Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PBL

MODUL KDRT
MATA KULIAH FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

Disusun Oleh :
Kelompok IV

KETUA KELOMPOK Apriani


ANGGOTA KELOMPOK Rezky Amalia Basir (scriber)
Reski Nursyifah Husain
Nadhirah Ananda Idris
Audya Bulkis
Maurizka Khaerunnisa
Alfitra Salam
Izdihar Hafizhah Az-Zahra
St Hadijah
Mulkiyah Zul Fadhila

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

‫الر ِحي ِْم‬


َّ ‫الرحْ مٰ ِن‬
َّ ‫ّٰللا‬
ِ ‫ِبس ِْم ه‬
Segala puji dan syukur yang sebesar-besarnya penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua bahwa
dengan segala keterbatasan yang penulis miliki akhirnya penulis dapat
menyelesaikan laporan Problem Based Learning (PBL) modul “KDRT” Sistem
Forensik dan Medikolegal.
Adapun laporan modul PBL ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan
tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan
laporan ini, untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan laporan ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada
kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena
itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi
pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari laporan PBL ini dapat diambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Makassar, 19 Desember 2020

Kelompok IV

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2


BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
A. Skenario 2 .................................................................................................... 4
B. Kata/Kalimat Kunci ..................................................................................... 4
C. Daftar Masalah/Pertanyaan .......................................................................... 5
D. Learning Outcome........................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 7
A. Deskripsi Karakteristik Luka .......................................................................... 7
B. Kesimpulan Diagnosis Berdasarkan Kategori Luka ....................................... 8
C. Patomekanisme Luka berdasarkan Anatomi, Histologi dan Fisiologi............ 9
D. Karakteristik agen penyebab luka pada skenario ......................................... 18
E. Penyebab luka dengan pendekatan proximus morbus (PMA) ...................... 19
F. Tingkat Keparahan Luka Sesuai Hukum yang Berlaku ................................ 22
G. Dampak dari kasus pada skenario ................................................................ 24
H. Definisi dan Jenis-jenis KDRT ..................................................................... 27
I. Strategi Penanganan KDRT ........................................................................... 29
J. Pencegahan kasus KDRT pada skenario........................................................ 33
K. Dasar hukum yang mengatur KDRT ............................................................ 38
J. Integrasi Keislaman ....................................................................................... 42
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 47
A. Kesimpulan ................................................................................................ 47
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 48

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. Skenario 2
Seorang anak laki-laki diantar oleh gurunya ke IGD dengan keluhan
perdarahan dari anus. Menurut pasien, kejadian tersebut disebabkan karena
pamannya memaksa memasukkan alat kelaminnya ke dalam anus pasien.
Pasien tinggal serumah dengan paman dan bibinya karena sudah tidak
memiliki orangtua. Sebelum dipaksa melakukan hubungan seksual, pasien
mengaku dijanjikan uang jajan dan diancam agar tidak memberitahukan
kejadian tersebut kepada siapapun.

Luka lecet pada paha kanan sisi belakang Hasil pemeriksaan anus

Luka bekas gigitan pada punggung sisi kiri

B. Kata/Kalimat Kunci
1. Anak laki-laki keluhan pendarahan pada anus
2. Disebabkan karena pamannya memasukkan alat kelaminnya ke dalam
anus pasien
3. Pasien tinggal serumah dengan paman dan bibinya karena sudah tidak
memiliki orang tua

4
4. Pasien dipaksa melakukan hubungan seksual
5. Adanya luka lecet pada paha kanan sisi belakang
6. Pasien diancam agar tidak memberitahukan kejadian tersebut kepada
siapapun
7. Terdapat luka bekas gigitan pada punggung sisi kiri

C. Daftar Masalah/Pertanyaan
1. Bagaimana mendeskripsikan karakteristik luka yang terjadi pada
pasien?
2. Bagaimana kesimpulan diagnosis berdasarkan kategorisasi luka?
3. Jelaskan karakteristik kemungkinan agen penyebab luka pada pasien!
4. Jelaskan patomekanisme luka menggunakan pengetahuan anatomi,
histologi, dan fisiologi sesuai dengan skenario!
5. Jelaskan penyebab luka menggunakan pendekatan Proximus morbus
(PMA)!
6. Jelaskan tingkat keparahan luka sesuai hukum yang berlaku!
7. Jelaskan apa Dampak dari kasus sesuai dengan skenario?
8. Jelaskan definisi dan jenis-jenis KDRT!
9. Jelaskan strategi penanganan korban KDRT!
10. Bagaimana pencegahannya sesuai dengan skenario?
11. Bagaimana dasar hukum yang mengatur berdasarkan skenario?
12. Integrasi keislaman sesuai dengan skenario!

D. Learning Outcome
1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami cara mendeskripsikan
karakteristik luka dan menyimpulkan diagnosis berdasarkan
kategorisasi luka.
2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami patomekanisme
luka/trauma menggunakan pengetahuan anatomi, histologi, dan fisiologi
tubuh manusia.
3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami penyebab luka
menggunakan pendekatan Proximus morbus (PMA).

5
4. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan tingkat keparahan luka
sesuai hukum yang berlaku.
5. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami definisi, jenis dan
strategi penanganan KDRT.
6. Mahasiswa mampu mengetahui cara pencegahan KDRT.
7. Mahasiswa mampu mengetahui dan menjelaskan dasar hukum yang
mengatur tentang KDRT.
8. Mahasiswa mampu mengetahui integrasi keislaman yang berhubungan
dengan skenario.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Deskripsi Karakteristik Luka


1. Luka pada Paha
a) Jumlah luka : 1 buah luka
b) Jenis luka : Luka tertutup
c) Lokasi :
• Regio anatomi: tungkai atas (paha) kanan sisi
belakang
• Absis ordinat : tidak dapat diidentifikasi
d) Bentuk : lonjong
e) Ukuran luka : tidak dapat diidentifikasi
f) Karakteristik Luka :
• Batas luka : berbatas tegas
• Permukaan luka : rata
• Warna luka : coklat-kemerahan
• Wilayah disekitar batas luka : kulit intak, tidak ada tanda-tanda luka
lainnya
2. Luka bekas gigitan
a) Jumlah luka : 1 buah luka
b) Jenis luka : Luka tertutup
c) Lokasi :
• Regio anatomi: punggung sisi kiri
• Absis ordinat : tidak dapat diidentifikasi
d) Bentuk : doughnout shaped (bulat)
e) Ukuran luka
• Panjang : 5 cm
• Lebar 4 cm
• Kedalaman : tidak dapat diidentifikasi
f) Karakteristik Luka :

7
• Batas luka : berbatas tegas
• Permukaan luka : rata
• Warna luka : coklat-kemerahan
• Wilayah disekitar batas luka : kulit intak, tidak ada tanda-tanda luka
lainnya
3. Luka pada anus
a) Jumlah luka : 1 buah luka
b) Jenis luka : Luka terbuka
c) Lokasi :
• Regio anatomi: anatomi
d) Bentuk : swallow tail
e) Ukuran luka : tidak dapat
diidentifikasi
f) Karakteristik Luka :
• Batas luka : berbatas tegas
• Permukaan luka : tidak rata
• Tepi tidak rata
• Luas dalam batas luka : tidak dapat diidentifikasi
• Wilayah disekitar batas luka : terdapat luka lecet disekitar luka

B. Kesimpulan Diagnosis Berdasarkan Kategori Luka


1. Luka pada paha
Terdapat satu buah luka tertutup diregio tungkai atas kanan sisi belakang
akibat kekerasan trauma tumpul.
2. Luka bekas gigitan
Terdapat satu buah luka tertutup di punggung sisi kiri disertai memar di
sekitar luka akibat kekerasan trauma tumpul.
3. Luka pada anus
Terdapat satu buah luka terbuka di anus disertai luka lecet di wilayah
sekitar luka akibat kekerasan trauma tumpul.

8
C. Patomekanisme Luka berdasarkan Anatomi, Histologi dan Fisiologi
1. Anatomi dan Histologi
a. Kulit
Kulit adalah organ terbesar pada tubuh turunan dan organ-organ
tambahannya membentuk sistem integument. Pada manusia, turunann kulit
mencakup kuku,rambut, dan beberapa jenis kelenjar keringat. Kulit
dikatakan sehat dan normal apabila lapisan luar kulit mengandung lebih dari
10% air. Hal itu disebabkan oleh karena adanya regulasi keseimbangan
cairan di dalam kulit.1
Kulit terbagi menjadi kulit tebal dan kulit tipis. Perbedaannya dapat
dilihat dari strukturnya.Pada kulit tebal tidak mempunyai folikel rambut,
muskulus erector pili dan kelenjar sebasea, tapi memilik kelenjar keringat
serta mempunyai stratum lusidum dan granulosum yang tampak jelas, jenis
kulit ini biasanya ditemukan pada telapak tangan dan kaki sedangkan pada
kulit tipis mempunyai struktur seperti terdapatnya folikel rambut,muskulus
arektor pili dan kelenjar sebasea namun tidak ada stratum lusidum dan
granulosum yang tampak.2
Kulit terdiri atas 2 lapisan utama yaitu epidermis dan dermis.
Epidermis merupakan jaringan epitel yang berasal dari ektoderm,
sedangkan dermis berupa jaringan ikat agak padat yang berasal dari
mesoderm. Di bawah dermis terdapat selapis jaringan ikat longgar yaitu
hipodermis, yang pada beberapa tempat terutama terdiri dari jaringan
lemak.2

Gambar Histologi Kulit


Sumber: Dikutip dari kepustakaan 3

9
• Epidermis

Epidermis merupakan lapisan paling luar kulit dan terdiri atas epitel
berlapis gepeng dengan lapisan tanduk. Epidermis berasal dari ektoderm,
pada lapisan ini hanya terdiri dari jaringan epitel, tidak mempunyai
pembuluh darah maupun limfe oleh karena itu semua nutrien dan oksigen
diperoleh dari kapiler pada lapisan dermis.1

Epitel berlapis gepeng pada epidermis ini tersusun oleh banyak lapis
sel yang disebut keratinosit. Sel-sel ini secara tetap diperbarui melalui
mitosis sel-sel dalamlapis basal yang secara berangsur digeser ke
permukaan epitel. Selama perjalanannya, sel-sel ini berdiferensiasi,
membesar, dan mengumpulkan filamen keratin dalam sitoplasmanya.
Mendekati permukaan, sel-sel ini mati dan secara tetap dilepaskan
(terkelupas). Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai permukaan adalah 20
sampai 30 hari. Modifikasi struktur selama perjalanan ini disebut
sitomorfosis dari sel-sel epidermis. Bentuknya yang berubah pada tingkat
berbeda dalam epitel memungkinkan pembagian dalam potongan histologik
tegak lurus terhadap permukaan kulit. Epidermis terdiri atas 5 lapisan yaitu,
dari dalam ke luar, stratum basal, stratum spinosum, stratum granulosum,
stratum lusidum, dan stratum korneum.

