Anda di halaman 1dari 7

PEMBUATAN TEPUNG KARAGINAN

DARI RUMPUT LAUT (EUCHEUMA COTTONII)


BERDASARKAN PERBEDAAN METODE PENGENDAPAN

Prasetyowati, Corrine Jasmine A., Devy Agustiawan

Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya


Jl.Raya Palembang – Prabumulih Km.32, Inderalaya 30662

ABSTRACT
Seaweed (eucheuma cottonii) is one of the sea’s product that has promise economic value
certainly because it is being product of carrageenan. In industry and business world,
carrageenan is used for raw material of food industry, pharmacy industry, cosmetic industry,
biotechnology and non food. Carageenan is a part of complier in seaweed compare by other
components. Carageenan is hidrocolloid compound that consists of Callium Ester, Natrium,
Magnesium, and Calcium Sulfate with coppolimer of 3.6 anhydrogalactose. Firstly, carrageenan
is making with alkali treatment then continue with extraction, distilation, precipitation, draining,
and flouring of seaweed fiber to seaweed flour. The best quality of carrageenan obstretical at 10
percent concentration of alkali and using methanol for method of precipitation. Result of
prepection showing that the highest rendement in carrageenan formed at four hours (time of
extraction). For analysis results of sulfate obstetrical, rate of water, rate of dusty and assess of
viscosity showing that quality of carragenan are according to Food Agriculture Organization
(FAO) standart.
Keyword : Carragenan, Extraction

ABSTRAK
Rumput laut (eucheuma cottonii) merupakan salah satu hasil laut yang mempunyai nilai
ekonomis yang cukup menjanjikan karena digunakan sebagai penghasil karaginan. Dalam dunia
industri dan perdagangan, karaginan dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri
makanan, industri farmasi, industri kosmetik, bioteknologi dan non pangan. Karaginan
merupakan bagian penyusun yang besar pada rumput laut dibandingkan dengan komponen yang
lain. Karaginan adalah senyawa hidrokoloid yang terdiri atas ester kalium, natrium, magnesium
dan kalium sulfat dengan galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa kopolimer. Pembuatan karaginan
diawali dengan perlakuan alkali yang kemudian dilanjutkan dengan ekstraksi, destilasi,
pengendapan, pengeringan dan penggerusan serat karaginan menjadi tepung karaginan. Kualitas
kandungan sulfat terbaik terdapat pada karaginan dengan konsentrasi alkali 10% dan metode
pengendapannya menggunakan methanol. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rendemen
karaginan yang paling banyak terbentuk pada waktu ekstraksi 4 jam. Hasil analisa kandungan
sulfat, kadar air, kadar abu dan nilai viskositas menunjukkan bahwa mutu karaginan sesuai
standar Food Agriculture Organization (FAO).
Kata kunci : Karaginan, Ekstraksi

Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 15, April 2008 27


I. PENDAHULUAN dengan mutu yang sesuai dengan standar Food
Agriculture Organization (FAO) dengan analisa
Rumput laut dapat digunakan langsung kandungan sulfat, rendemen, kadar air, kadar abu,
sebagai bahan makanan, beberapa hasil olahan dan nilai viskositas.
rumput laut seperti agar-agar, karaginan dan alginat Dalam penelitian ini variabel-variabel yang
merupakan senyawa yang cukup penting dalam akan diteliti yaitu variasi konsentrasi pada
industri. Rumput laut yang cukup potensial dan perlakuan alkali, lamanya waktu ekstraksi yang
banyak di perairan Indonesia yaitu Eucheuma sp berpengaruh terhadap rendeman hasil ekstraksi
yang dapat menghasilkan karaginan dan dapat dilanjutkan destilasi ekstrak rumput laut dan metode
dimanfaatkan dalam berbagai kegunaan antara lain pengendapan untuk memisahkan rumput laut
sebagai stabilizer, thickener, pembentuk gel, dan dengan kandungan warnanya. Fenomena yang
pengemulsi yang mempunyai nilai jual yang tinggi. diamati selama proses pembuatan tepung karaginan
Salah satu jenis rumput laut Euchema sp. yang dari rumput laut jenis Eucheuma Cottonii dengan
dapat dimanfaatkan adalah Eucheuma cottonii. Jenis pelarut aquadest diantaranya adalah mengamati
ini mempunyai nilai ekonomis penting karena warna larutan hasil ekstraksi dan mengamati
sebagai penghasil karaginan. Dalam dunia industri pemisahan zat warna karaginan pada proses
dan perdagangan, karaginan, dapat digunakan pengendapan.
sebagai bahan baku untuk industri makanan,
farmasi, kosmetik, bioteknologi dan non pangan.
II. FUNDAMENTAL
Pembuatan karaginan dari rumput laut pada
awalnya dilakukan perlakuan alkali dengan variasi
Rumput laut tergolong tanaman berderajat
konsentrasi 5, 10 dan 15%, kemudian dilakukan
rendah. Umumnya rumput laut melekat pada
ekstraksi tahap I dengan waktu ekstraksi yang sama.
substrat tetentu. Ciri-ciri rumput laut adalah tidak
Setelah proses ekstraksi dilanjutkan dengan proses
mempunyai akar, batang maupun daun sejati tetapi
destilasi. Larutan karaginan yang telah dipekatkan
hanya menyerupai batang yang disebut thallus.
kemudian dilakukan proses pengendapan dengan
Rumput laut tumbuh di alam dengan melekatkan
tiga metode, yaitu : tanpa pengendapan, methanol,
dirinya pada karang, lumpur, pasir, batu, dan benda
dan ethanol. Agar serat karaginan yang terbetuk
keras lainnya. Selain benda mati, rumput laut pun
lebih banyak dan warnanya terpisah, maka
dapat melekat pada tumbuhan lain secara epifitik.
pengendapan dilakukan selama ± 24 jam.
Jenis rumput laut yang biasa digunakan sebagai
Kemudian serat karaginan dikeringkan dan
bahan olahan pembuatan karaginan adalah rumput
dilakukan penggerusan agar serat karaginan
laut jenis Rhodophyceae yaitu eucheuma cottonii.
menjadi powder.
Ciri fisik Eucheuma cottonii adalah
Dari penelitian ini, terdapat permasalahan
mempunyai thallus silindris, permukaan licin,
yang timbul yaitu bagaimana proses pembuatan
cartilagenous. Keadaan warna tidak selalu tetap,
tepung karaginan dari rumput laut jenis eucheuma
kadang-kadang berwarna hijau, hijau kuning, abu-
cottonii, mengetahui pengaruh perlakuan alkali
abu atau merah. Perubahan warna sering terjadi
terhadap kandungan sulfat pada karaginan, hanya karena faktor lingkungan. Kejadian ini
mengetahui pengaruh waktu ekstraksi terhadap
merupakan suatu proses adaptasi kromatik yaitu
rendemen karaginan yang dihasilkan dan
penyesuaian antara proporsi pigmen dengan
mengetahui pengaruh metode pengendapan
berbagai kualitas pencahayaan.
terhadap mutu karaginan.
Beberapa jenis Eucheuma mempunyai
Tujuan penelitian ini dilakukan untuk
peranan penting dalam dunia perdagangan
mengetahui pengaruh waktu ekstraksi terhadap
internasional sebagai penghasil ekstrak karaginan.
karaginan, mengetahui pengaruh variasi konsentrasi
Kadar karaginan dalam setiap spesies Eucheuma
NaOH terhadap kandungan sulfat pada karaginan
tergantung pada jenis dan lokasi tempat tumbuhnya.
dan mengetahui pengaruh metode pengendapan
Jenis ini asal mulanya didapat dari perairan Sabah
terhadap mutu karaginan.
(Malaysia) dan Kepulauan Sulu (Filipina).
Sedangkan manfaat yang diperoleh dari
Selanjutnya dikembangkan ke berbagai negara
penelitian ini diharapkan dapat membuat tepung
sebagai tanaman budidaya. Lokasi budidaya rumput
karaginan dari proses ekstraksi rumput laut dengan
laut jenis ini di Indonesia antara lain Lombok,
metode pengendapan sehingga diperoleh karaginan
Sumba, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan,

