Anda di halaman 1dari 52

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TYPE TEAM ASSISTED


INDIVIDUALIZATION (TAI) DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK ) PADA SISWA KELAS VII-J
DI SMP NEGERI 3 SUKAWATI

Disusun Oleh :
I Wayan Gde Budiarta,S.Kom

SMP NEGERI 3 SUKAWATI


DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN
GIANYAR
2020
ii
SURAT PERNYATAAN

iii
ABSTRAK

I WAYAN GDE BUDIARTA,S.KOM “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif


type Team Assisted Individualization (TAI) dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK ) pada Siswa Kelas VII-J di SMP Negeri 3
Sukawati”

Kata Kunci :

Team Assisted Individualization (TAI) dalam Meningkatkan Hasil Belajar Teknologi


Informasi dan Komunikasi (TIK )

Tujuan Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar


menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab (Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Pasal 3). Salah satu bentuk kegiatan individu dalam usahanya untuk memenuhi
kebutuhan adalah dengan belajar. Untuk memperoleh hasil yang maksimal maka peserta
didik mampu mencapai tujuan belajar yang mengacu kepada kemampuan yang harus dimiliki
oleh anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu
dalam satu kali pertemuan. Kegiatan ini akan tercapai jika siswa sebagai subyeknya terlibat
secara aktif baik fisik maupun emosinya dalam proses belajar mengajar.
Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi bagi siswa kelas VII masih
dianggap baru karena sebelumnya siswa belum mendapatkan materi TIK di Sekolah Dasar
sehingga adanya istilah baru bagi siswa dan dalam Bahasa Inggris. Pembelajaran Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan metode ekspositori cenderung meminimalkan
keterlibatan siswa sehingga guru nampak lebih aktif. Kebiasaan bersikap pasif dalam
pembelajaran dapat mengakibatkan sebagian besar siswa takut dan malu bertanya pada guru
mengenai materi yang kurang dipahami. Suasana belajar di kelas menjadi sangat monoton
dan kurang menarik, sehingga ketuntasan belajar tidak dapat tercapai dengan maksimal.
Oleh karenanya guru dituntut untuk selalu berpaya memperbaiki pengelolaan
pembelajaran. Penelitian Tindakan Kelas (PTK), merupakan sarana untuk meneliti,
menyempurnakan dan mengevaluasi pengelola pembelajaran. Alternatif tindakan yang
dilakukan ialah menerapkan strategi pembelajaran salah satu cooperative learning adalah TAI
(Team Assisted Individualization). Model pembelajaran TAI (Team Assisted
Individualization) merupakan model pembelajaran berkelompok secara heterogen yang
mempunyai strategi bimbingan antar teman. Jadi melalui model pembelajaran ini keaktifan,
kemandirian dan keterampilan siswa dapat dikembangkan dan akhirnya pemahaman materi
yang diperoleh dapat berkembang secara efektif.

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan Kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas karunia-Nya penulis bisa menyelesaikan Laporan Penelitian Tindakan Kelas
ini dengan baik.

Tak lupa pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak atas dukungannya agar terselesainya laporan ini. Penulis sampaikan terima kasih
kepada :

1. Bapak I Made Cikera,S.Pd.,M.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Sukawati


yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.
2. Ibu Ni Ketut Sugihantari,S.Pd selaku Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum.
3. Teman se-MGMP TIK yang telah berpartisipasi aktif dalam proses penyusunan
laporan ini. Bantuan, dorongan serta saran yang telah penulis terima sungguh tidak
ternilai harganya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi sempurnanya
karya ini.

Penulis berharap semoga laporan penelitian tindakan ini bisa memberikan manfaat bagi
pembaca umumnya dan khususnya bagi mereka yang berkecimpung di dalam dunia
pendidikan yang di Negeri tercinta. Bisa menambah wawasan dan pengetahuan, membuka
cakrawala pemikiran agar dapat memberikan sumbangsihnya serta perannya di bidang
pendidikan. Sehingga akan tercapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

Peneliti

v
DAFTAR ISI

Halaman Judul ......................................................................................... i


Lembar pengesahan.................................................................................. ii
Surat Pernyataan ...................................................................................... iii
Abstrak .................................................................................................... iv
Kata Pengantar ......................................................................................... v
Daftar isi .................................................................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1


1.2. Pembatasan dan Rumusan Masalah............................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian .......................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................ 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................. 6

2.1. Belajar dan Pembelajaran ............................................................. 6


2.2. Hasil Belajar ................................................................................. 7
2.3. Metode Ekspositori ....................................................................... 8
2.4. Cooperative Learning ................................................................... 9
2.5. Team Assisted Individualization (TAI) .......................................... 15
2.6. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas ...................................... 18

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................ 20

3.1. Setting Penelitian .......................................................................... 20


3.2. Prosedur Penelitian ....................................................................... 21
3.3. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ........................................ 30
3.4. Teknik Analisis Data .................................................................... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................ 32

4.1. Hasil Penelitian............................................................................. 32


4.2. Pembahasan .................................................................................. 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 44

5.1. Kesimpulan .................................................................................. 44


5.2. Saran ............................................................................................ 45

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 46

vi
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tujuan Pendidikan Nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik

agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang-Undang Nomor 20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3) . Salah satu

perwujudannya melalui pendidikan yang bermutu pada setiap jenjang pendidikan

di Indonesia.

Salah satu bentuk kegiatan individu dalam usahanya untuk memenuhi

kebutuhan adalah dengan belajar. Untuk memperoleh hasil yang maksimal maka

peserta didik mampu mencapai tujuan belajar yang mengacu kepada kemampuan

yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu

dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan. Kegiatan ini akan tercapai

jika siswa sebagai subyeknya terlibat secara aktif baik fisik maupun emosinya

dalam proses belajar mengajar.

Dalam pembelajaran siswa masih dipandang sebagai subyek bukan obyek

Disamping itu siswa ikut berpartisipasi ikut mencoba dan melakukan sendiri yang

sedang dipelajari dan belajar lebih dipentingkan dari pada mengajar. Sedangkan

dalam pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran aktif, fungsi guru adalah

1
menciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan siswa berkembang secara

optimal.

Guru dapat menerapkan metode ekspositori dalam kelas yang merupakan

salah satu metode pembelajaran. Meskipun guru tidak terus menerus bicara,

namun proses ini menekankan penyampaian tekstual serta kurang

mengembangkan motivasi dan kemampuan belajar Teknologi Informasi dan

Komunikasi. Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi bagi siswa kelas

VII masih dianggap baru karena sebelumnya siswa belum mendapatkan materi

TIK di Sekolah Dasar sehingga adanya istilah baru bagi siswa dan dalam Bahasa

Inggris. Pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan metode

ekspositori cenderung meminimalkan keterlibatan siswa sehingga guru nampak

lebih aktif. Kebiasaan bersikap pasif dalam pembelajaran dapat mengakibatkan

sebagian besar malu bertanya pada guru mengenai materi yang kurang dipahami.

Suasana belajar di kelas menjadi sangat monoton dan kurang menarik.

Hal inilah yang dihadapi oleh siswa-siswi kelas VII-J SMP N 3 Sukawati

yang mengakibatkan hasil ulangan harian terakhir mereka hanya mencapai rata-

rata 55. Setelah berdiskusi dengan teman sejawat, guru/ peneliti menyadari bahwa

cara mengajar terlalu monoton dan kurang merangsang keaktifan siswa. Siswa

hanya duduk menyimak, mengerjakan soal dan mendengar saja. Oleh karena itu,

perlu peneliti dan teman sejawat sepakat untuk melibatkan siswa secara aktif

dalam proses pembelajaran dengan menggunakan media TTS (Teka Teki Silang)

dan menerapkan suatu model pembelajaran Kooperatif yakni TAI (Team Assisted

Individualization).