Gambar Histologi Epidermis


Sumber: Dikutip dari kepustakaan 4

10
1) Stratum Basal
Merupakan lapisan terdalam atau dasar dari epidermis. Lapisan ini
terdiri dari satu lapisan sel silindris atau kuboid yang terletak pada
membrane basal yang memisahkan dermis dari epidermis. Intinya
besar, jika dibanding ukuran selnya, dan sitoplasmanya basofilik.
Pada lapisan ini biasanya terlihat gambaran mitotik sel, proliferasi
selnya berfungsi untuk regenerasi epitel. Sel-sel pada lapisan ini
bermigrasi ke arah permukaan untuk memasok sel-sel pada lapisan
yang lebih pada sel-sel lapisan ini.1,2
2) Stratum Spinosum
Merupakan lapisan paling bawah kedua setelah lapisan sel basal. Sel
berbentuk polihedral dengan inti bulat merupakan hasil pembelahan
darisel basal yang bergerak ke atas dan saling dihubungkan dengan
desmosom serta mempunyai sitoplasma yag
kebiruan. Protoplasmanya jernih karena banyak mengandung
glikogen, dan inti terletak ditengah-tengah. Sel-sel ini makin dekat
dengan permukaan makin gepeng bentuknya.1,2
3) Stratum Granulosum
Lapisan ini terdiri atas 3-5 lapis sel gepeng yang mengandung banyak
granula basofilik yang disebut granula keratohialin, yang dengan
mikroskop elektron ternyata merupakan partikel amorf tanpa
membran tetapi dikelilingi ribosom. Mikrofilamen melekat pada
permukaan granula.1,2
4) Stratum Lusidum
Lapisan ini dibentuk oleh 2-3 lapisan sel gepeng yang tembus cahaya,
dan agak eosinofilik. Dan tampak translusen dan hanya terdapat pada
kulit tebal lapisan ini terletak tepat diatas stratum granulosum dan
dibawah stratum korneum. Pada bagian ini sel-sel yang terkemas rapat
tidak memiliki nucleus atau organel dan telah mati dan sel yang
menggepeng ini mengandung filame keratin yang terkemas rapat.1,2

11
5) Stratum Korneum
Merupakan lapisan paling superfisial dari epidermis. Pada lapisan ini,
keratinosit yang sudah matang akan mengalami proses keratinisasi.
Lapisan ini memberikan perlindungan mekanik pada kulit dan
sebagaibarier untuk mencegah kehilangan air pada kulit. Lapisan ini
terdiri atas banyak lapisan sel-sel mati, pipih dan tidak berinti serta
sitoplasmanya digantikan oleh keratin. Sel-sel yang paling permukaan
merupa-kan sisik zat tanduk yang terdehidrasi yang selalu
terkelupas.1,2

Terdapat empat jenis sel epidermis, yaitu: keratinosit, melanosit, sel


langerhans, dan sel Merkel.

- Sel Langerhans → merupakan sel dendritik yang bentuknya ireguler,


ditemukan terutama di antara keratinosit dalam stratum spinosum.
Tidak berwarna baik dengan HE. Sel ini berperan dalam respon
imun kulit. Sel iniberasal dari sumsum tulang,bermigrasi melalui
aliran darah dan beridm dikulit. Sel ini dapat mengenali dan
memfagosit dan memproses antigenasing dan kemudian
menyajikannya ke limfosit T untuk respon imun.2
- Keratinosit → Keratinosit merupakan sel terbanyak (85-95%),
berasal dari ektoderm permukaan. Merupakan sel epitel yang
mengalami keratinisasi, menghasilkan lapisan kedap air dan perisai
pelidung tubuh. Proses keratinisasi berlangsung 2-3 minggu mulai
dari proliferasi mitosis, diferensiasi, kematian sel, dan pengelupasan
(deskuamasi). Pada tahap akhir diferensiasi terjadi proses penuaan
sel diikuti penebalan membran sel, kehilangan inti organel lainnya.
Keratinosit merupakan sel induk bagi sel epitel di atasnya dan
derivat kulit lain.2
- Melanosit → berasal dari sel neural crest (Krista saraf). Sel ini
memiliki jalur-jalur sitoplasma atau dendrit panjangyang bercabang-
cabang menuju ke dalam epidermis. Melanosit terletak diantara

12
stratum basal dan spinosum epidermis serta membentuk pigmen
coklat tua melanin. Melanin disintesis dari asam amino tirosin oleh
melanosit. Granula melanin yang terbentukdi melanosit akan
berimigrasi ke tonjolan sitoplasma untuk kemudian dipidahkan ke
keratinosit dilapisan basal epidermis. Melanin menimbulkan warna
gelap pada kulit dan terpajannya kulit ke matahari meningkatkan
sintesis melanin.2
- Sel Markel → ditemukan di lapisan basal epidermis dan paling
banyak diujung jari. Karena berkaitan erat dengan akson tak
bermielin eferen (sensorik), sel-sel ini merupaka mekanoresptor
untuk sensasi kulit.2
• Dermis
Lapisan dermis adalah lapisan dibawah epidermis yang jauhlebih
tebal daripada epidermis. Terdiri dari lapisan elastis dan fibrosa padat
dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut, selain itu dermis
mengandung turunan epidermis misalnya kelenjar keringat dan sebasea
serta foliker rambut. Lapisan superficial dari dermis membentuk banyak
tonjolan meninggi yang disebut papilla dermis.2
1) Pars papilare
Bagian yang menonjol ke epidermis dan berisi ujung serabut saraf dan
pembuluh darah. Lapisan ini lebih tebal dan dalam. Berkas-berkas
kolagen kasar dan sejumlah kecil serat elastin membentuk jalinan yang
padat ireguler. Pada bagian lebih dalam, jalinan lebih terbuka, rongga-
rongga di antaranya terisi jaringan lemak, kelenjar keringat dan sebasea,
serta folikel rambut. Serat otot polos juga ditemukan pada tempat-
tempat tertentu, seperti folikel rambut, skrotum, preputium, dan puting
payudara. Pada kulit wajah dan leher, serat otot skelet menyusupi
jaringan ikat pada dermis. Otot-otot ini berperan untuk ekspresi wajah.
Lapisan retikular menyatu dengan hipodermis/fasia superfisialis di
bawahnya yaitu jaringan ikat longgar yang banyak mengandung sel
lemak.

13
2) Pars retikulare
Lapisan ini lebih tebal dan ditandai oleh serat jaringan ireguler
padat(terutama kolagen tipe 1 lapisan ini dapat menahan stres mekanis
yang lebih besar serta dapat menunjang saraf, pembuluh darah,foliker
rambut, dan kelenjar keringat. Jumlah sel dalam dermis relatif sedikit.
Sel-sel dermis merupakan sel-sel jaringan ikat seperti fibroblas,sel
lemak, sedikit makrofag dan sel mast.1
• Hipodermis
Sebuah lapisan subkutan di bawah retikularis dermis disebut
hipodermis. Ia berupa jaringan ikat lebih longgar dengan serat kolagen halus
terorientasi terutama sejajar terhadap permukaan kulit, dengan beberapa di
antaranya menyatu dengan yang dari dermis. Pada daerah tertentu, seperti
punggung tangan, lapis ini meungkinkan gerakan kulit di atas struktur di
bawahnya. Di daerah lain, serat-serat yang masuk ke dermis lebih banyak
dan kulit relatif sukar digerakkan. Sel-sel lemak lebih banyak daripada
dalam dermis. Jumlahnya tergantung jenis kelamin dan keadaan gizinya.
Lemak subkutan cenderung mengumpul di daerah tertentu. Tidak ada atau
sedikit lemak ditemukan dalam jaringan subkutan kelopak mata atau penis,
namun di abdomen, paha, dan bokong, dapat mencapai ketebalan 3 cm atau
lebih. Lapisan lemak ini disebut pannikulus adiposus.2

b. Anorektal
Rektum memiliki 3 buah valvula : superior kiri, medial kanan dan
inferior kiri. 2/3 bagian distal rektum terletak di rongga pelvik dan terfiksir,
sedangkan 1/3 bagian proksimal terletak dirongga abdomen dan relatif
mobile. Kedua bagian ini dipisahkan oleh peritoneum reflektum dimana
bagian anterior lebih panjang dibanding bagian posterior. Saluran anal
(anal canal) adalah bagian terakhir dari usus, berfungsi sebagai pintu
masuk kebagian usus yang lebih proksimal, dikelilingi oleh spinkterani
(eksternal dan internal )serta otot-otot yang mengatur pasase isi rektum

14
kedunia luar. Spinkter ani eksterna terdiri dari 3 sling :atas, medial dan
depan.
Pendarahan rektum berasal dari arteri hemorrhoidalis superior dan
medialis (a.hemorrhoidalis medialis biasanya tidak ada pada wanita,
diganti oleh a.uterina) yang merupakan cabang dari a.mesenterika
inferior. Sedangkan arteri hemorrhoidalis inferior adalah cabang dari
a.pudendalis interna, berasal dari a.iliaka interna, mendarahi rektum bagian
distal dan daerah anus.

