Disusun Oleh :
I Wayan Gde Budiarta,S.Kom
iii
ABSTRAK
Kata Kunci :
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan Kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa Tuhan Yang Maha
Esa, karena atas karunia-Nya penulis bisa menyelesaikan Laporan Penelitian Tindakan Kelas
ini dengan baik.
Tak lupa pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak atas dukungannya agar terselesainya laporan ini. Penulis sampaikan terima kasih
kepada :
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa penulis harapkan demi sempurnanya
karya ini.
Penulis berharap semoga laporan penelitian tindakan ini bisa memberikan manfaat bagi
pembaca umumnya dan khususnya bagi mereka yang berkecimpung di dalam dunia
pendidikan yang di Negeri tercinta. Bisa menambah wawasan dan pengetahuan, membuka
cakrawala pemikiran agar dapat memberikan sumbangsihnya serta perannya di bidang
pendidikan. Sehingga akan tercapai tujuan pendidikan yang diharapkan.
Peneliti
v
DAFTAR ISI
vi
BAB I
PENDAHULUAN
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
di Indonesia.
kebutuhan adalah dengan belajar. Untuk memperoleh hasil yang maksimal maka
peserta didik mampu mencapai tujuan belajar yang mengacu kepada kemampuan
yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu
dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan. Kegiatan ini akan tercapai
jika siswa sebagai subyeknya terlibat secara aktif baik fisik maupun emosinya
Disamping itu siswa ikut berpartisipasi ikut mencoba dan melakukan sendiri yang
sedang dipelajari dan belajar lebih dipentingkan dari pada mengajar. Sedangkan
dalam pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran aktif, fungsi guru adalah
1
menciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan siswa berkembang secara
optimal.
salah satu metode pembelajaran. Meskipun guru tidak terus menerus bicara,
VII masih dianggap baru karena sebelumnya siswa belum mendapatkan materi
TIK di Sekolah Dasar sehingga adanya istilah baru bagi siswa dan dalam Bahasa
sebagian besar malu bertanya pada guru mengenai materi yang kurang dipahami.
Hal inilah yang dihadapi oleh siswa-siswi kelas VII-J SMP N 3 Sukawati
yang mengakibatkan hasil ulangan harian terakhir mereka hanya mencapai rata-
rata 55. Setelah berdiskusi dengan teman sejawat, guru/ peneliti menyadari bahwa
cara mengajar terlalu monoton dan kurang merangsang keaktifan siswa. Siswa
hanya duduk menyimak, mengerjakan soal dan mendengar saja. Oleh karena itu,
perlu peneliti dan teman sejawat sepakat untuk melibatkan siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran dengan menggunakan media TTS (Teka Teki Silang)
dan menerapkan suatu model pembelajaran Kooperatif yakni TAI (Team Assisted
Individualization).
2
Cooperative learning mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja
sebagai sebuah tim, sebelum siswa membentuk tim terlebih dahulu masing-
masing siswa diberikan pretest untuk mendapatkan kelompok yang terdiri dari
Kuis/ TTS secara berkelompok untuk mencapai tujuan bersama. Salah satu
Dalam pembelajaran ini siswa diberikan Kuis Berupa TTS untuk dikerjakan
secara berkelompok sehingga siswa dengan mudah dapat memahami istilah dalam
dilatih untuk menjelaskan temuannya kepada pihak lain dan dilatih untuk
yang diperoleh dapat berkembang secara efektif. Berdasar uraian di atas peneliti
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK ) pada Siswa Kelas VII-J di SMP
Negeri 3 Sukawati”.
3
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
dibatasi pada masalah: masih rendahnya hasil belajar Teknologi Informasi dan
4
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Individualization).
2. Bagi Guru
tentang model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
3. Bagi Siswa
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
maka perlu adanya peran penting dari pendidikan karena pendidikan merupakan
manusia. Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku manusia dari
dan bahkan persepsi manusia. Oleh karena itu dengan menguasai prinsip-prinsip
dasar tentang belajar, seseorang mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu
merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktek atau
pengertian belajar maka dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya adalah
berkaitan dengan perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku yang dimaksud
6
Sedang yang dimaksud pengalaman adalah proses belajar tidak lain adalah
kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi
interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa.
