pembelajaran ini merupakan gabungan antara sistem pembelajaran
tatap muka dan online learning. Disatu sisi, ada pembelajaran tatap muka di lingkungan
tradisional, disisi lain ada lingkungan pembelajaran terdistribusi yang mulai tumbuh dan
berkembang dengan cara-cara eksponensial sebagai teknologi baru yang kemungkinan
diperluas untuk distribusi komunikasi dan interaksi. Dengan uraian ini, blended learning
dianggap sebagai integrasi pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online.

Metode Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah penge-mbangan pembelajaran berbasis blended learning pada
mata pelajaran etimologi multimedia untuk meningkatkan kompetensi pembelajaran.
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMK Fransiskus 1 Kampung Ambon – Jakarta Timur.
Pembelajaran yang akan dikembangkan adalah pembelajaran berbasis blended learning yang
mana menggabungkan pembelajaran tatap muka dengan online/offline learning yang disusun
sedemikian rupa menggunakan platform edmodo. Strategi penyampaian pembelajaran ini
dilakukan dengan tatap muka 70% dan online/offline learning 30%, untuk tujuan
pembelajaran yang bersifat pemahaman dan pengembangan konsep sangat mungkin
dilakukan secara online namun untuk tujuan pembelajaran berupa keterampilan yang
menuntut proses belajar dalam bentuk kegiatan praktek maka bentuk pembelajaran yang
dipilih dalam bentuk tatap muka. Materi pembelajaran yang di blended memungkinkan siswa
melakukan pembelajaran secara online, dan proses pembelajarannya sangat menuntut siswa
belajar aktif secara mandiri dengan memanfaatkan media edmodo yang telah dirancang
sedemikian rupa berupa video pembelajaran, maupun bahan ajar berupa powerpoint maupun
file .pdf, .doc, dll.

14
Merujuk pada tujuan penelitian yang berusaha untuk meningkatkan kompetensi
pembelajaran pada mata pelajaran etimologi multimedia, maka metode penelitian yang
digunakan adalah penelitian dan pengembangan (research and development). Pendekatan
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan sistem dimana mengacu pada
konsep penelitian dan pengembangan yang dike-mbangkan oleh Dick dan Carey. Seluruh
langkah nantinya akan dilakukan sistematis di mana ketika melakukan langkah selanjutnya,
langkah sebelumnya harus sudah diselesaikan terlebih dahulu. Siklus penelitian Dick Carey
and Carey diklasifikasikan menjadi 10 langkah yaitu :

1) mengidentifikasi tujuan pembelajaran;

2) mela-kukan analisis pembelajaran;

3) menganalis pe-serta didik dan konteks pembelajaran;

4) menulis tujuan instruksional khusus;

5) mengembangkan instrumen penilaian;

6) mengembangkan strategi pembelajaran;

7) mengembangkan dan menye-leksi materi pembelajaran;

8) merancang dan melakukan evaluasi formatif;

9) melakukan revisi;

10) merancang dan melakukan evaluasi sumatif.

Hasil Dan Pembahasan

Berikut penjabaran hasil rekapitulasi ujicoba produk pengembangan pembelajaran


berbasis blended learning pada mata pelajaran etimologi multimedia untuk siswa SMK
Fransiskus 1 yang dinilai oleh ahli media.

Tabel 1. Rekapitulasi Ahli Media


Komponen Rata-Rata

15
Penilaian

Akses 3,25

Tampilan/Interface 3,71

Komponen Pembelajaran 3,50

Ketepatan/kesesuaian pilihan komponen


pembelajaran untuk model blended
learning 36

Rata-rata 3,52
(Baik)

Berdasarkan hasil ujicoba yang dilakukan terhadap ahli media diperoleh skor rata-rata
Hasil ini menyatakan bahwa produk pembelajaran berbasis blended learning dari segi media
yang meliputi akses, tampilan/interface, komponen pembelajaran dan ketepatan/ kesesuaian
pilihan komponen pembelajaran untuk model blended learning sudah baik.

Tabel 2. Rekapitulasi Ahli Materi


Rata-rata

Komponen
Penilaian

Kualitas Materi 4,0

Ketepatan/kesesuaian pilihan
komponen pembelajaran untuk 4,0
model blended learning

Rata-rata 4,0

16
(Sangat Baik)

Berdasarkan hasil ujicoba tahap kedua yang dilakukan terhadap ahli materi diperoleh
skor rata-rata 4,0. Hasil ini menyatakan bahwa produk pembelajaran berbasis blended
learning dari segi materi yang meliputi kualitas materi dan ketepatan/kesesuaian pilihan
komonen.

Tabel 3. Rekapitulasi Ahli Desain Pembelajaran


Rata-rata

Komponen
Penilaian

Komponen Pembelajaran 3.50

Tujuan pembelajaran 3,67


(kompetensi)

Materi Pembelajaran 4,0

Strategi Pembelajaran 3,50

Evaluasi Pembelajaran 4,0

3,73

Rata-rata
(Sangat Baik)

Berdasarkan hasil ujicoba yang dilakukan terhadap ahli desain pembelajaran diperoleh
skor rata-rata 3,73. Hasil ini menyatakan bahwa produk pengembangan pembelajaran
berbasis blended learning pada mata pelajaran etimologi multimedia dari segi desain
pembelajaran yang meliputi komponen pembelajaran, tujuan pembelajaran (kompetensi),
materi pembelajaran, strategi pembelajaran dan evaluasi pembelajaran sdah sangat baik.