Gambar anatomi Anorektal


Sumber: dikutip dari kepustakaan 4
Bagian kanalis analis di atas taut anorektal menggambarkan bagian
terbawah rektum. Bagian kanalis analis di bawah taut anorektal
menunjukkan transisi dari epitel selapis silindris menjadi epitel berlapis
gepeng kulit. Perubahan dari mukosa rektum ke mukosa anus terjadi di taut
anorektal.5

Mukosa rektum mirip dengan mukosa kolon. kelenjar intestinal agak


lebih pendek dan terpisah jauh. Akibatnya, lamina propria lebih menonjol,
jaringan limfoid difus lebih banyak, dan nodulus limfoid soliter lebih
banyak.5

15
Muskularis mukosa dan kelenjar intestinal saluran pencernaan
berakhir di dekat taut anorektal. Lamina propria rektum digantikan oleh
jaringan ikat padat tidak teratur lamina propria kanalis analis. Submukosa
rektum menyatu dengan jaringan ikat di lamina propria kanalis analis,
bagian yang mengandung banyak pembuluh darah. Pleksus hemoroidalis
internus vena terletak di mukosa kanalis analis. Pembuluh darah dari daerah
ini berlanjut ke dalam submucosa rektum.5

Lapisan otot polos sirkular muskularis eksterna meningkat


ketebalannya di bagian atas kanalis analis dan membentuk sfingter ani
internus. Di sebelah bawah kanalis analis, sfingter ani internus digantikan
oleh otot rangka sfingter ani eksternus. Di sebelah luar sfingter ani eksternus
yaitu otot rangka levator ani.5

Gambar histologi orektal


Sumber: dikutip dari kepustakaan 2
Fungsi anorektal secara normal adalah motilitas kolon yaitu
mengeluarkan isi feses dari kolon ke rektum, fungsi kedua adalah fungsi
defekasi yaitu mengeluarkan feses secara intermiten dari rektum, sedang
fungsi ketiga adalah menahan isi usus agar tidak keluar pada saat tidak
defekasi. Fungsi-fungsi tersebut saling berkaitan satu dengan yang lain.6

2. Fisiologi Kulit
a) Luka lecet
Ketika kulit bertabrakan dengan permukaan kasar maka lapisan
luar kulit (epidermis) dapat terkikis sehingga memperlihatkan lapisan
yang lebih sensitif. Sisa-sisa lapisan yang terkikis dapat ditemukan

16
menumpuk di tepi luka. Seringkali, lecet tidak berdarah tetapi hanya
terjadi kebocoran cairan dari jaringan. Hal ini menyebabkan cedera
tampak basah pada awalnya dan kemudian menjadi lebih gelap dan
kering seiring waktu. Ketika lapisan kulit yang sedikit lebih dalam
terlibat, darah dapat keluar dari papilla dermal yang rusak dan keropeng
yang gelap dapat terbentuk.7
Ketika kematian terjadi sesudahnya, abrasi menjadi kaku, tebal,
perabaan seperti kertas berwarna kecoklatan. Pada abrasi yang terjadi
sesudah kematian berwarna kekuningan jernih dan tidak ada perubahan
warna. Kerusakan yang mengenai lapisan atas dari epidermis akibat
kekerasan dengan benda yang mempunyai permukaan yang kasar,
sehingga epidermis menjadi tipis, sebagian atau seluruh lapisannya
hilang.7
b) Luka pada anus
Struktur dan fungsi sistem reproduksi pria dan wanita pada
hakikatnya saling melengkapi. Secara anatomi vagina dirancang untuk
menerima penis. Struktur vagina yang terdiri atas epitel skuamos
berlapis dan dikelilingi oleh otot yang berbentuk seperti tabung yang
berfungsi untuk masuknya penis ke dalam vagina wanita. Sedangkan,
rektum, dilapisi dengan permukaan mukosa yang halus dan satu lapisan
epitel selapis kolumnar yang berungsi untuk reabsorpsi air dan
elektrolit. Rektum tidak memiliki kemampuan untuk proteksi mekanis
terhadap abrasi dan kerusakan parah pada mukosa kolon dapat terjadi
jika benda yang besar, tajam, atau runcing dimasukkan ke dalam rektum.
Anus dan rektum, tidak seperti vagina. Anus dan rectum tidak
mengandung fungsi pelumas alami. Otot sfingter ani internal dan
eksternal merupakan otot yang umumnya tetap tertutup (konstriksi),
kecuali saat defekasi. Otot sfingter ani juga berfungsi dalam
pengeluaran feses yang mengarah keluar dari tubuh. Ketika terjadi suatu
usaha yang dilakukan untuk memasukkan sesuatu ke arah sebaliknya,
otot-otot sphincter akan berkonstriksi. Pemasukan benda yang tidak

17
dilubrikasi atau pelebaran anus yang tidak adekuat sebelum pemasukan
benda besar dapat menyebabkan jaringan laserasi pada anus.8
c) Luka bekas gigitan
Ada tiga mekanisme utama dalam terbentuknya luka bekas
gigitan, yaitu :
- Tekanan gigi
Bekas gigitan dapat disebabkan oleh tekanan langsung gigi
pada jaringan. Secara umum, bekas gigitan ini disebabkan oleh tepi
insisal gigi anterior atau permukaan oklusal gigi posterior. Tingkat
keparahan gigitan dihasilkan tergantung pada beberapa faktor :
tekanan yang diterapkan, durasi gigitan, dan tingkat pergerakan
antara jaringan ketika digigit. Daerah memar pada margin tepi
insisal karena kerusakan pembuluh darah pada area yang terjadi
peregangan maksimum. Tanda tersebut dapat memberikan indikasi
yang jelas tentang ukuran, bentuk atau posisi gigi individu dan
merupakan tanda yang paling berarti dan mudah diinterpretasikan
untuk tujuan identifikasi.
- Tekanan lidah
Ketika menggigit, lidah juga memberi tekanan negatif ke arah
gigi atau palatal rugae, sehingga dapat terbentuk bekas yang khas.
- Gesekan gigi
Bekas gigitan dapat terjadi akibat gesekan gigi terhadap kulit.
Bekas tersebut biasanya terlihat sebagai luka lecet atau abrasi sesuai
dengan bentuk tepi insisial gigi.9
D. Karakteristik agen penyebab luka pada skenario
Pada skenario tersebut dapat dilihat adanya luka lecet pada paha sisi
medial, luka bekas gigitan di punggung sisi kiri, dan luka terbuka dianus yang
disertai luka lecet. Luka pada skenario ini kemungkinan disebabkan oleh benda
tumpul. Benda tumpul adalah benda atau alat yang tidak bermata tajam,
konsistensi keras atau kenyal, dan permukaan halus atau kasar. Luka trauma
benda tumpul dapat terjadi karena dua sebab yaitu benda yang mengenai atau

18
melukai orang yang relative bergerak dan orang bergerak ke arah benda yang
tidak bergerak. Luka akibat trauma benda tumpul dibagi menjadi beberapa
kategori yaitu luka lecet (abrasi), luka memar (kontusio) dan luka robek
(laserasi).10

Pada kasus ini kita dapat melihat luka yang tampak disebabkan karena
adanya persentuhan dengan benda yang permukaannya tumpul. Pada sisi medial
paha kanan tampak luka lecet yang kemungkinan sebagai akibat dari adanya
gesekan dengan dengan benda kumpu. Pada punggung tampak luka bekas
gigitan karena adanya penekanan benda tumpul (gigi) yang meninggalkan bekas
pada permukaan kulit. Adapun pada anus tampak luka lecet oleh benda tumpul
yang dapat dicurigai merupakan alat kelamin pria maupun benda yang
bentuknya menyerupai.

E. Penyebab luka dengan pendekatan proximus morbus (PMA)


a. Multiple Cause of Damage Luka lecet
Luka lecet adalah luka yang disebabkan oleh rusaknya atau lepasnya
lapisan luar kulit dengan bentuk dan batas luka yang tidak teratur. Ketika
penekanan vertical pada permukaan kulit, tidak ada goresan yang terjadi namun
epidermis hancur dan objek yang menghantam akan tercetak pada kulit. Jika
hantaman tersebut kuat dan daerah permukaan kontak kecil, akan terbentuk
luka berlubang kecil dan abrasi hantaman terjadi. Kerusakan yang terjadi
berupa penekanan hingga depresi ringan dari permukaan atau paling tidak
memar atau tonjolan edema lokal.11,12
Berdasarkan mekanisme luka lecet, adapun Multiple Cause of Damage
pada luka lecet yaitu :

19
luka luka ecet pada paha kanan bagian
Temuan belakang

A-1 lepasnya lapisan luar kulit

penekanan vertikal dan atau goresan pada


A-2 epidermis

A-3 trauma benda tumpul

b. Multiple Cause of Damage Luka gigitan

Saat seseorang menggigit, rahang cenderung terbuka lebar. Gigi atas


dekat dengan objek yang digigit dan permukaan palatum biasanya merupakan
yang pertama melakukan kontak dengan bagain yang digigit. Permukaan gigi
seri atas lebih luas dibanding permukaan gigi seri bawah, sehingga tekanan
yang dihasilkan pun lebih kecil. Keduanya bergerak sebagai satu kesatuan
sehingga kadang meninggalkan bekas goresan. Ujung permukaan gigi tipis dan
tajam, sehingga ketika melakukan penekanan maksimal dengan gigi, kekuatan
yang dihasilkan dapat menimbulakan kerusakan pada jaringan kulit yang sesuai
dengan ukuran gigi. Ketika menggigit, lengkungan yang dibentuk gigi atas dan
gigi bawah akan saling menekan dan menjebak jaringan diantara kedua
lengkungan tersebut. Tekanan yang ditimbulkan dari gigi atas dan gigi bawah
akan mengakibatkan kerusakan kapiler sehingga terbentuk memar ditengah
tanda bekas gigitan.11,12

Berdasarkan mekanisme luka lecet, adapun Multiple Cause of Damage


pada luka lecet yaitu:

20
Temuan luka bekas gigitan pada punggung sisi kiri

A-1 robeknya epidermis dan jaringan dibawahnya

A-2 kekuatan peregangan > elastisitas kulit

A-3 trauma benda tumpul

c. Multiple Cause of Damage Luka Memar

Memar merupakan salah satu bentuk luka yang ditandai oleh kerusakan
jaringan akibat kekerasan tumpul yang menyebabkan rupturnya pembuluh
darah di bawah kulit sehingga terjadi ekstravasasi eritrosit dan keluar ke
jaringan interstitial, tanpa disertai diskontinuitas jaringan kulit. Pada daerah
superfisial memar muncul dengan cepat, sementara pada daerah yang lebih
profunda membutuhkan waktu agar memar terlihat. Memar juga dapat
bergerak mengikuti gaya gravitasi. Rupturnya pembuluh darah menyebabkan
ekstravasasi eritrosit ke jaringan interstitial sehingga terjadi akumulasi daran
dan menyebabkan daerah tersebut menjadi berwarna merah.11,12

Dengan berlalunya waktu, memar yang muncul mengalami perubahan


arna akibat degradasi hemoglobin. Hemoglobin pecah menjadi hemosiderin,
biliverdin, dan bilirubin yang menyebabkan perubahan warna memar dari ungu
atau cokelat kebiruan menjadi cokelat kehijauan, kemudian hijau kekuningan
sebelum akhirnya menjadi samar.11,12

Berdasarkan mekanisme terjadinya memar, adapun penyebab luka


(cause of damage) berdasarkan pendekatan proximus morbus:

21
Temuan satu buah memar pada anus

A-1 ekstravasasi eritrosit ke jaringan interstitial

kerusakan pembuluh darah di bawah jaringan


A-2 kulit

A-3 trauma benda tumpul

F. Tingkat Keparahan Luka Sesuai Hukum yang Berlaku


Derajat luka sesuai hukum yang berlaku :
1. Luka Ringan Pasal 352 KUHP
a. Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan
yang tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan
pekerjaan jabatan atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan
ringan, dengan pidana penjara paling lama tiga bulan atau pidana
denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Pidana dapat
ditambah sepertiga bagi orang yang melakukan kejahatan itu terhadap
orang yang bekerja padanya, atau menjadi bawahannya.
b. Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.13
2. Luka Sedang Pasal 351 KUHP
a. Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun
delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus
rupiah,
b. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun,
c. Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama
tujuh tahun,

22
a. Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.13
3. Luka berat Pasal 90 KUHP
Luka berat berarti:
a. Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan
sembuh sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut,
b. Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau
pekerjaan pencarian,
c. Kehilangan salah satu pancaindera,
d. Mendapat cacat berat,
e. Menderita sakit lumpuh,
f. Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih,
b. Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.13
Menurut R. Soesilo dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
serta komentar-komnetarnya, bahwa jika korban penganiayaan adalah ibu atau
keluarga si pelaku (Pasal 356 KUHP), maka tidak lagi termasuk dalam
penganiyaan ringan. Adapun Pasal 356 :

1. Juga sitersalah melakukan kejahatan itu kepada ibunya, bapaknya yang sah,
isterinya (suaminya atau anaknya),
2. Jika kejahatan itu dilakukan kepada seorang pegawai negeri pada waktu
atau sebab ia menjalankan pekerjaan yang sah,
3. Jika kejahatan itu dilakukan dengan memakai bahan yang merusakkan jiwa
atau kesehatan orang.
Hukuman ditentukan dalam pasal 351, 352, 354, 355 ditambah dengan
sepertiga hukumannya. Adapun dalam Pasal 292 KUHP mengenai ancaman
hukuman bagi seseorang yang cukup umur yang melakukan perbuatan cabul
dengan orang lain yang berjenis kelamin sama yang belum cukup umur atau
belum dewasa, diancam pidana penjara paling lama 5 tahun. Bila patnernya
belum dewasa yang secara yuridis belum berusia 21 tahun atau bila berumur
kurang dari 21 tahun tetapi sudah pernah kawin dianggap sudah dewasa.

23
Apabila kasus yang dihadapi merupakan kasus homoseks antara dua pria, maka
diperlukan pembuktian secara kedokteran forensik, sehingga perlu dibuktikan
dalam hal ini adalah perkiraan umur (belum dewasa), dan apakah ada sperma
serta air mani baik dalam dubur maupun mulut korban.11
Namun, jika ditinjau dari kasus yang diberikan pada kelompok kami kita
tidak bisa menentukan apakah derajat luka apa pada pasien, karena pada kasus
tidak dicantumkan apakah korban mengalami hambatan pada pekerjaan ataupun
korban meninggal dunia seperti pada pasal-pasal KUHP yang berlaku di Negara
Indonesia, dan sebagai dokter tidak berhak untuk menetukan tindakan
pengadilan atau hukum apa yang berkaitan dengan kasus tersebut.13
G. Dampak dari kasus pada skenario
Kekerasan seksual cenderung menimbulkan dampak traumatis baik
pada anak maupun pada orang dewasa. Namun, kasus kekerasan seksual sering
tidak terungkap karena adanya penyangkalan terhadap peristiwa kekerasan
seksual yang terjadi. Lebih sulit lagi adalah jika kekerasan seksual ini terjadi
pada anak-anak, karena anak-anak korban kekerasan seksual tidak mengerti
bahwa dirinya menjadi korban. Korban sulit mempercayai orang lain sehingga
merahasiakan peristiwa kekerasan seksualnya. Selain itu, anak cenderung takut
melaporkan karena mereka merasa terancam akan mengalami konsekuensi yang
lebih buruk bila melapor, anak merasa malu untuk menceritakan peristiwa
kekerasan seksualnya, anak merasa bahwa peristiwa kekerasan seksual itu
terjadi karena kesalahan dirinya dan peristiwa kekerasan seksual membuat anak
merasa bahwa dirinya mempermalukan nama keluarga. Dampak pelecehan
seksual yang terjadi ditandai dengan adanya powerlessness, dimana korban
merasa tidak berdaya dan tersiksa ketika mengungkap peristiwa pelecehan
seksual tersebut.14

Tindakan kekerasan seksual pada anak membawa dampak emosional


dan fisik kepada korbannya. Secara emosional, anak sebagai korban kekerasan
seksual mengalami stress, depresi, goncangan jiwa, adanya perasaan bersalah
dan menyalahkan diri sendiri, rasa takut berhubungan dengan orang lain,

24
bayangan kejadian dimana anak menerima kekerasan seksual, mimpi buruk,
insomnia, ketakutan dengan hal yang berhubungan dengan penyalahgunaan
termasuk benda, bau, tempat, kunjungan dokter, masalah harga diri, disfungsi
seksual, sakit kronis, kecanduan, keinginan bunuh diri, keluhan somatik, dan
kehamilan yang tidak diinginkan.14

Selain itu muncul gangguan-gangguan psikologis seperti pasca-trauma


stress disorder, kecemasan, penyakit jiwa lain termasuk gangguan kepribadian
dan gangguan identitas disosiatif, kecenderungan untuk reviktimisasi di masa
dewasa, bulimia nervosa, bahkan adanya cedera fisik kepada anak . Secara fisik,
korban mengalami penurunan nafsu makan, sulit tidur, sakit kepala, tidak
nyaman di sekitar vagina atau alat kelamin, berisiko tertular penyakit menular
seksual, luka di tubuh akibat perkosaan dengan kekerasan, kehamilan yang
tidak diinginkan dan lainnya. Sedangkan kekerasan seksual yang dilakukan oleh
anggota keluarga adalah bentuk inses, dan dapat menghasilkan dampak yang
lebih serius dan trauma psikologis jangka panjang, terutama dalam kasus inses
orangtua.14

Trauma akibat kekerasan seksual pada anak akan sulit dihilangkan jika
tidak secepatnya ditangani oleh ahlinya. Anak yang mendapat kekerasan
seksual, dampak jangka pendeknya akan mengalami mimpi-mimpi buruk,
ketakutan yang berlebihan pada orang lain, dan konsentrasi menurun yang
akhirnya akan berdampak pada kesehatan. Jangka panjangnya, ketika dewasa
nanti dia akan mengalami fobia pada hubungan seks atau bahkan yang parahnya
lagi dia akan terbiasa dengan kekerasan sebelum melakukan hubungan seksual.
Bisa juga setelah menjadi dewasa, anak tesebut akan mengikuti apa yang
dilakukan kepadanya semasa kecilnya.14

Sementara itu, Weber dan Smith mengungkapkan dampak jangka


panjang kekerasan seksual terhadap anak yaitu anak yang menjadi korban
kekerasan seksual pada masa kanak-kanak memiliki potensi untuk menjadi
pelaku kekerasan seksual di kemudian hari. Ketidakberdayaan korban saat

25
menghadapi tindakan kekerasan seksual di masa kanak- kanak, tanpa disadari
digeneralisasi dalam persepsi mereka bahwa tindakan atau perilaku seksual bisa
dilakukan kepada figur yang lemah atau tidak berdaya.15

Selain itu, kebanyakan anak yang mengalami kekerasan seksual


merasakan kriteria psychological disorder yang disebut post-traumatic stress
disorder (PTSD), dengan gejala-gejala berupa ketakutan yang intens terjadi,
kecemasan yang tinggi, dan emosi yang kaku setelah peristiwa traumatis.
Menurut Beitch-man et.al dalam (Tower, 2002) anak yang mengalami
kekerasan seksual membutuhkan waktu satu hingga tiga tahun untuk terbuka
pada orang lain.16

Finkelhor dan Browne dalam (Tower, 2002) mengkategorikan empat jenis


dampak trauma akibat kekerasan seksual yang dialami oleh anak-anak, yaitu:16

1. Pengkhianatan
Kepercayaan merupakan dasar utama bagi korban kekerasan seksual.
Sebagai seorang anak, mempunyai kepercayaan kepada orangtua dan
kepercayaan itu dimengerti dan dipahami. Namun, kepercayaan anak dan
otoritas orangtua menjadi hal yang mengancam anak.
2. Trauma secara Seksual
menemukan bahwa perempuan yang mengalami kekerasan seksual
cenderung menolak hubungan seksual, dan sebagai konsekuensinya
menjadi korban kekerasan seksual dalam rumah tangga. Finkelhor mencatat
bahwa korban lebih memilih pasangan sesama jenis karena menganggap
laki-laki tidak dapat dipercaya.
3. Merasa Tidak Berdaya
Rasa takut menembus kehidupan korban. Mimpi buruk, fobia, dan
kecemasan dialami oleh korban disertai dengan rasa sakit. Perasaan tidak
berdaya mengakibatkan individu merasa lemah. Korban merasa dirinya
tidak mampu dan kurang efektif dalam bekerja. Beberapa korban juga

26
merasa sakit pada tubuhnya. Sebaliknya, pada korban lain memiliki
intensitas dan dorongan yang berlebihan dalam dirinya.
4. Stigmatization
Korban kekerasan seksual merasa bersalah, malu, memiliki gambaran diri
yang buruk. Rasa bersalah dan malu terbentuk akibat ketidakberdayaan dan
merasa bahwa mereka tidak memiliki kekuatan untuk mengontrol dirinya.
Anak sebagai korban sering merasa berbeda dengan orang lain, dan
beberapa korban marah pada tubuhnya akibat penganiayaan yang dialami.
Korban lainnya menggunakan obat-obatan dan minuman alkohol untuk
menghukum tubuhnya, menumpulkan inderanya, atau berusaha
menghindari memori kejadian tersebut.
H. Definisi dan Jenis-jenis KDRT
1. Definisi

Kekerasan dalam rumah tangga menurut Undang-Undang PKDRT No.


23 Tahun 2004 adalah setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara
fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk
ancaman untuk melakukan perbuatan pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Kekerasan
dalam ru- mah tangga merupakan permasalahan yang telah mengakar sangat
dalam dan terjadi di seluruh negara di dunia. KDRT di Amerika merupakan
bahaya terbesar bagi perempuan dibandingkan bahaya perampokan dan pen-
curian. Data statistik di Amerika menunjukkan setiap 9 menit perempuan
menjadi korban kekerasan fisik, dan 25% perempuan yang terbunuh oleh
pasangan laki-lakinya.17

2. Jenis-jenis KDRT

a) Kekerasan Fisik, yakni perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh


sakit, atau luka berat. Kekerasan fisik dapat dicontohkan seperti
menendang, menampar, memukul, menabrak, mengigit dan lain sebagainya.