2
Cooperative learning mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja

sebagai sebuah tim, sebelum siswa membentuk tim terlebih dahulu masing-

masing siswa diberikan pretest untuk mendapatkan kelompok yang terdiri dari

siswa-siswa yang memiliki kemampuan berbeda dan selanjutnya mengerjakan

Kuis/ TTS secara berkelompok untuk mencapai tujuan bersama. Salah satu

cooperative learning adalah TAI (Team Assisted Individualization). Model

pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) merupakan model

pembelajaran berkelompok yang mempunyai strategi bimbingan antar teman.

Dalam pembelajaran ini siswa diberikan Kuis Berupa TTS untuk dikerjakan

secara berkelompok sehingga siswa dengan mudah dapat memahami istilah dalam

materi. Siswa diajak belajar mandiri, dilatih untuk mengoptimalkan

kemampuannya dalam menyerap dan memahami informasi ilmiah yang dicari,

dilatih untuk menjelaskan temuannya kepada pihak lain dan dilatih untuk

memecahkan TTS. Jadi melalui model pembelajaran ini keaktifan, kemandirian

dan keterampilan siswa dapat dikembangkan dan akhirnya pemahaman konsep

yang diperoleh dapat berkembang secara efektif. Berdasar uraian di atas peneliti

mengambil judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif type Team

Assisted Individualization (TAI) dalam Meningkatkan Hasil Belajar

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK ) pada Siswa Kelas VII-J di SMP

Negeri 3 Sukawati”.

3
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penelitian ini hanya

dibatasi pada masalah: masih rendahnya hasil belajar Teknologi Informasi dan

Komunikasi (TIK) kelas VII-J di SMP Negeri 3 Sukawati.

Dapat dirumuskan Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah

pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization) dapat

meningkatkan hasil belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada

siswa kelas VII-J di SMP Negeri 3 Sukawati?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pembelajaran

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization) lebih efektif

dari pada pembelajaran dengan metode ekspositori/konvensional pada kelas VII-J

di SMP Negeri 3 Sukawati tahun ajaran 2019/2020.

4
1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Menjadi inovasi dalam proses pembelajaran, menambah pengetahuan dan

keterampilan peneliti khususnya yang terkait dengan penelitian yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted

Individualization).

2. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi atau masukkan

tentang model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Bagi Siswa

Dapat menumbuhkan semangat kerjasama antar siswa yang bersifat

heterogen, meningkatkan motivasi dan semangat siswa pada proses pembelajaran

dan juga terhadap mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Belajar dan Pembelajaran

Untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia

maka perlu adanya peran penting dari pendidikan karena pendidikan merupakan

wahana untuk mencapai peningkatan dan pengembangan kualitas sumber daya

manusia. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dari

segala sesuatu yang diperkirakan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan

penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian,

dan bahkan persepsi manusia. Oleh karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip

dasar tentang belajar, seseorang mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu

memegang peranan penting dalam proses psikologis.

Gagne dan Berliner (dalam Anni, 2005:2) menyatakan bahwa “belajar

merupakan proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil

dari pengalaman”. Morgan (dalam Anni, 2005:2) menyatakan bahwa “belajar

merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktek atau

pengalaman”. Slavin (dalam Anni, 2005:2) menyatakan bahwa “belajar

merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh pengalaman”.

Berdasarkan pendapat tersebut di atas mengenai batasan-batasan

pengertian belajar maka dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya adalah

sebuah pengalaman dan dilakukan berulang-ulang dalam situasi tertentu serta

berkaitan dengan perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku yang dimaksud

meliputi perubahan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan dan pemahaman.

6
Sedang yang dimaksud pengalaman adalah proses belajar tidak lain adalah

interaksi antara individu dengan lingkungannya.

Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap

kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi

interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa.

(Suyitno, 2004:2)

2.2 Hasil Belajar

Menurut Anni (2005:4) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang

diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek

perubahan tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Apabila

pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku

yang diperoleh adalah berupa penguasaan. Hasil belajar ini sangat dibutuhkan

sebagai petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam

kegiatan belajar yang sudah dilaksanakan. Hasil belajar dapat diketahui melalui

evaluasi untuk mengukur dan menilai apakah siswa sudah menguasai ilmu yang

dipelajari sesuai tujuan yang telah ditetapkan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar (Anni, 2005:11)

yaitu sebagai berikut.

a. Faktor Internal

Faktor internal mencakup kondisi fisik seperti kesehatan organ tubuh,

kondisi psikis seperti kemampuan intelektual, emosional dan kondisi sosial seperti

kemampuan bersosialisasi dengan lingkungan. Kesempurnaan dan kualitas

7
kondisi internal yang dimiliki siswa akan berpengaruh terhadap kesiapan, proses

dan hasil belajar.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal antara lain kesulitan materi yang dipelajari, tempat

belajar, iklim, suasana lingkungan dan budaya belajar masyarakat. Faktor

eksternal ini juga akan mempengaruhi kesiapan, proses dan hasil belajar.

2.3 Metode Ekspositori

Metode Ekspositori adalah cara penyampaian pelajaran dari seorang guru

kepada siswa di dalam kelas dengan cara berbicara di awal pelajaran,

menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab. (Suyitno, 2004:2)

Dalam kegiatan belajar mengajar dengan metode ekspositori, kegiatan

belajar mengajar masih terpusat pada guru sebagai pemberi informasi. Guru

berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal. Siswa tidak

hanya mendengar dan membuat catatan tetapi juga membuat soal latihan dan

bertanya kalau tidak mengerti guru dapat memeriksa pekerjaan siswa secara

individual, menjelaskan lagi kepada siswa secara individual atau klasikal.

Kelebihan metode ekspositori adalah:

a. Dapat menampung kelas besar.

b. Bahan pelajaran diberikan secara urut oleh guru.

c. Guru dapat menentukan hal-hal yang dianggap penting.

d. Guru dapat memberikan penjelasan-penjelasan secara individual

maupun klasikal.

8
Kekurangan dari metode ekspositori adalah:

a. Pada metode ini tidak menekankan penonjolan aktivitas fisik seperti

aktivitas mental siswa.

b. Kegiatan terpusat pada guru sebagai pemberi informasi (bahan

pelajaran).

c. Pengetahuan yang didapat dengan metode ekspositori cepat hilang.

d. Kepadatan konsep dan aturan-aturan yang diberikan dapat berakibat

siswa tidak menguasai bahan pelajaran yang diberikan.

(Suharyono dalam Purwati, 2006:24)

2.4 Cooperative Learning

Cooperative learning mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja

sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesakan suatu

tugas, atau untuk mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya.

Bukanlah cooperative learning jika siswa duduk bersama dalam kelompok-

kelompok kecil dan mempersilahkan salah seorang diantaranya untuk

menyelesaikan pekerjaan seluruh kelompok. Menurut Suherman dkk (2003:260)

cooperative learning menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi

antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu

masalah atau tugas.

Menurut Suherman dkk (2003:260) ada beberapa hal yang perlu dipenuhi

dalam cooperative learning agar lebih menjamin para siswa bekerja secara

kooperatif, hal tersebut meliputi: pertama para siswa yang tergabung dalam suatu

9
kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan

mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai. Kedua para siswa yang tergabung

dalam sebuah kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi

adalah masalah kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan

menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok itu. Ketiga

untuk mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang tergabung dalam

kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang

dihadapinya.