(Suyitno, 2004:2)
perubahan tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Apabila
yang diperoleh adalah berupa penguasaan. Hasil belajar ini sangat dibutuhkan
kegiatan belajar yang sudah dilaksanakan. Hasil belajar dapat diketahui melalui
evaluasi untuk mengukur dan menilai apakah siswa sudah menguasai ilmu yang
a. Faktor Internal
kondisi psikis seperti kemampuan intelektual, emosional dan kondisi sosial seperti
7
kondisi internal yang dimiliki siswa akan berpengaruh terhadap kesiapan, proses
b. Faktor Eksternal
eksternal ini juga akan mempengaruhi kesiapan, proses dan hasil belajar.
menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab. (Suyitno, 2004:2)
belajar mengajar masih terpusat pada guru sebagai pemberi informasi. Guru
berbicara pada awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal. Siswa tidak
hanya mendengar dan membuat catatan tetapi juga membuat soal latihan dan
bertanya kalau tidak mengerti guru dapat memeriksa pekerjaan siswa secara
maupun klasikal.
8
Kekurangan dari metode ekspositori adalah:
pelajaran).
tugas, atau untuk mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya.
antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu
Menurut Suherman dkk (2003:260) ada beberapa hal yang perlu dipenuhi
dalam cooperative learning agar lebih menjamin para siswa bekerja secara
kooperatif, hal tersebut meliputi: pertama para siswa yang tergabung dalam suatu
9
kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan
mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai. Kedua para siswa yang tergabung
dalam sebuah kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi
adalah masalah kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan
menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok itu. Ketiga
untuk mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang tergabung dalam
kelompok itu harus berbicara satu sama lain dalam mendiskusikan masalah yang
dihadapinya.
materi belajarnya.
dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model ini unggul
10
b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Efek penting yang kedua adalah penerimaan yang luas terhadap orang
ketidakmampuan.
bacaan.
11
Fase 4 Guru membimbing kelompok-
mereka.
kelompok mempresentasikan
hasil belajarnya.
kelompok.
12
b. Gordon Allport dan Relasi antar Kelompok.
Menurut Gordon Allport kontak langsung antar etnik yang terjadi di bawah
kondisi status yang setara dibutuhkan untuk mengurangi kecurigaan ras dan etnis.
Tiga kondisi dasar yang dirumuskan oleh Gordon Allport untuk mencegah
2) Sama-sama berperan serta di dalam kondisi status yang sama antara anggota
bahwa anda akan belajar paling baik jika anda secara pribadi terlibat dalam
pengalaman belajar itu, bahwa pengetahuan harus ditemukan oleh anda sendiri
apabila pengatahuan itu hendak anda jadikan pengetahuan yang bermakna atau
membuat suatu perbedaan dalam tingkah laku anda, dan bahwa komitmen
terhadap belajar paling tinggi apabila anda bebas menetapkan tujuan pembelajaran
anda sendiri dan secara aktif mempelajari tujuan itu dalam suatu kerangka
tertentu.
13
hubungan yang lebih baik di antara siswa, pembelajaran kooperatif secara
kooperatif, siswa lebih banyak belajar dari teman ke teman yang lain di antara
sesama siswa dari pada belajar dari guru. Hasil lain penelitian juga menunjukkan
bahwa pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang amat positif untuk siswa
3) Memperbaiki kehadiran.
14
12) Retensi lebih lama.
yang heterogen untuk menyelesaikan tugas kelompok yang sudah disiapkan oleh
guru, selanjutnya diikuti dengan pemberian bantuan secara individu bagi siswa
yang memerlukannya. Model ini ditemukan oleh Slavin pada tahun 1995, dengan
pengajaran individual.
b. Model ini memberikan tekanan pada efek sosial dari belajar kooperatif.
15
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI memiliki 8 komponen sebagai berikut:
4) Team Study, yaitu tahapan tindakan belajar yang harus dilaksanakan oleh
kelompok dan guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa yang
membutuhkannya.
5) Team Scores and Team Recognition, yaitu pemberian skor terhadap hasil kerja
menyelesaikan tugas.
6) Teaching Group, yakni pemberian materi secara singkat dari guru menjelang
7) Facts Test, yaitu pelaksanaan tes-tes kecil berdasarkan fakta yang diperoleh
siswa.