27
Perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit tersebut tentu harus mendapatkan
penanganan medis sesuai kekerasan yang dialaminya.
b) Kekerasan Psikis, yakni perbuatan yang mengakibatkan ketakutan,
hilangnya rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa
tidak berdaya, dan/ atau penderitaan psikis berat pada seseorang . Dapat
dicontohkan seperti perilaku mengancam, mengintimidasi, mencaci maki/
penghinaan, bullying dan lain sebagainya. Kekerasan psikis ini apabila
terjadi pada anak tentu akan berdampak pada perkembangan dan psikis
anak, sehingga cenderung mengalami trauma berkepanjangan. Hal ini juga
dapat terjadi pada perempuan.
c) Kekerasan Seksual, yakni setiap perbuatan yang berupa pemaksaan
hubungan seksual, pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak wajar
dan/atau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain
untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu, yang meliputi:

▪ pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang


menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut;
▪ pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup
rumah tangganya dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau
tujuan tertentu. Bentuk kekerasan seksual inilah yang biasa banyak
terjadi pada perempuan, karena perempuan tergolong rentan.

d) Penelantaran Rumah Tangga, yakni perbuatan menelantarkan orang dalam


lingkup rumah tangga, padahal menurut hukum yang berlaku bagi yang
bersangkutan atau karena persetujuan atau perjanjian ia wajib memberikan
kehidupan, perawatan, serta pemeliharaan kepada orang tersebut.
Penelantaran juga berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan
ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi dan/atau melarang untuk
bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban berada di
bawah kendali orang tersebut. Dilihat dari penjelasan pasal tersebut,
penelantaran rumah tangga tidak hanya disebut sebagai kekerasan ekomoni,
namun juga sebagai kekerasan kompleks. Artinya bahwa bukan hanya

28
penelantaran secara finansial (tidak memberi nafkah, tidak mencukupi
kebutuhan, dll) melainkan penelantaran yang sifatnya umum yang
menyangkut hidup rumah tangga (pembatasan pelayanan kesehatan dan
pendidikan, tidak memberikan kasih sayang, kontrol yang berlebihan, dll).18

I. Strategi Penanganan KDRT


Berdasarkan scenario KDRT yang terjadi adalah kekerasan seksual
kepada anak. Sehingga beban strategi penanganan kasus KDRT lebih dititik
beratkan pada permasalahan srategi penanganan kasus kekerasan pada anak.
Kekerasan terhadap anak merupakan kasus yang perlu mendapatkan perhatian
khusus oleh semua golongan, termasuk pemerintah. Hal ini dikarenakan anak
merupakan harapan dan generasi penerus bangsa di masa yang akan datang.
Oleh karena itu diperlukan perlindungan secara khusus agar hak-hak anak tetap
terjaga. Perlindungan ini diperlukan karena anak merupakan bagian masyarkat
yang mempunyai keterbatasan secara fisik maupun mental.19

Perlindungan terhadap anak adalah sebuah konstitusi bagi setiap anak


Indonesia. Dalam pasal 28B ayat 2 undang-undang dasar Negara republik
Indonesia tahun 1945 disebutkan bahwa “setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak ata perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi”. Sehinga negara wajib menjamin serta melindungi hak anak
yang merupakan hak asasi manusia (HAM).19

Sejalan dengan hal itu, sejak lama pemerintah Indonesia telah


berkomitmen untuk memberikan perlindungan terhadap hak-hak anak
Indonesia melalui berbagai regulasi. Tahun 2001 indonesia telah menyatakan
komitmennya terhadap deklarasi dunia yang layak bagi anak (a word for
children). Serta terakhir pada tanggal 22 oktober tahun 2002, Indonesia
menetapkan undang-undang no. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak yang
berorientasi pada hak-hak anak seperti yang tertuang dalam konvensi hak-hak
anak.19

29
Namun, sejauh ini belum ada langkah komprehensif yang dapat
memberikan perlindungan terhadap anak dari kekerasan sebagaimana pula hal
yang terjadi pada skenario. Padahal menurut pasal 5 ayat 3 UU no. 23 tahun
2002 tentang perlindungan anak, anak tergolong kelompok masyarakat yang
cukup rentan terhadap tindakan kekerasan. Selain itu UU no. 23 tahun 2002
juga mengamanahkan agar anak dapat diberikan dengan terimplementasinya
program yang digagas oleh pemerintah.

Karena fakta yang ada di Indonesia masih banyak sekali terjadi tindak
kekerasan pada anak maka terdapat suatu program rumah perlindungan anak
dan program SI-PAI (Sistem Informasi Perlindungan Anak Indonesia) yang
digunakan sebagai solusi altenatif pencegahan dan penanganan kekerasan
terhadap anak.

Bagan Strategi Penanganan KDRT


Sumber: dikutip dari kepustakaan 19
1. Advokasi
Advokasi merupakan program pendamoingan masyarakat. Rumag
peran SI-PAI bergerak di bidang advokasi yakni mendapangi masyarakat
agar dapat memperoleh keadilan hukum dalam peradilan dalam penuntasan

30
kasus kekerasan terhadap anak. Advokasi ini di selenggarakan sarana online
dan offline.
a. Offline

Program offline merupakan program pengaduan dan pemberitahuan


adanya indikasi kekerasan terhadap anak secara langsung kekantor rumah
peran SI-PAI. Setelah kasus diterima, kasus akan dipilah-pilah dan
diidentifikasi dengan cara penyelidikan secara langsung pada anak, apakah
anak terindikasi korban kekerasan atau tidak. Jika anak terindikasi korban
kekerasan, maka langkah selanjutnya adalah advokasi si korban.

b. Online

Program online merupakan program pengaduan dan pemberitahuan


adanya indikasi kekerasan terhadap anak secara tidak langsung melalui situs
resmi rumah peran SI-PAI. Setelah kasus diterima, kasus akan dipilah-pilah
dan diidentifikasi dengan cara penyelidikan secara langsung pada anak,
apakah anak terindikasi korban kekerasan atau tidak. Jika anak terindikasi
korban kekersan, maka langkah selanjutnya adalah advokasi si korban.
Selain pengaduan dan pemberitahuan tentang kasus kekerasan pada anak,
situs ini juga bertujuan untuk publikasi secara online. Publikasi yang
dimaksud tentang tata cara penyelesaian kasus kekerasan pada anak yang
telah ditangani oleh rumah peran SI-PAI bersama KPAI.

2. KOMA
KOMA (Konseling Masyrakat ) merupakan program peran si-PAI
yang bertujuan untuk penyembuhan emosional dan psikologis anak pasca
kekerasan, serta upaya pencegahan kekerasan pada anak. Program ini
disediakan untuk anak yang menghadapi permasalahan kekeran dan
masyarakat yang membutuhkan pembinaan dalam pencegahan kekerasan
terhadap anak. Konseling masyarakat terbagi dalam dua kategori program
pelaksanaan yakni dengan prventif dan represif.
a. Preventif

31
Upaya perventif merupakan upaya pencegahan tindakan kekerasan
terhadap anak. Upaya ini dilakukan dengan cara pembinaan dan
pengawasan yang di terapkan melalui program sosialisasi, pengadaan
kid’s forum dan pembinaan pendidikan anak.
1) Sosialisasi
Sosialisasi bertujuan untuk memberikan informasi dan ilmu kepada
msyarakat mengenasi berbagai hal yang berhubungan dengan
kekerasan pada anak.
2) Kid’s forum
Kid’s forum merupakan program yang melibatkan anak secara
langsung dalam kegiatan kajian tentang perlindungan anak dalam
perspektif hak-hak anak. Dengan cara memfasilitasi pengembangan
pendekatan anak ke anak dalam pencegahan, perlindungan,
pemulihan serta reintegrasi korban melalui kelompok atau forum ini.
Misalnya :
- Sanggar seni gambar anak
- Forum bermain
- Pembinaan pendidikan anak
b. Represif
Upaya ini merupakan upaya yang dilakukan pasca kekerasan, dengan
cara pengobatan dan pemulihan yang ditetapkan memalui program
happy class dan klinik psikologi.
1) Happy class
Program Happy Class merupakan program yang mana anak
korban kekerasan dikumpulkan dalam satu kelas bersama korban
yang lain untuk mengikuti beberapa kegiatan. Kegiatan ini
dilaksanakan yang bertujuan untuk mengobati kesedihan si anak dan
membuat si anak lupa terhadap kekerasan yang telah dialaminya.
Misalnya dengan mengajak mereka menari, menyanyi, ataupun
bermain bersama.
2) Klinik psikologi

32
Klinik Psikologi merupakan program yang mana anak
korban kekerasan diberi terapi secara intensif oleh para ahli
psikologi. Terapi ini bertujuan supaya korban dapat menghilangkan
trauma atas peristiwa yang telah dialami.19

J. Pencegahan kasus KDRT pada skenario


Agar kekerasan terhadap anak dapat dicegah dan diatasi, dapat
dilakukan melalui langkah internal dan eksternal, pencegahan internal dapat
dilakukan melalui diri anak sendiri dan juga pembekalan terhadap orang tua dan
guru. Beberapa hal terkait pencegahan internal yang bisa dilakukan antara lain:

1. Untuk orang tua

▪ Cari tahu apakah sekolah anak memiliki program pencegahan


pelecehan untuk anak dan guru. Jika tidak, mulailah adakan program
tersebut.
▪ Bicarakan dengan anak tentang pelecehan seksual. Waktu yang baik
untuk melakukan hal ini adalah saat sekolahnya mensponsori sebuah
program tentang pencegahan kekerasan seksual.
▪ Ajarkan anak tentang privasi bagian-bagian tubuh.
▪ Dengarkan ketika anak berusaha memberitahu sesuatu, terutama
ketika ia terlihat sulit untuk menyampaikan hal tersebut.
▪ Berikan anak waktu cukup sehingga anak tidak akan mencari
perhatian dari orang dewasa lain.
▪ Ketahui dengan siapa anak menghabiskan waktu. Jangan
membiarkan anak menghabiskan waktu di tempat-tempat terpecil
dengan orang dewasa lain atau anak-anak yang lebih tua.
Rencanakan untuk mengunjungi pengasuh anak tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu.
▪ Beritahu seseorang jika mencurigai ada anak telah mendapat
kekerasan seksual.
▪ Pembekalan ilmu bela diri, Pembekalan ilmu bela diri pun dapat
menjadi salah satu solusi agar anak tidak menjadi korban kekerasan.