Ciri-ciri pembelajaran kooperatif

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan

materi belajarnya.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang, dan rendah.

c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,

jenis kelmin berbeda-beda.

d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

Tujuan pembelajaran kooperatif :

a. Hasil belajar akademik

Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa

dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model ini unggul

dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit.

10
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Efek penting yang kedua adalah penerimaan yang luas terhadap orang

yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan dan

ketidakmampuan.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Model pembelajaran kooperatif bertujuan mengajarkan kepada siswa

keterampilan bekerjasama dan kolaborasi.

Tabel 1. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif

Fase Tingkah laku guru

Fase 1 Guru menyampaikan semua

Menyampaikan tujuan dan tujuan pelajaran yang ingin

memotivasi siswa dicapai pada pelajaran tersebut

dan memotivasi siswa belajar.

Fase 2 Guru menyajikan informasi

Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan

demonstrasi atau lewat bahan

bacaan.

Fase 3 Guru menjelaskan kepada siswa

Mengorganisasikan siswa ke bagaimana caranya membentuk

dalam kelompok kelompok belajar dan membantu

kelompok agar melakukan

transisi secara efisien.

11
Fase 4 Guru membimbing kelompok-

Membimbing kelompok kelompok belajar pada saat

bekerja dan belajar mereka mengerjakan tugas

mereka.

Fase 5 Guru mengevaluasi hasil belajar

Evaluasi tentang materi yang telah

dipelajari atau masing-masing

kelompok mempresentasikan

hasil belajarnya.

Fase 6 Guru mencari cara-cara untuk

Memberikan penghargaan menghargai baik upaya maupun

hasil belajar individu maupun

kelompok.

Landasan teori dan empirik

a. John Dewey, Herbert Thelan, dan Kelas Demokrasi.

Dewey dan Thelan memandang tingkah laku kooperatif sebagai dasar

demokrasi, dan sekolah sebagai laboratorium untuk mengembangkan tingkah laku

demokrasi. Sedangkan untuk mencapai tujuan pendidikan menurut Dewey dan

Thelan adalah dengan menstrukturkan kelas dan aktivitas belajar siswa

sedemikian rupa sehingga memodelkan hasil yang diinginkan.

12
b. Gordon Allport dan Relasi antar Kelompok.

Menurut Gordon Allport kontak langsung antar etnik yang terjadi di bawah

kondisi status yang setara dibutuhkan untuk mengurangi kecurigaan ras dan etnis.

Tiga kondisi dasar yang dirumuskan oleh Gordon Allport untuk mencegah

terjadinya kecurigaan antar ras dan etnis, yaitu:

1) Kontak langsung antar etnik

2) Sama-sama berperan serta di dalam kondisi status yang sama antara anggota

dari berbagai kelompok dalam suatu seting tertentu.

3) Dimana seting itu secara resmi mendapat persetujuan kerjasama antar-etnis

c. Belajar Berdasarkan Pengalaman.

Johnson dan Johnson memerikan pembelajaran berdasarkan pengalaman

sebagai berikut. Belajar berdasarkan pengalaman didasarkan pada tiga asumsi:

bahwa anda akan belajar paling baik jika anda secara pribadi terlibat dalam

pengalaman belajar itu, bahwa pengetahuan harus ditemukan oleh anda sendiri

apabila pengatahuan itu hendak anda jadikan pengetahuan yang bermakna atau

membuat suatu perbedaan dalam tingkah laku anda, dan bahwa komitmen

terhadap belajar paling tinggi apabila anda bebas menetapkan tujuan pembelajaran

anda sendiri dan secara aktif mempelajari tujuan itu dalam suatu kerangka

tertentu.

d. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif terhadap Kemampuan Akademik

Satu aspek penting pembelajaran kooperatif ialah bahwa di samping

pembelajaran kooperatif membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif dan

13
hubungan yang lebih baik di antara siswa, pembelajaran kooperatif secara

bersamaan membantu siswa dalam pembelajaran akademis mereka. Dalam

penelitian Slavin, hasil-hasil penelitian menunjukkan teknik-teknik pembelajaran

kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar dibandingkan dengan

pengalaman-pengalaman belajar individual atau kompetitif.

Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa dalam "setting" kelas

kooperatif, siswa lebih banyak belajar dari teman ke teman yang lain di antara

sesama siswa dari pada belajar dari guru. Hasil lain penelitian juga menunjukkan

bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat positif untuk siswa

yang rendah hasil belajarnya.

Manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar yang

rendah, antara lain (Ibrahim dkk, 2000:18) seperti berikut ini:

1) Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas.

2) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi.

3) Memperbaiki kehadiran.

4) Angka putus sekolah menjadi rendah.

5) Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar.

6) Perilaku menggangu menjadi lebih kecil.

7) Konflik antar pribadi berkurang.

8) Sikap apatis berkurang.

9) Pemahaman yang lebih mendalam.

10) Motivasi lebih besar.

11) Hasil belajar lebih tinggi.

14
12) Retensi lebih lama.

13) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.

2.5 Team Assisted Individualization (TAI)

Model pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization) termasuk

dalam pembelajaran kooperatif. Dalam model pembelajaran TAI, siswa

ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa

yang heterogen untuk menyelesaikan tugas kelompok yang sudah disiapkan oleh

guru, selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa

yang memerlukannya. Model ini ditemukan oleh Slavin pada tahun 1995, dengan

beberapa alasan, yaitu:

a. Model ini mengkombinasikan keunggulan kooperatif dan program

pengajaran individual.

b. Model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif.

c. TAI disusun untuk memecahkan masalah dalam program pengajaran,

misalnya dalam hal kesulitan belajar siswa secara individual.

15
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI memiliki 8 komponen sebagai berikut:

1) Teams, pembentukan kelompok heterogen yang terdiri dari 4 sampai 6 siswa.

2) Placement test, yakni pemberian pre-tes agar guru mengetahui kelemahan

siswa dalam bidang tertentu.

3) Student Creative, melaksanakan tugas dalam suatu kelompok dengan

menciptakan situasi dimana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi

oleh keberhasilan kelompoknya.

4) Team Study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh

kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang

membutuhkannya.

5) Team Scores and Team Recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja

kelompok dan memberikan kriteria penghargaan terhadap kelompok yang berhasil

secara cemerlang dan kelompok yang dipandang kurang berhasil dalam

menyelesaikan tugas.

6) Teaching Group, yakni pemberian materi secara singkat dari guru menjelang

pemberian tugas kelompok.

7) Facts Test, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh

siswa.

8) Whole Class Units, yaitu pemberian materi oleh guru kembali di akhir waktu

pembelajaran dengan strategi pemecahan masalah. (Amin Suyitno, 2004: 8).

16
Tahap-tahap model pembelajaran TAI menurut Anastacio P. Domingo,

dkk (2001: 28) adalah sebagai berikut:

a) Tes penempatan dan pembentukan kelompok Tes penempatan

merupakan ciri terpenting yang membedakan TAI dengan model

pembelajaran yang lain. Pada tahap ini siswa mengerjakan suatu tes untuk

mengetahui tingkat kemampuan dasar yang dimiliki siswa. Tes tersebut

dikerjakan oleh siswa secara individu. Dari hasil tes penempatan yang

diperoleh siswa, akan dapat diketahui tingkat kemampuan yang dimiliki

siswa sehingga dapat dibentuk kelompok yang berkemampuan heterogen.

b) Belajar secara individu Siswa mengerjakan unit TTS secara individu.

c) Belajar kelompok Siswa melakukan pengecekan jawaban dengan

anggota kelompok dengan cara bertukar lembar jawaban. Siswa saling

membantu jika ada yang mengalami kesulitan.

d) Tes Pada akhir pembelajaran, siswa mengerjakan tes atau soal secara

individu. Soal tersebut mencakup topik yang telah dipelajari atau

didiskusikan. Tes ini dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana

pemahaman individu. Skor tes akan disumbangkan ke dalam skor

kelompok.

e) Perhitungan nilai kelompok dan pemberian penghargaan bagi kelompok

Di akhir setiap minggu guru menghitung nilai kelompok. Skor ini berdasar

pada rata-rata nilai kuis yang diberikan oleh setiap kelompok.