8) Whole Class Units, yaitu pemberian materi oleh guru kembali di akhir waktu
16
Tahap-tahap model pembelajaran TAI menurut Anastacio P. Domingo,
pembelajaran yang lain. Pada tahap ini siswa mengerjakan suatu tes untuk
dikerjakan oleh siswa secara individu. Dari hasil tes penempatan yang
d) Tes Pada akhir pembelajaran, siswa mengerjakan tes atau soal secara
kelompok.
Di akhir setiap minggu guru menghitung nilai kelompok. Skor ini berdasar
17
Kriteria dibuat untuk hasil kerja kelompok.
(1) Super team untuk kelompok dengan kriteria tinggi ( 76,67 ≤ nilai ≤
100 )
(2) Great team untuk kelompok dengan kriteria sedang ( 33,33 ≤ nilai ≤
76,66 )
(3) Good team untuk kelompok dengan kriteria rendah ( 0 ≤ nilai ≤ 33,32 )
Super team atau Great team yang memenuhi kriteria yang ditetapkan akan
kolaborasi antara guru dengan kepala sekolah, guru dengan dosen, guru dengan guru.
Guru bertindak sebagai peneliti dan pengajar secara partisipatori terlibat langsung
18
Penelitian tindakan kelas kekhasannya terdiri dari siklus/putaran yang
Dengan demikian masalah yang paling aktual yang akan dipecahkan dalam
penelitian tindakan kelas, berasal dari guru sendiri. Adapun pelaksanaan penelitian
19
BAB III
METODE PENELITIAN
Objek penelitian adalah siswa Kelas VII-J SMP Negeri 3 Sukawati dengan
jumlah siswa 40 orang, terdiri atas 23 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan.
Pemilihan kelas ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan selama 4 bulan yaitu mulai bulan
yang efektif di kelas. PTK ini dilaksanakan selama dua siklus, masing-masing
20
3.1.4 Peneliti
(TIK) yakni I Wayan Gde Budiarta,S.Kom. Pada penelitian ini juga, peneliti
didampingi oleh teman sejawat yang juga guru mata pelajaran yang sama.
Penelitian tindakan kelas ini terdiri atas 2 siklus tindakan. Setiap siklus
meliputi empat tahap sebagai berikut: (1) perencanaan (planning) (2) Pelaksanaan
3.2.1 Siklus I
a. Tahap Perencanaan
(KD) sesuai dengan standar isi dan silabus mata pelajaran Teknologi
21
2) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Teknologi
pembelajaran berlangsung.
Individualization (TAI).
kunci jawabannya.
b. Tahap Implementasi
a) Kegiatan Awal
(1) Guru mengecek kehadiran siswa dan alasan ketidakhadiran siswa yang
tidak hadir
22
(4) Dengan metode ceramah guru memotivasi siswa akan pentingnya materi
ini
b) Kegiatan Inti
heterogen.
(2) Guru Memberikan kesempatan siswa untuk belajar secara individu Siswa
cara bertukar lembar jawaban. Siswa saling membantu jika ada yang
mengalami kesulitan.
(4) Guru memberikan Tes Pada akhir pembelajaran, siswa mengerjakan tes
atau soal secara individu. Skor tes akan disumbangkan ke dalam skor
kelompok.
menghitung nilai kelompok. Skor ini berdasar pada rata-rata nilai kuis
c) Penutup
23
c. Tahap Pengamatan
berikut:
d. Tahap Refleksi
c) Bahan refleksi adalah data hasil observasi dan data nilai hasil belajar siswa.
24
e) Hasil refleksi dijadikan bahan masukan untuk menyusun rencana penelitian
(TAI), maka pada siklus kedua kegiatan pertama yang dilakukan penulis adalah
sebagai berikut:
a. Tahap Perencanaan
dengan optimal.
pembelajaran berlangsung.
25
5) Membuat lembar observasi guru untuk mengamati proses pembelajaran
Individualization (TAI).
b. Tahap Pelaksanaan
November 2020.
a) Kegiatan Awal
(1) Guru mengecek kehadiran siswa dan alasan ketidakhadiran siswa yang
tidak hadir
(4) Dengan metode ceramah guru memotivasi siswa akan pentingnya materi
ini.