33
Selain mengajarkan kepada anak mengenai disiplin dan membentuk
mental juga jasmani yang kuat, bela diri dapat digunakan untuk
membela diri sendiri dari ancaman-ancaman yang ada. Namun tetap
harus diberikan pengarahan bahwa ilmu bela diri dipelajari bukan
untuk melakukan kekerasan.
▪ Bekali Orang Tua dengan Ilmu Ilmu tentang bagaimana menjadi
orangtua bisa didapatkan melalui membaca buku , sharing dengan
psikolog anak, melakukan komunikasi dengan pendidik/ guru dari
anak, dan rajin mengajak komunikasi dengan anak. Hal ini sangat
penting dilakukan agar orang tua memahami kondisi yang sedang
dialami anak. Karena seringkali kekerasan terhadap anak terjadi
karena banyak orang tua yang lebih membutuhkan
perhatian/pengertian dari anak ketimbang orang tua yang mengerti
akan kondisi anak.
▪ Ciptakan Komunikasi Dua Arah Dengan Anak, Banyak orang tua
yang mengangap bahwa anak adalah orang yang belum memahami
apapun, sehingga tidak perlu melakukan diskusi dengan anak.
Padahal anak memiliki hak untuk menentukan apa yang dia
inginkan, dan orang tua lebih pada mengarahkan bukan
mengintervensi atau mendikte anak. Komunikasi dua arah akan
membangun keterbukaan anak terhadap persoalan yang dihadapi,
selain itu juga dapat mengajak anak untuk memahami beberapa
kondisi yang dihadapi orang tua.
▪ Dampingi Anak saat bermain gadget dan Menonton Televisi. Jangan
membiarkan bermain gadget dan menonton televisi sendiri tanpa
ditemani. Karena orang tua tidak mengetahui apa yang dilihat oleh
anak melalui gadget dan televisi. Teknologi yang sangat canggih
seperti saat ini membuat siapa saja termasuk anak mampu
mengakses segala informasi dan tontonan sangat cepat. Kekerasan
terhadap sesama anak seringkali disebabkan karena anak meniru
atau mencontoh apa yang dia lihat.

34
▪ Kenali lingkungan tempat anak bersekolah dan bermain, karena
penting bagi orang tua untuk bisa mengenal dan mengetahui teman–
teman dari anak dan siapa orang tuanya, demikian juga dengan guru
dari anak. Hal ini sangat penting dilakukan agar orangtua dapat
berhati–hati dalam mempercayakan anak. Karena kekerasan
terhadap anak persentase terbesar adalah dilakukan oleh orang–
orang terdekat dari anak.
▪ Pendidikan agama untuk anak, setiap agama pasti mengajarkan
kebaikan kepada pengikutnya. Mengajarkan untuk saling
menghormati dan menghargai. Pembekalan ilmu agama terhadap
anak secara bertahap sejak usia dini menjadi langkah preventif untuk
mencegah terjadinya kekerasan terhadap sesama anak. Agama
bukan menjadi senjata bagi orang tua untuk menakut–nakuti anak,
justru seharusnya melalui pemahaman agama yang holistik, orang
tua mampu mengajarkan anak tentang kasih sayang dan hidup
rukun.20

2. Untuk anak
Beritahukan anak agar :

▪ Jangan berbicara atau menerima pemberian dari orang asing.


▪ Harus selalu meminta izin kepada orang tua jika akan pergi.
▪ “Katakan pada anak bahwa mereka harus segera melaporkan kepada
bapak atau ibunya apabila ada orang yang menyentuh alat kelamin
atau tubuh mereka dengan cara yang tidak mereka sukai.
▪ Katakan pada anak agar berteriak atau kabur jika merasa terancam
oleh orang yang tak dikenal.
▪ Selalu berpakaian sopan dan menutup aurat
▪ Jangan berjalan sendirian ditempat yang sepi
▪ Jangan berpisah dari kelompok
▪ Tidak boleh tidur bersama orang tua
▪ Mengunci kamar tidur saat berada didalamnya

35
▪ Mengunci kamar mandi saat berada didalamnya
▪ Mengganti baju pada tempat yang aman dan terlindungi.
▪ Jangan membiasakan dirimenerima pemberian dari orang lain.20

Sedangkan Pencegahan Ekstrenal yang bisa dilakukan untuk


meminimalisir kekerasan terhadap anak antara lain dengan maksimalkan peran
sekolah.

1. Peran Sekolah,

▪ Sekolah harus memiliki fungsi kontrol sosial, artinya sekolah


memiliki assessment (penilaian) terhadap perilaku anak.
▪ Sekolah harus menggagas aktivitas-aktivitas internal sekolah yang
bersifat positif, memfasilitasi aktivitas orang tua siswa dan siswa
minimal setahun sekali.
▪ Sekolah bisa membentuk petugas breaktime watch dari kalangan
pengurus sekolah yang bertugas berkeliling dan memantau kegiatan
siswa.
▪ Sekolah perlu secara rutin melakukan komunikasi dengan orangtua
terkait dengan perkembangan anak dan hal – hal yang dialami anak.
▪ Selain sebagai media komunikasi dengan orangtua, sekolah juga
bisa menjadi fasilitator dalam mentransfer materi terkait dengan
pemenuhan hak–hak anak, dan persoalan kekerasan terhadap anak
baik untuk anak–anak sendiri, dan orangtua. Tidak harus sekolah
yang menyampaikan namun sekolah bisa bekerjasama dengan
kepolisian (unit perlindungan anak), Lembaga Sosial yang
konsentrasi dengan isu anak, Psikolog anak, dll. Ini menjadi penting
dilakukan sebagai rangkaian pendidikan anak yang holistik,
pendidikan budi pekerti.
▪ Salah satu solusi untuk mencegah krisis moral yang melanda di
kalangan generasi penerus adalah mengajarkan budi pekerti, baik di
rumah maupun di sekolah.

36
▪ Laporkan kepada Pihak Berwajib, Hal terakhir yang harus dilakukan
bila terjadi kekerasan fisik, psikis, ataupun seksual adalah segera
melaporkan kepada pihak berwajib. Hal ini bertujuan agar segera
diambil tindakan lebih lanjut terhadap tersangka dan mengurangi
angka kejahatan yang sama terjadi agar korban kekerasan segera
mendapatkan bantuan ahli medis serta dukungan dari keluarga.
▪ Peranan guru untuk mengajarkan anak- anak didiknya mengenai hal-
hal tabu terkait “perangkat lunak” yang tak boleh disentuh orang
lain. Karena anak akan lebih mudah menerima pesan- pesan dari
gurunya dari pada orang lain.
▪ Guru harus selalu aktif untuk menyelipkan pesan- pesan moral
terhadap anak didiknya kendati mata pelajaran yang diampunya
tidak memiliki korelasi dengan hal ini. Perlu ditanamkan sedari dini
supaya anak- anak yang berpotensi menjadi korban pedofil berani
melapor kepada gurunya.
▪ Peningkatan peran guru dan sekolah untuk mengajarkan siswanya
soal bagaimana harus berperilaku, bergaul dengan sesama, sopan
santun, serta perilaku positif lainnya.
▪ Beri pemahaman pada siswa bahwa mereka tidak boleh melakukan
perbuatan melanggar hukum.
▪ Ada mata pelajaran budi pekerti yang fokus mengajarkan bagaimana
siswa berperilaku. "Kurikulum pendidikan di Indonesia harus sudah
mulai kembali kepada pembentukan soft skill dan pengembangan
karakter," bagi siswa.
▪ Guru harus memahami berbagai aturan seputar perlindungan anak.
Sehingga mereka tidak lagi melakukan kekerasan atau perbuatan
negatif lain pada siswa.
▪ Peningkatan kesadaran guru akan tanggung jawabnya mendidik
siswa, bukan semata-mata menjalankan pekerjaan mengajarkan
mata pelajaran.

37
▪ Saat siswa sekolah, berarti orangtua itu menitipkan anaknya agar
terdidik dan terlindungi selama jam sekolah. Sehingga hal-hal
negatif harusnya tidak terjadi di sekolah.
▪ Penekanan bahwa guru harus berperan sebagai pelindung siswanya
agar tidak jadi korban atau pelaku perbuatan negatif.20

K. Dasar hukum yang mengatur KDRT


Semakin besarnya peranan lembaga-lembaga sosial atau WCC dalam
menanamkan kesadaran akan hak dan memberikan pendampingan serta
perlindungan kepada korban kasus KDRT dipengaruhi oleh lahirnya peraturan
perundang-undangan di Indonesia. Lahirnya UU No. 23 Tahun 2004 tentang
Penghapusan KDRT, Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 2006 tentang
Penyelenggaraan dan Kerjasama Pemulihan Korban KDRT, Peraturan Presiden
No. 65 Tahun 2005 tentang Komisi Nasional Terhadap Perempuan, Undang-
Undang No. 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, dan
peraturan perundangan lainnya yang memberikan tugas dan fungsi kepada
lembaga-lembaga yang terkoordinasi memberikan perlindungan hukum
terhadap kasus KDRT dan termasuk lembaga-lembaga sosial yang bergerak
dalam perlindungan terhadap perempuan.Bahkan dalam rencana pembentukan
peraturan perundang-undangan tersebut tidak terlepas dari peran lembaga
sosial.

1. Undang-undang No.23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam


Rumah Tangga

Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan


dalam Rumah Tangga yang selanjutnya disebut sebagai UU PKDRT
diundangkan tanggal 22 September 2004 dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 No. 95. Fokus UU PKDRT ini ialah kepada upaya
pencegahan, perlindungan dan pemulihan korban kekerasan dalam rumah
tangga. UU PKDRT Pasal 3 menyebutkan Penghapusan kekerasan dalam
rumah tangga dilaksanakan berdasarkan : Penghormatan hak asasi manusia

38
▪ Keadilan dan kesetaraan gender
▪ Nondiskriminasi
▪ Perlindungan korban.