17
Kriteria dibuat untuk hasil kerja kelompok.

(1) Super team untuk kelompok dengan kriteria tinggi ( 76,67 ≤ nilai ≤

100 )

(2) Great team untuk kelompok dengan kriteria sedang ( 33,33 ≤ nilai ≤

76,66 )

(3) Good team untuk kelompok dengan kriteria rendah ( 0 ≤ nilai ≤ 33,32 )

Super team atau Great team yang memenuhi kriteria yang ditetapkan akan

diberikan penghargaan yang menarik. Dari uraian di atas dapat disimpulkan

bahwa pembelajaran kooperatif tipe TAI adalah pembelajaran yang

mengkombinasikan antara pembelajaran individu dengan pembelajaran kelompok.

Tahapan pembelajaran kooperatif yaitu tes penempatan dan pembentukan

kelompok, belajar secara individu, belajar kelompok, tes, dan penghargaan

kelompok. Setiap siswa harus bertanggung jawab karena perolehan skor

kelompok didapat dari masing-masing individu.

2.6. Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda

dengan penelitian konvensional lainnya seperti penelitian eksperimen, deskriptif,

kausal komparatif, kasus, dan lainnya. Setdaknya penelitian tindakan kelas

berorientasi pada masalah yang dihadapi guru di kelasnya, dilaksanakan secara

kolaborasi antara guru dengan kepala sekolah, guru dengan dosen, guru dengan guru.

Guru bertindak sebagai peneliti dan pengajar secara partisipatori terlibat langsung

dalam proses tindakan dan refleksi.

18
Penelitian tindakan kelas kekhasannya terdiri dari siklus/putaran yang

mengandung langkah-langkah sistematis, dengan tujuan memperbaiki dan

meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar.

Dengan demikian masalah yang paling aktual yang akan dipecahkan dalam

penelitian tindakan kelas, berasal dari guru sendiri. Adapun pelaksanaan penelitian

agak fleksibel, bersifat situasional dan kontekstual. Dengan demikian manfaat

penelitian dapat dirasakan langsung oleh guru, siswa dan sekolah.

Penelitian tindakan bukan penelitian empiris sehingga penelitian tindakan

kelas tidak membuat generalisasi sehingga tidak memerlukan penguasaan statistika

inferensial. Walaupun demikian statistika deskriptif masih dapat dimanfaatkan.

19
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas VII-J SMP Negeri 3

Sukawati yang beralamat di Jalan Pasekan, Br Mula, Desa Batubulan Kangin,

Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar - Bali.

3.1.2 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah siswa Kelas VII-J SMP Negeri 3 Sukawati dengan

jumlah siswa 40 orang, terdiri atas 23 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan.

Pemilihan kelas ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar

Teknologi Informasi dan Komunikasi.

3.1.3 Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 4 bulan yaitu mulai bulan

September s/d Desember 2020 semester ganjil Tahun Pelajaran 2019/2020.

Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah, karena

PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar

yang efektif di kelas. PTK ini dilaksanakan selama dua siklus, masing-masing

siklus dilaksanakan tiga kali pemberian tindakan pembelajaran. Persiapan

dilaksanakan pada bulan September. Siklus pertama dilaksanakan pada bulan

Oktober, siklus kedua dilaksanakan pada bulan November, dan penyusunan

laporan diselesaikan pada bulan Desember 2020.

20
3.1.4 Peneliti

Peneliti adalah guru mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi

(TIK) yakni I Wayan Gde Budiarta,S.Kom. Pada penelitian ini juga, peneliti

didampingi oleh teman sejawat yang juga guru mata pelajaran yang sama.

3.2 Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas 2 siklus tindakan. Setiap siklus

dilakukan tiga kali pertemuan tindakan dalam pembelajaran. Setiap siklus

meliputi empat tahap sebagai berikut: (1) perencanaan (planning) (2) Pelaksanaan

(implementing) (3) pengamatan (observing) dan (reflecting).

3.2.1 Siklus I

a. Tahap Perencanaan

1) Peneliti menganalisis standar kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar

(KD) sesuai dengan standar isi dan silabus mata pelajaran Teknologi

Informasi dan Komunikasi (TIK) di kelas VII SMP Negeri 3 Sukawati,

pada semester ganjil. Materi pelajaran yang ditetapkan untuk dilakukan

tindakan penelitian dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team

Assisted Individualization (TAI), sebagai berikut:

a) Pertemuan pertama : Perangkat keras (hardware)

b) Pertemuan kedua : Perangkat lunak aplikasi

c) Pertemuan ketiga : Kegunaan program aplikasi

21
2) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Teknologi

Informasi dan Komunikasi (TIK) menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).

3) Membuat lembar observasi siswa untuk mengamati aktivitas siswa selama

pembelajaran berlangsung.

4) Membuat lembar observasi guru untuk mengamati proses pembelajaran

melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization (TAI).

5) Membuat alat evaluasi hasil belajar.

6) Membuat Teka-teki Silang (TTS) untuk dipecahkan secara kelompok dan

kunci jawabannya.

7) Membuat kisi-kisi soal evaluasi akhir siklus I.

8) Menetapkan guru observer sebagai guru Mata Pelajaran Teknologi

Informasi dan Komunikasi (TIK) di SMP Negeri 3 Sukawati.

b. Tahap Implementasi

Siklus I dilaksanakan pada tanggal 5, 12 dan 19 september 2020. Tindakan

tersebut dilaksanakan tiga kali pertemuan selama 2 x 40 menit. Adapun langkah-

langkah penerapannya adalah sebagai berikut:

a) Kegiatan Awal

(1) Guru mengecek kehadiran siswa dan alasan ketidakhadiran siswa yang

tidak hadir

(2) Guru mengingatkan kembali materi sebelumnya yang telah diajarkan

(3) Dengan metode ceramah guru menjelaskan tujuan pembelajaran

22
(4) Dengan metode ceramah guru memotivasi siswa akan pentingnya materi

ini

b) Kegiatan Inti

(1) Guru Memberikan Tes penempatan dan pembentukan kelompok, siswa

mengerjakan suatu tes untuk mengetahui tingkat kemampuan dasar yang

dimiliki siswa. Siswa membentuk kelompok yang berkemampuan

heterogen.

(2) Guru Memberikan kesempatan siswa untuk belajar secara individu Siswa

mengerjakan unit TTS secara individu.

(3) Guru memberikan kesempatan siswa belajar secara berkelompok dan

Siswa melakukan pengecekan jawaban dengan anggota kelompok dengan

cara bertukar lembar jawaban. Siswa saling membantu jika ada yang

mengalami kesulitan.

(4) Guru memberikan Tes Pada akhir pembelajaran, siswa mengerjakan tes

atau soal secara individu. Skor tes akan disumbangkan ke dalam skor

kelompok.