28 Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 15, April 2008


Sulawesi Tengah, Lampung, Kepulauan Seribu, dan dibandingkan dengan komponen yang lain.
Perairan Pelabuhan Ratu. Karaginan merupakan getah rumput laut yang
Karaginan merupakan senyawa dihasilkan dari proses ekstraksi rumput laut yang
hidrokoloid yang terdiri atas ester kalium, natrium, sebelumnya dilakukan proses alkali pada temperatur
magnesium dan kalium sulfat dengan galaktosa 3,6 yang tinggi.
anhidrogalaktosa kopolimer. karaginan terdapat Struktur karaginan dibagi menjadi 3 fraksi
dalam dinding sel rumput laut atau matriks berdasarkan unit penyusunnya yaitu kappa, iota dan
intraselulernya dan karaginan merupakan bagian lambda karaginan.
penyusun yang besar pada rumput laut

Tabel 2.1 Unit-unit Monomer Karaginan

Fraksi Karaginan Monomer

Kappa D-galaktosa 4-sulfat 3,6-anhidro-D-galaktosa


Iota D-galaktosa 4-sulfat 3,6-anhidro-D-galaktosa 2-sulfat
Lambda D-galaktosa 2-sulfat D-galaktosa 2,6-disulfat

Karaginan yang paling banyak dalam aplikasi mengimobilisasikan air di dalamnya dan
pangan adalah kappa karaginan. Sifat-sifat membentuk struktur yang kuat dan kaku.
karaginan meliputi kelarutan, viskositas, Pembentukan gel dipengaruhi beberapa faktor
pembentukan gel dan stabilitas pH. Kelarutan antara lain: jenis dan tipe karaginan, konsistensi,
karaginan dalam air dipengaruhi oleh beberapa adanya ion-ion serta pelarut yang menghambat
faktor diantaranya tipe karaginan, temperatur, pH, pembentukan hidrokoloid.
kehadiran jenis ion tandingan dan zat- zat terlarut Karaginan dapat dimanfaatkan pada berbagai
lainnya. Karaginan dalam larutan memiliki industri dimana dapat diklasifikasikan dalam
stabilitas maksimum pada pH 9 dan akan industri pangan, industri non pangan, industri
terhidrolisis pada pH dibawah 3,5. Pada pH 6 atau farmasi (kosmetik) dan bioteknologi. Untuk industri
lebih umumnya larutan karaginan dapat makanan karaginan biasa digunakan pada industri
mempertahankan kondisi proses produksi crackers, wafer, kue, dan jenis-jenis biskuit lainnya
karaginan. Hidrolisis asam akan terjadi jika untuk mendapatkan tekstur yang renyah perlu
karaginan berada dalam bentuk larutan, hidrolisis ditambahkan karaginan. pembuatan saus dan kecap,
akan meningkat sesuai dengan peningkatan suhu. es krim, keju, susu dan proses pembuatan bir.
Larutan karaginan akan menurun Pada industri farmasi pemanfaatan karaginan
viskositasnya jika pHnya diturunkan dibawah 4,3. sebagai gelling agent pada produk pewangi, binder
Kappa dan iota karaginan dapat digunakan sebagai pada pasta gigi, bodying agent pada lotion dan
pembentuk gel pada pH rendah, tetapi tidak mudah cream, stabilizer, penstabil dan pengemulsi pada
terhidrolisis sehingga tidak dapat digunakan dalam vitamin. Sementara itu untuk bidang bioteknologi
pengolahan pangan. Penurunan pH menyebabkan karaginan digunakan dalam immobilisasi biokatalis.
terjadinya hidrolisis dari ikatan glikosidik yang Penggunaan karaginan di dalam industri
mengakibatkan kehilangan viskositas. Viskositas non pangan diantaranya pada industri makanan
suatu hidrokoloid dipengaruhi oleh beberapa faktor ternak, keramik, dan cat. Karaginan dalam bentuk
yaitu konsentrasi karaginan, temperatur, jenis pelet ikan digunakan untuk menstabilkan dan
karaginan, berat molekul dan adanya molekul- mempertahankan komposisi senyawa hidrokoloid
molekul lain. Jika konsentrasi karaginan meningkat agar tidak mudah terurai. Pada keramik, karaginan
maka viskositasnya akan meningkat. memiliki kemampuan gelling point pada temperatur
Pembentukan gel adalah suatu fenomena dan tekanan yang tinggi sehingga apabila
penggabungan atau pengikatan silang rantai-rantai dicampurkan kedalam pelapis keramik.
polimer sehingga terbentuk suatu jala tiga dimensi
bersambungan. Selanjutnya jala ini menangkap atau

Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 15, April 2008 29


III. METODOLOGI IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam pelaksanaan penelitian pembuatan tepung Berdasarkan hasil penelitian pembuatan tepung
karaginan ini, variabel yang digunakan adalah karaginan dengan variasi perlakuan alkali, waktu
sebagai berikut : ekstraksi dan metode pengendapan diperoleh
1) Variasi konsentrasi pada perlakuan alkali, analisa kualitatif dengan karakteristik :
2) Lamanya waktu ekstraksi yang berpengaruh 1) Berwarna putih kekuningan
terhadap rendeman hasil ekstraksi dilanjutkan 2) Tidak berbau
dengan destilasi ekstrak rumput laut dan Sedangkan hasil penelitian analisa secara kualitatif
3) Metode pengendapan untuk memisahkan adalah :
rumput laut dengan kandungan warnanya.
A. Tahap I
Prosedurnya terdiri dari dua tahap, yaitu : Analisa Terhadap Kadar Sulfat Tepung
Tahap I : Karaginan dari Rumput laut Eucheuma cottonii
Rumput laut sebanyak 15 gram dibuat alkali untuk Tahap I :
dengan cara menambahkan suatu basa berupa Pada perlakuan alkali, digunakan NaOH
larutan NaOH, dengan variasi konsentrasi NaOH dengan variasi konsentrasi 5%, 10% dan 15%.
5%, 10% dan 15% dalam 100 ml aquadest. Perlakuan alkali dapat membantu ekstraksi
Pembuatan alkali dilakukan dengan pemanasan polisakarida menjadi sempurna, juga mempercepat
menggunakan heating mantel selama 1 jam pada terbentuknya 3,6 anhidrogalaktosa selama proses
suhu 90oC. Setelah dibuat alkalis, dilakukan proses ekstraksi.
ekstraksi dengan menggunakan pelarut air
Grafik Kadar Sulfat
(aquadest), dimana perbandingan jumlah pelarut
aquadest adalah 30 kali lipat dari berat rumput laut 25
KadarSulfat (%)

yang akan diekstraksi. Proses ekstraksi dilakukan 20

selama 2 jam pada suhu 100oC. Hasil ekstraksi 15


10
dipisahkan antara larutan (ekstrak) dengan 5
0
residunya (kotoran-kotoran yang terdiri dari rumput
5 10 15
laut yang tidak larut). Proses filtrasi dilakukan Konsentrasi NaOH (%)
dengan menggunakan kain belacu. Ekstrak yang
mengandung karaginan dipekatkan dengan jalan
menguapkan airnya menggunakan metode destilasi Tanpa Pengendapan
pada suhu 105oC selama ± 4 jam. Karaginan yang Methanol
telah dipekatkan lalu dilakukan metode Ethanol
pengendapan : tanpa pengendapan, methanol, dan
ethanol. Karaginan dikeringkan dalam oven pada Grafik 4.1. Hubungan Konsentrasi NaOH terhadap
suhu 80oC selama ± 8 jam. Karaginan yang Persentase Kadar Sulfat Karaginan dari Rumput
mengalami pengeringan dijadikan tepung (powder) Laut Eucheuma cottonii.
dengan cara digerus menggunakan mortar.
Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa :
Tahap II : 1) Pada Metode Tanpa pengendapan, konsentrasi
Rumput laut sebanyak 15 gram dibuat alkali NaOH yang paling baik digunakan adalah 10%,
dengan menggunakan larutan NaOH. Konsentrasi dimana dari penelitian diperoleh nilai kadar
NaOH yang digunakan sesuai dengan hasil analisa sulfat 17,5128%.
kandungan sulfat yaitu NaOH 10% dalam 100 ml 2) Pada Metode Pengendapan dengan Methanol,
aquadest. Perbedaan antara pembuatan tepung konsentrasi NaOH yang paling baik digunakan
karaginan tahap I dengan tahap II adalah selain adalah 10%, dimana dari penelitian diperoleh
penentuan konsentrasi NaOH adalah variasi waktu nilai kadar sulfat 20,2875%.
ekstraksi rumput laut, yaitu : 2, 2 ½, 3, 3 ½, dan 4 3) Pada Metode Pengendapan dengan Ethanol,
jam pada suhu 1000C. Sedangkan untuk metode konsentrasi NaOH yang paling baik digunakan
pengendapan, proses pengeringan dan penggerusan adalah 10%, dimana dari penelitian diperoleh
sama dengan prosedur pada tahap I. nilai kadar sulfat 23,2242%.