UU PKDRT Pasal 4 menyebutkan Penghapusan kekerasan dalam


rumah tangga bertujuan:

▪ Mencegah segala bentuk kekerasan dalam rumah tangga


▪ Melindungi korban kekerasan dalam rumah tangga
▪ Menindak pelaku kekerasan dalam rumah tangga
▪ Memelihara keutuhan rumah tangga yang harmonis dan sejahtera.
2. Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2005 tentang Komisi Nasional Anti
Kekerasan terhadap Perempuan
Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2005 tentang Komisi Nasional Anti
Kekerasan terhadap Perempuan yang selanjutnya disebut sebagai Perpres
Komnas Perempuan ialah merupakan penyempurnaan Keputusan Presiden No.
181 Tahun 1998 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan.
Perpres Komnas Perempuan Pasal 24 telah mencabut dan menyatakan tidak
berlaku Keppres No. 181 Tahun 1998 tentang Komisi Nasional Anti Kekerasan
terhadap Perempuan.Komnas Perempuan ini dibentuk berdasarkan prinsip
negara hukum yang menyadari bahwa setiap bentuk kekerasan terhadap
perempuan merupakan salah satu bentuk pelanggaran atas hak-hak asasi
manusia sehingga dibutuhkan satu usaha untuk mencegah dan menanggulangi
terjadinya kekerasan terhadap perempuan.21

3. Ketentuan Pidana
Ketentuan pidana terhadap pelanggaran KDRT diatur oleh Undang-
undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT
sebagai berikut :
• UU Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 4

a) Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan fisik dalam lingkup


rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a dipidana

39
dengan pidana penjara paling lama 5 (Lima) tahun atau denda paling
banyak Rp 15.000.000,- (Lima belas juta rupiah).
b) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengakibatkan korban jatuh sakit atau luka berat, dipidanakan penjara
paling lama 10 tahun atau denda paling banyak Rp30.000.000,- (Tiga
puluh juta rupiah).
c) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mengakibatkan matinya korban, dipadana penjara paling lama 15 (Lima
belas) tahun atau denda paling banyak Rp45.000.000,-(Empat puluh
lima juta rupiah).
d) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan
penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata
pencaharian atau kegiatan sehari-harian, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp
5.000.000,-(Lima juta rupiah).21

• UU Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 45

a) Setiap orang yang melakukan kekerasan fisik dalam lingkup rumah


tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling banyak Rp
9.000.000,- (Sembilan juta rupiah).
b) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
oleh suami terhadap isteri atau sebaliknya yang tidak menimbulkan
penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencaharian atau kegiatan sehari-hari, dipidanakan penjara paling lama
4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp3.000.000,- (Tiga juta
rupiah).21

• UU Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 46

40
Setiap orang yang melakukan perbuatan kekerasan seksual sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 huruf a dipidana dengan pidana penjara paling lama 12
(dua belas) tahun atau denda paling banyak Rp36.000.000,- (Tiga puluh enam
juta rupiah).21

• UU Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 47

Setiap orang yang memaksa orang yang menetap dalam rumah


tangganya melakukan hubungan seksual sebagaimana dimaksud dalam pasal 8
huruf b dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun atau denda paling sedikit Rp
12.000.000,00-(dua belas juta rupiah) atau paling banyak Rp 300.000.000,00-
(tiga ratus juta rupiah).21

• UU Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 48

Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dan 47


mengakibatkan korban mendapat luka yang tidak memberi harapan akan
sembuh sama sekali, mengalami gangguan daya pikir atau kejiwaan sekurang-
kurangnya selama 4 (empat) minggu terus menerus atau 1 (satu) tahun tidak
berturut-turut, gugur atau matinya janin dalam kandungan, atau mengakibatkan
tidak berfungsinya alat reproduksi, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun dan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun atau
denda paling sedikit Rp 25.000.000,00-(dua puluh lima juta rupiah) dan paling
banyak Rp500.000.000,00(lima ratus juta rupiah).21

• UU Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 49

Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda
paling banyak Rp 15.000.000,00-(lima belas juta rupiah), setiap orang yang:

a) Menelantarkan orang lain dalam lingkup rumah tangganya sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1);
b) Menelantarkan orang lain sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (2).21

41
• UU Nomor 23 Tahun 2004 Pasal 50

Selain pidana sebagaimana dimaksud dalam bab ini hakim dapat


menjatuhkan pidana tambahan berupa :

a) pembatasan gerak pelaku baik yang bertujuan untuk menjauhkan pelaku


dari korban dalam jarak dan waktu tertentu, maupun pembatasan hak-hak
tertentu dari pelaku;
b) penetapan pelaku mengikuti program konseling di bawah pengawasan
lembaga tertentu.21

J. Integrasi Keislaman
Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS An-Nisa/4: 9
‫ّٰللاَ َو ْليَقُ ْولُ ْوا قَ ْو ًًل‬
‫علَ ْي ِه ْۖ ْم فَ ْليَتَّقُوا ه‬ ِ ً‫ش الَّ ِذيْنَ لَ ْو ت ََر ُك ْوا ِم ْن خ َْل ِف ِه ْم ذُ ِريَّة‬
َ ‫ض ٰعفًا خَافُ ْوا‬ َ ‫َو ْليَ ْخ‬
٩ - ‫س ِد ْيدًا‬
َ

Terjemahannya :
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka
meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata
yang benar”.22
Adapun, maksud ayat diatas ialah : (Dan hendaklah bersikap waspada)
maksudnya terhadap nasib anak-anak yatim (orang-orang yang seandainya
meninggalkan) artinya hampir meninggalkan (di belakang mereka) sepeninggal
mereka (keturunan yang lemah) maksudnya anak-anak yang masih kecil-kecil
(mereka khawatir terhadap nasib mereka) akan terlantar (maka hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah) mengenai urusan anak-anak yatim itu dan
hendaklah mereka lakukan terhadap anak-anak yatim itu apa yang mereka
ingini dilakukan orang terhadap anak-anak mereka sepeninggal mereka nanti
(dan hendaklah mereka ucapkan) kepada orang yang hendak meninggal
(perkataan yang benar) misalnya menyuruhnya bersedekah kurang dari
sepertiga dan memberikan selebihnya untuk para ahli waris hingga tidak

42
membiarkan mereka dalam keadaan sengsara dan menderita, karena anak
merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT, anak dilahirkan dalam
keadaan fitrah atau suci dimana dapat berubah kearah manapun, sehingga
sepatutnya orang tua atau wali atau keluarga senantiasa menjaga, mendidik,
mengarahkan anaknya ke jalan yang benar, memberikan contoh yang baik
sesuai dengan nilai-nilai agama maupun sosial. Sebagaimana pada kasus diatas,
anak sudah tidak memiliki orang tua, sehingga sepatutnya anak mendapatkan
perlindungan dan kasih sayang dari keluarganya dalam hal ini paman dan
bibinya.
Selain telah diatur oleh agama, hal inipun telah diatur dalam peraturan
negara dalam Undang-Undang RI No. 23 Tahun 2002 Pasal 1, anak merupakan
makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, wajib dilindungi dan dijaga
kehormatan, martabat, dan harga dirinya secara wajar, baik secara hukum,
ekonomi, politik, sosial, maupun budaya tanpa membedakan suku, agama, ras,
dan golongan. Sehingga anak harus dijamin hak hidupnya untuk tumbuh dan
berkembang sesuai dengan fitrah dan kodratnya, dimana segala bentuk
perlakuan yang mengganggu dan merusak hak-hak anak dalam berbagai
bentuk kekerasan, diskriminasi, dan eksploitasi yang tidak berperikemanusiaan
harus dihapuskan tanpa terkecuali.22

1. Menghardik Anak Yatim


Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Q.S Al-Ma’un/107:1-7
ْ ْ ُّ ُ ْ َّ َ ٰ َ َ َّ َ
َ َ ٰ َ ُّ ُ َ َ َ َ ‫ع ال َيت ْي‬ َ ‫ فذ ِلك الذي‬١ ِۗ‫ارَ ََء ْي َت الذ ْي ُيكذ ُب بالديْن‬
ِۗ‫ام ال ِم ْس ِك ْي ِن‬
ِ ‫ع‬ ‫ط‬ ‫ى‬‫ل‬ ‫ع‬ ‫ض‬ ‫ح‬‫ي‬ ‫ا‬ ‫ل‬ ‫و‬ ٢ ‫م‬
َۙ ِ ‫د‬‫ي‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َّ َ َ َّ
َ َُ َ ُ َْ َ ُ َ ُ َْ َ َ ْ ٌ َ
‫ َو َي ْمنع ْون‬٦ َۙ‫ ال ِذين ه ْم ُي َرا ُۤء ْون‬٥ َۙ‫ ال ِذين ه ْم ع ْن صل ِات ِه ْم َساه ْون‬٤ َۙ‫ ف َو ْيل ِلل ُمص ِل ْين‬٣
َ ُ َ ْ
٧ ࣖ ‫الماع ْون‬
Terjemahannya :
“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang
menghardik anak yatim. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang
miskin. Maka kecelakaan bagi orang-orang yang shalat. (yaitu) orang- orang
yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya.Dan enggan
(menolong dengan) barang berguna.”22

43
M.Quraish Shihab menjelaskan bahwa istilah yatim digunakan untuk
menunjuk anak manusia yang belum dewasa yang ayahnya telah wafat, atau
anak binatang yang induknya telah tiada. Kematian ayah bagi seorang yang
belum dewasa menjadikannya kehilangan pelindung, ia seakan-akan menjadi
sendiri, sebatang kara, karena itu ia dinamai yatim. Definisi yang lain
mengatakan bahwa yatim adalah inqita’u al-sabiyyi ‘an abihi qabla al-bulug
(anak yang ditinggal mati oleh ayahnya dalam keadaan belum baligh).23
Menghardik anak yatim yakni mengusir anak yatim, atau mengeluarkan
ucapan-ucapan keras ketika ia datang kepadanya meminta sesuatu yang
diperlukan semata-mata karena meremehkan kondisinya yang lemah dan
tiadanya orang tua yang mampu membelanya dan memenuhi keperluanya. Juga
terdorong oleh kesomboongannya karena menganggap dirinya lebih kuat dan
lebih mulia. Sedangkan menurut kebiasaan, kondisi seorang anak yatim
merupakan gambaran tentang kelemahan dan keperluan kepada pertolongan.
Maka siapa saja yang menghinanya, maka ia telah menghina setiap manusia
yang lemah, dan meremehkan setiap yang memerlukan pertolongan.24
Maka dapat dikatakan bahwa salah satu karakter orang yang
mendustakan agama adalah orang yang tidak mau mengakui hak orang lain,
disebabkan merasa kuat dengan harta maupun kedudukannya. Setiap manusia
yang berprilaku zalim dan suka melanggar hak-hak orang lain adalah pendusta
agama, baik yang kezalimannya banyak maupun sedikit. Orang yang
membenarkan sesuatu pasti tidak diikuti ketundukan hati meninggalkan
sesuatu yang dibenarkan itu. sekiranya orang tersebut membenarkan agama
dengan sebenar-benarnya, pastilah ia menjadi orang yang lembut hati, tidak
menghardik, dan tidak sombong di hadapan anak-anak yatim.