(5) Guru bersama siswa melakukan perhitungan nilai kelompok dan

pemberian penghargaan bagi kelompok Di akhir setiap minggu guru

menghitung nilai kelompok. Skor ini berdasar pada rata-rata nilai kuis

yang diberikan oleh setiap kelompok.

c) Penutup

(1) Guru bersama–sama dengan siswa membuat rangkuman pelajaran

(2) Guru memberikan pekerjaan rumah (PR) dan pesan belajar.

23
c. Tahap Pengamatan

Baik pada pertemuan pertama, pertemuan kedua, dan pertemuan ketiga

observasi yang dilakukan meliputi pengamatan terhadap aktivitas siswa selama

pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization (TAI) berlangsung. Adapun aspek yang diamati adalah sebagai

berikut:

1) Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru atau teman dengan aktif

2) mengambil bagian dalam diskusi,

3) Bekerja dalam berkelompok

4) kemampuan menyelesaikan KUIS,

5) keberanian siswa untuk presentasi dan bertanya,

6) menanggapi pertanyaan guru

7) ketertiban siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Format pengamatan yang digunakan seperti berikut ini:


No Nama Siswa Aspek yang Diamati %
1 1 2 3 4 5 6 7
2
Dst
Jumlah
Persentase (%)

d. Tahap Refleksi

a) Sebelum refleksi, dilakukan ulangan harian sesudah pertemuan ketiga.

b) Refleksi dilakukan pada akhir siklus.

c) Bahan refleksi adalah data hasil observasi dan data nilai hasil belajar siswa.

d) Refleksi bertujuan mencari kelemahan atau kekurangan selama proses

pemberian tindakan dalam pembelajaran dalam tiga kali pertemuan.

24
e) Hasil refleksi dijadikan bahan masukan untuk menyusun rencana penelitian

pada siklus kedua.

3.2.2 Siklus Kedua

Seperti pada siklus pertama, untuk memperlancar proses pemberian

tindakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

(TAI), maka pada siklus kedua kegiatan pertama yang dilakukan penulis adalah

menyusun rencana penelitian. Perencanaan penelitian dalam siklus kedua adalah

sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan

Perencanaan penelitian dalam siklus kedua adalah sebagai berikut:

1) Pembagian kelompok siswa tidak ditentukan posisi tempat duduk, tetapi

berdasarkan penyebaran kemampuan siswa.

2) Guru harus dapat membagi atau mengelola waktu dalam pembelajaran

dengan baik agar semua tahap dalam pembelajaran dapat dilaksanakan

dengan optimal.

3) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Teknologi

Informasi dan Komunikasi (TIK) menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).

4) Membuat lembar observasi siswa untuk mengamati aktivitas siswa selama

pembelajaran berlangsung.

25
5) Membuat lembar observasi guru untuk mengamati proses pembelajaran

melalui implementasi model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization (TAI).

6) Membuat lembar TTS (Teka-teki Silang)

7) Membuat kisi-kisi soal evaluasi akhir siklus II.

8) Menyusun soal evaluasi akhir siklus II dan kunci jawabannya.

Materi pelajaran pada siklus kedua adalah:

Pertemuan pertama : peristiwa yang terjadi

Pertemuan kedua : teks berita dalam surat kabar

Pertemuan ketiga : buku yang berindeks

b. Tahap Pelaksanaan

Siklus kedua dilaksanakan tiga pertemuan yakni pada tanggal 9, 16 dan 23

November 2020.

a) Kegiatan Awal

(1) Guru mengecek kehadiran siswa dan alasan ketidakhadiran siswa yang

tidak hadir

(2) Guru mengingatkan kembali materi sebelumnya yang telah diajarkan

(3) Dengan metode ceramah guru menjelaskan tujuan pembelajaran

(4) Dengan metode ceramah guru memotivasi siswa akan pentingnya materi

ini.

26
b) Kegiatan Inti

(1) Guru Memberikan Tes penempatan dan pembentukan kelompok, siswa

mengerjakan suatu tes untuk mengetahui tingkat kemampuan dasar yang

dimiliki siswa. Siswa membentuk kelompok yang berkemampuan

heterogen.

(2) Guru Memberikan kesempatan siswa untuk belajar secara individu Siswa

mengerjakan unit TTS secara individu.

(3) Guru memberikan kesempatan siswa belajar secara berkelompok dan

Siswa melakukan pengecekan jawaban dengan anggota kelompok dengan

cara bertukar lembar jawaban. Siswa saling membantu jika ada yang

mengalami kesulitan.

(4) Guru memberikan Tes Pada akhir pembelajaran, siswa mengerjakan tes

atau soal secara individu. Skor tes akan disumbangkan ke dalam skor

kelompok.

(5) Guru bersama siswa melakukan perhitungan nilai kelompok dan

pemberian penghargaan bagi kelompok Di akhir setiap minggu guru

menghitung nilai kelompok. Skor ini berdasar pada rata-rata nilai kuis

yang diberikan oleh setiap kelompok.

c) Kegiatan Penutup

(1) Guru bersama–sama dengan siswa membuat rangkuman pelajaran

(2) Guru memberikan pekerjaan rumah (PR) dan pesan belajar

27
c. Tahap Pengamatan

Baik pada pertemuan pertama, pertemuan kedua, dan pertemuan ketiga

observasi yang dilakukan meliputi pengamatan terhadap aktivitas siswa selama

pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif learning tipe Team

Assisted Individualization (TAI) berlangsung. Adapun aspek yang diamati adalah

sebagai berikut:

1) Mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru atau teman dengan aktif

2) Mengambil bagian dalam diskusi TAI,

3) Bekerja dalam berkelompok

4) kemampuan menyelesaikan TTS,

5) keberanian siswa untuk presentasi dan bertanya,

6) menanggapi pertanyaan guru

7) ketertiban siswa dalam mengikuti pembelajaran.

Format pengamatan yang digunakan seperti berikut ini:


Aspek yang Diamati
No Nama Siswa ket
1 2 3 4 5 6 7
1 AGUS ERVAN SASTRAWIGUNA     
2 AULIA PUTRI NURUL ULUM       
3 GUSTI AYU SUMIATI       
4 I GEDE RENDI SUHENDRA       
5 I GEDE TEDY WIGUNA ATMAJA       
6 I GEDE YOGA SAPUTRA DARMA       
7 I GUSTI AYU WEDHANI ISTRI       
PRAMESTI
8 I KADEK ADI WINANGUN       
WIRANTANA
9 I KADEK DIMAS ANDIKA PUTRA       
10 I KADEK DWIASTRAWAN       
11 I KADEK HENDRA WEDA DINATHA       
12 I KADEK JASTIN SASTRA WIGUNA       
13 I KETUT DWIYASA       
14 I KETUT MANIK PUTRA GANA       
15 I KOMANG MANIK MAHENDRA       
PUTRA

28
16 I NENGAH AGUS SUDIRGAYASA       
17 I PUTU KUSUMA SATRIA       
BAMIANTARA
18 I PUTU MAHARA DHIRGA       
PRABHAWA
19 I PUTU PUTRA ADIGUNA       
20 I WAYAN RADITYA KUSUMA SUTA       
WARINGIN
21 KADEK DEDIK MULYA AGASTYA       
22 KADEK SUPARDA       
23 KOMANG SANESWARA SUBANDI       
24 LUH DE CHILI WINDARI       
25 LUH SINTA DEWI       
26 MADE ANDIKA WIDIANTARA       
27 MAULIDYA JAYA       
KUSUMANINGTYAS
28 MUHAMMAD NUR FAHRI       
29 NAIFATUL HAURA       
30 NI KADEK TIA APRILIA       
31 NI KOMANG JOSHITA INDRI       
MAHADEWI
32 NI LUH YULI WULANDARI       
33 NI MADE NATALIA KARMA DITHA       
34 NI PUTU ARI SUASTINI       
35 NI PUTU AYU PADMI KUSUMA DEWI       
36 NI PUTU CESSITA ARIYANI       
37 NI PUTU DIAH ARYASTI       
PARAWANGSA
38 NI PUTU NATA WINDYARI       
39 NI PUTU RIANA HANANDHITA       
LESATI
40 NI PUTU SILA RIZKIANA       
Jumlah
Persentase (%)

d. Tahap Refleksi

Pada siklus II ini seluruh siswa hadir dalam pembelajaran, dan pada saat

menyelesaikan TTS, semua siswa sudah aktif.