30 Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 15, April 2008


Nilai kadar sulfat yang diperoleh pada Metanol, kemudian diendapkan selama ± 24
penelitian ini memenuhi standar FAO, dimana jam, lalu dikeringkan di dalam oven.
standar FAO untuk kadar sulfat adalah 15–40%. 3) Pengendapan dengan menggunakan Ethanol,
dimana larutan karaginan dicampur dengan
B. Tahap II : Ethanol, kemudian diendapkan selama ± 24
I. Faktor Variasi Waktu Ekstraksi untuk jam, lalu dikeringkan di dalam oven.
Tepung Karaginan terhadap Persentase
Rendemen
Dari grafik di bawah ini, diperoleh Semakin Grafik Karaginan Yang Dihasilkan
lama mengalami proses ekstraksi sampai batas 4
jam, rendemen karaginan akan semakin naik. Hal 15

Berat Karaginan
ini disebabkan karena semakin lama rumput laut
10

(gram)
kontak dengan panas maupun dengan larutan
pengestrak, maka semakin banyak karaginan yang 5
terlepas dari dinding sel dan menyebabkan
0
rendemen karaginan semakin tinggi. Selain itu,
2 2 1/2 3 3 1/2 4
semakin banyaknya panas yang diterima oleh
rumput laut untuk menguapkan sel-sel karaginan Waktu Ekstraksi (Jam)
dari rumput laut maka karaginan yang terekstraksi
semakin banyak. Tanpa Pengendapan
Methanol
Ethanol
Grafik Rendemen
Grafik 4.3 Hubungan Lama Ekstraksi terhadap
100 Berat Karaginan dengan variasi Metode
80 Pengendapan
Rendemen (%)

60
Dari grafik di atas, dapat dilihat bahwa berat
40 karaginan yang paling tinggi dihasilkan pada
20 metode tanpa pengendapan, sedangkan berat
0 karaginan yang paling rendah dihasilkan pada
2 2 1/2 3 3 1/2 4 metode pengendapan dengan Ethanol.
Waktu Ekstraksi (Jam)
III. Analisa terhadap kadar air
Tanpa Pengendapan
Methanol Dari grafik di bawah ini, dapat dilihat bahwa
Ethanol nilai kadar air yang paling baik diperoleh dari
karaginan dengan waktu ekstraksi paling lama yaitu
Grafik 4.2 Hubungan Lama Ekstraksi terhadap
4 jam, dimana:
Persentase Rendemen Karaginan dari Rumput Laut 1) Pada Metode Tanpa pengendapan, nilai kadar
Eucheuma cottonii.
air karaginan untuk lama ekstraksi 4 jam adalah
2,8723%
II. Faktor Metode Pengendapan untuk Tepung 2) Pada Metode Pengendapan dengan Methanol,
Karaginan nilai kadar air karaginan untuk lama ekstraksi 4
Pada penelitian ini, ada tiga metode yang
jam adalah 1.8064 %.
digunakan untuk mengendapkan karaginan agar
3) Pada Metode Pengendapan dengan Ethanol,
diperoleh serat karaginan yang berwarna putih
nilai kadar air karaginan untuk lama ekstraksi 4
kekuningan. Metode yang digunakan adalah sebagai
jam adalah 2,9268 %.
berikut :
Nilai Kadar Air yang diperoleh pada penelitian
1) Tanpa pengendapan dimana larutan karaginan
ini memenuhi standar FAO, dimana standar FAO
disaring dengan kertas saring terlebih dahulu,
untuk kadar air adalah maksimal 12%.
kemudian langsung dikeringkan di dalam oven.
2) Pengendapan dengan menggunakan Methanol,
dimana larutan karaginan dicampur dengan

Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 15, April 2008 31


Nilai Kadar Abu yang diperoleh pada
Grafik Kadar Air penelitian ini memenuhi standar FAO, dimana
standar FAO untuk kadar abu adalah 15 – 40 %.
16
14 V. Analisa Terhadap Nilai Viskositas
12
Untuk pengujian nilai viskositas pada
Kadar Air (%)

10 penelitian ini menggunakan viskometer Ostwald.