17
Pembahasan

Hasil belajar merupakan salah satu indikator untuk menguji efektivitas penggunaan
platform edmodo dalam pengembangan pembelajaran berbasis blended learning. Pengujian
efektivitas pada penelitian ini dilihat dari post test yang dilakukan pada 24 orang siswa kelas
X di SMK Fransiskus 1 jurusan multimedia pada tahun pelajaran 2017/2018 dibandingkan
dengan pre test yang lebih dahulu dilakukan. Validasi soal etimologi multimedia dari 60 soal
yang dinyatakan valid ada 47 soal. Validasi dilakukan dengan menggunakan program
Microsoft Excel yang dapat dilihat pada lampiran. Reabilitas soal 0,9. Perbandingan nilai
antara pre test dan post test diperoleh grafik perbandingan berikut.

Gambar 1. Grafik Nilai Pre test dan Post test

Dari perhitungan di atas maka nilai rata-rata post test etimologi multimedia lebih tinggi
daripada nilai pre test sebelum siswa diperkenalkan pembelajaran berbasis blended learning,
dengan demikian pengembangan pembelajaran berbasis blended learning pada mata
pelajaran etimologi multimedia secara efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa
berdasarkan indikator pembelajaran yang telah ditentukan. Tujuan penelitian dan
pengembangan ini adalah menghasilkan model pembelajaran berbasis blended learning
dengan memanfaatkan platform edmodo pada mata pelajaran etimologi. Dari proses
penelitian dan pengembangan yang dilakukan telah menghasilkan apa yang disebut model
pembelajaran berbasis blended learning yang diterapkan pada mata pelajaran etimologi
multimedia yang mencakup silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), alat evaluasi
dan produk pembelajaran berupa file, pdf, powerpoint, powtoon dan video yang akan
diupload pada platform edmodo.

Blended learning adalah salah satu revolusi dibidang pendidikan berbasis teknologi
internet yang bisa digunakan untuk pendidikan jarak jauh maupun penunjang pembelajaran.
Dalam pelaksanaannya meskipun sama-sama memanfaatkan teknologi internet blended
learning tidak mewajibkan pembelajaran dengan menggunkan metode online saja, tetapi

18
pelaksanaan pembelajaran harus tetaap dikombinasikan dengan metode tatap muka. Tujuan
penelitian dan pengembangan ini adalah menghasilkan model pembelajaran berbasis blended
learning dengan memanfaatkan platform Edmodo pada mata pelajaran Etimologi
Multimedia. Dari proses penelitian dan pengembangan yang dilakukan telah menghasilkan
apa yang disebut model pembelajaran berbasis blended learning yang diterapkan pada mata
pelajaran Etimologi Multimedia yang mencakup Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP), Alat Evaluasi dan Produk pembelajaran berupa file ,pdf, powerpoint, powtoon dan
video yang akan diupload pada platform Edmodo.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Kekurangan Isi Jurnal Utama

Terdapat beberapa kukrangan pada isi jurnal utama yaitu media yang dibutuhkan
sangat beragam, sehingga sulit diterapkan apabila sarana dan prasarana tidak mendukung.
Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pebelajar, seperti komputer dan akses Internet.
Padahal dalam Blended Learning diperlukan akses Internet yang memadai, apabila
jaringan kurang memadai akan menyulitkan peserta dalam mengikuti pembelajaran
mandiri via online. Kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap penggunaan teknologi
Tidak meratanya fasilitas yang dimiliki pelajar, seperti komputer dan akses Internet
Membutuhkan strategi pembelajaran yang tepat untuk dapat memaksimalkan potensi dari
Blended Learning.
3.2 Kekurangan Isi Jurnal Pembanding

Pada jurnal pembanding kekurangan yang dimiliki dalam jurnal Di samping kekuatan-
kekuatan di atas, program blended learning ini tidak luput dari kelemahan. Beberapa kelemahan
yang tampak selama proses evaluasi adalah: 1) Program ini memerlukan jaringan dan koneksi