26
b) Kegiatan Inti
heterogen.
(2) Guru Memberikan kesempatan siswa untuk belajar secara individu Siswa
cara bertukar lembar jawaban. Siswa saling membantu jika ada yang
mengalami kesulitan.
(4) Guru memberikan Tes Pada akhir pembelajaran, siswa mengerjakan tes
atau soal secara individu. Skor tes akan disumbangkan ke dalam skor
kelompok.
menghitung nilai kelompok. Skor ini berdasar pada rata-rata nilai kuis
c) Kegiatan Penutup
27
c. Tahap Pengamatan
sebagai berikut:
28
16 I NENGAH AGUS SUDIRGAYASA
17 I PUTU KUSUMA SATRIA
BAMIANTARA
18 I PUTU MAHARA DHIRGA
PRABHAWA
19 I PUTU PUTRA ADIGUNA
20 I WAYAN RADITYA KUSUMA SUTA
WARINGIN
21 KADEK DEDIK MULYA AGASTYA
22 KADEK SUPARDA
23 KOMANG SANESWARA SUBANDI
24 LUH DE CHILI WINDARI
25 LUH SINTA DEWI
26 MADE ANDIKA WIDIANTARA
27 MAULIDYA JAYA
KUSUMANINGTYAS
28 MUHAMMAD NUR FAHRI
29 NAIFATUL HAURA
30 NI KADEK TIA APRILIA
31 NI KOMANG JOSHITA INDRI
MAHADEWI
32 NI LUH YULI WULANDARI
33 NI MADE NATALIA KARMA DITHA
34 NI PUTU ARI SUASTINI
35 NI PUTU AYU PADMI KUSUMA DEWI
36 NI PUTU CESSITA ARIYANI
37 NI PUTU DIAH ARYASTI
PARAWANGSA
38 NI PUTU NATA WINDYARI
39 NI PUTU RIANA HANANDHITA
LESATI
40 NI PUTU SILA RIZKIANA
Jumlah
Persentase (%)
d. Tahap Refleksi
Pada siklus II ini seluruh siswa hadir dalam pembelajaran, dan pada saat
Dalam kerja kelompok hampir semua siswa sudah berpartisipasi aktif ambil
bagian dalam berdiskusi. Pada saat satu kelompok menyajikan hasil temuan
tanggapan.
29
3.3 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini
1) Teknik Observasi
2) Teknik Tes, yaitu teknik penikalain berdasarkan hasil evaluasi belajar/ ulangan
1. Data Observasi
satu siklus.
30
f. Kategori persentase menggunakan pedoman akreditasi sekolah
a. Data ini berasal dari nilai hasil tes yang dilakukan siswa pada
c. Data nilai hasil belajar dilihat ketuntasan belajar dan nilai rata-rata
yang dicapai.
Dalam hal ini akan dikaji berapa persen siswa yang tuntas akan
mencapai nilai minimal KKM, dan berapa persen yang tidak tuntas.
31
BAB IV
Setelah pelaksanaan siklus I, diperoleh data aktivitas siswa dan data hasil
1) Siklus Pertama
Individualization (TAI).
Aktivitas siswa pada siklus pertama disajikan pada tabel berikut ini.
aktivitas siswa dari pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga. Pada pertemuan
pertama rata-rata aktivitas siswa baru mencapai 56,14%, lalu meningkat 6,14%
menjadi 68,86%, atau meningkat sebesar 6,57%. Rata-rata aktivitas belajar siswa
32
dari ketiga pertemuan dalam siklus pertama baru mencapai 62,38%, atau masih
Secara terperinci rata-rata tiga kali pertemuan untuk stiap aspek aktivitas
masuk pada kategori cukup baik (C) dan pada pertemuan ketiga telah
mencapai 65,00% masih kategori cukup baik (C). Jika dihitung rata-
(C) dan pada pertemuan ketiga telah mencapai 72.00% dan sudah
pertama hingga ketiga yakni 64,00% dan berada pada kategori cukup
baik (C).