Dalam kerja kelompok hampir semua siswa sudah berpartisipasi aktif ambil

bagian dalam berdiskusi. Pada saat satu kelompok menyajikan hasil temuan

kelompoknya banyak siswa yang sudah memperhatikan, dan bahkan memberikan

tanggapan.

29
3.3 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini

adalah sebagai berikut.

1) Teknik Observasi

2) Teknik Tes, yaitu teknik penikalain berdasarkan hasil evaluasi belajar/ ulangan

yang diberikan tiap akhir siklus.

3.4. Teknik Analisis Data

1. Data Observasi

a. Data observasi berasal dari pengamatan perilaku aktivitas belajar

siswa selama mengikuti proses pembelajaran menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI)

setiap kali pertemuan.

b. Pengamat (observer) mengamati dengan seksama perilaku aktivitas

belajar siswa setiap siswa sambil mencentang ada tidaknya gejala

pada setiap siswa menurut aspek yang diamati.

c. Hasil centangan kemudian direkapitulasi dengan menjumlahkannya

pada setiap aspek dan dihitung persentasenya.

d. Persentase masing-masing aspek setiap pertemuan dihitung rata-

ratanya, sehingga diperoleh besaran persentase perilaku aktivitas

belajar siswa siswa dalam satu kali pertemuan.

e. Besaran masing-masing pertemuan kemudian dijumlahkan dan

dirata-ratakan, sehingga diperoleh data aktivitas belajar siswa dalam

satu siklus.

30
f. Kategori persentase menggunakan pedoman akreditasi sekolah

adalah sebagai berikut:

1) A = Sangat Baik = 86%-100%


2) B = baik = 71% - 85,9%
3) C= cukup baik = 55% - 70,9%
4) D = tidak baik ≤ 55%

2. Data Hasil Evaluasi Belajar

a. Data ini berasal dari nilai hasil tes yang dilakukan siswa pada

pertemuan akhir atau pertemuan ketiga pada tiap siklus.

b. Nilai siswa menggunakan rentang 0 -100.

c. Data nilai hasil belajar dilihat ketuntasan belajar dan nilai rata-rata

yang dicapai.

d. Ketuntasan belajar mengacu pada KKM yang telah ditetapkan.

Dalam hal ini akan dikaji berapa persen siswa yang tuntas akan

mencapai nilai minimal KKM, dan berapa persen yang tidak tuntas.

e. Nilai hasil evaluasi belajar diukur berdasarkan KKM mata pelajaran

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di kelas VII-J pada

semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020 yakni sebesar 70.

f. Nilai perolehan setiap siswa ditetapkan tuntas dan belum tuntas.

g. Kemudian dihitung berapa persen yang tuntas dan berapa persen

yang belum tuntas.

h. Dikatakan tuntas klasikal jika minimal 85% siswa tuntas, atau

mencapai nilai minimal 70.

31
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Hasil Observasi

Setelah pelaksanaan siklus I, diperoleh data aktivitas siswa dan data hasil

belajar siswa terhadap pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Team Assisted Individualization (TAI).

1) Siklus Pertama

Dari penjelasan pada bab sebelumnya, data aktivitas siswa diperoleh

melalui observasi atau pengamatan selama proses pemberian tindakan

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

Individualization (TAI).

Aktivitas siswa pada siklus pertama disajikan pada tabel berikut ini.

Tabel. 1 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus Pertama

ASPEK YANG DIOBSERVASI (%) Rata-rata


PERTEMUAN
1 2 3 4 5 6 7 (%)
I 52,00 57,00 53,00 60,00 51,00 65,00 55,00 56,14
II 56,00 63,00 64,00 65,00 56,00 68,00 64,00 62,29
III 65,00 72,00 66,00 71,00 69,00 70,00 68,00 68,71
% 57,67 64,00 61,00 65,33 58,67 67,67 62,33 62,38

data di atas menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan positif tingkat

aktivitas siswa dari pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga. Pada pertemuan

pertama rata-rata aktivitas siswa baru mencapai 56,14%, lalu meningkat 6,14%

menjadi 62,29% pada pertemuan kedua. Kemudian pada pertemuan ketiga

menjadi 68,86%, atau meningkat sebesar 6,57%. Rata-rata aktivitas belajar siswa

32
dari ketiga pertemuan dalam siklus pertama baru mencapai 62,38%, atau masih

dalam kategori cukup baik (C).

Secara terperinci rata-rata tiga kali pertemuan untuk stiap aspek aktivitas

belajar siswa adalah sebagai berikut:

1. Rata-rata aspek mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru atau

teman dengan aktif selama pembelajaran kurang baik pada pertemuan

pertama mencapai 52,00% atau termasuk dalam kategori tidak baik

(D), kemudian pada pertemuan kedua mencapai 56,00% dan telah

masuk pada kategori cukup baik (C) dan pada pertemuan ketiga telah

mencapai 65,00% masih kategori cukup baik (C). Jika dihitung rata-

ratanya dari pertemuan pertama hingga ketiga yakni 57,67% dan

berada pada kategori cukup baik (C).

2. Rata-rata aspek mengambil bagian dalam diskusi mencapai 57,00%

atau masuk kategori cukup baik (C) pada pertemuan pertama,

pertemuan kedua mencapai 63,00% masih pada kategori cukup baik

(C) dan pada pertemuan ketiga telah mencapai 72.00% dan sudah

pada kategori baik (B). Jika dihitung rata-ratanya dari pertemuan

pertama hingga ketiga yakni 64,00% dan berada pada kategori cukup

baik (C).

3. Rata-rata aspek bekerja dalam berkelompok mencapai 53.00% pada

pertemuan pertama dimana kategori ini termasuk tidak baik (D),

pertemuan kedua mencapai 64,00% naik pada pategori cukup baik

(C) akan tetapi pada pertemuan ketiga mencapai 66,00% dimana

33
dikategorikan cukup baik (C). Jika dihitung rata-ratanya dari

pertemuan pertama hingga ketiga yakni 60,00% dan berada pada

kategori cukup baik (C).

4. Rata-rata aspek kemampuan menyelesaikan TTS mencapai 60,00%

pada pertemuan pertama dan dapat digolongkan pada kategori cukup

baik (C), dan pada pertemuan kedua mencapai 65,00% atau pada

kategori cukup baik (C) setelah itu pada pertemuan ketiga mencapai

71,00% masih pada kategori baik (B). Jika dihitung rata-ratanya dari

pertemuan pertama hingga ketiga yakni 65,33% dan berada pada

kategori cukup baik (C).