8 Nilai viskositas yang diperoleh dari data bahwa
6 semakin tinggi nilai kandungan sulfat maka
4 semakin tinggi pula nilai viskositas yang
2 didapatkan.
0
2 2 1/2 3 3 1/2 4
Grafik Nilai Viskositas

Waktu Ekstraksi (Jam)


Tanpa Pengendapan 30

Nilai Viskositas (CST)


Methanol
25
Ethanol
20
15
Grafik 4.4. Hubungan Lama Waktu Ekstraksi
terhadap Persentase Kadar Air Karaginan dari 10
Rumput Laut Eucheuma cottonii. 5
0
IV. Analisa Terhadap Kadar Abu
Nilai kadar abu didasarkan menimbang sisa mineral 2 2 1/2 3 3 1/2 4
sebagai hasil pembakaran bahan organik. Dari Waktu Ekstraksi (Jam)
penelitian ini, diperoleh data bahwa semakin tinggi
kadar air maka semakin rendah nilai kadar abu Tanpa Pengendapan
Methanol
karaginan dari rumput laut Eucheuma cottonii. Ethanol

Grafik Kadar Abu


Grafik 4.7 Hubungan Lama Waktu Ekstraksi
40 terhadap Nilai Viskositas Karaginan dari Rumput
35
Laut Eucheuma cottonii.
Kadar Abu (%)

30
25
20
Nilai Viskositas yang diperoleh pada penelitian
15
ini memenuhi standar FAO, dimana standar FAO
10 untuk nilai viskositas kinematiknya adalah 15 CST.
5
0
V. KESIMPULAN
2 2 1/2 3 3 1/2 4
Waktu Ekstraksi (Jam) 1) Pada proses perlakuan alkali terdapat variasi
konsentrasi NaOH yang digunakan untuk
Tanpa Pengendapan menghasilkan tepung karaginan rumput laut.
Methanol
Semakin besar konsentrasi yang digunakan
Ethanol
maka semakin besar rendemen tepung
karaginan yang dihasilkan.
2) Berdasarkan analisa kandungan sulfat terhadap
Grafik 4.5 Hubungan Variasi Waktu Ekstraksi tepung karaginan, penggunaan NaOH dengan
terhadap Persentase Kadar Abu Karaginan dari konsentrasi 10% menunjukkan karaginan yang
Rumput Laut Eucheuma cottonii. mempunyai kandungan sulfat paling baik pada

32 Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 15, April 2008


berbagai metode pengendapan yaitu tanpa DAFTAR PUSTAKA
pengendapan, dengan methanol dan dengan
ethanol. Anggadiredja, Jana T., Achmad Zatnika, Heri
3) Waktu ekstraksi yang paling baik untuk Purwoto, dan Sri Istini. 2006. Rumput
menghasilkan rendemen tepung karaginan Laut. Jakarta : Penebar Swadaya.
adalah pada ekstraksi 4 jam. Semakin lama
ekstraksi yang dilakukan maka semakin besar Neish, I.C. 1990. Alkali Treatment of Carrageenan-
rendemen yang dihasilkan. bearing Seaweeds; Past, Present and
4) Terdapat tiga metode yang digunakan untuk Future, Workshop on Seaweeds
membuat karaginan antara lain: Tanpa Processing Industry: 42-55. Jakarta.
pengendapan, dengan Methanol, dan dengan
Ethanol. Mutu karaginan yang paling baik Zatnika, A. 2000. Perkembangan Industri Rumput
adalah dengan metode pengendapan Methanol. Laut Indonesia, Forum Rumput Laut
5) Hasil analisa penelitian yang diperoleh telah Nasional. Jakarta.
sesuai dengan standar FAO (kandungan sulfat,
rendemen, kadar air, kadar abu, dan nilai www.IPTEKnet/EkstraksiKaraginan/Teknologi
viskositas). Pengolahan Bahan Pangan.com

www.Jasuda.net

www.wikipedia.com

Jurnal Teknik Kimia, No. 2, Vol. 15, April 2008 33

Anda mungkin juga menyukai