2. Dasar Hukum Sodomi Menurut Islam


Bentuk penyimpangan seksual lainnya adalah sodomi yang artinya
pencabulan dengan sesama jenis kelamin atau senggama secara oral/anal yang
dilakukan antar-pria dan terdapat salah satu pihak yang dirugikan. Menurut
suatu riwayat bahwa pertama kali sodomi dilakukan oleh kaum Nabi Luth As

44
yang hidup semasa dengan Nabi Ibrahim As, di mana mulanya kaum Nabi Luth
As menggauli anus wanita kemudian pindah ke anus laki- laki. Mengenai
perbuatan sodomi kebanyakan ulama sepakat untuk mengharamkan pelakunya
sangat dikutuk oleh agama Islam. Hal ini sesuai dengan haditst yang
diriwayatkan oleh Tirmidzi yaitu:
‫ع أن‬َ َ‫عثأ َمان‬
ُ ‫َّاك ب ِأن‬
ِ ‫ضح‬ َّ ‫ع أن ال‬َ ‫ش ُّج َح َّدثَنَا أَبُو خَا ِل ٍد أاْلَحأ َم ُر‬ َ ‫َح َّدثَنَا أَبُو‬
َ َ ‫س ِعي ٍد أاْل‬
‫سلَّ َم ََل‬
َ ‫علَ أي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫َّاس قَا َل قَا َل َر‬ َ ‫ع أن اب ِأن‬
ٍ ‫عب‬ َ ‫ب‬ ٍ ‫ع أن ُك َر أي‬ َ َ‫سلَ أي َمان‬ ُ ‫َم أخ َر َمةَ ب ِأن‬
ٌ‫س ٌن غ َِريب‬ َ ‫ِيث َح‬ ٌ ‫سى َه َذا َحد‬ َ َ َ َ
َ ‫َّللاُ ِإلَى َر ُج ٍل أتَى َر ُج اًل أ أو أام َرأة ا فِي ال ُّدب ُِر قَا َل أبُو ِعي‬ َّ ‫ظ ُر‬ ُ ‫يَ أن‬
Artinya:
“Diriwayatkan dari Makramah bin Sulaiman dari Kuraib dari Ibnu Abbas
berkata; Rasulullah Shallallahu`alaihi wasallam bersabda: “Allah tidak akan
melihat seorang lelaki yang menyetubuhi lelaki lain (homoseksual) atau
(menyetubuhi) wanita dari duburnya." (HR. Tirmidzi)

Sementara itu, dalam perspektif hukum pidana Islam sanksi hukum


bagi pelaku sodomi sangat keras. Asy-Syaukani yang dikutip oleh Sayyid
Sabiq mengatakan sebagaiman berikut: Sanksi hukum yang tegas diberlakukan
kepada pelaku tindak pidana sekeji dan sesadis ini berupa hukuman yang betul-
betul dapat menimbulkan efek jera bagi pihak lain. Selain itu, pemberian sanksi
yang tegas dapat melenyapkan nafsu bejat ini. Dengan demikian, jenis
hukuman seperti ini tepat dijatuhkan kepada masyarakat yang sebelumnya
tidak pernah ada di muka bumi. Hukuman mereka harus sekeras hukuman
Allah, di mana mereka dihancurkan oleh-Nya. Islam menetapkan hukuman
sekeras ini mengingat pengaruh buruk dan sisi mudaratnya, baik bagi
kehidupan individu maupun masyarakat.24
Malikiyah, Hanabiyah dan Safi`iyah, berpendapat bahwa had
homoseks adalah rajam dengan batu sampai mati, baik pelakunya seorang bikr
(jejaka) maupun muhshan (orang yang telah menikah). Yang menjadi dasar
pendapatnya adalah sabda Rasulullah SAW :25
‫ع أن‬ َ ‫ع أم ٍرو‬ َ ‫ع أم ِرو ب ِأن أَبِي‬ َ ‫ع أن‬ ِ ‫ع أب ُد أال َع ِز‬
َ ‫يز بأنُ ُم َح َّم ٍد‬ َ ‫ي َقا َل أَ أخبَ َرنَا‬ ُّ ‫س َل َمةَ أال ُخزَ ا ِع‬
َ ‫َح َّدثَنَا أَبُو‬
َ ‫سلَّ َم َم أن َو َج أدت ُ ُموهُ يَ أع َم ُل‬
‫ع َم َل‬ َ ‫علَ أي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫َّللا‬ ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫َّاس قَا َل قَا َل َر‬ ٍ ‫عب‬ َ ‫ع ِن اب ِأن‬ َ َ‫ِع أك ِر َمة‬
‫قَ أو ِم لُوطٍ فَا أقتُلُوا أالفَا ِع َل َو أال َم أفعُو َل بِ ِه‬

45
Artinya :
Telah menceritakan kepada kami Abu Salamah Al Khuza`i berkata; telah
mengabarkan kepada kami Abdul Aziz bin Muhammad dari `Amru bin Abu
`Amru dari ikrimah dari Ibnu Abbas, ia berkata; Rasululullah
shallallahualaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa yang kalian dapati
melakukan perbuatan kaum Luth (homoseks), maka bunuhlah pelaku dan yang
diperlakukannya.”

Hadits ini juga dikeluarkan dikeluarkan oleh Baihaqi dari Sa`id Ibn
Jabir, dan Mujahid dari Ibn Abbas ra. bahwa ia ditanya tentang bikr yang
melakukan homoseks, maka ia menjawab bahwa hukumannya adalah rajam,
berdasarkan hadits Rasulullah SAW. Dikatakan :25

‫فروي عنه ان حده الرجم بكرا كان او ثيبا‬


Artinya :
“Diriwayatkan bahwa had homoseks adalah rajam, baik pelakunya jejaka
maupun orang yang telah menikah.” (HR. Baihaqi)

46
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan kasus pada skenario ini, terdapat satu buah luka tertutup
diregio tungkai atas kanan sisi belakang akibat kekerasan trauma tumpul, dan
satu buah luka tertutup di punggung sisi kiri disertai memar di sekitar luka
akibat kekerasan trauma tumpul, serta terdapat satu buah luka terbuka di anus
disertai luka lecet di wilayah sekitar luka akibat kekerasan trauma tumpul.

47
DAFTAR PUSTAKA
1. Sonny J. R. Kalangi. Histofisiologi kulit. Universitas Sam Ratulangi
Manado. Jurnal Biomedik (JBM), Volume 5, Nomor 3. 2013.
2. Eroschenko, Victor P. Atlas Histologi diFiore dengan Kolerasi Fungsional
Edisi 11. ECG. Jakarta. Hal 260-279. 2010.
3. Tortora, G.J dan Derricsokson, B.H. Principles of anatomy and physicology.
Twelfth edition. Asia : Wiley. 2009.
4. Eroschenko VP. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi Fungsional Edisi
11. Alih Bahasa : Tambayong Jan. Jakarta: EGC. 2015
5. Netter, Frank H. Atlas of Human Anatomy. 25th Edition. Jakarta: EGC,
2014.
6. Price, Sylvia A. Wilson, Lorraine M. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Jakarta : EGC, 2015.
7. Payne-James J., Crane J., Hinchliffe J.A. Injury Assessment,
Documentation, and Interpretation. In: Stark M.M. (eds) Clinical Forensic
Medicine: A Physician’s Guide, 2nd Edition; Humana Press. 2005.
8. Miloro M, Peterson L. Peterson's principles of oral and maxilla facial
surgery. Shelton, CT: People's Medical Pub. House-USA. Anal Fissure.
Lange, current surgical diagnosis & treatment. 11th edition. Lange Medical
Book. 2012.
9. Kaur, Sandeep, et al. Analysis and Identification of Bite Marks in Forensic
Casework. Kasturba Medical College. India: Oral Health and Dental
Management. 2013.
10. Lutfia T dkk. Aspek Medikolegal Korban Mati Akibat Tauma Benda
Tumpul. 2013.
11. Aflanie I, N. N. Ilmu Kedokteran Forensik & Medikolegal. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada. 2017.

12. Taylor JA. Forensic Odontology Principles and Practice. UK : Willey


backwell. 2016.
13. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Yogyakarta : Penerbit
Pustaka Yustisia. 2007.

48
14. Noviana I. Kekerasan Seksual Terhadap Anak: Dampak Dan
Penanganannya, Child Sexual Abuse: Impact And Hendling. Sosio Informa.
Januari– April.2015:1(1).
15. Weber, Mark R, Smith, Dana M. Outcomes of Child Sexual Abuse as
Predictors of laters Sexual Victimization. Dalam Journal of International
Violence. (Online). 2010:26(9): 1899-1905.
16. Tower, Cynthia C. Understanding Child Abuse and Neglect. Boston: Allyn
& Bacon. 2002.

17. Ramadani M, Yuliani F. Kekerawan Dalam Rumah Tangga Sebagai Salah


Satu Isu Kesehatan Masyarakat Secara Global. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Andalas. April-September 2015:9(2). Hal 80-87.
18. Agung Budi Santoso. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) Terhadap
Perempuan: Perspektif Pekerjaan Sosial. Jurnal Pengembangan
Masyarakat Islam. Juni 2019:10(1).
19. Tanaka A. Rumah Peran SI-PAI (Strategi Pencegahan dan Penanganan
Kekerasan Terhadap Anak). Malang: Universitas Brawijaya. 2016:12(2).
Hal 151-142.
20. Neherta M. Intervensi Pencegahan Kekerasan Seksual Terhadap Anak.
Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Andalas. 2017.
21. Fiely Karisma Putri, dkk. Aspek Medikolegal Kekerasan Dalam Rumah
Tangga. Jurnal FK Universitas Diponegoro. 2015:3(2).
22. Kementerian Agama RI. Al-Quran dan Terjemahannya. Bandung : Syamil
Quran, 2012.
23. Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishbah :pesan, kesan dan keserasian Al-
Qur'an. Jakarta: Lentera Hati, 2012.
24. Abduh , Muhammad. Tafsir Jus Amma. Cet. VI; Bandung: Mizan, 2001.
25. Ramadhani, Agung. Perspektif Hukum Islam Terhadap Sanksi Tindak
Pidana Sodomi Terhadap Anak Dalam Hukum Positif. Skripsi. Lampung:
Fakultas Syari’ah UIN Raden Intan. 2017.

49

Anda mungkin juga menyukai