5. Rata-rata aspek keberanian siswa untuk presentasi dan bertanya

mencapai 51.00% masih pada kategori tidak baik (D) akan tetapi

mengalami peningkatan pada pertemuan kedua yakni 56,00% naik

pada level kategori cukup baik (C), kemudian pada pertemuan ketiga

meningkat menjadi 69,00% meskipun berada pada kategori cukup

baik (C). Jika dihitung rata-ratanya dari pertemuan pertama hingga

ketiga yakni 58,67% dan berada pada kategori cukup baik (C).

6. Rata-rata aspek menanggapi pertanyaan guru mencapai 65,00% atau

pada kategori cukup baik (C) dan pada pertemuan kedua mencapai

68,00% atau pada kategori cukup baik (C) kemudian pada pertemuan

ketiga mencapai 71.00% atau pada kategori baik (B). Jika dihitung

rata-ratanya dari pertemuan pertama hingga ketiga yakni 68,00% dan

berada pada kategori cukup baik (C).

34
7. Rata-rata aspek ketertiban siswa dalam mengikuti pembelajaran

mencapai 55,17% atau pada kategori tidak baik (C) dan pada

pertemuan kedua mencapai 64,00% atau pada kategori cukup baik

(C) kemudian pada pertemuan ketiga mencapai 68,00% atau pada

kategori cukup baik (C). Jika dihitung rata-ratanya dari pertemuan

pertama hingga ketiga yakni 62,33% dan berada pada kategori cukup

baik (C).

Dengan demikian dari enam aspek pengamatan aktivitas siswa selama

menerima tindakan pembelajaran berbasis model pembelajaran kooperatif tipe

Team Assisted Individualization (TAI) keenam aspek yang diobervasi tergolong

cukup baik (C).

Jika disajikan dalam bentuk diagram, maka perkembangan rata-rata

aktivitas siswa dari pertemuan pertama sapai ketiga terjadi peningkatan yang

cukup signifikan. Hal ini dapat dicermati pada diagram berikut ini.

Diagram 1. Perkembangan Rata-Rata Aktivitas Siswa pada Siklus Pertama

Rata-rata
70,00
60,00
50,00
40,00
30,00
Rata-rata
20,00
10,00
0,00

Pertemuan 1
Pertemuan 2
Pertemuan 3

35
2) Siklus Kedua

Hasil penelitian aktivitas siswa pada siklus kedua disajikan sebagai berikut.

Tabel. 2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus Kedua

ASPEK YANG DIOBSERVASI (%) Rata-rata


PERTEMUAN
1 2 3 4 5 6 7 (%)
I 70,00 86,00 69,00 74,00 69,00 78,00 70,00 73,71
II 74,00 90,00 72,00 80,00 78,00 90,00 72,00 79,43
III 86,00 92,00 90,00 87,00 86,00 92,00 86,00 88,43
% 76,67 89,33 77,00 80,33 77,67 86,67 76,00 80,52

Data di atas menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan tingkat aktivitas

siswa dari pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga. Pada pertemuan pertama

rata-rata aktivitas siswa baru mencapai 73,71%, lalu meningkat 5,71% menjadi

79,43% pada pertemuan kedua. Kemudian pada pertemuan ketiga menjadi

88,43%, atau meningkat 9,00%. Rata-rata aktivitas belajar siswa dari ketiga

pertemuan dalam siklus kedua telah mencapai 80,52%, atau berada dalam kategori

baik (B).

secara terperinci rata-rata tiga kali pertemuan untuk setiap aspek aktivitas

belajar siswa adalah sebagai berikut:

1. Rata-rata aspek mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru atau

teman dengan aktif selama pembelajaran kurang baik pada pertemuan

pertama mencapai 70,00% atau termasuk dalam kategori baik (C),

kemudian pada pertemuan kedua mencapai 74% dan masuk pada

kategori baik (B) dan pada pertemuan ketiga telah mencapai 86,00%

masuk kategori sangat baik (A). Jika dihitung rata-ratanya dari

36
pertemuan pertama hingga ketiga yakni 76,67% dan berada pada

kategori baik (B).

2. Rata-rata aspek mengambil bagian dalam diskusi mencapai 86,00%

atau masuk kategori sangat baik (A) pada pertemuan pertama,

pertemuan kedua mencapai 90,00% masih pada kategori sangat baik

(A) dan pada pertemuan ketiga telah mencapai 92,00% dan sudah

pada kategori sangat baik (A). Jika dihitung rata-ratanya dari

pertemuan pertama hingga ketiga yakni 89,33% dan berada pada

kategori sangat baik (A).

3. Rata-rata aspek bekerja dalam berkelompok mencapai 69,00% pada

pertemuan pertama dimana kategori ini termasuk cukup baik (C),

pertemuan kedua mencapai 72,00% naik menjadi kategori baik (B)

akan tetapi pada pertemuan ketiga mencapai 90,00% dimana

dikategorikan sangat baik (A). Jika dihitung rata-ratanya dari

pertemuan pertama hingga ketiga yakni 77,00% dan berada pada

kategori baik (B).

4. Rata-rata aspek kemampuan menyelesaikan TTS mencapai 74,00%

pada pertemuan pertama dan dapat digolongkan pada kategori baik

(B), dan pada pertemuan kedua mencapai 80,00% atau pada kategori

baik (B) setelah itu pada pertemuan ketiga mencapai 87,00% masuk

pada kategori sangat baik (A). Jika dihitung rata-ratanya dari

pertemuan pertama hingga ketiga yakni 80,33% dan berada pada

kategori baik (B).

37
5. Rata-rata aspek keberanian siswa untuk presentasi dan bertanya

mencapai 69,00% masih pada kategori cukup baik (C) akan tetapi

mengalami peningkatan pada pertemuan kedua yakni 78,00% naik

pada level kategori baik (B), kemudian pada pertemuan ketiga

meningkat menjadi 86,00% dan berada pada kategori sangat baik (A).

Jika dihitung rata-ratanya dari pertemuan pertama hingga ketiga yakni

77,67% dan berada pada kategori baik (B).

6. Rata-rata aspek menanggapi pertanyaan guru mencapai 78,00% atau

pada kategori baik (B) dan pada pertemuan kedua mencapai 90,00%

atau pada kategori sangat baik (A) kemudian pada pertemuan ketiga

mencapai 92,00% atau pada sangat baik (A). Jika dihitung rata-

ratanya dari pertemuan pertama hingga ketiga yakni 86,67% dan

berada pada kategori sangat baik (A).

7. Rata-rata aspek ketertiban siswa dalam mengikuti pembelajaran

mencapai 70,00% atau pada kategori cukup baik (C) dan pada

pertemuan kedua mencapai 72,00% atau pada kategori baik (B)

kemudian pada pertemuan ketiga mencapai 86,00% atau pada

kategori sangat baik (A). Jika dihitung rata-ratanya dari pertemuan

pertama hingga ketiga yakni 86,00% dan berada pada kategori sangat

baik (A).

Dengan demikian dari enam aspek pengamatan aktivitas siswa selama

menerima tindakan pembelajaran berbasis model pembelajaran kooperatif tipe

38
Team Assisted Individualization (TAI) jika dirata-ratakan maka terdapat lima

aspek yang tergolong baik, dan dua aspek yang tergolong sangat baik.

Jika disajikan dalam bentuk diagram, maka perkembangan rata-rata

aktivitas siswa dari pertemuan pertama sampai ketiga pada siklus kedua ini terjadi

peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dapat dicermati pada diagram berikut

ini.