33
dikategorikan cukup baik (C). Jika dihitung rata-ratanya dari
baik (C), dan pada pertemuan kedua mencapai 65,00% atau pada
kategori cukup baik (C) setelah itu pada pertemuan ketiga mencapai
71,00% masih pada kategori baik (B). Jika dihitung rata-ratanya dari
mencapai 51.00% masih pada kategori tidak baik (D) akan tetapi
pada level kategori cukup baik (C), kemudian pada pertemuan ketiga
ketiga yakni 58,67% dan berada pada kategori cukup baik (C).
pada kategori cukup baik (C) dan pada pertemuan kedua mencapai
68,00% atau pada kategori cukup baik (C) kemudian pada pertemuan
ketiga mencapai 71.00% atau pada kategori baik (B). Jika dihitung
34
7. Rata-rata aspek ketertiban siswa dalam mengikuti pembelajaran
mencapai 55,17% atau pada kategori tidak baik (C) dan pada
pertama hingga ketiga yakni 62,33% dan berada pada kategori cukup
baik (C).
aktivitas siswa dari pertemuan pertama sapai ketiga terjadi peningkatan yang
cukup signifikan. Hal ini dapat dicermati pada diagram berikut ini.
Rata-rata
70,00
60,00
50,00
40,00
30,00
Rata-rata
20,00
10,00
0,00
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Pertemuan 3
35
2) Siklus Kedua
Hasil penelitian aktivitas siswa pada siklus kedua disajikan sebagai berikut.
siswa dari pertemuan pertama sampai pertemuan ketiga. Pada pertemuan pertama
rata-rata aktivitas siswa baru mencapai 73,71%, lalu meningkat 5,71% menjadi
88,43%, atau meningkat 9,00%. Rata-rata aktivitas belajar siswa dari ketiga
pertemuan dalam siklus kedua telah mencapai 80,52%, atau berada dalam kategori
baik (B).
secara terperinci rata-rata tiga kali pertemuan untuk setiap aspek aktivitas
kategori baik (B) dan pada pertemuan ketiga telah mencapai 86,00%
36
pertemuan pertama hingga ketiga yakni 76,67% dan berada pada
(A) dan pada pertemuan ketiga telah mencapai 92,00% dan sudah
(B), dan pada pertemuan kedua mencapai 80,00% atau pada kategori
baik (B) setelah itu pada pertemuan ketiga mencapai 87,00% masuk
37
5. Rata-rata aspek keberanian siswa untuk presentasi dan bertanya
mencapai 69,00% masih pada kategori cukup baik (C) akan tetapi
meningkat menjadi 86,00% dan berada pada kategori sangat baik (A).
pada kategori baik (B) dan pada pertemuan kedua mencapai 90,00%
atau pada kategori sangat baik (A) kemudian pada pertemuan ketiga
mencapai 92,00% atau pada sangat baik (A). Jika dihitung rata-
mencapai 70,00% atau pada kategori cukup baik (C) dan pada
pertama hingga ketiga yakni 86,00% dan berada pada kategori sangat
baik (A).
38
Team Assisted Individualization (TAI) jika dirata-ratakan maka terdapat lima
aspek yang tergolong baik, dan dua aspek yang tergolong sangat baik.
aktivitas siswa dari pertemuan pertama sampai ketiga pada siklus kedua ini terjadi
peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dapat dicermati pada diagram berikut
ini.
Rata-rata
90,00
85,00
80,00
75,00 Rata-rata
70,00
65,00
Pertemuan 1
Pertemuan 2
Pertemuan 3
1) Siklus Pertama
Data hasil belajar siswa kelas VII-J diperoleh melalui tes pada siklus
pertama pertemuan ketiga. Rekapitulasi hasil tes adalah sebagai berikut ini.
NO Uraian Hasil
1 Jumlah siswa yang tuntas 27
2 Jumlah siswa yang tidak tuntas 13
3 Prosentase ketuntasan 67,50%
4 Prosentase ketidaktuntasan 32,50%
39
Data di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus pertama
secara umum dianggap masih pada kategori yang belum memuaskan. Hal tersebut
ditunjukkan oleh tingkat ketuntasan belajar yang baru mencapai 67,50% dan meski
telah masuk kategori baik, namun belum mencapai ketuntasan belajar yakni 85%.