19
internet yang stabil, terutama pada saat melakukan proses pembelajaran online dan mengerjakan
tes. Kalau jaringan dan koneksi tidak stabil, pada saat kita melakukan diskusi online, sering
tertinggal/ lambat dalam memposting pendapat, sehingga apa yang disampaikan menjadi tidak
relevan. Lebih parah lagi kalau ketidakstabilan itu terjadi pada saat mengerjakan tes, bisa jadi pada
saat tes belum selesai dikerjakan jaringan dan koneksinya terputus, sehingga tidak semua soal
diselesaikan. Kondisi ini tentunya bermasalah bagi peserta didik; 2) Sistem evaluasi dalam bentuk
essay test tidak fleksibel dalam pemeriksaan. Dengan sistem evaluasi dalam bentuk tes essai secara
online, jawaban peserta didik akan terkirim dan terekam dalam database (server), namun essay
test tidak bisa diperiksa secara otomatis, maka pemeriksaannya tetap harus manual. Jawaban
peserta didik harus dibuka dan dibaca satu-persatu. Kondisi ini menjadikan program tidak efisien,
tidak fleksibel dalam komponen penilaian terhadap keterlibatan dan peningkatan hasil belajar
siswa. Dalam pemeriksaan guru sangat bergantung pada akses internet. Pada saat pemeriksaan
harus selalu membuka program dan memberi skor pada setiap jawaban untuk disimpan kembali di
dalam database (server) agar hasilnya bisa dilihat oleh siswa; 3) Dengan sistem evaluasi yang
dilakukan secara online, memungkinkan mereka menger-jakan tes dengan bekerjasama, terutama
jika tes dilakukan pada jam-jam kuliah. Kelemahan lainnya memungkinkan mereka membuka
buku untuk menjawab pertanyaan (soal).

3.3 Kelebihan Isi Jurnal Utama


Kelebihan pada isi jurnal utama dapat digunakan untuk menyampaikan pembelajaran
kapan saja dan dimana saja. Pembelajaran terjadi secara mandiri dan konvensional, yang
keduanya memiliki kelebihan yang dapat saling melengkapi.Pembelajaran lebih efektif
dan efisien Meningkatkan aksesbilitas. Dengan adanya Blended Learning maka
pembelajar semakin mudah dalam mengakses materi pembelajaran.Pembelajaran menjadi
lebih luwes dan tidak kaku.

4.1 Kelebihan Isi Jurnal Pembanding

Pada kelebihan jurnal pembending ini memliliki kelebihan di isi jurnal yaitu
mengingat program ini dikembangkan berbasis internet dan menggunakan platform
Edmodo yang sudah teruji keandalannya, maka platform ini memiliki beberapa
keunggulan, diantaranya, guru dan peserta didik dapat melaksanakan proses
pembelajaran berbasis blended learning dengan menggunakan platform Edmodo dengan
memanfaatkan beberapa fitur yang ada pada Edmodo untuk mengupload dan

20
mendownload materi yang akan dipelajari dalam pembelajaran tatap muka maupun
pembelajaran online, Peserta didik dapat memanfaatkan fitur chatting pada platform
Edmodo untuk dapat berkomunikasi dengan guru, Platform Edmodo menyediakan
lingkungan dimana mengajar dan belajar dapat menghasilkan kegembiraan siswa, siswa
menjadi lebih mandiri, tanpa melupakan standar pengukuran keberhasilan siswa, Pada
hakikatnya platform Edmodo ini mudah dipelajari dan mudah digunakan terutama bagi
para guru yang menganggap dirinya berada di luar basis pengetahuan teknologi yang
berkembang saat ini, Eva-luasi yang dilakukan khususnya evaluasi yang menggunakan
tes obyektif, memung-kinkan dilakukan pengolahan skor secara otomatis, khususnya
pada bentuk soal pilihan ganda.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Secara umum dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran penggabungan (blended


learning), proses pembelajaran berlangsung menggunakan empat model kombinasi yakni:
tatap muka, media elektronik, teks, audio, video, dan multimedia serta berbasis web. Porsi
belajar mandiri dengan pembelajaran menggunakan web memiliki komposisi yang sama
dengan proses tatap muka. Pembelajaran Blended Learning fokus utamanya adalah
pelajar. Pelajar harus mandiri pada waktu tertentu dan bertanggung jawab untuk
pembelajarannya. Suasana pembelajaran Blended Learningakan mengharuskan peserta
didik memainkan peranan yang lebih aktif dalam pembelajarannya. Peserta didik membuat
perancangan dan mencari materi dengan usaha dan inisiatif sendiri. Blended Learning ini
tidak berarti menggantikan model belajar konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat
model belajar tersebut melalui pengembangan teknologi pendidikan.

21
4.2 Saran

Seperti yang sudah dibahas pada model pembelajaran elearning, dalam masalah
pembelajaran berbasis web selama ini, akan tetap ada pertemuan dengan guru,
pada pertemuan tersebut peserta didik dapat menyampaikan beberapa permasalahan
selama proses belajar, baik itu terkait bahan ajar ataupun permasalah yang terkait
dengan koneksi internet. Setelah peserta didik menyelesaikan masa belajar mandiri
pada minggu terakhir dan diakhiri dengan ujian semester.

DAFTAR PUSTAKA

Zuli. Faizal.2018.Komunikasi Pendidikan Berbasis Blended Learning Dalam Membentuk


Kemandirian Belajar.IAIN Parepare.

Dissriany.Maria.Banggur.Vista,Situmorang.Robinson.Rusmono.2018.Pengembangan
Pembelajaran Berbasis Blended Learning Pada Mata Pelajaran Etimologi Multimedia.
Jurnal Teknologi Pendidikan

22

Anda mungkin juga menyukai