Diagram 2. Perkembangan Rata-Rata Aktivitas Siswa pada Siklus Kedua

Rata-rata
90,00

85,00

80,00

75,00 Rata-rata

70,00

65,00

Pertemuan 1
Pertemuan 2
Pertemuan 3

1. Data Hasil Belajar Siswa

1) Siklus Pertama

Data hasil belajar siswa kelas VII-J diperoleh melalui tes pada siklus

pertama pertemuan ketiga. Rekapitulasi hasil tes adalah sebagai berikut ini.

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus Pertama

NO Uraian Hasil
1 Jumlah siswa yang tuntas 27
2 Jumlah siswa yang tidak tuntas 13
3 Prosentase ketuntasan 67,50%
4 Prosentase ketidaktuntasan 32,50%

39
Data di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus pertama

secara umum dianggap masih pada kategori yang belum memuaskan. Hal tersebut

ditunjukkan oleh tingkat ketuntasan belajar yang baru mencapai 67,50% dan meski

telah masuk kategori baik, namun belum mencapai ketuntasan belajar yakni 85%.

Pada tabel juga dapat dilihat bahwa siswa yang tuntas baru berjumlah 27 orang,

sementara 13 siswa lainnya belum tuntas belajar.

2) Siklus Kedua

Data hasil belajar siswa kelas VII-J diperoleh melalui tes pada siklus kedua

pertemuan ketiga. Rekapitulasi hasil tes adalah sebagai berikut ini.

Tabel 4. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus kedua

NO Uraian Hasil
1 Jumlah siswa yang tuntas 38
2 Jumlah siswa yang tidak tuntas 2
3 Prosentase ketuntasan 95,00%
4 Prosentase ketidaktuntasan 5,00%

Data di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus kedua

secara umum dianggap sudah memuaskan. Hal tersebut ditunjukkan oleh tingkat

ketuntasan belajar yang telah mencapai 95,00% dan masuk kategori amat baik.

Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa jumlah siswa yang tuntas ada 38 orang

sementara yang belum tuntas ada 2 orang.

40
4.2. PEMBAHASAN

Data penelitian sebagaimana disajikan di atas sangat menarik untuk dibahas

lebih lanjut sebagai berikut.

4.2.1 Aktivitas Siswa

Secara umum pemberian tindakan dengan penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) ternyata cukup efektif

meningkatkan aktivitas selama proses pembelajaran. Data penelitian menunjukkan

bahwa terjadi peningkatan yang cukup positif tidak saja dari pertemuan ke

pertemuan setiap siklus, tetapi juga antar siklus pertama dan siklus kedua.

Pada pertemuan pertama siklus pertama rata-rata aktivitas siswa dalam

menerima pelajaran baru pada taraf 56,14% atau pada taraf cukup baik. Hal ini

terjadi karena umumnya siswa masih dalam upaya menyesuaikan diri dengan

lingkungan dan proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI).

Pada pertemuan kedua siklus pertama ternyata terjadi peningkatan,

walaupun belum begitu tinggi, mencapai 62,29% atau terjadi kenaikan 6,14% dan

masih masuk kategori cukup baik. Pada pertemuan ketiga siklus pertama terjadi

kenaikan lagi sebesar 6,57%, sehingga menjadi 68,43%, masih dalam kategori

cukup baik. Inilah aktivitas riil siswa pada akhir siklus pertama.

Pada siklus kedua pertemuan pertama meningkat lagi menjadi 73,71% dan

masuk pada kategori baik. Kemudian pada pertemuan kedua siklus kedua terjadi

peningkatan sebesar 5,71% menjadi 79,43% dan masih pada kategori baik. Dan

41
pada pertemuan terakhir aktivitas riil siswa meningkat menjadi 88,52% , atau

terjadi kenaikan sebesar 9,00% dan masuk pada kategori sangat baik.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pemberian tindakan dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

(TAI) dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran.

Jika dibandingkan rata-rata ketiga pertemuan dari siklus pertama dan kedua

maka diperoleh data dimana siklus pertama 62,43% dan siklus kedua 80,52%. Hal

ini dapat dilihat pada diagram berikut.

Diagram 3. Perbandingan Rata-Rata Aktivitas Belajar Siswa Siklus pertama dan


kedua

Rata-rata
100,00

80,00

60,00

40,00 Rata-rata

20,00

0,00

Siklus 1
Siklus 2

4.2.2 Hasil Belajar Siswa

Sejalan dengan adanya peningkatan positif aktivitas belajar siswa dalam

menerima tindakan pembelajaran dari guru, maka terjadi pula peningkatan hasil

belajar dari siklus pertama ke siklus kedua. Artinya, karena meningkatnya aktivitas

belajar siswa selama menerima tindakan model pembelajaran kooperatif tipe Team

42
Assisted Individualization (TAI) maka secara otomatis berpengaruh pada nilai rata-

rata capaian siswa dalam tes.

Tingkat ketuntasan belajar siswa meningkat tiap siklus. Pada siklus pertama

siswa yang tuntas sebanyak 27 orang, namun pada siklus kedua meningkat menjadi

38 orang. Dengan demikian prosentase ketuntasan yang dicapai pada siklus 2

adalah 95,00% dimana sebelumnya pada siklus 1 ketuntasan hanya mencapai

67,50%. Hal ini telah melampaui ketuntasan klasikal yang ditentukan yakni 85%.

Hal ini dapat dilihat perbandingannya jika disajikan dalam diagram berikut.

Diagram 4. Perbandingan Hasil Evaluasi Belajar Siklus Pertama dan Kedua

Rata-rata
100

80

60

40 Rata-rata

20

Siklus 1
Siklus 2

43
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization (TAI) dapat

meningkatkan hasil belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada siswa

kelas VII-J di SMP Negeri 3 Sukawati tahun pelajaran 2019/2020. Manfaat yang

dirasakan guru yakni terjadinya perubahan cara mengajar, rasa puas karena hasil

belajar siswa meningkat. Siswa terlihat sangat antusias dan bersemangat dalam

belajar, menarik minat belajar siswa karena game TTS, dan siswa tidak malu bertanya

atau adanya rasa bosan belajar.

Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus,

dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran dengan demonstrasi memiliki dampak positif

dalam meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan

ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (62,43%), siklus II

(80,52%). Rata-rata aktivitas belajar siswa tiap siklus meningkat yaitu siklus I

(67,50%), siklus II (95,00%).

44
5.2. Saran

1. Hendaknya guru menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI

untuk meningkatkan hasil belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi.

2. Hendaknya penerapan pembelajaran kooperatif secara bertahap karena model

pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan suatu model yang baru di SMP

Negeri 3 Sukawati.

3. Hendaknya guru membuat perencanaan yang matang dalam memilih materi

dan mengalokasikan waktu dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe

TAI sehingga materi lebih mudah diterima siswa dan waktu yang terbuang

dapat diminimalkan.

45
DAFTAR PUSTAKA

Anni, Catharina Tri. 2005. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK Universitas
Negeri Semarang.

Arifin, Zainal. 1991. Evaluasi Instruksional Prinsip-Teknik-Prosedur. Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya.

Arikunto Suharsimi, 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara, Jakarta.

Astuti, Griya. 2006. Model Penilaian Kelas, (Online),


(http://www.puskur.net/inc/mdl/081 Model Penil SD.pdf, diakses 3 Maret
2007).

Ibrahim, Muslimin. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.

Hermawan Hendy. 2006. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: CV


Citra Praya.

Mautang, Sumual. 2008. Materi dan Pelatihan Profesi Guru, Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). UNIMA.

Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning Theory, Research, and Practice.


USA: The Jhons Hopkins University.

Suherman, Erman. 2003. Strategi Pembelajaran Kontemporer. Bandung:


Universitas Pendidikan Indonesia

46

Anda mungkin juga menyukai