Pada tabel juga dapat dilihat bahwa siswa yang tuntas baru berjumlah 27 orang,
2) Siklus Kedua
Data hasil belajar siswa kelas VII-J diperoleh melalui tes pada siklus kedua
NO Uraian Hasil
1 Jumlah siswa yang tuntas 38
2 Jumlah siswa yang tidak tuntas 2
3 Prosentase ketuntasan 95,00%
4 Prosentase ketidaktuntasan 5,00%
Data di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus kedua
secara umum dianggap sudah memuaskan. Hal tersebut ditunjukkan oleh tingkat
ketuntasan belajar yang telah mencapai 95,00% dan masuk kategori amat baik.
Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa jumlah siswa yang tuntas ada 38 orang
40
4.2. PEMBAHASAN
bahwa terjadi peningkatan yang cukup positif tidak saja dari pertemuan ke
pertemuan setiap siklus, tetapi juga antar siklus pertama dan siklus kedua.
menerima pelajaran baru pada taraf 56,14% atau pada taraf cukup baik. Hal ini
terjadi karena umumnya siswa masih dalam upaya menyesuaikan diri dengan
walaupun belum begitu tinggi, mencapai 62,29% atau terjadi kenaikan 6,14% dan
masih masuk kategori cukup baik. Pada pertemuan ketiga siklus pertama terjadi
kenaikan lagi sebesar 6,57%, sehingga menjadi 68,43%, masih dalam kategori
cukup baik. Inilah aktivitas riil siswa pada akhir siklus pertama.
Pada siklus kedua pertemuan pertama meningkat lagi menjadi 73,71% dan
masuk pada kategori baik. Kemudian pada pertemuan kedua siklus kedua terjadi
peningkatan sebesar 5,71% menjadi 79,43% dan masih pada kategori baik. Dan
41
pada pertemuan terakhir aktivitas riil siswa meningkat menjadi 88,52% , atau
terjadi kenaikan sebesar 9,00% dan masuk pada kategori sangat baik.
Jika dibandingkan rata-rata ketiga pertemuan dari siklus pertama dan kedua
maka diperoleh data dimana siklus pertama 62,43% dan siklus kedua 80,52%. Hal
Rata-rata
100,00
80,00
60,00
40,00 Rata-rata
20,00
0,00
Siklus 1
Siklus 2
menerima tindakan pembelajaran dari guru, maka terjadi pula peningkatan hasil
belajar dari siklus pertama ke siklus kedua. Artinya, karena meningkatnya aktivitas
belajar siswa selama menerima tindakan model pembelajaran kooperatif tipe Team
42
Assisted Individualization (TAI) maka secara otomatis berpengaruh pada nilai rata-
Tingkat ketuntasan belajar siswa meningkat tiap siklus. Pada siklus pertama
siswa yang tuntas sebanyak 27 orang, namun pada siklus kedua meningkat menjadi
67,50%. Hal ini telah melampaui ketuntasan klasikal yang ditentukan yakni 85%.
Hal ini dapat dilihat perbandingannya jika disajikan dalam diagram berikut.
Rata-rata
100
80
60
40 Rata-rata
20
Siklus 1
Siklus 2
43
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
meningkatkan hasil belajar Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada siswa
kelas VII-J di SMP Negeri 3 Sukawati tahun pelajaran 2019/2020. Manfaat yang
dirasakan guru yakni terjadinya perubahan cara mengajar, rasa puas karena hasil
belajar siswa meningkat. Siswa terlihat sangat antusias dan bersemangat dalam
belajar, menarik minat belajar siswa karena game TTS, dan siswa tidak malu bertanya
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus,
dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (62,43%), siklus II
(80,52%). Rata-rata aktivitas belajar siswa tiap siklus meningkat yaitu siklus I
44
5.2. Saran
pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan suatu model yang baru di SMP
Negeri 3 Sukawati.
TAI sehingga materi lebih mudah diterima siswa dan waktu yang terbuang
dapat diminimalkan.
45
DAFTAR PUSTAKA
Anni, Catharina Tri. 2005. Psikologi Belajar. Semarang: UPT MKK Universitas
Negeri Semarang.
Mautang, Sumual. 2008. Materi dan Pelatihan Profesi Guru, Penelitian Tindakan
Kelas (PTK). UNIMA.
46